Presus Combutio Galuh Shafira
Presus Combutio Galuh Shafira
Diajukan kepada:
dr. Wahyu Rathari Wibowo, Sp.B, FINACS
Disusun oleh:
Galuh Shafira Savitri (20204010055)
Diajukan kepada:
dr. Wahyu Rthari Wibowo, Sp.B, FINACS
Disusun oleh:
Galuh Shafira Savitri (20204010055)
presentasi kasus “Luka Bakar (Combustio)” dan tak lupa pula kita panjatkan
shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menghantarkan
kita dari zaman kegelapan menuju zaman terang benderang. Dalam penyusunan
baik
Senopati Bantul
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Luka bakar (combustio) merupakan salah satu trauma yang sering terjadi
kulit, tetapi juga memengaruhi seluruh sistem tubuh manusia. Luka bakar
disebabkan oleh kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia,
listrik dan radiasi yang mengakibatkan kerusakan atau kehilangan jaringan tubuh
(Moenadjat, 2009). Ditinjau dari penyebabnya, sebagian besar cedera luka bakar
disebabkan oleh api 40%, air panas 30%, listrik 4%, bahan kimia 3%, dan sisanya
oleh sumber panas yang lain seperti sinar ultraviolet, laser dan lain-lain (Miller, 2008
Insiden luka bakar terjadi hampir lebih dari 90% di negara yang
menghasilkan kerugian pada aspek fisik, psikologis dan ekonomi yang besar. Tidak
hanya berakibat fatal bagi penderita tetapi juga menyebabkan beban keuangan yang
sumber daya yang diperlukan untuk perawatan. Status sosial ekonomi yang rendah,
kondisi hidup yang buruk, buta huruf, kepadatan penduduk, dan tingkat keamanan
memasak yang rendah adalah faktor risiko yang sering dikaitkan dengan luka bakar
berusia 5-14 tahun dengan estimasi sebanyak 41.575 kematian, peringkat ke-15 bagi
yang berusia 15-29 tahun dengan estimasi sebanyak 49.067 kematian, dan peringkat
ke-15 untuk orang yang berusia 0-4 tahun dengan estimasi sebanyak 62.655
kematian. Selain itu, luka bakar menjadi peringkat ketujuh cedera yang paling sering
terjadi di dunia dan besarnya kematian yang diakibatkan oleh luka bakar
Luka bakar juga menjadi masalah global dan mayoritas terjadi di negara
setiap tahunnya. Pusat luka bakar Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto
dari 130 pasien setiap tahunnya. Unit luka bakar pada rumah sakit ini hanya
menangani luka bakar parah karena berperan sebagai penyedia layanan kesehatan
tersier dalam sistem rujukan bertingkat. Data terbaru mengenai luka bakar di
(Kemenkes, 2014).
menginfiltrasi tubuh yang nantinya akan menyebabkan infeksi. Pasien luka bakar
mortalitas serta sebagai penyebab kematian utama pada pasien luka bakar.
