Anda di halaman 1dari 14

KEARIFAN LOKAL TRADISI CEKOK UNTUK BALITA PADA

MASYARAKAT DESA BABAKAN JAWA KABUPATEN MAJALENGKA


Aerine Seftiani/ Gahara Clavidia/ Messa S. Purnama/
Neng S. Mulyani/ Yulia Febiola
Pembimbing: Dr. Iin Wariin Basyari. M.Pd

Abstrak
Studi ini bertujuan untuk mengetahui kondisi historis, geografis, sosial dan
budaya, serta tradisi pengobatan dan nilai-nilai kearifan lokal pada tradisi cekok.
Tujuan penelitian tradisi ini untuk mengetahui tradisi pengobatan masyarakat
pada balita. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Babakan Jawa Kabupaten
Majalengka dengan subjek studi “Kearifan Lokal Tradisi Cekok Untuk Balita”.
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu dengan melalui diskusi
kelompok, observasi, studi dokumentasi, dan wawancara mendalam dengan
sumber informan meliputi aparat desa, bidan desa, pedagang jamu, dan warga
sekitar yang memberikan jamu cekok pada anaknya. Hasil dari studi lapangan ini:
(1) Desa Babakan Jawa memiliki sejarah tentang asal-usul beridirinya desa
tersebut, dan juga desa ini merupakan desa yang masuk dalam kategori berbukit
karena berada di dataran tinggi. (2) Tradisi pengobatan jamu cekok ini merupakan
tradisi turun temurun dari nenek moyang. Anak usia dibawah lima tahun sering
mengalami penurunan nafsu makan, yang mengakibatkan berkurangnya asupan
nutrisi. (3) nilai-nilai kearifan lokal pada tradisi cekok adalah masih
menggunakan bahan alami yang diturunkan dari generasi ke generasi untuk
meningkatkan dan menjaga Kesehatan pada anak usia balita di Desa Babakan
Jawa Kabupaten Majalengka. Sebagai upaya untuk tetap menjaga dan
melestarikan budaya ini, kita perlu mengedukasi masyarakat dengan cara diskusi
kunjungan rumah, atau dengan penyuluhan tentang pengobatan jamu cekok
tersebut.
Kata Kunci : Tradisi Cekok, Kearifan lokal, Balita, Babakan Jawa, Majalengka

