PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dokumentasi sebagai catatan yang harus dapat dibuktikan atau dapat menjadi
bukti secara hukum. Dokumentasi merupakan bagian dari pelaksanaan asuhan
keperawatan yang menggunakan pendekatan proses keperawatan yang memiliki nilai
hukum yang sangat penting. Tanpa dokumentasi maka semua implementasi keperawatan
yang telah dilakukan oleh perawat tidak mempunyai makna dalam hal tanggung jawab
dan tanggung gugat. Dokumentasi dapat dikatakan sebagai pegangan bagi perawat dalam
mempertanggung jawabkan dan membuktikan pekerjaannya. Oleh karena itu ada
berbagai aturan dan kaidah yang harus ditaati oleh setiap perawat dalam melakukan
pendokumentasian.
Dengan proses keperawatan, rasa tanggung jawab dan tanggung gugat bagi
perawat itu dapat dimiliki dan dapat digunakan dalam tindakan-tindakan yang merugikan
atau menghindari tindakan yang legal. Semua tatanan perawatan kesehatan secara hukum
perlu mencatat observasi keperawatan, perawatan yang diberikan, dan respons klien.
Dokumentasi sebagai bukti otentik yang dituliskan dalam format yang telah
disediakan dan harus disetai dengan pemberian tanda tangan dan nama perawat, serta
harus menyatu dengan status/rekam medik pasien, karena saat ini kesadaran masyarakat
terhadap hukum semakin meningkat sehingga dokumentasi yang lengkap dan jelas sangat
dibutuhkan. Untuk itu dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien, setiap
langkah dari proses keperawatan memerlukan pendokumentasian mulai dari tahap
pengkajian, penentuan diagnose keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi
harus didokumentasikan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana dokumentasi pada strategi khusus?
2. Bagaimana format dalam dokumentasi pada strategi khusus?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana dokumentasi pada strategi khusus.
2. Untuk mengetahui bagaimana format dalam dokumentasi pada strategi khusus.
BAB II
KAJIAN TEORI
2. Dokumentasi Oksigenasi
A. Pengkajian
a. Riwayat keperawatan fungsi kardiopulmunal normal klien dan fungsi
kardiopulmunal saat ini, kerusakan fungsi sirkulasi dan fungsi pernafasan
pada masa lalu serta tindakan klien yang digunakan untuk mengoptimalkan
oksigenasi.
b. Pemeriksaan fisik status kardiopulmunal klien, termasuk inspeksi, palpasi,
perkusi dan auskultasi.
c. Peninjauan kembali hasil pemeriksaan laboratorium dan hasil pemeriksaan
diagnostik termasuk hitung darah lengkap, elektrokardiogram, pemeriksaan
fungsi pulmunal, sputum, dan oksigenasi seperti analisa gas darah atau
oksimetri nadi.
B. Diagnosa Keperawatan
Contoh :
a. Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan : gangguan batuk, nyeri
insisi, penurunan tingkat kesadaran.
b. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan : penurunan ekspansi
paru, adanya sekresi paru dan pemasukan oksigen yang tidak adekuat.
c. Ketidakefektifan pola nafas yang berhubungan dengan imobilitas, depresi
ventilasi, kerusakan neuromuskular, dan obstruksi jalan nafas.
C. Perencanaan
Klien yang mengalami kerusakan oksigenasi membutuhkan asuhan keperawatan
yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi aktual dan potensial.
Rencana tersebut meliputi satu atau lebih sasaran yang berpusat pada klien
sebagai berikut :
a. Klien mempertahankan kepatenan jalan nafas
b. Klien mempertahankan dan meningkatkan ekpansi paru
c. Klien mengeluarkan sekresi paru
d. Klien mencapai peningkatan toleransi aktivitas
e. Oksigenasi jaringan dipertahankan atau ditingkatkan
f. Fungsi kardiopulmunal klien diperbaiki dan dipertahankan
D. Implementasi
Intervensi keperawatan untuk meningkatkan dan mempertahankan oksigenasi
tercakup dalam domain keperawatan ; pemberian dan pemantauan intervensi dan
program terapeutik
Hal ini meliputi tindakan keperawatan mandiri, seperti perilaku peningkatan
kesehatan dan upaya pencegahan, pengaturan posisi, tekhnik batuk dan
intervensi tidak mandiri seperti terapi oksigen, tekhnik inflasi paru, hidrasi,
fisioterapi dada, dan penggunaan obat-obatan.
E. Evaluasi
Intervensi dan terapi keperawatan dievaluasi dengan membandingkan kemajuan
pencapaian klien terhadap tujuan intervensi dan hasil akhir yang diharapkan dari
rencana asuhan keperawatan. Apabila tindakan keperawatan yang dilakukan
untuk meningkatkan oksigenasi tidak berhasil maka segera lakukan modifikasi.
Intervasi baru dikembangkan dan beritahu dokter tentang status oksigenasi.
3. Dokumentasi Keseimbangan Cairan Elektrolit dan Asam Basa
A. Pengkajian
Perawat melakukan pengkajian untuk mengidentifikasi klien berisiko tinggi atau
yang memperlihatkan adanya tanda dan gejala ketidakseimbangan cairan
elektrolit dan asam basa yang aktual. Untuk identifikasi faktor resiko perhatikan
uraian berikut ini
B. FORMAT DOKUMENTASI
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dokumentasi pada strategi khusus terdiri dari pemberian obat, pemberian oksigen,
pemberian cairan elektrolit, pemenuhan kebutuhan nutrisi, kebutuhan eliminasi,
kebutuhan rasa aman dan nyaman, mobilisasi transportasi, dan pemenuhan kebutuhan
istrirahat dan tidur. Semua itu mengacu kepda setiap langkah proses keperawatan yaitu
pengkajian, diagnose keperawatan,, intervensi, implementasi, dan evaluasi dimana setiap
langkah dari kegiatan tersebut akhirnya akan diikuti dengan pendokumentasian dengan
fokus yang berbeda-beda sesuai dengan masalah yang dihadapi klien.
B. Saran
Makalah ini membahas tentang dokumentasi pada strategi khusus yang
diharapkan dapat memberikan informasi bagi pembaca mengenai pendoman dan format
dalam pendokumentasian strategi khusus . Selain itu juga diharapkan dapat memberikan
pengetahuan pagi perawat mengenai pendokumentasian yang benar guna memberikan
pelayanan yang sesuai serta untuk pertanggungjawaban dan pertangunggugatan dari
segala tindakan yang dilakukan perawat. Untuk penyusunan makalah kedepannya penulis
dapat mencari sumber-sumber lain agar data dan fakta yang terhimpun lebih variatif dan
mengurangi tingkat kesalahan informasi atau data yang dipaparkan dalam makalah
DAFTAR PUSTAKA