A. Identitas Pasien
Nama Pasien : Bapak S
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 38 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pedagang
Tanggal lahir : 5 Februari 1983
Alamat : Dusun Pasungsari RT 30 Sidarahayu Purwadadi
Agama : Islam
Tanggal masuk IGD : Rabu, 24 Maret 2021 (jam 16.37)
Tanggal masuk bangsal : Rabu, 24 Maret 2021 (jam 17.30)
Tanggal pulang : Kamis, 25 Maret 2021
Diagnosa Masuk:
- Combustio Grade IIA luas 31,5%
B. Primary Survey
1. Airway dan Proteksi Servikal
a. Airway : bebas, tidak ada sumbatan jalan nafas
b. Kontrol Servikal : baik
2. Breathing and Ventilation
a. Frekuensi nafas : 36x/menit
b. Saturasi oksigen : 99%
c. Inspeksi : simetris kanan dan kiri
d. Palpasi : stem fremitus kanan dan kiri simetris
e. Perkusi : sonor di seluruh lapang paru
f. Auskultasi : vesikuler (+/), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
3. Circulation and Haemmorhage Control
a. Frekuensi nadi : 100x/menit
b. Hasil pemeriksaan darah lengkap : terlampir
c. Tekanan darah : 110/80 mmHg
d. Perdarahan : tidak ada
4. Disability, Defisit Neurologis, dan Deformitas
a. GCS : E4V5M6 (Compos Mentis)
b. Refleks Cahaya : +/+
5. Exposure dan Pengendalian Lingkungan
a. Kontaminasi : daerah luka bakar
b. Baju disingkarkan : +
C. Secondary Survey
1. Allergies : tidak ada
2. Medications : tidak dalam keadaan mengonsumsi obat
3. Past illness : tidak ada
4. Last meal : tidak ada
5. Events relating to injury: badan tersiram kuah bakso
D. Anamnesis
1. Keluhan Utama
Perih dan terasa panas pada bagian tubuh yang tersiram kuah bakso
2021 pukul 16.37 WIB dengan keluhan perih dan terasa panas akibat
tersiram kuah bakso tusuk. Pasien datang setelah diserempet mobil dari
arah berlawanan kurang lebih 1 jam sebelum masuk rumah sakit (SMRS).
Pasien diserempet kemudian jatuh dari motor dan tersiram kuah bakso
bagian kanan, dan tangan kiri. Tidak terdapat riwayat kepala terbentur,
5. Riwayat Sosial
Pasien merupakan seorang pedagang bakso tusuk keliling yang setiap hari
6. Status Gizi
E. Pemeriksaan Fisik
1. Status Generalis
Tanggal Pemeriksaan : 25 Maret 2021
Keadaan umum : Sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : E4 V5 M6
2. Tanda Vital
Nadi : 100 x/menit, kuat, reguler
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Pernafasan : 36x/menit
Suhu : 38,8o C (axilla)
VAS :6
3. Pemeriksaan Head to Toe
a. Kulit : kuning kecoklatan, kelembaban cukup
b. Kepala : bentuk simetris, rambut hitam dan pertumbuhan merata
c. Mata : mata cowong (-/-), konjungtiva anemis (-/-), sklera
ikterik (-/-)
d. Hidung : bentuk normal, nafas cuping hidung (-/-), sekret (-/-),
epistaksis (-/-)
e. Mulut : bibir sianosis (-), mukosa mulut lembab (+)
f. Telinga : bentuk normal, sekret (-)
g. Tenggorok: uvula di tengah, tonsil hiperemis (-), faring hiperemis (-)
h. Leher : jejas (-), trakea di tengah, pembesaran KGB (-), kaku
kuduk (-)
i. Jantung
Inspeksi : iktus kordis tidak tampak pada SIC 5
Palpasi : iktus kordis kuat angkat
Perkusi : batas jantung kesan tidak membesar
Auskultasi : BJ I-II intensitas normal, reguler, bising (-)
j. Thoraks
Inspeksi : terdapat luka bakar pada bagian atas kanan, hiperemis,
terdapat bula pada luka, simetris (+), retraksi (-)
Palpasi : ketertinggalan nafas (-)
Perkusi : sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
k. Abdomen
Inspeksi : sejajar dengan dada (+), tanda peradangan (-), distensi (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal
Perkusi : timpani (+), shifting dullness (-)
Palpasi : supel (+), nyeri tekan (-), turgor baik dan elastisitas kulit
