Anda di halaman 1dari 6

TUGAS PENGGANTI UAS

MATA KULIAH SISTEM INSTRUMENTASI KELAUTAN

Oleh:
Muhammad Fakhri Khairillah Almunawir
26050119130043
Oseanografi B

Dosen Pengampu:
Drs. Heryoso Setiyono M.Si.
196510101991031005

DEPARTEMEN OSEANOGRAFI
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG
2021
SOAL :

Carilah sedikitnya 5 (lima) macam satelit sumberdaya alam baik untuk survey daratan maupun
lautan. Jelaskan karakteristik masing-masing satelit tersebut, tugas dan peran, serta keunggulan
dan kelemahannya

JAWABAN :

1. QUICKBIRD
QUICKBIRD adalah salah satu earth observation satellite atau satelit pengamatan bumi yang
memiliki high-spatial resolution atau relosusi spasial tinggi yang dioperasikan oleh Digital
Globe. Satelit Quickbird menghasilkan citra dalam dua moda yaitu moda moda pankromatik
dengan resolusi spasial 0.61 m (dalam posisi nadir) yang terdiri dari 1 band, dan moda
multispektral dengan resolusi spasial 2.4 m (dalam posisi nadir) yang terdiri dari 4 band
dalam spektrum elektromagnetik cahaya tampak (visible) dan inframerah dekat (near
infrared). Satelit Quickbird menggunakan Ball Commercial Platform 2000 (BCP 2000)
sebagai bus wahana, yang dibuat oleh Ball Aerospace and Technologies Corporation
(BATC). Sistem pengendali perilaku wahana satelit Quickbird yaitu Attitude Determination
and Control subsystem (ADCS), dengan sistem kendali 3 sumbu (3–axis stabilized),
menggunakan dua pelacak bintang (star tracker), serta pemakaian sensor matahari dan
magnetometer sebagai sensor sikap satelit. Satelit Quickbird menggunakan sensor Ball
Global Imaging System (BGIS) dengan instrumen kameranya bernama Ball High Resolution
Camera 60 (BHRC 60). Elemen-elemen yang terdapat dalam BRHC 60 yaitu subsistem optis,
Focal Plane Unit (FPU), dan Digital Processing Unit (DPU). Satelit Quickbird berperan
sebagai salah satu satelit observasi bumi, yaitu untuk merekam berbagai fitur ataupun
fenomena di bumi, dimana setelah meng-orbit selama 90 hari, Quickbird akan memperoleh
citra dengan nilai resolusi panchromatic dan multispectral. Pada resolusi panchromatic,
bangunan, jembatan, jalan-jalan serta berbagai infrastruktur lain dapat terlihat secara detail.
Resolusi Quickbird yang tinggi ini memberikan satelit ini keunggulan, dimana dengan
resolusi tersebut, Quickbird mampu menyajikan data sebuah lokasi yang dapat diidentifikasi
per individu bangunan, dan sebuah jaringan jalan dapat diidentifikasi sebagai poligon dua
sisi, sehingga penggunaan lahan perkotaan yang sangat kompleks dan bervariasi
memungkinkan untuk dipantau dengan cepat dan tepat, dimana data yang dihasilkan detail.
Kelemahannya yaitu satelit Quickbird memiliki jangkauan liputan satelit resolusi tinggi yang
kecil (kurang dari 20 km) dan posisi orbitatnya rendah, 400 - 600 km, di atas Bumi.

2. ALOS
ALOS merupakan satelit pengmatan sumberdaya alam Jepang yang dikelola oleh Japan
Aerospace Exploration Agency (JAXA). ALOS memiliki ukuran panjang 4,5 m x lebar 3,5
m x tinggi 6,5 m, dengan massa sekitar 4 ton. Dengan ukuran tersebut, satelit ini merupakan
salah satu satelit terbesar di antara Land Observing Satellites. Dalam bahasa Jepang, satelit
ini disebut dengan Daichi. Pada 24 Mei 2014, roket H-IIA meluncurkan Daichi-2 yang lebih
dikenal sebagai ALOS-2 yang akan melanjutkan pemanfaatan dan survey dari ALOS-1.
Satelit ALOS mempunyai 5 tugas dan peran utama yaitu kartografi, pengamatan regional,
pemantauan bencana alam, penelitian sumber daya alam, dan pengembangan teknologi.
Satelit Alos memiliki tiga instrumen sensor, dimana setiap sensor memiliki kegunaannya
sendiri. Prism dapat diaplikasikan untuk pembuatan DSM dengan model stereo dan bisa
digunakan untuk pemetaan skala 1:10.000 atau lebih kecil serta citra Prism untuk pemetaan
skala 1:5000 atau lebih kecil. Satelit ALOS mempunyai karakteristik yang unik untuk misi
pemetaan dengan keunggulan yaitu dapat menghasilkan liputan global dengan pengamatan
berulang dan daerah pengamatan yang luas, dengan lebar liputan satuan citra 70 km atau
lebih. Keunggulan lain yaitu dapat menghasilkan Digital Elevation Model (DEM) dengan
akurasi ketinggian 3-5 m, dari citra pankromatik dengan resolusi 2-5 m atau citra-citra
steroskopik triplet (PRISM) meskipun di dalam daerah yang ditutupi awan dengan
menggunakan data citra dari sensor PALSAR, atau fusi data dari sensor optik AVNIR dan
PALSAR. Kekurangan yang diketahui dari satelit ini adalah bahwa satelit ini menghasilkan
citra data biomassa yang berskala besar.

