Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN COMMUNITY ACQUIRED PNEUMONIA

(CAP)

Di susun oleh :
NURMIN : 14420202117

CI INSTITUSI CI LAHAN

( ) ( )

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
COMMUNITY ACQUIRED PNEUMONIA (CAP)
A. Konsep Medis
1. Pengertian
Penemonia adalah penyakit peradangan akut parenkim paru yang
biasanya dari suatu infeksi saluran pernafasan bawah akut (ISNBA)
(Sylvia A.price) dengang gejala batuk dan disertai dengan sesak nafas
yang disebabkan agen infeksisus seperti virus, bakteri mycoplasma
(fungi), dan aspirasi substransi asing, radang paru-paru yang disertai
eksudasi dan konsolidasi dan dapat dilihat melalui gambaran
radiologis(1)
Community acquired pneumonia (CAP) adalah dimulai sebagai
penyakit pernafasan umum dan bisa berkembang menjadi pneumonia.
Pneumonia Streptococal merupakan organisme penyebab umum.Tipe
pneumonia ini biasanya menimpa kalangan anak-anak atau kalangan
orang tua.
Community acquired pneumonia(CAP) adalah pneumonia
infeksius pada seseorang yang tidak menjalani rawat inap di rumah sakit
baru -baru ini.CAP adalah tipe pneumonia yang paling sering. Penyebab
paling sering dari CAP berbeda tergantung usia seseorang tetapi mereka
termasuk Streptococcus pneumoniae,virus,bakteri atipikal dan
Haemophilus influenzae.Di atas semuanya itu , Streptococcus pneumonia
adalah penyebab paling umum dari CAP seluruh dunia.
2. Etiologi
Radang paru mungkin berkaitan dengan berbagai mikroorganisme
dan dapat menular dari komunitas atau dari rumah sakit (nosokomial).
Pasien dapat menghisap bakteri, virus, parasite, dan agen iritan. Menurut
(Padila, 2013) penyebab dari pneumonia yaitu; (2)
a. Bakteri
Bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram
positif seperti: streptococcus pneumonia, S.aerous, dan streptococcus
pyogenesis.
b. Virus
Virus influenza yang menyebar melalui transmisi droplet
citomegalo, virus ini dikenal sebagai penyebab utama kejadian
pneumonia virus.
c. Jamur
Jamur disebabkan oleh infeksi yang menyebar melalui penghirupan
udara mengandung spora biasanya ditemukan pada kotoran burung.
d. Protozoa
Menimbulkan terjadinya pneumocystis carini pneumoni (PCP)
biasanya menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi
3. Patofisisologi
Aspirasi mikroorganisme yang mengkolonisasi sekresi orofarinks
merupakan rute infeksi yang peling sering. Rute inokulasi lain meliputi
inhalasi, penyebaran infeksi melalui darah (hematogen) dari area infeksi
yang jauh, penyebaran langsung dari tempat penularan infeksi.
Jalan napas atas merupakan garis pertahanan pertama terhadap
infeksi, tetapi, pembersihan mikroorganisme oleh air liur, ekspulsi
mukosiliar, dan sekresi IgA dapat terhambat oleh berbagai penyakit,
penurunan imun, merokok, dan intubasi endotrakeal. Pertahanan jalan
napas bawah meliputi batuk, refleks muntah, ekspulsi mukosiliar,
surfaktan, fagositosis makrofag dan polimorfonukleosit (PMN), dan
imunitas selular dan humoral. Pertahan ini dapat dihambat oleh
penurunan kesadaran, merokok, produksi mukus yang abnormal (mis,
kistik fibrosis atau bronkitis kronis), penurunan imun, intubasi dan tirah
baring berkepanjangan.
1) Virus
Virus menyerang dan merusak sel untuk berkembang biak.
Biasanya virus masuk kedalam paru-paru bersamaan droplet udara
yang terhirup melalui mulut dan hidung.setelah masuk virus
