Abstrak
Program Indonesia Pintar (PIP) adalah program pemerintah pemberian bantuan tunai pendidikan kepada seluruh anak usia
sekolah (6-21 tahun) atau yang berasal dari keluarga miskin dan rentan (misalnya dari keluarga/ rumah tangga pemegang Kartu
Keluarga Sejahtera/ KKS) atau anak yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Program Indonesia Pintar
melalui Kartu Indonesia Pintar (KIP) merupakan bagian penyempurnaan dari Program Bantuan Siswa Miskin (BSM) sejak
akhir 2014. Penulis mengambil studi kasus pada SD SWASTA ALWASHLIYAH Moho. SD SWASTA ALWASHLIYAH
Moho merupakan salah satu SD di Kabupaten Simalungun yang mendapatkan program PIP untuk siswa/i yang kurang mampu
serta memiliki kendala ekonomi sulit. Penelitian ini dilatar belakangi oleh permasalahan pemberian Kartu Indonesia Pintar
dimana proses penyerahan bantuan kadang tidak sesuai target atau sasaran. Data yang tidak valid menyebabkan kesalahan
dalam pembagian KIP yang seharusnya diberikan kepada penerima yang berhak menerimanya. Untuk mengatasi permasalahan
tersebut diperlukan Sistem Pendukung Keputusan (SPK) yang diharapkan menyelesaikan permasalahan dalam pemberian KIP
dengan metode Electre. Metode Electre merupakan metode pengambilan keputusan multikriteria berdasarkan setiap kriteria
yang sesuai. Adapun kriteria yang dipakai yaitu : Pekerjaan Orang Tua, Penghasilan Orang Tua, Jumlah Tanggungan, Jumlah
Tanggungan Yang Masih sekolah, Nilai Raport, Pemegang KKS, Status Anak, Tempat Tinggal, Jenis Rumah. SPK PIP hanya
bersifat memberikan rekomendasi keputusan kepada pihak sekolah, untuk proses selanjutnya diserahkan kembali kepada pihak
sekolah.
Kata kunci: SPK, Electre, Program Indonesia Pintar (PIP), Kartu Indonesia Pintar (KIP), Siswa/i, SD Swasta
Abstract
The Smart Indonesia Program (SIP) is a government-funded education assistance program for all school-aged children (6-21
years old) or from poor and vulnerable families (eg from families / household holders of prosperous family cards / PFC) or
children who fulfill Predefined criteria. Smart Indonesia Program through Smart Card Indonesia (SCI) is part of the
improvement of the Poor Student Support Program (PSSP) since late 2014. The author takes a case study on SD SWASTA
ALWASHLIYAH Moho. SD SWASTA ALWASHLIYAH Moho is one of the primary schools in Simalungun regency that get SIP
programs for students who are less able and have difficult economic constraints. This research is based on the problem of
giving Smart Indonesia Card where the process of handling aid sometimes does not match the target or target. Invalid data
causes errors in SIC divisions that should be given to eligible recipients. To overcome these problems required Decision
Support System (DSS) is expected to solve problems in the provision of KIP with Electre method. The Electre method is a
multicriteria decision-making method based on each appropriate criterion. The criteria used are: Parent Job, Elderly Income,
The Number of Dependents, Number of Dependents Still Schooled, Raport Value, KKS Holders, Child Status, Residence, Type
of Home. DSS SIP is only a recommendation decision to the school, for the next process handed back to the school.
Keywords: DSS, Electre, Smart Indonesia Program (SIP), Smart Indonesia Card (SIC), Students, primary schools
memiliki kendala ekonomi sulit. Oleh karena itu, 2.2 Elimination Et Choix Traduisant la Realite
pemerintah berinisiatif untuk menanggulangi hal (ELECTRE)
tersebut dengan diadakannya Program Bantuan Siswa
Electre merupakan salah satu metode
Miskin (BSM). Namun saat ini pemerintah
pengambilan keputusan multi kriteria berdasarkan
menamainya dengan Program Beasiswa Indonesia
pada konsep Outranking dengan menggunakan
Pintar melalui Kartu Indonesia Pintar (KIP). Program
perbandingan berpasangan dari alternatif-alternatif
Indonesia Pintar melalui KIP merupakan bagian
berdasarkan setiap kriteria yang sesuai. Metode
penyempurnaan dari Program Bantuan Siswa Miskin
Electre digunakan pada kondisi dimana alternatif
(BSM) sejak akhir 2014.
