Anda di halaman 1dari 52

TAHAP EVALUASI / ANALISIS

SKEMA KERJA FASE EVALUASI (ANALISIS)

ANALISA IDE SINTESA IDE: TEKNIS DAN


(ALTERNATIF) BAIK - EVALUASI EKONOMIS
DIPILIH
TEKNIK TAHAP ANALISIS

1. MATRIK EVALUASI
2. METODE ZERO ONE
3. AHP
MATRIK EVALUASI
-SEBAGAI SALAH SATU ALAT PENGAMBIL KEPUTUSAN
-MENGGABUNGKAN KRITERIA KUALITATIF (TIDAK DAPAT DIUKUR)
DAN KUANTITATIF (DAPAT DIUKUR)
-CONTOH KRITERIA: BIAYA, ESTETIKA, KEKUATAN, KENYAMANAN,
PEMELIHARAAN, DSB.
CARA PELAKSANAAN MATRIK EVALUASI
1. Menetapkan alternatif- alternatif solusi yang mungkin.
2. Menetapkan kriteria-kriteria yang berpengaruh.
3. Menetapkan bobot pada masing-masing kriteria.
4. Memberikan penilaian untuk setiap alternatif terhadap masing-
masing kriteria.
5. Menghitung nilai total untuk masing-masing alternatif.
6. Memilih alternatif dengan nilai total terbesar.
CONTOH MATRIK EVALUASI KRITERIA
KEUNTUNGAN MATRIK EVALUASI
1. Dapat dipakai untuk alternatif yang multikriteria.
2. Masing-masing kriteria dapat berbeda tingkat kepentingannya
(dinyatakan dengan bobot).
3. Mudah dimengerti/divisualisasi dan cukup sederhana
METODE ZERO ONE
Salah satu cara pengambilan keputusan yang bertujuan menentukan urutan
prioritas dari kriteria-kriteria yang ada, yaitu:
▪ Mengumpulkan kriteria-kriteria dengan tingkat yang sama, kemudian
disusun dalam suatu matrik Zero One yang berbentuk bujur sangkar,
kemudian dilakukan penilaian terhadap kriteria-kriteria tersebut secara
berpasangan, sehingga pada matrik akan terisi nilai 1 (satu) atau 0 (nol),
kecuali diagonal utama akan berisi tanda X (tidak terisi).
▪ Nilai-nilai pada matrik ini kemudian dijumlahkan menurut baris kemudian
dikumpulkan pada kolom jumlah, dari matrik tersebut akan didapatkan
urutan prioritas dari kriteria-kriteria tersebut. Selanjutnya dilakukan
pembobotan berdasarkan jumlah nilai dari matrik Zero One
BENTUK MATRIK METODE ZERO ONE
Keterangan:
1 = lebih penting X = fungsi yang sama
0 = kurang penting 0,5 = sama penting
ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)
❖ AHP merupakan suatu model pendukung keputusan yang dikembangkan oleh
Thomas L. Saaty. Model pendukung keputusan ini akan menguraikan masalah
multi faktor atau multikriteria yang kompleks menjadi suatu hirarki.
❖ Menurut Saaty (1993), hirarki didefinisikan sebagai suatu representasi dari
sebuah permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur multi level dimana
level pertama adalah tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria, sub kriteria, dan
seterusnya ke bawah hingga level terakhir dari alternatif.
❖ Dengan hirarki, suatu masalah yang kompleks dapat diuraikan ke dalam
kelompok-kelompoknya yang kemudian diatur menjadi suatu bentuk hirarki
sehingga permasalahan akan tampak lebih terstruktur dan sistematis.
ALASAN PENGGUNAAN AHP
1. Struktur yang berhirarki, sebagai konsekuesi dari kriteria
yang dipilih, sampai pada subkriteria yang paling dalam.
2. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi
inkonsistensi berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh
pengambil keputusan.
3. Memperhitungkan daya tahan output analisis sensitivitas
pengambilan keputusan.
KELEBIHAN AHP
❖Kesatuan (Unity) , AHP membuat permasalahan yang luas dan tidak
terstruktur menjadi suatu model yang fleksibel dan mudah dipahami.
❖Kompleksitas (Complexity), AHP memecahkan permasalahan yang
kompleks melalui pendekatan sistem dan pengintegrasian secara
deduktif.
❖Saling ketergantungan (Inter Dependence), AHP dapat digunakan
pada elemen-elemen sistem yang saling bebas dan tidak memerlukan
hubungan linier.
KELEBIHAN AHP
❖Struktur Hirarki (Hierarchy Structuring), AHP mewakili pemikiran alamiah
yang cenderung mengelompokkan elemen sistem ke level-level yang berbeda
dari masing-masing level berisi elemen yang serupa.
❖Pengukuran (Measurement), AHP menyediakan skala pengukuran dan
metode untuk mendapatkan prioritas.
❖Konsistensi (Consistency), AHP mempertimbangkan konsistensi logis dalam
penilaian yang digunakan untuk menentukan prioritas.
