Anda di halaman 1dari 15

Jurnal Farmasi Indonesia, November 2018, hal 148- 162 Vol. 15 No.

2
ISSN: 1693-8615 EISSN : 2302-4291 Online : http://ejurnal.setiabudi.ac.id/ojs/index.php/farmasi-indonesia

Kajian Penggunaan Antihipertensi dan Potensi Interaksi Obat Pada


Pengobatan Pasien Hipertensi Dengan Komplikasi
Study of Antihipertension Drug and Drug Interactions Potential on
Complications Hypertension Patients
Santi Dwi Astuti* dan Elina Endang
Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi, Surkarta
Jl. Letjen Sutoyo-Mojosongo Surakarta-57127 Telp. 0271-852578
email: santidwiastutiapt@gmail.com

Abstrak
Hipertensi secara luas dikenal sebagai penyakit kardiovaskular dan merupakan salah
satu faktor risiko penyebab terjadi gagal ginjal kronik (GGK). GGK merupakan suatu keadaan
klinik yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang ireversibel. Pemberian obat
antihipertensi lebih dari satu dapat menimbulkan interaksi obat (Fitriani, 2007). Penelitian ini
untuk mengetahui gambaran pengobatan antihipertensi pada pasien hipertensi dengan GGK
beserta kerasionalan terapi ditinjau dari aspek tepat indikasi, tepat pasien, tepat dosis dan tepat
obat berdasarkan JNC VIII. Dan penelitian yang lain bertujuan untuk meneliti potensi interaksi
obat pada terapi antihipertensi.
Metode penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif yang bersifat non-
eksperimental, data yang diambil secara retrospektif. Sampel penelitian ini adalah pasien yang
terdiagnosis hipertensi dengan komplikasi yang mendapatkan terapi kombinasi antihipertensi
yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Hasil penelitian pertama menunjukkan bahwa obat antihipertensi yang paling banyak
digunakan oleh pasien adalah golongan diuretik loop yaitu furosemid (9,23%). Kategori ketepatan
obat menurut JNC VIII didapatkan untuk terapi indikasi (100%), tepat pasien (100%), tepat obat
(78,5%) tepat dosis (98,46%). Hasil penelitian kedua menunjukan terdapat 31 pasien (81,58%)
yang mengalami interaksi obat dan 7 pasien (18,42%) tidak mengalami interaksi obat. Dari total
31 pasien potensi interaksi yang paling banyak terjadi adalah moderate 120 (53,6%). Obat yang
paling banyak digunakan dan menimbulkan interaksi adalah catapres dengan diazepam
menimbulkan interaksi moderate
Kata kunci: kajian pengobatan, potensi interaksi obat, hipertensi dengan komplikasi

Abstract
Hypertension is widely known as cardiovascular disease and is one of the risk factors
for chronic renal failure. CRF is a clinical condition characterized by irreversible decline in kidney
function. Giving more than one antihypertensive drug can lead to drug interactions (Fitriani, 2007).
This study was to find out the description of antihypertensive treatment in hypertensive patients
with GGK along with the therapeutic rationality in terms of the exact aspects of the indication, the
exact patient, the right dosage and the exact drug based on JNC VIII. And other studies aim to
examine the potential for drug interactions in antihypertensive therapy.
The research method used was a type of descriptive research that is non-experimental,
data taken retrospectively. The sample of this study was patients diagnosed with hypertension
with complications who received combination antihypertensive therapy that met the inclusion and
exclusion criteria.
The results of the first study showed that the most widely used antihypertensive drugs
by patients was loop diuretics, furosemide (9.23%). The category of drug accuracy according to
JNC VIII was obtained for indication therapy (100%), right for the patient (100%), right for the drug
(78.5%) for the right dose (98.46%). The results of the second study showed 31 patients (81.58%)
had drug interactions and 7 patients (18.42%) did not experience drug interactions. Of the total
31 patients the potential for the most frequent interactions was moderate 120 (53.6%). The drug
Santi Dwi Astuti dan Elina Endang J. Farmasi Indonesia~149

that the most used and causes interaction were catapres with diazepam causing moderate
interactions
Keywords: treatment studies, potential drug interactions, hypertension complications

