Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

HEMICOLECTOMY
DI BAGIAN INSTALASI BEDAH PUSAT/COT
RSUP. DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR

Muh. Adi Fitrah


C12108279

CI Institusi CI Lahan

( )
( )

PROFESI KEPERAWATAN MEDIKAL


BEDAH PROGRAM STUDI ILMU
KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
HASANUDDIN MAKASSAR
2012
HEMICOLECTOMY
KONSEP MEDIS
A. Anatomi dan fisiologi colon

Sistem pencernaan merupakan salah satu sistim yang ada di tubuh kita
untuk mengolah bahan makanan yang masuk ke tubuh kita menjadi zat
yang dapat diserap ke dalam peredaran darah, sedangkan sisa atau ampas
yang dihasilkan dari proses pencernaan akan disingkirkan atau dikeluarkan
melalui feses.

Sistem pencernaan terdiri atas suatu saluran panjang yaitu saluran


cerna di mulai dari mulut sampai anus, dan kelenjar-kelenjar yang
berhubungan seperti kelenjar liur, hati dan pancreas, yang letaknya di luar
saluran tetapi menghasilkan sekret melalui sistim duktus masuk ke dalam
saluran tersebut.

Colon atau usus besar merupakan salah satu traktus/saluran


pencernaan. Tunika mukosa bagian usus besar dilapisi oleh epitel selapis
silindris dengan sel goblet. Pada permukaannya tidak mempunyai vilus,
hanya kriptus Lieberkuhn. Permukaan mukosa rata dan seragam tingginya
yang menandakan bahwa usus besar tidak mempunyai vilus tetapi hanya
kriptus Lieberkuhn. Pada lamina propia kadang ditemukan adanya noduli
limfatisi, disamping itu juga terdapat lapisan otot polos (tunika muskularis
mukosa). Tunika submukosa terdiri atas jaringan ikat longgar. Tunika

1
muskularisnya sama seperti lapisan usus lainnya terdiri atas lapisan sirkular
dan longitudinal. Tunika adventisia atau serosanya terdiri atas jaringan ikat
jarang.

Bahan makanan masuk ke dalam usus besar dalam keadaan setengah


cair yang kemudian diubah menjadi setengah padat yang merupakan
konsistensi feses. Fungsi usus besar :

1. Absorpsi cairan
2. Sekresi mukus yang berfungsi sebagai pelumas feses yang telah
diabsorpsi cairannya agar tidak merusak mukosa.
3. Tempat pembusukan sisa makanan oleh bakteri normal usus besar.

B. Defenisi
Hemicolectomy adalah suatu tindakan pembedahan dengan
mengangkat sebagian dari kolon beserta pembuluh darah dan saluran limfe.
Terdapat beberapa tipe dari hemikolektomi, antara lain :
1. Hemikolektomi kanan
Hemikolektomi kanan dilakukan untuk mengangkat suatu tumor
atau penyakit pada kolon kanan. Dilakukan pada kasus tumor bersifat
kuratif dengan melakukan reseksi pada kasus karsinoma sekum, kolon
asenden. Pembuluh darah ileokolika, kolika kanan dan cabang kanan
pembuluh darah kolika media diligasi dan dipotong. Sepanjang 10 cm
ileum terminal juga harus direseksi, yang selanjutnya dibuat anastomosis
antara ileum dan kolon transversum.
2. Hemikolektomi Kanan Diperluas
Hemikolektomi kanan diperluas (Extended Right Colectomy) dapat
dilakukan untuk mengangkat tumor pada fleksura hepatika atau
proksimal kolon transversum. Standar hemikolektomi kanan diperluas
adalah dengan mengikut sertakan pemotongan pembuluh darah kolika
media. Kolon kanan dan proksimal kolon transversum direseksi
dilanjutkan anastomosis primer antara ileum dan bagian distal kolon
transversum. Jika supply darah diragukan, reseksi diperluas sampai
fleksura lienalis dan selanjutnya membuat anstomosis ileum dengan
kolon desenden.
3. Kolektomi Transversum
Suatu tumor pada pertengahan kolon transversum dapat direseksi
dengan melakukan ligasi pada pembuluh darah kolika media sekaligus
mengangkat seluruh kolon transversum yang diikuti membuat
anastomosis kolon asenden dengan kolon desenden. Bagaimanapun,
suatu kolektomi kanan diperluas dengan anastomosis antara ileum
terminal dengan kolon desenden merupakan anastomosis yang aman
dengan menghasilkan fungsi yang baik.
4. Hemikolektomi kiri
Suatu tumor pada kolon transversum bagian distal , fleksura
lienalis , atau kolon descenden direncanakan untuk dilakukan
hemikolektomi kiri. Cabang kiri dari pembuluh darah kolika media, kolika
kiri dan cabang pertama dari pembuluh darah sigmoid dilakukan ligasi
dan dipotong. Selanjutnya dilakukan anastomosis kolo transversum
dengan kolon sigmoid.
5. Hemikolektomi Kiri Diperluas
Digunakan untuk mengangkat tumor pada kolon transversum
bagian distal. Pada operasi ini, dilakukan kolektomi kiri dengan perluasan
ke bagian proksimal cabang kanan pembuluh darah kolika media.
6. Kolektomi Sigmoid
Tumor pada kolon sigmoid dengan melakukan ligasi dan
pemotongan cabang sigmoid dari arteri mesenterika inferior. Umumnya,
kolon sigmoid dilakukan reseksi setinggi refleksi peritoneum dilanjutkan
anastomosis antara kolon desenden dan rektum bagian proksimal. Untuk
menghindari tension pada anastomosis maka perlu dilakukan
pembebasan fleksura lienalis.
7. Kolektomi Total atau Sub total
Dilakukan pada pasien dengan kolitis fulminan termasuk familial
adenomatous polyposis atau karsinoma kolon yang sinkronus. Sesuai
prosedur, pembuluh darah ileokolika, pembuluh darah kolika dekstra,
kolika media, kolika sinistra dilakukan ligasi dan dipotong. Selanjutnya
ileum terminal sampai sigmoid direseksi. Anastomosis ileo-rektal.

