Anda di halaman 1dari 229

Draf MODUL

FISIKA

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL


BIRO PERENCANAAN DAN KERJASAMA
LUAR NEGERI
JAKARTA
2007
DRAF MODUL
FISIKA
Penyusun:
Endarko,M.Si.
Gatut Yudoyono,M.T.

Editor:
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
BIRO PERENCANAAN DAN KERJASAMA LUAR NEGERI
JAKARTA
2007
ii
Modul Fisika
PENGANTAR
Modul Fisika
D
DDA
AAF
FFT
TTA
AAR
RR I
IIS
SSI
II
Pengantar iii
Daftar Isi iv
I. PENDAHULUAN 1
II. PEMBELAJARAN 1 Listrik Statis
III. PEMBELAJARAN 2 Listrik Dinamis
IV. PEMBELAJARAN 3 Kemagnetan
V. PEMBELAJARAN 4 GGL induksi
VI. PEMBELAJARAN 5 Arus Bolak-balik
VII. PEMBELAJARAN 6 Piranti Semikonduktor
VIII. PEMBELAJARAN 7 Optika terapan
IX. EVALUASI
iv
Modul Fisika
I
II.
.. P
PPE
EEN
NND
DDA
AAH
HHU
UUL
LLU
UUA
AAN
NN
No No Unit Unit Kompetensi
1
2
3
4
Menggunakan hukum Coulomb; menghitung kuat medan listrik,
potensial listrik
Menggunakan hukum Ohm, hukum Kirchhoff; menghitung energi dan
daya listrik
Menghitung gaya pada muatan, momen gaya pada loop dalam medan
magnet; menghitung induksi magnet oleh muatan bergerak dan arus
dalam kawat
Menghitung GGL induksi dan indukstansi induktor
5 Menghitung arus transien, arus dan tegangan dalam rangkaian RLC seri
6
7
Menjelaskan p-n junction, diode dan transistor, photodetektor,
karakteristik LED dan laser
Menjelaskan penjalaran sinar dalam instrumentasi optik dan sistem
komunikasi optik
Jam/Minggu
2 Jam
Semester : 3 Sifat:
Wajib
Kode Mata Kuliah
Nama Matakuliah Fisika
Silabus ringkas Fisika merupakan fondasi dari semua cabang ilmu, tidak terlepas
dari
perkembangan teknologi jaringan dan teknik computer. Kuliah ini
bertujuan untuk meberikan pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan
dalam teknik computer yang berhubungan dengan listrik dan magnet
serta prianti semikonduktor dan optika terapan.
Pada kuliah ini diharapkan mahasiwa dapat mengimplementasikan
contoh dan tugas-tugas dalam hubungan teknik komputer
Tujuan Instruksional Umum
(TIU)
Mahasiswa diharapkan mampu:
Menggunakan rumusan-rumusan dasar listrik-magnet
Menghitung besaran listrik dalam rangkaian arus bolak-balik
Menjelaskan karakteristik bahan semikonduktor dan sistem
komunikasi optic
Mata Kuliah Penunjang Matematika 1
Penilaian UTS = 35%
UAS = 35 %
Tugas = 30 %
Daftar Pustaka 1. Marthen Kanginan Fisika SMA Penerbit Erlangga Jakarta 1990.
2. Giancoli, DC, Fisika , Penerbit Erlangga, 2001
3. Tipler, PA, Fisika untuk sains dan teknik , (Terj. Bambang
Soegijono), Erlangga, Jakarta, 2001
4. Halliday and Resnick, Fisika , Jilid 2 (Terj. Silaban, P dan Sucipto,
E), Erlangga, Jakarta, 1984
5. Kamajaya Penuntun Pelajaran Fisika Klas III SMA , Penerbit
Ganeca Exact, Bandung 1988
6. Sutrisno, Elektronika Teori dan penerapannya, Penerbit ITB
Bandung, 1986
Format Penulisan SAP -1
Modul Fisika
Uraian Rinci Materi Kuliah
Mg# Kompetensi Sub
Kompetensi
Kriteria Kinerja Lingkup Belajar Materi Pokok Pemelajaran
Sikap Pengetahuan Keterampilan
1-2 a) Mampu
menggunakan
hukum coulomb
dan menghitung
kuat medan listrik
b)Mampu
menghitung
potensial listrik dan
kapasitansi
kapasitor
Listrik Statis
Gaya interaksi
dua muatan
listrik dihitung
dengan hukum
Coulomb
Kuat medan
listrik
ditentukan oleh
muatan titik.
Kapasitasi
kapasitor
ditentukan oleh
potensial listrik
Materi kompetensi ini
membahas tentang:
- Muatan listrik
- Hukum Coulomb
- Medan listrik
- Potensial listrik
- Kapasitansi
Kapasitor
Teliti dalam
menjelaskan
pengaruh
gaya
interaksi dua
muatan
-Terjadinya
muatan listrik
..Gaya Coulomb
(hukum
Coulomb)
..Pengertian
medan listrik
..Kuat medan
listrik
- Potensial listrik
dan Kapsitansi
kapasitor
- Menghitung gaya
interaksi dua
muatan listrik dan
kuat medan listrik
- Menghitung
potensila listrik dan
kapasitansi
kapasitor.
3-4 a) Mampu
menggunakan
hukum ohm
b) Mampu
menjelaskan
konsep arus listrik
c) Mampu
menggunakan
hukum kirchoff
dalam rangkaian
arus searah
d) Mampu
menghitung energi
dan daya listrik
Listrik Dinamis
Hubungan arus
listrik dan
hambatan listrik
dihitung melalui
hukum ohm
arus listrik,
tegangan listrik,
dan hambatan
listrik ditentukan
dengan hukum
kirchoff
Hubungan arus
listrik dan
tegangan listrik
untuk
menghitung
energi dan daya
listrik

Hukum ohm
Arus listrik
Hukum kirchoff
Energi dan daya
listrik
Teliti
dalam
menghitung
arus dan
tegangan
listrik
Pengertian
hukum ohm
Pengertian arus
listrik
Pengertian
hukum kirchoff
Pengertian
energi dan daya
listrik
Menghitung arus
dan tegangan
listrik melalui
hokum ohm
Menghitung arus
dan tegangan
listrik dengan
hokum kirchoff
Menghitung enrgi
dan daya listrik
Modul Fisika
Mg# Kompetensi Sub Kriteria Kinerja Lingkup Belajar Materi Pokok Pemelajaran
Kompetensi Pengetahuan Keterampilan
5-6 a) Mampu Kemagnetan
Gaya yang
Gaya oleh medan
Teliti
Pengertian Menerapkan
menghitung gaya disebabakan magnet dalam muatan prinsip-prinsip
pada muatan yang oleh medan
Momen gaya pada menentuka magnet medan magnet
disebabkan oleh
medan magnet
b)Mampu
menghitung
momen gaya pada
loop yang berarus
dalam medan
magnet
Momen gaya
pada loop yang
berarus dalam
medan magnet
Induksi magnet
oleh muatan
loop arus dan
magnet
Sumber medan
magnet
Magnetisme dalam
bahan
n
kemagneta
n bahan
Cara
menghitung
gaya Lorentz
Macam
macam sifat
kemagnetan
bahan
pada instalasi
personal
komputer, system
jaringan, system
multimedia.
magnet bergerak dan
c) Mampu mengitung arus dalam
induksi magnet kawat
oleh muatan
bergerak dan arus
dalam kawat
Magnetism
dalam bahan
d)Mampu
menjelaskan
magnetism dalam
bahan
7-8 a) Mampu GGL Induksi

Fluks magnetik
Teliti
Pengertian
Menghitung Fluks
menghitung fluks
GGL Induksi dalam Fluks magnet magnet dan GGL
magnet
Generator dan menghitung dan GGL induksi
b)Mampu motor fluks Induksi
menghitung GGL
induksi
Indukstansi induktor magnetik
dan GGL
Pengertian
generator dan
c) Mampu Induksi motor
menjelaskan cara
kerja generator dan
motor
d)Mampu
menghitung
induktansi induktor
9-11 a) Mampu Arus Bolak

Arus bolak-balik
Pengertian IL,IR
menghitung arus balik dalam hambatan, dan IC
transient dalam induktor dan
Pengertian
Sikap
Modul Fisika
Mg# Kompetensi Sub Kriteria Kinerja Lingkup Belajar Materi Pokok Pemelajaran
Kompetensi Pengetahuan Keterampilan
inductor dan kapasitor tegangan dan
kapasitor
Tegangan dan arus arus efektif
b) Mampu efektif
menjelaskan
Rangkaian RLC
konsep tegangan
Transformator
dan arus efektif
c) Mampu
mengihitung arus
dan tegangan
dalam rangkaian
RLC seri
d) Mampu
menggunakan
rumusan dalam
transformator
12-14 a) Mampu Piranti

Semikonduktor

menjelaskan semikonduktor instrinsik dan


semikonduktor ekstrinsik
instrinsik dan
P-n junction
ekstrisik
Dioda dan transitor
b)Mampu
menjelaskan p-n
junction
Photodiode
LED dan laser
c) Mampu
menjelaskan aliran
arus dalam dioda
dan transistor
d)Mampu
menjelaskan cara
kerja photodiode
e) Mampu
menjelaskan
karakteristik LED
dan laser
15-16 a) Mampu Optika terapan
Hukumpemantulan

menggunkan dan pembiasan


Sikap
Modul Fisika
Mg# Kompetensi Sub Kriteria Kinerja Lingkup Belajar Materi Pokok Pemelajaran
Kompetensi Pengetahuan Keterampilan
hokum pemantulan
Instrumentasi optic
dan pembiasan
Fiber optic
b) Mampu
Sistem Komunikasi
menjelaskan sinar optic
dalam system
instrumentasi optic
c) Mampu
menjelaskan
karakteristik fiber
optic
d) Mampu
menjelaskan
penjalaran sinar
dalam system
komunikasi optik
Sikap
Modul Fisika: Listrik Statis
I
III
II.
.. P
PPE
EEM
MMB
BBE
EEL
LLA
AAJ
JJA
AAR
RRA
AAN
NN 1
11
L
LLi
iis
sst
ttr
rri
iik
kk S
SSt
tta
aat
tti
iis
ss
Kata listrik dapat membangkitkan bayangan teknologi modern yang sangat kompleks, s
eperti
peralatan komputer yang canggih, sumber cahaya yang sangat menopang kehi-dupan m
anusia, gerak
motor listrik, daya listrik. Tetapi gaya listrik akan tampak memainkan peranan y
ang lebih dalam pada
kehidupan kita.
Studi awal mengenai kelistrikan telah dilakukan jauh di zaman kira-kira 600 tahu
n sebelum masehi
oleh orang Yunani, tetapi baru pada dua abad terakhir dilakukan studi lengkap me
ngenai gejala dan
hal-hal yang berhubungan dengan kelistrikan. Pada modul ini akan dibahas bagaima
na
membangkitkan muatan listrik, gaya tarik/tolak antara dua atau lebih partikel be
rmuatan listrik, serta
kuat medan listrik oleh muatan titik.
1. Muatan Listrik dan Kekekalannya
Kata listrik berasal dari kata Yunani elektron yang berarti ambar . Ambar adalah suatu
damar
pohon yang telah membatu, dan jika digosok dengan kain wol akan diperoleh sifat
yang dapat
menarik benda-benda ringan. Perilaku batu ambar seperti ini sekarang dapat dikat
akan bahwa batu
ambar terelektrifikasi atau memperoleh muatan listrik atau secara listrik dimuati .
Proses
elektrifikasi ini sekarang kita sebut sebagai listrik statis, seperti yang ditun
jukkan pada Gambar 1.
Untuk memberi muatan listrik pada benda padat, dapat dilakukan dengan menggosok-
gosokkannya
benda tersebut pada benda lain. Jadi, sebuah mobil yang sedang melaju akan mempe
roleh muatan
listrik akibat geraknya menembus udara sekelilingnya; selembar kertas akan bermu
atan listrik ketika
bergerak dalam mesin cetak. Pada masing-masing kasus di atas sebuah benda menjad
i bermuatan
listrik karena proses penggosokan terhadap benda lain dan dikatakan memiliki mua
tan listrik total.
Sesungguhnya, persinggungan yang rapat saja sudah akan menimbulkan muatan listri
k. Menggosok
artinya tidak lain adalah membuat persinggungan rapat antara permukaan dua benda
.
Modul Fisika: Listrik Statis
(a) (b) (c)
Gambar 1. Proses elektrifikasi (a) penggosokan (b) sisir menarik
benda-benda kecil, (c) penggaris menarik potongan kertas kecil
Apakah semua muatan listrik sama, atau mungkinkah ada lebih dari satu jenis muat
an? Pada
kenyataannya ada dua jenis muatan listrik berdasar kegiatan empiris, sebagaimana
ditunjukkan oleh
eksperimen seperti pada Gambar 2. Sebuah penggaris plastik yang digantungkan den
gan tali dan
digosokkan dengan keras pada kain untuk membuatnya bermuatan. Ketika penggaris k
e dua yang
juga telah dimuati dengan cara yang sama didekatkan ke penggaris yang pertama, t
erlihat bahwa satu
penggaris menolak penggaris plastik yang lainnya, seperti ditunjukkan pada Gamba
r 2(a). Dengan
cara yang sama, jika sebuah batang kaca yang telah digosok dan kemudian didekatk
an dengan batang
kaca lain yang telah bermuatan kembali menunjukkan adanya gaya tolak-menolak, se
perti Gambar
2(b).
Sebaliknya jika batang kaca yang telah bermuatan didekatkan dengan penggaris pla
stik yang juga
telah bermuatan (keduanya dimuatan dengan cara menggosok), maka terlihat bahwa k
edua benda
saling tarik-menarik, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2(c ). Kejadian menun
jukkan bahwa
ada perbedaan muatan listrik antara muatan pada plastik dan muatan yang dibawa o
leh kaca, dengan
kata lain bahwa ada dua jenis muatan yang terbentuk pada benda yang digosok. Dar
i ketiga kejadian
sederhana tadi maka gaya interaksi antara dua benda bermuatan menunjukkan bahwa
muatan sejenis
akan tolak-menolak dan sebaliknya muatan yang tidak sejenis akan saling tarik-me
narik.
Seorang negarawan, filsuf, dan ilmuwan Amerika Benjamin Franklin (1706-1790) men
ga-jukan
argument bahwa ketika sejumlah muatan dihasilkan pada suatu benda dalam satu pro
ses, maka
muatan yang berlawanan dengan jumlah yang sama dihasilkan pada benda yang lainny
a. Positif dan
negatif diperlakukan secara aljabar, sehingga pada setiap proses, perubahan tota
l jumlah muatan
yang dihasilkan selalu nol. Sebagai contoh, ketika penggaris plastik digosok den
gan handuk kertas,
maka penggaris plastik mendapatkan muatan negatif sedangkan handuk akan mendapat
kan muatan
positif dengan jumlah yang sama. Muatan-muatan tersebut terpisah, tetapi jumlah
keduanya nol. Ini
merupakan contoh hukum yang dikenal sebagai hukum kekekalan muatan listrik yang
menyatakan
bahwa:
jumlah total muatan listrik yang dihasilkan pada setiap proses adalah nol .
Jika suatu benda atau bagian ruang mendapatkan muatan positif, mala muatan negat
if dengan jumlah
yang sama akan ditemukan di daerah sekitarnya atau benda di dekatnya. Tidak pern
ah ditemukan
penyimpangan dari hukum ini, dan hukum kekekalan ini sama kuatnya seperti hukum
kekekalan
energi dan momentum.
Modul Fisika: Listrik Statis

(a) Dua penggaris plastik yang bermuatan saling (b) Dua batang kaca yang bermuat
an saling
tolak-menolak tolak-menolak
(c) Batang kaca bermuatan menarik penggaris
plastik bermuatan
Gambar 2. Muatan yang tidak sejenis akan
tarik-menarik, sedangkan muatan yang sejenis
akan tolak-menolak
2. Muatan Listrik dalam Atom
Konsep kelistrikkan semakin menunjukkan kemajuan ketika konsep kelistrikan dimul
ai dari dalam
atom itu sendiri. Konsep ini berkembang baru pada dua abad terakhir. Pada bagian
ini akan dibahas
struktur atom dan gagasan-gagasan yang membawa kita terhadap pandangan atom yang
saat ini lebih
rinci.
Perkataan atom berasal dari bahasa Yunani atomos yang berarti tak dapat dibagi.
Partikel subatom
yang membentuk atom ada tiga macam yakni elektron, proton, dan netron, dengan mo
del atom
seperti ditunjukkan pada Gambar 3. Atom memiliki inti bermuatan positif yang ber
at, dan dikelilingi
oleh satu atau lebih elektron bermuatan negatif. Inti terdiri dari proton yang b
ermuatan positif, dan
netron tidak bermuatan (netral). Besarnya muatan negatif (elektron) sama dengan
besarnya muatan
positif (proton) dan tidak ada muatan yang lebih kecil dari kedua muatan partike
l ini, sehingga
seringkali disebut dengan satuan dasar muatan (e). Semua muatan benda merupakan
kelipatan
bilangan bulat dari satuan dasar muatan, dengan demikian muatan bersifat terkuan
tisasi (diskrit).
Setiap muatan Q yang ada di alam dapat dituliskan dalam bentuk Q = ± Ne. Kuantisas
i muatan listrik
kadangkala tidak teramati karena biasanya N memiliki harga yang sangat besar, se
perti misalkan
pada batang plastik yang digosokkan pada kain wol maka akan berpindah sejumlah e
lektron
sebanyak sekitar 1010 . Sedangkan proses berkurang atau bertambahnya elektron pa
da suatu benda
disebut dengan ionisasi. Besarnya satuan dasar muatan listrik e adalah
e =
1,60×10-19 C
Modul Fisika: Listrik Statis

Gambar 3. Model atom sederhana


Massa proton dan netron besarnya hampir sama, dan massanya 1840 kali massa elekt
ron. Jadi,
praktis seluruh massa atom terpusat di intinya. Karena satu kilomol hydrogen ber
atom tunggal terdiri
atas 6,02x1026 partikel (bilangan Avogadro) dan massanya 1,008 kg, maka massa at
om hydrogen
adalah
1,008 kg -27
mhidrogen ==
1,67x10 kg
6,02x1026
Atom hydrogen adalah satu-satunya pengecualian dari dalil bahwa setiap atom terd
iri dari 3 macam
partikel subatom. Inti atom hydrogen hanya sebuah proton, dikitari oleh satu ele
ktron dan selebihnya
merupakan massa atom hydrogen, (1/1840) bagian adalah massa elektron dan selebih
nya merupakan
massa proton. Dinyatakan dengan tiga angka penting maka massa elektron adalah
1,67x10-27 kg -31
Massa elektron ==
9,11x10 kg
1840
1,67 10-27
Massa proton =
x kg
Karena massa proton dan massa neutron hampir sama, maka
1,67 10-27
Massa neutron = =
x kg
Dalam susunan berkala atom (tabel periodik), setiap unsur ditulis dalam satu kot
ak dan di bagian
bawahnya terdapat bilangan yang menyatakan nomor atom.
Nomor atom menunjukkan banyaknya proton dalam inti, atau, dalam
keadaan tidak terusik, merupakan banyaknya elektron di luar inti .
Bila jumlah total proton sama dengan jumlah total elektron, maka benda yang bers
angkutan sebagai
suatu keutuhan netral secara listrik.
Ketika kita ingin melebihkan muatan negatif pada suatu benda, hal ini dapat dila
kukan dengan dua
cara, yakni cara pertama: tambahkan muatan negatif pada benda netral, atau cara
ke dua:
mengambil sejumlah muatan positif pada benda tersebut. Begitu pula, kalau muatan
positif
Modul Fisika: Listrik Statis
ditambahkan atau bila muatan negatif dikurangkan, maka akan terjadi kelebihan mu
atan positif.
Dalam kebanyakan kejadian, muatan negatiflah (elektron) yang ditambahkan atau di
kurangi, dan
benda yang disebut bermuatan positif adalah benda yang jumlah normal muatan elektr
onnya
berkurang. Yang dimaksud dengan muatan suatu benda adalah muatan lebihnya, dibandi
ngkan
dengan jumlah muatan positif atau negatif dalam benda itu, muatan lebih tersebut
jumlahnya jauh
lebih sedikit.
Pada benda padat, inti cenderung berada pada posisi yang tetap, sementara elektr
on bergerak cukup
bebas. Pemberian muatan pada benda padat dengan cara menggosok bisa dijelaskan s
ebagai
perpindahan elektron dari satu benda ke benda yang lainnya. Penggaris plastik me
njadi bermuatan
negatif ketika digosok dengan handuk kertas, perpindahan elektron dari handuk ke
plastik membuat
handuk bermuatan positif yang sama besarnya dengan muatan negatif yang didapat o
leh plastik.
Biasanya muatan pada ke dua benda hanya bertahan dalam waktu yang terbatas dan a
khirnya ke dua
benda kembali ke-keadaan netral.

Gambar 4. Sebuah molekul polar H2O, mempunyai muatan yang


berlawanan pada ujung yang berbeda
Pertanyaan yang muncul dalam benak kita adalah ke mana muatan itu pergi?. Dalam
beberapa
kasus, hal ini dinetralkan oleh ion-ion bermuatan di udara (misalnya, oleh tumbu
kan dengan partikelpartikel
bermuatan, yang dikenal sebagai sinar kosmik dari ruang angkasa yang mencapai bu
mi). Hal
yang penting diketahui, bahwa muatan dapat lepas ke inti air yang ada di udara.
Ini karena molekulmolekul
air adalah polar, sehingga eleKtron-elektron ekstra pada penggaris plastik, dapa
t lepas ke
udara karena di tarik menuju molekul-molekul positif air, seperti yang ditunjukk
an dalam Gambar 4.
Di sisi yang lain, benda-benda yang dimuati secara positif, dapat dinetralkan ol
eh hilangnya elektronelektron
air dari molekul-molekul udara ke benda-benda bermuatan positif tersebut. Pada u
dara
kering, listrik statis lebih mudah diperoleh karena udara berisi lebih sedikit m
olekul-molekul yang
dapat berpindah. Pada udara lembab, lebih sulit untuk membuat benda bermuatan ta
han lama.
3. Muatan Konduksi, Induksi
Seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya cara memperoleh muatan list
rik adalah dengan
cara melebihkan salah satu muatan. Ada dua cara yaitu: (1) cara konduksi dan (2)
cara induksi.
Cara Konduksi
Bila sebuah benda logam bermuatan positif disentuhkan dengan benda logam lain ya
ng tidak
bermuatan (netral), maka elektron-elektron bebas dalam logam yang netral akan te
rtarik menuju
logam yang bermuatan positif, seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 5. Karena se
karang logam ke
dua tersebut kehilangan beberapa elektronnya, maka logam ini akan bermuatan posi
tif. Proses
Modul Fisika: Listrik Statis
demikian disebut memuati dengan cara konduksi atau dengan cara sentuhan, dan akh
irnya ke dua
benda memiliki muatan dengan tanda yang sama.

Batang logam netral


Batang logam dimuati dengan
cara sentuhan
Gambar 5. Memberi muatan dengan cara konduksi
Cara Induksi
Bila benda bermuatan positif didekatkan pada batang logam yang netral, tetapi ti
dak disentuhkan,
maka elektron-elektron batang logam tidak meninggalkan batang logam, namun elekt
ron-elektron
tersebut bergerak dalam batang logam menuju benda yang bermuatan, dan meninggalk
an muatan
positif pada ujung yang berlawanan, seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 6.
Proses seperti Gambar 6. dikatakan, muatan di-induksikan pada ke dua ujung batan
g logam. Pada
proses ini tidak ada muatan total yang dihasilkan pada batang logam, muatan hany
a dipisahkan,
sehingga muatan batang logam tetap nol. Meskipun demikian, jika batang logam dip
otong menjadi
dua bagian, kita akan memiliki dua benda yang bermuatan, satu bermuatan positif
dan yang satunya
bermuatan negatif.