PENDAHULUAN Gagal ginjal dapat terjadi


Hipertensi merupakan suatu karena kerusakan progresif akibat
penyakit yang prevalensinya meningkat tekanan darah tinggi pada kapiler
seiring bertambahnya usia. Sebanyak glomerulus ginjal. Rusaknya
90% usia dewasa dengan tekanan glomerulus, aliran darah ke unit
darah normal berkembang menjadi fungsional ginjal, yaitu nefron akan
hipertensi tingkat satu, hipertensi dapat terganggu serta dapat berlanjut menjadi
terjadi pada usia dewasa karena hipoksik dan kematian. Rusaknya
penyebab antara lain: stres, membran glomerulus, protein akan
mengkonsumsi garam berlebih, gaya keluar melalui urinesehingga tekanan
hidup (olahraga tidak teratur, merokok osmotik koloid plasma berkurang dan
serta konsumsi alkohol) dan obesitas). menyebabkan udema, yang sering
Hipertensi dicirikan dengan peningkatan dijumpai pada hipertensi disertai gagal
tekanan darah diastolik dan sistolik yang ginjal kronik (Elizabeth 2009).
intermiten atau menetap (Stockslager Pengobatan dikatakan rasional
2008). apabila pasien menerima pengobatan
Hipertensi adalah meningkatnya yang sesuai dengan kebutuhannya
tekanan darah arteri yang persisten. secara klinik, dalam dosis yang sesuai
Peningkatan tekanan darah biasanya dengan kebutuhan individunya.
disebabkan kombinasi berbagai Penggunaan obat yang rasional harus
kelainan (multifaktorial). Bukti memenuhi beberapa kriteria berikut,
epidemiologik menunjukkan adanya yaitu pemilihan obat yang benar, tepat
faktor keturunan (genetik), ketegangan pasien, tepat indikasi, tepat obat, tepat
jiwa, faktor lingkungan, dan makanan dosis, pemberian obat dengan benar
(banyak garam dan barangkali kurang dan ketaatan pasien pada pengobatan
asupan kalsium) mungkin sebagai (WHO, 2002). Penggunaan obat yang
kontributor berkembangnya hipertensi tidak tepat akan menimbulkan masalah
(Katzung 2004). Seseorang dinyatakan diantaranya dari segi efektivitas, efek
menderita hipertensi apabila tekanan samping, interaksi, ekonomi, dan
darahnya tinggi atau melampaui nilai penyalahgunaan obat (Pharmaceutical
tekanan darah yang normal yaitu 120/80 Care Network Europe, 2003).
mmHg. Hipertensi merupakan sebab Interaksi obat didefinisikan
dan komplikasi gagal ginjal kronik, lebih sebagai penggunaan dua atau lebih
dari 50-75% pasien dengan gagal ginjal obat pada waktu yang sama yang dapat
kronik memiliki tekanan darah >140/90 memberikan efek masing-masing atau
mmHg. Hipertensi merupakan faktor saling berinteraksi. Interaksi yang terjadi
risiko untuk perkembangan penyakit dapat brsifat potensiasi atau antagonis
ginjal (AJKD 2005). satu obat oleh obat lainnya atau dapat
menumbulkan efek yang lainnya.
150~Vol. 15 No.2 Kajian Penggunaan Antihipertensi dan Potensi Interaksi Obat

Interaksi obat dapat dibedakan menjadi (nama obat, dosis,rute). Penelitian satu
interaksi yang bersifat farmakokinetik diperoleh data sebanyak 234 pasien
dan farmakodinamik (Badan POM, yang memenuhi kriteria inklusi 65 kasus.
2015). Pemberian obat antihipertensi Sedangkan Hasil penelitian kedua
lebih dari satu dapat menimbulkan menunjukan terdapat 31 pasien
interaksi obat (Fitriani, 2007). Penelitian (81,58%) yang mengalami potensi
Rahmawati et al. (2006) tentang kajian interaksi obat dan 7 pasien (18,42%)
retrospektif interaksi obat di RS tidak mengalami potensi interaksi obat.
pendidikan dr. Sardjito Yogyakarta Dari total 31 pasien potensi interaksi
melaporkan bahwa interaksi obat yang yang paling banyak terjadi adalah
terjadi pada pasien rawat inap sebesar moderate 120 (53,6%). Obat yang
59%. Untuk pasien rawat inap paling banyak digunakan dan
ditemukan 125 kejadian interaksi obat. menimbulkan potensi interaksi adalah
Interaksi obat antihipertensi yang paling catapres dengan diazepam
banyak terjadi adalah kombinasi menimbulkan potensi interaksi
kaptopril dan furosemid. Studi lainnya, moderate.
terjadi efek samping sekitar 7% pada Tabel 1 menunjukkan bahwa
pasien yang menggunakan 6-10 obat pasien yang diambil dari data rekam
dan 40% pada pasien yang medik berjumlah 65 pasien. Pasien
menggunakan 16-20 obat (Stockley tersebut terdiri dari 44 pasien berjenis
2005). kelamin laki-laki (67,7%) dan 21 pasien
berjenis kelamin perempuan (32,3%)
METODE PENELITIAN dari total 65 kasus. Selanjutnya usia
Penelitian satu dan penelitian dua yang paling tua 66 tahun dengan 1
merupakan penelitian deskriptif dengan kasus. Sedangkan yang terbanyak
pengumpulan data secara retrospektif adalah berada pada usia antara 36-45
pada pasien hipertensi dengan tahun yaitu 40 %. Pada umumnya laki-
komplikasi di rawat inap di rumah sakit, laki lebih mudah terserang hipertensi
mendapatkan terapi kombinasi dibandingkan perempuan, penyebab ini
antihipertensi, memenuhi kriteria inklusi dimungkinkan karena pada laki-laki
dan ekslusi. Pengambilan data dari mempunyai lebih banyak faktor yang
rekam medik yang lengkap (riwayat mendorong terjadinya hipertensi seperti
pasien, riwayat pengobatan dan data stres, kelelahan dan makan tidak teratur
penunjang lengkap). Dinyatakan (Khairani 2003). Laki-laki banyak
sembuh pada saat keluar Rumah mempunyai kebiasaan yang dapat
Sakit. mempengaruhi kesehatan seperti
HASIL DAN PEMBAHASAN merokok, minum kopi, alkohol dan
Data penelitian meliputi nomor minuman suplemen yang dapat memicu
RM pasien, jenis kelamin, usia, berat terjadinya penyakit sistemik yang dapat
badan, lama perawatan, keluhan, menyebabkan penurunan fungsi ginjal
diagnosis utama, diagnosis lain, catatan dan berdampak terhadap kualitas
keperawatan, data pemeriksaan hidupnya (Septiwi 2011).
laboratorium, dan terapi yang diberikan
Santi Dwi Astuti dan Elina Endang J. Farmasi Indonesia~151