kembali cepat (<2 detik), hepar dan lien teraba tidak
membesar
l. Urogenital : dalam batas normal
m. Ekstremitas (Superior dan Inferior)
Inspeksi : terdapat luka bakar pada tangan sebelah kanan dan kiri,
pada lutut kanan terdapat luka lecet
Palpasi : nyeri tekan area sekitar luka (+) akral teraba hangat (+/+),
edema (-/-), CRT < 2 detik (+/+)
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Hasil pemeriksaan darah lengkap 24 Maret 2021 di IGD (18.41)
G. Diagnosis Kerja
Combustio grade IIA dengan luas luka bakar 31,5%
H. Diagnosis Banding
9. Frostbite
13. Selulitis
Infeksi pada kulit yang meliputi dermis dan jaringan subkutan dengan
supuratif pada kulit, jaringan lemak subkutan, atau otot dan sering disertai
Infeksi pada superfisial kulit, dibagi menjadi 2: non bulosa (amber crust)
Reaktivitasi virus varisela zoster (VVZ) yang menetap laten pada ganglia
I. Penatalaksanaan
IVFD Ringer Laktat 315cc/jam
Rehidrasi Cairan
2 x BB x presentase luka = 2 x 80 x 31,5% = 5040 cc
5040 = 2520 cc habis dalam 8 jam 315cc/jam
2
Injeksi ceftriaxon 1 gram/12 jam
Injeksi ranitidine 1 ampul/12 jam
Injeksi paracetamol 500 mg/8 jam
Rawat luka oleskan Burnazin cream putih
J. Folow Up
Rabu, 25 Maret 2021
S: Pasien mengatakan luka masih terasa perih dan panas tetapi sudah berkurang
dibandingkan kemarin. Mual (-), muntah (-), pusing (-), BAK (+), BAB (-),
makan/minum (+)
O: KU: sakit sedang, compos mentis
VS: HR 82x/menit, T 36,7oC, RR 20x/menit, TD 120/80 mmHg, VAS 5
Kepala: mata cowong (-/-), CA (-/-), SI (+/+), mukosa mulut lembab (+),
Leher: simetris (+), pembesaran limfonodi (-)
Thoraks:
I/ simetris (+/+), retraksi (-/-), terdapat luka bakar pada bagian atas kanan,
hiperemis, terdapat bula pada luka
Pal/ ketertinggalan nafas (-/-)
Per/ sonor (+/+) pada semua lapang paru
Aus/ suara dasar paru: vesikuler (+/+), suara tambahan: ronkhi (-/-),
wheezing (-/-), cor S1 S2 reguler, bising jantung (-)
Abdomen:
I/ datar (+), distensi (-)
A/ BU (+), normal
Per/ timpani (+), shifting dullness (-), undulasi (-)
Pal/ supel (+), NT (-), turgor kulit baik (+), hepatosplenomegali (-)
Ekstremitas: akral hangat (+/+), edema (-/-), CRT < 2 detik (+/+),
terdapat luka bakar pada tangan sebelah kanan dan kiri, pada lutut kanan
terdapat luka lecet
A: Combustio grade IIA dengan luas luka bakar 31.5%
P:
Rehidrasi Cairan
2 x BB x presentase luka = 2 x 80 x 31,5% = 5040 cc
5040 = 2520 cc habis dalam 8 jam pertama – onset 1 jam = 7 jam
2
tpm = faktor tetesan x kebutuhan cairan = 20 x 2520 = 120 tpm
60 x lama pemberian dalam jam 60 x 7
Selanjutnya 2520 cc habis dalam 16 jam berikutnya
tpm = faktor tetesan x kebutuhan cairan = 20 x 2520 = 52,5 tpm 60 tpm
60 x lama pemberian dalam jam 60 x 16
BLPL atas permintaan sendiri
PO cefixime 2x200mg
PO natrium diklofenak 2x500mg
Rawat luka oleskan Burnazin cream putih
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
trauma panas atau trauma dingin (frost bite). Penyebabnya adalah api, air
panas, listrik, kimia, radiasi dan trauma dingin (frost bite). Kerusakan ini
B. Epidemiologi
bahwa sekitar 90% luka bakar terjadi pada sosial ekonomi rendah di negara-
wilayah Asia Tenggara memiliki angka kejadian luka bakar yang tertinggi,
27% dari angka keseluruhan secara global meninggal dunia dan hampir 70%
Trauma luka bakar ini paling banyak di alami di rentang usia 25 – 34 tahun
dengan prosentase 1,8%, jenis kelamin wanita dengan prosentase 1,4%, dan
pekerjaan wiraswasta (1,8%). Data epidemiologi dari unit luka bakar RSCM
pada tahun 2011-2012 melaporkan jumlah pasien luka bakar sebanyak 257