A. Pendahuluan
Di beberapa daerah di Indonesia ditemukan adanya tradisi untuk
meningkatkan kesehatan pada anak balita. Seperti hasil penelitian Handajani
dan Widhiastuti, (2019) Di Wilayah Kota Surakarta ditemukan Tradisi Jamu
Cekok Untuk Meningkatkan Berat Badan Batita. Tradisi untuk meningkatkan
kesehatan balita sejenis cekok juga di temukan di Klaten Jawa Tengah
menurut Sunarmi dan Suhendrio (2023), serta ditemukan juga tradisi ini di
wilayah Kudus Jawa tengah yang di kemukakan oleh Mulyanah (2019).
Tradisi meningkatkan kesehatan pada balita juga masih sering
dilakukan masyarakat bali yang biasa merek kenal dengan tradisi Usada
Kuranta Bolong sebagai media pengobatan tradisional berbasis Budaya Hindu
di Desa Angantaka, Abiansemal Badung. Menurut Ida Bagus Ngurah (2020).
Tradisi lain mengenai peningkatan kesehatan pada balita juga di temukan di
Aceh Selatan yaitu tradisi pengobatan rajah bungog dan rajah urah menurut
Teuku Salmani (2022).
Marrewijk, 1998 (dalam Liliweri, 2014, 223), memaknai kearifan lokal
atau lokal wisdom adalah keseluruhan atau total pengetahuan atau
ketrampilan yang dimuliki oleh sekelompok orang dari suatu geografis
tertentu yang membuat mereka mampu dapat memperoleh sesuatu dari
lingkungan alam di sekitarnya. Menurut Dewalt,1994 dan Emery, 1996,
pengetahuan tradisional yang memiliki kearifan local memiliki sifat-sifat: (1)
tepat secara lokal , (2) berisi cara pengendalian eksplotasi sumber daya, (3)
menghormati alam, (4) mengalami perubahan karena beradaptasi terhadap
perubahan kondisi lingkungan, dan (5) berkedudukan sebagai tanggung jawab
sosial (Liliweri, 2014: 225).
Berdasarkan Setyawati dan Hartini, (2018) Anak balita adalah anak
yang telah menginjak usia diatas satu tahun atau lebih popular dengan
pengertian anak dibawah lima tahun. Pada masa ini ditandai dengan proses
pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat dan disertai dengan
perubahan yang memerlukan zat-zat gizi yang jumlahnya lebih banyak
dengan kualitas yang tinggi (Ariani, 2017).
Menurut Hurlock sitasi Wahyuni, (2022) Pertumbuhan ialah berkaitan
dengan perubahan kuantitatif yaitu peningkatan ukuran dan struktur.
Berdasarkan Ufiyah, (2019) Gangguan kesehatan pada anak balita meliputi
Mudah merasa lelah dan letih, Tubuh terlalu kurus atau gemuk, Nafsu makan
menurun, Memiliki gangguan berbicara, Memiliki kesulitan melihat dalam
jarak jauh.
Hal ini membuat kelompok tertarik untuk melakukan studi lapangan
tentang Tradisi Cekok di Desa Babakan Jawa. Focus kajian studi lapangan ini
yaitu, (1) Bagaimana latar belakang historis dan geografis Desa Babakan
Jawa Kabupaten Majalengka? (2) Bagaimana tradisi menjaga dan
meningkatkan kesehatan anak balita Desa Babakan Jawa Kabupaten
Majalengka? (3) Adakah kearifan local pada tradisi meningkatkan dan
menjaga Kesehatan pada anak usia balita di Desa Babakan Jawa Kabupaten
Majalengka?
Lokasi Praktik Lapangan dilaksanakan di Desa Babakan Jawa,
Kecamatan Majalengka Kulon, Kabupaten Majalengka. Adapun responden
yang menjadi sumber informasi praktik lapangan kelompok kami yaitu staf
desa, pedagang jamu setempat, masyarakat setempat dan bidan desa.
B. Hasil Praktik Lapangan dan Pembahasan
1. Latar Belakang Historis, Geografis, Sosial dan Budaya
Kabupaten Majalengka memiliki sejarah tentang asal usul desa ini
berdiri. Dahulu kala terdapat seorang pangeran yang bernama Muhammad
datang ke suatu daerah di Jawa Barat bersama pasukan dari daerah
cirebon, beliau di utus untuk mencari buah maja yang banyak manfaat
untuk mengobati berbagai penyakit, buah maja tersebut hanya terdapat di
kerajaan sindang kasih yang daerah tersebut di kuasai oleh Nyi Rambut
Kasih.
Pangeran Muhammad datang ke daerah sindang kasih untuk
meminta buah maja, tetapi karena perbedaan latar belakang kepercayaan
membuat Nyi Rambu Kasih enggan memberikan buah tersebut, dengan
kepercayaan hindu yang di percayai oleh Nyi rambut Kasih beliau mengira
kedatangan pangeran Muhammad untuk mengajak atau menyebarkan
islam. Nyi Rambut Kasih sebagai seorang ratu yang sakti ia mengetahui
maksud kedatangan Pangeran Muhammad. Ia kemudian mengubah rupa
hutan di Sindangkasih menjadi hutan pohon jati, bukan hutan pohon maja.
Melihat pohon maja yang dicarinya sudah tidak ada, Pangeran Muhammad
pun berkata “Maja Langka” yang berarti pohon maja tidak ada. Dari
situlah awal mula penamaan Kota Majalengka sekarang ini.
Berdasarkan cerita rakyat asal usul berdirinya desa babakan jawa
diawali dengan kedatangan sultan Salamodin yang merupakan keturunan
Raden Fatah yang berasal dari Kesultanan Demak Jawa Tengah dengan
tujuan untuk menyebarkan ajaran agama islam. Beliau datang dari Tanah
Jawa teriring 40 muridnya yang kesemuanya adalah wali dan beliau
menetaplah di daerah ini, hingga darah ini pun dinamakan Babakan Jawa.

Desa Babakan Jawa


merupakan kelurahan di
Kecamatan Majalengka, Provinsi
Jawa Barat, Indonesia. Jarak
tempuh ke ibu kota kecamatan
yaitu 1 Km sedangkan jarak
tempuh ke ibu kota kabupaten
0,50 km dan jarak tempuh ke ibu
kota provinsi yaitu 100 km. Desa
Babakan Jawa memiliki luas
tanah 784,24 Ha.