A. Karakteristik Pasien
Tabel 1. Karakteristik Pasien Pada Penelitian 1
Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)
Laki-laki 44 67,7
Perempuan 21 32,3
Total 65 100%
Persentase
No Kategori Usia Pasien
(%)
1 Masa remaja awal (12-16 tahun) 0 0
2 Masa remaja akhir (17-25 tahun) 3 4,6
3 Masa dewasa awal (26-35 tahun) 6 9,2
4 Masa dewasa akhir (36-45 tahun) 26 40,0
5 Masa lansia awal (46-55 tahun) 19 29,2
6 Masa lansia akhir (56-65 tahun) 10 15,4
7 Masa manula (65-atas) 1 1,5
Jumlah 65 100%
No Lama Perawatan (hari) Jumlah pasien Persentase
1 3 10 15,4
2 4 22 33,8
3 5 24 36,9
4 6 7 10,8
5 8 1 1,5
6 13 1 1,5

Penelitian yang dilakukan oleh Bustan darah besar, sehingga lumen menjadi
(2007) tekanan darah meningkat dimulai lebih sempit dan dinding pembuluh
pada usia 40 tahun, hal ini sesuai darah menjadi lebih kaku, sebagai
dengan Depkes RI (2006) yaitu akibat adalah meningkatnya tekanan
tingginya menunjukkan kategori usia darah sistolik dan diastole. Berdasarkan
menurut Depkes RI tahun 2009. Pasien tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa
hipertensi disertai gagal ginjal yang lama rawat inap paling banyak adalah 4-
dirawat di Instalasi Rawat Inap yang 5 hari. Lama hari rawat inap merupakan
paling muda adalah usia 17-25 tahun seberapa lama pasien dirawat dalam
dengan 3 kasus. Berdasarkan penelitian periode tertentu selama sakit akibat
yang dilakukan oleh Nisa (2012) gaya faktor penyakit yang dialami oleh pasien
hidup merupakan faktor risiko penting (Yuliawati 2012). Sedangkan lama rawat
timbulnya hipertensi pada usia remaja inap yang paling lama yaitu 13 hari, hal
dipengaruhi oleh gaya hidup yang tidak ini berhubungan dengan penyakit
sehat. Sejumlah 26 kasus dan usia penyerta pasien atau dengan seberapa
antara 46-55 hipertensi sejalan dengan keparahan hipertensi disertai gagal
bertambahnya usia, disebabkan oleh ginjal kronik yang diderita dan
perubahan struktur pada pembuluh keefektifan obat yang diberikan kepada
152~Vol. 15 No.2 Kajian Penggunaan Antihipertensi dan Potensi Interaksi Obat

Tabel 2. Karakteristik Pasien Pada Penelitian 2


Karakteristik Jumlah Pasien Persentase (%)
Jenis Kelamin
Pria 9 23,68 %
Wanita 29 76,32%
Total 38 100%
Usia
40-49 12 31,58%
50-59 18 47,37%
60-65 8 21,05%
Total 38 100%
Lama Perawatan
1-3 hari 27 71,05%
4-6 hari 10 26,32%
≥ 6 hari 1 2,63%
Total 38 100%

pasien yang ditunjukkan dengan terjadi pada usia lanjut (Saseen and
penurunan tekanan darah dan kondisi Carter 2005). Rahajeng dan Tuminah
pasien. (2009) melaporkan bahwa faktor umur
Kondisi pasien yang telah mempunyai risiko terhadap hipertensi.
ditunjukkan oleh dokter untuk keluar dari Semakin meningkat umur semakin
rumah sakit sudah membaik dan dan tinggi risiko hipertensi. Tingginya
telah memenuhi kriteria pemulangan hipertensi sejalan dengan
pasien berdasarkan indikasi medik dan bertambahnya umur, disebabkan oleh
tanda vital, yang dimaksud kriteria perubahan struktur pada pembuluh
pemulangan tersebut yaitu tekanan darah besar, sehingga lumen menjadi
darah sudah sesuai dengan target yang sempit dan dinding pembuluh darah
dicapai <140/90 mmHg, kemudian menjadi kaku, sehingga meningkatnya
penurunan pada nilai serum kreatinin tekanan darah sistol.
0,9-1,3 mg/dl, nilai klirens kreatinin <50 Berdasarkan hasil pengambilan
mg/dl serta penurunan nilai natrium 136- data diperoleh 38 dari 120 pasien yang
145 mmol/L (JNC VIII 2014). menjadi subjek penelitian. Pasien
Tabel 2 Hasil penelitian dua berjenis kelamin wanita berjumlah 29
menunjukkan bahwa pasien yang orang dan 9 orang pasien berjenis
menerima terapi obat antihipertensi di kelamin pria. Hasil penelitian
Instalasi rawat inap paling banyak menunjukkan bahwa pasien yang
adalah pasien berusia 50-59 tahun yaitu menerima terapi obat antihipertensi
47,37%. Umur merupakan salah satu paling banyak adalah pasien wanita
faktor risiko yang tidak dapat dikontrol. yaitu 76,32%.
Seiring bertambahnya umur, tekanan Temuan hipertensi pada wanita
darah meningkat dan hipertensi sering lebih besar daripada pria, hal ini sama
Santi Dwi Astuti dan Elina Endang J. Farmasi Indonesia~153