Batang logam netral


Batang logam tetap netral, tetapi dengan
pemisahan muatan
Gambar 6. Memberi muatan dengan cara induksi
Cara lain untuk menginduksi muatan total pada benda logam adalah dengan menghubu
ng-kannya
dengan kawat penghantar ke tanah (ground) sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar 7
(a). (berarti
ground ). Selanjutnya benda dikatakan di-ground-kan atau dibumikan. Karena bumi san
gat besar
dan dapat menyalurkan elektron, maka bumi dengan mudah dapat menerima ataupun me
mberi
elektron-elektron; oleh karena itu, bumi dapat bertindak sebagai penampung (rese
rvoir) untuk
muatan. Jika suatu benda bermuatan, misalnya muatan negatif didekatkan ke sebuah
logam, maka
elektron-elektron bebas dalam logam akan menolak dan beberapa elektron akan berg
erak menuju
bumi melalui kawat (Gambar 7(b)). Hal ini menyebakan logam tersebut bermuatan po
sitif. JIka
sekarang kawat dipotong, logam akan memiliki muatan induksi positif (Gambar 7(c)
), dan setelah
benda negatif dijauhkan, elektron-elektron seluruhnya akan kembali ke logam dan
benda akan netral.
Modul Fisika: Listrik Statis

(b) Mengalirkan muatan ke


(a) Grounding (c ) Benda netral kembali
tanah
Gambar 7. Menginduksi muatan ke sebuah benda yang terhubung ke tanah
4
44.
.. H
HHu
uuk
kku
uum
mm C
CCo
oou
uul
llo
oom
mmb
bb
Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan adanya gaya interaksi antara dua bua
h benda yang
bermuatan listrik, terjadi gaya tarik-menarik antara dua buah muatan yang tidak
sejenis, begitu juga
sebaliknya. Yang menjadi pertanyaan adalah: faktor-faktor apa yang mempengaruhi
besar gaya ini?
Seorang fisikawan Perancis Charles Coulomb (1736 1806) menyelidiki adanya gaya l
istrik pada
tahun 1780-an dengan menggunakan pengimbang torsi. Walaupun peralatan yang khusu
s yang
mengukur muatan listrik tidak ada pada masa Coulomb, ia menyiapkan bola-bola kec
il dengan
muatan yang berbeda dan rasio kedua muatan diketahui. Hasil eksperimennya menyim
pulkan bahwa:
1. Gaya interaksi antara dua muatan se-banding dengan hasil kali dua muatan.
2. Gaya interaksi antara dua muatan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak ant
ara ke dua
muatan (Gambar 8)
Gambar 8. Dua buah muatan berjarak R
Secara matematis hasil pengamatan secara eksperimen dapat dinyatakan dengan pers
amaan :

Q1Q2
F =k (1)
R2
dengan k adalah konstanta pembanding yang besarnya (8,988 x 109) N.m2/C2 (biasan
ya dibulatkan
menjadi 9 x 109 N.m2/C2 ).
Gaya F pada hukum Coulomb menyatakan besar gaya listrik yang diberikan masing-ma
sing benda
bermuatan kepada yang lainnya, dan hukum ini hanya berlaku untuk muatan yang dia
m. Arah gaya
listrik selalu sepanjang garis yang menghubungkan ke dua benda tersebut. Jika ke
dua benda
muatannya sejenis, maka gaya pada masing-masing benda berarah menjauhi muatan (t
olak-menolak).
Sebaliknya jika ke dua benda muatannya tidak sejenis, maka gaya pada masing-masi
ng benda
mempunyai arah menuju benda yang lain (tarik-menarik), seperti yang ditunjukkan
dalam Gambar 9.
Modul Fisika: Listrik Statis

Gambar 9. Arah gaya tergantung jenis muatan (a) sejenis (b) tidak sejenis
Konstanta k seringkali ditulis dalam bentuk besaran yang berhubungan dengan sifa
t kelis-trikan eo
yang disebut dengan permitivitas ruang hampa. Konstanta ini dihubungkan dengan k
=1/4peo.
dengan demikian hukum Coulomb dapat dituliskan
1 Q1Q2
F =

4peoR2
dengan
1 -122 2
eo ==
8,85x10 C / N.m
4pk
Gaya listrik, seperti gaya-gaya yang lain adalah besaran vektor. Suatu besaran v
ektor mempunyai
besar dan arah. Akan tetapi hukum Coulomb yang dituliskan dalam persamaan di ata
s hanya akan
memberikan besarnya gaya. Untuk menentukan arah, perlu menggam-bar diagram dan
menginterpretasikan hubungan dengan muatan secara hati-hati. Ketika menghitung d
engan hukum
Coulomb, kita biasanya mengabaikan tanda muatan-muatan dan menentukan arah berda
sarkan pada
apakah gaya tersebut tarik-menarik atau tolak-menolak.
CONTOH 1
Tentukan besar gaya listrik pada elektron dalam atom hydrogen yang diberikan ole
h satu proton
(Q2 = +e) yang merupakan intinya. Anggap elektron mengorbit proton pada jarak ra
ta-rata r =
0,53x10-10 m
Penyelesaian
Menggunakan hukum Coulomb, dengan r = 0,53x10-10 m, Q1=
Q2 = 1,6x10-19 C, dan dengan mengabaikan tanda-tanda muatan
diperoleh

-19 -19
9 (1,6x10 )(1,6x10 ) -8
F =
9x10 =
8,2x10 N
-10 2
(0,53x10 )

Arah gaya pada elektron adalah menuju proton, karena muatan-muatan tersebut memi
liki tanda
yang berlawanan, sehingga gaya bersifat-tarik menarik.
Modul Fisika: Listrik Statis
Gaya listrik antara partikel-partikel yang bermuatan dalam keadaan diam, seperti
halnya semua gaya
merupakan besaran vektor, gaya ini memiliki besar dan arah. Ketika beberapa gaya
bekerja pada
sebuah benda, misalnya F1, F2, dan seterusnya, maka gaya total Fnet pada benda m
erupakan jumlah
vektor dari semua gaya yang bekerja padanya.
Jika terdapat vektor gaya F1 dan F2 yang tidak segaris kerja, maka gaya total Fn
et tidak dapat
dijumlahkan secara langsung, tetapi harus dijumlahkan secara vektor (ingat opera
si vektor pada
modul Besaran dan Vektor). Cara yang relatif mudah dapat dilakukan dengan metode
analitik yakni
dengan menguraikan masing-masing vektor kedalam dua sumbu yang saling tegak luru
s. Dipilih
penguraian vektor menjadi komponen sepanjang sumbu x dan y, seperti yang ditunju
kkan dalam
Gambar 14.
(a)
(b)
Gambar 14. Penguraian komponen
gaya terhadap sumbu x
dan y
Penguraian fungsi-fungsi trigonometri menurut Gambar 14(b) diperoleh :
F =
F cos .
F =
F cos .
1x11 2x22
F =
F sin.
F =
F sin.
1y11 2y2 2
Penjumlahan komponen-komponen x dan y secara terpisah untuk mendapatkan komponen
gaya
resultan F, adalah
F =
F +
F =
F cos .+
F cos .
x1x2x1 12 2
F =
F +
F =
F sin.-
F sin.
y1y2y1 12 2
Besar F adalah
F =
Fx2 +
Fy2
Arah F ditentukan oleh sudut . yang dibuat F terhadap sumbu x, yang dinyatakan d
engan :
F
tan .=
y
Fx

Penggambaran diagram sangat penting untuk penyelesaian suatu masalah, terutama d


iagram benda
bebas untuk setiap benda, yang menunjukkan semua gaya yang bekerja pada benda te
rsebut. Dalam
menerapkan hukum Coulomb, biasanya hanya berhadapan dengan besar muatan saja (de
ngan
mengabaikan tanda minus) untuk mendapatkan besar setiap gaya. Kemudian tentukan
arah gaya
secara fisik, muatan sejenis tolak-menolak dan muatan tak sejenis tarik-menarik
selanjutnya
gambarkan arah gaya-gaya tersebut pada diagram. Akhirnya jumlahkan gaya-gaya ter
sebut pada
suatu benda secara vektor.
Modul Fisika: Listrik Statis
CONTOH 2

Tiga partikel bermuatan disusun dalam satu garis, seperti


gambar disamping. Tentukan gaya elektrostatik total pada
Q3 yang disebabkan oleh dua muatan yang lain, bila r12 =
30 cm, r23 = 20 cm,
Q1 = -8.10-6 C, Q2 = +3.10-6 C, Q3 = -4.10-6 C.

Penyelesaian
Arah gaya yang bekerja pada muatan Q3 dinyatakan seperti gambar di bawah.

Gaya total pada muatan Q3 merupakan jumlah vektor gaya F31 yang
diakibatkan oleh muatan Q1 dan gaya F32 yang diakibatkan oleh
muatan Q2.

Tanda positif dan negatif pada muatan tidak perlu dimasukkan dalam perhitungan,
tetapi harus
disadari bahwa keberadaanya untuk menentukan arah setiap gaya. Dari gambar tampa
k bahwa
F32 tarik menarik dan berarah ke kiri sedangkan F31 tolak menolak dan berarah ke
kanan.
-6 -6
Q Q (4x10 C).(8x10 C)
31 922
F =
k2 =
9x10 N.m /C 2 =
1,2 N
31 r (0,5m)

-6 -6
Q Q 9 2 2 (4x10 C).(3x10 C)
F =
k 32 =
9x10 N.m /C =
2,7 N32 r2 (0,2m)2
Jika arah kanan F31 dianggap menunjuk ke arah x positif dan arah kiri F32 menunj
uk ke arah
x negatif. Maka gaya total pada muatan Q3 adalah
F =
F -
F =
1,2 N -
2,7 N =-1,5 N
3 31 32
CONTOH 3

Tiga muatan Q1, Q2, dan Q3 tersusun seperti gambar disamping.


Tentukan Gaya elektrostatik total pada muatan Q3, bila r23 = 30
cm, r21=52 cm, Q1 = 86 µC, Q2 = 50 µC, Q3 = 65 µC.
Penyelesaian
Gaya-gaya F31, F32 dan penguraian arahnya ditunjukkan dalam
gambar disamping.
Q3Q1
F =
k2
31
r
-5 -5
9 2 2 (6,5x10 C).(8,6x10 C)
=
(9x10 N.m /C ) =
140 N
(0,6 m)2

-5 -5
Q Q (6,5x10 C)(5x10 C)
32 922
F32 =
k =
(9x10 N.m /C ) =
330 N
r2 (0,3m)2
I.10
Modul Fisika: Listrik Statis
Karena F31 berada pada bidang xy, maka F31 perlu diuraikan terhadap komponen-kom
ponennya
sepanjang sumbu x dan y, sehingga
F =
F cos 300 =
120 N
31X 31
F =
F sin300 =-70 N
31Y 31
Gaya F32 hanya mempunyai komponen y, sehingga gaya total pada muatan Q3 mempunya
i
komponen-komponen :
F =
F =
120 N , F =
F +
F =
(300 -
70)N =
260 N
3X 31X 3Y 32 31Y
Dengan demikian besar gaya total pada muatan Q3 adalah :
F3 =
F2 +
F2 =
(120 N)2 +
(260 N)2 =
290 N
3X 3Y
Sedangkan arah gayanya:
-1 F3Y -1 260 -10
.=
tan =
tan =
tan 2,2 =
65
F3X 120
Vektor gaya listrik dari hukum Coulomb pada Persamaan (1) masih dinyatakan dalam
bentuk skalar.
rr
Tinjau dua partikel bermuatan positif Q1 dan Q2 yang mempunyai vektor posisi r1
dan r2 terhadap
pusat koordinat seperti ditunjukkan oleh Gambar 15. Vektor gaya listrik yang dir
asakan oleh muatan
pertama karena muatan kedua dinyatakan sebagai:
QQ
r1 2
F =
kR
12 212 (3)
R12
5
55.
.. M
MMe
eed
dda
aan
nn L
LLi
iis
sst
ttr
rri
iik
kk
Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan adanya gaya interaksi antara dua mua
tan baik yang
sejenis maupun tidak sejenis. Pada bagian ini akan jelaskan hubungan antara kuat
medan listrik
dengan muatan pada suatu titik, serta menghitung kuat medan listriknya.
Pada umumnya gaya bekerja karena adanya kontak antara dua benda, seperti gaya te
kan atau gaya
dorong yang diberikan pada suatu balok, gaya pada raket tenis ketika memukul bol
a tennis. Namun,
sebaliknya gaya listrik timbul tanpa adanya persentuhan antara ke dua benda, bah
kan gaya listrik
dapat dirasakan pada jarak tertentu, konsep gaya seperti ini relatif sukar untuk
dimengerti sehingga
perlu dikenalkan konsep medan (seperti halnya medan gravitasi Newton). Seorang f
isikawan Inggris
Michael Faraday (1791-1867) adalah orang yang pertama kali mengenalkan konsep me
dan listrik
dengan menyatakan bahwa medan listrik keluar dari setiap muatan dan menyebar ke
seluruh ruang,
seperti Gambar 15. Ketika muatan ke dua diletakkan di dekat yang pertama, ia aka
n merasakan gaya
yang disebabkan oleh adanya medan listrik di tempat itu, misalnya titik P. Medan
listrik pada lokasi
muatan ke dua dianggap berinteraksi langsung dengan muatan ini untuk menghasilka
n gaya.
Bagaimana-pun, harus ditekankan bahwa sebuah medan, bukan merupakan sebuah zat.
Modul Fisika: Listrik Statis
Seperti pernyataan di atas, kuat medan listrik tidak dapat dihitung secara langs
ung, tetapi dapat
dihitung melalui gaya interaksi oleh dua muatan. Oleh karena itu, untuk menentuk
an berapa besarnya
kuat medan listrik oleh suatu muatan di suatu titik, dapat dilakukan dengan cara
meletakkan sebuah
muatan penguji (pengetes), seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.16. Yang dimak
sud muatan
penguji adalah partikel bermuatan yang sangat kecil (muatannya) dengan muatan po
sitif qo, sehingga
gaya yang diberikan tidak mengubah secara signifikan terhadap distribusi muatan
terhadap medan
yang diukur.

Gambar 15. Arah medan listrik di sekitar


muatan Q
Gaya pada muatan penguji positif qo yang kecil, diletakkan pada beberapa titik d
i sekitar muatan
positif Q, seperti yang Gambar 16. Gaya pada titik b sedikit lebih kecil dari ti
tik a karena jaraknya
lebih besar, dan gaya pada titik c lebih kecil lagi. Pada setiap kasus, gaya men
garah secara radial
keluar dari Q, demikian pula bila di setiap titik dalam ruang di sekitar muatan
Q ditempatkan muatan
uji qo maka gaya pada masing-masing titik mengarah secara radial keluar dari Q.
Tetapi bila
muatannya negatif, maka gaya-gaya yang dirasakan oleh muatan penguji positif qo
mempunyai arah
radial masuk kedalam muatan Q negatif.

Gambar 16. Gaya yang diberikan oleh muatan +Q pada sebuah


muatan penguji q, pada titik a, b, dan c
Medan listrik merupakan daerah yang masih merasakan adanya pengaruh gaya listrik
, yang

disebabkan oleh suatu muatan. Medan listrik E pada setiap titik pada ruang didef
inisikan sebagai

vektor gaya F yang dirasakan oleh muatan penguji positif pada titik tersebut dib
agi dengan besar
muatan uji qo :
r
r
FQ
E =
q
=
kR2 R (4)
Modul Fisika: Listrik Statis
Karena kuat medan E seperti halnya gaya F merupakan besaran vektor, maka perhitu
ngan kuat
medan listrik harus selesaikan secara vektor.
Medan listrik di suatu titik yang disebabkan oleh sejumlah muatan titik dapat di
hitung dari jumlah
vektor medan listrik masing-masing muatan, yang secara matematis dinyatakan seba
gai:
rrrr
r
E =
E +
E +
E +L
+
E

123 n
r
n r
n

Q
E =SEi =Sk 2 Ri
i=1 i=1 Ri

CONTOH 5
Dua muatan titik masing-masing -25 µC dan +50 µC terpisah pada jarak 10 cm. Tentukan
:
(a) Besar dan arah medan listrik diantara ke dua muatan pada jarak 2 cm dari mua
tan yang
negatif.
(b) Besar dan arah percepatansebuah elektron jika diletakkan diantara ke dua mua
tan pada jarak
2 cm dari muatan negatif.
Penyelesaian
(a)
Medan E1 dan E2 yang disebabkan oleh muatan Q1 dan Q2 arahnya sama-sama ke kiri.
E1
menunjuk kea rah Q1 dan E2 menunjuk kea rah menjauhi Q2, seperti yang ditunjukka
n dalam
gambar di atas.
Kuat medan listrik pada titik P dapat dihitung dengan cara menjumlahkan secara a
ljabar dari
kedua medan dengan mengabaikan tanda dari muatan tersebut :
QQ Q .
(Q / Q ).
121 21
EP =
k +
k =
k 1+
22 2 .
22 .
r1 r2 r1 .
(r2/ r1) .

(25x10-6 C) .
50/ 25 .
9 22
EP =
(9x10 N.m / C )1+
-22 .2 .
(2x10 m) .
(8/ 2) .

88
1
=
5,6x10 [1+
8 ]
N / C =
6,3x10 N / C
Pengeluaran faktor Q1/ r12 pada baris pertama memungkinkan untuk melihat kekuata
n
relative dari kedua medan yang terlibat, artinya medan Q2 hanya 1/8 dari medan Q
1 (1/9 dari
medan totalnya)
Modul Fisika: Listrik Statis
(b) Elektron akan merasakan gaya ke kanan karena ia bermuatan negtif, sehingga p
ercepatannya
juga akan mengarah ke kanan, dengan besar
-19 8
F qE (1,6x19 C).(6,3x10 N / C) 20 2
a ===
=
1,1x10 m/s
m m 9,1x10-31kg

6
66.
.. P
PPo
oot
tte
een
nns
ssi
iia
aal
ll L
LLi
iis
sst
ttr
rri
iik
kk d
dda
aan
nn E
EEn
nne
eer
rrg
ggi
ii P
PPo
oot
tte
een
nns
ssi
iia
aal
ll
Dalam pelajaran mekanika, kita mendapatkan bahwa konsep energi potensial sangat
berguna. Ketika
kita mengangkat suatu benda dengan massa m setinggi h dekat permukaan bumi, kerj
a yang kita
lakukan menjadi energi potensial mgh dari suatu sistem masa bumi. Jika kita kemu
dian menjatuhkan
benda tersebut, energi potensial ini diubah menjadi energi kinetik. Gaya listrik
antara dua muatan
adalah searah sepanjang garis muatan-muatan dan berbanding terbalik terhadap kua
drat jaraknya,
sama dengan gaya gravitasi antara dua massa. Seperti gaya gravitasi, gaya listri
k adalah konservatif.
Sehingga ada hubungan fungsi energi potensial dengan gaya listrik. Seperti yang
akan kita lihat,
energi potensial partikel dalam suatu medan listrik sebanding dengan muatannya.
Energi potensial
diukur dalam volt dan umumnya disebut tegangan. Dalam kegiatan belajar ini, kita
akan
mendefiniskan fungsi potensial listrik V dan menunjukkan bagaimana menghitung po
tensial dari
distribusi muatan yang diberikan atau dari medan listrik yang diberikan, serta b
agaimana potensial
.

listrik dihubungkan dengan medan listrik E dan energi potensial listrik.


P
PPo
oot
tte
een
nns
ssi
iia
aal
ll L
LLi
iis
sst
ttr
rri
iik
kk d
dda
aan
nn B
BBe
eed
dda
aa P
PPo
oot
tte
een
nns
ssi
iia
aal
ll
.

Secara umum, ketika gaya konservatif F bekerja pada sebuah partikel yang mengala
mi perpindahan
.

dl perubahan dalm fungsi energi potensial dU didefinisikan dengan persamaan:


..

dU =-
F .dl (1)
Kerja yang dilakukan oleh gaya konservatif mengurangi energi potensial (Gambar 1
). Gaya yang
.

digunakan medan listrik E pada muatan q0 adalah:


.
.
=
EqF 0 (2)
.
.
Ketika muatan mengalami perpindahan dl dalam medan listrik E , perubahan energi
potensial
elektrostatik adalah
.
.
=
-
E.dlqdU 0 (3)
Jika muatan dipindahkan dari satu titik awal a ke suati titik akhir b, perubahan
energi potensial
elektrostatiknya adalah
bb
..

.U=
Ub -
Ua =.dU =
-.q0 E.dl (4)
aa
Modul Fisika: Listrik Statis
Perubahan energi potensial sebanding dengan muatan uji q0. Perubahan energi pote
nsial per satuan
muatan disebut beda potensial dV.
Definisi beda potensial
dU ..

dV =
=-
E.dl (5)
q
0
Untuk perpindahan berhingga dari titik a ke titik b, perubahan potensialnya adal
ah
dU b ..

.V =
Vb -
Va =
=-.E.dl (6)
q
0
a
Beda potensial Vb-Va adalah negatif dari kerja per satuan muatan yang
dilakukan oleh medan listrik pada muatan uji positif jika muatan pindah dari
titik a ke titik b.
Seperti dengan energi potensial U, hanya perubahan potensial V sa jalah yang dia
nggap penting. Kita
bebas memilih energi potensial atau potensial nol pada titik yang sesuai, sepert
i yang kita lakukan
untuk energi potensial mekanik. Karena potensial listrik adalah energi potensial
elektrostatik per
satuan muatan, satuan SI untuk potensial dan beda potensial adalah joule per cou
lomb = volt (V).
1 V = 1 J/C (7)
Bumi Muatan Negatif
.l .l
m +q
g E
mg qE
(a) (b)
Gambar 1 (a) Kerja yang dilakukan oleh medan gravitasi pad sebuah massa menguran
gi energi
potensial gravitasi. (b) Kerja yang dilakukan oleh medan listrik pada sebuah mua
tan +q mengurangi
energi potensial elektrostatik.
CONTOH SOAL 1
Medan listrik menunjuk pada arah x positif dan mempunyai besar konstan 10 N/C =
10 V/m.
Tentukan potensial sebagai fungsi x, anggap bahwa V = 0 pada x = 0.
Penyelesaian
.

Vektor medan listrik diberikan dengan E = 10 N/C i = 10 V/m i. Untuk suatu perpi
ndahan
.

sembarang dl , perubahan potensial diberikan oleh persamaan 5.


dU ..
dV =
=-
E.dl= -(10 V/m) i . (dx i + dy j + dz k)

q
0
Modul Fisika: Listrik Statis
= - (10 V/m) dx
Dengan integrasi dari titik x1 ke x2 kita dapatkan beda potensial V(x2) V(x1),

xx
22
V(x2) -
V(x1) =.dV =.
-
(10V /m)dx
xx
11
=-(10V /m)(x2 -
x1) =
(10V /m)(x1 -
x2)
Karena diketahui bahwa potensial nol pada x = 0, kita mempunyai V(x1) = 0 pada x
1 = 0. Maka
potensial pada x2 relatif terhadap V = 0 pada x = 0 diberikan oleh
V(x2) 0 = (10 V/m)(0 x2)
atau
V(x2) = - (10 V/m) x2
Pada titik sembarang x, potensialnya adalah
V(x) = - (10 V/m)x
Jadi potensial nol pada x = 0 dan berkurang 10 V/m dalam arah x.
POTENSIAL OLEH SISTEM MUATAN TITIK
Potensial listrik oleh muatan titik q di pusat dapat dihutung dari medan listrik
, yang diberikan oleh
.
kq .
E =
r (8)
2
r
..
Jika muatan uji q0 pada jarak r diberikan suatu perpindahan dl =
dr r , perubahan energi potensialnya
..

dU =-q0 E.dl , dan perubahan potensial listrik adalah


..
..
kq kq
dV =-
E.dl =-
r.dr r =-
dr (9)
22
rr
dengan integrasi kita dapatkan potensial oleh muatan titik,
kq
V =++V0 (10)
r
dengan V0 adalah konstanta integral.
Biasanya pendefinisian potensial nol ada pada jarak takhingga dari muatan titik
(yaitu pada r = 8).
Kemudian konstanta V0 sama dengan nol, dan potensial pada jarak r dari muatan ti
tik adalah
kq
V=
V =
0 pada r =8
(11)
r
Potensial positif atau negatif bergantung pada tanda muatan q.
Jika muatan uji q0 dilepaskan dari satu titik pada jarak r dari muatan titik q y
ang terletak pada pusat,
muatan uji akan dipercepat keluar dalam arah medan listrik. Kerja yang dilakukan
oleh medan listrik
saat muatan uji bergerak dari r ke 8 adalah

8
88
..
kq kqq
W =.q E.dl =
q .E dr =
q .
r2 dr =
r0 (12)
0 0r0
r rr
Modul Fisika: Listrik Statis
Kerja ini adalah energi potensial elektrostatik sistem dua muatan:
kqq0
U ==
q0V (13)
r
Energi potensial tersebut adalah kerja yang dilakukan oleh medan listrik saat mu
atan uji bergerak
dari r ke 8. Kemungkinan lain, kita dapat menganggap energi potensial sebagai ke
rja yang harus
..

dilakukan oleh gaya terpakai F app =-q0E untuk membawa muatan uji positif q0 dar
i jarak
tekhingga ke jarak r dari muatan titik q (Gambar 2).

