Anda di halaman 1dari 31

Seminar

ARAHAN DAN RENCANA STRATEGI


PENGEMBANGAN WISATA DI KABUPATEN NGADA

Penyaji: Komisi Pembimbing:


Marliana Chrismiawati Dr. Ir. ERNAN RUSTIADI, M.Agr
NRP. A156170254 Dr. Ir. BAMBANG SULISTYANTARA, M.Agr

Senin 28, Juni 2021


OUTLINE

PENDAHULUAN

METODOLOGI PENELITIAN

HASIL PEMBAHASAN

SIMPULAN
PENDAHULUAN

Jumlah kunjungan wisatawan ke Propinsi NTT


Kabupaten Ngada memiliki banyak potensi wisata, tecatat
sebanyak 24 daya tarik wisata berupa 7 obyek data tarik
wisata alam, 12 obyek daya tarik wisata budaya dan 5 obyek
daya tarik wisata minat khusus (BPS, 2018). Wilayah
Kabuapten Ngada juga memiliki potensi daya tarik wisata
(DTW) sebanyak 61 obyek DTW (Disparekraf Provinsi NTT,
2015).
Nama Objek Wisata Kecamatam

Kampung Tradisional Bena Jerebuu


Kampung Tradisional Luba Jerebuu
Kampung Tradisional Tololela Inerie
• hanya 15 obyek wisata yang telah dikelola
Kampung Tradisionaldengan
Gurusina jumlah
Jerebuu
Kampung Tradisional Wogo Golewa
kunjungan Kampung Tradisional Bela Bajawa
• Kondisi sarana dan prasana di Desa
Kabupaten
Legelapu Ngada juga masih Aimere
Jumlah Kunjungan
belum mendukung
Nama Objek Wisata pengembangan
Kecamatam Kampungpotensi
Mancawisata
Tradisional Belaraghi
Domestik yangAimere
Jumlah ada.
Kampung Tradisional Tua Be'a Golewa Barat
Kampung Tradisional Bena Jerebuu 11,659 8,046 19,705
TWA Air Panas Mengeruda Soa
Kampung Tradisional Luba Jerebuu 765 3,696 4,461
Kampung Tradisional Tololela Inerie 287 1,287 1,574
TWAL 17 Pulau Riung Riung
Kampung Tradisional Gurusina Jerebuu 269 2,577 2,846
Danau Wawo Mudha Bajawa
Kampung Tradisional Wogo Golewa 73 3 76
Sumber Air Panas Alam Malanage Jerebuu
Kampung Tradisional Bela Bajawa 20 371 391
TWA Air Panas Boba Soka Golewa
Desa Legelapu Aimere 74 89 163
Desa Legelapu Aimere
Kampung Tradisional Belaraghi Aimere 57 766 823
Kampung Tradisional Tua Be'a Golewa Barat 24 84 108
TWA Air Panas Mengeruda Soa 51,154 2,347 53,501

TWAL 17 Pulau Riung Riung 5,362 3,060 8,422


Danau Wawo Mudha Bajawa 82 278 360
Sumber Air Panas Alam Malanage Jerebuu 467 3,687 4,154
• Dukungan sarana
prasarana pendukung
wisata masih sangat
terbatas.
• Restoran/Rumah
makan : 83 Restoran
(11 di Aimere, 45 di
Bajawa, 8 di Golewa, 9
di Soa dan 10 di
Riung)

Sumber ((BPS, 2020)

• Hotel sebanyak 52 hotel dengan kelas hotel Non Bintang (567 Kamar dengan
782 Tempat tidur)
• Fasilitas Perbankan (Bank BRI, Bank NTT dan Bank BNI)
Tujuan Penelitian

Mengidentifikasi potensi wisata dan menganalisis


kesesuaian lokasi wisata di Kabupaten Ngada.

Mengidentifikasi perkembangan wilayah Kabupaten


Ngada dilihat dari kelengkapan sarana dan prasarana.