pasien. Dengan rerata usia adalah 28 tahun (range: 2,5 bulan– 76 tahun),
dengan rasio laki- laki : perempuan adalah 2,7:1. Luka bakar api merupakan
etiologi terbanyak (53,1%), diikuti air panas (19,1%), luka bakar listrik
(14%), dan luka bakar kontak (5%), serta luka bakar kimia (3%). Rerata luas
luka bakar adalah 26% (range 1-98%). Dan rerata lama rawatan adalah 13,2
hari. Angka mortalitas sebanyak 36,6% pada pasien dengan rerata luas luka
gunung merapi meletus yag kedua kali, daritotal pasien 49 yang dirawat di
unit luka bakar, 30 pasien adalah korban gunung meletus di mana 21 orang
C. Etiologi
luka bakar yang disebabkan trauma panas dapat dibedakan menjadi empat
macam, yaitu:
a. Api (Flame)
Cedera ini terjadi akibat kontak dengan benda panas. Luka bakar
satu sama lain dipisahkan oleh kulit sehat. Sedangkan pada kasus
Luka bakar karena bahan kimia seperti berbagai macam zat asam, basa,
dan bahan lainnya. Konsentrasi zat kimia, lamanya kontak dan jumlah
a. Asam
yang hebat
b. Basa
basa kuat yang banyak terdapat dalam rumah tangga antara lain
Luka bakar listrik disebabkan oleh panas yang digerakan dari energi
cukup serius. Luka pada luka bakar ini memiliki 2 luka yaitu luka masuk
dan luka keluar, luka luar meiliki luas yang lebih besar dari pada luka
Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar sinar matahari atau terpapar
pasien
Selain trauma panas, terdapat pula trauma dingin (forst bite). Luka
bakar karena suhu rendah (frost bite) terjadi saat jaringan mengalami
kontak dengan suhu yang sangat rendah. Saat kulit terpapar suhu dingin,
cairan ektraseluler dan interseluler. Tanda dan gejalanya seperti rasa kaku
pada ekstremitas, pucat atau bintik-bintik biru, dan mati rasa atau kebas.
Penghangatan ulang yang cepat dan dengan suhu yang sangat tinggi akan
penghangatan aliran darah akan kembali, tetapi sel-sel endotel akan terlepas
darah akan mengakibatkan iskemik di daerah yang terkena. Luka kulit yang
sangat membeku akhirnya akan membentuk eskar hitam dan kering. Edema
berdasarkan beberapa faktor, seperti kedalaman luka, derajat luka, dan luas
dan basah
dalam seperti otot dan tulang, tidak dijumpai bula, apendises kulit
rusak, kulit yang terbakar berwarna putih dan pucat. Karena kering,
lama karena tidak ada proses epitelisasi spontan dari dasar luka
(Moenadjat, 2009)
2. Klasifikasi Berdasarkan Luas Luka Bakar
a. Fase Akut/Syok/Awal
Fase ini adalah fase ketika pasien berada di tempat kejadian sesaat
b. Fase Subakut
Fase ini terjadi dalam 48 jam sampai dengan 21 hari atau ketika
terjadi dapat berupa luka, infeksi, dan sepsis. Perawatan luka yang
c. Fase Lanjut
E. Patofisiologi
m2 pada anak baru lahir dan sampai 1 m2 pada orang dewasa. Apabila kulit
sekitarnya, dan area yang jauh sekali pun akan rusak dan menyebabkan
dan elektrolit. Rusaknya kulit akibat luka bakar juga akan mengakibatkan
intravaskuler. Pada luka bakar yang luasnya kurang dari 20% LPT (luas
Bila kulit yang terbakar luas (lebih dari 20%), dapat terjadi syok
berkeringan, nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun, dan produksi
jam. Pembuluh darah kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan
wajah, dapat terjadi kerusakan mukosa jalan nafas karena gas, asap, atau
stridor, suara parau, dan dahak berwarna gelap akibat jelaga. Dapat juga
pusing, mual, dan muntah. Pada keracunan yang berat terjadi koma. Bila
membaik dan terjadi mobilisasi serta penyerapan kembali cairan dari ruang
interstitial ke pembuluh darah yang ditandai dengan meningkatnya diuresis
(Sjamsuhidajat, 2017).