yang kurang sesuai dengan kriteria dieliminasi, dan
Penelitian ini dilatar belakangi oleh
alternatif yang sesuai dapat dihasilkan. Dengan kata
permasalahan pemberian Kartu Indonesia Pintar yang
lain, Electre digunakan untuk kasus-kasus dengan
dalam penelitiannya memiliki ketidak tepatan dalam
banyak alternatif namun hanya sedikit kriteria yang
mendata siswa/i. Data yang tidak valid menyebabkan
dilibatkan. Suatu alternatif dikatakan mendominasi
kesalahan dalam pembagian KIP yang seharusnya di
alternatif yang lainnya jika satu atau lebih kriterianya
berikan kepada penerima yang berhak menerimanya.
melebihi (dibandingkan dengan kriteria dari alternatif
Salah satu tujuan KIP ini adalah menghilangkan
yang lain) dan sama dengan kriteria lain yang tersisa.
hambatan anak (usia sekolah) secara ekonomi untuk
berpartisipasi di sekolah sehingga mereka
2.3 Kartu Indonesia Pintar (KIP)
memperoleh akses pelayanan pendidikan yang lebih
baik di tingkat dasar dan menengah serta mendukung Program Indonesia Pintar melalui KIP adalah
penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar pemberian bantuan tunai pendidikan kepada seluruh
Sembilan Tahun (9) dan Pendidikan Menengah anak usia sekolah (6-21 tahun) yang menerima KIP,
Universal (Wajib Belajar 12 tahun). Dalam penelitian atau yang berasal dari keluarga miskin dan rentan
ini untuk pengambilan keputusan menentukan (misalnya dari keluarga/rumah tangga pemegang
prioritas siswa penerima KIP dapat menggunakan Kartu Keluarga Sejahtera/KKS) atau anak yang
metode Elimination and Choice Translation Reality memenuhi kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.
(ELECTRE). Metode ini dapat digunakan untuk Program Indonesia Pintar melalui KIP merupakan
pengambilan keputusan dengan multi kriteria dan bagian penyempurnaan dari Program Bantuan Siswa
multi alternatif dengan pemberian tingkat Miskin (BSM) sejak akhir 2014. KIP diberikan
kepentingan. Hasil akhir dari penelitian ini adalah sebagai penanda/identitas untuk menjamin dan
diharapkan dapat membantu pihak sekolah dalam memastikan agar anak mendapat bantuan Program
menentukan siswa/i dengan prioritas tinggi untuk Indonesia Pintar apabila anak telah terdaftar atau
mendapatkan KIP dari sekian alternatif siswa/i dari mendaftarkan diri (jika belum) ke lembaga
SD pengusul dan menghasilkan Output berupa pendidikan formal (sekolah/madrasah) atau lembaga
perangkingan. Perengkingan ini akan menyeleksi pendidikan non formal (Pondok Pesantren, Pusat
hasil pembobotan syarat,dengan begitu penilaian Kegiatan Belajar Masyarakat/PKBM, Paket A/B/C,
akan lebih tepat karena berdasarkan pada nilai kriteria Lembaga Pelatihan/Kursus dan Lembaga Pendidikan
dan bobot yang sudah ditentukan. SPK PIP hanya Non Formal lainnya di bawah Kementerian
bersifat memberikan rekomendasi keputusan kepada Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian
pihak sekolah saja, untuk proses selanjutnya Agama).
diserahkan kembali kepada pihak sekolah.
