Anda di halaman 1dari 21

BAB III

GAMBARAN UMUM DAYA TARIK WISATA DI LABUAN

BAJO

3.1 Waerebo

3.1.1 Letak Geografis

Letak geografis yang dimaksud merupakan letak suatu

kawasan wisata atau daya tarik wisata yang dilihat dari batas

administratif dan batas alamnya. Desa Waerebo terletak di

Kampung Satar Lenda, Kecamatan Satar Mese Barat, Kabupaten

Manggarai, Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan luas desa

diperkirakan sekitar 7,8 ha. Batas-batas wilayah dari Desa

Waerebo disajikan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1
Batas Administratif dan Batas Alam Desa Waerebo

Batas
Batas Administratif Batas Alam
Bagian
Utara Kec. Lelak Gunung Golo Rebah
Gunung Golo Sunsa, Golo
Timur Kec. Satar Mese Densa Tengdang, dan Golo
Pontomio
Selatan Pulau Mules Gunung Golo Wetak Ruang
Barat Kab. Manggarai Barat Gunung Golo Tonggor Kiha
Sumber: dokumentasi penelitian, 2019

29
Berdasarkan data pada Tabel 3.1, batas wilayah

administratif Desa Waerebo ini berbatasan dengan Kecamatan

Lelak di sebelah utara, Kabupaten Manggarai Barat di sebelah

barat, Pulau Mules di sebelah selatan, dan Kecamatan Satar Mese

di sebelah timur. Sedangkan, berdasarkan batas alamnya, Desa

Waerebo berbatasan dengan Gunung Golo Rebah di sebelah

utara, Gunung Golo Tonggor Kiha di sebelah barat, Gunung Golo

Wetak Ruang di sebelah selatan serta Gunung Golo Sunsa, Golo

Densa Tengdang, dan Golo Pontomio disebelah timur.

Peta 3.1 Lokasi Desa Waerebo


Sumber: Google Maps

Pada Peta 3.1, Letak Desa Waerebo dari Ibukota Labuan

Bajo ± 106 km atau ditempuh dengan kendaraan bermotor selama

3- 4 jam, dari Bandara Udara Labuan Bajo Ruteng ± 69 km, dari

Ibukota kabupaten Manggarai berjarak ± 70 km, dari ibukota

Kecamatan Satar Mese Barat ± 15 km. Sedangkan, lama

30
perjalanan jalur pendakian ke Desa Waerebo ditempuh selama

tiga jam.

3.1.2 Kondisi Fisik Alamiah

Kondisi fisik alamiah merupakan gambaran umum kondisi

fisik suatu kawasan wisata atau daya tarik wisata yang meliputi

topografi, temperatur, dan kondisi atraksi. Desa Waerebo

merupakan salah satu desa di Flores yang masih kuat akan budaya

dan adatnya. Kondisi fisik Desa Waerebo sekarang ini masih

sangat terjaga keaslian, keasrian, alam dan juga kebersihan yang

masih sangat terjaga. Terdapat delapan rumah utama di Desa

Waerebo ini. Rumah tersebut dimanakan rumah Mbaru Niang

yang merupakan rumah adat di desa tersebut.

Keunikan mbaru niang ini terlihat dari bentuknya yang

kerucut dan konstruksinya yang unik yang tidak menggunakan

paku sebagai penguat melainkan menggunakan kayu yang biasa

disebut ketilo. Selain keunikan mbaru niang, daya tarik Desa

Waerebo juga terlihat dari kebiasaan dan aktivitas masyarakat

setempat yang masih mempertahankan keaslian budaya

Manggarai dan kondisi hutan yang masih lebat yang mengelilingi

desa ini. Desa Waerebo ini berada diatas ketinggian rata – rata

permukaan laut 1.100 mDPL dengan konfigurasi umum lahan

berupa pegunungan dengan jenis tanah gambut. Desa ini memiliki

31
rata – rata temperatur udara maksimum tahunan 24 derajat celcius

dan minimum tahunan berkisaran antara 12 derajat celcius hingga

19 derajat celcius.

Gambar 3.1 Desa Waerebo


Sumber: Hasil Observasi 2019

Kondisi lingkungan di desa ini masih sangat alami dan asli

karena masih dihuni oleh masyarakat dengan kehidupan

tradisional. Tingkat kebisingan di desa ini dapat dikatakan rendah

karena berada di atas pegunungan sedangkan, untuk kebersihan

air dapat dikatakan sangat bersih, tidak keruh, tidak berbau dan

tidak terdapat air limbah di sekitar lingkungan desa ini. Kondisi

alam secara keseluruhan sangat sejuk, cenderung dingin, dan

udara terasa bersih dari polusi karena desa ini terletak di

cekungan bukit.

