NIM : 7192441014
TR 7 INVESTASI PENDIDIKAN
Investasi dibidang pendidikan perlu untuk merespon kebutuhan ekonomi tenaga kerja menurut
jenjang dan jenis pendidikan. Analisis tingkat balik (Rates of Return Analysis) ekonomi dari
investasi ini diperoleh dengan membandingkan produktivitas dari tenaga kerja terdidik yang
biasanya digambarkan oleh profil upah dengan produktivitas tenaga kerja yang tidak terdidik.
Nilai investasi pendidikan dapat berbeda bergantung acuannya, apakah acuannya dari sudut
pandang masyarakat atau individu.Tidak semua biaya pendidikan ditanggung oleh individu,
tetapi sebagian ditanggung oleh masyarakat melalui subsidi pemerintah.
Apabila hasil investasi itu telah dinikmati oleh si anak, maka barulah secara tidak langsung
keluarganya juga akan ikut terangkat derajat dan martabatnya. Jadi, pantaslah bila dikatakan
bahwa dengan Anda membayari pendidikan anak Anda, Anda sebetulnya telah melakukan
investasi. Bukan investasi yang menghasilkan uang untuk keluarga, tapi investasi untuk
menjadikan hidup anak Anda lebih baik, sehingga nantinya itu juga akan mengangkat derajat dan
martabat Anda sebagai orang tuanya. Sehingga penting untuk mempersiapkan biaya pendidikan
anak Anda dengan baik sehingga Anda akan selalu punya cukup uang untuk membayari
pendidikan anak Anda. (Safir Senduk, 2000)
Menurut Howard R. Bowen (1981) memilah pembelanjaan pendidikan menjadi empat jenis,
yaitu pembelanjaan capital (capital expenditures), pembelanjaan rutin (current or routine
expenditures), pembelanjaan pendidikan (educational expenditures), dan pembelanjaan
pendidikan dan umum (educational and general expenditures).
3. Pelayanan siswa
4. Beasiswa
Secara koseptual, besarnya biaya yang digunakan (misalnya untuk kegiatan akademik dan
pembinaan kesiswaan) dan kemampuan dalam penyediaannya merupakan petunjuk kelayakan
sebuah institusi persekolahan. Institusi pendidikan dan pelatihan harus mampu menggaransi
bahwa setiap item kegiatan yang akan dilakukan harus didukung oleh kemampuan financial yang
memadai.
Lembaga pendidikan dalam melaksanakan tugasnya menerima dana dari berbagai sumber.
Penerimaan dari berbagai sumber tersebut perlu dikelola dengan baik dan benar. Banyak
pendekatan yang digunakan dalam pengelolaan penerimaan keuangan pendidikan, namun dalam
pelaksanaannya pendekatan-pendekatan tersebut memiliki berbagai persamaan.
Sumber-sumber dana pendidikan antara lain meliputi: Anggaran rutin (DIK); Anggaran
pembangunan (DIP); Dana Penunjang Pendidikan (DPP); Dana BP3; Donatur; dan lain-lain yang
dianggap sah oleh semua pihak yang terkait. Pendanaan pendidikan pada dasarnya bersumber
dari pemerintah, orang tua dan masyarakat (pasal 33 No. 2 tahun 1989).
Sejalan dengan adanya Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), sekolah dapat menggali dan
mencari sumber-sumber dana dari pihak masyarakat, baik secara perorangan maupun secara
melembaga, baik di dalam maupun di luar negeri, sejalan dengan semangat globalisasi. Dana
yang diperoleh dari berbagai sumber itu perlu digunakan untuk kepentingan sekolah, khususnya
kegiatan belajar mengajar secara efektif dan efisien. Sehubungan dengan itu, setiap perolehan
dana, pengeluarannya harus didasarkan pada kebutuhan-kebutuhan yang telah disesuaikan
dengan rencana anggaran pembiayaan sekolah (RAPBS). (sofa, 2008)
Secara umum, pembiayaan pendidikan dibedakan menjadi dua jenis, yaitu; (1) biaya rutin
(recurring cost) dan biaya modal (capital cost). Recurring cost pada intinya mencakup
keseluruhan biaya operasional penyelenggaraaan pendidikan, seperti biaya administrasi,
pemeliharaan fasilitas, pengawasan, gaji, biaya untuk kesejahteraan, dan lain-lain. Sementara,
capital cost atau sering pula disebut biaya pembangunan mencakup biaya untuk pembangunan
fisik, pembelian tanah, dan pengadaan barang-barang lainnya yang didanai melalui anggaran
pembangunan.