Berdasarkan penggunaan lahannya luas tersebut terbagi menjadi


beberapa bagian yaitu, luas pemukiman 140,05 Ha, luas persawahan
255,53 Ha, luas perkebunan 299,20 Ha, luas kuburan 9 Ha, luas
pekarangan 10,71 Ha,luas perkantoran 2,50 Ha, dan luas prasarana umum
lainnya 15,83 Ha.
Kawasan ini berbatasan dengan beberapa wilayah yaitu sebelah
Utara dengan Kelurahan Majalengka Wetan, Selatan berbatasan dengan
Sungai Cilutung, Timur berbatasan dengan Keluruhan Cicurug, dan Barat
berbatasan dengan Desa Sidamukti. Keadaan Morfologi dari Kabupaten
Majalengka sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh perbedaan ketinggian
suatu daerah dengan daerah lainnya, dengan distribusi daerah Desa
Babakan Jawa masuk dalam kategori berbukit yaitu memiliki ketinggian
dari permukaan laut 700 mdl. Dan suhu rata-rata harian yaitu 21,4°C.
Sebagian masyarakat
menggunakan sumber air dengan
PDAM,sumur gali dan langsung
dari mata air nya. Masyarakat
Desa Babakan Jawa
memanfaatkan luas tanahnya
untuk menanam tanaman etbotani
atau obat-obatan dan ada juga
yang digunakan untuk
memelihara ayam dan sapi.

Jumlah penduduk di Desa Babakan Jawa pada bulan November


2022 ini berjumlah 6.756 jiwa. Jumlah penduduk pria berjumlah 3.407
jiwa, perempuan berjumlah 3.349 jiwa dan bayi dan balita yang
berjumlah 1.220 jiwa. Jumlah RT/RW di Desa Babakan Jawa sebanyak
9 RW dan 27 RT

Mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani dan peternak. Dari


hasil wawancara dengan Kepala Desa “kalau musim Idul Adha karena
kita berbatasan juga dengan Sumedang mereka banyak ambil dari desa
kita Sapi dan Domba nya” katanya. Tingkat kesejahteraan masyarakat
yaitu pra sejahtera. Dalam Kecamatan Majalengka, jika ada bantuan dari
pemerintah Desa Babakan Jawa merupakan Desa yang menerima bantuan
paling banyak bagi masyarakatnya.
Dalam tradisi mengasuh anak sudah mengikuti perkembangan
jaman dan tingkat kesehatan sudah lebih baik dari dulu karena rutin
diadakan acara bulanan yaitu posyandu dan PKK. Sudah jarang ditemukan
Paraji di desa karena banyak tenaga kesehatan berpendidikan yang bekerja
di Desa Babakan Jawa.
2. Tradisi Jamu Cekok Pada Balita
Mengobati dengan menggunakan tradisi cekok sudah dilakukan
secara turun-temurun oleh masyarakat kelurahan Babakan Jawa. Warga
yang memiliki balita sampai saat ini masih menggunakan tradisi cekok
untuk meningkatkan nafsu makan juga berbagai keluhan lain seperti
demam dan batuk. Tradisi tersebut diberikan pada anak rentang usia 1
sampai dengan 5 tahun. Tradisi cekok daun dadap dibuat dengan
menggunakan 2 sampai 3 lembar daun yang kemudian dihaluskan dan
diberi air hangat. Setelah tercampur, daun dadap kemudian diperas untuk
mendapatkan sarinya. Sari daun dadap tersebut diberikan pada anak 1 kali
setiap hari sampai keluhan yang dirasakan anaknya berkurang.

Dadap serep merupakan


tanaman dengan bentuk batang
tegak, berkayu, licin dan berwarna
hijau berbintik-bintik putih.
Bentuk daunnya majemuk dan
berwarna hijau dengan bentuk
tulang daun menyirip. Bentuk
bunga dadap serep yaitu bunga
majemuk. Buah dadap serep
merupakan buah polong yang
berwarna hijau muda.

Dadap serep tumbuh pada tempat terbuka dan cukup air. Tumbuh
didaerah pegunungan dengan ketinggian 1500 m diatas permukaan laut.
Tumbuhan berupa pohon yang ukurannya cukup besar dengan tinggi
yang dapat mencapai 22 m dan berdiameter 50-60 cm. Dadap serep
biasanya berbunga pada musim hujan, yaitu antara bulan Oktober
sampai Desember.