dengan penelitian yang dilakukan oleh kerusakan pada organ lain. Hal tersebut
Tria Noviana (2016) di Yogyakarta dapat menyebabkan terjadinya suatu
bahwa kejadian hipertensi lebih banyak komplikasi. Apabila telah terjadi
ditemukan pada wanita (75,6%) dari komplikasi dapat menyebabkan kualitas
pada pria (24,4%). Hal ini diduga bahwa hidup menjadi berkurang dan dapat
kemungkinan perempuan lebih mudah menyebabkan kematian.
stres dibandingkan dengan laki-laki. Gejala-gejala akibat hipertensi,
Stres berhubungan dengan hipertensi seperti pusing, gangguan penglihatan,
melalui saraf simpatis yang dan sakit kepala, seringkali terjadi pada
meningkatkan tekanan darah (Ganda saat hipertensi sudah lanjut disaat
2011). Hormon epinefrin atau adrenalin tekanan darah sudah mencapai angka
akan dilepas pada keadaan tertekan. tertentu yang bermakna.
Adrenalin akan meningkatkan tekanan Evaluasi keamanan penggunaan
darah melalui kontraksi arteri obat antihipertensi dikaji dari potensi
(vasokontriksi) dan peningkatan denyut interaksi obat. Pada penelitian ini, dari
jantung dengan demikian orang akan 38 pasien hipertensi terdapat 35
mengalami peningkatan tekanan darah (86,84%) pasien Hal ini menunjukan
(Agustina dkk 2015). bahwa pasien hipertensi rawat inap
Hasil penelitian menunjukkan yang berpotensi mengalami kejadian
bahwa pasien yang menerima terapi interaksi obat masih cukup tinggi.
obat antihipertensi paling banyak adalah Berdasarkan hasil pada tabel 6
pasien dengan lama rawat inap selama dapat dilihat bahwa dari 67 kejadian,
1-3 hari yaitu 71,05%. Lama rawat inap obat antihipertensi dengan obat lain
ini berbeda dengan penelitian-penelitian yang banyak menimbulkan kejadian
sebelumnya. Sumiati dkk (2008) dalam interaksi pada tingkat minor adalah obat
penelitiannya lama rawat inap pada amlodipine dengan obat antacid yaitu
pasien hipertensi yaitu berkisar > 6 hari sebesar 7 (10,45%) kejadian. Aplikasi
sebesar 69,44%. Artinya lama rawat lexicom digunakan untuk mengecek
inap pasien hipertensi sangat efektik. potensi kejadian interaksi obat pada
Hasil penelitian menunjukkan kombinasi ini, dan hasilnya dapat
penyakit penyerta yang paling banyak menyebabkan efek hipertensi dari
terjadi adalah vertigo yaitu sebanyak 11 amlodipine menjadi berkurang.
kasus (25,58%). Hipertensi yang terjadi Mekanisme potensial untuk ini adalah
dalam jangka waktu yang lama dan tidak tidak diketahui.
terkontrol akan menimbulkan terjadinya

Tabel 3. Profil Pengobatan Antihipertensi Pada Penelitian 1


Golongan Antihipertensi yang Jumlah Persent
No kasus
obat digunakan (nama generik) pasien ase%
30,31,33,4
Diuretik Furosemid 6 9,2
7,50,65
ARB Candesartan 2 20,21 3,0
Sub total 8 12,3%
154~Vol. 15 No.2 Kajian Penggunaan Antihipertensi dan Potensi Interaksi Obat

Golongan Antihipertensi yang Jumlah Persent


No kasus
obat digunakan (nama generik) pasien ase%
1,14,41,52
2 kombinasi Candesartan + furosemid 5 , 7,7
55
2,16,17,19
Furosemid + clonidin 8 ,29,44,54, 12,3
58
5,9,15,53,
Candesartan + amlodipin 5 7,7
60
Ramipril + amlodipin 1 46 1,5
Ramipril + Furosemid 2 27,49 3,0
Amlodipin + furosemid 1 36 1,5
Irbesartan + clonidin 1 43 1,5
Irbesartan + Amlodipin 1 59 1,5
Lisinopril + clonidin +
1 3 1,5
furosemid
3 kombinasi 6,8,18,23,2
Candesartan + clonidin +
9 6, 13,8
furosemid
32,34,38,63
11,12,22,35
,
Candesartan + Amlodipin +
9 37,45,36,17 13,8
furosemid
,
62
Candesartan + amlodipin +
1 13 1,5
clonidin
Candesartan + clonidin +
1 18 1,5
furosemid
Captopril + carvedilol +
1 24 1,5
furosemid
Irbesartan + bisoprolol +
1 25 1,5
amlodipin
Valsartan + amlodipin +
1 39 1,5
furosemid
Irbesartan + clonidin +
40 1,5
furosemid
Ramipril + bisoprolol +
1 51 1,5
furosemid
Candesartan + amlodipin +
4 kombinasi 2 7,48 3,0
clonidin + furosemid
Santi Dwi Astuti dan Elina Endang J. Farmasi Indonesia~155