32
3.1.3 Karakteristik Sosio-Ekonomi-Budaya

Bagian ini menjelaskan tentang mata pencaharian

penduduk di Desa Waerebo beserta hasil produksi penduduknya

dan kependudukannya. Mata pencaharian utama masyarakat di

desa ini adalah sebagai petani dan sebagai pengrajin kain songket.

Hasil panen pertanian dan perkebunannya antara lain biji kopi,

kayu manis, kemiri, jahe dan kunyit yang nantinya dijual di pasar

tradisional yang diadakan setiap hari senin di Dintor. Kain

Songket yang merupakan kain khas daerah ini dikerjakan oleh ibu

– ibu yang ada di Desa Waerebo.

Gambar 3.2 Penjemuran Biji Kopi di Desa Waerebo


Sumber: Hasil Observasi 2019

Kain Songket yang dikerjakan oleh ibu – ibu yang ada di

Desa Waerebo memiliki salah satu motif khas, yaitu memiliki

corak warna yang cerah. Kain songket dan kopi juga dijual

33
sebagai souvenir untuk wisatawan yang berkunjung ke Desa

Waerebo oleh masyarakat Desa Waerebo. Penghasilan lainnya

juga bersumber dari pariwisata, yaitu pemasukan berasal dari

wisatawan yang datang untuk menginap atau berkunjung ke Desa

Waerebo ini. Makanan khas berupa nasi, jagung, dan ubi ketela

rebus yang biasanya di konsumsi dengan kopi hitam adalah

makanan tradisional.

3.1.4 Kondisi Prasarana Penunjang

Kondisi prasarana penunjang yang dimaksud adalah

kondisi fasilitas penunjang yang mendukung sebuah kawasan

wisata atau daya tarik wisata, seperti kondisi jalan akses, sumber

daya air, sumber daya listrik, dan sistem telekomunikasi. Kondisi

prasarana di desa ini masih dapat dikatakan masih minim. Hal ini

dikarenakan letak desanya berada di atas pegunungan dengan

jarak yang cukup jauh dari dunia luar dan desa luar lainnya

sehingga prasarana yang ada masih sangat sederhana dan

tradisional yang dimana sangat mencirikan rumah adat

masyarakat setempat. Akses listrik di desa ini masih sangat

terbatas. Listrik hanya bersumber dari dari genset dan solar panel

yang hanya dinyalakan dari pukul enam sore hingga jam sebelas

malam.

34
Untuk internet, di Desa Waerebo sudah ada jaringan wifi

yang merupakan hasil usaha kerjasama Direktorat Peningkatan

Sarana dan Prasarana bekerjasama dengan PT. Pasifik Satelit

Nusantara melalui Pilot Project jaringan internet VSAT Ubiqu

(CSR). Namun, untuk akses wifi hanya bisa diaktifkan dengan

membeli kartu yang berisi kode akses dan kerap mengalami

gangguan. Di Desa Waerebo, jaringan untuk telepon atau seluler

tidak tersedia. Hal tersebut dikarenakan desa ini yang berada di

atas pegunungan. Sedangkan jaringan air bersih di Desa Waerebo,

masyarakat masih menggunakan air yang berasal dari

pegunungan karena Desa Waerebo dikelilingi oleh sungai besar,

yaitu disebelah barat Wae Rebo, Wae Lasi, Wae Aveng yang

terbesar dan disebelah selatan Wae Regang. Waerebo juga

dikelilingi beberapa mata air, diantaranya Wae Ndara, Wae

Aveng, Wae Rukas, Wae Moak, Wae Dali, Wae Woang. Mata air

tersebut dipergunakan untuk mengairi kebun dan lading. Mata air

Wae Woang terletak kurang lebih 200 meter dari kampung

Waerebo dan sering digunakan dalam upacara Barong Wai, yaitu

upacara persembahan di mata air dengan sarana persembahan

berupa sirih pinang dan hewan kurban berupa ayam. Upacara ini

biasanya dilakukan pada waktu tahun baru lokal.

3.1.5 Atraksi Wisata atau Potensi Wisata

35
Atraksi wisata atau potensi wisata adalah segala sesuatu

yang dimiliki oleh daerah tujuan wisata yang berguna untuk

menarik wisatawan datang ke daerah tujuan tersebut.