Memformulasikan arahan strategi pengembangan


wisata di Kabupaten Ngada.
Manfaat Penelitian

Sebagai bahan masukan dan pertimbangan kepada


pemerintah maupun masyarakat dalam melakukan
pengelolaan, perencanaan, dan pembangunan pariwisata di
Kabupaten Ngada.
Lokasi Penelitian
Alat dan Bahan

Mosaik citra spot 6 dan 7 KLHK Tahun 2017, citra dari Google
Earth, potensi desa (PODES) tahun 2018, laporan, dan
dokumen-dokumen lain yang relevan. Adapun alat yang
digunakan adalah alat tulis, kamera, dan laptop dengan
software ArcGIS 10.2, Google Earth dan Global Positioning
System (GPS).
Jenis dan Sumber Data
No. Tujuan Jenis Data Sumber Teknik Analisis Output
Data
1 Mengidentifikasi  Jumlah dan BIG Modifikasi Peta Potensi
potensi wisata dan sebaran obyek Dinas PU Analisis Daerah dan
menganalisis wisata BPS Operasi-Objek Kesesuaian
kesesuaian lokasi  Koordinat KLHK dan Daya Tarik Wisata
wisata di sebaran obyek Disparekr Wisata Alam,
Kabupaten Ngada wisata alam dan af DJPHKA (2003)
budaya
 Peta DEM
 Koordinat titik
kota kecamatan
 Peta jaringan
jalan
 Peta tutupan
lahan
 Peta RBI
2 Mengidentifikasi Jumlah Penduduk BPS Metode Tingkat
perkembangan Jumlah dan Jenis Dinas PU Skalogram Perkembanga
wilayah Kabupaten Fasilitas Sarpars Dinas n WIlayah
Ngada dilihat dari untuk wisata Pariwisata
kelengkapan sarana
dan prasarana
Analisis Kesesuaian Lokasi Wisata

Penyusunan peta kesesuaian sumberdaya wisata alam di


Kabupaten Ngada mengacu pada metode perencanaan wisata
alam berbasis spasial hasil modifikasi dari Gunn (1994) dengan
Bunruamkaew dan Murayama (2011) yang digunakan oleh
Rahayuningsih (2016) dalam menyusun peta kesesuaian
sumberdaya wisata alam Bogor.

Penentuan Bobot (ADO-ODTWA) Hasil penilaian klasifikasi kondisi


S=NxB masing-masing obyek dan daya
Keterangan: tarik wisata dilakukan dengan
S: skor/nilai suatu kriteria
rumus = ((Nt-Nr):3), Nt = nilai
N: jumlah nilai unsur-unsur pada
kriteria
tertinggi dan Nr = nilai terendah.
B: Bobot nilai
Klasifikasi penilaian kriteria sumberdaya

No Kriteria Klasifikasi penilaian


Rendah Sedang Tinggi
1. Daya Tarik 42-448 448-854 854-1260
2. Aksesibilitas 100-200 200-300 300-400
Sumber: Rahayuningsih (2016)
Kerangka kerja penyusunan
peta kesesuaian wisata
Analisis Tingkat Perkembangan Wilayah
Tahapan dalam penyusunan skalogram dilakukan sebagai berikut:
• Menyusun fasilitas sesuai dengan penyebaran dan jumlah fasilitas di dalam
unit-unit wilayah.
• Mengurutkan unit wilayah yang mempunyai ketersediaan fasilitas paling
lengkap hingga yang paling tidak lengkap.
• Menjumlahkan seluruh fasilitas secara horizontal.
• Menjumlahkan masing-masing unit fasilitas secara vertikal.
• Mengurutkan wilayah yang mempunyai fasilitas terlengkap hingga yang
paling tidak lengkap.
• Menghitung nila rataan dan standar deviasi dari keseluruhan jumlah
penduduk yang ada di seluruh wilayah
(𝑋𝑖𝑗 − min 𝑋𝑗 )
𝐾𝑖𝑗 =
𝑆𝑗
Dimana :
Kij = nilai baku indeks hirarki wilayah ke-i dan ciri ke-j
Iij = nilai bobot indeks penciri wilayah ke-i dan ciri ke-j
Min (I)j = nilai minimum indeks pada ciri ke-j
Sj = nilai standar deviasi
Pengelompokan wilayah berdasarkan ketersediaan fasilitas penunjang
wisata.
• Wilayah Hirarki I mengindikasikan bahwa wilayah tersebut memiliki
tingkat perkembangan yang baik. Mencakup wilayah yang nilai
jumlah indeks bakunya paling tidak sama dengan nilai rataan
ditambah dengan standar deviasi.
• Wilayah Hirarki II memiliki tingkat perkembangan sedang. Mencakup
wilayah dengann nilai indeks hirarki paling tidak sama dengan nilai
rataan indeksnya
• Wilayah Hirarki III memiliki tingkat perkembangan yang rendah.
Mencakup wilayah dengan nilai indeks hirarki kurang dari nilai rataan
indeks di seluruh wilayah.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan dari penulusuran data daya tarik wisata Dinas
Pariwisata dan Kebudayan Kabupaten Ngada, Database
Kepariwisataan Provinsi Nusa Tenggara Timur, dan observasi
di obyek wisata di wilayah kabupaten Ngada tercatat dalam
penelitian ini sebanyak 75 obyek wisata
Penilaian Sumberdaya Wisata Kabupaten Ngada