Golongan Antihipertensi yang Jumlah Persent


No kasus
obat digunakan (nama generik) pasien ase%
Candesartan +
spironolactone + amlodipin + 1 10 1,5
furosemid
Valsartan + carvedilol +
1 28 1,5
Amlodipin + furosemid
Ramipril + clonidin +
1 61 1,5
amlodipin + furosemid
Ramipril + amlodipin +
1 64 1,5
clonidin + furosemid
Captopril + ramipril +
5 kombinasi amlodipin + clonidin + 1 4 1,5
furosemid
Candesartan + amlodipin +
6 kombinasi
clonidin + bisoprolol + 1 42 1,5
furosemid + nifedipin
Sub total 57 88,4%
Total 65 100%

Penggunaan kombinasi obat ini dan diperlukan untuk memonitor dengan


menyebablan efek dari garam kalsium ketentuan menurunkan terapi efek
dapat mengurangi efek terapeutik dari kalsium channel blocker jika suplemen
kalsium channel blocker. Kombinasi dimulai atau dosis meningkat. Dan
obat amlodipine dengan obat antacid meningkatkan efek jika kalsium
mempunyai tingkat keparahan minor suplemen dihentikan atau dosis
dengan dokumentasi excellent. Terapi menurun.
untuk kombinasi obat ini bisa dilanjutkan

Tabel 4. Profil penggunaan obat lain Pada Penelitian 1


Penyakit Nama
Kelas Terapi Golongan Jumlah
Generik
Infeksi Antibiotik Cephalosporin Ceftriaxone 14
Kuinolon Levofloxacin 2
Cefixime 1
Amoxicillin 1
Cetirizin 1
Tukak lambung Antitukak Antagonis Ranitidin 12
reseptor H2
Protonpump Omeprazole 10
inhibitor
Anemia Antianemia Asam folat 26
156~Vol. 15 No.2 Kajian Penggunaan Antihipertensi dan Potensi Interaksi Obat

Anemolat 10
Hiperfosfatermia Suplemen CaCO3 CaCO3 40
kalsium
Mual muntah Antiemetik Antiemetik Ondancentron 5
Angina pektoris Antiangina Antiangina ISDN 4
Asam urat Analgesik Anti gout Allopurinol 3
Analgesiknon Ketorolac 3
opioid
Demam dan Analgetik Paracetamol 7
pusing antipiretik

Penggunaan obat antihipertensi dengan kejadian. Menurut lexicom kombinasi


obat lain yang banyak menimbulkan obat ini dapat menyebabkan efek
kejadian interaksi pada tingkat moderate depresan dari diazepam berkurang.
adalah obat catapres dengan obat Mekanisme potensial untuk ini adalah
diazepam yaitu sebesar 9 (13,43%) tidak diketahui.

Tabel 5. Profil penyakit penyerta pada pasien hipertensi Pada Penelitian 1

No Penyakit Jumlah (Orang) Persentase (%)


1 Vertigo 11 25,58%
2 Vomitus 4 9,30%
3 Diabetes Mellitus 4 9,30%
4 Epitaksis 3 6,98%
5 Dispepsia 3 6,98%
6 Dislipidemia 2 4,65%
7 Dispnea 2 4,65%
8 Cardiomegalo 2 4,65%
9 Drug induce 1 2,33%
10 Hipokalemia 1 2,33%
11 Thypoid 1 2,33%
12 Disfagia 1 2,33%
13 Liver 1 2,33%
14 Aritmia 1 2,33%
15 Gastrodium 1 2,33%
16 Gastritis 1 2,33%
17 Insomnia 1 2,33%
18 Febristipoid 1 2,33%
19 Kista 1 2,33%
20 Sembelit 1 2,33%
Total 43 100%
Santi Dwi Astuti dan Elina Endang J. Farmasi Indonesia~157

Tabel 6. Kejadian Interaksi Obat dan Jenis Interaksi Pada Penelitian 2


Kejadian Interaksi Jumlah (pasien) Persentase
Berinteraksi 33 86,84%
Tidak berinteraksi 5 13,16%
Total 38 100%
Jenis interaksi Jumlah Persentase (%)
n= 224
Minor 102 45,5%
Moderat 120 53,6%
Mayor 2 0,9%
Total 224 100