Pemandangan alam yang indah disajikan di pegunungan

sepanjang perjalanan menuju ke Desa Waerebo dan

keanekaragaman hayati yang dapat ditemukan ada bermacam-

macam. Terdapat dua burung endemik Flores yang terkenal yang

dapat dijumpai di pegunungan tersebut, yaitu Gagak Flores dan

Celepuk Flores. Selain burung, terdapat beberapa satwa lain

penghuni hutan pegunungan tersebut adalah babi hutan, monyet

ekor Panjang atau Kode, bajing, musang, dan landak.

Desa Waerebo merupakan salah satu kampung tradisional

yang masih menjaga keaslian kampung, keaslian arsitektur

bangunan, kehidupan masyarakat dan adat istiadat hingga saat ini.

Pada saat berkunjung ke Desa Waerebo wisatawan dapat

menyaksikan secara langsung beberapa atraksi budaya yang ada

disana namun adapula beberapa atraksi budaya yang tidak dapat

langsung disaksikan karena waktu saat berwisata tidak tepat.

Waktu berwisata tidak tepat karena sebagian dari atraksi budaya

Desa Waerebo akan di pentaskan saat perhelatan acara yang besar

pada bulan-bulan tertentu. Salah satu atraksi wisata budaya yang

dapat dilihat di Desa Waerebo adalah arsitektur bangunan Desa

36
Waerebo. Mbaru Niang adalah keunikan dibalik keistimewaan

kampung Waerebo.

Mbaru Niang adalah rumah tradisional dan memiliki

arsitektur khas yang ditinggalkan oleh leluhur masyarakat Desa

Waerebo. Mbaru artinya rumah sedangkan Niang berarti tinggi

dan bulat. Mbaru Niang merupakan rumah yang dibangun dengan

arsitektur yang berbeda dengan bangunan rumah pada umumnya

karena berbentuk kerucut dan menjulang ke atas. Mbaru Niang ini

memiliki makna yang sangat besar karena merupakan lambing

perlindungan dan persatuan masyarakat Desa Waerebo.

Sedangkan, lantai dari Niang berbentuk bulat, yaitu

melambangkan keharmonisan dan keadilan bagi semua warga

yang ditinggal didalamnya. Mbaru Niang telah dijaga dan

dilestarikan oleh masyarakat Desa Waerebo secara turun temurun

sejak ditinggalkan oleh leluhur yang telah berlangsung selama 19

generasi.

Atraksi budaya lainnya adalah Upacara Penti. Penti

merupakan salah satu upacara adat masyarakat Desa Waerebo

yang dilaksanakan setiap bulan Beko (November) yang dipercaya

oleh masyarakat Desa Waerebo sebagai bulan baru dalam system

perhitungan bulan. Upacara adat Penti dilaksanakan sebagai

bentuk ungkapan rasa syukur kepada Sang Pencipta. Selain itu,

ada Tarian Caci yang merupakan tarian tradisional dari

37
Manggarai yang dipentaskan dalam beberapa upacara adat

maupun acara besar seperti Upacara Penti, perayaan hari

kemerdekaan Republik Indonesia, hari pernikahan, penyambutan

tamu Negara.

Selain alam dan budaya yang dikembangkan sebagai daya

tarik wisata di Desa Waerebo adalah wisata alternatif salah

satunya, yaitu wisata agro. Wisata agro Desa Waerebo adalah

menawarkan wisatawan yang datang untuk merasakan hal yang

berbeda, yaitu wisatawan diajak untuk mengelilingi perkebunan

kopi sambal mengenalkan beberapa jenis kopi yang ada di

perkebunan tersebut. Wisata agro Desa Waerebo ini masih sangat

baru karena baru dicanangkan pada tahun 2013. Beberapa jenis

kopi asli Desa Waerebo adalah kopi Arabica, Robusta, dan

Columbia yang merupakan kopi unggul yang dikelola tanpa

menggunakan obat-obatan seperti, pestisida, namun pohon kopi

dibiarkan tumbuh sesuai dengan siklus pertumbuhan yang

sebenarnya sehingga menghasilkan biji kopi yang khas dengan

aroma asli.