Gambar 2 Kerja yang diperlukan untuk membawa muatan uji q0 dari jarak takhingga
ke titik P adalah kqq0/r, dengan r adalah jarak dari P ke muatan q di pusat.
CONTOH SOAL 2
(a) Berapakah potensial listrik pada jarak r = 0.529 x 10-10 m dari proton?
(b) Berapakah energi potensial elektron dan proton pada pemisahan ini?
Penyelesaian:
a). Muatan proton adalah q = 1.6 x 10-19 C. Persamaan 11 memberikan
9 22 -19
kq (8,99x10 N.m / C )(1.6x10 C)
V ==
r 0,529x10-10m

=
27,2 J/C =
27,2 V
b). Muatan elektron adalah e = -1,6 x 10-19 C. Dalam elektron Volt, energi potens
ial elektron
dan proton yang terpisah dengan jarak 0,529 x 1010 m adalah
U = qV = -e(27,2 V) = -27,2 eV
dalam satuan SI, energi potensial adalah
U = qV = (-1,6 x 10 -19 C)(27,2 V) = - 4,35 x 10-18 J
Untuk menentukan potensial pada satu titik oleh beberapa muatan titik, kita mene
ntukan potensial
pada titik tersebut oleh tiap muatan secara pemisahan dan penjumlahan. Hal ini m
engikuti prinsip
.
superposisi untuk medan listrik. Jika Ei adalah medan listrik pada ssuatu titik
oleh qi, medan bersih
Modul Fisika: Listrik Statis
...
.

pada titik tersebut oleh semua muatan adalah E =


E1 +
E 2 +
... =SEi . Kemudian dari definisi
i
.
..

beda potensial (Persamaan 11), kita memiliki untuk perpindahan dl , dV =-


E .dl =

..
..

-
E .dl-
E .dl-
... =
dV +
dV +
.... Jika distribusi muatan berhingga, yaitu jika tidak ada muatan
12 12
di takhingga, kita dapat memilih potensial nol pada takhingga dan menggunakan pe
rsamaan 11 untuk
potensial akibat tiap-tiap muatan titik. Kemudian potensial akibat sistem muatan
titik qi diberikan
oleh
kqi
V=.
(14)
r
i i0
Dengan jumlah tersebut diambil dari seluruh mautan ri0 adalah jarak muatan ke-i
titik P dimana
potensial ditentukan.
CONTOH SOAL 3
Sebuah dipol listrik dari sebuah muatan positif +q pada sumbu z pada z = +a dan
sebuah muatan
negatif q sumbu z pada z = -a (Gambar 3). Tentukan potensial pada sumbu z pada ja
rak yang
jauh dari dipol.
Penyelesaian
Dari persamaan 14, diperoleh
kqi kq k(-q) 2kqa
V =S=+
=

i ri0 z -
az +
a z2 -
aa
Untuk z >> a, kita dapat mengabaikan a2 dibandingkan dengan z2 pada pembagi. Mak
a kita
mempunyai
2kqa kp
V ==
z >>
a
22
zz
dengan p = 2qa adalah jumlah momen dipol.

Gambar 3 Dipol listrik pada sumbu z


ENERGI POTENSIAL ELEKTROSTATIK
Modul Fisika: Listrik Statis
kq
Jika kita memiliki muatan titik q1, potensial pada jarak sejauh r12 dinyatakan d
engan V =
1 . Kerja
r
12
yang diperlukan untuk membawa muatan uji kedua q2 dari jarak sejauh takhingga ke
jarak r12 adalah
kq1q2
W2 =
q2V =
. Untuk membawa muatan ketiga, kerja yang harus dilakukan melawan medan
r
12
listrik yang dihasilkan oleh kedua muatan q1 dan q2. Kerja yang diperlukan untuk
membawa muatan
kqq kqq
31 32
ketiga q3 menuju jarak r13 dari q1 dan r23 dari q2 adalah W3 =+
. Maka total kerja yang
rr
13 23
kq1q2 kq1q3 kq2q3
diperlukan untuk memasang tiga muatan adalah W =++
. Kerja ini adalah
rrr
1213 23
energi potensial elektrostatik sistem muatan tiga titik. Ini bergantung pada uru
tan muatan yang
dibawa ke posisi akhirnya.
Secara umum,

Energi potensial listrik sistem muatan titik adalah energi yang diperlukan untuk

membawa muatan dari jarak takhingga ke posisi akhirnya.


CONTOH SOAL 4
Titik A, B, C, dan D pada sudut bujur sangkar dengan sisi a seperti ditunjukkan
pada Gambar 4.
Berapakah kerja yang diperlukan untuk meletakkan muatan positif q pada tiap sudu
t bujur
sangkar?
Gambar 4 Bujur sangkar dengan sisi a
Penyelesaian
Tidak ada kerja yang diperlukan untuk meletakkan muatan lain berada pada jarak t
akhingga.
kqq
Untuk membawa muatan kedua ke titik B pada jarak a diperlukan kerja W2 =
. Titik C
a
sejauh a dari titik B dan

2 a dari titik A. Potensial pada titik C menuju muatan-muatan pada A


kq kq
dan B adalah VC =+

.
a 2a
Maka kerja yang diperlukan untuk membawa muatan ketiga q ke titik C adalah
kqq kqq
W3 =
qVC =+

a
2a
Modul Fisika: Listrik Statis
Akhirnya kerja yang diperlukan untuk membawa muatan keempat ke titik D ketika ke
tiga
muatan yang lain telah ada adalah
kqq kqq kqq
W =++
aa 2a

Total kerja yang diperlukan utnuk memasang emepat muatan tersebut adalah
4kqq 2kqq (8 +
2 2)kqq
W =
W +
W +
W =+=

total 234
a 2a 2a
Kerja ini adalah energi elektrostatik total distribusi muatan.
PERHITUNGAN POTENSIAL LISTRIK UNTUK DISTRIBUSI MUATAN KONTINU
Potensial listrik oleh distribusi muatan kontinu diberikan oleh:
kdq
V=.
(15)
r
dengan dq = distribusi muatan.
Distribusi muatan dq dapat berupa distribusi muatan pada panjang, luasan, dan vo
lume berturut-turut
dapat dinyatakan sebagai berikut:
dq
.=
dl
dq

s=
(16)
dA
dq
.=

dV
Dengan ., s, dan . berturut-turut adalah rapat muatan persatuan panjang, rapat m
uatan persatuan
luasan, dan rapat muatan persatuan volume.
MENGHITUNG POTENSIAL PADA SUMBU CINCIN MUATAN
Anggap cincin muatan serba sama berjari-jari a dan muatn Q ditunjukkan dalam Gam
bar 5. Dalam
gambar elemen muatan dq diperlihatkan. Jarak dari elemen muatan ini ke titik med
an P pada sumbu
cicncin adalah r =

x2 +
a2 . Karena jarak ini sama untuk semua elemen pada cincin, kita dapat
melepaskan faktor ini dari integral pada persamaan 15. Maka potensial pada titik
P oleh cincin
adalah:
kdq
kdq

22
V ==

x +
a
.
r .

(17)
2k
2 .
kQ
=
dq =

22
x +
a
x +
a
CONTOH SOAL 5
Modul Fisika: Listrik Statis
Cincin jari-jari 4 cm membawa muatan serba sama 8 nC. Partikel kecil dengan mass
a m = 6 mg
= 6 x 10-6 Kg dan muatan q0= 5 nC diletakkan pada x = 3 cm dan dilepaskan. Tentu
kan
kecepatan muatan ketika ia berjarak jauh dari cincin.
Penyelesaian:
Energi potensial muatan q0 pada x = 3 cm adalah
kQq
U =
q0V =
0
22
x +
a
9 22 -9 -9
(8,99x10 N.m / C )(8x10 C)(5x10 C)
=

(0,03 m)2 +
(0,04 m)2
=
7,19x10-6J
Saat partikel bergerak sepanjang sumbu x menjauh dari cincin, energi potensialny
a berkurang
dan energi kinetiknya bertambah. Ketika partikel sangat jauh dari cincin, energi
potensialnya nol
dan energi kinetiknya adalah 7,19 x 10-6 J. Maka kecepatannnya diberikan oleh
12 -6
mv =
7,19x10 J
2

2(7,19x10-6 J)
v =
-6 =
1,55 m/s
6x10 Kg

Gambar 5 Geometri untuk perhitungan potensial listrik di titik P


pada sumbu cincin muatan serba sama berjari-jari a
MENGHITUNG POTENSIAL PADA SUMBU CAKRA MUATAN SERBA SAMA
Sekarang kita akan menggunakan persamaan 17 untuk menhitung potensial pada sumbu
piringan
muatan serba sama. Misalkan cakra mempunyai radius R dan membawa muatan total Q.
Maka
densitas muatan permukaan pada cakra s = Q/pR2. Kita ambil sumbu x sebagai sumbu
cakra dan
memperlakukan cakra sebagai kumpulan muatan cincin. Gambar 6 menunjukkan cincin
berjari-jari a
dan tebal da. Luas cincin ini 2pa.da, dan muatannya adalah dq = s dA = s 2pa.da.
Potensial pada
suatu titk P pada sumbu x oleh elemen cincin muatan ini diberikan oleh persamaan
17:
kdq ks2pada
dV ==

22

22
x +
a
x +
a
Potensial pada sumbu cakra ditentukan dengan integral dari a = 0 ke a = R,
Modul Fisika: Listrik Statis
R R1
ks2pada 22 -
V =.
=
ksp.(x +
a )
2 2ada
22
x +
a0
Integral ini berbentuk .undu dengan u = x2 + a2 dan n = - ½. Sehingga integrasi in
i memberikan:
0
2 2 1/2
(x +
a) a=R
V =
ksp
|a=0
1/2
(18)
1
2 22

=
2ksp[(x +
a) -
x]
22 axr +=
Gambar 6 Geometri untuk perhitungan potensial listrik di titik P
pada sumbu cakra bermuatan serba sama berjari-jari R
MENGHITUNG POTENSIAL DI DALAM DAN DI LUAR KULIT BOLA BERMUATAN
Selanjutnya kita menentukan potensial kulit bola berjari-jari R dengan Q serba s
ama yang
terdistribusi pada permukaan. Kita perhatikan potensial pada semua titik-titik d
i dalam dan di luar
kulit. Karena kulit ini dengan luas terbatas, kita dapat menghitung potensial de
ngan integral langsung
persamaan 15, tetapi integrasi ini agak sulit. Karena medan listrik untuk distri
busi muatan ini mudah
ditemukan dari hukum Gauss, paling mudah untuk menggunakan persamaan 5 untuk men
entukan
potensial dari medan listrik yang diketahui.
Di luar kulit bola, medan listrik adalah radial dan sama jika semua muatan berad
a di pusat:
.
kQ .
E =
2r
r

..
Perubahan dalam potensial untuk suatu perpindahan dl=
dr r di luar kulit adalah
..
..
kQ kQ
dV =-
E.dl =-
2 r.drr =-
2 dr
rr

Ini sama dengan persamaan 9 untuk muatan titik di pusat. Dengan integrasi, kita
mendapatkan
kQ
V =+V0
r
dengan V0 adalah potensial di r = 8. Pemilihan potensial nol di r = 8, kita mend
apatkan
kQ
V =
r > R
r
Modul Fisika: Listrik Statis
Di dalam kulit bola, medan listrik nol. Oleh karena itu perubahan potensial untu
k suatu perpindahan
di dalam kulit adalah nol. Sehingga, potensial harus konstan di setiap tempat di
dalam kulit. Saat r
mendekati R dari luar kulit, potensi mendekati kQ/R. Sebab itu harga konstan V d
i dalam harus kQ/R
untuk membuat V kontinu.
Sehingga, potensial oleh kulit bola diberikan:
.kQ
.
.
.
.=
r
kQ
RV=
=
Rr
Rr
(19)
R
R
R
r
V kQ/R
kQ/r
Gambar 7 Potensial listrik kulit bola bermuatan serba sama
dengan jari-jari R sebagai fungsi r dari pusat kulit.
Menghitung potensial di Dekat Muatan Garis Takhingga
Dalam bab medan listrik, telah didapatkan bahwa medan listrik yang dihasilkan ol
eh muatan garis
takhingga berarah menjauhi garis (jika . positif) dan diberikan oleh Er = 2k ./r
. Kemudian persamaan
5 memberikan perubahan potensial
..
2k.
dV =-
E .dl =-Erdr =-
dr
r
Dengan integrasi kita dapatkan
V =
V0 -
2k.
lnr (20)
Untuk muatan garis positif, garis-garis medan listrik berarah menjauhi garis, da
n potensial berkurang
dengan pertambahan jarak dari muatan garis. Pada harga r yang besar, potensial b
erkurang tanpa
batas. Oleh karena itu potensial tidak dapat dipilih nol pada r = 8. (Juga tidak
dapat dipilih nol di r =
0, karena ln r mendekati 8 saat r mendekati nol). Sebagai pengganti kita pilih V
nol di suatu jarak r =
a. Substitusi ke persamaan 20 dan menetapkan V = 0, kita dapatkan
V =
0 =
V0 -
2k.
lna
atau
V0 =
2k.
lna
Maka persamaan 20 adalah
V =
2k.
lna -
2k.
lnr
atau
r
V =-2k.
ln (21)
a
Modul Fisika: Listrik Statis
Hubungan Medan Listrik dan Potensial Listrik
Hubungan medan listrik dan potensial listrik dalam koordinat rektangular adalah:

..
...
..V .V .V .
E =
-.
V =
-.
..
i+
j+
k.
..
(22)
..x .y .z .

CONTOH SOAL 6
kQ
Bila diketahui fungsi potensial oleh Sumbu Cincin Muatan adalah: V =

22
x +
a
Hitunglah medan listrik pada sumbu Cincin Muatan tersebut dengan menggunakan hub
ungan
medan listrik dan potensila listrik.
Penyelesaian
Dengan menggunakan persamaan 22, kita dapatkan medan listriknya adalah:
..
22 -1/2 .
.V .(kQ[x +
a] )
E =-
i =-
i
.x .x
kQx .
=
i
2 2 3/2
(x +
a)
7
77.
.. K
KKa
aap
ppa
aas
ssi
iit
tto
oor
rr d
dda
aan
nn D
DDi
iie
eel
lle
eek
kkt
ttr
rri
iik
kku
uum
mm
Kapasitor adalah piranti yang berguna untuk menyimpan muatan dan energi. Kapasit
or terdiri dari
dua kondultor yang berdekatan tetapi terisolasi satu sama lain dan membawa muata
n yang sama
besar dan berlawanan. Kapasitor memilik nbanyak kegunaan. Pemberi cahaya kilat p
ada kamera anda
menggunakan suatu kapasitor untuk menyompan energi yang diperlukan untuk meberik
an cahaya
kilat secara tiba-tiba. Kapasitor juga digunakan untuk memperhalus riak yang tim
bul ketika arus
bolak-balik dikonversi menjadi arus searah pada catu daya, sehingga dapat diguna
kan pada
kalkulator atau radio anda ketika baterai tidak dapat digunakan.
KAPASITOR
Jika bola konduktor radius R dalam hampa dimuati, maka potensial bola V adalah
1 q
V =

4pe0 R
atau
q =(4pe0 R)V (23)
Dari persamaan 23 jelas bahwa bila potensial bola dinaikkan, muatan bola akan na
ik sebanding
dengan potensial bola. Tetapan perbandingan ini, yaitu perbandingan antara muata
n dan potensial,
dinamakan kapasitans bola.
Modul Fisika: Listrik Statis
Bila pengertian ini diperluas, untuk setiap sistem konduktor, perbandingan antar
a muatan konduktor
dengan potensialnya dinamakan kapasitans sistem tersebut. Jika suatu sistem yang
terdiri dari dua
konduktor dihubungkan dengan kutub-kutub sumber tegangan, maka kedua konduktor a
kan
bermuatan sama tetapi tandanya berlawanan, dikatakan telah terjadi perpindahan m
uatan dari
konduktor yang satu ke konduktor yang lain. Sistem dua konduktor yang kan bermua
tan sama dan
tandanya berlawanan jika dihubungkan dengan kutub-kutub sumber tegangan, dinamak
an
KAPASITOR.
Bila besarnya muatan kapasitor tersebut masing-masing q dan beda potensial antar
a kedua konduktor
dari kapasitor tersebut VAB, maka kapasitans kapasitor adalah:
q
C = (24)
VAB
Suatu kapasitor diberi simbol seperti Gambar 8, apapun bentuk konduktornya.
Gambar 8 Simbol Kapasitor
Menghitung Kapasitans Kapasitor Keping Sejajar
Kapasitor keping terdiri dari dua keping konduktor sejajar dengan luas masing A,
dan terpisah
dengan jarak d, muatan dari keping sejajar adalah +q dan yang lain q, seperti ter
lihat pada Gambar
9.
+q
-q
d
-+
V
Gambar 9 Kapasitor Keping Sejajar
Kuat medan listrik diantara kedua keeping, bila s adalah rapat muatan bidang ada
lah
Modul Fisika: Listrik Statis
s
q
E ==

e0 Ae0
dV

ingat bahwa E =-
,
dx
bx2
q
dV =-
..

e
A
ax10
q
V -V =-
(x -
x )
ba 21
e0 A
dengan x2 -
x1 =
d, maka diperoleh
q
V =
d
ab e
A

0
atau
Ae0
q =
Vab
d

Dari persamaan 24, maka kapasitans kapasitor keping sejajar luas masing-masing k
eping A, dengan
jarak pemisah d diperoleh:
Ae0
C = (25)
d
Menghitung Kapasitans Kapasitor Bola
Kapasitor bola terdiri dari dua bola sepusat radius R1 dan R2, lihat Gambar 10.
Gambar 10 Kapsitor bola
Untuk R1 =
r =
R2,
Modul Fisika: Listrik Statis
1 q
Er =+
2
4pe0 r

dV
ingat bahwa Er =-

dr
2 R2
1 q
dV =-
dr
..
2
4pe
r
1 R10
q .
11 .
V12 =
..
-..

4pe
RR
0 .
12 .

atau
4pe0
q =
V12
11
-
R1 R2
Jadi dengan mengingat persamaan 24, maka kapasitans dari kapasitor dua bola kons
entris yang
radiusnya R1 dan R2 adalah:
4pe
C =
0 (26)
11
-
R1 R2
Menghitung Kapasitans Kapasitor Silinder
Kapasitor silinder terdiri atas dua silinder sesumbu (koaksial) radius R1 dan R2
serta mempunyai
panjang L (R2 << L). Dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11 Kapasitor Silinder


Untuk R1 =
r =
R2 , Kuat medan listrik Er adalah:
Modul Fisika: Listrik Statis
.
q
Er ==
,
2pe0r 2pe0rL

q
dengan .=

L
2 R2 R2
q
dv =-
E dr =-
dr
.
.
r .

2pe
rL
1
RR 0
11
qR2
V12 =
ln ,
2pe0 LR1
atau
2pe0 L
q =
V12
R
ln
2
R1
Dengan mengingat persamaan 24, maka kapasitans kapasitor silinder radius R1 dan
R2 dengan
panjang L adalah:
2pe0 L
C = (27)
R2

ln
R1
CONTOH SOAL 2.1:
Suatu kapasitor keping sejajar berbentuk bujursangkar dengan sisi 10 cm dan jara
k pemisah 1 mm.
a.
Hitung kapasintansinya
b.
Jika kapasitor ini dimuati sampai 12 V, berapa banyak muatan yang dipindahkan da
ri satu
keping ke yang lain ?
Penyelesaian:
a.
Gunakan persaman 25, sehingga diperoleh kapasintasinya:
Ae0 (0,1 m)2(8,85 pF / m) -11
C ==
=
8,85 x 10 F
d 0,001 m
b.
Dari definisi kapasitansi (persamaan 24), muatan yang dipindahkan adalah:
Q = C V = (8,85x 10-11 F) (12 V) = 1,06 x 10-9 C
CONTOH SOAL 2.2:
Suatu kabel koaksial terdiri dari kabel berjari-jari 0,5 mm dan lapisan kondukto
r terluar dengan jarijari
1,5 mm. Tentukan kapasitansi persatuan panjang.
Penyelesaian:
Dengan menggunakan persamaan 27, kita peroleh:
Modul Fisika: Listrik Statis
2pe
LC 2pe
2p
(8,85 pF / m)
C =
0 --------
=
0 ==
50,6 pF / m
R LR .
1,5 mm .

ln2 ln2 ln..


..
R1 R1 .
0,5 mm .

SAMBUNGAN KAPASITOR
Beberapa kapasitor dapat disambung secara seri, paralel, atau gabungan seri atau
paralel. Sambungan
beberapa kapasitor tersebut dapat diganti dengan satu kapasitor yang sama nilain
ya.
Sambungan Seri
Tinjau tiga kapasitor yang kapasitansinya C1, C2 dan C3, seperti terlihat pada G
ambar 12.

Gambar 12 Tiga kapasitor disambung seri


qqq
V =
V +V +V =++
ab axxy yb
CCC
123
Bila kapasitans ketiga kapasitor setelah dikombinasi secara seri adalah Cs, maka
q .
111 .
Vab ==
q..
+
+..

C CCC
s .
123 .

atau
1111
=++
(28)
CCCC
s 123
Untuk n kapasitor disambung seri, kapasitansi yang senilai Cs adalah:
1=.
n 1 (29)
Cs i=1 Ci
Sambungan Paralel
Tinjau tiga kapasitor yang kapasitansinya C1, C2 dan C3, seperti terlihat pada G
ambar 13.
a b
-q+q
C3
+q -q
C1
-q+q
C2
Vab
Gambar 13 Tiga kapasitor disambung paralel
Modul Fisika: Listrik Statis
Jika kapasitor disambung paralel, beda potensial antara masing-masing kapasitor
samaa, yaitu Vab.
Sedangkan muatan masing-masing kapasitor berlainan besarnya bergantung pada besa
rnya
kapasitans dari kapasitor tersebut.
q1 +
q2 +
q3 =
(C1 +
C2 +
C3)Vab
Bila kapasitans yang senilai dengan ketiga kapasitor tersebut adalah Cp, maka
qtotal =
q1 +
q2 +
q3 =
(C1 +
C2 +
C3)Vab =
CpVab
atau
Cp =C1 +
C2 +
C3 (30)
Untuk n kapasitor disambung paralel, kapasitans ekivalennya adalah:
n
CP =SCi
(31)
i=1
CONTOH SOAL 2.3:
Tiga buah kapasitor tersusun seperti pada Gambar 14, jika C1 = 2,2 x 10-13 F, C2
= 8 x 10-13 F, dan C3
= 8,85 x 10-13 F serta diberi beda potensial sebesar 100 V.
Tentukan:

a. Muatan masing-masing kapasitor


b. Beda potensial antara a dan x, antara x dan b.
Penyelesaian:

Gambar 14 Rangkain contoh 9


a.
Cp = C2 + C3
111
=
+
C
CC
s
1 p
-13 -13
C1Cp C (C +
C ) 2,2x10 F(8 +
8,85)x10 F
12 3
C ==
=

s
-13
C1 +
Cp C1 +
C2 +
C3 (2,2 +
8 +
8,85)x10 F
=
1,95x10-13 F
Muatan total dalam sistem adalah q = CsV = (1,95 x10-13 F ) (100 V)
q = 1,95 x 10-11 C
Muatan masing-masing kapasitor adalah sebagai berikut:
q1 = q = 1,95 x 10-11 C
q2 : q3 = C2 : C3 = 8 : 8,85
q2 = (8/16,85) x 1,95 x 10-11 C = 0,945 x 10-11 C
Modul Fisika: Listrik Statis
q3 = (8,885/16,5) x 1,95 x 10-11 C = 1,046 x 10-11 C
b.
Menentukan Vax dan Vxb
q1 = C1 Vax -.. Vax = {(1,95 x 10-11 C) / (2,2 x 10-13 F)} = 88,6 Volt
Vxb diperoleh dari 100 Volt Vax, sehingga menghasilkan = 11, 4 Volt.
ENERGI KAPASITOR
Jika kapasitor dimuati, maka terjadilah perpindahan muatan dari konduktor dengan
potensial rendah
ke potensial tinggi. Misalkan kapasitor dalam keadaan tak bermuatan dan dimuati
sampai q, beda
q
potensial antara ujung-ujung kapasitor Vab, maka Vab =
.
C
Kemudian untuk menambah muatannya dengan dq diperlukan usaha dW,
q
dW =
Vab .dq =
dq
C
Usaha total untuk memuati kapasitor dari muatan 0 dampai Q adalah W,
QQ 2
q 1 Q
W =
dW =
dq =
..

