Anda di halaman 1dari 18

TUGAS H+6

PRAKTIKUM PEMODELAN OSEANOGRAFI


Modul 2
Model Difusi 1 Dimensi

Oleh :
Muhammad Fakhri Khairillah Almunawir
26050119130043
Oseanografi B

Koordinator Praktikum:
Dr. Aris Ismanto, S.Si., M.Si.
NIP. 19820418 200801 1 010

Tim Asisten:

Mochamad Rafif Rabbani 26050117170001


Yavin Zacharia Hadi Utama 26050118130090
Helwis liufandy 26050118140099
Rezy Ayatussyafi 26050118130087
Alyssa Hutasuhut 26050118120004

DEPARTEMEN OSEANOGRAFI
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2021
1. Jawaban Terlampir
2. Berdasarkan grafik yang dihasilkan, kestabilan skema bervariasi berdasarkan scenario.
Namun rata-rata ketidakstabilan skema tertinggi terdapat pada skema eksplisit dengan
nilai koefisien difusi negative (Kasus B dan D), dimana banyak kurva yang mengalami
pola yang tidak teratur atau overflow. Ketidakstabilan FTCS dapat dikaitkan terhadap nilai
analisis kestabilan von Neumann. Menurut Rezolla (2020) skema FTCS merupakan skema
yang unconditionally unstable, hal ini dibuktikan melalui analisis von Neuman skema
FTCS yang diperoleh sebagai berikut

Karena nilai tersebut lebih besar dari satu maka skema FTCS dapat dikatakan tidak stabil.
Akibatnya, skema FTCS jarang digunakan dan tidak akan memberikan hasil yang
memuaskan kecuali untuk jangka waktu yang sangat pendek jika dibandingkan dengan
crossing time yang umumnya digunakan dalam investigasi masalah fisika.
3. Berdasarkan grafik yang dihasilkan,, kestabilan skema bervariasi berdasarkan scenario.
Namun, rata-rata kestabilan skema tertinggi terdapat pada skema Upstream, dimana
kurva-kurva saling berdekatan dan dalam pola yang teratur. Skema Upstream memiliki
pendekatan yang berbeda untuk arah kecepatan yang berbeda sehingga tidak ada
perembesan ke arah sebaliknya dari arah kecepatan persebaran polutan yang dikehendaki
karena metode upstream menggunakan pedekatan beda maju dan mundur secara terpisah.
Tingginya kestabilan metode upstream dapat dibuktikan melalui Analisa stabilitas sebagai
berikut

Persamaan diatas memenuhi kondisi Courant-Friedrichs-Lowy (CFL) dimana nilai |α |≤.


Dari sudut pandang matematis, kondisi tersebut menjadmi bahwa domain numerik dari
persamaan dependen lebih besar dari bentuk fisiknya. Dari sudut pandang fisika, kondisi
tersebut menjadi bahwa propagasi kecepatan dari pertubasi fisik apapun seperti kecepatan
suara atau kecepatan cahaya selalu lebih kecil dari bentuk numeriknya (Rezolla, 2020).
4. Diskritisasi persamaan adveksi 1 dimensi
 FTCS
∂F
=−u
∂ F F nm+1−F nm ( F nm +1−Fnm −1)
∂t ∂x =−u
Δt 2 Δx
uΔt n
F n+1 n
m =F m− ( F m +1−F nm−1)
2 Δx
 Leapfrog
∂F
=−u
∂ F F nm+1−F n−1
m ( F nm+1−F nm−1 )
∂t ∂x =−u
Δt Δx
uΔt n
F n+1 n−1
m =F m − ( F m+1−F nm−1 )
Δx
 Upstream

Jika u > 0, turunan terhadap ruang menggunakan pendekatan beda mundur


∂F
=−u
∂ F F nm+1−F nm ( F nm−F nm−1 )
∂t ∂x =−u
Δt Δx

uΔt n
F n+1 n
m =F m− ( F m +1−Fnm −1 )
Δx

Jika u < 0, turunan terhadap ruang menggunakan pendekatan beda maju


n n
∂F ∂ F F nm+1−F nm ( F m +1−Fm )
=−u =−u
∂t ∂x Δt Δx

F n+1 n n n
m =F m−λ ( Fm +1−F m )

5. Menurut Saiduzzaman dan Ray (2013), salah satu skema yang dapat digunakna untuk
menyelesaikan persamaan adveksi 1 dimensi linear adalah skema Lax-Friedrich. Skema
Lax-Friedrich adalah metode numerik untuk solusi persamaan diferensial parsial
hiperbolik berdasarkan perbedaan hingga. Metode ini dapat digambarkan sebagai skema
FTCS (maju dalam waktu, terpusat dalam ruang) dengan suku disipasi numerik ½.
Diskritisasti skema ini adalah sebagai berikut
∂F ∂F
=−u
∂t ∂x
F nm+1−F nm ( F nm +1−Fnm −1)
=−u
Δt n+1 /2 2 Δ x n+1 /2
n+1 n Δ t n+1 /2 n n
F m =F m−u ( F m +1−F m−1)
Δx

Daftar Isi
Rezzolla, L. (2020). Numerical Methods for the Solution of Partial. Frankfurt: Institute of
Theoretical Physics.

Saiduzzaman, M., & Ray, S. K. (2013). Comparison of Numerical Schemes fo Shallow


Waters Equation. Global Journal of Science Frontier Research Mathermatics and
Decisioin Sciences., 13(4).
LAMPIRAN
4.1. Grafik Konsentrasi Vs Grid
4.1.1. Skenario 1
4.1.1.1.Eksplisit

a. Kasus A b. Kasus B

c. Kasus C d. Kasus D

4.1.2. Skenario 2
4.1.2.1. Eksplisit

a. Kasus A b. Kasus B

c. Kasus C d. Kasus D

4.1.3. Skenario 3
4.1.3.1. Eksplisit

a. Kasus A b. Kasus B

c. Kasus C d. Kasus D

4.1.4. Skenario 4
4.1.4.1. Eksplisit

a. Kasus A b. Kasus B

c. Kasus C d. Kasus D

4.1.5. Skenario 5
4.1.5.1. Eksplisit

a. Kasus A b. Kasus B

c. Kasus C d. Kasus D

4.1.6. Skenario 6
4.1.6.1. Eksplisit

a. Kasus A b. Kasus B

c. Kasus C d. Kasus D

4.1.7. Skenario 7
4.1.7.1. Eksplisit

a. Kasus A b. Kasus B

c. Kasus C d. Kasus D

4.2. Grafik Konsentrasi Vs Waktu


4.2.1. Skenario 1
4.2.1.1. Eksplisit

a. Kasus A b. Kasus B

c. Kasus C d. Kasus D

4.2.2. Skenario 2
4.2.2.1. Eksplisit

a. Kasus A b. Kasus B

c. Kasus C d. Kasus D
4.2.3. Skenario 3
4.2.3.1. Eksplisit

a. Kasus A b. Kasus B

c. Kasus C d. Kasus D

4.2.4. Skenario 4
4.2.4.1. Eksplisit

a. Kasus A b. Kasus B

c. Kasus C d. Kasus D

4.2.5. Skenario 5
4.2.5.1. Eksplisit

a. Kasus A b. Kasus B

c. Kasus C d. Kasus D

4.2.6. Skenario 6
4.2.6.1. Eksplisit

a. Kasus A b. Kasus B

c. Kasus C d. Kasus D

4.2.7. Skenario 7
4.2.7.1. Eksplisit

a. Kasus A b. Kasus B

c. Kasus C d. Kasus D

Anda mungkin juga menyukai