3.1.6 Aksesibilitas

Aksesibilitas adalah derajat kemudahan akses yang

dicapai oleh orang terhadap suatu objek, pelayanan ataupun

lingkungan. Jaringan jalan menuju Desa Waerebo ini kondisinya

38
rusak, yaitu masih ada yang berbatu dan berlubang serta

aksesibilitas yang kurang lancar karena jumlah angkutan yang

mencapai desa ini sangat sedikit. Kendaraan bermotor dan mobil

hanya bias sampai di Desa Denge, yaitu desa terdekat dengan

Desa Waerebo, selanjutnya wisatawan harus berjalan kaki menuju

Desa Waerebo. Jalur yang biasa digunakan adalah melewati jalur

utara, yaitu jalan beraspal yang kondisinya rusak yang menyusuri

perbukitan.

Aksesibilitas menuju Desa Wae Rebo ini dapat ditempuh

selama kurang lebih empat jam berjalan kaki dari Desa Denge

atau desa yang letaknya paling dekat dengan Desa Wae Rebo

dengan jarak kira-kira tujuh kilometer. Dengan berjalan kaki dan

dengan medan yang cukup menanjak akan memakan energi yang

cukup banyak untuk mencapai Desa Wae Rebo. Untuk menuju

Desa Denge wisatawan dapat menggunakan kendaraan umum,

yang dimana perjalanan dimulai dari Ruteng, yang merupakan

ibukota Manggarai. Dari Ruteng wisatawan dapat melalui jalur

transportasi udara antara Bali dan Labuan Bajo, namun belum

tersedia setiap hari. Transportasi dari Ruteng menuju Desa Denge

tidak terlalu beragam, terdapat kendaraan umum seperti bemo, bis

kayu. Kemudian, pendakian menuju desa Wae Rebo ini dapat

ditempuh dengan berjalan kaki melalui jalur yang sudah ada

selama 3 – 4 jam.

39
3.1.7 Kondisi Sarana Wisata

Kondisi sarana wisata merupakan keadaan sarana wisata

secara aktual yang meliputi akomodasi, restoran, kios, tempat

parkir, toilet, dan fasilitas penyewaan yang ada di sekitar atraksi

wisata. Sarana yang tersedia di Desa Waerebo saat ini sangat

memadai, yaitu terdiri dari dua rumah penginapan (guest house)

yang tersedia. Pada tahun 2009 masyarakat sepakat Bersama

untuk menggunakan salah satu dari tujuh Mbaru Niang untuk

dijadikan sebagai guest house, yaitu Niang Gena Maro karena

posisinya dianggap cocok untuk hal tersebut dan tidak terlalu

dekat dengan Niang Gendang. Lalu, pada tahun 2013 seiring

berkembangnya kunjungan wisatawan ke Desa Waerebo,

masyarakat sepakat Bersama untuk membangun sebuah guest

house baru di bagian belakang Niang Gena Maro. Penambahan

sebuah guest house baru dengan arsitektur yang menyerupai tujuh

Niang lain untuk memberikan kenyamanan bagi wisatawan.

Fasilitas yang tersedia didalam guest house tersebut adalah tempat

tidur, yang terdiri dari bentangan tikar di lantai, bantal dan juga

selimut tebal. Adapun beberapa sarana pendukung lain seperti

tempat informasi pariwisata (tourist information center)

disediakan didalam guest house.

40
Untuk memperoleh oleh-oleh khas (souvenir) dari Desa

Waerebo, tersedia sebuah outlet kecil yang khusus menyediakan

keperluan tersebut, tetapi ketika berkunjung pada saat ada

kegiatan adat istiadat biasanya souvenir di pajang dengan cara

digelantungkan, jenis souvenir yang disediakan antara lain; kain

tenun seperti sarung, songke, selendang dan miniature Mbaru

Niang serta kopi khas Desa Waerebo yang dijual dengan harga

yang terjangkau. Fasilitas pendukung lain yang ada di Desa

Waerebo adalah tersedianya tempat pelayanan kesehatan seperti

puskesmas yang dilayani oleh seorang tenaga medis asal Waerebo

sejak tahun 2013. Adapun sarana Pendidikan seperti taman baca

yang menyediakan bermacam-macam buku baik itu buku

pelajaran sekolah maupun pengetahuan umum yang

disumbangkan oleh beberapa Lembaga Swadaya Masyarakt

(LSM) maupun oleh wisatawan.

3.1.8 Pengelola

Masyarakat Desa Waerebo telah membentuk sebuah

lembaga atau organisasi masyarakat bernama Lembaga Pelestari

Budaya Wae Rebo (LPBW), yang bertujuan untuk mengatur

perkembangan pariwisata serta kehidupan masyarakat di Desa

Waerebo. organisasi tersebut dibentuk berdasarkan tingkatan adat

istiadat dan kompetensi yang dimiliki oleh anggota masyarakat.