Menurut warga, pemberian jamu cekok tidak disertai dengan doa


atau jampe tertentu. Mereka biasanya mendapatkan daun dadap dari
tukang jamu keliling didesanya. Karena tidak semua rumah memiliki
pohon daun tersebut, sehingga warga meminta untuk dicarikan daun
kepada tukang jamu.
Salah satu bidan di kelurahan Babakan Jawa mengetahui adanya
tradisi cekok. Menurut bidan tersebut, masyarakat setempat pada
umumnya masih menggunakan tradisi pengobatan yaitu menggunakan
jamu cekok daun dadap untuk meningkatkan nafsu makan anaknya. Jamu
cekok merupakan olahan dari bahan-bahan alami tanpa ada campuran
bahan kimia, sehingga baik digunakan oleh balita. Jamu cekok efektif
untuk meningkatkan nafsu makan pada anak. Selain untuk meningkatkan
nafsu makan, menurut bidan tersebut masyarakat juga menggunakan jamu
cekok untuk mengatasi batuk dan demam. Karena diolah dengan
menggunakan bahan yang alami, tradisi jamu cekok daun dadap tidak
memiliki efek samping saat diminum. Namun dari pandangan bidan
tersebut, sebaiknya masyarakat dapat menambah menu yang lebih
bervariasi dengan kandungan yang tinggi protein dan membuat makanan
yang lebih menarik untuk menambah nafsu dan minat anaknya untuk
makan. Dengan gizi yang cukup, anak akan memiliki pola makan dan
status gizi yang baik.
3. Kearifan Lokal Tradisi Jamu Cekok Pada Balita
Di era yang serba modern ini, masih banyak masyarakat yang
menggunakan jamu cekok sebagai solusi mengatasi kesulitan makan pada
anak, berat badan yang kurang, diare, batuk pilek dan masuk angin.
Kemudahan lain yang diperoleh dari ramuan jamu cekok tersebut adalah
cara membuat ramuan jamu cekok tersebut mudah dilakukan, alat yang
dipakai sederhana, serta bahan untuk ramuan jamu ada di pekarangan
rumah, tukang sayur keliling, atau di pasar. Selain alasan diatas,
penggunaan jamu tradisional karena efek samping nya sedikit atau bahkan
tidak ada, sehingga digemari oleh masyarakat modern (Nugrahaningtyas,
2005).
Tradisi cekok merupakan tradisi turun temurun yang dilakukan oleh
Masyarakat untuk pengobatan tradisional yang memiliki nilai-nilai
kearifan lokal untuk meningkatkan nafsu makan anak, metode pemberian
jamu kepada anak dengan cara diperaskan kedalam mulut anak ( dicekok),
hal ini dilakukan agar anak mau minum karena biasanya anak menolak
minum sebab rasanya pahit (Marni and Ambarwati, 2015)