2.4 Translation Reality (Electre)
Menurut Janko dan Bernoider (2005:11), Electre
2. METODE PENELITIAN merupakan salah satumetode pengambilan keputusan
multikriteria berdasarkan pada konsep Outranking
2.1 Sistem Pendukung Keputusan(SPK)
dengan menggunakan perbandingan berpasangan dari
Sistem Pendukung Keputusan (SPK) adalah alternatif-alternatif berdasarkan setiap kriteria yang
salah satu cara mengorganisir informasi yang sesuai. Metode Electre digunakan pada kondisi
dimaksudkan untuk digunakan dalam membuat dimana alternatif yang kurang sesuai dengan kriteria
keputusan. Ada yang mendefinisikan bahwa system dieliminasi, dan alternatif yang sesuai dapat
pendukung keputusan merupakan suatu pendekatan dihasilkan. Dengan kata lain, Electre digunakan
untuk mendukung pengambilan keputusan.Sistem untuk kasus-kasus dengan banyak alternatif namun
pendukung keputusan menggunakan data, hanya sedikit kriteria yang dilibatkan. Suatu alternatif
memberikan antarmuka pengguna yang mudah dan dikatakan mendominasi alternatif yang lainnya jika
dapat menggabungkan pemikiran pengambil satuatau lebih kriterianya melebihi (dibandingkan
keputusan. dengan kriteria dari alternatif yang lain) dan sama
dengan kriteria lain yang tersisa (Kusumadewi dkk,
Page | 265
http://ejurnal.stmik-budidarma.ac.id/index.php/komik
KOMIK (Konferensi Nasional Teknologi Informasi dan Komputer) ISSN 2597-4645 (media online)
Volume I, Nomor 1, Oktober 2017 ISSN 2597-4610 (media cetak)
2006). 𝑤1 0 ⋯ 0
𝑣21 𝑤2 ⋯ 0
𝑊 =[ ], dan
2.4.1 Normalisasi matriks keputusan ⋮
Dalam prosedur ini, setiap atribut diubah
0 0 ⋯ 𝑤𝑛
menjadi nilai yang compareable. Setiap normalisasi
rij dapat dilakukan dengan persamaan (1) : 𝑊 = (𝑊1 , 𝑊2 , … , 𝑊𝑛 );
𝑛
... (3)
i = 1,2, ..., ∑ 𝑊𝑗 = 1
𝑥𝑖𝑗 m 𝑗=1
𝑟𝑖𝑗 = (1)
√∑𝑚
𝑖=1 𝑥𝑖𝑗 2 j = 1,2, ...,
n 2.4.3 Menentukan concordance dan discordance
index
Keterangan :
Untuk setiap pasang dari alternatif k dan l ( k,l
rij = normalisasi pengukuran pilihan dari alternatif
1,2,3,...,m dan k 1) kumpulan kriteria J dibagi
dan kriteria.
menjadi dua subsets, yaitu concordance dan
m = Alternatif.
discordance. Bilamana sebuah kriteria dalam satu
n = Kriteria.
alternatif termasuk concordance adalah :
Sehingga di dapat matriks R ternormalisasi, seperti
di bawah ini. 𝐶𝑘𝑙 = {𝑗|𝑉𝑘𝑗 ≥ 𝑉𝑙𝑗 } dengan j = 1,2, ..., n
....(4)
𝑟11 𝑟12 𝑟13 ... 𝑟1𝑛
Sebaliknya, komplementer dari subset ini adalah
𝑟21 𝑟22 𝑟23 ... 𝑟2𝑛 discordance, yaitu bila :
𝑟𝑖𝑗=
. . . ... .
= {𝑗|𝑉𝑘𝑗 < 𝑉𝑙𝑗 } dengan j = 1,2, ..., n ....(5)
𝑟𝑚1 𝑟𝑚2 𝑟𝑚3 ... 𝑟𝑚𝑛 𝐷 𝑘𝑙
membagi maksimum selisih nilai kriteria yang setiap elemennya merupakan perkalian antara elemen
termasuk dalam subset discordance dengan matriks F dengan elemen matriks G, sebagai berikut:
maksimum selisih nilai seluruh kriteria yang ada,
secara matematisnya adalah: 𝑒𝑘𝑙 = 𝑓𝑘𝑙 ∗ 𝑔𝑘𝑙 ...(2.12)
𝐷𝑘𝑙
𝑚𝑎𝑥{|𝑉𝑘𝑗 − 𝑉𝑙𝑗 |} 𝑗∈𝐷𝑘𝑙 ...(7) 2.4.7 Eliminasi alternatif yang less favourable
=
𝑚𝑎𝑥{|𝑉𝑘𝑗 − 𝑉𝑙𝑗 |} 𝑉𝑗 Matriks E memberikan urutan pilihan dari setiap
alternatif, yaitu bila ekl 1 maka
Selanjutnya diperoleh matriks discordance : alternatif Ak merupakan pilihan yang lebih baik
daripada Ar sehingga baris dalam matriks E yang
_ 𝑑12 ... 𝑑1𝑛 memiliki jumlah ekl =1 paling sedikit dapat
𝑑21 _ ... 𝑑2𝑛 dieliminasi. Dengan demikian alternative terbaik
𝑑𝑖𝑗= adalah yang mendominasi alternatif lainnya.
