Anda di halaman 1dari 4

Kapal Perang Super Besar Syracusia : Made In

Archimedes !

Dahulu, sa’at SMA, tepatnya pada mata pelajaran Fisika, saya mempelajari tentang hukum
Archimedes yang menyatakan bahwa

“ gaya apung ke atas yang diberikan benda yang direndam dalam cairan, baik terendam seluruhnya
atau sebagian, sama dengan berat cairan yang dipindahkan benda tersebut dan bekerja dalam arah
ke atas di pusat massa dari cairan yang dipindahkan. ”

Ada yang menarik dari Archimedes yaitu selain menemukan hukum tersebut secara tidak sengaja,
dunia mengenalnya karena seruan “ Eureka ”-nya.

‘ Eureka ‘ adalah kata seruan yang digunakan untuk melambangkan penemuan suatu hal.

Kata ini berasal dari bahasa Yunani,

“ Heureka ” yang berarti

“ Aku telah menemukannya ”.

Seruan ini terkenal karena digunakan oleh Archimedes.

Ketika kita membayangkan momen ‘ Eureka ‘ Archimedes, ilustrasi yang digambarkan oleh buku
pelajaran di sekolah kita adalah Archimedes mendapatkan inspirasi dan menemukan gaya apung
pada benda di bak mandi. Padahal, penemuan hukum ini tidak hanya melibatkan air dan bak mandi
saja.
Pada abad ke 3 SM, Hieron, Raja dari kota Syracuse di Sisilia menunjuk Archimedes untuk menjadi
supervisor dan mengawasi suatu proyek berskala besar, dengan skala yang belum pernah terjadi
sebelumnya. Hieron ditugaskan untuk membuat kapal layar yang ukurannya 50 kali lebih besar dari
kapal perang kuno berukuran standar.

Kapal tersebut bernama Syracusia, dinamakan menurut kota pembuatannya. Hieron ingin
membangun kapal terbesar yang pernah ada, yang nantinya akan dijadikan hadiah untuk dikirimkan
ke penguasa Mesir, Ptolemy.

Pertanyaannya, bisakah sebuah kapal yang berukuran seukuran istana mengambang ?

Di zaman itu, belum pernah ada yang mencoba atau memikirkan hal seperti itu. Dan hal tersebut
dianggap tidak mungkin, ibarat memikirkan bisakah kita menerbangkan gunung ?

Raja Hieron mempunyai keyakinan dengan proyek itu. Ratusan orang dilibatkan selama bertahun-
tahun untuk membangun Syracusia, menggunakan balok kayu pinus dan cemara dari Gunung Etna,
menggunakan tali yang terbuat dari rami yang tumbuh di Spanyol dan pitch (zat tebal seperti tar)
dari Prancis.

Lalu di dek atas, tempat dimana delapan menara pengawas harus berdiri, harus didukung oleh pilar
kayu besar dengan gambar Atlas yang sedang memanggul dunia di bahunya.

Di haluan kapal, harus ada ketapel besar yang mampu menembakan batu seberat 180 pon (81,64
kg).

Untuk hiburan para penumpangnya, kapal Syracusia direncanakan mempunyai kawasan pejalan kaki
dengan deretan bunga, kolam renang dan pemandian air panas. Perpustakaan yang berisi buku dan
patung, tempat ibadah berupa kuil untuk memuja Dewi Aphrodite dan gymnasium (ruang olah raga).

Dan untuk membuat segalanya menjadi lebih sulit untuk Archimedes, Hieron berniat untuk
mengemas kapal tersebut dengan muatan penuh 400 ton gandum, 10.000 toples acar ikan, 74 ton
air minum dan 600 ton wool.

Kapal tersebut harus mampu untuk menampung seribu orang, termasuk 600 tentara kerajaan, serta
menempatkan 20 ekor kuda di kandang terpisah.

Untuk membangun sesuatu dengan skala luar biasa seperti ini, hanya untuk melihatnya tenggelam
dalam pelayaran perdananya, apakah layak ? Pengorbanan yang sepadan kah ? Atau Gila ?
Mari kita sepakati bahwa kegagalan bukan hal yang menyenangkan bagi Archimedes, maka
Archimedes akan fokus kepada permasalahan utama, akankah kapal itu tenggelam ?

Mungkin dia sedang terduduk di salah satu bak mandi di tempat pemandian, membayangkan
bagaimana sebuah bak mandi bisa terapung dan di sa’at itu pula inspirasi datang menghampiri.

Sebuah benda yang dibenamkan sebagian dalam fluida akan terangkat sebesar sama dengan berat
fluida yang dipindahkan oleh benda tersebut.

Dengan kata lain, jika sebuah kapal Syracusia seberat 2000 ton diletakan di air dan memindahkan
tepat 2000 ton air, maka kapal tersebut hampir tidak akan mengapung.

Jika kapal tersebut dapat memindahkan 4000 ton air, maka tidak akan ada masalah dan kapal bisa
mengapung.

Jika kapal tersebut hanya mampu memindahkan 1000 ton air, sudah sangat jelas kapal tersebut akan
tenggelam dan Hieron tidak akan senang jika hal itu terjadi.

Ini adalah hukum Buoyancy dimana para insinyur dan ahli teknik menyebutnya dengan hukum
Archimedes sampai hari ini.

Itu menjelaskan bagaimana kapal supertanker yang terbuat dari baja dapat terapung di air laut
sebagaimana kapal dayung yang terbuat dari kayu terapung.

Jika berat air yang dipindahkan oleh kapal di bagian Keel (elemen struktur paling membujur di bagian
bawah kapal) sama dengan berat kapal, maka apapun yang ada di atas bagian Keel akan tetap
mengapung di atas permukaan air.

Cerita ini terdengar sangat mirip dengan cerita lain yang melibatkan Archimedes dan bak mandi dan
hal ini sangat memungkinkan karena secara umum ini bisa saja cerita yang sama, namun
terpelintir/dipelintir oleh keanehan sejarah.

Inti dari cerita tentang kapal Syracusia adalah tentang keel atau korone dalam bahasa Yunani.

Pada hari ketika kapal Syracusia berlayar dan mencapai Mesir dalam pelayarannya yang pertama dan
terakhirnya, kita hanya dapat membayangkan bagaimana penduduk Alexandria memadati
pelabuhan untuk mengagumi kedatangan kastil terapung yang megah ini. Kapal luar biasa ini adalah
Titanic pada masanya, bedanya tidak ada adegan tenggelamnya, terimakasih kepada Archimedes.

*Dan beberapa dekade kemudian, Romawi datang untuk menaklukan Mesir, membakar Syracusia
dan Archimedes pun dibunuh.
Cimahi, Selasa, 26 Januari 2021

Rizal Ul Fikri CJI

Anda mungkin juga menyukai