Ramuan jamu cekok berasal dari beberapa tumbuhan seperti


temulawak, temu ireng, lempuyang, brotowali, daun pepaya yang
dihaluskan dan diberikan sedikit air kemudian ditempatkan pada selembar
kain kecil yang dibungkus selanjutnya hidung anak dipencet hingga
mulutnya terbuka dengan sendirinya dan ramuan yang telah dipersiapkan
diperas di mulut sehingga cairannya tertelan ke dalam mulut (Handajani
and Widhiastuti, 2019).
Ramuan jamu cekok dibuat sama untuk berbagai keluhan penyakit
pada anak. Khusus untuk penyakit batuk, ramuan yang sudah ada ditambah
dengan inggu dan jeruk nipis. Sedangkan resep jamu penambah nafsu
makan lain yang juga sederhana terdiri dari temuireng, pentil pace, dan
adas pulosari. Bahan-bahan tersebut dicuci bersih kemudian dikupas dan
ditumbuk. Setelah itu dikukus dengan cara dibungkus menggunakan daun
pisang. Ramuan jamu yang ditujukan untuk anak-anak sebaiknya tidak
terlalu banyak menggunakan bahan-bahan jamu karena komposisinya akan
terlalu berat untuk anak-anak. Tetapi perlu dipahami bahwa keyakinan dan
kepercayaan yang besar untuk sembuh juga mempengaruhi cepat atau
lambatnya kesembuhan seseorang meskipun dengan cara berbeda-beda
(Limananti and Triratnawati, 2003).
Jamu/obat tradisional adalah ramuan yang berasal dari tumbuh-
tumbuhan dan hasil- hasilnya atau binatang dan hasil-hasilnya, akar-akaran
yang secara tradisional dianggap berkhasiat untuk menyembuhkan
penyakit atau untuk memelihara kesehatan. Bentuknya dapat berupa
cairan, rajongan, bubuk, tablet, kapsul, parem dan sebagainya. Jamu dibuat
dari bahan-bahan alami, berupa bagian dari tumbuhan seperti rimpang
(akar-akaran), daun- daunan dan kulit batang, buah. Jenis ramuan jamu
cekok yang berkhasiat untuk meningkatkan berat badan adalah Kunyit,
Temulawak (Curcuma Xanthorriza Robx), Temu Ireng (Curcuma
Aereginosa), Temu Giring (Curcuma Heyneana), Lempuyang Empirit
(Zingiber Aromaticum), Pepaya (Carica Papaya), Sambiloto
(Andrographis Paniculataness) (Handajani and Widhiastuti, 2019).
Proses mencekok memakan waktu lebih kurang setengah hingga satu
menit, tergantung tingkat kesulitan yang dihadapi dalam menangani anak
yang dicekok. Pertama-tama ramuan jamu cekok disiapkan dalam
selembar kain putih dari bahan katun yang berbentuk saputangan sebanyak
lebih kurang satu sendok makan atau satu genggaman kecil. Kain putih
yang digunakan mencekok dimaksudkan untuk menghindari terjadinya
pencemaran warna pada ramuan jamu cekok. Kain ini dicuci setiap kali
dianggap perlu. Selain dicuci, kain untuk mencekok kadang-kadang
dicelupkan dalam air mendidih sehingga cukup steril. Satu lembar kain
mungkin dipakai lebih dari satu anak setelah dicelup sebentar dalam air
bersih biasa. Oleh karena itu pemilik warung jamu cekok seringkali
menyarankan kepada konsumennya untuk menyediakan kain sendiri dari
rumah yang dapat berupa saputangan biasa. Hal ini sekaligus menghindari
terjadinya penularan penyakit pada anak seperti batuk dan pilek
(Limananti and Triratnawati, 2003).
Terdapat banyak jenis tanaman yang berkhasiat sebagai obat, salah
satunya adalah daun Dadap. Pohon Dadap juga memiliki sebutan ”kayu
sakti” karena pohon Dadap memiliki fungsi yang sangat banyak bagi
kehidupan masyarakat khususnya umat Hindu di Bali. pohon Dadap
dikatakan memiliki khasiat untuk mengatasi berbagai jenis penyakit yang
menyerang manusia secara mendadak, seperti panas pada tubuh (Rifatul.
2009).
Jamu cekok berbahan Tanaman Dadap Serep (Erythrina lithosperma
Miq) (famili papilonaceae) merupakan tanaman yang memiliki banyak
sekali khasiat sebagai obat tradisional, namun tidak banyak masyarakat
Indonesia yang mengetahuinya. Daun Tanaman Dadap Serep berkhasiat
sebagai obat demam bagi balita dan wanita (demam nifas), pelancar ASI,
perdarahan bagian dalam, sakit perut, mencegah keguguran, serta kulit
batang digunakan sebagai pengencer dahak (Kholidha, A. N. Suherman,
dkk. 2016). Daun dadap memiliki kandungan yang bertindak sebagai
antiseptik. Daun tersebut bisa menghentikan atau memperlambat
pertumbuhan mikroorganisme pada luka, sehingga mencegah infeksi
(Hidayat, S. 2016).
Tanaman Daun Dadap ini merupakan flora asli Asia Tenggara dan
tumbuh menyebar di Nusantara, khususnya Pulau Jawa. Dadap serep
termasuk dalam tumbuhan legume pohon, yakni tanaman berkayu dan
pohonnya dapat mencapai tinggi 15-22 meter dengan diameter batang 40-
100 cm. Dadap serep tumbuh pada tempat terbuka dan cukup air. Tumbuh
didaerah pegunungan dengan ketinggian 1500 m diatas permukaan laut
Wahyuni, (Ma’aidah. U.N, dkk. 2019). Batang pohonnya tegak, bulat,
percabangan simpodial, licin, dan berwarna hijau berbintik-bintik putih.
Daun dadap serep memiliki bentuk segitiga dengan tepi rata dan ujung
meruncing. Setiap daunnya beranak 3 helai daun dan memiliki bunga
berwarna merah kekuningan (Pariata. K dan Mediastri. A, dkk. 2022).
Pemberian kompres ramuan dan pemberian jamu daun dadap efektif
dalam penurunan demam anak post imunisasi. Berdasarkan penelitian
yang sudah dilakukan peneliti menyarankan kepada ibu balita agar
melaksanakan terapi pemberian kompres ramuan dadap serep secara rutin
untuk mengurangi demam setelah imunisasi yang terjadi kurang dari 48
jam karena terapi ini merupakan terapi nonfarmakologi dan mudah
dilakukan (Hidayah, N. dan Maghfirah, S. dkk. 2019.). Seperti penelitian
yang dilakukan oleh Lestaridewi, Ni Ketut . (2017), Pemanfaatan tanaman
daun dadap sebagai obat tradisional digunakan sebagai penambah nafsu
makan dan panas dalam dengan cara 7 helai daun dadap muda dan 1 inti
bawang merah atau 7 helai daun dadap muda, 2 biji asam jawa+ garam
secukupnya. Daun dadap sebagai obat demam pada anak sudah
dilakukan sejak jaman kerajaan Hindu di Bali. Penggunaan Dadap
ini berawal dari kebiasaan masyarakat di Bali menggunakan daun
Dadap sebagai obat kompres tradisional penurun panas secara turun
temurun (Pariata, I. K., Mediastari, A. A. P. A., & Suta, I. B. P. 2022).
Tradisi Jamu Cekok

