Anda di halaman 1dari 4

“ANALISA TREND DAN ISSUE ORANG DENGAN RESIKO SEKS

BEBAS PADA MASA PANDEMI COVID-19”

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 9
ANISA (P07120217007)
ARI NINGSIH (P07120217011)
AZALIA HAPSARI (P07120217014)
BAYU ADI NUGROHO (P07120217015)
ERVIETA ADISTYA H. (P07120217018)
MUHAMMAD NAUFAL F. (P07120217028)
NURLAILA ALFATIHAH (P07120217031)
TITIK FAJRIYATI NUR K. (P07120217036)

JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
2021/2022
“ANALISA TREND DAN ISSUE ORANG DENGAN RESIKO SEKS
BEBAS PADA MASA PANDEMI COVID-19”

Pandemi tidak menyurutkan aktivitas sebagian remaja dalam melakukan


seks bebas. Aktivitas berisiko itu rentan menjerumuskan remaja pada berbagai
persoalan yang ujungnya mengancam produktivitas bangsa. Namun, aktivitas
berisiko itu luput dari perhatian banyak pihak. Tanpa pemahaman dan
kemampuan mengendalikan diri yang baik, tindakan itu rentan menjerumuskan
remaja pada berbagai persoalan yang mengancam produktivitas bangsa. Sebagai
dorongan insting manusia, hasrat seksual akan muncul kapan pun, di mana pun,
dan dalam situasi apa pun. Tak peduli dalam masa bencana, pembatasan sosial,
atau terkurung sekalipun. Kendala tak menutup tekad manusia mencari celah demi
mendapat kepuasan seksual sesaat.

Survei daring remaja terhadap 831 responden berumur 18-24 tahun di 10


provinsi yang dilakukan Aliansi Satu Visi (ASV), kumpulan organisasi pemerhati
isu hak kesehatan seksualitas dan reproduksi pada 22 September-6 Oktober 2020
menunjukkan 6,74% remaja masih melakukan hubungan seks bebas selama
pandemi. Walaupun dibandingkan sebelum pandemi, jumlah itu turun. Namun
tetap menunjukkan ada remaja berperilaku seksual aktif. Sebelum pandemi, ada
12% remaja laki-laki dan 5% remaja perempuan melakukan seks bebas. Selama
pandemi, jumlahnya turun menjadi 7% untuk laki-laki dan 4% bagi perempuan.
Mirisnya, 44% anak muda yang melakukan seks bebas itu tidak menggunakan
kontrasepsi atau pengaman.

Penurunan aktivitas seks bebas terjadi di semua kelompok responden, baik


pekerja formal, informal, maupun pekerja di kawasan prostitusi. Tidak jelas apa
yang jadi pemicu penurunan, tetapi survei menunjukkan 75% responden berpikir
hubungan seksual bisa menularkan Covid-19 dan 81% responden berpendapat
ciuman dapat menularkan Covid-19. Selain dikonfirmasi bahwa virus tersisa pada
air liur, urin, dan feses, studi terbaru menyebut peneliti Cina menemukan sisa
SARS-CoV-2 dalam air mani (semen) pasien yang telah dinyatakan sembuh.
Publikasi menyeluruh tentang riset ini terbit di jurnal medis JAMA Network
Open. Para dokter mulanya menguji semen dari 38 pasien di Rumah Sakit Kota
Shangqiu, Henan. Mereka mendeteksi adanya materi genetik virus SARS-CoV-2
dalam air mani. Tapi penelitian tersebut tidak membuktikan bahwasanya virus
corona bisa menular secara seksual. Saat berhubungan seks, virus lebih mungkin
menular lewat droplet pernapasan. Namun tetap saja, belum ada penelitian bukan
berarti mengeliminasi risiko kesehatan yang ada. Maka dari itu kemungkinan-
kemungkinan penularan lewat seks oral dan penetrasi vagina tetap harus
diwaspadai.

Tak hanya perilaku seks bebas yang berubah, pandemi ikut mengubah
aktivitas seksual mereka. Walau jumlah anak muda yang berpelukan dan petting
(menggesekkan kelamin) relatif tetap, namun jumlah remaja yang berciuman
turun hampir separuhnya dan yang melakukan necking (mencium leher)
berkurang sekitar sepertiganya. Selain itu, 2 dari 3 anak muda laki-laki serta 1 dari
3 anak perempuan menonton pornografi selama pandemi. Bahkan 41,83% remaja
laki-laki dan 31,58% remaja perempuan kecanduan pornografi.

Situasi ini membuat pendidikan kesehatan reproduksi dan seksualitas


(PKRS) penting diberikan untuk membentuk perilaku seksual positif. Namun
penabuan, anggapan pembawa dosa, ketidakcukupan pengetahuan, dan kendala
saat mengomunikasikan membuat PKRS yang diberikan tidak pernah tuntas.
Bahkan, banyak hal mendasar yang belum banyak dipahami remaja. Kebutuhan
akan PKRS semakin besar mengingat tingginya jumlah anak dan remaja yang
melahirkan di Indonesia. Perhitungan Badan Pusat Statistik berdasar Survei
Penduduk Antarsensus (Supas) 2015 menunjukkan 0,286 dari 1.000 anak
perempuan usia 10-14 tahun atau sekitar 3.000 anak perempuan sudah
melahirkan. Sementara untuk remaja, 36 kelahiran di antara 1.000 perempuan usia
15-19 tahun berdasar data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
2017.
Sumber :

 https://www-beta.kompas.id/baca/dikbud/2020/11/25/perilaku-seks-
pranikah-anak-muda-tetap-berlangsung-selama-pandemi
 https://tirto.id/seks-berubah-akibat-pandemi-masturbasi-dianggap-paling-
aman-fD9v

Anda mungkin juga menyukai