41
3.1.9 Aktivitas Wisata

Aktivitas wisata yang dimaksud adalah aktivitas wisata

aktual yang dapat dilakukan di Desa Waerebo ini. Aktivitas

wisata yang dapat dilakukan oleh wisatawanselama berada di desa

ini diantaranya trekking, memetik buah kopi dan mengolahnya

menjadi kopi berbentuk serbuk atau bubuk, belajar dan melihat

proses membuat kain tenun, mengikuti aktivitas keseharian

masyarakat desa, melihat pemandangan pegunungan, berfoto-foto

sambil menikmati udara pegunungan yang sejuk, dan melihat

beberapa proses upacara adat desa.

3.2 Pulau Rinca

3.2.1 Letak Geografis

Letak geografis yang dimaksud merupakan letak suatu

kawasan wisata atau daya tarik wisata yang dilihat dari batas

administratif dan batas alamnya. Pulau Rinca merupakan salah

42
satu pulau yang berada dalam Kawasan Taman Nasional Komodo

dan merupakan pulau terbesar kedua setelah Pulau Komodo.

Pulau Rinca terletak di Desa Rinca, Kecamatan Komodo,

Kabupaten Manggari Barat.

Peta 3.2 Lokasi Pulau Rinca


Sumber: Google Maps

Batas-batas wilayah dari Desa Waerebo disajikan pada

Tabel 3.2.

Tabel 3.2
Batas Administratif dan Batas Alam Pulau Rinca

Batas
Batas Administratif Batas Alam
Bagian
Utara Laut Sawu
Timur Pulau Flores
Selatan Laut Flores
Barat Selat Lintah
Sumber: dokumentasi penelitian, 2019

Pada Tabel 3.2, batas-batas administratif wilayah Pulau

Rinca, meliputi batas utara berbatasan dengan Laut Sawu, sebelah

timur berbatasan dengan Pulau Flores, sebelah selatan berbatasan

43
dengan Laut Flores, dan sebelah barat berbatasan dengan Selat

Lintah dekat Pulau Padar. Pulau Rinca memiliki luas wilayah

seluas 198 Km2. Jarak dari Labuan Bajo ke Pulau Rinca sekitar

38,7 Km.

3.2.2 Kondisi Fisik Alamiah

Kondisi fisik alamiah merupakan gambaran umum kondisi

fisik suatu kawasan wisata atau daya tarik wisata yang meliputi

topografi, temperatur, dan kondisi atraksi. Pulau Rinca memiliki

ketinggian rata-rata di atas permukaan laut ±670 mDPL dengan

konfigurasi umum lahan berupa perbukitan savana dengan jenis

material tanah berupa tanah cadas, tanah liat, dan pasir. Tempat

ini memiliki temperatur udara rata-rata pertahunannya berkisar 31


o
C sedangkan, temperatur udara maksimum tahunan 32oC dan

minimum tahunan berkisar antara 28oC. Kondisi lingkungan dan

kebersihan atau sanitasi di wilayah wisata ini baik. Tidak terjadi

pencemaran bau dilokasi ini.

Tingkat kebisingan di daya tarik wisata ini rendah.

Visability disini bebas. Untuk kebersihan air sangat baik, tidak

keruh, tidak berbau dan tidak ada limbah air yang terdapat di daya

tarik wisata tersebut, terdapat sumber air berasal dari laut. Dari

segi kebersihan udaranya sangat baik di dalam area daya tarik

wisata dan tidak ada polusi di dalam daya tarik. Pulau Rinca ini

44
akan kering dan gersang serta berwarna kuning pada saat musim

kemarau dan sebaliknya rumput – rumput akan hijau pada saat

musim hujan tiba. Disepanjang jalur trekking, wisatawan akan

ditemani pemandangan berupa jajaran perbukitan khas Pulau

Rinca dan indahnya laut biru.

3.2.3 Karakteristik Sosio-Ekonomi-Budaya

Bagian ini menjelaskan tentang mata pencaharian

penduduk disekitar Pulau Rinca beserta hasil produksi

penduduknya dan kependudukannya. Sebagian masyarakat sekitar

memiliki penghasilan utama dari penangkapan ikan dan wisata

bahari seperti penyelaman, penyewaan kapal-kapal wisata untuk

menuju pulau-pulau sekitar. Selain itu, beberapa masyarakat

sebagai pelaku usaha pariwisata dan bekerja di Taman Nasional

Komodo untuk menjadi ranger atau pemandu. Di Pulau Rinca ini

juga terdapat masyarakat yang tinggal sebelum ditetapkannya

Pulau Rinca menjadi bagian dari wilayah Taman Nasional

Komodo. Terdapat kurang lebih 1.000 penduduk yang menetap di

Desa Rinca dan Desa Karora.

