Anda di halaman 1dari 4

Komang Sri Widiastuti

2113081023
S1 Kimia (Program RPL)
Tri Hita Karana

KONSEPSI TRI HITA KARANA

Merosotnya nilai moralitas, kejujuran dan spiritual sebagian masyarakat Indonesia


dalam bentuk ketergantungan pada obat terlarang seperti narkoba,pelecehan seksual
terhadap anak, perselingkuhan merebak di kalangan masyarakat. Nilai-nilai kejujuran,
keteladanan, rapuhnya karakter, identitas, krisis kepercayaan dan terjadinya degradasi
moral tidak saja di kalangan para remaja, tetapi juga terjadi di kalangan orang-orang
tua yang seharusnya memberikan tuntunan dan bimbingan kepada para generasi
muda. Fenomena seperti digambarkan di atas tidak saja terjadi pada manusia. Akibat
ulah manusia juga tidak dapat dipungkiri bahwa pada era global seperti sekarang ini
banyak fenomena alam yang terjadi, bukan saja terhadap kehidupan manusia, tetapi
juga berimbas pada binatang dan tumbuhan. Pada aspek manusia kemajuan atau
globalisasi mempengaruhi kehidupan manusia dalam hal berpikir, berkata dan
berperilaku. Banyak perilaku manusia yang tidak lagi bersahabat terhadap sesama
manusia, binatang dan alam lingkungan.
Konsep ajaran Hindu bahwa kebahagiaan hanya terwujud jika adanya hubungan
yang harmonis antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia
dengan alam. Ajaran ini disebut Tri Hita Karana (tiga faktor penyebab terwujudnya
kebahagian). Manusia memiliki peranan utama dalam mewujudkan keharmonisan antara
ketiga faktor tersebut. Dalam kehidupan ini semua aktivitas memiliki aturan. Semua yang
ada di alam bebas maupun di dunia harus mengikuti aturan dalam pergerakannya. Jika
aturan ini tidak diikuti maka pasti akan terjadi kehancuran. Alam semesta memiliki
aturan/hukum tersendiri dalam pergerakannya yang disebut Rta (hukum alam).
Ajaran Tri Hita Karana telah menggariskan bagi umat manusia untuk selalu
berupaya menjalin hubungan yang harmonis kehadapan Tuhan, antar manusia dan
hubungan yang harmonis terhadap alam dan lingkungan. Realita yang terjadi justru
sangat paradoksal antara harapan dengan kenyataan, di mana manusia hilang kendali
untuk mengupayakan hubungan terhadap ketiga komponen yang terkonsepsi dalam
ajaran tri hita karana. Manusia tidak lagi serius menjalin hubungan dengan Ida Hyang
Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa) sebagai pencipta dan memelihara kehidupan semua
makhluk di dunia ini, terlebih lagi menjalin hubungan yang harmonis dengan manusia dan
alam lingkungan.
Istilah Tri Hita Karana pertama kali muncul pada tanggal 11 November 1996,
pada waktu diselenggarakan Konferensi Daerah 1 Badan Perjuangan Umat Hindu Bali
bertempat di Perguruan Dwijendra Denpasar. Konferensi tersebut diadakan berlandaskan
kesadaran umat Hindu akan dharmanya untuk berperan serta dalam pembangunan bangsa
menuju masyarakat sejahtera, adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Kemudian istilah
Tri Hita Karana ini berkembang, meluas, dan memasyarakat. Secara etimologi Tri Hita
Karana berasal Sansekerta dari kata Tri, Hita, dan Karana. Tri yang artinya tiga, Hita
artinya sejahtera atau kebahagiaan dan Karana artinya penyebab. Tri Hita Karana adalah
tiga ajaran untuk mencapai kesejahteraan manusia yang hidup di masyarakat.
Menurut Wiana (2007), Tri Hita Karana merupakan ajaran untuk mencapai
kehidupan yang bahagia, adapun Bhagawad Gita III. 10 adalah sebagai landasan filosofi
Tri Hita Karana. Tri Hita Karana menekankan tiga hubungan harmonis yang harus
diciptakan manusia dalam mewujudkan kehidupan yang bahagia dan sejahtera dalam
kehidupan di dunia ini. Ketiga hubungan harmonis tersebut meliputi, hubungan harmonis
antara manusia dengan Tuhan (Parahyangan), hubungan harmonis antara manusia dengan
manusia (Pawongan), dan hubungan harmonis antara manusia dengan lingkungan alam
(Palemahan). Ketiga unsur yang terdapat pada ajaran Tri Hita Karana ini tidak bisa
dipahami sepotong-sepotong, namun sebagai satu kesatuan yang utuh, sinergis dan
konsisten sebagai filosofis hidup yang universal.