C. Indikasi operasi
Hemicolectomy dapat dilakukan pada beberapa kondisi seperti :
 Keganasan pada sekum, kolon asenden, fleksura hepatika dan kolon
tranversum kanan.
 Keganasan pada kolon transversum kiri, fleksura lienalis, kolon desenden.

 Poliposis kolon.
 Trauma kolon.

D. Prosedur operasi
1. Persiapan alat
a. Scaple handle
b. Scaple blade
c. Forceps (pinset)
d. Clamps
e. Hemostatic
f. Hak gigi/kulit.
g. Suture needle (jarum)
h. Gunting jaringan dan benang
i. Benang absorbable dan non absorbable
j. Kasa steril
2. Persiapan klien
a. Imformed concent
b. Klien dipuasakan dan dilakukan klisma
c. Mencukur rambut pada daerah pubis
d. Melepaskan perhiasan dan lain-lain (gigi palsu)
e. Memakai pakaian operasi
f. Persiapan obat-obatan yang diperlukan
3. Teknik operasi
a. Setelah penderita diberi narkose dengan endotrakeal, posisi
telentang.
b. Dilakukan desinfeksi lapangan pembedahan dengan larutan
antiseptik, kemudian dipersempit dengan linen steril.
c. Dibuat insisi midline, diperdalam memotong linea alba sampai
tampak peritoneum dan peritoneum dibuka secara tajam.
d. Lesi pada kolon kanan diinspeksi dan dipalpasi untuk menilai dapat
tidaknya dilakukan pengangkatan tumor (menentukan
resektabilitas). Jika lesi diprediksi ganas, palpasi pada kelenjar
mesokolon dan hepar
untuk melihat metastase (menentukan stadium).
e. Dengan menggunakan kasa lebar, usus kecil dialihkan kebagian kiri
agar ekspose dari kolon asenden tampak jelas.
f. Suatu insisi dibuat pada refleksi peritoneum yang menutupi dinding
lateral kolon asenden dimulai dari batas sekum sampai dengan
daerah pada fleksura hepatika. Batas daerah bebas tumor harus
diperhatikan. Saat masuk ke fleksura hepatika, pastikan bahwa
bagian kolon kanan dapat dibebaskan termasuk ligamentum
hepatokolika yang mengandung pembuluh darah dapat dipotong dan
diligasi.
g. Angkat kolon kanan ke arah kiri untuk memastikan bahwa tidak ada
cedera pada ureter kanan dan vasa spermatika. Juga diperhatikan
puncak dari kolon asenden sampai batas fleksura hepatika akan
terjadinya cedera dari duodenum.
h. Selanjutnya identifikasi dari a. kolika media sampai sepanjang
cabang kanan yang akan dilakukan transeksi. Lakukan klem pada
mesokolon daerah transeksi dan dipotong. Cabang kanan dari a.
kolika media diligasi ganda dan dipotong, begitu pula a. kolika
dekstra dan a. ileokolika.
i. Ileum terminal dipreparasi untuk dilakukan reseksi bersama sekum
dan apendiks. Selanjutnya dilakukan reseksi ileum terminal dan
sebagian kolon transversum dan dilanjutkan anastomosis ileo-
transversotomi end to end. Segmen kolon dan kelenjar getah bening
pada mesokolon yang diangkat sebagai dalam satu kesatuan
diperiksakan patologi anatomi.
j. Perdarahan yang masih ada dirawat, kemudian luka pembedahan
ditutup lapis demi lapis.
k. Tindakan yang sama diperlakukan pada hemikolektomi kiri, dimana
reseksi kolon dilakukan pada kolon transversum kiri dan kolon
desenden dan dilakukan kolotransverso-sigmoidostomi end to end.