Penggunaan kombinasi obat ini digunakan yaitu obat tunggal dan


menyebablan efek dari depresan kombinasi. Penelitian ini
Central Neurologi System (CNS) menunjukkan penggunaan obat tunggal
meningkatkan efek toksik dari depresan terdapat 8 kasus dengan nilai
CNS lain. Kombinasi obat catapres persentase 12,3% lebih sedikit
dengan obat diazepam mempunyai dibandingkan dengan penggunaan obat
tingkat keparahan moderate dengan kombinasi yang terdapat kasus 57
dokumentasi good. Terapi untuk pasien dengan nilai persentase 88,4%.
kombinasi obat ini jika digunakan Penggunaan obat kombinasi lebih
bersamaan secara langsung disarankan pada penelitian kali ini
memerlukan pertimbangan durasi CNS karena dengan penggunaan obat
depresan (terutama toleransi untuk CNS tunggal saja belum dapat mengontrol
depresan efek), memonitor untuk aditif normal tekanan darah pasien.
CNS depresan efek setiap sekali atau Pada penggunaan obat tunggal
dua kali, dan menyarankan pasien untuk yang paling banyak digunakan golongan
menghindari unprescribed. diuretik loop yaitu furosemid sebanyak 6
Penggunaan obat antihipertensi kasus dengan nilai persentase 9,2%.
dengan obat lain yang banyak Sedangkan obat tunggal yang
menimbulkan kejadian interaksi pada digunakan pada golongan ARB adalah
tingkat mayor adalah obat amlodipine candesartan dengan nilai persentase
dengan obat simvastatin yaitu sebesar 2 3,0%.
(2,99%) kejadian dengan nomor pasien Terapi tunggal penggunaan
20. Kombinasi obat ini dapat antihipertensi golongan diuretik loop
menyebabkan efek antihipertensi merupakan terapi monoterapi yang
berkurang karena adanya simvastatin. paling banyak digunakan. Diuretik
Mekanisme potensial untuk ini adalah merupakan drug of choice bagi penyakit
pasti tetapi memungkinkan melibatkan hipertensi disertai gagal ginjal kronik
kompetisi untuk CYP3A sebagai baik yang mengalami udem. Loop diuretik
simvastatin dan amlodipine adalah salah satunya furosemid merupakan
substrat dari enzim ini. Hipertensi pilihan diuretik yang digunakan pada
disertai gagal ginjal kronik yang pasien gagal ginjal kronik karena dapat
158~Vol. 15 No.2 Kajian Penggunaan Antihipertensi dan Potensi Interaksi Obat

Tabel. 7. Analisis Rasionalitas Pengobatan Antihipertensi


Ketepatan Jumlah Persentase
Tepat Indikasi 65 100%
Tidak Tepat Indikasi - -
Total 100%

Ketepatan Jumlah Persentase


Tepat Obat 51 78,5
Tidak Tepat Obat 14 21,5
Total 65 100%
Ketepatan Jumlah Persentase
Tepat Dosis 64 98,5
Tidak Tepat Dosis 1 1,5
Total 65 100%
Ketepatan Jumlah Persentase
Tepat Pasien 65 100%
Tidak Tepat Pasien -
Total 65 100%

meningkatkan pengeluaran sodium menderita gagal ginjal mengalami


hingga 20% dan karena efikasinya tidak komplikasi berupa anemia sebagai efek
bergantung pada glomerular filtration dari kerusakan ginjal yang dialami
rate (GFR). Selain itu efek samping yang (BNF 2007). Menurut Kidney Early
muncul pada penggunaan furosemid Evaluation Program (KEEP) and
sangatlah jarang ditemui (Dussol et al National Health andNutrition
2012). Pada tabel 6 menunjukkan obat Examination Survey (NHANES),
pendukung yang banyak digunakan kejadian anemia pada gagal ginjal
yaitu suplemen kalsium (CaCO3). kronik (GGK) terjadi sekitar 73,8%
Menurut Tomasello (2008), terutama bila sudah mencapai stadium
terhambatnya ekskresi fosfat pada III. Anemia terutama disebabkan oleh
gagal ginjal kronik menyebabkan defisiensi Erythropoietic Stimulating
terjadinya hiperfosfatermia yang secara Factors (ESF). Anemia merupakan
fisikokimiawi akan mengakibatkan komplikasi penyakit ginjal kronik yang
terjadinya hipokalsemia. Pada keadaan sering terjadi, bahkan dapat terjadi lebih
seperti ini diperlukan pemberian agen awal dibandingkan komplikasi GGK
pengikat fosfat untuk mencegah lainnya dan hampir pada semua pasien
terjadinya hiperfosfatermia.Obat penyakit ginjal tahap akhir.
penunjang lainnya yang banyak Antibiotik yang banyak
digunakan yaitu asam folat untuk digunakan adalah kelas terapi antibiotik
anemia karena umumnya pasien yang golongan cephalosporin yaitu
Santi Dwi Astuti dan Elina Endang J. Farmasi Indonesia~159