❖Sintesis (Synthesis), AHP mengarah pada perkiraan keseluruhan mengenai
seberapa diinginkannya masing-masing alternatif.
KELEBIHAN AHP
❖Trade Off, AHP mempertimbangkan prioritas relatif faktor-faktor pada
sistem sehingga orang mampu memilih altenatif terbaik berdasarkan tujuan
mereka.
❖Penilaian dan Konsensus (Judgement and Consensus), AHP tidak
mengharuskan adanya suatu konsensus, tapi menggabungkan hasil penilaian
yang berbeda.
❖Pengulangan Proses (Process Repetition), AHP mampu membuat orang
menyaring definisi dari suatu permasalahan dan mengembangkan penilaian
serta pengertian mereka melalui proses pengulangan.
KELEMAHAN AHP
❖Ketergantungan model AHP pada input utamanya. Input utama ini
berupa persepsi seorang ahli sehingga dalam hal ini melibatkan
subyektifitas sang ahli selain itu juga model menjadi tidak berarti
jika ahli tersebut memberikan penilaian yang keliru.
❖Metode AHP ini hanya metode matematis tanpa ada pengujian
secara statistik sehingga tidak ada batas kepercayaan dari
kebenaran model yang terbentuk
PRINSIP DASAR AHP
A. MENYUSUN HIRARKI, menggambarkan dan menguraikan
secara hirarki, yaitu memecah persoalan menjadi unsur-unsur
terpisah
B. MENENTUKAN PRIORITAS, berdasarkan atas perbedaan
prioritas dan sintesis, yaitu menentukan peringkat elemen-
elemen menurut relative tingkat kepentingannya
B. KONSISTENSI LOGIS, menjamin semua elemen dikelompokkan
secara logis dan diperingkat secara konsisten sesuai dengan
suatu kriteria yang logis
RASIO KONSISTENSI AHP
Untuk model AHP, matriks perbandingan dapat diterima jika nilai
rasio konsisten ≤ 0.1. Nilai CR ≤ 0.1 merupakan nilai yang tingkat
konsistensinya baik dan dapat dipertanggung jawabkan. Dengan
demikian nilai CR merupakan ukuran bagi konsistensi suatu
komparasi berpasangan dalam matriks pendapat. Jika indeks
konsistensi cukup tinggi maka dapat dilakukan revisi judgement,
yaitu dengan dicari deviasi RMS dari barisan (aij dan Wi / Wj )
dan merevisi judgment pada baris yang mempunyai nilai prioritas
terbesar.
3 AKSIOMA UTAMA AHP
1. Aksioma Resiprokal
Aksioma ini menyatakan jika PC (EA,EB) adalah sebuah
perbandingan berpasangan antara elemen A dan elemen B,
dengan memperhitungkan C sebagai elemen parent,
menunjukkan berapa kali lebih banyak properti yang dimiliki
elemen A terhadap B, maka PC (EB,EA)= 1/ PC (EA,EB).
Misalnya jika A 5 kali lebih besar daripada B, maka B=1/5 A.
3 AKSIOMA UTAMA AHP
2. Aksioma Homogenitas
Aksioma ini menyatakan bahwa elemen yang dibandingkan
tidak berbeda terlalu jauh. Jika perbedaan terlalu besar, hasil
yang didapatkan mengandung nilai kesalahan yang tinggi.
Ketika hirarki dibangun, kita harus berusaha mengatur elemen-
elemen agar elemen tersebut tidak menghasilkan hasil dengan
akurasi rendah dan inkonsistensi tinggi.
3 AKSIOMA UTAMA AHP
3. Aksioma Ketergantungan
Aksioma ini menyatakan bahwa prioritas elemen dalam hirarki
tidak bergantung pada elemen level di bawahnya. Aksioma ini
membuat kita bisa menerapkan prinsip komposisi hirarki.
TAHAPAN AHP
1. Mendefinisikan masalah dan menentukan
solusi yang diinginkan.
Dalam tahap ini berusaha menentukan masalah yang akan
dipecahkan secara jelas, detail dan mudah dipahami. Dari
masalah yang ada dicoba untuk menentukan solusi yang mungkin
cocok bagi masalah tersebut. Solusi dari masalah mungkin
berjumlah lebih dari satu. Solusi tersebut nantinya dikembangkan
lebih lanjut dalam tahap berikutnya.
TAHAPAN AHP 1
Contoh:
Setelah dilakukan tahap Kreatif, ada 1 ide awal dan 3 alternatif
dinding receptionist yaitu:
1. dinding bata + wallpaper (ide awal)
2. Bata ekspose + coating
3. Bata + mortar + granit bakar
4. Kaca + sticker sunblast
TAHAPAN AHP
2. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan
tujuan utama
Setelah menyusun tujuan utama sebagai level teratas akan disusun
level hirarki yang berada di bawahnya yaitu kriteria-kriteria yang
cocok untuk mempertimbangkan atau menilai alternatif yang kita
berikan dan menentukan alternatif tersebut. Tiap kriteria
mempunyai intensitas yang berbeda-beda. Hirarki dilanjutkan