Biaya rutin adalah biaya yang harus dikeluarkan dari tahun ke tahun, seperti gaji pegawai (guru
dan non guru), serta biaya operasional, biaya pemeliharaan gedung, fasilitas dan alat-alat
pengajaran (barang-barang habis pakai). Sementara biaya pembangunan, misalnya, biaya
pembelian atau pengembangan tanah, pembangunan gedung, perbaikan atau rehab gedung,
penambahan furnitur, serta biaya atau pengeluaran lain unutk barang-barang yang tidak habis
pakai.
Dalam implementasi MBS, manajemen komponen keuangan harus dilaksanakan dengan baik
dan teliti mulai dari tahap penyusunan anggaran, penggunaan, sampai pengawasan dan
pertanggungjawaban sesuai dengan ketentuan yang berlaku agar semua dana sekolah benar-benar
dimanfaatkan secara efektif, efisien, tidak ada kebocoran-kebocoran, serta bebas dari penyakit
korupsi, kolusi dan nepotisme.
Akumulasi biaya dibagi jumlah siswa akan diketahui besarnya biaya satuan (unit cost). Unit cost
yang dimaksud di sini adalah unit cost per siswa. Unit cost per siswa memiliki empat makna.
Pertama, unit cost per siswa dilihat dari aspek recurring cost. Kedua, unit cost per siswa dilihat
dari aspek capital cost. Ketiga, unit cost per siswa dilihat dari akumulasi atau perjumlahan dari
recurring cost dengan capital cost. Keempat, unit cost per siswa dilihat dari recurring cost,
capital cost, dan seluruh biaya yang dikeluarkan langsung oleh siswa untuk keperluan
pendidikannya.
Dengan demikian, secara sederhana biaya satuan per siswa yang belajar penuh (unit cost per full
time student) tidak sulit dihitung. Perhitungannya dilakukan dengan menambahkan seluruh
belanja atau dana yang dikeluarkan oleh isntitusi (total institution expenditures) dalam
pelaksanaan tugas-tugas kependidikan dibagi dengan jumlah siswa reguler (full time student)
dalam tahun tertentu, termasuk biaya yang mereka keluarkan untuk keperluannya sendiri dalam
menjalani pendidikan. (M. Asrori Ardiansyah. 2011)
Dalam perencanaan pembiayaan, terlebih dahulu harus memahami jenis-jenis biaya dalam istilah
pembiayaan. Jenis-jenis biaya tersebut yaitu :
Merupakan biaya pendidikan yang diperoleh dan dibelanjakan oleh sekolah sebagai suatu
lembaga meliputi biaya yang dikeluarkan untuk pelaksanaan proses belajar mengajar, sarana
belajar, biaya transportasi, gaji guru, baik yang dikeluarkan oleh pemerintah, orang tua, maupun
siswa sendiri.
Biaya tidak langsung merupakan keuntungan yang hilang (earning forgone) dalam bentuk biaya
kesempatan yang hilang yang dikorbankan oleh siswa selama belajar. Istilah lain yang berkenaan
dengan dua sisi anggaran yakni penerimaan dan pengeluaran. Anggaran penerimaan merupakan
pendapatan yang diperoleh rutin setiap tahun oleh sekolah dari berbagai sumber resmi. Anggaran
dasar pengeluaran Merupakan jumlah uang yang dibelanjakan setiap akhir tahun untuk
kepentingan pelaksanaan pendidikan di sekolah.
Contoh pengeluaran tidak rutin : pembangunan gedung, pengadaan kendaraan dinas, dan lain
sebagainya.
Dalam mengukur biaya pendidikan ada yang dinamakan sebagai total cost dan unit cost. Total
cost merupakan biaya pendidikan secara keseluruhan. Sedangkan unit cost adalah biaya satuan
per peserta didik. Untuk menentukan biaya satuan terdapat dua pendekatan, yaitu pendekatan
makro dan mikro. Pendekatan makro mendasarkan perhitungan pada keseluruhan jumlah
pengeluaran pendidikan yang diterima dari berbagai sumber dana kemudian dibagi jumlah
murid. Sedangkan pendekatan mikro berdasar pada alokasi pengeluaran per komponen
pendidikan yang digunakan peserta didik.