00 C 2 C
Usaha ini tidak hilang melainkan tetap tersimpan dalam kapasitor menjadi energi
kapasitor. Jadi
energi kapasitor U adalah:
1 Q21 21
U ==
CV =
QV
(32)
ab ab
2 C 22
DIELEKTRIKUM
Dielektrikum adalah bahan yang tidak mempunyai elektron bebas, jika suatu dielek
trikum tidak
dipengaruhi medan listrik, muatan positif dan muatan negatif tidak terpisah, sep
erti terlihat pada
Gambar 15.a.
Jika suatu dielektrikum dipengaruhi medan listrik, maka muatan negatif dalam die
lktrikum akan
ditarik kearah yang bertentangan dengan arah medan listrik, sedang muatan positi
f akan ditarik
kearah yang searah dengan arah medan listrik (Gambar 15.b).
Pengaruh muatan positif dan muatan negatif di dalam dielektrikum saling menetral
kan, sehingga
yang berpengaruh hanyalah muatan yang terdapat dipinggir dielektrikum (Gambar 15
.c).
Dikatakan jika suatu dielektrikum dipengaruhi medan listrik, maka dipinggir diel
ektrikum tersebut
akan terdapat muatan induksi. Dengan adanya muatan induksi pada tepi-tepi dielek
trikum menjadi
lebih kecil jika dibandingkan dengan kuat medan listrik tanpa dielektrikum, kare
na muatan induksi
mengakibatkan medan listrik ke aarah yang bertentangan dengan medan listrik muat
an asli. Misalkan
rapat muatan asli s, sedangkan rapat muatan induksi si, maka kuat medan listrik
dalam dielektrikum
diantara dua keping yang bermuatan berlawanan adalah:
Modul Fisika: Listrik Statis
ssi
E =-
(33)
e0 e0
±±
±
±±±
±±
±
±±±

±±
±
±±±
±±
±
±±±
±±
±
±±±
±±
±
±±±

Gambar 15 Dielektrikum dalam tiga kondisi


Besarnya muatan induksi bergantung pada besarnya kuat medan listrik yang mempeng
arauhinya,
rapat muatan induksi berbanding langsung dengan kuat medan listrik yang mempenga
ruhinya.
si =.
E (34)
Tetapan perbandingan ini dinamakan Suseptibilitas Listrik dielektrikum. Suatu di
elektrikum yang
suseptibilitasnya besar mudah diinduksikan muatan listrik.
s.
E
E =-
e0 e0
.
E s

E +=
e0 e0

.
..s
E.1+
..
=
.
ee
.
0 .
0
Didefinisikan tetapan dielektrikum ke,
.
k=
1+
(35)
e e0

Maka
s
E =
e0ke

Didefinisika permitivitas dielektrikum e,


e
=e0ke (36)
Maka
s
E = (37)
e

Jadi kuat medan listrik dalam dielektrikum sama dengan kuat medan listrik dalam
hampa dengan
mengganti e0 dengan e.
CONTOH SOAL 2.4:
Dua keping sejajar luas masing-masing 1 cm2, jaraknya 2 mm, diantaranya diberi d
ielektrikum
dengan tetapan 5. Kedua keping diberi muatan yang berlawanan sebesar 10-10 C.
Tentukan:
Modul Fisika: Listrik Statis
a. Kapasitans sistem
b. Kuat medan listrik total dalam dielektrikum
c. Rapat muatan induksi
d. Kuat medan listrik oleh muatan asli
e. Kuat medan listrik oleh muatan induksi
Penyelesaian:
-4 -122 2
Ae
Ae
k (10 m)(8,85x10 C / N.m )(5) -12
C ==
0 e =-3 =
2,3x10 F
a. dd 2 x10 m
s
q 10-10 C 4
b. E ===
=
2,3 x10 N / C
-4 -122 2
e
Ae0ke (10 m)(8,85 x10 C / N.m )(5)
c.
.-122 2
k =
1 +
..=
(k -1)e=
(5 -1)(8,85 x10 C / N.m )
ee 0
e0
-122 2

=
3,54x10 C / N.m
-1222 4 -72
si =.
E =
(3,54x10 C / N.m )(2,3 x10 N / C =
8,14x10 C / m
s
q 10-10 C 3
d. E ===
=1,13 x10 N / C
-4 -122 2
e0 Ae0 (10 m)(8,85 x10 C / N.m )
-72
s
8,14 x10 C / m
e. E =
i ==
0,91977 x105 N / C
i -122 2
e0 8,85 x10 C / N.m
Modul Fisika: Listrik Dinamis
I
III
III
II.
.. P
PPE
EEM
MMB
BBE
EEL
LLA
AAJ
JJA
AAR
RRA
AAN
NN 2
22
L
LLi
iis
sst
ttr
rri
iik
kk D
DDi
iin
nna
aam
mmi
iis
ss
Sebuah lampu ketika dinyalakan, maka filament kawat dalam bola lampu terhubungka
n ke suatu
beda potensial yang menyebabkan muatan listrik mengalir pada kawat, yang analogi
dengan beda
tekanan dalam pipa air yang menyebabkan air mengalir melalui pipa. Aliran muatan
listrik
merupakan suatu arus listrik. Arus listrik tidak hanya terjadi dalam kawat pengh
antar saja seperti
yang biasa dikenal, tetapi arus listrik juga mengalir melalui medium yang lain.
Contohnya berkas
elektron yang mengalir dari "electron gun" menuju ke layar dalam sebuah tabung s
inar katoda,
seperti pada monitor, atau suatu berkas ion-ion bermuatan dari pemercepat partik
el. Dalam kegiatan
belajar ini, akan mendefinisikan arus listrik dan menghubungkannya dengan gerak
partikel-partikel
bermuatan, pembahasan resistansi listrik dan hukum ohm, serta meninjau aspek-asp
ek energi dari
arus listrik.
1. Arus Listrik dan Kerapatan Arus
Arus listrik didefinisikan sebagai laju aliran muatan listrik yang melalui suatu
luasan pe-nampang
lintang. Arah arus listrik diperjanjikan sebagai arah gerakan muatan positif. Ji
ka pada suatu
penampang konduktor lewat muatan positif 10 C ke kanan dan muatan negatif 20 C k
e kiri, maka
dikatakan pada penampang tersebut lewat muatan positif sebesar 30 C ke kanan. Be
ntuk sederhana
pernyataan matematis dari definisi arus dituliskan sebagai:
Q
i = (1)
t
tetapi dengan mempertimbangkan besaran-besaran dalam media transmisi (kawat peng
hantar) dan
besaran-besaran grak lainnya, maka perhatikan suatu konduktor dengan luas penamp
ang A yang
dikenai medan listrik E (seperti Gambar 1.). Karena medan listrik E ke arah kana
n maka
menyebabkan muatan-muatan positif dalam konduktor bergerak ke kanan dengan kecep
atan v. Bila
dalam selang waktu dt telah mengalir melewati luasan A sejumlah muatan positif s
ebesar dQ, maka
dQ adalah jumlah muatan total yang terdapat di dalam tabung bervolume (A.v.dt),
dengan v adalah
kecepatan rata-rata partikel pembawa muatan.
Modul Fisika: Listrik Dinamis
Gambar 1. Segmen dari sebuah kawat penghantar arus listrik.
Bila jumlah partikel persatuan volume n, dan muatan tiap-tiap partikel q, maka d
Q =
A.v.dt.n.q.
Kuat arus i yang didefinisikan sebagai jumlah muatan positif yang lewat penampan
g dalam satu
satuan waktu adalah:
dQ
i ==
Avnq (2)
dt
Bila satuan muatan adalah coulomb, dan satuan waktu adalah detik, maka satuan ar
us listrik disebut
ampere (A). Kalau muatan yang lewat terdiri dari bermacam-macam partikel dengan
jumlah partikel
persatuan volume, kecepatan, dan muatan yang berlainan, maka
dQ=
Adt(nvq +
nvq +
...) dan
111 222
i=
dQ
=
ASniviqi (3)
dt
Rapat arus J didefinisikan sebagai kuat arus i dibagi luas penampang A, yaitu
i
J = (4)
A
CONTOH 1
Pada suatu konduktor mengalir arus sebesar 1 A. Berapa coulomb muatan listrik da
n berapa
elektron yang mengalir dalam konduktor selama 1 menit?
Penyelesaian
Dari definisi arus (Pers. 1) didapatkan besarnya muatan listrik yang mengalir se
lama 1 menit (60
sekon):
Q
i =.
Q =
ixt =
1x 60 =
60 C
t
Satu muatan elektron sama dengan satu muatan dasar, sehingga
Q 60 C
Q =
ne .
n ==
e 1,6 x 10-19 C

n =
3,75 x 1020 buah
Modul Fisika: Listrik Dinamis
CONTOH 2
Dalam suatu berkas elektron, terdapat 5 x 106 elektron per sentimeter kubik. Mis
alkan energi
kinetik masing-masing elektron sebesar 10 keV dan berkas berbentuk silinder deng
an diameter 1
mm. (a). berapakah kecepatan elektron?, (b). carilah arus berkas elektron?
Penyelesaian
(a). Kecepatan elektron dapat dihitung dari besarnya energi kinetik masing-masin
g elektron.
Ek =1 mv2
-19
2 1eV =
1,6 x10
,
2 2Ek -31
v =
m =
9,1x 10 kg
elektron
m
3 -19
2.(10.10 1,6x10 )
v2 ==
0,35 ×1016
9,1 x 10-31

v =
0,59 ×108 m/s
(b). Besarnya arus dihitung menggunakan Pers.(2)
i =
Avnq, A = luas penampang = pr2
n = rapat muatan persatuan volume

2
i =
Avnq =
(p
r )vnq
.-32 .
6
..10 ..
8 .
5×10 .-19
i =p..
.(0,59×10 )..
..
(1,6×10 )
.-6
.
2 .
10
..
..
..
i =
3,7 ×10-5 A

2. Konduktivitas dan Resistivitas


Kuat medan listrik yang dikenakan pada kawat konduktor (Gambar 1) umumnya diseba
bkan oleh
adanya beda potensial antara kedua ujung konduktor. Misalkan ada dua jenis bahan
(tembaga dan
besi) yang mempunyai luas penampang dan panjang yang sama serta diberi beda pote
nsial yang sama
pada kedua ujung bahan tadi, maka kemungkinan kedua bahan tersebut mengalirkan a
rus listrik yang
berbeda besarnya. Hal ini disebabkan oleh karena kedua bahan tersebut mempunyai
sifat
penghantaran listrik yang tida sama. Untuk membedakan sifat penghantar arus list
rik dari bahanbahan,
didefinisikan pengertian konduktivitas listrik s sebagai perbandingan antara rap
at arus J
dengan kuat medan listrik E yang menimbulkan arus, yaitu:
J
s=
(5)
E
dV i
Karena E =- dan J =
, maka
dx A
dV
i =
JA =
AsE =-As

dx
Modul Fisika: Listrik Dinamis
i dx =-As
dV (6)
Bila kawat mempunyai panjang L dengan beda potensial antara kedua ujung kawat ad
alah Vab dan s
konstan, maka dengan mengintegrasi Pers.(6) didapatkan:
LVab =
i
As
dengan besarnya L, A, dan s konstan maka bila Vab diperbesar akan mengalirkan ar
us I yang besar
dan sebaliknya, sehingga (L / As) yang merupakan karakteristik kawat yang disebu
t hambatan
listrik/resistansi dari kawat tersebut, dan diberi notasi R,
L
R =
As
(7)
dan
Vab =
iR (8)
Persamaan (8) inilah yang disebut dengan Hukum Ohm. Bila arus i dalam ampere, be
da potensial V
dalam volt, maka hambatan listrik tersebut dinyatakan dalam ohm (O). Satuan kond
uktivitas s
adalah 1/ Om atau mho/m. Kebalikan dari konduktivitas didefinisikan sebagai resi
stivitas .,
sehingga .=
1/ s
dengan satuan O.m (ohm.m). Jadi hambatan listrik dari kawat yang panjang L,
luas penampang A, dan resistivitas . adalah:
L
R =. (9)
A
CONTOH 3
Suatu kawat nikron (resistivitas 10-6 O.m) memiliki jari-jari 0,65 mm. Berapakah
panjang kawat
yang dibutuhkan untuk memperoleh resistansi 2,0 O ?
Penyelesaian:
Dengan menggunakan Persamaan (9), dapat kita peroleh:
-42
L RA (2O)(3,14)(6,5 x10 m)
R =.
--
L ==
=
2,66m
A .
10-6 O.m
CONTOH 4
Hitung ./A dalam ohm per meter untuk kawat tembaga gauge-14, yang berdiameter d
= 1, 63
mm.
Penyelesaian:
Luas penampang lintang kawat gauge-14 adalah
Modul Fisika: Listrik Dinamis
pd 2 p
(0.00163 m)2
-62
A ==
=
2,1x10 m
44
Sehingga
.
1,7 x10-8 O.m -3
==
8,1x10 O
/ m
-62
A 2,1x10 m
Di alam tidak semua bahan mempunyai resistivitas yang selalu memenuhi hukum Ohm,
yang bersifat
linier antara hubungan beda potensial dan arus listrik. Suatu konduktor yang mem
enuhi Persamaan
(8) disebut konduktor linier/ bahan ohmik atau konduktor yang memenuhi hukum ohm
. Hal ini
secara grafik ditunjukkan pada Gambar 2(a). Disamping konduktor yang memenuhi hu
kum ohm, ada
juga konduktor yang tak linier, misalnya konduktor dari tabung vakum (Gambar 2(b
))
Gambar 2. Grafik hubungan antara I (arus) dan V (tegangan).
3. Energi dalam Rangkaian Listrik
Beda potensial yang diberikan pada suatu rangkaian listrik berhubungan dengan en
ergi potensial
listrik yang didapatkan dari sumber energi listrik. Perubahan energi potensial m
enunjukkan kerja
yang dilakukan untuk memindahkan partikel bermuatan dalam rangkaian. Berapa besa
rnya kerja
yang telah dilakukan tersebut? Perhatikan suatu "kotak" yang merupakan sebagian
dari rangkaian
listrik (Gambar 3).

Gambar 3. Kotak hitam yang mewrupakan sebagian dari rangkaian listrik


Arus i masuk ke-kotak pada tegangan Va dan keluar dari kotak pada tegangan Vb (V
a > Vb), sehingga
terjadi aliran muatan dari a ke b. Dalam waktu dt muatan yang masuk pada jepitan
a adalah dq (dq = i
dt), dan dalam waktu yang sama muatan yang keluar dari b adalah dq juga. Jadi da
lam waktu dt ada
Modul Fisika: Listrik Dinamis
perpindahan muatan dq adalah Va ke potensial Vb. Muatan dq ini kehilangan energi
potensial listrik
sebesar dW, dan
dW = dq ( Va Vb ) = i dt Vab (10)
Daya yang dihasilkan oleh perpindahan muatan tersebut,
P =
dt
dW
= i Vab (11)
Bila di dalam kotak hitam ada suatu hambatan listrik sebesar R, maka
P = i2 R (12)
atau
V2
P = ab (13)
R
Tenaga diberikan oleh perpindahan muatan tersebut seluruhnya diubah menjadi pana
s, sehingga
panas yang timbul dalam hambatan R persatuan waktu adalah i2 R. Energi ini diseb
ut dengan energi
yang hilang atau energi dissipasi.
CONTOH 5
Kawat pemanas terbuat dari campuran nikron ( Ni Ci ) panjangnya 10 m dan mempuny
ai
hambatan 24 ohm, dibuat kumparan untuk suatu alat pemanas listrik. Berapakah day
a yang
dihasilkan bila kedua ujung kumparan tersebut dihubungkan pada jaringan listrik
dengan beda
potensial 110 volt ? Bila kawat kumparan diputus di tengah-tengah, dan salah sat
u dari
kumparan setengah panjang ini dihubungkan dengan beda potensial 110 volt. Berapa
kah daya
yang dihasilkan kawat sekarang ?.
Penyelesaian: untuk kumparan yang utuh :
V2 (110 V)2
P = = = 504 watt.
R 24 ohm
Untuk satu kawat setengah panjang :
V2 (110 V)2

P = = = 1008 watt.
R 12 ohm
Dapatkah kita potong terus menerus kawat tersebut untuk mendapatkan daya yang le
bih tinggi ?
4. Gaya Gerak Listrik (GGL) dan Baterai
Untuk memperoleh arus yang konstan dalam konduktor, diperlukan sumber penghasil
energi listrik
yang konstan. Alat yang menyalurkan energi listrik disebut sumber gaya gerak lis
trik atau disingkat
sumber ggl (atau EMF =
electromotive force). Sumber ggl mengubah energi kimia, energi mekanik
Modul Fisika: Listrik Dinamis
atau bentuk energi lainnya menjadi energi listrik. Contohnya adalah baterai yang
mengubah energi
kimia menjadi energi listrik dan sebuah generator yang mengubah energi mekanik m
enjadi energi
listrik.
Sumber ggl melakukan kerja pada muatan yang melewatinya dengan meningkatkan ener
gi potensial
muatan. Kerja per satuan muatan disebut ggl (e) sumber. Ketika muatan .Q. Satuan
ggl adalah volt,
sama seperti satuan untuk beda potensial. Suatu baterai ideal adalah sumber ggl
yang menjaga beda
potensialnya tetap antar kedua terminalnya, tidak bergantung pada laju aliran mu
atan antara mereka.
Beda potensial antar terminal baterai ideal besarnya sama dengan ggl baterai.
Suatu baterai mempunyai EMF 6 volt. Untuk setiap coulomb yang keluar dari batera
i (ketika baterai
dilucuti "discharging"), baterai tersebut mengubah 6 joule energinya menjadi ene
rgi listrik. Jadi
untuk suatu muatan sebesar dq yang dikeluarkan sumber dalam waktu dt, tenaga yan
g diubah
menjadi tenaga listrik adalah dW sehingga EMF e,
dW
e = (14)
dq
dan daya yang dikeluarkan sumber EMF,
P =
dt
dW
=
dt
e
dq
= e
i (15 )
Perhatikan suatu rangkaian yang terdiri dari suatu sumber EMF (e,r) dan hambatan
luar R (Gambar
4).
(e, r)
i
a bR
Gambar 4. Rangkaian yang terdiri dari suatu sumber EMF (e,r) dan hambatan luar R
.
Diperjanjikan arah EMF di dalam sumber adalah dari kutub negatip ke kutub positi
p, sedangkan
diluar sumber dari kutub positif menuju kutub negatif. Panas yang dalam hambatan
R persatuan
waktu adalah (r i2), sedang tenaga yang diubah menjadi tenaga listrik persatuan
waktu adalah (e
I).
Jadi
e
i = R i2+ r i2 (16)
e

atau i = (17)
R +r
Tegangan Vab sepanjang R disebut tegangan jepit yang besarnya
Vab = Va -Vb=iR (18)
Suatu rangkaian tertutup yang satu sumber EMF (e,r) berupa baterai dan sebuah mo
tor yang
dihubungkan seri dengan hambatan luar R (Gambar 5).
Modul Fisika: Listrik Dinamis
(e, r)
i
+

(e , r ) R
Gambar 5. Rangkaian tertutup yang satu sumber EMF (e
, r ) berupa baterai
dan sebuah motor yang dihubungkan seri dengan hambatan luar R.
Pada sumber EMF berupa baterai muatan yang bergerak menghasilkan daya listrik da
ri baterai, pada
motor dihasilkan daya mekanis, dan pada hambatan-hambatan r, r , dan R daya panas.
Jadi bila (e I)
adalah daya mekanis yang timbul pada motor, maka daya yang dikeluarkan oleh sumb
er EMF baterai
e i = R i2 + r
i2 + r i2 + e i (18)
dan arus yang mengalir dalam rangkaian
e
-e' Se
i ==
(19)
R +
r +
r'
S
R
CONTOH 6
Sebuah resistansi 11 .
dihubungkan ke sebuah baterai yang memiliki ggl 6 V dan resistansi
internal (hambatan dalam) 1 O. Tentukan:
a. Arus
b. Tegangan terminal baterai
c. Daya yang dihantarkan oleh ggl
d. Daya yang dihantarkan ke resistansi eksternal.
Penyelesaian:
a.
Dari Persamaan 16, arus
e
6V
I ==
=
0,5 A
R +
r (11+1)O

b. Tegangan baterai
Va -Vb =e
-
Ir =
6V -
(0,5 A)(1O) =
5,5V
c. Daya yang dihantarkan oleh sumber ggl
P =e
I =
(6V )(11O) =
3W
d. Daya yang dihantarkan ke resistansi eksternal
I 2 R =
(0,5 A)2(11O) =
2,75W
Modul Fisika: Listrik Dinamis
5
55.
.. R
RRa
aan
nng
ggk
kka
aai
iia
aan
nn A
AAr
rru
uus
ss S
SSe
eea
aar
rra
aah
hh
Dalam kegiatan belajar ini, akan dianalisa beberapa rangkaian sederhana yang ter
diri dari baterai,
hambatan (resistor) dan kapasitor dalam berbagai kombinasi dengannya kita akan m
emperoleh nilai
V dan I dan nilai lain yang diperoleh dari rangkaian tersebut. Rangkaian demikia
n disebut dengan
rangkaian arus searah (DC), karena arus yang mengalir dalam rangkaian tersebut s
elalu memiliki
arah yang sama.
a. Kombinasi Resistor
Kombinasi Seri
Dua atau lebih resistor yang dihubungkan sedemikian rupa sehingga muatan yang sa
ma harus
mengalir melalui keduanya dikatakan bahwa resistor itu terhubungkan secara seri.
Resistor R1 dan R2
pada Gambar 6.a merupakan contoh resistor yang dihubungkan seri. Karena muatan t
idak terkumpul
pada satu titik dalam kawat yang dialiri arus konstan, jika suatu muatan .Q meng
alir ke R1 selama
interval waktu tertentu, sejumlah muatan .Q harus mengalir keluar R2 selama inte
rval waktu yang
sama. Kedua resitor haruslah membawa arus I yang sama. Kita sering menyederhanak
an analisa
rangkaian dari resistor yang tersusun secara seri dengan menggantikan resitor te
rsebut dengan
resistor tunggal ekivalen Req yang memberikan tegangan jatuh V yang sama ketika
membawa arus I
yang sama (lihat Gambar 6.b). Tegangan jatuh pada R1 adalah IR1 dan yang jatuh p
ada R2 adalah IR2.
Tegangan jatuh pada kedua resistor adalah sama jumlah tegangan jatuh pada masing
-masing resitor:
V = IR1 + IR2 = I (R1 + R2) (20)
Dengan membuat tegangan jatuh sama dengan IReq, maka diperoleh:
Req = R1 + R2 (21)
Jadi, resitansi ekivalen untuk resistor yang tersusun seri adalah penjumlahan re
sistansi awal. Ketika
terdapat lebih dari dua atau lebih resistor yang disusun secara seri, resistansi
ekivalennya adalah:
Req = R1 + R2 + R3+ . . . (22)