dengan subkriteria (jika mungkin diperlukan).
TAHAPAN AHP
3. Penentuan Bobot Kriteria
Penentuan bobot kriteria dilakukan dengan matrik perbandingan
antar kriteria. Penilaian bobot kriteria menggunakan skala 1 – 9
berdasarkan keterkaitannya dengan tujuan. Nilai 1 apabila yang
dibandingkan adalah sama, nilai 9 apabila yang dibandingkan
sama sekali berbeda.
SKALA PERBANDINGAN SAATY
Intensitas Kepentingan
1 = Kedua elemen sama pentingnya, Dua elemen mempunyai
pengaruh yang sama besar
3 = Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen
yanga lainnya, Pengalaman dan penilaian sedikit menyokong
satu elemen dibandingkan elemen yang lainnya
5 = Elemen yang satu lebih penting daripada yang lainnya,
Pengalaman dan penilaian sangat kuat menyokong satu elemen
dibandingkan elemen yang lainnya
7 = Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada elemen
lainnya, Satu elemen yang kuat disokong dan dominan terlihat
dalam praktek.
9 = Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya, Bukti
yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen lain
memeliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin
menguatkan.
2,4,6,8 = Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan-
pertimbangan yang berdekatan, Nilai ini diberikan bila ada
dua kompromi di antara 2 pilihan
Kebalikan = Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka
dibanding dengan aktivitas j , maka j mempunyai nilai
kebalikannya dibanding dengan i
KUESIONER MATRIKS
Dalam pembobotan tingkat kepentingan atau penilaian perbandingan berpasangan
ini berlaku hukum aksioma reciprocal, artinya apabila suatu elemen A dinilai lebih
esensial (5) dibandingkan dengan elemen B, maka B lebih esensial 1/5
dibandingakan dengan elemen A. Apabila elemen A sama pentingnya dengan B
maka masing-masing bernilai = 1.
Dalam pengambilan data, misalnya dengan menggunakan kuisioner, prosedur
perbandingan berganda dapat dilakukan dengan menggunakan kuisioner berupa
matriks atau semantik difrensial.
Contoh Kuisioner matriks:
KUISIONER SEMANTIK DIFRENSIAL
Pada jenis kuisioner ini, kecenderungan pembobotan dilingkari/silang berdasarkan
bobot nya, jika sisi kiri lebih penting dari sisi kanan maka angka yang dilingkari
adalah 9-1 pada ruas kiri dan sebaliknya
PENYUSUNAN MATRIKS BERPASANGAN
Langkah pertama: adalah menyatukan pendapat dari beberapa kuisioner, jika
kuisioner diisi oleh pakar, maka kita akan menyatukan pendapat para pakar
kedangan menggunakan persamaan rata-rata geometri:
PENYUSUNAN MATRIKS BERPASANGAN
Langkah kedua: menyusun matriks perbandingan, sebagai berikut:
PENYUSUNAN MATRIKS BERPASANGAN
Uji konsistensi dilakukan pada masing kuisioner/pakar yang menilai atau memberikan
pembobotan. Kuisioner atau pakar yang tidak memenuhi syrat konsisten dapat dianulir
atau dipending untuk perbaikan. Prinsip dasar pada uji konsistensi ini adalah apabila A
lebih penting dari B, kemudian B lebih penting dari C, maka tidak mungkin C lebih penting
dari A. Tolak ukur yang digunakan adalah CI (Consistency Index) berbanding RI (Ratio
Index) atau CR (Consistency Ratio).
Konsistensi yang diharapkan adalah yang mendekati sempurna agar menghasilkan
keputusan yang mendekati valid. Walaupun sulit untuk mencapai yang sempurna, rasio
konsistensi diharapkan kurang dari atau sama dengan 10 % atau 0,1
PENYUSUNAN MATRIKS BERPASANGAN
Langkah ketiga: uji konsistensi terlebih dahulu dilakukan dengan menyusun tingkat
kepentingan relatif pada masing-masing kriteria atau alternatif yang dinyatakan
sebagai bobot relatif ternormalisasi (normalized relative weight). Bobot relatif yang
dinormalkan ini merupakan suatu bobot nilai relatif untuk masing-masing elemen
pada setiap kolom yang dibandingkan dengan jumlah masing-masing elemen:
PENYUSUNAN MATRIKS BERPASANGAN
Maka bobot ternormalisasi adalah:
PENYUSUNAN MATRIKS BERPASANGAN
Selanjutnya dapat dihitung Eigen faktor hasil normalisasi dengan merata-ratakan
penjumlahan tiap baris pada matriks di atas.
PENYUSUNAN MATRIKS BERPASANGAN
Selanjutnya tentukan nilai CI (consistency Index) dengan persamaan:

