id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
94
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
95
96
97
B. Temuan Penelitian
1. Kedudukan dan Fungsi Cerita Rakyat di Kabupaten Purworejo
Cerita rakyat di Kabupaten Purworejo merupakan cerita rakyat yang
masih hidup dan berkembang di tengah masyarakat. Cerita rakyat di
Kabupaten Purworejo disebarluaskan secara lisan dan didasarkan pada
kemampuan mengingat para penuturnya. Besar kemungkinan cerita rakyat
di Kabupaten Purworejo mengalami banyak pergeseran dari cerita aslinya.
Cerita rakyat di Kabupaten Purworejo bersumber dari nenek moyang dan
diwariskan secara turun-temurun dan hanya didasarkan pada kemampuan
mengingat.
Masyarakat di Kabupaten Purworejo memiliki beberapa cerita
rakyat yang berbeda-beda versi cerita dalam satu tempat. Cerita yang
terpenggal-penggal atau hanya sebatas yang diingat saja, dan kurang
utuhnya cerita juga masih ditemukan. Pengungkapan cerita yang tidak utuh
dan tidak diketahui secara keseluruhan isinya sangat memungkinkan
hilangnya sebagian nilai yang terkandung di dalamnya.
Cerita rakyat di Kabupaten Purworejo merupakan cerita-cerita yang
berlatar belakang pada pengalaman hidup masyarakat pemiliknya. Cerita-
cerita rakyat ada diserap dan dimanfaatkan sebagai pembentuk watak
masyarakatnya. Pada masa-masa dahulu cerita-cerita rakyat digunakan oleh
para orang tua untuk membentuk watak-watak anak cucu dan keturunannya
lewat tutur lisan yang digunakan saat senggang atau pengisi waktu
menjelang tidur dengan cara mendongeng. Pada saat mendongeng para
orang tua menggunakan isi cerita untuk mendidik agar anak cucu dan
keturunannya menjadi manusia yang hidup sesuai dengan norma-norma
yang berlaku dalam masyarakat, seperti tokoh dalam cerita dengan segala
perilaku dan peran-perannya.
Isi cerita rakyat yang disampaikan kepada anak cucu dan
keturunanya diserap dan disampaikan untuk dapat memberikan petunjuk
perilaku yang benar agar dapat diikuti dan perilaku yang tidak baik agar
dihindari. Atau dengan kata lain orang tua menekankan pada perilaku baik
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
98
dan perilaku yang buruk. Melalui cerita rakyat dapat ditumbuhkan rasa
penghargaan kepada para pendahulu dan rasa menghormati leluhur dengan
kesadaran sendiri. Cerita rakyat dapat pula digunakan sebagai alat
penghibur dengan dibuat pementasan-pementasan drama yang dipentaskan
pada saat ada acara yang berkaitan dengan hari-hari besar di Kabupaten
Purworejo, hal ini sekaligus menumbuhkan rasa patriotik, cinta tanah air,
sekaligus pengobat rindu bagi kerabat yang ditinggal, serta kebanggan
masyarakat pemiliknya.
Berdasarkan hasil observasi di lapangan, di zaman modern ini sulit
menemukan generasi muda yang mengetahui secara pasti cerita rakyat yang
berasal dari daerahnya. Fenomena semacam ini tidak hanya terjadi di
wilayah perkotaan saja, tetapi masyarakat di pedesaanpun sudah hampir
seluruhnya meninggalkan kebiasaan mendongeng untuk anak cucu dan
keturunannya. Salah satu yang menjadi penyebabnya adalah beragamnya
kebutuhan masyarakat masa kini, sehingga setiap orang diharuskan bekerja
keras untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Selanjutnya yang menyebabkan lunturnya kebiasaan mendongeng
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya: (1) kemajuan teknologi yang
semakin pesat yang mengakibatkan setiap anak sibuk dengan permainan
teknologi modern, mereka menganggap dongeng dan cerita rakyat sesuatu
yang kuno; (2) pesatnya pengaruh kebudayaan asing melalui berbagai
media menggeser nilai-nilai kebudayaan lokal; (3) generasi muda kurang
memahami makna sesungguhnya nilai-nilai pendidikan karakter dan nilai-
nilai kearifan lokal yang terdapat dalam cerita rakyat di Kabupaten
Purworejo.