mempermudah infeksi. Infeksi ini sulit diatasi karena tidak tercapai oleh
bakar, selain berasal dari kulit pasien sendiri, juga dari kontaminasi kuman
disebabkan oleh kokus gram positif yang berasal dari kulit sendiri atau dari
saluran nafas, tetapi kemudian dapat terjadi invasi kuman gram negatif.
dan toksin lain yang berbahaya, terkenal sangat agresif dalam invasinya
pada luka bakar. Infeksi tersebut dapat dilihat dari warna hijau pada kasa
Infeksi ringan dan noninvasif (tidak dalam) ditandai dengan keropeng yang
mudah terlepas dengan nanah yang banyak. Infeksi yang invasif ditandai
yang mula-mula sehat menjadi nekrotik, akibatnya luka bakar yang semula
dari sisa elem epitel yang masih vital, misalnya sel kelenjar sebasea, sel
basal, sel kelenjar keringat, atau sel pangkal rambut. Luka bakar derajat II
kaku, dan secara estetik sangat jelek. Luka bakar derajat II yang dibiarkan
maka fungsi sendir dapat berkurang atau hilang. Pada luka bakar dapat
ditemukan ileus paralitik. Pada fase akut, peristaltik usus menurun atau
berlebihan dari kulit yang rusak juga memerlukan kalori tambahan. Tenaga
yang diperlukan tubuh pada fase ini terutama didapat dari pembakaran
protein dari otot skelet. Oleh sebab itu, penderita menjadi sangat kurus, otot
kontak antara sumber panas dengan kulit, tubuh memberikan respon untuk
1. Zona Koagulasi
2. Zona Stasis
lokal, yang berisiko iskemia jaringan. Zona ini dapat menjadi zona
Dziewulski, 2005).
3. Zona Hiperemis
Terdapat pada daerah yang terdiri dari kulit normal dengan cedera sel
peningkatan aliran darah sebagai respons cedera luka bakar. Zona ini
statis. Luka bakar merusak fungsi barier kulit terhadap invasi mikroba
Semakin luas luka bakar, semakin besar risiko infeksi (Hettiaratchy dan
Dziewulski, 2005).
Luka bakar biasanya steril pada saat cedera. Panas yang menjadi
membuat sepsis luka bakar sebagai penyebab utama kematian pada luka
bakar. Sedangkan luka lain misalnya luka gigitan, luka tusukan, crush injury
F. Manifestasi Klinis
luka bakar dan morbiditas yang muncul mengikuti trauma awal. Pada daerah
sekitar luka akan ditemukan warna kemerahan, bulla, edema, nyeri atau
perubahan sensasi. Efek sistemik yang ditemukan pada luka bakar berat
bakar lebih dari 25% luas permukaan tubuh total yang disebabkan oleh
Suhu tubuh akan menurun secara besar dengan luka bakar berat
akibat evaporasi cairan pada kulit dan syok hipovolemik. Uji kimia darah
metabolik meningkat 3 kali lipat). Suhu basal tubuh akan meningkat hingga
38,5°C akibat respon inflamasi systemic terhadap luka bakar. Respons imun
Nyeri akibat luka bakar dapat berasal dari sumber luka itu sendiri,
rasa nyeri. Hiperalgesia primer sebagai respons terhadap nyeri pada lokasi
diakibatkan adanya transmisi saraf dari kulit sekitarnya yang tidak rusak.