Gambar 6. (a) Dua resistor disusun seri membawa arus yang sama.
(b) Resistor-resistor pada (a) dapat digantikan oleh resistor ekivalen Req = R1
+ R2 yang memberikan
tegangan jatuh total yang sama ketika membawa arus yang sama seperti dalam (a)
Modul Fisika: Listrik Dinamis
Resistor Paralel
Dua resistor yang dihubungkan seperti dalam Gambar 7.a sedemikian rupa sehingga
memiliki beda
potensial yang sama antara keduanya yang dikatakan bahwa mereka dibungkan secara
paralel. Catat
bahwa resistor-resistor dihubungkan pada kedua ujungnya dengan sebuah kawat. Mis
alkan I adalah
arus dari titik a ke b. Pada titik a arus terpecah menjadi dua bagian, I1 dalam
resistor R1 dan I2 dalam
resistor R2. Arus total adalah jumlah arus-arus tadi:
I = I1 + I2 (23)
Misalkan V = Va Vb adalah tegangan jatuh pada kedua resistor. Dalam bentuk arus
resitansi,
V = I1R1 = I2R2 (24)
Resistansi ekivalen dari kombinasi resistor paralel didefinisikan sebagai resita
nsi Req tersebut, di
mana arus total I menghasilkan tegangan jatuh V (Gambar 7.b),
Req =V (25)
I
Dengan memecahkan Persamaan ini untuk I dan dengan menggunakan I = I1 + I2, kita
dapatkan
V
I ==
I1 +
I2 (26)
R
eq
Tetapi menurut Persamaan 24, I1 = V/R1 dan I2 = V/R2. Persamaan 26 lalu dapat di
tulis menjadi:
V VV
I ==+
(27)
Req R1 R2
Resistansi ekivalen untuk dua resistor paralel dengan demikian dapat ditulis men
jadi:
1 11
=+
(28)
R RR
eq 1 2
Hasil ini dapat diperluas untuk beberapa kombinasi resistor lebih dari dua buah
yang disusun secara
paralel, sehingga Persamaan umumnya dapat ditulis menjadi:
1 111
=+
+
+
... (29)
R RRR
eq12 3

Gambar 7. (a) Dua resistor disusun parallel (b) resitor ekivalen Req dari susuna
n (a)
Modul Fisika: Listrik Dinamis
CONTOH 7
Resistor 4O dan 6O disusun paralel tampak pada Gambar 8, dan dikenakan beda pote
nsial 12 V
pada kombinasi tersebut.
Tentukan:

a. resistansi ekivalen
b. arus total
c. arus pada masing-masing resistor
d. daya yang didisipasi oleh masing-masing resistor.
II2
1IO4O6V12Gambar 8. Dua resistor disusun secara paralel pada suatu beda potensial
12 V
Penyelesaian
a.
Pertama, kita hitung resistansi ekivalen dari Persamaan 29,
1113 25
=+=
+
=

R4O
6O
12O
12O
12O
eq
Req =
12O=
2,4O

5
V 12V

b.
Sehingga arus totalnya: I ==
=
5A
Req 2,4O

c.
Kita peroleh arus pada masing-masing resistor dari fakta bahwa tegangan jatuhnya
adalah 12
V pada masing-masing resistor (Persamaan 24). Dengan menyebut arus pada resistor
4.
dengan I1, dan pada resistor 6O dengan I2, kita dapatkan
V =
IR =
I (4O) =
12V
11 1
12V
12V
I1 ==
3A dan I2 ==
2A
4O
6O

d.
Daya yang didisipasikan dalam resistor 4O adalah:
P =I2R =
(3A)2(4O) =
36 W
Daya yang didisipasikan dalam resistor 6O adalah:
P =
I2R =
(2A)2(6O) =
24 W
Daya ini berasal dari sumber ggl yang menjaga beda potensial 12 V pada kombinasi
resistor.
Daya yang dibutuhkan untuk mengalirkan arus 5 A pada 12 V adalah :
P =
IV =
(5A)(12V) =
60 W
Modul Fisika: Listrik Dinamis
CONTOH 8
Tentukan resistansi ekivalen antara titik a dan b untuk kombinasi resistor yang
ditunjukkan oleh
Gambar 9.

Gambar 9. Jaringan resistor untuk contoh soal 2.2


Penyelesaian:
Untuk mengerjakan permasalahan di atas maka kita harus dapat menyederhanakan dul
u
rangkaian pada Gambar 9 menjadi Gambar 10.a, 10.b, dan 10.c. Sehingga diperoleh:

Gambar 10. Rangkaian penyederhanaan dari


gambar 9
1113 14
=+
=
+
=
(Gambar 10.a)
R'eq 4O
12O
12O
12O
12O

R '
eq =
12O=
3O
4

'' '
R eq =
5O+
R eq =
5O+
3O=
8O
(Gambar 10.b)
1 11114
=+
=+=
(Gambar 10.c)
''' ''
R eq 24O
R eq 24O
8O
24O

24O
'''
R eq ==
6O

4
Jadi resistansi ekivalen antara titik a dan b adalah 6 .
Modul Fisika: Listrik Dinamis
5. Hukum Kirchhoff
Pada Gambar 11 memberikan satu contoh dari rangkaian. Kedua resistor R1 dan R2 p
ada rangkaian
ini terlihat seperti dihubungkan secara paralel, padahal tidak demikian. Teganga
n jatuh pada kedua
resistor tersebut tidaklah sama, karena adanya ggl (gaya gerak listrik) e2 yang
diserikan dengan R2.
Juga karena arus yang mengalir pada R1 dan R2 tidaklah sama, maka R1 dan R2 juga
tidak dapat
dikatakan dirangkai secara seri.
+
-+
-
R2
R11e2e
R3
Gambar 11. Suatu contoh rangkaian sederhana yang tidak bisa dianalisa dengan men
gganti
kombinasi resitor seri atau paralel dengan resistansi ekivalen mereka.
Ketika suatu rangkaian tidak dapat dibentuk menjadi rangkaian sederhana dengan k
ombinasi seri
dan/ atau paralel untuk menentukan arus yang mengalir dalam rangkaian, maka dapa
t digunakan
hukum-hukum yang dikemukakan oleh G.R. Kirchhoff (1824 1887). Hukum Kirchhoff meru
pakan
aplikasi sederhana dari hukum kekekalan momentum dan energi. Ada dua hukum yang
berlaku bagi
rangkaian yang memiliki arus tetap (tunak) kedua hukum ini yaitu:
1. Pada setiap rangkaian tertutup, jumlah aljabar dari beda potensialnya harus s
ama dengan nol.
2.
Pada setiap titik percabangan jumlah arus yang masuk melalui titik tersebut sama
dengan
jumlah arus yang keluar dari titik tersebut.
Hukum pertama Kirchhoff juga bisa disebut hukum simpal, karena pada kenyataannya
beda
potensial di antara dua titik dalam satu rangkaian pada keadaan tunak selalu kon
stan. Hukum ini
didasarkan pada kekekalan energi.
Hukum kedua Kirchhoff, dikenal dengan hukum percabangan, karena hukum ini memenu
hi
kekekalan muatan. Hukum ini diperlukan untuk rangkaian multisimpal yang mengandu
ng titik-titik
percabangan ketika arus mulai terbagi. Pada keadaan tunak, tidak ada akumulasi m
uatan listrik pada
setiap titik dalam rangkaian, dengan demikian jumlah muatan yang masuk di dalam
setiap titik akan
meninggalkan titik tersebut dalam jumlah yang sama.
I2
1I
I3
Gambar 12. Ilustrasi dari hukum Kirchhoff tentang titik percabangan. Arus I1 yan
g mengalir melalui
titik a sama dengan jumlah I2 + I3 yang mengalir keluar dari tiik a.
Modul Fisika: Listrik Dinamis
Gambar 12 menunjukkan suatu titik percabangan dari 3 buah kawat yang dialiri aru
s I1, I2, dan I3.
Dalam rentang waktu .t, muatan I1.t mengalir melalui titik percabangan dari arah
kiri. Dalam
rentang waktu .t juga, muatan I2.t dan I3.t bergerak kearah kanan meninggalkan t
itik percabangan.
Karena muatan tersebut bukan berasal dari titik percabangan dan tidak juga menum
puk pada titik
tersebut dalam keadaan tunak, dengan demikian muatan akan terkonversi dititik pe
rcabangan tersebut
yaitu:
I1 = I2 + I3 (30)
Gambar 13 memperlihatkan sautu rangkaian yang terdiri dari 2 buah baterai dengan
hambatan dalam
r1 dan r2 beserta 3 buah resistor luar. Kita mengharapkan dapat menentukan arus
yang mengalir
dalam rangkaian tersebut sebagi fungsi dari ggl dan hambatan, yang kita anggap n
ilainya telah
diketahui. Kita tidak dapat memperkirakan arah arusnya kecuali kita telah menget
ahui baterai mana
yang memiliki nilai ggl terbesar, namun sebenarnya kita tidak perlu mengetahui a
rah arus dalam
rangkaian untuk menganalisisnya. Kita dapat menganggap arus mengalir ke arah man
a saja, dan
memecahkan persoalan tersebut berdasarkan suatu asumsi. Jika asumsi kita salah,
kita akan
memperoleh nilai arus yang negatif, yang menandakan bahwa arah arus sebenarnya b
erlawanan arah
dengan asumsi semula.
2R1r3R2r1R
1e2eGambar 13. Rangkaian berisi dua baterai dan tiga
resistor eksternal tanda plus minus pada reistor
digunakan untuk mengingatkan kita sisi mana pada
tiap resistor yang berada pada potensial lebih tinggi
untuk arah arus yang diasumsikan.
Dengan menganggap bahwa arus I mengalir searah jarum jam, seperti yang terlihat
pada gambar,
maka dengan menggunakan hukum pertama Kirchhoff saat kita melintas simpal dengan
arah yang
telah diasumsikan semula berawal dari titik a. Tinggi rendahnya potensial pada s
isi resistor untuk
arah yang dipilih ditandai dengan tanda plus dan minus pada gambar. Turun naikny
a potensial
dipelihatkan pada Tabel 1. Perhatikan bahwa potensial turun saat kita melintasi
sumber ggl pada titik
c dan d dan potensial naik saat kita melintasi sumber ggl antara f dan g. Mulai
dari titik a dengan
menerapkan hukum Kirchhoff 1, kita peroleh:
-IR1 IR2 e2 Ir2 IR3 + e1 Ir1=0 31)
dengan demikian untuk arus I kita peroleh:
e1 -e2
I = (32)
R +
R +
R +
r +
r
1 2 312
Modul Fisika: Listrik Dinamis
Tabel 1. Perubahan potensial antara titik yang ditandai
pada rangkaian dalam Gambar 8
a .. b Berkurang IR1
b .. c Berkurang IR2
c .. d Berkurang e2
d .. e Berkurang Ir2
e .. f Berkurang IR3
f .. g Bertambah e1
g .. h Bertambah Ir1
Ingat bahwa jika e2 lebih besar daripada e1, kita peroleh nilai negatif untuk ar
us I, yang menunjukkan
bahwa kita telah mengasumsikan arah I yang salah. Yaitu, jika e2 lebih besar dar
ipada e1, arus akan
berlawanan dengan arah jarum jam.
Kita dapat menghitung keseimbangan energi dalam rangkaian ini dengan menyusun ke
mbali
Persamaan 21 dan mengalikan setiap terminal dengan I:
e1I = e2I + I2R1 + I2R2 + I2r2 + I2R3 + I2r1 (33)
Suku e1I adalah laju di mana baterai 1 menimbulkan energi ke dalam rangkaian. En
ergi ini berasal
dari energi kimia internal baterai. Suku e2I adalah laju di mana energi listrik
diubah menjadi energi
kimia dalam baterai 2. Suku I2R1 adalah laju di mana panas joule dihasilkan dala
m resistor R1.
Dengan cara yang sama, suku-suku untuk resistansi lainnya memberikan laju pemana
san joule di
dalamnya.
CONTOH 9
Suatu baterai dengan e = 20 volt, r = 0,5 ohm, dihubungkan seri dengan suatu mot
or yang
bekerja pada tegangan EMF e = 12 volt (ini bukan tegangan jepit motor) dan hambat
an dalam
motor r = 1 O. Kawat-kawat penghantar memberikan hambatan luar R = 2,5 ohm (Gamba
r 14).
a. Berapa besar arus yang mengalir ?.
b. Berapa tegangan jepit baterai Vab , tegangan jepit motor Vac , tegangan jepit
hambatan luar R,
Vcb ?.
c. Berapa besar panas yang timbul dalam baterai, kotor dan hambatan R dalam sela
ng waktu t =
1 detik ?
d. Berapa kerja listrik yang dihasilkan baterai dan kerja mekanis yang dihasilka
n motor?

Gambar 14. Rangkaian tertutup yang satu


sumber EMF (e , r ) berupa baterai dan
sebuah motor yang dihubungkan seri dengan
hambatan luar R.
Modul Fisika: Listrik Dinamis
Penyelesaian
a.
Arus yang mengalir dalam rangkaian :
e
-e' 20-12
i ==
Amp = 2 Amp.
R +
r +
r' 2,5 +
0,5 +
1
b. Tegangan jepit baterai :
Vab = ( 20 2 x 0,5 ) volt = 19 volt.
Tegangan jepit motor :
Vac= (12 + 2 x 1 ) volt = 14 volt
Tegangan jepit hambatan luar R :
Vcb= 2 x 2,5 volt = 5 volt

c.
Selama 1 detik panas yang timbul,
dalam baterai : W1 = i2 r t = 22 x 0,5 x 1 Joule = 2 Joule,
dalammotor : W2 = 22x 1 x 1 = 4 Joule
dalam hambatan luar R : W3 = 22 x 2,5 x 1 = 10 Joule
d.
Kerja listrik yang dihasilkan baterai selama 1 detik :
Wo= 20 x 2 x 1 Joule = 40 Joule
Kerja mekanis yang dihasilkan motor :
W4= 12 x 2 x 1 = 24 Joule

CONTOH 10
Gambar 15 menunjukkan suatu rangkaian listrik yang terdiri dari dua loop. Besar
hambatan luar,
hambatan dalam, dan sumber-sumber EMF ditunjukkan pada gambar. Tentukan besar da
n arah
arus yang melewati R1 , R2 , dan R3.
e
=
20V ,r =
0O
e=
12V ,r =
0O
1
1
2
2
O=43RO=5 1R
i1
i
3
2 i
=32RO
Gambar 15. Rangkaian perhitungan menggunakan hukum Kirchhoff 1 dan 2
dalam contoh soal 2.4
Penyelesaian
Misalkan arah arus dan arah loop seperti ditunjukkan pada gambar.
LoopI : e1 - i1 R1 + i2 R2 = 0atau
20 5i1
+ 3 i2 = 0 (a)
LoopII : -e1 - i2 R2 - i3 R3 = 0 atau
Modul Fisika: Listrik Dinamis
-12 3i2 -4 i3 = 0 (b)
dan dari hukum Kirchhoff I, S i di titik d adalah nol, yaitu
i1 + i2-i3=0 (c)
Dari Persamaan (a), (b), dan (c ) dapat dicari i1 , i2 , i3 yaitu i1 = 2,213 A,
i2 = 2,979 A, dan i3 =
2,766 A.
Tanda negatif untuk i2 dan i3 berarti bahwa arah arus sebenarnya melawan arah ar
us pada
Gambar 15.
Modul Fisika: Kemagnetan
I
IIV
VV.
.. P
PPE
EEM
MMB
BBE
EEL
LLA
AAJ
JJA
AAR
RRA
AAN
NN 3
33
K
KKe
eem
mma
aag
ggn
nne
eet
tta
aan
nn
Ketika ujung alat testpen berulangkali disentuhkan dengan arus listrik, akan terja
di perubahan sifat
dari ujung alat tersebut. Jika kemudian ujung alat testpen ini didekatkan dengan
paku-paku kecil
maka paku-paku tersebut akan tertarik dan menempel pada ujung testpen. Hal ini m
enunjukkan
bahwa ujung testpen telah mempunyai sifat kemagnetan meskipun kecil. Apa sifat k
emagnetan itu?
Sifat kemagnetan telah dikenal ribuan tahun yang lalu ketika ditemukan sejenis b
atu yang dapat
menarik besi. Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan, orang telah dapat m
embuat
magnet dari besi, baja atau campuran logam lainnya. Telah dibuktikan pula bahwa
arus listrik dapat
menimbulkan medan magnet di sekitar arus listrik tersebut. Magnet banyak digunak
an dalam industri
elektronika seperti TV, mikropon, telepon.
Sebuah magnet selalu mempunyai dua kutub yaitu kutub utara dan kutub selatan. Ji
ka sebuah magnet
batang dibiarkan pada posisi bergantung bebas maka magnet batang selalu sejajar
dengan arah utaraselatan,
seperti ditunjukkan oleh Gambar 1. Ujung magnet yang menunjuk arah utara disebut
kutub
utara dan yang kea rah selatan disebut kutub selatan. Dari percobaan dapat dibuk
tikan bahwa dua
kutub sejenis saling tolak-menolak dan dua kutub tak sejenis tarik-menarik.
Gambar 1. Dua kutub magnet batang
Bila sebuah magnet batang dipotong menjadi dua bagian maka potongannya tidak mem
buat sebuah
kutub utara dan kutub selatan yang terpisah melainkan akan menghasilkan dua buah
magnet yang
masing-masing memiliki kutub utara dan kutub selatan. Demikian pula bila batang
magnet tersebut
dipotong menjadi empat bagian, delapan bagian, atau sembarang bagian maka akan t
erbentuk
sejumlah magnet batang dengan kutub magnet yang saling perpasangan, seperti ditu
njukkan Gambar
2. Hasil percobaan menunjukan bahwa dalam bahan magnet, molekul-molekul bahan me
rupakan
magnet-magnet kecil yang disebut magnet elementer . Karena itulah tidak mungkin mem
isahkan
kutub utara dan kutub selatan suatu bahan magnet.
Modul Fisika: Kemagnetan

Gambar 2. Potongan-potongan magnet.


1. Besaran-besaran medan magnet
Di ruang sekitar bahan magnet terdapat medan magnetik. Hal ini dapat dirasakan k
etika ada magnet
lain yang didekatkan, maka magnet tersebut akan mengalami gaya tarik atau gaya t
olak magnet.
Medan magnet dapat dilukiskan dengan garis-garis yang dinamakan garis-garis gaya
magnet.
Medan magnet adalah medan vektor, artinya besaran yang menyatakan medan magnet a
dalah besaran
()r
Bvektor yaitu vektor induksi magnet
.

Beberapa ketentuan yang terkait dengan garis-garis gaya magnet antara lain (perh
atikan Gambar 3) :
1.
garis-garis gaya magnet keluar dari kutub utara dan masuk ke kutub selatan.
2.
garis-garis gaya magnet tidak berpotongan satu dengan lainnya.
3.
arah medan magnet di suatu titik pada garis gaya magnet adalah arah garis singgu
ng di titik
tersebut.
Gambar 3. Arah garis gaya magnet dan arah medan magnet ()
B
Besar medan magnet (induksi magnet) pada suatu titik dinyatakan dengan jumlah ga
ris-garis gaya
magnet yang menembus satuan luas bidang yang tegak lurus terhadap arah medan mag
net pada titik
tersebut. Jumlah garis-garis gaya magnet dinamakan fluks magnet (f), sedang juml
ah garis-garis
r

gaya magnet persatuan luas disebut rapat fluks magnet atau induksi magnet (B ),
bahkan sering
disebut dengan rapat garis gaya magnet.
Modul Fisika: Kemagnetan

(a) (b) (c )
Gambar 4. (a) Fluks magnet, (b) arah medan magnet tegak lurus terhadap normal lu
asan A, (c )
arah medan magnet membentuk sudut . terhadap nornal luasan A
Fluks magnet (f) secara matematis dituliskan sebagai
rr

f=
B
A
dengan B = induksi magnet
A = luas bidang yang dilingkupi induksi magnet B (m2)
Untuk bidang yang tertembus medan magnet mempunyai arah normal membentuk sudut .
terhadap
medan magnet maka besarnya fluks magnet adalah
f=
B A cos.
(1)
Dalam sistem MKS, satuan fluks magnet adalah weber (Wb), sedang satuan induksi m
agnet adalah
weber/m2, disebut tesla (T). Untuk sistem CGS, fluks magnet dalam satuan Maxwell
(M) sedang
rapat fluks magnet dengan satuan m/cm2 (Gauss), dengan 1 Tesla = 104 Gauss.
CONTOH 1
Ada empat buah kutub magnet P, Q, R dan S. Hasil percobaan menunjukkan bahwa kut
ub P
menarik Q, kutub P menolak R dan kutub R menolak S. Bila S adalah kutub utara, t
entukan
kutub-kutub yang lain.
Penyelesaian
S = kutub utara
Karena R menolak S, maka R mempunyai kutub yang sejenis dengan kutub S sehingga
R =
kutub utara
Karena P menolak R, maka P mempunyai kutub yang sejenis dengan kutub P sehingga
P = kutub
utara
Karena P menarik Q, maka Q mempunyai kutub yang berlawanan dengan kutub P sehing
ga Q =
kutub selatan
Modul Fisika: Kemagnetan
Contoh 2
Sebuah bidang A mempunyai rapat garis gaya sebesar 8 x 10-4 Tesla. Bila luas bid
ang A = 400
cm2 dan sudut antara arah normal bidang A terhadap arah garis gaya = 60o, berapa
kah besar
fluks magnet yang menembus bidang A ?
Penyelesaian

Fluks magnet
rr

f=
B
A =
B A cos .
, . = 60o
f
= BA cos 60o
f = 8.10-4 x 400.10-4 cos 600
f = 16.10-6 weber
2. Medan magnet di sekitar arus listrik
Saat ini sifat kemagnetan tidak hanya dimiliki oleh bahan magnet permanen saja,
kawat berarus
listrik ternyata dapat juga menghasilkan sifat kemagnetan walaupun tidak permane
n. Oersted adalah
orang yang pertama kali dapat membuktikan adanya medan magnet pada kawat yang di
aliri arus
listrik. Arah garis-garis gaya magnet yang dihasilkan kawat berarus listrik dapa
t ditentukan dengan
menggunakan kaidah tangan kanan (perhatikan Gambar 5). Kaidah ini menyatakan bah
wa :
Bila kita menggenggam kawat dengan tangan kanan sedemikian sehingga ibu
jari menunjukkan arah arus, maka lipatan ke empat jari lainnya menyatakan
arah putaran garis-garis gaya magnet.

Gambar 5. Arah garis-garis gaya dengan


kaidah tangan kanan.
CONTOH 3
Suatu kawat lurus diletakkan dengan posisi tegak lurus terhadap bidang gambar (b
uku tulis).
Kemana arah putaran garis-garis gaya magnet dan arah medan magnet yang ditimbulk
an jika :
a. arah arus masuk meninggalkan penggambar
b. arah arus keluar menuju penggambar.
Modul Fisika: Kemagnetan
Penyelesaian
Arah arus listrik yang mengalir dalam
kawat lurus yang menembus bidang
gambar disimbolkan dengan untuk arus
masuk, dan simbol untuk arus yang
keluar bidang gambar menuju pengamat.
a)
b)
Hukum Biot Savart
Medan magnet di sekitar arus listrik lebih dikenal dengan sebutan induksi magnet
. Pertama kali besar
induksi magnet diselidiki oleh Biot dan Savart sehingga persamaan matematis yang
menyatakan
induksi magnet disebut dengan hukum Biot Savart. Dari pengamatan kedua orang ter
sebut diperoleh
kesimpulan bahwa besarnya induksi magnet pada suatu titik yang ditimbulkan oleh
penghantar
berarus listrik adalah :

sebanding dengan arus listrik


sebanding dengan panjang elemen kawat penghantar
berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara titik tersebut terhadap elemen k
awat
penghantar.
sebanding dengan sinus sudut antara arah arus dengan garis penghubung elemen kaw
at ke
titik yang bersangkutan.
Dengan demikian Persamaan Biot Savart dapat dinyatakan dalam hubungan
ki
dlsin.
dB =
(2)
2
r
dengan,
dB = induksi magnet pada suatu titik yang berjarak r dari elemen penghantar bera
rus.
i = kuat arus yang mengalir dalam penghantar
d = panjang elemen kawat penghantar.
. = sudut yang dibentuk oleh arah arus pada elemen dengan garis penghubung eleme
n ke titik
yang bersangkutan.
r = jarak titik ke elemen kawat penghantar
k = konstanta.