2. Hasil Penelitian
a. Jenis-Jenis Cerita Rakyat di Kabupaten Purworejo
Cerita rakyat di Kabupaten Purworejo sebagian besar dapat
digolongkan sebagai legenda, karena memiliki beberapa kriteria maupun
sifat-sifat tertentu yakni: (a) dianggap benar-benar terjadi; (b) dianggap
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
99
tidak suci lagi; (c) sebagian besar mengambil tokoh manusia; (d) tokoh-
tokoh mempunyai karakter yang luar biasa; (e) dalam kisahnya dibantu
makhluk halus; (f) mencerminkan tempat kejadian di masa lalu dan masa
sekarang.
a) Dianggap Benar-benar Terjadi
Beberapa legenda yang ada di Kabupaten Purworejo dikatakan
menceritakan kisah kejadian sebuah tempat, desa, dan tempat-tempat
tertentu yang hingga kini masih ada di tengah-tengah masyarakat di
Kabupaten Purworejo. Selain dianggap benar-benar terjadi, beberapa
legenda yang terdapat di Kabupaten Purworejo mengidentifikasikan
bahwa pada prinsipnya legenda asal mula desa yang terdapat di
Kabupaten Purworejo sangat bersifat lokal, atau dapat dikatakan
sebagian legenda yang menceritakan tentang asal mula sebuah tempat
berdasarkan serangkaian peristiwa yang terdapat dalam sebuah cerita.
Terjadinya nama sebuah tempatpun juga didasarkan pada suatu
kejadian dari tokoh cerita.
Namun demikian karena sifat persebaran legenda yang mudah
menyebar, maka legenda-legenda tersebut sangat mudah tersebar ke
berbagai tempat, sehingga dengan mudah diketahui oleh masyarakat
luas. Dari beberapa peristiwa yang tercantum dalam cerita, banyak
legenda yang terdapat dalam cerita rakyat di Kabupaten Purworejo
menceritakan suatu keajaiban yang dibalut dengan sifat
“ketakhayulan” yang sangat tinggi, apalagi sifat ketakhayulan tersebut
mengandung unsur-unsur larangan yang dianjurkan oleh sang tokoh.
b) Dianggap Tidak Suci
Beberapa cerita rakyat yang ada di Kabupaten Purworejo,
memang tidak dianggap suci oleh masyarakat di Kabupaten Purworejo.
Mereka hanya sekedar mengetahui bahwa nama tempat atau nama desa
mereka diperoleh dari cerita-cerita rakyat yang berkembang saat itu.
Dengan demikian sebenarnya dengan adanya cerita rakyat
sesungguhnya sebagai sarana pengingat bagi masyarakat
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
100
101
102
103
104
105
Ruh 4 “aku ruh Pengrawit dan ruh Jenggot, kami berdua adalah
ruh yang kerap menyuarakan klenengan-klenengan di seluruh penjuru
negeri.
Ruh 5 “aku adalah ruh yang mampu menyerupai Jogoboyo”
Ruh 6 “ aku adalah ruh Mentosoro, aku adalah ruh yang
menguasai seluruh pengetahuan ilmu di muka bumi ini”
Ruh 7 “aku adalah ruh Mabean, aku adalah ibu, dari seluruh
anak di seluruh penjuru negeri”
106
107
untuk intropeksi diri untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Sehingga
pada bulan Suro, banyak dari warga masyarakat yang melaksanakan
puasa.
b) Goa Pencu
Dahulu kala Desa Ngadagan dipimpim oleh seorang Lurah yang
bernama Sumotirto (1946-1963), Beliau adalah pribadi yang jujur,
cerdas, dan bijaksana. Dibawah kepemimpinan Lurah Sumotirto tidak
ada warga desa yang malas, tidak ada pencuri yang berani masuk dan
mengusik ketentraman desa.
108
109
110
c) Arca Emas
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
Setelah cukup lama bekerja, rasa lelah tidak juga membuat Nyai
Sumorejo beristirahat barang sejenak. Nyai Sumorejo merasa di bagian
ujung masih ada beberapa tanaman liar yang tumbuh di sekitar
tanaman padi gogonya. Di tengah keasyikan Nyai Sumorejo menyiangi,
ia mendengar racauan cedal putra sulungnya yang berteriak-teriak
memanggil-manggilnya.
“Mbok....! Mbok.... !! Mbok.... !!! ono adang owo Mbok”
(Ibu....! Ibu....!! Ibu....!!! ada kadal panjang)
Karena jaraknya menyiangi cukup jauh dengan batu tempat
anak-anaknya berteduh, Nyai Sumorejo tidak terlalu jelas
mendengarkan apa yang disuarakan putra sulungnya. Suara yang
didengar oleh Nyai Sumorejo “Mbok wadange digowo Mbok?” (Ibu
nasinya dibawa Buk...?), Nyai Sumorejo mengira putranya setelah lelah
bermain kelaparan dan hendak makan. Nyai Sumorejopun menjawab
“Iyo kono dipangan wae” (iya sana dimakan saja).