. . _ .
𝑑𝑚1 𝑑𝑚2 ... _
3. ANALISA DAN PEMBAHASAN
2.4.5 Menentukan matriks dominan concordance
dan discordance Dalam perhitungan ELECTRE dibutuhkan data data
pendukung seperti terlihat pada tabel dibawah ini.
a. Concordance
Matriks dominan concordance dapat dibangun Tabel 1a. Data Alternatif awal
dengan bantuan nilai threshold, yaitu dengan
membandingkan setiap nilai elemen matriks
concordance dengan nilai threshold.
𝐶𝑘𝑙 ≥ 𝑐 ...(8)
1, 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝐶𝑘𝑙 ≥ 𝐶
𝑓𝑘𝑙 = { ...(10)
0, 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝐶𝑘𝑙 < 𝐶
Tabel 1b. Data Alternatif awal
b. Discordance
Untuk membangun matriks dominan
discordance juga menggunakan bantuan nilai
threshold, yaitu:
∑𝑚 𝑚
𝑘=1 ∑𝑙=1 𝐷𝑘𝑙
𝑑= ...(11)
𝑚 (𝑚 − 1)
Page | 267
http://ejurnal.stmik-budidarma.ac.id/index.php/komik
KOMIK (Konferensi Nasional Teknologi Informasi dan Komputer) ISSN 2597-4645 (media online)
Volume I, Nomor 1, Oktober 2017 ISSN 2597-4610 (media cetak)
Page | 268
http://ejurnal.stmik-budidarma.ac.id/index.php/komik
KOMIK (Konferensi Nasional Teknologi Informasi dan Komputer) ISSN 2597-4645 (media online)
Volume I, Nomor 1, Oktober 2017 ISSN 2597-4610 (media cetak)
C72 { 1, 2, 4, 5, 6, 7, 8 } C121 { 2, 4, 6, 7, 8, 9 }
C73 { 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9 } C122 { 2, 4, 6, 7, 8, 9 }
C74 { 1, 2, 3, 4, 5 } C123 { 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 }
C75 { 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 } C124 { 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 }
C76 { 1, 2, 4, 6, 7, 8, 9 } C125 { 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9 }
C78 { 1, 2, 3, 4, 7, 8 } C126 { 1, 2, 4, 6, 7, 8, 9 }
C79 { 1, 2, 4, 5, 6, 7, 8, 9 } C127 { 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9 }
C710 { 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 } C128 { 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9 }
C711 { 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9 } C129 { 1, 2, 4, 6, 7, 8, 9 }
C712 { 1, 2, 3, 4, 5, 8 } C1210 { 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 }
C713 { 2, 3, 4, 5, 7, 8 } C1211 { 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9 }
C714 { 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 } C1213 { 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9 }
C715 { 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9 } C1214 { 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9 }
C81 { 2, 4, 5, 6, 7, 8, 9 } C1215 { 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9 }
C82 { 1, 2, 4, 5, 6, 7, 8, 9 } C131 { 1, 2, 4, 5, 6, 7, 8, 9 }
C83 { 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 } C132 { 1, 2, 4, 5, 6, 7, 8, 9 }
C84 { 1, 2, 3, 4, 5, 6, 9 } C133 { 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9 }
C85 { 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 } C134 { 1, 2, 3, 4, 5, 6 }
C86 { 1, 2, 4, 5, 6, 7, 8, 9 } C155 { 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 }
C87 { 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 } C136 { 1, 2, 4, 6, 7, 8, 9 }
C89 { 1, 2, 4, 5, 6, 7, 8, 9 } C137 { 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 }
C810 { 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 } C138 { 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8 }
