Anda di halaman 1dari 4

BAB 6 BEA MATERAI

Pada bab ini membahas mengenai Bea Materi yang memaparkan mulai dari dasar
hukum pengenaan bea materai,prinsip umu pemungutan atau pengenaan bea materai hingga
hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai Bea Materai.

Dasar hukum pengenaan Bea Materai adalah Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1985
atau yang disebut juga dengan Undang-Undang Bea Materai.Ada 3 penyebab dikeluarkannya
Undang-Undang tersebut yaitu :

1.Agar lebih sempurna dan sederhana karena hanya terdiri dari 7bab dan 18 pasal.

2.Lebih mudah dilaksanakan karena hanya mengenal 1 jenis Bea Materai tetap yaitu
Rp.6.000 dan Rp.3.000

3.Objek lebih luas

Yang dimaksud dengan Bea Materai adalah pajak atas dokumen,yang dimana
dokumen tersebut bertempelkan Benda Materai (Bea Materai) yang dibubuhi tanda tangan
dan setelah itu akan dilakukan pematerai kemudian oleh Pejabat Pos.

Tarif yang dikenakan atas Bea Materai Rp.6.000 dan Bea Materai Rp.3.000 berbeda
dan tergantung pada dokumen yang akan diberi Materai.Tidak semua dokumen dikenai bea
materai diantaranya : surat penyimpanan barang ; Ijazah ; Tanda Terima Gaji ; Kuitansi ; dan
sebagainya .

Pada saat kapan bea materai terutang?

1.Dokumen yang dibuat oleh satu pihak, adalah pada saat dokumen itu diserahkan dan
diterima oleh pihak untuk siapa dokumen itu dibuat, jadi bukan pada saat
ditandatangani. Misalnya, kuitansi, cek

2.Dokumen yang dibuat oleh lebih dari satu pihak, adalah pada saat dokumen telah
selesai dibuat, yang ditutup dengan pembubuhan tanda tangan dari yang
bersangkutan. Misalnya : surat perjanjian jual beli.

3.Dokumen yang dibuat di luar negeri, adalah pada saat digunakan di Indonesia. Bea
Materai yang terutang dilunasi dengan cara pemateraian kemudian.
Pihak yang terutang Bea Materai adalah pihak yang mendapatkan manfaat dari
dokumen dan cara pelunasannya yaitu : dengan menggunakan benda materai (materai
tempel/kertas materai) dan dengan cara lain yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

Ada 2 sanksi dalam bea materai yaitu sanksi administrasi dan sanksi pidana.Masa
daluwarsa dari kewajiban memenuhi Bea Materai ditetapkan 5 tahun terhitung sejak tanggal
dokumen dibuat.Materi yang terakhir mengenai hal-hal yang perlu diperhatikan tentang bea
materai dijelaskan dengan lengkap mulai dari transaksinya sampai penggunaan dokumen
yang dibuat di liar negeri.

Kritikan Bab 6:

Materi Bea Materai yang dijelaskan dan di paparkan dalam bab ini sudsh jelas dan
rinci.Bahasa yang digunakan juga mudah dipahami sehingga memudahkan pembaca dalam
memahami tentang bea materai .Namun,sub bab materinya tidak dibuat agar terlihat lebih
rapi dan menarik dalam sususan penulisan buku ini .
BAB 7 PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

Dasar hukum Pajak Bumi dan Bangungan (PBB) adalah Undang-Undang No.12 tahun
1985 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No.12 tahun 1994.Terdapat 4 asas
pajak bumi dan bangunan yaitu :

1.Memberikan kemudahan dan kesederhanaan

2.Adanya kepastian hukum

3.Mudah dimengerti dan adil

4.Menghindari pajak berganda

Besarnya nilai jual objek pajak (NJOP) ditentukan berdasarkan beberapa


klarifikasi:Objek pajak yang dimaksud adalah bumi dan bangunan sedangkan yang dimaksud
dengan klarifikasi bumi dan bangunan adalah pengelompokan bumi dan bangunan menurut
nilai jualnya dan digunakan sebagi pedoman untuk memudahkan perhitungan pajak.

Kemudian untuk subjek pajak,subjek pajak yang dimaksud disini adalah orang atau badan
yang nyata memiliki dan mendapatkan manfaat dari bumi dan bangunan miliknya dan
ditandai dengan pembayaran pajak PBB.Untuk tarif pajak sendiri,dikenakan sebesar 0,5%
atas objek pajak.

Dasar pengenaan pajak ditentukan oleh besarnya nilai jual objek pajak dan besarnya
persentase yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah dengan memperhatikan kondisi
ekonomi sosial.Sedangkan untuk cara menghitung pajak yaitu dengan :

Pajak Bumi dan Bangungan = Traif Pajak x NJKP

= 0,5% x (Persentase NJKP x (NJOP-NJOPTKP))

Apa yang dimaksud dengan tahun pajak?,Pada saat kapan dan dimana tempat yang
menentukan pajak yang terutang ?

Tahun pajak adalah jangka waktu 1 tahun takwim dan saat yang menentukan pajak yang
terutang adalah menurut keadaan objek pajak pada tanggal 1 Januari.Sedangkan untuk te,pat
pajak yang terutang berbeda setiap wilayah/daerah.

Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) ,Surat Pemberitahuan Pajak Terutang


(SPPT) dan Surat Ketetapan Pajak (SKP) yang diberikan kepada pihak yang dikenai pajak
harus jelas dan benar agar tidak merugikan wajib negara maupun wajib pajak itu sendiri
termasuk jumlah pajak yang ditagihkan kepada wajib pajak.

Kritikan Bab 7 :

Pada bab ini penjelasan mengenai Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dijelaskan dan
dipaparkan secara rinci .Penjelasan dengan bahasa penulisan yang mudah dimengerti dan
disertai contoh-contoh soal pada tiap sub materi membantu memudahkan pembaca dalam
memahami tentang Pajak Bumi dan Bangunan termasuk mengenai cara perhitungan
pajak.Materi yang dijelaskan sampai dengan sanksi yang diberikan dan bagaimana
pembagian hasil penerimaan PBB.

Anda mungkin juga menyukai