menyerang jalan nafas dan alveoli. Invasi ini sering menunjukan
kematian sel, sebagian virus langsung mematikan sel atau melalui
suatu tipe penghancur sel yang disebut apoptosis.
Ketika sistem imun merespon terhadap infeksi virus,dapat
terjadi kerusakan paru. Sel darah putih,sebagian besar limfosit, akan
mengaktivasi sejenis sitokin yang membuat cairan masuk ke dalam
alveoli. Kumpulan dari sel yang rusak dan cairan dalam alveoli
mempengaruhi pengangkutan oksigen ke dalam aliran darah.
Sebagai tambahan dari proses kerusakan paru,banyak virus merusak
organ lain dan kemudian menyebabkan fungsi organ lain
terganggu.Virus juga dapat membuat tubuh rentan terhadap infeksi
bakteri, untuk alasan ini, pneumonia karena bakteri sering
merupakan komplikasi dari pneumonia yang disebabkan oleh virus.
Pneumonia virus biasanya disebabkan oleh virus seperti vitus
influensa,virus syccytial respiratory(RSV),adenovirus dan
metapneumovirus.Virus herpes simpleks jarang menyebabkan
pneumonia kecuali pada bayi baru lahir. Orang dengan masalah pada
sistem imun juga berresiko terhadap pneumonia yang disebabkan
oleh cytomegalovirus(CMV).
2) Bakteri
Bakteri secara khusus memasuki paru-paru ketika droplet yang
berada di udara dihirup,tetapi mereka juga dapat mencapai paru-paru
melalui aliran darah ketika ada infeksi pada bagian lain dari tubuh.
Banyak bakteri hidup pada bagian atas dari saluran pernapasan
atas seperti hidung,mulut,dan sinus dan dapat dengan mudah dihirup
menuju alveoli. Setelah memasuki alveoli,bakteri mungkin
menginvasi ruangan diantara sel dan diantara alveoli melalui rongga
penghubung.Invasi ini memacu sistem imun untuk mengirim
neutrophil yang adalah tipe dari pertahanan sel darah putih,menuju
paru.Neutrophil menelan dan membunuh organisme yang
berlawanan dan mereka juga melepaskan cytokin,menyebabkan
aktivasi umum dari sistem imun.
3) Jamur
Pneumonia yang disebabkan jamur tidak umum,tetapi hal ini
mungkin terjadi pada individu dengan masalah sistem imun yang
disebabkan AIDS,obat-obatan imunosupresif atau masalah kesehatan
lain.patofisiologi dari pneumonia yang disebabkan oleh jamur mirip
dengan pneumonia yang disebabkan bakteri,Pneumonia yang
disebabkan jamur paling sering disebabkan oleh Histoplasma
capsulatum, Cryptococcus, neoformans, Pneumocystis jiroveci dan
Coccidioides immitis.Histoplasmosis paling sering ditemukan pada
lembah sungai Missisipi,dan Coccidiomycosis paling sering
ditemukan pada Amerika Serikat bagian barat daya.
4) Parasit
Beberapa varietas dari parasit dapat mempengaruhi paru-
paru.Parasit ini secara khas memasuki tubuh melalui kulit atau
dengan ditelan.Setelah memasuki tubuh,mereka berjalan menuju
paru-paru,biasanya melalui darah.Terdapat seperti pada pneumonia
tipe lain ,kombinasi dari destruksi seluler dan respon imun yang
menyebabkan ganguan transportasi oksigen.Salah satu tipe dari sel
darah putih,eosinofil berespon dengan dahsyat terhadap infeksi
parasit.Eosinofil pada paru-paru dapat menyebabkan pneumonia
eosinofilik yang menyebabkan komplikasi yang mendasari
pneumonia yang disebabkan parasit.Parasit paling umum yang dapat
menyebabkan pneumonia adalah Toxoplasma gondii,Strongioides
stercoralis dan Ascariasis. a adalah Toxoplasma gondii,Strongioides
stercoralis dan Ascariasis.(Smeltzer,2001).