ceftriaxone. Dimana ceftriaxone meningkatkan kepatuhan pasien


merupakan antibotik yang paling umum dengan menggunakan satu tablet yang
digunakan karena potensi antibakteri diminum dua atau tiga kali sehari.
yang tinggi, spektrum yang luas dan Tujuan lain pengobatan hipertensi pada
potensi yang rendah untuk toksisitas. penyakit gagal ginjal kronik yaitu untuk
Tepat indikasi apabila obat menurunkan risiko terjadinya Cardio
diberikan berdasarkan diagnosis dan Vasculer Disease pada pasien
keadaan pasien. Penggunaan obat hipertensi dan memperlambat progresi
dikaterogorikan tepat indikasi apabila penyakit ginjal pada pasien dengan atau
obat yang diresepkan sesuai dengan tanpa hipertensi (NKF 2004). Pemilihan
diagnosis adanya penyakit, hipertensi obat pada penatalaksanaan hipertensi
stage I maupun stage II berdasarkan tergantung pada tingkat tekanan darah
pengukuran tekanan darah pasien dan keberadaan penyakit. Pemilihan
selama rawat inap. Diagnosis yang obat awal pada pasien harus
ditegakkan sesuai dengan guideline mempertimbangkan banyak faktor
JNC VIII yaitu yang memiliki tekanan antara lain umur, riwayat perjalanan
darah >140/90 mmHg untuk pasien penyakit, kerusakan target organ,
hipertensi diseratai gagal ginjal kronik, indikasi dan kontra indikasi. Kasus
walaupun dengan tekanan darah dengan ketidaktepatan dosis yaitu pada
<140/90 namun tekanan darah harus pasien nomor kasus 62 mendapatkan
tetap diturunkan hingga mencapai terapi furosemid 3 ampul (60 mg/ml)
tekanan darah normal yaitu 120/80 dengan frekuensinya 4x sehari.
mmHg. Pemberian obat dikatakan tepat Penggunaan tersebut merupakan
apabila jenis obat yang dipilih penggunaan furosemid dalam dosis
berdasarkan pertimbangan manfaat dan tinggi. Pasien diketahui memiliki kondisi
risiko. Evaluasi terhadap ketepatan obat edema, pemberian furosemid 3 ampul
dilakukan dengan membandingkan 4x sehari untuk pasien udema boleh
kesesuaian obat antihipertensi yang digunakan, akan tetapi tidak digunakan
dipilih dengan obat antihipertensi yang dalam jangka waktu lama karena akan
direkomendasikan oleh JNC VIII yaitu mengakibatkan hipotensi, hal ini
antara lain golongan ACEI, ARB, sebanding dengan outcome yang
(Diuretik kuat dan diuretik hemat dihasilkan dan efek samping dari
kalium), CCB, Beta Blocker dan Agonis furosemid yaitu terjadi penurunan
alfa-2. ekskresi dari pottasium yang dapat
First line therapy pada pasien menyebabkan terjadinya hiperkalemia.
hipertensi dengan gagal ginjal kronik Penggunaan furosemid harus
menurut JNC VIII yaitu dimulai dengan disesuaikan dengan kondisi pasien.
ACEI/ARB. Penggunaan obat secara Indikator sangat penting untuk
rasional bertujuan untuk tercapainya terapi yang diperlukan
mempertahankan tekanan darah dalam pengobatan terutama pada
menggunakan dua atau lebih pasien dengan gangguan fisiologis yang
antihipertensi yang memiliki tempat aksi berat seperti halnya CKD salah satunya
dan golongan yang berbeda dan untuk yaitu indikator ketepatan dalam
160~Vol. 15 No.2 Kajian Penggunaan Antihipertensi dan Potensi Interaksi Obat

pemberian dosis. Dosis obat perlu kombinasi (candesartan, amlodipin,


diukur berdasarkan fungsi ginjal, furosemid) dan 3 kombinasi
semakin buruk fungsi ginjal akan (candesartan, clonidin, furosemid)
semakin buruk rendah pula dosis yang dengan nilai presentase yang sama
dibutuhkan, untuk itu pemeriksaan yaitu 13,8%.
fungsi ginjal sangat penting. 2. Berdasarkan rasionalitas
Pemeriksaan yang biasa digunakan Penggunaan antihipertensi pada
sebagai acuan adalah pemeriksaan pasien hipertensi disertai gagal
LFG atau klirens kreatinin (Ashely & ginjal kronik menurut JNC VIII
Currie 2009). Dalam penelitian ini nilai meliputi tepat indikasi 100%, tepat
penggunaan obat berdasarkan tepat obat 83,6%, tepat pasien 100% dan
pasien didapatkan nilai persentase tepat dosis 98,5%.
100% karena pada semua obat yang 3. Dari total 38 pasien hipertensi
diresepkan pada pasien hipertensi terdapat 31 pasien (81,58%) yang
dengan gagal ginjal kronik sesuai mengalami potensi interaksi obat
dengan keadaan patologi dan fisiologi dan 7 pasien (18,42%) tidak
pasien serta tidak menimbulkan mengalami potensi interaksi obat.
kontraindikasi bagi pasien maupun Dari total 31 pasien yang mengalami
terjadi efek samping yang tidak potensi interaksi berdasarkan
diinginkan. Hal ini karena dokter sudah aplikasi terdapat 224 kasus interaksi
mengerti benar kondisi pasien dan yaitu :
sudah mempertimbangkan pemberian a. Potensi Interaksi minor sebesar
obat yang tepat untuk pasien. 22 pasien (45,8%) dengan total
Penggunaan obat antihipertensi yang 102 kejadian.
paling banyak yaitu furosemid b. Potensi Interaksi moderat
kontraindikasi pada pasien gangguan sebesar 25 pasien (53,3%)
gastrointestinal, pasien koma, dengan total 120 kejadian.
hipersensitif terhadap sulfonamid. c. Potensi Interaksi mayor sebesar
1 pasien (0,9%) dengan total 2
KESIMPULAN
kejadian.
Hasil penelitian tentang
4. Obat yang paling banyak digunakan
rasionalitas dan potensi kejadian
dan menimbulkan interaksi adalah
interaksi obat penggunaan obat
obat amlodipine dengan obat
antihipertensi pada pasien hipertensi
antacid menimbulkan interaksi
dengan komplikasi adalah :
minor, obat catapres dengan obat
1. Antihipertensi yang paling banyak
diazepam menimbulkan interaksi
digunakan untuk terapi hipertensi
moderate dan simvastatin dengan
disertai gagal ginjal kronik di adalah
obat amlodipine menimbulkan
golongan (diuretik loop) yaitu
interaksi mayor.
furosemid dengan persentase 9,2%
5. Mekanisme potensi interaksi yang
pada terapi tunggal. Sedangkan
ditemukan berdasarkan hasil
terapi kombinasi antihipertensi yang
penelitian yaitu potensi interaksi
paling banyak digunakan adalah 3
dengan mekanisme interaksi
Santi Dwi Astuti dan Elina Endang J. Farmasi Indonesia~161