Pasien dengan luka bakar derajat I atau II biasanya memberikan respon baik
berwarna merah muda atau merah, nyeri dan suplai darah yang baik (Rudall
G. Penatalaksanaan
yaitu berupa:
1. Menjauhkan pasien dari sumber api dan mematikan api pada tubuh,
menjadi edema
3. Setelah sumber panas dihilangkan rendam daerah luka bakar dalam air
lima belas menit. Proses koagulasi protein sel di jaringan yang terpajan
ini pada jam pertama sehingga kerusakan lebih dangkal dan diperkecil
4. Prinsip penanganan pada luka bakar sama seperti penanganan pada luka
akibat trauma yang lain, yaitu dengan primary survey berupa ABCDE
a. Primary Survey
dilakukan berupa:
pasien, dll
dan leher
melihat apakah ada luka yang melingkar pada dada, menilai ada
berupa:
berupa:
luka
tubuh pasien
berupa:
laktat
7) Manajemen nyeri
8) Test
9) Tubes
b. Secondary Survey
1) Riwayat Penyakit
2) Mekanisme trauma
a) Luka bakar:
(3) Suhu dan kondisi air, jika penyebab luka bakar adalah air
panas
b) Trauma tajam:
(2) Jarak
c) Trauma tumpul:
3) Pemeriksaan Sekunder
5) Kontrol Infeksi
a) Eksisi Tangensial
c) Antibiotik Sistemik
pada pasien dengan area luka bakar yang luas dan dalam.
6) Pemberian Nutrisi
pada pasien luka bakar berat masih terus terjadi sampai dengan
Keterangan:
U : umur
1) Debridemen
debridemen mekanik
2) Esakarotomi
a) Diagnosis
meningkat
c) Tindakan
3) Fasciotomi
H. Penyembuhan Luka
a. Kolagen
b. Angiogenesis
c. Granulasi Jaringan
baru yang memberi warna merah dan tidak rata. Luka dikelilingi
d. Kontraksi Luka
e. Epithelialization
migrasi epitel bertemu dengan sel yang sama dari tepi luka yang lain
2009)
Pada fase inflamasi pembuluh darah yang terputus pada luka akan
darah yang putus (retraction), dan reaksi hemostasis. Sel mast dalam
2017). Fase dimulai segera setelah terjadinya trauma atau cedera dan
umumnya sampai hari ke-5 pasca trauma. Tujuan utama fase ini
(Gurtner, 2007). Perbedaan antara luka bakar dan luka biasa pada
kolagen serat yang akan menautkan tepi luka. Pada fase ini, serat
halus seperti jaringan granulasi. Epitel tepi luka yang terdiri dari sel
asal terlepas dari permukaan basalnya mengisi permukaan luka.
mitosis. Proses ini akan berhenti setelah epitel saling menyentuh dan
eksisi dan skin graft. Tindakan penutupan luka dengan skin graft
menarik dari fase proliferasi adalah pada suatu titik tertentu, seluruh
hingga sekitar 1 tahun, namun pada luka bakar derajat 2 yang dalam
2012). Fase maturasi dimulai setelah cavity luka terisi oleh jaringan
akhir fase ini berupa jaringan parut yang pucat, tipis, lemas dan
karena kerusakan melanosit kulit. Pada luka bakar post skin graft
a. Usia
c. Infeksi
e. Hematoma
dalam sirkulasi. Tetapi jika terdapat bekuan yang besar, hal tersebut
jaringan sel mati dan leukosit yang membentuk suatu cairan kental
g. Iskemia
suplai darah pada bagian tubuh akibat obstruksi pada aliran darah.
Hal ini dapat terjadi akibat pembalutan pada luka yang terlalu ketat
itu sendiri
h. Diabetes Melitus
penyembuhan luka
i. Keadaan Luka
j. Obat
Obat anti inflamasi (seperti steroid dan aspirin), heparin dan anti
infeksi luka
I. Kriteria Merujuk pada Pasien Luka Bakar
Pasien dengan luka bakar luas dan dalam harus mendapatkan perawatan
1. Luka bakar derajat 2 > 10% Total Body Surface Area (TBSA)
4. Luka bakar pada area khusus (wajah, tangan, kaki, genitalia, perineum,
sendi utama, dan luka bakar yang mengelilingi ekstremitas serta luka
10. Luka bakar pada usia ekstrem: anak sangat muda dan orang tua
Komplikasi atau permasalahan yang dapat terjadi pada pasien dengan luka
bakar merupakan hal yang harus diketahui agar dapat ditangani dengan tepat
lain:
1. Infeksi dan sepsis
tubuh lebih rentan terhadap patogen di udara seperti bakteri dan jamur.