3. LANDSAT
Landsat merupakan satelit tertua di bumi yang diluncurkan oleh Amerika Serikat. Adanya
citra satelit Landsat dimulai pada tahun 1972 dengan meluncurkan satelit generasi pertama
yaitu Landsat 1 diluncurkan 23 Juli 1972, Landsat 2 diluncurkan pada tanggal 22 Januari
1975, dan Landsat 3 pada tanggal 5 Maret 1978 tetapi landsat tersebut berakhir pada tanggal
22 Januari 1981. Satelit-satelit tersebut dilengkapi sensor MSS multispectral dan merupakan
satelit eksperimen. Kemudian seiring berjalannya waktu, pada tahun 1982 diluncurkan
kembali satelit bumi generasi kedua yaitu Landsat 4 dan Landsat 5. Landsat terebut
merupakan landsat semioperasional atau dimaksudkan untuk tujuan penelitian dan
pengembangan. Aplikasi yang paling penting dari data citra satelit seri Landsat multispektral
adalah pendeteksian dan pemantauan perubahan-perubahan objek pada pada permukaan Di
Amerika Serikat dan di seluruh dunia, dan khususnya di Indonesia. Landsat 8 ini memiliki
beberapa keunggulan, seperti band yang dapat digunakan sebagai penyusun RGB komposit
dapat lebih banyak sehingga warna-warna obyek menjadi lebih bervariasi dan jelas serta
resolusinya sangat baik. Selain itu, keunggulan lainnya adalah band 1 pada landsat ini dapat
menangkap panjang gelombang elektromagnetik lebih rendah dari pada band yang sama pada
landsat 7, sehingga lebih sensitif terhadap perbedaan reflektan dan tampilan air laut bahkan
pada kedalaman berbeda. Adapun kelemahan dari satelit ini adalah Satelit Landsat
bermasalah dalam menghubungkan fitur paleochannel pada sub permukaan. Dalam analisis
daerah yang tertutup awan maka citra tersebut sulit untuk dianalisis. Selain itu peliputan
Landsat pada musim kering sulit untuk membedakan sawah yang ditanami palawija dengan
pertanian lahan kering.

4. SPOT
Satelit System Pour I’Observation de la Terre (SPOT) merupakan system dari satelit
observasi bumi yang mencitra secara optis dengan resolusi tinggi dan dioperasikan di luar
angkasa. SPOT memiliki lebar liputan per scene 60 km dan sensor Haute Resolution Visible
(HRV. Satelit SPOT memiliki resolusi sampai 1,5 m yang dapat melihat akurasi yang baik.
Satelit ini diterapkan dalam pembuatan citra 3 dimensi dalam survei dan profil pulau – pulau
di Indonesia. Keunggulan daripada SPOT adalah memiliki HRVI yang dapat memberikan
citra resolusi tinggi dengan spectral tampak dan inframerah. SPOT juga menawarkan
keunggulan dalam mengoperasikan sensor resolusi HRVIR dengan instrument ganda High
Resolution Geometric (HRG). Resolusi spasial dari HRG ini ialah 5 m dan 2,5 m untuk
saluran pankromatik dan 10 m untuk saluran multispectral. Satelit SPOT sendiri memiliki
peran, yaitu perencanaan site plan area pertambangan, monitoring kegiatan pertambangan
illegal dan PETI, inventarisasi potensi area pertambangan, monitoring perubahan tutupan
lahan area tambang, data dalam izin pinjam pakai Kawasan hutan atau perizinan lainnya dan
lain sebagainnya. Kekurangan dari satelit ini ialah algoritma rasio kanal dimana dilakukan
dan dikembangkan untuk meminimalisir selisih kedalaman duga dengan kedalaman
sebenarnya karena variasi tutupan bentik yang beragam. Akan tetapi, algoritma rasio kanal
tidak cukup memberikan hasil yang baik pada wilayah kolom perairan yang cukup keruh.