farmakokinetik sebayak 9 kejadian, Pengendalian Penyakit Tidak


interaksi farmakodinamik sebanyak Menular Departemen Kesehatan
46 kejadian dan tidak diketahui RI.
mekanismenya sebanyak 12 Dewi, A. 2018. Evaluasi Rasionalitas
kejadian. Obat Antihipertensi Pada Pasien
Hipertensi Disertai GGK Di
DAFTAR PUSTAKA Instalasi Rawat Inap RSUD Dr.
[AJKD] American Journal Kidney Moewardi Surakarta Tahun
Disease. 2005. K/DOQI Clinical 2017. Skripsi.
Practice Guideline for Dussol, et al. 2012. A Pilot Study
Cardiovaskular Disease in Comparing Furosemide and
Dialysis Patient. 45(4): 49 Hydroclorothiazide in Patiens
Agustina R, Annisa N, Prabowo WC. With Hypertension and Stage 4
2015. Potensi Interaksi Obat or 5 Chronic Kidney Disesase.
Resep Pasien Hipertensi Di The Journal of Clinical
Salah SatuRumah Sakit Hypertension. 14(1):32-37.
Pemerintah Di Kota Samarinda. Elizabeth J. 2009. Buku Saku
Jurnal Sains dan Kesehatan. Patofisiologi. Edisi ke-3. Jakarta:
Vol 1. No 4. Hal. 208-213. Buku Kedokteran EGC. Hlm 484.
Anggitasari, Y. 2018. Evaluasi Interaksi Ganda, Sigalingging. 2011. Karateristik
Pengobatan Pada Pasien Penderita Hipertensi di Rumah
Hipertensi Di Instalasi Rawat Sakit Umum Herna Medan 2011.
Inap RS Panti Rahayu Yakkum Hal. 1-6 Universitas Darma
Purwodadi Grobogan 2017. Agung: Medan
Skripsi. JNC VIII. 2014. Evidence-Based
Badan Pengawas Obat dan Makanan Guideline for the Management of
Republik Indonesia, 2008, High Blood Pressure in
Informatorium Obat Nasional Adults Report From the Panel
Indonesia 2008, KOPERPOM, Members Appointed to the
Jakarta, hal. 92-121 Eighth Joint National Committee
Bustan. 2007. Epidemiologi Penyakit (JNC 8)
Tidak Menular. Jakarta: Rineka Kalpan, N.M and Weber, M.A. 2010.
Cipta. Hypertension Essentials, 2nd
Cherney, D & Straus S 2002. edition. Kones and Bartlet
Management of patients with Publisher. America. Pp 2.
hypertensive urgencies and Katzung B.G.2004. Basic & clinical
emergencies. J Gen Intern Med, pharmacology, Dalam Bertram,
17, 927-945. G.K. Farmakologi Dasar dan
Departemen Kesehatan Republik Klinik. Edisi 6. Jakarta: Salemba
Indonesia. [Depkes RI]. 2006a. Medika. hlm 531,637.
Pedoman Teknis Penemuan Khairani. 2003. Gambaran factor resiko
Dan Tatalaksana Penyakit yang berhubungan dengan
Hipertensi, Jakarta: Direktorat hipertensi pada kelompok lanjut
162~Vol. 15 No.2 Kajian Penggunaan Antihipertensi dan Potensi Interaksi Obat

usia di Jakarta Utara 1997. National Kidney Foundation / NKF.


Skripsi Permintaan Biostatik dan 2004. Clinical Practice Guideline
Informatika Kesehatan. Fakultas and Recommendations.
Kesehatan. Masyarakat Rahajeng, E., dan S. Tuminah.
Universitas Indonesia. 2009.Prevalensi Hipertensi dan
Kitiyakara, C & Guzman, N. J 1998. Determinannya di Indonesia.
Malignant hypertension and MajKedokt Indon. Vol. 59(12):
hipertensive emergencies. 580-587.
Journal of the American society Rahmawati, F., R. Handayani., V. Gosal,
of nephrology. 2006. Kajian retrospektif
interaksi obat di Rumah Sakit
Pendidikan Dr.
Septiwi, C. 2011. Hubungan antara orthogonal cutting conditions.
adekuasi Hemodialisis dengan International Journal of Machine
Kualitas Hidup Pasien Tools & Manufacture 45.
Hemodialisis di Unit Tomasello, Sarah., 2008. Secondary
Hemodialisis RS Prof. Dr. Hyperparathyroidism and
Margono Soekarjo Purkokerto. Chronic Kidney Disease.
Tesis. Diabetes Spectrum Volume 21,
Shely, C dan Currie, A. 2009. The Renal November 1., p.19-2
Drug Hand Book. Edisi World Health Organization, 2013, A
ketiga.new York: Radcliffe Global Brief on Hypertension,
Publishing. Halaman: 44, WHO Press, Geneva, pp. 10.
94,116, 338, 633, 683, 762. World Health Organization.
Stockslager L. 2008. Asuhan [WHO]. 2012. Guidelines for ATC
Keperawatan Geriatrik Edisi 2. Clasification and DDD
Jakarta. Assigment. WHO Collaborating
Sutter, G. 2006. Chip geometries during Centre for Drug Statistics
high –speed machining for Metpdplogy. Oslo.

Anda mungkin juga menyukai