III.5
Modul Fisika: Kemagnetan

Gambar 6. Induksi magnet oleh elemen Kawat berarus listrik.


Besar konstanta k bergantung pada sistem satuan yang digunakan, untuk satuan MKS
besar
konstanta k adalah 10 -7 weber/amp.m. Konstanta k dalam medan magnet analogi den
gan konstanta k
pada listrik statis. Untuk listrik statis, konstanta k mempunyai hubungan dengan
permitivitas
udara/hampa ( eo ) yang dinyatakan dengan
1
k =

4 peo
Sedang untuk medan magnet, konstanta k dihubungkan dengan permeabilitas udara/ha
mpa ( µo )
yang dituliskan dengan
µo
k =

4 p

atau µo = 4 p x 10 -7 weber/amp.m
Medan magnet pada kawat lurus
Suatu kawat penghantar lurus yang sangat panjang ( mendekati tak berhingga) ditem
patkan pada
posisi tegak lurus bidang horisontal dan dialiri arus listrik vertikal ke atas.
Titik P terletak pada
bidang horisontal dan berjarak a dari penghantar (lihat Gambar 7.)
Untuk mendapatkan besar induksi magnet di titik P digunakan Persamaan Biot Savar
t.
Modul Fisika: Kemagnetan

Gambar 7. Kawat penghantar lurus tak berhingga


Ambil elemen d pada kawat penghantar yang berjarak r dari titik P. Sudut yang dib
entuk oleh arah
arus I dengan garis penghubung titik P ke elemen dl adalah (1800 -a), sehingga P
ersamaan Biot
Savart dapat ditulis menjadi
k idl
sin (180 -a)
dB =
2
r
karena sin (180 - a) = sin a, didapat hubungan
k idlsina
dB =2 (3)
r
Untuk mendapatkan penyelesaian dari Persamaan (3), peubah d.
akan diubah menjadi peubah d..
Untuk itu akan dicari terlebih dahulu hubungan antara a dengan ., d dan d.
serta r dengan ..
Hubungan a dan . dapat diperoleh dari segitiga siku-siku POQ
a + . = 900
a
= 90 - .
sin a = sin (900 -.) = cos .

Untuk mendapatkan hubungan d dengan d., digunakan perbandingan sinus dalam segiti
ga sikusiku
PRQ
RQ
sin d.=
.
QP
Untuk sudut d.
yang kecil, berlaku hubungan (sin d. d.) dan karena QP = r, diperoleh
RQ
d.= atau RQ = r d.

r
Dari segitiga siku-siku QES diperoleh
RQ
Sin (90 -.) =
(a)
QS
Karena QS = d., QR = r d. dan sin (90 - .) = cos ., diperoleh
Modul Fisika: Kemagnetan
rd.
dl
=
(b)
cos .
Hubungan r dan .
dapat dicari dengan perbandingan cos . pada segitiga siku-siku POQ
OP a
Cos .= atau cos .=

PQ r
r =
a (c)
cos.
Masukkan (a), (b) dan (c) ke dalam Persamaan (3)
.
rd..
k i ..(cos.
)
k idl
sin a.
cos..
ki
dB =
2 =
2 =
d.
rr r

ki
dB =
cos .
d.

a
.2k i k i .
k i
B =.
cos.
d.=
sin .
|2 .
B =
(sin .2 -sin .1)
.
aa 1a
.
1

Gambar 8. Batasan sudut pada kawat Tak berhingga


Dari Gambar 8. diperoleh hubungan :
. = 900 -a
.a
= 90 - .

ß
= 180 - a.ß = 90 + .
Untuk kawat lurus tak berhingga,
ß1 = 0 ..1 = - 900
ß2 = 180 ..2 = 900
sehingga diperoleh :
Modul Fisika: Kemagnetan
B =
k i [sin 90 -sin (-90)]
a
2ki
B =

a
atau
µ0i
B = (4)
2 p
a
CONTOH 4
Dua kawat lurus panjang dan sejajar dipisahkan pada jarak 0,5 m. Kedua kawat dia
liri arus 3 A
dengan arah saling berlawanan. Berapa besar induksi magnet di titik P yang terle
tak diantara
kedua kawat dan berjarak 0,4 m dari salah satu kawat ?
Penyelesaian
Pada titik P ada dua induksi magnet yakni B1
akibat kawat I dan B2 akibat kawat II.
µ
i4 p.10-7.3
01 -6
B1==
=1,5.10 T
2 p
a2 p.0,4
µ
i4 p.10-7.3
02 -6
B2 ==
=
3.10 T
2 p
b2 p.0,1
Bp = B1 + B2 = 4,5 . 10-6 T
Medan magnet pada kawat melingkar
Kawat membentuk lingkaran dengan radius a dialiri arus listrik searah putaran ja
rum jam. Titik P
terletak pada sumbu kawat lingkran dan berjarak x dari pusat lingkaran.
Modul Fisika: Kemagnetan

Gambar 9. Kawat lingkaran berarus


Ambil elemen kawat d. yang berjarak r dari titik P. Induksi magnet di P oleh ele
men kawat dl
menurut Biot-Savart adalah
µ0 idl
sin .
dB =
4 p r2
Arah arus pada elemen d. merupakan arah garis singgung pada d., sehingga sudut a
ntara arah arus
dengan garis penghubung r adalah 900 (. = 900), maka Persamaan berubah menjadi
µ0 idl
sin900 µ0 idl
dB = 2 = 24 p r4 p r
Arah vektor dB dapat ditentukan dengan kaidah tangan kanan dan dB dapat diuraika
n menjadi dua
komponen yaitu dB sin a dan dB cos dB a. Komponen dB cos a akan saling meniadaka
n dari
masing-masing elemen kawat, sehingga yang tersisa hanya komponen dB sin a.
µ idl
B = dB sin a= 0 sin ap4 p r2
Induksi magnet di P oleh seluruh kawat lingkaran (. = 2 p a) adalah
µ i (2 p a) sin a
Bp = 02
4 p r

µ i a sin a
B = 0
p2 r2
2 22
Bila titik P berjarak x dari pusat lingkaran, maka r =x + a dan sina= a / r sehi
ngga induksi
magnet di titik tersebur adalah
µ0i a2
B =
p 2r3
Modul Fisika: Kemagnetan
µ
i a2
B =
0
p )3/2
2 22
(x +
a
Bila P terletak di pusat lingkaran, maka x = 0 dan induksi magnetnya sebesar
µ0i a2
Bp =

2 a3
µ0i
B = (5) p 2a
Bila kawat lingkaran tersebut berupa kumparan dengan N buah lilitan, maka induks
i magnet di pusat
kumparan adalah
N µ0iB = (6)
p 2a
CONTOH 5
Induksi magnet di pusat lingkaran yang berarus listrik 7,5 A dan jumlah lilitan
40 adalah (2 p x
10-4 ) Tesla. Berapa cm jari-jari lingkaran kawat tersebut ?
Penyelesaian
Induksi magnet di pusat lingkaran berarus
µ0 iN

B =

2a
4p.10-7.7,5. 40

2p
x 10-4 =

2a
a = 300.10-3 m
a = 30 cm

Medan magnet solenoida dan toroida


Solenoida adalah kawat yang dililitkan pada inti yang berbentuk silinder. Besar
induksi magnet di
pusat kumparan solenoida yang panjang  dan jumlah lilitan N adalah
µ0iN
B = (7)
l

Sedang besar induksi magnet di tepi (ujung) solenoida adalah


µ0iN
B = (8
2 l
Modul Fisika: Kemagnetan

Gambar 10. Kumparan solenoida


Toroida adalah kawat yang dililitkan pada inti yang berbentuk lingkaran. Toroida
merupakan
solenoida yang intinya dibengkokkan sehingga membentuk lingkaran. Dengan demikia
n induksi
magnet di penampang kumparan toroida sama dengan induksi magnet di pusat solenoi
da.
µ0iN
B =

dengan
.
= keliling lingkaran inti toroida
. = 2 p a , a = jari-jari efektif toroida
µ0iN
B =
(9)
2 p
a

Gambar 11. Kumparan toroida


CONTOH 6
Sebuah solenoida yang panjangnya 30 cm dan 5 lilitan serta sebuah toroida dengan
jari-jari
efektif 45 cm dialiri arus yang sama besar. Hasil pengamatan menunjukkan induksi
magnet di
pusat solenoida dan di dalam toroida sama besar. Hitunglah jumlah lilitan toroid
a.
Penyelesaian
µ
iN
Solenoida : B =
0s
s l
Modul Fisika: Kemagnetan
µ0 iN
Toroida : B =
t2 p
a
NN
Bs = Bt .
s =

2 p
a
5N
=
30 2 p.45
N = 15 N lilitan
3
33.
.. G
GGE
EER
RRA
AAK
KK M
MMU
UUA
AAT
TTA
AAN
NN L
LLI
IIS
SST
TTR
RRI
IIK
KK d
dda
aal
lla
aam
mm M
MME
EED
DDA
AAN
NN M
MMA
AAG
GGN
NNE
EET
TT
Suatu muatan listrik positip yang bergerak di daerah medan magnet akan mengalami
gaya magnet
yang disebut gaya Lorentz. Secara vektor gaya Lorentz dapat ditulis F
r

=
q (v
r

×
B). Muatan listrik
dengan kecepatan tegak lurus terhadap arah medan magnet menghasilkan gerak melin
gkar, kecepatan
yang sejajar dengan arah medan magnet menghasilkan gerak lurus beraturan, sedang
kecepatan
dengan arah sembarang terhadap arah medan magnet menghasilkan gerak spiral.
Penghantar yang dialiri arus ketika berada dalam medan magnet akan mengalami gay
a Lorentz juga,
hal ini karena arus listrik adalah muatan-muatan listrik yang bergerak.
Gaya pada gerak muatan listrik
r

Suatu muatan listrik positif q bergerak dengan vektor kecepatan v dalam vektor m
edan magnet
r
Bserbasama
. Jika arah kecepatan membentuk sudut . terhadap arah medan magnet, menurut
Lorentz gaya yang bekerja pada muatan listrik tersebut adalah
r
r

F =q (v ×
B)
(10)
yang besarnya dinyatakan sebagai
F = q v B sin .
r

dengan arah gaya tegak lurus terhadap bidang yang dibentuk oleh vektor kecepatan
v dan medan
r

magnet B .

Gambar 12. Gerak muatan dalam


medan magnet
Modul Fisika: Kemagnetan
Arah dari gaya Lorentz pada muatan positif dapat ditentukan dengan kaidah tangan
kanan yang
menyatakan bahwa :
Bila tangan kanan dibuka dengan ibu jari menunjukkan arah gerak muatan
positif (
magnet
r
vr
B
) dan keempat jari lain yang dirapatkan menunjukkan arah medan
, maka telapak tangan menunjukkan arah gaya Lorentz .

Gambar 13. Kaidah tangan kanan


CONTOH 7
Sebuah elektron bergerak di dalam suatu medan magnet serba sama 0,2 Tesla. Arah
gerak
elektron membuat sudut 600 terhadap arah medan magnet. Bila gaya pada elektron s
ebesar 64.1014
N, berapa besar kecepatan gerak elektron tersebut ?
Penyelesaian
Dengan menggunakan gaya Lorentz didapatkan
F =q v B sin.
F 64 3.10-14

v ==
q B sin .
1,6.10-19.0,2 1/2 3

v = 4 x107 m/s
Lintasan gerak muatan listrik
Dalam modul ini akan dibahas gerak muatan listrik yang arah kecepatannya tegak l
urus terhadap arah
medan magnet. Suatu muatan listrik bergerak ke kanan dengan kecepatan
r
v
dalam medan magnet
r
B
yang mempunyai arah masuk ke dalam bidang gambar (lihat Gambar 14.)
Mula-mula muatan berada pada titik A, dengan menggunakan kaidah tangan kanan dip
eroleh arah
gayanya ke atas. Akibatnya muatan akan mengalami gerak melengkung. Sampai di tit
ik C arah
kecepatannya ke atas, diperoleh arah gaya ke kiri yang menyebabkan muatan listri
k bergerak
melengkung kembali. Demikian seterusnya sehingga terbentuk lintasan berupa lingk
aran dan gaya
Lorentz yang terjadi selalu menuju ke titik pusat lintasan tersebut. Karena arah
kecepatan muatan
tegak lurus terhadap arah medan magnet maka besar gaya Lorentz adalah
F = q v B sin 900 ; F = q v B
Modul Fisika: Kemagnetan

Gambar 14. Lintasan muatan listrik


Gaya Lorentz juga merupakan gaya sentripetal
2
F =
mv , R = radius lintasan
R
maka diperoleh hubungan
2
v
m =
qvB
R
sehingga besarnya radius gerak melingkar yang dilakukan oleh suatu muatan q yang
bergerak dengan
kecepatan v arah tegak lurus medan magnet B adalah
R =mv (11)
qB
CONTOH 8
Sebuah partikel bermuatan listrik 1 µC berada dalam medan magnet homogen/ serbasam
a B =
10-4 Tesla. Bila vektor kecepatan partikel tegak lurus medan magnet dan radius l
intasannya 20
cm, tentukan besar dan arah momentum dari partikel tersebut ?
Penyelesaian
Karena momentum adalah hasil kali massa dengan kecepatannya
p = m v
maka Persamaan (11) dapat dituliskan sebagai
p
R =

qB
p =
qBR =
10-6.104.0,2
p =
2.10-11 kgm/s

sehingga besarnya momentum partikel yang bergerak tersebut adalah 2.10-11 kg.m/s
dan arah
momentum sama dengan arah kecepatannya.
Modul Fisika: Kemagnetan
Gaya Lorentz pada kawat berarus
Besar gaya Lorentz yang dialami oleh kawat berarus listrik dalam medan magnet se
banding dengan

kuat arus yang mengalir (i)


panjang kawat ()
besar induksi magnet (B)
sinus sudut antara arah arus dengan arah medan magnet
sehingga dari pernyataan ini dapat dituliskan bentuk matematisnya sebagai
F = I . B sin . (12)
Arah gaya Lorentz adalah tegak lurus terhadap arah arus dan tegak lurus pula ter
hadap medan
magnet. Arah gaya Lorentz pada penghantar berarus dapat juga ditentukan dengan m
enggunakan
kaidah tangan kanan seperti halnya gaya Lorentz pada gerak muatan listrik (ingat
arah arus listrik
searah dengan arah gerak muatan positif). Penerapan gaya Lorentz pada kawat bera
rus dapat
digunakan untuk medan magnet yang serba sama dan medan magnet tak homogen.
Penghantar dalam medan magnet homogen
Suatu penghantar segi empat abcd dialiri arus listrik searah putaran jarum jam b
erada di dalam
medan magnet serba sama dengan arah tegak lurus meninggalkan penggambar (lihat G
ambar 15.).

Gambar 15. Penghantar segi empat


Dengan menggunakan kaidah tangan kanan, diperoleh arah gaya Lorentz pada masing-
masing rusuk,
Fad ke kiri, Fbc ke kanan, Fab ke bawah dan Fdc ke atas. Besar masing-masing gay
a dapat dihitung
dengan Persamaan (11) dengan arus I tegak lurus terhadap medan magnet (sin . = 1
)
F = i l
B
ad ad
F = i l
B
bc bc
Karena .ad = .bc maka Fcd = Fbc dan saling meniadakan. Demikian pula untuk gaya
Fdc dan Fab,
sama besar, bertolak belakang, saling meniadakan sehingga total gaya pada pengha
ntar abcd adalah
nol. Sekarang bagaimana jika posisi penghantar tidak tegak lurus medan magnet. P
ada keadaan ini
Modul Fisika: Kemagnetan
akan ada sepasang gaya yang tidak saling meniadakan meskipun sama besar sehingga
akan
menimbulkan torsi/momen gaya.

Gambar 16. Momen gaya pada penghantar


Dua kawat penghantar sejajar
Dua kawat sejajar menembus bidang V pada titik P dan Q, dialiri arus dengan arah
sama i1 dan i2
serta berjarak a satu sama lainnya (lihat Gambar 17)

Gambar 17. Dua kawat sejajar


Pada titik P terdapat induksi magnet B1 akibat kawat arus i1 dan pada titik Q ti
mbul induksi magnet
B2 akibat arus i2.
µo i1 µo i2
B1 = , B2 =

2 p
a2 p
a
Kawat dengan arus i1 berada di bawah pengaruh medan magnet B2 sehingga pada kawa
t timbul gaya
F1. Sebaliknya pada kawat dengan arus i2 timbul gaya F2 akibat pengaruh medan ma
gnet B1. Terlihat
arah F1 dan F2 dapat dicari dengan Persamaan gaya Lorentz.
F1 = i1 .1 B2
µo i F µo ii
1 112
F =
i l
.=

1 11
2 p
a l12 p
a
Modul Fisika: Kemagnetan
F2 = i2 .2 B1
µo i F µo ii
1 212
F =
i l
.=
(13)
2 22
2 p
a l22 p
a
Terlihat bahwa besar gaya persatuan panjang kawat untuk masing-masing kawat sama
besar dan
saling tarik menarik. Bila arus yang mengalir pada kedua kawat lurus tersebut ti
dak searah maka
gaua yang terjadi adalah gaya tolak menolak.
Dua kawat saling tegak lurus
Suatu kawat lurus panjang berarus listrik i1, berada pada jarak s dari penghanta
r ab (panjang ) yang
dialiri arus i2. Induksi magnet pada penghantar ab akibat kawat lurus panjang me
mpunyai arah masuk
meninggalkan bidang penggambar sehingga gaya Lorentz Fab mempunyai arah sejajar
arah arus i1.
Untuk menghitung besar gaya Fab harus dilakukan operasi pengintegralan mengingat
besar induksi
magnet pada penghantar ab tidak sama besar di setiap posisi (bergantung pada jar
ak). Dari
pengintegralan diperoleh besar gaya Fab
µo ii (s +
l)F =
1 2 ln (13)
ab 2 p
s

Gambar 18. Dua kawat saling


tegak lurus
CONTOH 9

Suatu simpul kawat ABCD berarus listrik i2 = 25 A


dililitkan pada jarak 25 cm dari suatu kawat lurus panjang
yang berarus i1 = 10 A. Berapa besar gaya yang bekerja
pada simpul kawat ABCD dan kemana arahnya ?
Modul Fisika: Kemagnetan
Penyelesaian µoiia +b µoi i
12 12
FDC = ln = ln 3
2 p
a2 p
µoiia +b µoi i
12 12
FAB = ln = ln 3
2 p
a2 p

Gaya FDC dan FAB saling meniadakan.


µoiil 4p.10-7.19.25 0,3
12 -5
FAD = = =
6.10 N
2 p
a2p
0,25
µoiil 4p.10-7.19.25 0,3
12 -5
FBC = = =
2.10
2 p(a +b) 2p
0,75

.FABCD = FAD FBC = 4 x 10-5 N (menjauhi kawat lurus)


Modul Fisika : GGL Induksi
V
VV.
.. P
PPE
EEM
MMB
BBE
EEL
LLA
AAJ
JJA
AAR
RRA
AAN
NN 4
44
G
GGG
GGL
LL I
IIn
nnd
ddu
uuk
kks
ssi
ii
Ketika saudara mencabut staker dari stopkontaknya, kadang-kadang saudara mengama
ti adanya
lecutan kecil. Sebelum kabelnya diputus, kabel tersebut menyalurkan arus, sepert
i yang telah kita
lihat, menghasilkan medan magnetik yang mengelilingi arus tersebut. Ketika kabel
nya diputus, arus
secara tiba-tiba terhenti dan medan magnetic disekilingnya hilang. Medan magneti
k yang berubah itu
menghasilkan ggl yang mencoba mempertahankan arus semula, yang menyebabkan terja
dinya
lecutan diantara steker. Begitu medan magnetinya mencapai nol hingga tidak ada y
ang berubah lagi,
ggl tadi menjadi nol. Ggl dan arus yang disebabkan oleh medan magnetik yang beru
bah disebut ggl
induksi dan arus induksi.

Gambar 1. Dengan menggunakan rangkaian semcam ini, Faraday menemukan bahwa ketik
a arus
dalam kumparan sebelah kiri diubah, arus diinduksikan ke kumparan sebelah kanan.
Arus yang
berubah menimbulkan medan magnet yang berubah pula, yang menimbulkan arus.
Penemuan Faraday
Dalam materi medan magnet telah saudara kenal bahwa adanya gejala tumbuhnya meda
n magnet
karena arus listrik yang dialirkan dalam sebuah penghantar. Ternyata bahwa peris
tiwa ini dapat pula
berlangsung sebaliknya. Adanya sebuah penghantar didalam medan magnet dapat meni
mbulkan
sumber arus atau gaya gerak listrik (GGL) induksi.
Modul Fisika : GGL Induksi

Gambar 2. Timbulnya GGL induksi pada kumparan karena batang magnet yang digeraka
n. a).
medan magnet digerakan mendekati kumparan, b). medan magnet diam, c). medan magn
et
digerakkan menjauhi kumparan
Fluks Magnetik
Michael Faraday pada bulan Nopember 1831, mengatakan dalam karangannya yang berj
udul on the
induction of electric currents bahwa apabila arus listrik disertai medan magnet,
maka akan ganjil
bila sebuah konduktor atau penghantar yang dimasukkan dalam medan magnet tidak d
ilalui arus
listrik. Faraday mengambil kesimpulan bahwa gaya gerak lisrik dapat ditimbulkan
oleh adanya
perubahan fluks magnit tiap detik. Pernyataan matematisnya adalah:
df
E =-
(1)
dt
dengan E = GGL Induksi
f
=
B.A = (rapat fluks magnetik)( luasan bidang) = fluks magnetik
- = tanda negative ini diberikan untuk menunjukkan arah E yang selalu melawan pe
nyebabnya.
Pada dasarnya, ada dua macam cara untuk menimbulkan GGL atau perubahan fluks mag
netik pada
konduktor oleh induksi magnetik yaitu:
1.
menggerakan suatu penghantar di dalam medan magnet yang tetap, sebagai salah sat
u contoh
dapat diambil generator AC/DC.
2.
suatu penghantar yang tidak digerakkan di dalam medan magnetik yang memang berub
ah
terhadap waktu.
Sehingga Hukum Faraday berubah menjadi:
df
d ..

E =-
=-
B.dA
.
dt dt
.
(2)
.
dB
E =-
A.
dt
Modul Fisika : GGL Induksi
Contoh 1
Medan magnetik seragam yang besarnya 2000 G membentuk sudut 300 dengan sumbu kum
paran
melingkar yang terdiri atas 300 lilitan dan jari-jari 4 cm. Carilah fluks magnet
ik yang melalui
kumparan ini.
Penyelesaian:
Karena 1 G (gauss) = 10-4 Tesla, besar medan magnetic dalam satuan SI sama denga
n 0,2 T. Luas
kumparan adalah: A = pr2 = (3,14)(0,04)2 = 0,00502 m2.
Fluks yang melalui kumparan ini adalah sama dengan: fm =
NBAcos.

fm =
(300)(0,2T )(0,00502 m2)(0,866) =
0,26 Wb
Contoh 2
Carilah fluks magnetik yang melalui suatu solenoida yang panjangnya 40 cm, berja
ri-jari 2,5 cm,
memiliki 600 lilitan, dan memberikan arus 7,5 A.
Penyelesaian
Medan magnet di dalam solenoida diberikan: B =µ0nl
B = (4p x 10-7 T.m/A)(600 lilitan/0,40 m)(7,5 A) = 1,41 x 10-2 T
Karena medan magnet pada dasarnya konstan diseluruh luas penampang kumparan, flu
ks magnetik
-22 -2
sama dengan fm =
NBA =
(600)(1,41x10 T )p
(0,0025 m) =1,66x10 Wb
Perhatikan bahwa karena fm =
NBA dan B sebanding dengan lilitan N, fluks ini sebanding dengan
N2
.
Gaya Gerak Listrik Imbas (Induksi)
x
x x x x xxx x x xxxx x x x ax
x
x x x x
x x l
x x x x x B x x x x x x Gx x x x x x x x x x x x x
x x x x x x x x x x x x x xx x x
Suatu rangkaian kawat yang dibengkokkan
sehingga berbentuk huruf U dilengkapi
dengan Galvanometer G diletakkan tegak lurus
medan magnet B seperti pada gambar.
Pada rangkaian tersebut juga terdapat
penghantar lain ab (panjang l) yang dapat
digerakkan ke kanan/kiri.
x x b x x x x xx x x x x xx x x x

Bila ab digerakkan ke kanan dengan kecepatan v, maka muatan positif di dalam pen
ghantar
tersebut akan tertarik ke atas sehingga terkumpul di titik P. Oleh sebab arus me
ngalir selalu
berasal dari (+) ke (-), maka akan terjadi arus mengalir dari a-G-b-a. Tetapi bi
la digerakkan ke
kiri akan timbul arus listrik yang arahnya sebaliknya yaitu dari b-G-a-b.
Modul Fisika : GGL Induksi

Jika GGL induksi yang terjadi E dan kuat arusnya i, tenaga listrik yang terjadi
dalam .t detik
adalah :
W = E.i. .t Joule
(3)

Tenaga listrik ini berasal dari tenaga mekanik yakni untuk menggerakkan kawat ab
. Tenaga
untuk menggerakkan kawat ab sama dengan usaha untuk mengatasi gaya Lorentz.
W = -F.S
W = -i B.l v. .t (4)

Dari kedua persamaan (3) dan (4) maka :


E.i. .t = -i.B.l v. .t (tanda hanya menunjukkan arah)
E = B.l.v
Bila kecepatan v membentuk sudut .
dengan medan magnet B besar GGL adalah :
E = B.l.v sin.
(5)
dengan
l = Panjang penghantar/kawat dalam meter
B = Besar induksi magnetik dalam W/m2 atau Tesla
v = Kecepatan gerak penghantar dalam m/det
E = Gaya gerak listrik imbas (induksi) dalam volt.