(1) hutan (28.87%), (2)


perkebunan (6,72%), (3)
kebun/ladang/tegalan
(16.65%), (4) Sawah (3,15%),
(5) tubuh air (0,15%), (6)
padang
rumput/semak/belukar
(42.19%), (7) non vegetasi
(pemukiman) (2.28%).
Peta Jarak Desa dari Titik Pusat Kecamatan
Klasifikasi Berdasarkan Kriteria Penilaian Sumberdaya Wisata

(a) keberagaman bentang (b) keberagaman obyek (c) keunikan sumberdaya (d) kepekaan sumberdaya
alam wisata

(e) variasi kegiatan wisata (f) variasi ketinggian (g) variasi kelerengan (h) kriteria aksesibilitas
wilayah Kabuapten Ngada
didominasi daya tarik tinggi yaitu
sebesar 50.60% pada 61 wilayah
desa, daya tarik sedang (47.01%)
pada 87 desa dan daya tarik rendah
(2.38%) pada tiga desa yaitu
Kisanata, Ngedukelu dan Tarawali.
Sedangkan berdasarkan peta
penilaian unsur jarak desa
terhadap titik pusat kota
kecamatan (gambar xx ). Wilayah
Ngadayang memiliki aksesibilitas
tinggi (95%) pada 107 desa,
Aksesibilitas sedang (4.4%) 42 desa
di dan aksesibilitas rendah (0.6%)
pada dua desa yaitu Lengkosambi
Timur dan Lengkosambi.
Daya tarik tinggi-aksesibilitas
tinggi (total seluas 26.22%) pada
32 desa; (b) Daya tarik tinggi-
aksesibilitas sedang (total seluas
34.56%) pada 27 desa; (c) Daya
tarik tinggi-aksesibilitas rendah
(total seluas 2.38%) pada 2 desa;
(d) Daya tarik sedang-aksesibilitas
tinggi sebesar (total seluas
24.24%) pada 72 desa; (e) Daya
tarik sedang-aksesibilitas sedang
(total seluas 12.45%) pada 15
desa; (f) Daya tarik rendah-
aksesibilitas tinggi (total seluas
0.14%) pada 3 desa yaitu
Kisanata, Ngedukelu dan Tarawali.
Tingkat Perkembangan Wilayah
Berdasarkan Sarana Prasarana Wisata

wilayah kecamatan Aimere


(Aimere), Kecamatan
Bajawa (Aimere, Borani,
Bowali, Faobata,
Jawameze, Kisanata,
Lebijaga, Naru, Ngedukelu,
Tanalodu, Trikora, dan
Ubedolumolo I), Golewa
Barat (Rakalaba dan Sobo),
Inerie (Warupele II),
Jerebuu (Dariwali I), Riung
(Benteng Tengah dan
Nangamese) dan Soa
(Waepana)
Arahan Pengembangan Wisata Kabupaten Ngada