Dari ungkapan tersebut diatas, untuk bisa mencapai kebahagiaan dimaksud,
manusia perlu mengadakan hubungan yang harmonis (saling menguntungkan) dengan
ketiga hal tersebut. Melalui hubungan yang harmonis terhadap tiga hal tersebut akan
tercapai kebahagiaan dan kesejahteraan dalam hidup manusia. Oleh sebab itu, dapat
dikatakan hubungan harmonis dengan ketiga hal tersebut adalah suatu hal yang harus
dijalin dalam hidup manusia. Dari ketiga hal diatas dapatlah diungkapkan bahwa bagian-
bagian dari Tri Hita Karana adalah:
1. Hubungan antara manusia dengan Tuhan yang dikenal dengan Parahyangan.
2. Hubungan antara manusia dengan sesama manusia dikenal dengan Pawongan.
3. Hubungan antara manusia dengan alam (lingkungan sendiri) yang dikenal dengan
konsep Palemahan.
Dalam hubungannya dengan Tri Hita Karana, Parahyangan (Ida Sang Hyang
Widhi Wasa), Pawongan (manusia), Palemahan (alam tempat tinggal) adalah merupakan
suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Keterpaduan ketiga unsur Tri Hita Karana itu
diproyeksikan dengan kelompok masyarakat memerlukan Palemahan dalam
kehidupannya, sehingga boleh dikatakan manusia hidup di alam dan untuk alam sehingga
terjadi suatu kesatuan antara masyarakat desa dengan wilayah yang ditempati.
Manusia yang memiliki keyakinan atas kemahakuasaan Tuhan, meyakini bahwa
manusia adalah salah satu makhluk ciptaan Tuhan. Pada ajaran Tri Hita Karana, dalam
mewujudkan kehidupan yang sejahtera dan bahagia baik lahir maupun batin, manusia
haruslah menciptakan hubungan harmonis dengan Tuhan. Hubungan harmonis antara
manusia dengan Tuhan adalah salah satu dari tiga unsur yang harus diciptakan manusia
dalam mewujudkan kehidupan yang bahagia. Salah satu hubungan harmonis tersebut
dalam ajaran Tri Hita Karana disebut dengan istilah Parahyangan. Penerapan
Parahyangan dapat diwujudkan dengan upaya-upaya pelaksanaan Dewa Yadnya. Karena
Parahyangan itu merupakan hubungan antara manusia dengan Tuhan, maka
penerapannya dapat dilaksanakan dengan Dewa Yadnya. Misalnya dengan membersihkan
pura-pura,rajin sembahyang dan juga dengan melaksanakan ajaran ajaran agama dan
menjauhi larangan-larangan Tuhan.
Mewujudkan kehidupan yang baik lahir maupun batin, tidak bisa lepas dari
menciptakan hubungan harmonis antara manusia dengan manusia. Hubungan harmonis
antara manusia dengan manusia adalah salah satu dari tiga unsur dalam ajaran Tri Hita
Karana yang harus diciptakan manusia dalam mewujudkan kehidupan yang bahagia dan
sejahtera. Adapun hubungan harmonis antara manusia dengan manusia dalam ajaran Tri
Hita Karana disebut dengan istilah Pawongan. Menciptakan hubungan harmonis antara
manusia dengan manusia membutuhkan aturan atau tata tertib. Tata tertib penting adanya
untuk mengatur tingkah laku setiap manusia agar individu manusia yang satu dengan
yang lainnya tidak saling menyakiti.
Palemahan memiliki arti hubungan harmonis antara manusia dengan lingkungan
alam. Palemahan adalah salah satu unsur dalam Tri Hita Karana yang harus diciptakan
dalam perjalanan hidup manusia, agar terwujudnya kehidupan yang bahagia baik lahir
maupun batin. Adapun udara yang selalu dihirup oleh manusia agar tetap dapat hidup,
kualitasnya dipengaruhi oleh lingkungan alam, tidak hanya itu kebutuhan primer manusia
seperti pangan, sandang maupun papan, serta kebutuhan sekunder, dan tersier manusia
pun tidak bisa lepas dari keberadaan lingkungan alam, oleh karena itu lingkungan alam
merupakan komponen yang sangat penting dalam keberlangsungan hidup manusia.
Upaya manusia untuk menjaga kelestarian alam (palemahan) tidak mungkin dapat
terwujud dengan baik bila ia melupakan bhakti kepada Tuhan (parhyangan), dan tidak
menebarkan cinta kasih kepada sesama umat manusia (pawongan). Oleh karena umat
manusia sedunia heterogen dalam dalam artian memeluk berbagai agama dan
kepercayaan,maka konsep Tri Hita Karana dapat saja disesuaikan dengan agama dan
kepercayaan masing-masing.

Anda mungkin juga menyukai