Infeksi juga dapat terjadi akibat penggunaan tabung dan kateter. Kateter
3. Oedem paru
b. Trauma inhalasi
c. Trauma dada
5. Anemia
Akibat pertama luka bakar adalah syok karena terkejut dan kesakitan.
meninggi. Sel darah yang ada di dalamnya ikut rusak sehingga dapat
terjadi anemia
6. Kontraktur
pada margin luka dan mengurangi ukuran akhir dari luka. Sementara
menghasilkan kontraktur
Area predileksi terjadinya jaringan parut yaitu leher, sternal dan dada.
parut muncul dalam beberapa bulan pertama setelah luka bakar, setelah
6 bulan dan akan stabil atau berkurang atau matur sekitar 12-18 bulan
8. Marjolin’s Ulcer
mengeluh luka yang tak kunjung sembuh selama lebih dari 3 bulan,
dan nyeri. Marjolin’s ulcer dapat muncul dalam bentuk infiltratif atau
ulseratif dan eksofitik atau papiler. Bentuk ini ditandai dengan invasi ke
kematian
K. Prognosis
mortalitas dari pasien luka bakar. Salah satu model yang paling sering
Skoring ABSI pertama kali ditemukan pada tahun 1982, dan telah
menentukan mortalitas dari pasien luka bakar. Lima variabel tersebut adalah
fullthickness dan pesentasi TBSA yang terkena luka bakar, dapat dilihat
pada tabel di bawah. Jika skor ABSI lebih dari 6, riwayat luka bakar karena
listrik, luka bakar disebakan karena trauma yang major dan luka bakar full
thickness terdapat pada area wajah, aksila, sendi, tangan, kaki dan genital
Panembahan Senopati pada hari Rabu, 24 Maret 2021 pukul 16.37 WIB
dengan keluhan perih dan terasa panas akibat tersiram kuah bakso tusuk.
Pasien datang setelah diserempet mobil dari arah berlawanan kurang lebih
jatuh dari motor dan tersiram kuah bakso sehingga mengenai tangan
sebelah kanan, dada bagian kanan, punggung bagian kanan, dan tangan kiri.
(36x/menit). Terdapat luka bakar pada dada bagian atas sebelah kanan dan
punggung kanan, hiperemis, dan muncul bula. Selain itu, terdapat pula
luka bakar pada tangan sebelah kanan dan kiri, kemudian pada lutut kanan
terdapat luka lecet. Pada saat palpasi di area sekitar luka, terdapat nyeri
tekan dan ekstremitas teraba hangat. Dari hasil pemeriksaan fisik tersebut
sebesar 31,5%.
Hasil pemeriksaan penunjang didapatkan bahwa ada penurunan
elektrolit dalam tubuh yaitu natrium dan kalium. Hal tersebut menjadi salah
dalam pantauan.
Resusitasi cairan
American Burn Association. National Burn Repository 2016. Chicago, IL; 2016
Bisono, Pusponegoro AP 1997, Luka, Syok, Bencana dalam Buku Ajar Bedah,
Brunicardi, F. C., Onan, B., Oz, K., (2006) Chest wall, lung, mediastinum, and
Graw Hill
Gurtner, GC 2007, Wound Healing: Normal and Abnormal Grabb and Smith’s
Miller SF, BesseyP, LentzCW, et al. National Burn Repository 2007 report: A
synopsis of the 2007 call for data. Journal of Burn Care & Research,
2008, 29(6):862–870
Tiwari, VK 2012. ‘Burn Wound: How it Differs from Other Wounds’, Indian
WHO. WHO Health Estimates 2014 Summary Tables: Deaths and Global Burden
of Disease. 2014
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/burns diakses