C811 { 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 } C139 { 1, 2, 4, 5, 6, 7, 8, 9 }
C812 { 1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 9 } C1310 { 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 }
C813 { 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 } C1311 { 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9 }
C814 { 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 } C1312 { 1, 2, 3, 4, 5, 6, 8 }
C815 { 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 } C1314 { 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 }
C91 { 3, 6, 7, 8, 9 } C1315 { 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9 }
C92 { 3, 7, 8 } C141 { 4, 5, 6, 7, 8, 9 }
C93 { 3, 4, 6, 7, 8, 9 } C142 { 4, 5, 7, 8 }
C94 { 3, 4, 5 } C143 { 3, 4, 6, 7, 8, 9 }
C95 { 3, 6, 7, 8, 9 } C144 { 3, 4, 5 }
C96 { 1, 2, 3, 6, 7, 8, 9 } C145 { 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 }
C97 { 3, 6, 7, 8, 9 } C146 { 1, 2, 4, 6, 7, 8, 9 }
C98 { 3, 7, 8 } C147 { 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 }
C910 { 3, 5, 6, 7, 8, 9 } C148 { 3, 4, 7, 8 }
C911 { 1, 3, 6, 7, 8, 9 } C149 { 1, 2, 4, 5, 6, 7, 8, 9 }
C912 { 3, 5, 8 } C1410 { 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 }
C913 { 3, 7, 8 } C1411 { 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9 }
C914 { 1, 3, 6, 7, 8, 9 } C1412 { 3, 4, 5, 8 }
C915 { 3, 6, 7, 8, 9 } C1413 { 3, 4, 5, 7, 8 }
C101 { 2, 4, 6, 7, 8, 9 } C1415 { 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9 }
C102 { 2, 4, 7, 8 } C151 { 4, 5, 6, 7, 8, 9 }
C103 { 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9 } C152 { 1, 4, 5, 7, 8 }
C104 { 1, 2, 3, 4 } C153 { 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 }
C105 { 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9 } C154 { 1, 3, 4, 5 }
C106 { 1, 2, 4, 6, 7, 8, 9 } C155 { 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 }
C107 { 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9 } C156 { 1, 2, 4, 5, 6, 7, 8, 9 }
C108 { 1, 2, 3, 4, 7, 8 } C157 { 1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 }
C109 { 1, 2, 4, 6, 7, 8, 9 } C158 { 1, 3, 4, 5, 7, 8 }
C1011 { 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9 } C159 { 1, 2, 4, 5, 6, 7, 8, 9 }
C1012 { 1, 2, 3, 4, 8 } C1510 { 1, 2, 4, 5, 6, 7, 8, 9 }
C1013 { 2, 3, 4, 7, 8 } C1511 { 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 }
C1014 { 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9 } C1512 { 1, 3, 4, 5, 8 }
C1015 { 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9 } C1513 { 3, 4, 5, 7, 8 }
C111 { 4, 5, 6, 7, 8, 9 } C1514 { 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 }
C112 { 4, 5, 7, 8 }
C113 { 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 } Menentukan himpunan discordance seperti pada
C114 { 3, 4, 5 }
C115 { 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 }
Persamaan (2.4), sebagai berikut :
C116 { 2, 4, 5, 6, 7, 8, 9 } D12 = V11 < V21 = 0,1024 < 0,796
C117 { 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 } V12 < V22 = 0,1553 < 0,1553
C118 { 3, 4, 5, 7, 8 } V13 < V23 = 0,0918 < 0,0918
C119 { 4, 5, 6, 7, 8, 9 } V14 < V24 = 0,0846 < 0,0846