ASPEK KESEHATAN ASPEK SOSIAL EKONOMI DAN


GEOGRAFIS

 Meningkatkan nafsu
makan  Bahan mudah didapatkan
 Menyembuhkan batuk dan  Pembuatan nya mudah
demam  Tidak memerlukan biaya

Upaya Melestarikan Jamu Cekok

Untuk tetap menjaga dan melestarikan budaya ini, kita perlu


mengedukasi masyarakat dengan cara diskusi kunjungan rumah,
atau dengan penyuluhan tentang pengobatan jamu cekok.

C. Simpulan dan Rekomendasi


1. Simpulan
Berdasarkan cerita rakyat, asal usul berdirinya Desa Babakan Jawa
diawali dengan kedatangan Sultan Salamodin seorang pangeran dari
Kesultanan Demak bersama pasukannya bertujuan untuk menyebarkan
agama islam. Pada akhirnya, pangeran beserta pasukannya
memutuskan untuk menetap di daerah tersebut dan membuat
pemukiman. Daerah inilah yang kemudian dinamkan Desa Babakan
Jawa. Desa berada di dataran rendah yang sebagian besar wilayahnya
digunakan untuk pemukiman, pertanian, dan pariwisata. Masyarakat
Desa Babakan Jawa mayoritas berprofesi sebagai petani, pedagang,
PNS dan buruh. Rasa kekeluargaan di lingkungan masyarakat masih
cukup kuat. Namun, sering dengan berkembangnya zaman banyak
kebudayaan yang sudah mulai hilang dan tidak dilestarikan.
Tradisi cekok adalah cara pengobatan tradisional yanng bertujuan
untuk meningkatkan nafsu makan anak. Tradisi ini dilakukan dengan
cara memberikan ramuan jamu pada anak dengan cara diperaskan
langsung kedalam mulut anak (dicekok). Cara ini bertujuan agar anak
mau minum karena biasanya anak menolak minum sebab rasanya
pahit. Jamu cekok dibuat secara manual dengan cara diremas dengang
tangan lalu disaring untuk diambil sari dari daun dadap tersebut yang
kemudian di berikan langsung kepada anak.
Tradisi cekok merupakan pengobatan tradisional yang diwariskan
secara turun temurun serta memiliki banyak nilai-nilai kearifan lokal.
Tradisi jamu cekok memiliki banyak manfaat untuk mengatasi
kesulitan makan pada anak, berat badan yang kurang, diare, batuk
pilek dan masuk angin. Cara pembuatan ramuan jamu cekok terbilang
mudah untuk dilakukan, karena alat yang dipakai sederhana, serta
bahan untuk ramuan jamu murah dan mudah didapatkan ada di
pekarangan rumah, tukang sayur keliling, atau di pasar serta. Selain
alasan diatas, penggunaan jamu tradisional karena efek samping nya
sedikit atau bahkan tidak ada, sehingga digemari oleh masyarakat
modern.