E. Komplikasi operasi
Komplikasi yang dapat timbul pada prosedur hemikolektomi antara lain :
 Perdarahan
 Kebocoran dari anastomosis yang dapat menimbulkan peritonitis dan
sepsis
 Fistel
 Cedera ureter
 Cedera vasa spermatika

ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Berdasarkan klasifikasi Doenges et.al (2000) data dasar pengkajian
adalah sebagai berikut :
1) Aktivitas/istirahat
Gejala : Kelemahan dan/atau keletihan, perubahan pada pola
istirahat dan jam kebiasaan tidur malam hari, keterbatasan
partisipasi dalam hobi, tingkat stress tinggi.
2) Sirkulasi
Gejala : Palpitasi, nyeri dada pada pengerahan kerja.
Tanda : Perubahan pada TD.
3) Integritas ego
Gejala: Masalah tentang perubahan dalam penampilan, menyangkal
diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu,
kehilangan kontrol, depresi.

4) Eliminasi
Gejala: Perubahan pada pola BAB, perubahan eliminasi
urinarius. Tanda : Perubahan pada usus, distensi abdomen.
5) Makanan/cairan
Gejala: Kebiasaan diet buruk, anoreksia, mual atau muntah, intoleransi
makanan, perubahan pada berat badan, berkurangnya massa
otot.
Tanda : Perubahan pada kelembaban atau turgor kulit.
6) Neurosensori
Gejala : Pusing, sinkope.
7) Nyeri/kenyamanan
Gejala : Tidak ada nyeri atau derajat bervariasi.
8) Pernapasan
Gejala : Merokok, pemajanan asbes.
9) Keamanan
Gejala: Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen, pemajanan matahari
lama.
Tanda : Demam, ruam kulit, ulserasi.
10) Seksualitas
Gejala : Masalah seksual, pasangan seks multipel, aktivitas seksual
dini.
11) Interaksi sosial
Gejala: Ketidakadekuatan atau kelemahan sistem pendukung masalah
tentang fungsi atau tanggung jawab peran dan riwayat
perkawinan.
12) Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Riwayat kanker pada keluarga, penyakit metastatik, riwayat
pengobatan.

B. Diagnosa dan intervensi


1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan akibat
pembedahan.
Tujuan : Nyeri berkurang sampai dengan hilang, klien tampak tenang.
INTERVENSI RASIONAL
1 .Pantau tekanan darah, nadi dan 1. Untuk mengenal indikasi
pernapasan setiap 4 jam. kemajuan atau penyimpangan
dari hasil yang diharapkan.
2 .Kaji intensitas nyeri. Informasikan 2. Ini merupakan indikasi bahwa
ke dokter jika nyeri diberikan
sampai pemberian obat respon perlu analgetik yang lebih
terhadap analgetik yang keras atau mulai ada
bertambah buruk atau tidak ada komplikasi.
selanjutnya.
3 .Bantu pasien untuk mengambil
posisi yang nyaman. Tinggikan 3. Tempatkan tubuh pada posisi
ekstremitas yang terasa sakit.
yang nyaman untuk
Tekuk lutut dengan
mengurangi penekanan dan
menggunakan bantal atau
mencegah otot-otot tegang
penyokong lutut ditempat tidur
membantu menurunkan rasa
untuk menurunkan ketegangan
tidak nyaman.
otot-otot perut setelahtindakan
bedah atau bila ada nyeri
dipunggung.
4 .Ajarkan pasien teknis napas 4. Distraksi mengganggu stimulus
dalam berirama untuk nyeri nyeri dengan mengurangi rasa
yang ringan sampai sedang nyeri. Distraksi tidak
dalam hubungannya deengan mengubah intensitas nyeri.
nyeri yang lain meringankan Paling baik digunakan untuk
intervensi : Instrusikan pasien periode pendek pada nyeri
untuk memelihara kontak mata ringan sampai sedang.
pada suatu objek sambil
menarik napas perlahan melalui
mulut dan mengeluarkan napas 5. Istirahat menurunkan
melalui bibir yang dikerutkan.
pengeluaran energi.
5 .Berikan istirahat sampai nyeri
Vasokontriksi perifer terjadi
hilang. Kurangi kebisingan dan
pada nyeri hebat dan
sinar yang terang. Jaga
menyebabkan pasien merasa
kehangatan pasien dengan
dingin. Biasanya rangsangan
selimut ekstra.
lingkungan yang kuat,
memperhebat persepsi nyeri.
2. Kurang perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan mobilitas fisik
sekunder terhadap pembedahan
Tujuan : Perawatan diri terpenuhi dan klien dapat memenuhi kebutuhan aktifitas.