C1110 { 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 }
V15 < V25 = 0,0750 < 0,0750
C1112 { 3, 4, 5, 8 }
C1113 { 3, 4, 5, 7, 8 } V16 < V26 = 0,1213 < 0,3640
C1114 { 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 } V17 < V27 = 0,1841 < 0,1841
C1115 { 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 } V18 < V28 = 0,1042 < 0,1042
Page | 270
http://ejurnal.stmik-budidarma.ac.id/index.php/komik
KOMIK (Konferensi Nasional Teknologi Informasi dan Komputer) ISSN 2597-4645 (media online)
Volume I, Nomor 1, Oktober 2017 ISSN 2597-4610 (media cetak)
D811 { } D1210 { }
D812 {7} D1211 {5}
D813 {1} D1213 { 1, 5 }
D814 { } D1214 {5}
D815 { } D1215 {5}
D91 { 1, 2, 4, 5 } D131 {3}
D92 { 1, 2, 4, 5, 6 , 9 } D132 {3}
D93 { 1, 2, 5 } D133 {5}
D94 { 1, 2, 6, 7, 8, 9 } D134 { 7, 8, 9 }
D95 { 1, 2, 4, 5 } D155 { }
D96 { 4, 5 } D136 { 3, 5 }
D97 { 1, 2, 4 , 5 } D137 { }
D98 { 1, 2, 4, 5, 6, 9 } D138 { 5, 9 }
D910 { 1, 2, 4 } D139 {3}
D911 { 2, 4, 5 } D1310 { }
D912 { 1, 2, 4, 6, 7, 9 } D1311 {5}
D913 { 1, 2, 4, 5, 6, 9 } D1312 { 7, 9 }
D914 { 2, 4, 5 } D1314 { }
D915 { 1, 2, 4, 5 } D1315 {5}
D101 { 1, 3, 5 } D141 { 1, 2, 3 }
D102 { 3, 5, 6, 9 } D142 { 1, 2, 3, 6, 9 }
D103 { 1, 5 } D143 { 1, 2, 5 }
D104 { 5, 6, 7, 8, 9 } D144 { 1, 2, 6, 7, 8, 9 }
D105 { 1, 5 } D145 { 1, 2 }
D106 { 3, 5 } D146 { 3, 5 }
D107 {5} D147 { 1, 2 }
D108 { 5, 6, 9 } D148 { 1, 2, 5, 6, 9 }
D109 { 3, 5 } D149 {3}
D1011 {5} D1410 { 1, 2 }
D1012 { 5, 6, 7, 9 } D1411 {5}
D1013 { 1, 5, 6, 9 } D1412 { 1, 2, 6, 7, 9 }
D1014 {5} D1413 { 1, 2, 6, 9 }
D1015 {5} D1415 { 1, 5 }
D111 { 1, 2, 3 } D151 { 1, 2, 3 }
D112 { 1, 2, 3, 6, 9 } D152 { 2, 3, 6, 9 }
D113 { 1, 2 } D153 { 1, 2 }
D114 { 1, 2, 6, 7, 8, 9 } D154 { 2, 6, 7, 8, 9 }
D115 { 1, 2 } D155 { 1, 2 }
D116 { 1, 3 } D156 {3}
D117 { 1, 2 } D157 {2}
D118 { 1, 2, 6, 9 } D158 { 2, 6, 9 }
D119 { 1, 3 } D159 {3}
D1110 { 1, 2 } D1510 {2}
D1112 { 1, 2, 6, 7, 9 } D1511 { }
D1113 { 1, 2, 6, 9 } D1512 { 2, 6, 7, 9 }
D1114 {1} D1513 { 1, 2, 6, 9 }
D1115 {1} D1514 { }
D121 { 1, 3, 5 }
D122 { 3, 5 } 4. Hitung matriks concordance dan discordance.
D123 { 1, 5 } Menghitung concordance menggunakan persamaan
D124 {8} (2.5), sebagai berikut :
D125 { 1, 5 } C12 = W1+W2+W3+W4+W5+W7+W8
D126 { 3, 5 } = 0,3 + 0,5 + 0,3 +0,3+0,3+ 0,9 +0,5
D127 {5} =3,1
D128 {5}
D129 {3}
Page | 272
http://ejurnal.stmik-budidarma.ac.id/index.php/komik
KOMIK (Konferensi Nasional Teknologi Informasi dan Komputer) ISSN 2597-4645 (media online)
Volume I, Nomor 1, Oktober 2017 ISSN 2597-4610 (media cetak)
Persamaan (2.6), sebagai berikut : Sehingga, matriks dominan concordance atau elemen
𝑟12
𝑀𝑎𝑥 {|0,1213 − 0,3640|; |0,1011 − 0,2359|}
matrikrs F ditentukan dengan menggunakan
= persamaan (2.9) dan menghasilkan tabel seperti
𝑀𝑎𝑥 {|0,1024 − 0,0796|; |0,1553 − 0,1553|;
|0,0918 − 0,0918|; |0,0846 − 0,0846|: berikut:
|0,0750 − 0,0750|; |0,1213 − 0,3640|; |0,1841 − 0,1841|;
|0,1042 − 0,1042|; Tabel 11. Matriks Dominan Concordance (F)
|0,1011 − 0,2359|}
Page | 273
http://ejurnal.stmik-budidarma.ac.id/index.php/komik
KOMIK (Konferensi Nasional Teknologi Informasi dan Komputer) ISSN 2597-4645 (media online)
Volume I, Nomor 1, Oktober 2017 ISSN 2597-4610 (media cetak)
REFERENSI
Page | 275
http://ejurnal.stmik-budidarma.ac.id/index.php/komik