2. Rekomendasi
Tradisi cekok untuk meningkatkan nafsu makan pada anak juga
mengobati berbagai keluhan lain seperti demam dan batuk. Tradisi
tersebut diberikan pada anak rentang usia 1 sampai dengan 5 tahun.
Jamu cekok diolah dengan menggunakan bahan yang alami, tradisi
jamu cekok daun dadap tidak memiliki efek samping saat diminum,
namum masyarakat tidak memlih pengobatan dengan cara ini karena
dianggap memerlukan waktu dan tenaga lebih banyak. Menurut
kelompok tradisi ini perlu di pertahankan dan dilestarikan nilai-nilaii
kearifan lokal yang tidak membahayakan kesehatan. Sebagai upaya
untuk tetap menjaga dan melestarikan budaya ini, kita perlu
mengedukasi masyarakat dengan cara diskusi kunjungan rumah, atau
dengan penyuluhan tentang pengobatan jamu cekok tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Handajani, sih rini and Widhiastuti, K. endah (2019) ‘Budaya Pemberian Jamu
Cekok Terhadap Peningkatan Rerata Berat Badan Batita Di Wilayah Kota
Surakarta’, Ibi.or.Id, IV(1), pp. 1–8. Available at:
https://ibi.or.id/journal/index.php/jib/article/download/73/66.
Hidayat, S. 2016. Tanaman Herbal Indonesia. Jakarta: PT. Gunung Muria.
Hidayah, N. dan Maghfirah, S. dkk. 2019. Efektifitas Pemberian Ramuan
Kompres Dadap Serep Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Anak Post
Imunisasi. Ponorogo: Prosiding 1 Fakultas Ilmu Kesehatan.
Kholidha, A. N. Suherman, dkk. 2016. Uji Aktifitas Ekstrak Etanol Daun Dadap
Serep (Erythrina Lithosperma Miq) Sebagai Antibakteri Terhadap Bakteri
Salmonella Trphi. Sulawesi Tenggara: FK. Universitas Halu Oleo Vol. 4
No. 1
Lestaridewi,Ni Ketut . 2017. Kajian Pemanfaatan Tanaman Sebagai Obat
Tradisional Di Desa Tolai Kecamatan Torue Kabupaten Parigi Moutong.
Jurnal Ilmiah Pendidikan Biologi.
Limananti, A.I. and Triratnawati, A. (2003) ‘Ramuan jamu cekok sebagai
penyembuhan kurang nafsu makan pada anak: suatu kajian etnomedisin
Afiani Ika Limananti’, Jurnal Makara, 7(1), pp. 11–20.
Marni and Ambarwati, R. (2015) ‘Khasiat Jamu Cekok Terhadap Peningkatan
Berat Badan Pada Anak’, Jurnal Kesehatan Masyarakat, 11(1), p. 102.
Available at: https://doi.org/10.15294/kemas.v11i1.3522.
Pariata, I. K., Mediastari, A. A. P. A., & Suta, I. B. P. (2022). Manfaat Dadap
Serep (Erythrina Sumbubrans) Untuk Mengatasi Demam Pada
Anak. Widya Kesehatan, 4(1)
Pariata. K dan Mediastri. A, dkk. 2022. Manfaat Dadap Serep (Erythrina
Sumbubrans) Untuk Mengatasi Demam Pada Anak. Bali : E-jurnal Widya
Kesehatan Vol.4, No.1.
Rifatul. 2009. Efek Samping Obat Herbal Terhadap Kesehatan Masyarakat.
Diunduh dari: http://www.smallcrab.com/kesehatan/687-
efeksampingpengobatan-herbal. Diakses takses 14 Februari 2023
Wahyuni, N.S. (2022) Tumbuh Kembang Anak, Yankes. Available at:
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1669/tumbuh-kembang-anak
(Accessed: 2 March 2023).
Wahyuni, Ma’aidah. U.N, dkk. 2019. Formulasi Dan Karakterisasi Hidrogel
Ekstrak Daun Dadap Serep (Erythrina Folium) dalam Bentuk Plester
Sebagai Penurun Demam. Ponorogo: Jurnal MEDFARM Vol.8 hal. 8-14

Lampiran
DOKUMENTASI PRAKTIK LAPANGAN

Anda mungkin juga menyukai