Merasa isyarat pertolongannya tidak digubris oleh ibunya,
Ganang berteriak semakin menjadi-jadi.
“Mbok adikku diowo adang owo Mbok.... !!!” (Ibuk, adikku
dibawa kadal panjang Buk!!!)
Sadar putranya kalap, Nyai Sumorejo yang saat itu
menggenggam hasil tanaman liar yang baru saja disianginya
dilemparkan entah kemana, Nyai Sumorejo tergopoh-gopoh berlari
mendekati putranya, langkahnya semakin dilipatgandakan seribu kali
saat Nyai Sumorejo melihat ada seekor binatang besar serupa kadal
dengan mata yang merah membara telah mengupayakan mangsa untuk
dimasukan dalam mulutnya. Sekelebat mata Nyai Sumorejo
menyaksikan ayunan tempat bungsunya diletakkan rusak tidak
beraturan.
Nyai Sumorejo berteriak histeris, ia menangkap sepasang kaki
kecil dalam mulut kadal raksasa tersebut yang tidak lain adalah putra
bungsunya, ia menangis sejadi-jadinya dan berusaha keras melakukan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
123
124
125
126
127
128
129
Nilai rasa ingin tahu tercermin dari sikap Damar Wulan dan
istrinya yang mencari petunjuk untuk mengetahui keberadaan
kakek yang telah menolong mereka.
130
2. Nilai Disiplin
Nilai disiplin dalam cerita rakyat Goa Pencu terdapat pada
kutipan berikut ini:
3. Peduli Lingkungan
Nilai peduli lingkungan dalam cerita rakyat Goa Pencu
terdapat pada kutipan di bawah ini:
131
132
5. Nilai Mandiri
Nilai mandiri dalam cerita rakyat Goa Pencu tercermin
pada kutipan berikut:
Nilai cinta tanah air pada kutipan diatas tercermin dari para
raja yang mewariskan kepemimpinan pada generasi sedarah, hal ini
dimaksudkan karena raja sudah mengetahui kadar pribadi
kepemimpinan yang ada dalam generasinya, ia percaya sebelum
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
133
134
2. Nilai Demokratis
Nilai demokratis dalam cerita Bedug Agung Pandawa,
digambarkan pada kutipan berikut:
3. Nilai Kreatif
Nilai kreatif dalam cerita rakyat Bedug Agung Pandawa
digambarkan pada kutipan berikut:
“hari selanjutnya Kyai Haji Muhammad Irsyad
menjalankan tugas yang telah diamanahkan kepadanya.
Untuk menyelesaikan tugas ini rencananya Kyai Haji
Muhammad Irsyad akan membagi jarak menjadi 20 pos, ia
juga menyiapkan perbekalan yang cukup dan hiburan yang
akan membangkitkan semangat perjalanan membawa
Bedug Agung Pandawa. Tidak lupa juga Kyai Muhammad
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
135
136
2. Nilai Mandiri
137
karena apabila kita terlambat mencari bekal di hari nanti (entah itu
bekal dunia ataupun bekal untuk akhirat) kita akan menjadi insan
yang sesat dan tidak bermartabat.
3. Nilai Religius
138
139
3. Nilai Toleransi
Nilai toleransi dalam cerita rakyat Masjid Tiban
digambarkan pada kutipan berikut:
140
141
selain itu nilai tanggung jawab juga tercermin dari sikap Ganang
yang amanah dengan tugasnya untuk menjaga sang adik, hal ini
dibuktikan dengan upaya Ganang yang berteriak keras-keras
meminta pertolongan ketika ia melihat adiknya dimakan oleh kadal
panjang.