• Pengembangan wisata untuk wisata di Kecamatan


Riung perlu mempertimbangkan status kawasan,
karena potensi Daya Tarik Wisata pada Kecamatan
Riung masuk ke dalam kawasan konservasi, yaitu
kawasan Taman Wisata Alam Laut 17 Pulau, sehingga
jenis aktivitas yang dikembangkan dapat berupa
kegiatan ekowisata. Ekowisata merupakan jenis
kegiatan wisata berbasis alam di mana motivasi
penting pengunjung adalah untuk mengamati, belajar,
menemukan, mengalami dan menghargai
keanekaragaman hayati dan budaya dengan sikap
bertanggung jawab untuk melindungi keutuhan
ekosistem dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat (WTO 2019).
Arahan Pengembangan Wisata Kabupaten Ngada

• Kabupaten Ngada memiliki kebudayaan yang masih


terjaga menjadi kekuatan yang menonjol menjadi
pembeda yang kuat pada potensi wisata budaya
dibandingkan dengan daerah lainnya di Pulau Flores.
Pada wilayah sebaran cluster selatan didominasi oleh
wisata budaya yang didukung oelh potensi keindahan
alam sehingga jenis aktivitas yang dikembangkan dapat
berupa wisata alam dan cultural tourism. Cultural
tourism merupakan jenis kegiatan pariwisata di mana
motivasi penting pengunjung adalah untuk mempelajari,
menemukan, mengalami, dan mengkonsumsi daya
tarik/produk budaya berwujud dan tidak berwujud di
suatu daerah tujuan wisata (WTO 2019).
• Pengembangan wisata di Kabupaten Ngada sebaiknya diarahkan
terutama pada wilayah yang memiliki tipologi daya tarik tinggi-
aksesibilitas tinggi yang terletak pada wilayah desa di kecamatan
masuk ke dalam hirarki I dari hasil analisis skalogram, yaitu
Kecamatan Bajawa, Golewa Barat, Inirie, Jerebuu, Riung, dan
Soa. Pada tipologi daya tarik tinggi-aksesibilitas sedang, daya
tarik sedang-aksesibilitas sedang dan daya tarik tinggi-
aksesibilitas rendah difokuskan pada pembangunan infrastruktur
jalan untuk meningkatkan aksesibilitas menuju destinasi wisata.
• Wilayah Kabupaten Ngada memiliki 6 tipologi wilayah berdasarkan hasil
penilaian daya tarik dan aksesibilitas secara spasial diperoleh tingkatan
tipologi wilayah yaitu : (a) Daya tarik tinggi-aksesibilitas tinggi; (b) Daya
tarik tinggi-aksesibilitas sedang; (c) Daya tarik tinggi-aksesibilitas rendah;
(d) Daya tarik sedang-aksesibilitas tinggi sebesar; (e) Daya tarik sedang-
aksesibilitas sedang; (f) Daya tarik rendah-aksesibilitas tinggi.
• Hasil analisis skalogram pada wilayah desa dengan hirarki I merupakan
lokasi pusat pelayanan pendukung wisata bagi desa-desa lainnya pada
masing-masing kecamatan dalam pengembangan wisata di Kabupaten
Ngada. Berdasarkan variabel berupa fasilitas umum yang mendukung
pengembangan wisata menunjukkan wilayah kecamatan Aimere,
Kecamatan Bajawa, Golewa Barat, Inerie, Jerebuu, Riung dan Soa memiliki
tingkat perkembangan yang baik.
• Berdasarkan hasil analisis peta kesesuian wisata alam dan
tingkat perkembanga wilayah Kabuaten Ngada maka program
pengembangan pariwsata perlu mempertimbangkan potensi
dan daya tarik wisata yang ada. Prioritas pengembangan wisata
pada wilayah dengan tipologi daya tarik tinggi-aksesibilitas
tinggi, daya tarik sedang-aksesibilitas tinggi diharapkan dapat
meningkatkan efisiensi pengembangan pariwisata. Pada
tipologi daya tarik tinggi-aksesibilitas sedang, daya tarik
sedang-aksesibilitas sedang dan daya tarik tinggi-aksesibilitas
rendah difokuskan pada pembangunan infrastruktur jalan
untuk meningkatkan aksesibilitas menuju destinasi wisata

Anda mungkin juga menyukai