Dimana CI adalah indeks konsistensi dan Lambda maksimum adalah nilai eigen
terbesar dari matriks berordo n.
Nilai eigen terbesar adalah jumlah hasil kali perkalian jumlah kolom dengan eigen
vaktor utaman. Sehingga dapat diperoleh dengan persamaan:
PENYUSUNAN MATRIKS BERPASANGAN
Setelah memperoleh nilai lambda maksismum selanjutnya dapoat ditentukan nilai CI.
Apabila nilai CI bernilai nol (0) berarti matriks konsisten. Jika nilai CI yag diperoleh
lebih besar dari 0 (CI>0) selanjutnya diuji batas ketidak konsistenan yang
diterapkan oleh Saaty. Pengujian diukur dengan menggunakan Consistency Ratio
(CR), yaitu nilai indeks, atau perbandingan antara CI dan RI:

Nilai RI yang digunakan sesuai denan ordo n matriks. Apabila CR matriks lebih kecil
10% (0,1) berarti bahwa ketidak konsistenan pendapat masing dianggap dapat
diterima.
CONTOH TAHAPAN AHP 3
Dinding receptionist berfungsi sebagai penerima tamu hotel dan
pemberi image hotel, sehingga factor estetika menjadi focus
penilaian pertama, namun dengan estetika yang cukup
diharapkan biaya yang dikeluarkan bisa seminimal mungkin.
Kemudian untuk keawetan cukup diperhatikan agar tidak perlu
terlalu sering melakukan penggantian. Selanjutnya memperhatikan
factor perawatan. Dari penjabaran diatas dapat disimpulkan
bahwa urutan kepentingan dari criteria adalah sebagai berikut :
estetika, biaya, keawetan, perawatan.
PEMBOBOTAN KRITERIA DINDING RECEPTIONIS
SINTESA PEMBOBOTAN KRITERIA
DINDING RECEPTIONIS