1 INTERVENSI RASIONAL
. Kaji kemampuan darin tingkat 1. Membantu dalam
kekurangan untuk melakukan mengantisipasi/merencanakan
aktivitas sehari-hari pemenuhan kebutuhan secara
2 individual.
. Hindari melakukan sesuatu Klien mungkin menjadi sangat

2. tergantung dan meskipun


untuk klien yang dapat
bantuan yang diberikan
dilakukan klien sendiri, tetapi
bermanfaat dalam mencegah
berikan bantuan sesuai
frustasi. Ada pentingnya bagi
kebutuhan
klien untuk melakukan
sebanyak mungkin untuk diri
sendiri untuk mempertahankan
harga diri dan meningkatkan
3
pemulihan.
. Pertahankan dukungan, sikap Klien akan memerlikan empati
yang tegas. Berikan klien tetapi perlu untuk mengetahui
3.
waktu yang cukup untuk pemberi asuhan keperawatan
mengerjakan tugasnya yang akan membantu klien
4 secara konsisten.
. Berikan umpan balik yang Meningkatkan perasaan makna

4. positif untuk setiap usaha yang diri, meningkatkan

dilakukan untuk kemandirian, dan mendorong


3 keberhasilannya. klien untuk berusaha secara
kontinu.

3. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pembedahan


Tujuan : Risiko tinggi terhadap infeksi tidak terjadi, suhu tubuh normal
370C, dan tanda-tanda infeksi tidak terjadi.
INTERVENSI RASIONAL
1 . Pantau suhu badan setiap 4 1. Untuk mengidentifikasi
jam, Keadaan luka ketika kemajuan atau penyimpangan
melakukan perawatan luka dari hasil yang diharapkan.
Hasil laboratorium terutama
jumlah leukosit. 2. Tetapkan mekanisme yang
2 . Tetap pada fasilitas kontrol
dirancang untuk untuk
infeksi, sterilisasi dan
mencegah infeksi.
prosedur/kebijakan aseptik.
3 . Identifikasi gangguan pada
teknik aseptik dan atasi dengan Kontaminasi dengan
3.
lungkungan/ kontak personal
segera pada waktu terjadi. akan menyebabkan daerah
yang steril menjadi tidak steril
4
. Sediakan pembalut yang steril. sehingga dapat meningkatkan
5 risiko infeksi.
. Kolaborasi pemberikan
Mencegah kontaminasi
antibiotik sesuai petunjuk 4. lingkungan pada luka yang
baru.
Dapat diberikan secara
5.
profilaksis bila dicurigai
terjadinya infeksi atau
kontaminasi.

3. Tujuan pemulangan
1. Pemasukan nutrisi adekuat untuk kebutuhan individu.
2. Komplikasi dicegah/minimal.
3. Prosedur bedah/prognosis, kebutuhan pengobatan, dan masalah.
DAFTAR PUSTAKA

Doenges at. al (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3, Jakarta : EGC.

Price & Wilson (1995), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.4,

Jakarta : EGC.

Brunner & Suddarth (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8,

Jakarta : EGC.

Familial adematosus polyposis, diakses pada tanggal 28 Mei 2012.


(http://www.hopkins-gi.org/GDL_Disease )

Anatomi dan Fisiologi Sistem Pencernaan, diakses padatanggal 28 Mei 2012.


(http://www.staff.ui.ac.id/.../AspekHistologiSistemPencernaan-2)

Anda mungkin juga menyukai