Contoh 3
Hitunglah GGL induksi yang terjadi jika penghantar ab digerakkan sepanjang ds me
njadi a b seperti
Gambar.
a a
X XX
XX
X
X
X
X
X
X
X
V
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
V
b b
c
d
ds=Vdt
XX
XX
XX
L
XX
XX
XX
XX
Modul Fisika : GGL Induksi
Penyelesaian:
Misalkan pada saat t, kedua penghantar membentuk luasan acdb dan besar fluks mag
netnya:
f=
B(luas acdb)
Pada saat t + dt kemudian, batang ab sampai di a b dengan menempuh jarak ds = Vdt.
Luasan yang
terbentuk oleh kedua penghantar adalah a cdb dengan jumlah fluks magnet = B.(luas a c
db ).
Sehingga fluks magnetiknya:
-
df=
B(luas acdb) -
B(luas a'cdb')
-
df=
B[(luas acdb) -
(luas a'cdb')]
-
df=
B(luas aa'b'b) =
BLds
-
df=
BLVdt
Jadi GGL induksi pada penghantar oleh medan magnet adalah:
df
E =-
=
BLV
dt
GGL Induksi pada penghantar/kondutor yang bergerak rotasi terhadap medan magnet
1. Dinamo Faraday
Dinamo faraday terdiri dari suatu cakram penghantar jejari dalamnya = ra dan jej
ari luarnya = rb,
yang berputar terhadap sumbunya dengan kecepatan sudut ., didalam medan magnet s
erba sama
dengan induksi magnet B. Induksi magnet B arahnya tegak bidang gambar menjahui p
embaca. (lihat
Gambar 4)
XX
XX
oarb
ra
XX XXX
XXX XX
.

XX X
b
XX X
d.

XX X
XX
X
XX X
XX X
XXX XX
XXX XXX X
Gambar 4. Perubahan fluks magnet oleh rotasi cakram faraday
GGL induksi dapat diambil melalui sikat-sikat yang diletakkan atau disinggungkan
pada permukaan
luar dan dalam, yaitu b dan a. Besarnya GGL induksi dapat ditentukan dengan Huku
m Faraday,
df
yaitu: E =-
. Misalkan besarnya simpangan sudut yang ditempuh cakram dalam selang waktu dt
dt
(waktu antara t dan t + dt) = d., maka berkurangna fluks magnet adalah sebesar:
Modul Fisika : GGL Induksi
11
-
df=
Br .rd.-
Br .rd.
bb aa
22
1 22
=
Bd.
(rb -
ra )
2
df
1 d.
221 22
-=
B (r -
r ) =
B.(r -
r )
ba ba
dt 2 dt 2
df
12
Untuk cakram lingkaran ra = 0 dan rb = R, maka berlaku : E =-
=
B.R
dt 2
Contoh 4
Suatu solenoida panjang, mempunyai 200 lilitan/cm, diameternya 3 cm. Ditengahnya
diletakkan koil
diameternya 2 cm dengan jumlah lilitan = 100. Arus dalam solenoida berubah terha
dap waktu dengan
persamaan:
i(t) = 3 t + 3 t2
Berapakah:
a) EMF terinduksi pada koil untuk t = 4 detik
b) Arus sesaat pada koil untuk t = 2 detik bila resistansinya = 0.15 .
Penyelesaian:
a. EMF terinduksi pada koil ditentukan dari:
df
E =-N , f=
BA
dt
µ0
B ditengah solenoida: B =
NI (cosa)
L
N/L = 200 lilitan/cm = 20.000 lilitan/m, cos a = 1
B = (4p x 10-7)(20.000)(i(t)) = 8p x 10-3 i(t)

-32
f=
8p
x 10 .i(t).p
(0,01)
df

-32 2
E =

-100
=
8p
x 10 .10.p.(0,01) (3 +
6t)
dt
t =
4s .
E =
0,02 volt

b. Arus sesaat pada koil:


-32 2
E 8p
x 10 .10.p.(0,01) (3 +
6t)
i ==
R 0,15
t =
2s .
i =
0,07 A

2. Generator arus berubah/tukar dan searah oleh kumparan putar


Suatu kumparan kawat penghantar dengan N lilitan, diletakkan secara normal dalam
medan magnet
serba sama dengan induksi magnet B.
Modul Fisika : GGL Induksi
d
B
B
l
a
b
O
O
.
Gambar 5. Prinsip Generator
Kumparan ini dapat berputar dengan kecepatan sudut .
terhadap sumbu putar OO . Ketika normal
bidang kumparan membuat sudut a terhadap B, berlaku: f=BAcosa=
BAcos.t .
GGL induksi:

df
E =-N =
NBA.
sin .t
dt (6)
=
NBld.
sin.t

aO,O B
B
Gambar 6. Sudut antara normal bidang kumparan dengan B
Persamaan (6) ini menunjukkan tegangan dari arus tukar/bolak-balik, karena itu d
apat ditulis dengan:
E =
Em sin .t (7)
Dengan Em= N B l d .
= N B A .

0 pp2t.E
Em
Searah
berubah
Gambar 7. Tegangan tukar dan searah berubah
Modul Fisika : GGL Induksi
Contoh 5
Kumparan dengan 250 lilitan memilik luas 3 cm2. Jika kumparan itu berputar dalam
medan magnet
0.4 T pada 60 Hz, berapakah emaks ?
Penyelesaian:
Dengan menggunakan persamaan:
-42
emaks =
NBA.=
(250)(0,4T )(3x10 m )(2p
60Hz) =11,3V
Jadi emaks = 11,3 V
Contoh 6:
Gulungan motor dc memiliki tahanan 1,5 O. Apabila motor ini dihubungkan pada teg
angan 40 V dan
berputar pad kecepatan penuh, arus dalam gulungan 2,0 A.
a) Berapakah ggl induksi apabila motor itu berputar pada kecepatan penuh
b) Berapakah arus awal dalam gulungannya pada saat pertama kali dihidupkan apabi
la
ggl induksi diabaikan?
Penyelesaian:
a) Potensial jatuh pada gulungannya adalah: V = IR = (2.0 A)(1,5 O) = 3 V
Karena potensial jatuh total motor 40 V, ggl induksi sama dengan 40 V 3 V = 37 V
.
b) Apabila motor pertama kali dihidupkan, ggl induksinya dapat diabaikan. Karena
potensial
jatuh pada motor masih 40 V, arusnya adalah : I = 40 V/1,5O = 26,7 A
Induksi Timbal Balik
Induksi Faraday memungkinkan adanya saling induksi antara rangkaian secara magne
t. Menurut
Hukum Faraday, jika suatu lilitan atau kumparan melingkupi garis indksi magnet y
ang berubah-ubah,
maka dalam lilitan atau kumparan tersebut akan timbul GGL induksi.
Garis medan magnet
I2
I1
Gambar 8. Induktans timbal balik
Pada gambar 8, tertera dua buah kumparan yang diletakkan saling berdekatan. Jika
dalam kumparan
pertama dilalui arus berubah-ubah, maka garis-garis induksi magnet dalam kumpara
n tersebut ikut
berubah-ubah. Kumparan kedua yang ada didekatnya dapat melingkupi sebagian atau
seluruhnya dari
fluks magnet yang dihasilkan oleh kumparan pertama tadi.
Bila:
Modul Fisika : GGL Induksi
dt2
N1 = jumlah lilitan kumparan I
N2 = jumlah lilitan kumparan II
I1 = Arus yang mengalir di kumparan I
I2 = Arus yang mengalir di kumparan II
k = tetapan

Untuk I2 = 0, berlaku f21 =


kI1 . Ketika I1 berubah maka f21 juga ikut berubah. Jika perubahan I1
df21
sebagai fungsi waktu, maka terdapat perubahan f21 sebagi fungsi waktu atau terda
pat ,
dt
sehingga pada kumparan II timbul GGL induksi dan dinyatakan E2.
df21 dI1
Berlaku: E2 =-N2 =-N2k , dengan N2k = M = Koefisien timbale balik = koefisien
dt dt
gandeng.
Sehingga,
E2
M =-

(8)
dI1
dt

Untuk I1 = 0, sama pengerjaan di atas sehingga didapat:


E1
M =-

dI
Sehingga diperoleh indukstansi gandeng/bersama (M) adalah:
f21 f12
M =N2 =
N1 (9)
I1 I2
df
Perubahan fluks magnet dapat pula ditimbulkan dalam kumparan tunggal yaitu degan
dt
mengalirkan arus berubah dalam kumparan tunggal tersebut. Timbulnya GGL pada kum
paran
tunggal itu sendiri disebut GGL induksi sendiri/indukstansi diri, sedang koefisi
en induktansi disebut
koefisien induksi sendiri dan diberi symbol L.
Berlaku:

dfdi
E =-N =-L (10)
dt dt
f
Dengan L =
N (11)
I
Contoh 7:
Carilah induksi diri solenoida yang panjangnya 10 cm, luas 5 cm2 dan lilitan 100
lilitan.
Penyelesaian:
Modul Fisika : GGL Induksi
Dengan menggunakan persamaan (11) dan f=Bsolenoida A =µ0nIA dengan n = N/l (jumlah
lilitan/panjang), didapat:
L = µ0n2Al= (4p x 10-7 H/m)(103 lilitan/m)2(5 x 10-4 m2)(0,1 m) = 6,28 x 10-5 H
Tenaga Magnet yang tersimpan pada Induktor L
Jika saudar mengingat kembali hal mengenai medan listrik, saudara akan menemui s
uatu alat yang
dapat menyimpan tenaga listrik elektrostatis yaitu suatu kapasitor atau kondesan
tor. Didalam medan
magnet ini kita jumpai suatu alat yang dapat menyimpan tenaga magne yaitu induct
or L. Apabila
suatu indukto L dihubungkan dengan sumber tegangan Vab melalui R, maka berlaku p
ernyataan
bahwa:
di
Vab =
L +
iR (12)
dt
L Ri
Vab
Gambar 9. Arus berubah pada rangkaian R,L
Daya sesaat pada rangkaian:
di 2
P =iVab =
Li +
iR (13)
dt
di
Dengan, i2 R = PR = Daya pada R, Li =
PL = Daya pada L.
dt
Tenaga yang diberikan pada inductor L dalam selang waktu dt (antara t da t + dt)
adalah dw = PLdt =
Lidi. Misalkan arus yang mengalir antara waktu t = 0 sampai t = T adalah 0 sampa
i I, maka tegangan
total pada L adalah:
Hukum Lenz
Tanda negatif pada hukum faraday berhubungan dengan arah ggl induksinya. Arah gg
l induksi dan
arus induksi dapat diperoleh dari prinsip fisika dasar yang dikenal hukum lenz (
H.F. Emil Lenz
(1804-1865)):
Ggl induksi dan arus induksi memiliki arah sedemikian rupa sehingga
melawan muatan yang menghasilkan ggl dan arus induksi tersebut
Hukum Lenz ini merupakan hal khusus daripada hukum Le Chatelier (1850 1936) yang
diajukan
dalam tahun 1888 dan mengatakan bahwa: apabila suatu system yang berada dalam ke
seimbangan
diganggu, maka system itu akan menggubah keadaannya ke arah yang meniadakan gang
guan
tersebut.
Modul Fisika : GGL Induksi
di
di
i + di i - di
a
ba
b

(+) E(-) (-) E (+)


(a)
(b)
Gambar 10. GGL induksi pada inductor
Dalam Gambar 10.a dan 10.b tampak suatu inductor dialiri arus berubah. Gambar 10
.a arus berubah
bertambah besar dari i menjadi i + di. Timbulnya GGL induksi pada inductor mengi
kuti:
di
E =-
L
dt
E menentang penyebabnya yaitu di.
Gambar 10.b. arus berkurang dari i menjadi i di. Berkurangnya arus di akan berte
ntangan dengan
arah I, dan sebagai akibatnya E akan menentang di (searah dengan i)

Contoh 8
Suatu koil inductor mempunyai kumparan tunggal dengan 400 lilitan. Ketika induct
or dilalui arus 5
A (dinilai dari nol), menghasilkan fluks magnet = 10-3 weber.
Berapakah:

a. Koefisien induksi diri dari induktor


b. Tenaga yang tersimpan dalam induktor
Penyelesaian:
f
400.10-3
a. koefisien induksi diri : L =
N ==
8x10-3 H
I 5
b.
Tenaga yang tersimpan dala L,
W = ½ L I2 = ½ .8 x 10-3. 52 = 0,1 Joule
Modul Fisika: Arus Bolak-balik
V
VVI
II.
.. P
PPE
EEM
MMB
BBE
EEL
LLA
AAJ
JJA
AAR
RRA
AAN
NN 5
55
A
AAr
rru
uus
ss B
BBo
ool
lla
aak
kk-
--b
bba
aal
lli
iik
kk
Dalam pembahasan yang terdahulu telah diketahui bahwa generator arus bolak-balik
sebagai sumber
tenaga listrik yang mempunyai GGL :
E = Emax sin.
t
Persamaan di atas jelas-jelas menunjukkan bahwa GGL arus bolak-balik berubah sec
ara sinusoidal.
Suatu sifat yang menjadi ciri khas arus bolak-balik.
Dalam menyatakan harga tegangan AC ada beberapa besaran yang digunakan, yaitu :
1.
Tegangan sesaat : Yaitu tegangan pada suatu saat t yang dapat dihitung dari pers
amaan E =
Emax sin 2p
ft jika kita tahu Emax, f dan t.
2.
Amplitudo tegangan Emax : Yaitu harga maksimum tegangan. Dalam persamaan : E = E
max
sin 2p
ft, amplitudo tegangan adalah Emax.
3.
Tegangan puncak-kepuncak (Peak-to-peak) yang dinyatakan dengan Epp ialah beda an
tara
tegangan minimum dan tegangan maksimum. Jadi Epp = 2 Emax.
4.
Tegangan rata-rata (Average Value).
5.
Tegangan efektif atau tegangan rms (root-mean-square) yaitu harga tegangan yang
dapat
diamati langsung dalam skala alat ukurnya.
Grafik arus dan tegangan bolak-balik, ditunjukkan oleh Gambar 1.

.
Modul Fisika: Arus Bolak-balik

Gambar 1 Arus dan tegangan yang dikuadratkan


Arus dan tegangan sinusoidal.
Dalam generator, kumparan persegi panjang yang diputar dalam medan magnetik akan
membangkitkan Gaya Gerak Listrik (GGL) sebesar :
E = Em sin.
t
Dengan demikian bentuk arus dan tegangan bolak-balik seperti persamaan di atas y
aitu :
i = Im sin.
t
v = vm sin.
t
im dan vm adalah arus maksimum dan tegangan maksimum.
Bentuk kurva yang dihasilkan persamaan ini dapat kita lihat di layar Osiloskop.
Bentuk kurva ini
disebut bentuk sinusoidal seperti Gambar 2.

Gambar 2. Kurva sinusiodal tegangan maksimum


Modul Fisika: Arus Bolak-balik
Harga Efektif Arus Bolak-balik.
Dalam rangkaian arus bolak-balik, baik tegangan maupun kuat arusnya berubah-ubah
secara
periodik. Oleh sebab itu untuk penggunaan yang praktis diperlukan besaran listri
k bolak-balik yang
tetap, yaitu harga efektif. Harga efektif arus bolak-balik ialah harga arus bola
k-balik yang dapat
menghasilkan panas yang sama dalam penghantar yang sama dan dalam waktu yang sep
erti arus
searah.
Ternyata besar kuat arus dan tegangan efektifnya masing-masing :
1 T
Ieff = [ (I sin..t)2 dt ] ½

.
m
T 0
Imax
Ief = = 0,707 Imax
V2

Vmax
Vef = = 0,707 Vmax
V2

Kuat arus dan tegangan yang terukur oleh alat ukur listrik menyatakan harga efek
tifnya.
Resistor dalam rangkaian arus bolak-balik.

Bila hambatan murni sebesar R berada dalam rangkaian arus bolak-balik, besar teg
angan pada
hambatan berubah-ubah secara sinusoidal, demikian juga kuat arusnya. Antara kuat
arus dan
tegangan tidak ada perbedaan fase, artinya pada saat tegangan maksimum, kuat aru
snya mencapai
harga maksimum pula.
Kumparan induktif dalam rangkaian arus bolak-balik.
Modul Fisika: Arus Bolak-balik
Andaikan kuat arus yang melewati kumparan adalah I = Imax sin.
t. Karena hambatan kumparan
diabaikan I.R = 0
dI
Besar GGL induksi yang terjadi pada kumparan E1 = -L
dt
Bila tegangan antara AB adalah V, kuat arus akan mengalir bila :
dI
V = L
dt
d(Imax.sin.t)

V = L
dt
V = .
L Imax. cos.
t

p
Jadi antara tegangan pada kumparan dengan kuat arusnya terdapat perbedaan fase ,
dalam hal ini
2
tegangan mendahului kuat arus.
Capasitor Dalam Rangkaian Arus Bolak-balik.

Andaikan tegangan antara keping-keping capasitor oada suatu saat V = Vmax sin.
t, muatan capasitor
saat itu :
Q = C.V
dQd (C.Vmax sin.t)
I = =
dt dt
I = .
C.Vmax cos .
t
p

Jadi antara tegangan dan kuat arus terdapat perbedaan fase dalam hal ini kuat ar
us lebih dahulu
2
p
daripada tegangan.
Modul Fisika: Arus Bolak-balik
Reaktansi.
Disamping resistor, kumparan induktif dan capasitor merupakan hambatan bagi arus
bolak-balik.
Untuk membedakan hambatan kumparan induktif dan capasitor dari hambatan resistor
, maka
hambatan kumparan induktif disebut Reaktansi Induktif dan hambatan capasitor dis
ebut Reaktansi
Capasitif.
Amplitudo tegangan L atau C
Reaktansi =
Kuat arus maksimum yang mengalir
a. Reaktansi Induktif (XL)
Vmax .
L Imax
XL = =
Imax Imax
XL = .
L
XL dalam ohm, L dalam Henry.
b.
Reaktansi Capasitif (XC)
Vmax Vmax 1
XC = = =
Imax .C Vmax .
C
1
XC =
.
C
XC dalam ohm, C dalam Farad.
Impedansi (Z)
Sebuah penghantar dalam rangkaian arus bolak-balik memiliki hambatan, reaktansi
induktif, dan
reaktansi capasitif. Untuk menyederhanakan permasalahan, kita tinjau rangkaian a
rus bolak-balik
yang didalamnya tersusun resistor R, kumparan R, kumparan induktif L dan capasit
or C.
Menurut hukum ohm, tegangan antara ujung-ujung rangkaian :
V = VR + VL + VC
Dengan penjumlahan vektor diperoleh :
Modul Fisika: Arus Bolak-balik

22
IZ =
(I XL-I XC) +
(I R)
Z =

(XL-XC)
2 +
R2
Z disebut Impedansi
VL-VC XL-XC
Tg. = =
VR R

Ada tiga kemungkinan yang bersangkutan dengan rangkaian RLC seri yaitu :
1.
Bila XL>XC atau VL>VC, maka rangkaian bersifat induktif. tg. positif, demikian j
uga .
positif. Ini berarti tegangan mendahului kuat arus.
2. Bila XL<XC atau VL<VC, maka rangkaian bersifat Kapasitif. tg. negatif, nilai
. negatif. Ini
berarti kuat arus mendahului tegangan.
Demikian juga untuk harga V =

(VL-VC)
2 +
VR2
Modul Fisika: Arus Bolak-balik
3.
Bila XL=XC atau VL=VC, maka rangkaian bersifat resonansi. tg.
= 0 dan .
= 0, ini berarti
tegangan dan kuat arus fasenya sama.
Resonansi
Jika tercapai keadaan yang demikian, nilai Z = R, amplitudo kuat arus mempunyai
nilai terbesar,
frekuensi arusnya disebut frekuensi resonansi seri. Besarnya frekuensi resonansi
dapat dicari sebagai
berikut :

XL = XC
1
.L =
.C
1
.2
=
LC
22 1
4p
f =

LC
1
f =

atau T = 2p

LC
2p

LC
f adalah frekuensi dalam cycles/det, L induktansi kumparan dalam Henry dan C kap
asitas capasitor
dalam Farad.
Getaran Listrik Dalam Rangkaian LC.
Getaran listrik adalah arus bolak-balik dengan frekuensi tinggi.
Getaran listrik dapat dibangkitkan dalam rangkaian LC.

Kapasitor C dimuati sampai tegangan


maksimum. Bila saklar ditutup mengalir arus
sesuai arah jarum jam, tegangan C turun sampai
nol.
Bersamaan dengan aliran arus listrik timbul
medan magnetik didalam kumparan L.
Modul Fisika: Arus Bolak-balik
Medan magnetik lenyap seketika pada saat tegangan C sama dengan nol. Bersamaan d
engan itu
timbul GGL induksi, akibatnya tegangan C naik kembali secara berlawanan. Karenan
ya dalam
rangkaian mengalir arus listrik yang arahnya berlawanan dengan arah putar jarum
jam. Jadi dalam
rangkaian LC timbul getaran listrik yang frekuensinya :
1
f =
2p

LC
Modul Fisika: Piranti Semikonduktor
V
VVI
III
II.
.. P
PPE
EEM
MMB
BBE
EEL
LLA
AAJ
JJA
AAR
RRA
AAN
NN 6
66
P
PPi
iir
rra
aan
nnt
tti
ii S
SSe
eem
mmi
iik
kko
oon
nnd
ddu
uuk
kkt
tto
oor
rr
1. Struktur Kristal
Dalam pembahasan semikonduktor, kita tidak lepas dengan pembicaraan utama mengen
ai bahan
padat. Bahan padat pada dasarnya adalah tersusun atas atom-atom, ion-ion, atau m
olekul-molekul
yang letaknya berdekatan dan tersusun teratur membentuk suatu struktur tertentu
(struktur kristal).
Perbedaan sifat pada zat padat (misal: konduktor, isolator, semikonduktor atau s
uperkonduktor)
disebabkan oleh: perbedaan gaya ikat diantara atom-atom, ion-ion, atau molekul-m
olekul tersebut.
Semua ikatan dalam bahan padat melibatkan gaya listrik, dan perbedaan utama dian
tara ikatan
tersebut tergantung pada jumlah elektron terluar. Berdasarkan struktur partikel
(atom, ion, atau
molekul) penyusunnya, bahan padat dibagi menjadi dua jenis yaitu bahan padat kri
stal dan bahan
padat amorf. Bahan padat kristal adalah bahan padat yang struktur partikel penyu
sunnya memiliki
keteraturan panjang dan berulang secara periodik. Bahan padat amorf adalah bahan
padat yang
struktur partikel penyusunnya memiliki keteraturan yang pendek. Khusus untuk bah
an
semikonduktor ada dua jenis, yakni yang berstruktur kristal (misal: Silicon, Ger
manium, Gallium
Arsenid, dsb.). dan berstruktur amorf (misal: Amorphous silicon)).