4. Pathway
5. Manifestasi klinis (3)
- Demam - Sumbatan nasal
- Meningismus - Keluaran nasal
- Anoreksia - Batuk
- Muntah - Bunyi pernafasan
- Diare - Sakit tenggorokan
- Nyeri abdomen

6. Komplikasi
a) Efusi pleura
b) Empiema
c) Pneumotoraks
d) Piopneumotoraks
e) Pneumatosel
f) Abses Paru
g) Sepsis
h) Gagal nafas
i) Ileus paralitik fungsional

7. Pemeriksaan penunjang
1) Sinar X : Mengidentifikasikan distribusi structural (missal: lobar,
bronchial); dapat juga menyatakan abses)
2) Biopsi paru: untuk menetapkan diagnosis
3) Pemeriksaan gram/ kultur, sputum dan darah : utuk dapat
mengidentifikasi semua organisme yang ada
4) Pemeriksaan serologi : membantu dalam membedakan diagnosis
organisme khusus
5) Pemeriksaan fungsi paru : untuk menegetahui paru-paru, menetapkan
luas berat penyakit dan membantu diagnosis keadaan
6) Spirometrik static: untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi
7) Bronkostopi: untuk menetapkan diagnosis dan mengaggkat benda
asing

8. Penatalaksanaan
Dalam hal mengobati penderita pneumonia perlu diperhatikan
keadaan klinisnya. Bila keadaan klinis baik dan tidak ada indikasi
rawat dapat diobati di rumah. Juga diperhatikan ada tidaknya faktor
modifikasi yaitu keadaan yang dapat meningkatkan risiko infeksi dengan
mikroorganisme patogen yang spesifik misalnya S. pneumoniae yang
resisten penisilin. Menurut ATS (2001), yang termasuk dalam faktor
modifikasis adalah:
a. Pneumokokus resisten terhadap penisilin
- Umur lebih dari 65 tahun
- Memakai obat-obat golongan P laktam selama tiga bulan
terakhir
- Pecandu alcohol
- Penyakit gangguan kekebalan
- Penyakit penyerta yang multipel
b. Bakteri enterik Gram negatif
- Penghuni rumah jompo
- Mempunyai penyakit dasar kelainan jantung paru
- Mempunyai kelainan penyakit yang multiple
- Riwayat pengobatan antibiotik
c. Pseudomonas aeruginosa
- Bronkiektasis
- Pengobatan kortikosteroid > 10 mg/hari
- Pengobatan antibiotik spektrum luas > 7 hari pada bulan terakhir
- Gizi kurang
Penatalaksanaan CAP dibagi menjadi:
a. Penderita rawat jalan
 Pengobatan suportif / simptomatik
- Istirahat di tempat tidur
- Minum secukupnya untuk mengatasi dehidrasi
- Bila panas tinggi perlu dikompres atau minum obat penurun
panas
- Bila perlu dapat diberikan mukolitik dan ekspektoran
Pemberian antiblotik harus diberikan (sesuai bagan) kurang dari 8
jam
b. Penderita rawat inap di ruang rawat biasa
 Pengobatan suportif / simptomatik
- Pemberian terapi oksigen
- Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi kalori dan
elektrolit
- Pemberian obat simptomatik antara lain antipiretik,
mukolitik Pengobatan antibiotik harus diberikan (sesuai
bagan) kurang dari 8 jam
c. Penderita rawat inap di Ruang Rawat Intensif
 Pengobatan suportif / simptomatik
- Pemberian terapi oksigen.
- Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi kalori dan
elektrolit
- Pemberian obat simptomatik antara lain antipiretik,
mukolitik.
9. Prognosis
Kejadian PK di Amerika Serikat adalah 3,4-4 juta per tahun, dan
20% diantaranya perlu dirawat di RS. Secara umum, angka kematian
pneumonia oleh pneumokokkus adalah sebesar 5%, namun dapat
meningkat pada lanjut usia dengan kondisi yang buruk, penemonia
dengan influenza di Amerika Serikat merupakan penyebab kematian
terbesar ke-6 dengan kejadian sebesar 59%. Sebagian besar pada lanjutan
usia,yaitu sebesar 89%. Mortalitas pasien PK yang dirawat di ICU adalah
sebesar 20%. Mortalitas yang tinggi ini berkaitan dengan factor
modifikasi yang ada pada pasien.
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas klien
b. Keluhan saat ini
c. Riwayat penyakit (sekarang,dulu dan keluarga)
2. Pemeriksaan
a. Aktivitas / istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia
Tanda : Letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas
b. Sirkulasi
Gejala : riwayat gagal jantung kronis
Tanda : takikardi, penampilan keperanan atau pucat
c. Integritas Ego
Gejala : banyak stressor, masalah finansial
d. Makanan / Cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan, mual / muntah, riwayat DM
Tanda : distensi abdomen, hiperaktif bunyi usus, kulit kering dengan
turgor buruk, penampilan malnutrusi
e. Neurosensori
Gejala : sakit kepala dengan frontal
Tanda : perubahan mental
f. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : sakit kepala nyeri dada meningkat dan batuk myalgia,
atralgia
g. Pernafasan
Gejala : riwayat PPOM, merokok sigaret, takipnea, dispnea,
pernafasan dangkal, penggunaan otot aksesori, pelebaran nasal
Tanda : sputum ; merah muda, berkarat atau purulent
Perkusi ; pekak diatas area yang konsolidasi, gesekan friksi pleural
Bunyi nafas : menurun atau tak ada di atas area yang terlibat atau
nafas Bronkial
Framitus : taktil dan vokal meningkat dengan konsolidasi
Warna : pucat atau sianosis bibir / kuku
h. Keamanan
Gejala : riwayat gangguan sistem imun, demam
Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar, kemerahan,
mungkin pada kasus rubeda / varisela
i. Penyuluhan
Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis

3. Diagnosa keperawatan
a) Bersihan jalan nafas tidak efektifan b/d proses infeksi
b) Hipovolemia b/d kekurangan intake cairan
c) Intoleransi aktivitas b/d kelemahan
4. Intervensi
No Diagnoasa keperawatan Tujuan dan kriteri hasil Intervensi
1. Bersihan jalan nafas tidak Setelah dilakukan tindakan Latihan Batuk Efektif (6)
efektifan b/d proses infeksi keperawatan diharapkan Obsevasi :
(4) Bersihan jalan napas tidak - Identifikasi kemampuan batuk
efektif dapat membaik.(5) - Monitor adanya retensi sputum
Dengan kriteria hasil : Trapiutik :
1. Batuk efektif dapat - Atur posisi semi-fowler atau fowler
meningkat - Anjurkan tarik nafas dalam melalui hidung selama 4
2. Produksi sputum dapat detik, ditahan selama 2 detik, kemudian keluarkan
menurun dari mulut dengan bibir mancucu (dibulatkan) selama
3. Gelisah dapat menurun 8 detik
4. Frekuensi pernafasan dapat - Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik
membaik napas dalam yang ke-3
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran
2. Hipovolemia b/d kekurangan Setelah melakukan tindakan Manajemen hipovolemia(6)
intake cairan keperawatan diharapkan status Observasi
cairan membaik dengan 1. Pemeriksaan tanda dan gejala hipovolemia (mis:
kriteria hasil :(5) frekuensi nadi meningkat, nadi terabah lemah,
a) Kekuatan nadi meningkat tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit,
b) Turgokulit meningkat turgo kulit menurun, membran mulkosa kering,
c) Output urin meningkat volume urin menurun, hematokrit meningkat, haus
d) Perasaan lemah menurun atau lemah)
e) Tekanan darah membaik 2. Monitor intake dan output cairan
f) Membran mukosa Terapiutik
membaik 1. Hitung kebutuhan cairan
g) Kadar Hb membaik 2. Berikan posisi modified trendelenburg
h) Kadar Ht membaik 3. Berikan asupan cairan oral
Intake cairan membaik Edukasi
1. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
2. Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemebrian cairan IV isotonis (mis: NaCl,
RL)
2. Kolaborasi pemebrian cairan IV hipotonis (mis:
glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)
3. Kolaborasi pemebrian produk darah, jika perlu
3. Intoleransi aktivitas b/d Setelah melakukan tindakan Manajemen Nyeri :
kelemahan keperawatan diharapkan Observasi :
toleransi aktivitas klien 1.Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
meningkat. dengan kriteria kualitas, intensitas nyeri
hasil : 2.Identifikasi skala nyeri
1. kemudahan dalam melakukan 3.Identifikasi respon nyeri non verbal
aktivitas sehari-hari cukup 4.Identifikasi faktor yang memperberat dan
menurun memperingan nyeri
2. kekuatan tubuh bagian atas 5.Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
meningkat 6.Identifikasi pengaruh budaya dan respon nyeri
3. kekuatan tubuh bagian bawah 7.Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
meningkat 8.Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
4. keluhan lelah menurun diberikan
5. perasaan lemah menurun 9.Monitor efek samping penggunaan analgetik
6. tekanan darah membaik Terapiutik :
10. Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi
rasa nyeri (mis: TENS, hypnosis, akupresur,terapi
musik, biofeedback, terapi pijat, aroma terapi, teknik
imajinasi terbimbing, kompres hangat atau dinggin,
terapi bermain)
11. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
(mis: suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
12. Fasilitasi istrahat dan tidur
13. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi :
14. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
15. Jelaskan strategi meredahkan nyeri
16. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
17. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
18. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi:
19. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA
1. Nurarif AH, Kusuma H. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & Nanda,NIC-NO, Jilid 3. Edisi Revi. Jogjakarta:
Mediaction; 2015. halaman 36.
2. Tambun SH, Puspitasari I, Safitri I, Klinik MF. Evaluasi Luaran Klinis
Terapi Antibiotik pada Pasien Community Acquired Pneumonia Anak
Rawat Inap. 2019;9(3):213–24.
3. Baharirama MV, Artini IGA. Pemberian Antibiotika Untuk Pasien
Community Acquired Penemonia Anak. 2017;6(3):5–10.
4. PPNI. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI; 2017.
5. PPNI. Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI; 2019.
6. PPNI. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI; 2018.

Anda mungkin juga menyukai