1/9,33
TAHAPAN AHP
4. Penentuan Bobot Alternatif Berdasarkan Kriteria
Penentuan bobot alternatif menggunakan matriks perbandingan
antar kriteria dengan alternatif. Perbandingan tersebut
menggunakan skala 1 – 9 berkaitan dengan kriterianya.
A. PENILAIAN ALTERNATIF BERDASARKAN
KRITERIA KEAWETAN
Penilaian berdasarkan keawetan berpatokan pada usia ekonomis komponen finishing
dinding yaitu :
A0 = 13 tahun
A1 = 60 tahun
A2 = 90 tahun
A3 = 8 tahun
SINTESA PEMBOBOTAN ALTERNATIF DINDING
RECEPTIONIS BERDASARKAN KRITERIA KEAWETAN
B. PENILAIAN ALTERNATIF BERDASARKAN
KRITERIA ESTETIKA
Penilaian berdasarkan estetika berpatokan pada tampilan fisik didapatkan dengan
cara survey dan diskusi dengan pihak yang berpengalaman.
SINTESA PEMBOBOTAN ALTERNATIF DINDING
RECEPTIONIS BERDASARKAN KRITERIA ESTETIKA
C. PENILAIAN ALTERNATIF BERDASARKAN
KRITERIA BIAYA
Penilaian berdasarkan biaya berpatokan pada total life cycle cost masing-masing alternatif yaitu:
A0 (pas.bata, plaster+aci, wallpaper) = Rp. 21.340.902, 00
A1 (bata expose, coating) = Rp. 17.519.057, 00
A2 (pas.bata, plaster, granit bakar) = Rp. 19.778.707, 00
A3 (kaca polos, sticker, kusen aluminium)= Rp. 47.380.213, 00
SINTESA PEMBOBOTAN ALTERNATIF DINDING
RECEPTIONIS BERDASARKAN KRITERIA BIAYA
D. PENILAIAN ALTERNATIF BERDASARKAN
KRITERIA PERAWATAN
Penilaian berdasarkan perawatan berpatokan pada total kemudahan perawatan
masing-masing alternatif yang didapat dari hasil diskusi dengan pihak yang
berpengalaman
SINTESA PEMBOBOTAN ALTERNATIF DINDING
RECEPTIONIS BERDASARKAN KRITERIA PERAWATAN
TAHAPAN AHP
5. Sintesa Penilaian
Hasil matrik perbandingan kriteria dan alternatif akan dilakukan
sintesa penilaian dengan bobot keseluruhan. Hasil tersebut akan
menunjukan alternatif yang memiliki bobot keseluruhan tertinggi.
Dari hasil sintesa penilaian alternatif dengan kriteria didapatkan
kesimpulan hasil perhitungan AHP, dimana yang mendapat nilai
tertinggi maka terpilih sebagai alternatif desain dinding
receptionist terbaik.
HASIL AHP ALTERNATIF DINDING RECEPTIONIS
APLIKASI AHP
1. Membuat suatu set alternatif;
2. Perencanaan ;
3. Menentukan prioritas;
4. Memilih kebijakan terbaik setelah menemukan satu set alternatif;
5. Alokasi sumber daya ;
6. Menentukan kebutuhan/persyaratan;
7. Memprediksi outcome;
8. Merancang sistem;
9. Mengukur performa;
10. Memastikan stabilitas sistem;
11. Optimasi;
12. Penyelesaian konflik

Anda mungkin juga menyukai