5. MODIS
MODIS (atau Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer) merupakan sebuah
instrumen penting yang berada dalam satelit Terra (EOS AM) dan Aqua (EOS PM). Satelit
Aqua/Terra MODIS mengamati seluruh permukaan bumi setiap 1 hingga 2 hari, memperoleh
data dalam 36 kanal pita spektrum (spectral band) atau grup dari panjang gelombang. Salah
satu sensor penginderaan jauh yang memiliki kemampuan diatas adalah sensor MODIS yang
dibawa satelit TERRA/AQUA. Dari data sensor MODIS, kita dapat diketahui informasi
mengenai potensi sumber daya alam yang dimiliki Indonesia. Indonesia dilalui garis
khatulistiwa sehingga mempunyai karakteristik unik karena wilayah perairannya menjadi
tempat interaksi antara massa air yang datang dari Samudra Hindia dan Samudra Pasifik.
Pertemuan masa air dari kedua samudra tersebut di daerah-daerah wilayah perairan laut
Indonesia, dapat diperkirakan daerahdaerah tersebut terdapat banyak ikan yang beraneka
ragam. Data MODIS masih memiliki kelemahan dalam menentukan zona potensial
penangkapan ikan yang akurat, karena data citra sering mengalami gangguan oleh awan,
garis-garis (striped) dan pancaran sinar matahari (sunglint) sehingga informasi yang
diperoleh kurang akurat atau kurang sesuai dengan kondisi lapangan, yang dapat
mengakibatkan kehilangan informasi di dalamnya. Sementara kelebihannya adalah Dengan
karakteristik di atas MODIS memiliki beberapa kelebihandibanding NOAA-AVHRR.
Diantara kelebihannya adalah lebih banyaknya spektral panjang gelombang (resolusi
radiometrik) dan lebih telitinya cakupan lahan (resolusi spasial) serta lebih kerapnya
frekuensi pengamatan (resolusi temporal). Beberapa kelebihan MODIS dibandingkan satelit
pencitraan yang lain antara lain adalah lebih banyaknya spektral panjang gelombang (resolusi
spektral) dan lebih telitinya cakupan lahan (resolusi spasial) serta lebih kerapnya frekuensi
pengamatan (resolusi temporal). Kisaran gelombang pada kanal-kanal yang dimilikinya yang
lebih sempit sehingga dapat menghasilkan informasi parameter yang lebih baik dan akurat.
MODIS melalui berbagai algoritma dapat menghasilkan parameter dari suhu permukaan laut.
Akan tetapi, data MODIS juga memiliki kelemahan dalam keakuratan untuk menentukan
zona potensial penangkapan ikan, hal ini dikarenakan data citra sering mengalami gangguan
oleh awan, garis-garis (striped) dan pancaran sinar matahari (sunglint) sehingga informasi
yang diperoleh kurang akurat atau kurang sesuai dengan kondisi lapangan, dengan demikian
mengakibatkan kehilangan informasi di dalamnya. Kesalahan dalam penentuan radiometrik
untuk suhu permukaan air pada absorpsi uap air atmosfir (kanal 31 dan 32), gas-gas minor di
atmosfir (semua kanal), dan tiupan debu di laut (semua kanal).

References
Agustina, A., Sugandi, D., & Somantri, L. (2012). Pemanfaatan Citra Quickbird Untuk Pemetaan
Penggunaan Lahan di Cibeunying Kota Bandung. Jurnal Gea., 12(1).

Amliana, D. R., Prasetyo, Y., & Sukmono, A. (2016). Analisis Perbandingan Nilai NDVI
Landsat 7 dan Landsat 8 Pada Kelas Tutupan Lahan (Studi Kasus : Kota Semarang, Jawa
Tengah). Jurnal Geodesi Undip., 5(1).

Gupta, R. P. (2003). Remote Sensing Geology. Berlin: Springer.

Sabins, F. F. (1996). Remote Sensing Principles and Interpretation 2nd Edition. New York:
W.H. Freeman and Co.

Sutanto. (1999). Penginderaan Jauh Jilid II. Yogyakarta: UGM Press.

Suwargana, N. (2013). Resolusi Spasial, Temporal dan Spektral Pada Citra Satelit Landsat,
SPOT dan IKONOS. Jurnal Ilmiah Widya., 1(2).

Anda mungkin juga menyukai