3.2.4 Kondisi Prasarana Penunjang

Kondisi prasarana penunjang yang dimaksud adalah

kondisi fasilitas penunjang yang mendukung sebuah kawasan

wisata atau daya tarik wisata, seperti kondisi jalan akses, sumber

45
daya air, sumber daya listrik, dan sistem telekomunikasi. Terdapat

beberapa fasilitas penunjang bagi para pengunjung seperti toilet,

warung makan bahkan guesthouse di sekitar lokasi pos penjagaan

di Pulau Rinca. Namun ada baiknya jika wisatawan melengkapi

persediaan makanan terutama minuman sebelumnya sebagai

bekal selama trekking agar tidak dehidrasi ditengah teriknya sinar

matahari. Terdapat pula kapal – kapal kayu maupun mesin yang

siap menghantarkan wisatawan berkeliling pulau sekitar.

3.2.5 Atraksi Wisata atau Potensi Wisata

Atraksi wisata atau potensi wisata adalah segala sesuatu

yang dimiliki oleh daerah tujuan wisata yang berguna untuk

menarik wisatawan datang ke daerah tujuan tersebut.

Gambar 3.3 Komodo di Pulau Rinca


Sumber: Hasill Observasi 2019

Atraksi wisata yang dapat ditawarkan kepada wisatawan

di Pulau Rinca adalah hewan langka komodo, melihat satwa liar

lainya, dan melihat pemandangan savana dan laut. Melihat

46
Komodo merupakan atraksi utama yang ditawarkan kepada

wisatawan sambil belajar mengenai cara pelestarian hewan

komodo agar tidak punah.

3.2.6 Aksesibilitas

Aksesibilitas adalah derajat kemudahan akses yang

dicapai oleh orang terhadap suatu objek, pelayanan ataupun

lingkungan. Untuk menjangkau Pulau Rinca, wisatawan dapat

menumpang perahu dari Labuan Bajo di Flores Barat. Perjalanan

dimulai dari pelabuhan Labuan Bajo menuju dermaga kayu di

Loh Buaya Pulau Rinca, pelayaran ditempuh dalam waktu dua

jam lebih. Tarif menumpang perahu dari Labuan Bajo ke Pulau

Rinca bervariasi, tergantung jenis perahu yang ditumpangi.

Setibanya di dermaga, pengunjung akan dipandu oleh

para penjaga hutan (ranger) untuk menjelajahi dan menelusuri

jejak komodo di Pulau Rinca.

3.2.7 Kondisi Sarana Wisata

47
Kondisi sarana wisata merupakan keadaan sarana wisata

secara aktual yang meliputi akomodasi, restoran, kios, tempat

parkir, toilet, dan fasilitas penyewaan yang ada di sekitar atraksi

wisata. Untuk kondisi sarana wisata di Pulau Rinca ini disediakan

berupa akomodasi lokal atau guesthouse, kios – kios kecil penjual

makanan, toilet umum untuk mendukung kegiatan pariwisata

selama wisatawan melakukan trekking di Pulau Rinca ini.

Gambar 3.4 Dermaga di Pulau Rinca


Sumber: Hasil Observasi 2019

Untuk sarana transportasi yang tersedia berupa sarana

transportasi laut, yaitu kapal kayu dan boat yang dapat disewa

wisatawan untuk menuju Pulau Rinca maupun pulau yang berada

di sekitarnya.

3.2.8 Pengelola

Pulau Rinca dikelola oleh dua Lembaga pengelola, yaitu

Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta Balai Taman

Nasional Komodo sebagai pengelola utamanya.

48
3.2.9 Aktivitas Wisata

Aktivitas wisata yang dimaksud adalah aktivitas wisata

aktual yang dapat dilakukan di Pulai Rinca ini. Aktivitas yang

dapat dilakukan diantaranya trekking menjelajahi Pulau Rinca dan

melihat pemandangan laut biru dari atas perbukitan, melakukan

kegiatan konservasi melalui ikut serta melakukan penanaman

pohon bakau, melihat satwa Komodo, menikmati udara laut dari

atas perbukitan sembari menikmati teriknya matahari, dan

wisatawan juga dapat menikmati sunset dari Pulau Rinca.

49

Anda mungkin juga menyukai