3. Nilai Kreatif
Nilai kreatif dalam cerita rakyat asal mula Batu Sumong
digambarkan pada kutipan berikut ini:
142
143
3. Nilai Kreatif
Nilai kreatif dalam cerita rakyat Asal Mula Bruno
digambarkan pada kutipan di bawah ini:
144
145
3. Nilai Kerukunan
Nilai kearifan lokal kerukunan dalam cerita rakyat Asal
Mula Pituruh digambarkan pada kutipan berikut ini:
146
2. Nilai Disiplin
Nilai disiplin dalam cerita rakyat Goa Pencu digambarkan
pada kutipan di bawah ini:
147
4. Nilai Gotong-Royong
Nilai gotong royong dalam cerita rakyat Goa Pencu
digambarkan pada kutipan dibawah ini:
148
149
150
3. Nilai Gotong-Royong
Nilai gotong-royong dalam cerita rakyat Bedug Agung
Pandawa terdapat pada kutipan berikut:
“setelah segala persiapan pada hari sebelumnya telah selesai,
kali ini Kyai Haji Muhammad Irsyad bersama beberapa
orang yang membantunya mempersiapkan gelondongan-
gelondongan kayu jati yang diletakkan secara berjajar, baru
kemudian diatasnya diletakkan Bedug Agung Pandawa,
dengan penuh hati-hati ditarik, apabila jajaran-jajaran kayu
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
151
152
3. Nilai Kerukunan
Nilai kerukunan dalam Syair Lagu Ndolalak terdapat dalam
kutipan berikut ini:
153
154
2. Nilai Komitmen
155
C. Pembahasan
Membahahas hasil penelitian tidak dapat terlepas dari terlepas dari teori
pendukung yang relevan dengan beberapa pokok permasalahan dalam
penelitian. Pokok permasalahan dalam penelitian ini terdiri dari: (1) bentuk dan
isi cerita rakyat yang ada di Kabupaten Purworejo; (2) nilai-nilai pendidikan
karakter yang terkandung dalam cerita rakyat di Kabupaten Purworejo; (3)
nilai-nilai kearifan lokal yang terdapat dalam cerita rakyat di Kabupaten
Purworejo; (4) relevansi nilai-nilai pendidikan karakter dan nilai-nilai kearifan
lokal dalam pembelajaran sastra anak di Sekolah Dasar.
Folklor meliputi dongeng, cerita, hikayat, kepahlawanan, adat istiadat,
lagu, tata cara, kesusastraan, kesenian, dan busana daerah. Masing-masing
milik masyarakat tradisional secara kolektif (Purwadi, 2012: 1). Folklor
tersebar dan berkembang dari lisan ke lisan. Melalui bahasa lisan itu, manusia
membangun kesadaran akan dirinya dan seluruh tingkah lakunya untuk
menciptakan ruang gerak yang luas bagi dirinya.
Pada hakikatnya folklor di Kabupaten Purworejo merupakan identitas
sosial yang terdapat dalam kehidupan masyarakat. Rasa memiliki yang sudah
mengakar, menyebabkan emosi masing-masing warga manunggal. Perasaan
senasib dan seperjuangan terbentuk karena identitas sosial sudah lebih dulu
lahir. Folklor di Kabupaten Purworejo sangat bervariasi jumlahnya, itu
merupakan kekayaan batin yang perlu dikaji secara terus-menerus dan
berkelanjutan. Dari waktu ke waktu, generasi ke generasi bersifat inovatif atau
kurang mengalami perubahan. Oleh karenanya cerita rakyat berbentuk anonim.
Setiap anggota masyarakat boleh untuk merasa memiliki dan mengembangkan
sesuai dengan kondisi setempat, sehingga dapat diartikan bahwa folklor
dilestarikan oleh masyarakat pendukungnya dengan sukarela tanpa paksaan.
156
157
158
Cerita Rakyat Asal Mula Goa Arca Bedug Agung Syair Lagu Asal Mula Asal Mula Asal Mula
Pituruh Pencu Emas Pandawa Ndolalak Masjid Tiban Batu Bruno
Nilai Pendidikan Karakter Sumong
1. Nilai Religius
2. Nilai Jujur
3. Nilai Toleransi
4. Nilai Disiplin
5. Nilai Kerja Keras
6. Nilai Kreatif
7. Nilai Mandiri
8. Nilai Demokrasi
9. Nilai Rasa Ingin Tahu
10. Nilai Semangat Kebangsaan
11. Nilai Cinta Tanah Air
12. Nilai Menghargai Prestasi
13. Nilai Bersahabat/Komunikatif
14. Nilai Cinta Damai
15. Nilai Gemar Membaca
16. Nilai Peduli Lingkungan
17. Nilai Peduli Sosial
18. Nilai Tanggung Jawab
158
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
159
160
Cerita Rakyat Asal Mula Goa Arca Bedug Agung Syair Lagu Asal Mula Asal Mula Asal Mula
Pituruh Pencu Emas Pandawa Ndolalak Masjid Tiban Batu Bruno
Kearifan Lokal Sumong
1. Nilai Kerja Keras
2. Nilai Disiplin
3. Nilai Pendidikan
4. Nilai Kesehatan
5. Nilai Gotong-Royong
6. Nilai Pengelolaan Gender
7. Nilai Pelestarian dan
Kreativitas Budaya
8. Nilai Peduli Lingkungan
9. Nilai Kesopan-Santunan
10. Nilai Kejujuran
11. Nilai Kesetiakawanan Sosial
12. Nilai Kerukunan, Penyelesaian
Konflik
13. Nilai Komitmen
14. Nilai Pikiran Positif
15. Nilai Rasa Syukur
160
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
161
162