Nim: 166114023
Tugas Seminar
Secara umum narasi itu sendiri adalah kumpulan pengalaman-pengalaman atau realita
hidup manusia dalam bentuk cerita yang diorganisir (urutan peristiwa) menjadi sesuatu yang
bermakna. Cara mengorganisir kumpulan pengalaman atau cerita tersebut yakni melalui
pendekatan berbagai askpek pengetahuan yakni melalui sosiokultural dan dialog.
Pendekatan Reflektif naratif ini dilakukan dengan metode kualitatif atau interpretatif,
karena budaya atau konteks sosial yang dinarasikan tidak selalu tetap atau statis melainkan selalu
berkembang. Metode kualitatif ini berarti bahwa peneliti mempelajari hal-hal alami, mencoba
memahami dan menginterpretasikan fenomena dalam kerangka makna yang diberikan fenomena
tersebut.
Sosiokultural
Dialogis
Menurut Bakhtin semua tindakan manusia bersifat dialogis. Tidak hanya melakukan
dialog dengan interaksi dunia luar (bertemu dengan orang lain) melainkan juga dengan diri
sendiri. Menurutnya untuk mendapatkan wawasan tentang apa yang tersirat dalam dialog, kita
dapat menggunakan tiga konsep sentral yakni; ungkapan, penerima dan suara. Baginya sebuah
ungkapan mengasumsikan seseorang sedang berbicara kepada seseorang yang lain (penerima)
dan juga sebuah ungkapan mengasumsikan adanya suara. Sebuah suara tidak pernah ada dalam
keterasingan atau muncul sendiri. Suara yang menghasilkan ungkapan selalu ditujukan pada
seseorang (penerima). Dan seorang individu selalu ada dalam hubungan dengan orang lain,
sehingga bagi Bakhtin hidup berarti berada dalam dialog tanpa akhir dengan orang lain.
Dari dua komponen tersebut kita bisa menyimpulkan bahwa proses bernarasi yang
bermula dari suara merupakan interaksi antara keyakinan dan pengalaman individu dengan
suara-suara eksternal masa lalu, sekarang dan masa depan. Secara mendalam, Vygotsky
menyebutnya sebagai proses intermental dan intramental. Intermental mengacuh pada bidang
sosial sedangkan intramental mengacu pada bidang psikologis batin yang tentunya berkaitan
dengan kondisi psikologi manusia. Dengan cara ini narasi menghubungan individu dan konteks
sosialnya yang memiliki banyak suara dalam cerita individu.
Karakteristik utama penelitian naratif adalah proses kolaborasi antara peneliti dan subjek
penelitiannya. Dalam pendekatan ini, subjek penelitian dianggap sebagai kolaborator bukan
sebagai informan. Karena penelitian cerita naratif dibentuk melalui diskusi dengan subjek
peneliti dalam sebuah dialog. Di situlah terjadi pengumpulan data dari seorang subjek atau
kolabolator. Data tersebut berupa catatan jurnal; Transkip wawancara, pengamatan sendiri dan
orang lain, mendongeng, menulis surat, tulisan otobiografi dan dokumen lainnya.
Langkah pertama adalah perlu menetukan waktu dan tempat yang cocok dan nyaman
sehingga proses dialog bisa berjalan baik. Upaya ini bertujuan agar tidak terciptanya situasi
otoriter atau terkesan menghakimi pada subjek peneliti. Dan juga agar terciptanya rasa
kesetaraan di antara keduanya. Semuanya itu bertujuan agar narator dan peneliti mencapai
pemahaman intersubjektif bersama tentang narasi yang terjadi selama proses penelitian.
Agar terhindar dari keraguan kesahian sumber dan otoritas interpretatif dari peneliti serta
subjek peneliti maka, harus dimasukkan sudut pandang peneliti dan sumber peneliti dalam
laporan penelitian. Ricoeur (1981) telah memberikan teori yang berguna yang membantu kita
memahami proses ini.
Pertama, dalam proses kolaborasi dialogis antara peneliti dan subjek penelitian, satu atau
lebih cerita ditulis dan menjadi tetap dalam sebuah teks. Ini berarti bahwa narasi yang
bersangkutan tidak lagi terikat pada saat di mana hal itu terjadi.
Ketiga, narasi menjadi penting karena melampaui situasi awal dan menjadi relevan dalam
konteks lain. Cerita ini telah dibebaskan dari asal dan masuk dalam frame interpretif yang
baru dari setiap individu.
Kedua, bagaimana sebuah naratif dikembangkan dari cerita yang dialami dan diceritakan
secara lisan menjadi teks tertulis.
Sebuah naratif atau kisah hidup dikembangkan dalam cerita yang dialami dan diceritakan
secara lisan, dapat menjadi sebuah teks apabila carita atau narasi terebut adalah “raw material”
atau betul-betul merupakan bahan mentah yang tidak dipolesi oleh unsur apa pun, benar-benar
murni alami. Pengalaman yang alami, “raw material” berasal dari pengalaman intermental dan
intramental. Karena itu penelitian naratif adalah proses hermeneutik atau interpretatif
yang sedang berlangsung.
Pada bagian ini perspektif teoretis memungkinkan kita untuk mendapatkan pemahaman
dan wawasa dalam interpretasi penelitian. Peneliti menggunakan pendekatan naratif melalui teori
yang secara sistematis baik ketika mendekati lapangan (locus) dan ketika memberikan alasan
untuk interpretasinya. Dengan demikian, interaksi konstan antara teori dan data empiris,
memungkinkan untuk memahami dan memperoleh wawasan baru. Dengan kata lain, pendekatan
penelitian naratif selalu diinterpretasikan dalam sebuah kerangka teori.
3. Hal amat penting apa yang paling ditekankan dalam metode reflektif naratif?
Hal yang peling ditekankan dalam narasi adalah kebenaran dari narasi tersebut. Di
sinilah menjadi tanda tanya besar oleh setiap peneliti dalam membentuk sebuah teks narasi.
Manurut Bakhtin, kebenaran subuah narasi yang muncul dari dialog antara peneliti (penerima)
dan subjek peneliti adalah tergantung pada untuk siapa cerita tersebut dibuat atau ditujukan.