Bahan semikonduktor silikon adalah bahan semikonduktor yang paling melimpah ters
edia di bumi,
yang terbuat dari bahan dasar silika. Dan saat ini telah dikembangkan dengan pes
at industri
semikonduktor silicon, dan telah menjadi pioner pengembangan teknologi tinggi (h
ightechnology),
disamping semikonduktor berbasis silikon, masih banyak lagi bahan lain seperti g
ermanium (Ge),
Modul Fisika: Piranti Semikonduktor
galium arsenida (GaAs) atau bahan paduan lain (lihat pada Tabel 1) yang juga mem
punyai sifat optik
dan listrik yang unggul.

Semikonduktor Intrinsik (murni)


Silikon dan germanium merupakan dua jenis semikonduktor yang sangat penting dala
m elektronika.
Keduanya terletak pada kolom empat dalam tabel periodik dan mempunyai elektron v
alensi empat.
Struktur kristal silikon dan germanium berbentuk tetrahedral dengan setiap atom
memakai bersama
sebuah elektron valensi dengan atom-atom tetangganya. Gambar 2 memperlihatkan be
ntuk ikatan
kovalen dalam dua dimensi. Pada temperatur mendekati harga nol mutlak, elektron
pada kulit terluar
terikat dengan erat sehingga tidak terdapat elektron bebas atau silikon bersifat
sebagai insulator.

Gambar 2 Ikatan kovalen silikon dalam dua dimensi


Energi yang diperlukan mtuk memutus sebuah ikatan kovalen adalah sebesar 1,1 eV
untuk silikon
dan 0,7 eV untuk germanium. Pada temperatur ruang (300K), sejumlah elektron memp
unyai energi
yang cukup besar untuk melepaskan diri dari ikatan dan tereksitasi dari pita val
ensi ke pita konduksi
menjadi elektron bebas (Gambar .3). Besarya energi yang diperlukan untuk melepas
kan elektron dari
pita valensi ke pita konduksi ini disebut energi terlarang (energy gap). Jika se
buah ikatan kovalen
terputus, maka akan terjadi kekosongan atau lubang (hole). Pada daerah dimana te
rjadi kekosongan
akan terdapat kelebihan muatan positif, dan daerah yang ditempati electron bebas
mempunyai
kelebihan muatan negatif. Kedua muatan inilah yang memberikan kontribusi adanya
aliran listrik
pada semikonduktor murni. Jika elektron valensi dari ikatan kovalen yang lain me
ngisi lubang
tersebut, maka akan terjadi lubang baru di tempat yang lain dan seolah-olah sebu
ah muatan positif
bergerak dari lubang yang lama ke lubang baru.
Modul Fisika: Piranti Semikonduktor

(a) (b)
Gambar 3. a) Struktur kristal silikon memperlihatkan adanya sebuah ikatan kovale
n yang terputus
dan b) Diagram pita energi menunjukkan tereksitasinya elektron ke pita konduksi
dan meninggalkan
lubang di pita valensi
Proses aliran muatan ini, yang biasa disebut sebagai arus drift dapat dituliskan s
ebagai berikut:
Peristiwa hantaran listrik pada semikonduktor adalah akibat adanya dua partikel m
asing-masing
bermuatan positif dan negatif yang bergerak dengan arah yang berlawanan akibat a
danya pengaruh
medan listrik
Akibat adanya dua pembawa muatan tersebut, besarnya rapat arus dinyatakan sebaga
i:

(1)
dengan,
Karena timbulnya lubang dan elektron terjadi secara serentak, maka pada semikond
uktor murni,
jumlah lubang sama dengan jumlah elektron atau dituliskan sebagai:

(2)
dengan ni disebut sebagai konsentrasi intrinsik. Beberapa properti dasar silikon
dan
germanium diperlihatkan pada tabel 2.
Tabel 2. Beberapa properti dasar silikon dan germanium pada 300 K
Modul Fisika: Piranti Semikonduktor
Semikonduktor Ekstrinsik (Tak Murni)
Kita dapat memasukkan pengotor berupa atom-atom dari kolom tiga atau lima dalam
table periodik
(memberi doping) ke dalam silikon atau germanium murni (lihat Gambar 4). Elemen
semikonduktor
beserta atom pengotor yang biasa digunakan diperlihatkan pada tabel 3.
Tabel 3. Elemen semikonduktor pada tabel periodik

(a) (b)
Gambar 4. a) Struktur kristal silikon dengan sebuah atom pengotor valensi lima
menggantikan posisi salah satu atom silikon dan b) Struktur pita energi semikond
uktor tipe-n,
perhatikan letak tingkat energi atom donor.
Semikonduktor tipe-n
Semikonduktor tipe-n dapat dibuat dengan menambahkan sejumlah kecil atom pengoto
r pentavalen
(antimony, phosphorus atau arsenic) pada silikon murni. Atom-atom pengotor (dopa
n) ini
mempunyai lima elektron valensi sehingga secara efektif memiliki muatan sebesar
+5q. Saat sebuah
atom pentavalen menempati posisi atom silicon dalam kisi kristal, hanya empat el
ektron valensi yang
dapat membentuk ikatan kovalen lengkap, dan tersisa sebuah elektron yang tidak b
erpasangan (lihat
Gambar 4). Dengan adanya energi thermal yang kecil saja, sisa elektron ini akan
menjadi electron
bebas dan siap menjadi pembawa muatan dalam proses hantaran listrik. Material ya
ng dihasilkan dari
proses pengotoran ini disebut semikonduktor tipe-n karena menghasilkan pembawa m
uatan negatif
dari kristal yang netral. Karena atom pengotor memberikan elektron, maka atom pe
ngotor ini disebut
Modul Fisika: Piranti Semikonduktor
sebagai atom donor. Secara skematik semikonduktor tipe-n digambarkan seperti ter
lihat pada
Gambar 4.
Semikonduktor tipe-p
Dengan cara yang sama seperti pada semikonduktor tipe-n, semikonduktor tipe-p da
pat dibuat
dengan menambahkan sejumlah kecif atom pengotor trivalen (aluminium, boron, gali
um atau
indium) pada semikonduktor murni, misalnya silikon murni. Atom-atom pengotor (do
pan) ini
mempunyai tiga elektron valensi sehingga secara efektif hanya dapat membentuk ti
ga ikatan kovalen.
Saat sebuah atom trivalen menempati posisi atom silikon dalam kisi kristal, terb
entuk tiga ikatan
kovalen lengkap, dan tersisa sebuah muatan positif dari atom silikon yang tidak
berpasangan (lihat
Gambar 5) yang disebut lubang (hole). Material yang dihasilkan dari proses pengo
toran ini disebut
semikonduktor tipe-p karena menghasilkan pembawa muatan negatif pada kristal yan
g netral. Karena
atom pengotor menerima elektron, maka atom pengotor ini disebut sebagai atom ase
ptor (acceptor).
Secara skematik semikonduktor tipe-p digambarkan seperti terlihat pada Gambar 5.

(a) (b)
Gambar 5 a) Struktur kristal silikon dengan sebuah atom pengotor valensi tiga
menggantikan posisi salah satu atom silikon dan b) Struktur pita energi
semikonduktor tipe-p, perhatikan letak tingkat energi atom aseptor.
Dioda
Misalkan kita memiliki sepotong silikon tipe-p dan sepotong silikon tipe-n dan s
ecara sempurna
terhubung membentuk sambungan p-n seperti diperlihatkan pada Gambar 6.a, Sesaat
setelah terjadi
penyambungan, pada daerah sambungan semikonduktor terjadi perubahan. Pada daerah
tipe-n
(Gambar 6.a, sebelah kanan) memiliki sejumlah elektron yang akan dengan mudah te
rlepas dari atom
induknya. Pada bagian kiri (tipe p), atom aseptor menarik elektron (atau menghas
ilkan lubang).
Kedua pembawa muatan mayoritas tersebut memiliki cukup energi untuk mencapai mat
erial pada sisi
lain sambungan. Pada hal ini terjadi difusi elektron dari tipe-n ke tipe-p dan d
ifusi lubang dari tipe-p
ke tipe-n. Proses difusi ini tidak berlangsung selamanya karena elektron yang su
dah berada di
tempatnya akan menolak elektron yang datang kemudian. Proses difusi
berakhir saat tidak ada lagi elektron yang memiliki cukup energi untuk mengalir.
Modul Fisika: Piranti Semikonduktor

(a) (b)
Gambar 6. a). Sambungan semikonduktor tipe-p dan tipe-n
b). Mekanisme aliran muatan pada daerah sambungan
Kita harus memperhitungkan proses selanjutnya dimana elektron dapat menyeberang
sambungan.
Daerah yang sangat tipis dekat sambungan disebut daerah deplesi (depletion regio
n) atau daerah
transisi. Daerah ini dapat membangkitkan pembawa muatan minoritas saat terdapat
cukup energi
termal untuk membangkitkan pasangan lubang-elektron. Salah satu dari pembawa mua
tan minoritas
ini, misalnya elektron pada tipe-p, akan mengalami pengaruh dari proses penolaka
n elektron difusi
dari tipe-n. Dengan kata lain elektron minoritas ini akan ikut tertarik ke semik
onduktor tipe-n.
Gerakan pembawa muatan akibat pembangkitan termal ini lebih dikenal sebagai drift .
Situasi akan
stabil saat arus difusi sama dengan arus drift. Pada daerah sambungan/daerah dip
lesi yang sangat
tipis terjadi pengosongan pembawa muatan mayoritas akibat terjadinya difusi ke s
isi yang lain.
Hilangnya pembawa muatan mayoritas di daerah ini meninggalkan lapisan muatan pos
itip di daerah
tipe-n dan lapisan muatan negatif di daerah tipe-p.
Lapisan muatan pada daerah diplesi ini dapat dibandingkan dengan kapasitor kepin
g sejajar yang
termuati. Karena terjadi penumpukan muatan yang berlawanan pada masing-masing ke
ping, maka
terjadi perbedaan potensial yang disebut sebagai potensial kontak atau potensial pen
ghalang V0
(lihat Gambar 7). Keadaan ini disebut diode dalam keadaan rangkaian terbuka.

Gambar 7. Dioda dalam keadaan rangkaian terbuka.


Modul Fisika: Piranti Semikonduktor
Dalam keadaan rangkaian terbuka seperti diperlihaatkan pada gambar 7, hanya pada
daerah deplesi
yang terjadi penumpukan muatan pada masing-masing sisi; daerah lainnya dalam kea
daan netral.
Penumpukan muatan pada daerah deplesi mengakibatkan terjadinya medan listrik e d
alam arah -x .
Kita dapat menggunakan v =
-.edx untuk mendapatkan distribusi potensial pada daerah deplesi
dengan mengambil integral medan listrik. Potensial kontak/potensial penghalang V
0 yang terjadi akan
menahan terjadinya difusi pembawa muataan mayoritas dan memberi kesempataan terj
adinya arus
drift melalui sambungan seperti telah dijelaskan di atas.
Panjar Maju (Forward Bias)
Besarnya komponen arus difusi sangat sensitif terhadap besarnya potensial pengha
lang V0 . Pembawa
muatan mayoritas yang memiliki energi lebih besar dari eV0 dapat melewati potens
ial penghalang.
Jika keseimbangan potensial terganggu oleh berkurangnya ketinggian potensial pen
ghalang menjadi
Vo -V, probabilitas pembawa muatan mayoritas mempunyai cukup energi untuk melewa
ti
sambungan akan meningkat dengan drastis. Sebagai akibat turunnya potensial pengh
alang, terjadi
aliran arus lubang dari material tipe-p ke tipe-n, demikian sebaliknya untuk ele
ktron. Dengan kata
lain menurunnya potensial penghalang memberi kesempatan pada pembawa muatan untu
k mengalir
dari daerah mayoritas ke daerah minoritas. Jika potensial penghalang diturunkan
dengan pemasangan
panjar maju eksternal V seperti diperlihatkan pada gambar 8, arus If akan mengal
ir.

Gambar 8. Diode p-n berpanjar maju (forward bias): a) Rangkaian dasar dan
b) Potensial penghalang mengalami penurunan.
Panjar Mundur (Reverse Bias)
Jika potensial penghalang dinaikkan menjadi V0 +V dengan memasang panjar mundur
sebesar V
(lihat Gambar 9), maka probabilitas pembawa muatan mayoritas memiliki cukup ener
gi untuk
melewati potensial penghalang akan turun secara drastis. Jumlah pembawa muatan m
ayoritas yang
melewati sambungan praktis turun ke nol dengan memasang panjar mundur sebesar se
kitar
sepersepuluh volt. Pada kondisi panjar mundur, terjadi aliran arus mundur (Ir) y
ang sangat kecil dari
pembawa muatan minoritas. Pembawa muatan minoritas hasil generasi termal di deka
t sambungan
akan mengalami drift searah medan listrik. Arus mundur akan mencapai harga jenuh -
Io pada harga
panjar mundur yang rendah. Harga arus mundur dalam keadaan normal cukup rendah d
an diukur
dalam mA (untuk germanium) dan nA (untuk silikon). Secara ideal, arus mundur seh
arusnya
Modul Fisika: Piranti Semikonduktor
berharga nol, sehingga harga -Io yang sangat rendah pada silikon merupakan facto
r keunggulan
silikon dibandingkan germanium. Besarnya Io berbanding lurus dengan laju generas
i termal g = rni2
dimana harganya berubah secara eksponensial terhadap
perubahan temperatur.
Karakteristik dioda semikonduktor
Karakteristik sebuah dioda adalah hubungan antara tegangan yang diberikan pada u
jung-ujung
terminal dioda dan arus listrik yang mengalir melaluinya. Karakteristik sebuah d
ioda silicon tertentu
ditunjukkan pada Gambar 8. Dalam gambar ini tiap-tiap skala untuk tegangan maju
VF adalah 0,1 V;
untuk tegangan mundur VR adalah -10 V; untuk arus maju iF adalah 10 mA; dan untu
k arus mundur iR
adalah 1 mA.

Gambar 9. Diode p-n berpanjar mundur (reverse bias) a) Rangkaian dasar dan
b) Potensial penghalang meninggi.

Gambar 10. Karakteristik I V sebuah dioda silikon


Untuk VF = 0 sampai dengan 0,6 V pertambahan kuat arus maju iF sangat kecil. Dap
at dikatakan
bahwa dalam tegangan maju ini dioda belum menghantarkan arus listrik. Jika VF se
dikit melebihi 0,6
V maka iF meningkat sangat tajam. Dalam tegangan ini dikatakan bahwa dioda telah
mengalirkan
arus listrik dan tegangan 0,6 V dinamai tegangan nyala (turn-on-voltage). (Ingat
tegangan 0,6 V
untuk dioda silikon sebelumnya kita namai tegangan perintang. Juga perhatikan ga
mbar 3 bahwa
nilai arus mundur, iR, adalah sangat kecil jika dibandingkan dengan arus maju. S
ebelum dioda
menghantarkan arus dalam arah reverse, arus bocor reverse karena pembawa muatan
minoritas
berkisar dalam picoampere (1 pA 10-12 A). Baru setelah tegangan 80 V ini dapat m
enyebabkan
Modul Fisika: Piranti Semikonduktor
kerusakan pada sambungan pn sehingga dinamai tegangan rusak atau tegangan tembus
(breakdown
voltage). Kebanyakan dioda tidak didesain untuk beropersi dalam daerah reverse.
Karakteristik Umum Diode
Saat diode berpanjar maju, probabilitas pembawa muatan mayoritas yang mempunyai
cukup energi
-q(V0 -V ).kT
untuk melewati potensial penghalang Vo -V akan tergantung pada faktor: e , denga
n
q=muatan electron, .= sifat semikonduktor yang digunakan (Ge =1, Si = 2), k = ko
nstanta Boltzman
= 1,38 x 10-23 J/K, T = temperatue absolute.
Jadi arus difusi yang mengalir adalah sebesar:

(3)
dengan VT = 25 mV pada temperatur ruang, .
=1 untuk gemanium dan berharga 2 untuk silikon. Jadi
arus total yang mengalir adalah sebesar:
(4)
atau karena I = 0 untuk V = 0 diperoleh
(5)
Persamaan 5 merupakan karakteristik I-V umum diode. Jika V berharga positif dan
bernilai sebesar
sekitar sepersepuluh volt maka persamaan 5 menjadi:

(6)
dan juga

(7)
yaitu akan berupa garis lurus jika diplot pada kertas grafik log-linier (semilog
aritmik). Sebagai
gambaran karakteristik seperti dalam persamaan 7, diukur dua jenis diode tipe 1N
914 dan 1N5061.
Hasil plot karakteristik I-V kedua diode seperti terlihat pada Gambar 11. Untuk
diode 1N914 (diode
isyarat-kecil) terlihat mempunyai kecocokan yang sangat baik dengan persamaan 7,
kecuali pada arus
yang relatif tinggi dimana hambatan diode memberikan penurunan sebesar IR dengan
adanya
kenaikan V. Untuk diode 1N5061 (diode daya 1 amp) juga mempunyai kecocokan yang
sangat baik
dengan persamaan 7, kecuali pada arus yang relatif rendah. Perhatikan bagaimana
Io hanya berharga
pada orde nA untuk diode silikon di atas.
Modul Fisika: Piranti Semikonduktor

Gambar 11. Karakteristik I-V diode tipe 1N914 dan 1N5061 pada skala semilogaritm
ik
Gambar 12 memperlihatkan plot karakteristik I-V diode dalam skala linier dengan
skala I 10mA (A),
1 mA (B), 0,1 mA (C) dan 10mA (D). Terlihat bahwa tegangan cut-in bergeser ke kiri
dan juga
keseluruhan kurva bergeser ke kiri. Ini dapat diharapkan terjadi jika

(8)
Dan
(9)
Maka

(10)
Persamaan 10 memperlihatkan bahwa diperlukan perubahan tegangan yang sama untuk
menaikkan
arus diode n kali. Besarnya I0 tergantung pada pembawa muatan hasil generasi ter
mal jadi sangat
tergantung pada temperatur. Untuk silikon I0 akan naik menjadi dua kali lipat se
tiap ada kenaikan
temperatur 10oC.

Gambar 12. Karakteristik I-V diode dalam skala linier


Modul Fisika: Piranti Semikonduktor
Contoh 1:
Sebuah diode silikon memiliki karakteristik arus sebesar 1 mA pada tegangan 581
mV pada kedua
ujungnya. Perkirakan berapa besarnya tegangan yang diperlukan diode agar memilik
i arus sebesar
a) 15 mA
b) 1 mA
c) 1 nA dan
d) 1 A
Penyelesaian:
Untuk arus I >> Io
I .I0 exp (V /.VT)
karena untuk diode silikon h .
2 maka diperoleh
1 x 10-3 .
I 0exp(581/ 50)

atau
I0. 8,98 ×10-9 A
a) 15 ´ 10-3 8,98 ´ 10-9 exp (V / 0,05)
V .
0,716 volt
Untuk memeriksa hasil tersebut; terlihat V naik sebesar 135 mV 2,5. VT , sehingg
a arus
seharusnyaa naik sebesar ~ e2,5 kali .12 kali .
b) 10-6 .
8,98 ´ 10-9 exp (V / 0,05)
V .

0,236 volt
c) Di sini I berharga lebih rendah dari Io , sehingga kita harus menggunakan per
samaan karakteristik
dioda secara utuh 10-9 = 8,98 ´ 10-9 (exp (V / 0,05) - 1)
V = 5,3 mV
Hasil ini perlu kita curigai karena pada arus yang begitu rendah mungkin .
akan mendekati satu.
d) Kita dapat menggunakan pendekatan
1 = 8,98 x 10-9 exp (V / 0,05)
V = 0,926 volt
Hasil ini juga perlu kita curigai karena pada arus yang begitu besar mungkin dio
da akan menjadi
sangat panas sehingga akan mengubah harga Io dan VT secara signifikan. Juga hamb
atan pada daerah
tipe-p dan tipe-n akan memberikan kontribusi terhadap penurunan IR.
Contoh 2:
Misalkan diode silikon pada contoh 1 digunakan sebagai diode pelindung pada suat
u meter dasar 50
µA dengan hambatan dalam sebesar 2500 O seperti terlihat pada gambar 13. Perkiraka
n seberapa
sukses usaha tersebut.
Modul Fisika: Piranti Semikonduktor

Gambar 13. Dioda digunakan sebagai pelindung


Penyelesaian:
Kita harus memeriksa apakah diode tidak mengambil arus terlalu besar saat meter
melewatkan 50
µA. Tegangan pada meter sebesar 50 µA ×.
2500 O = 125 mV
Arus yang melalui diode yaitu panjar maju sebesar
I= ..... V/ .V T ......exp.125 / 50.1.= 100 nA
exp1= 8,98 ×109 ..
sedangkan arus mundur diode sebesar Io. Dengan demikian arus total sebesar 109 n
A = 0,109 A.
Ini merupakan harga yang sangat kecil dibandingkan dengan harga arus meter (yait
u 1: 500),
sehingga diode tidak mengganggu akurasi meter. Jika arus sebesar 1 ampere melewa
ti rangkaian
pada gambar 13, kita telah melihat pada contoh 1 bahwa tegangan dioda akan berha
rga sebesar 1 V.
Harga ini sebesar 8 kali sensitivitas tegangan meter skala penuh.
Transistor
Transistor ditemukan pada tahun 1948 oleh tiga fisikawan Amerika:William Shockle
y, John
Bardeen, dan Walter Brattain. Ada dua macam transistor: transistor bipolar dan t
ransistor efek
medan. Kita hanya membahas tentang transistor bipolar yang selanjutnya cukup dis
ebut sebagai
transistor. Transistor bipolar disusun atas tiga buah semikonduktor ekstrinsik y
ang disusun berselangseling.
Semikonduktor yang ditengah disebut basis dan didesain lebih tipis (mengandung p
embawa
muatan yang lebih sedikit) dibandingkan dengan kedua semikonduktor yang mengapit
nya. Jika
semikonduktor yang di tengah adalah jenis-p maka disebut transistor npn dan jika
jenis-n maka
disebut transistor pnp. Ketiga kutub semikonduktor diberi nama kolektor (pengump
ul), basis
(landasan), dan emitor (pemancar atau penyebar).

Gambar 14. (a) Transistor npn, (b) Transitor pnp.


Simbol transistor
Gambar 15 menunjukkkan simbol transistor npn dan pnp. Anak panah selalu ditempat
kan pada
emitor dan arah anak panah menunjukkan arah arus konvensional (arah muatan listr
ik positif), yang
Modul Fisika: Piranti Semikonduktor
berlawanan dengan arah arus elektron. Dalam transistor npn arah anak panah adala
h menuju ke
emitor sedang dalam transistor pnp arah anak panah adalah menjauhi emitor.

Gambar 15. Simbol transistor; B= basis, C= kolektor, dan E= emitor


Pada transistor npn, arus mengalir dari B ke E dan dari C ke E. Ini berarti VB >
VE dan VC > VE.
Sebaliknya, pada transistor pnp, arus mengalir dari E ke B dan dari E ke C. Ini
berarti VE > VB dan
VE > VC.

Gambar 16. Tiga cara menghubungkan transistor dalam rangkaian.


Hubungan transistor dalam rangkaian
Karena transistor adalah komponen listrik dengan tiga buah elektroda maka transi
stor dapat
dihubungkan dengan tiga cara ke dalam suatu rangkaian, disebut Common-base (basi
s bersama),
Common-emitter (emitor bersama) dan Common-colector (kolektor bersama), lihat ga
mbar 16.
Hubungan yang paling sering digunakan dalam penguatan adalah common-emitter. Ole
h karena itu
kita hanya membahas tentang hubungan common-emitter.
Memberikan panjar (bias) pada transistor
Penggunaan sebuah baterai untuk memberikan tegangan panjar pada rangkaian transi
stor npn
common-emitter. Loop I arus menunjukkan bahwa arus mengalir dari basis B ke emit
or E, yang
berarti bahwa sambungan emitor (sisi-n) basis (sisi-p) dipanjar maju. Loop II ar
us menunjukkan
bahwa arus mengalir dari kolektor C ke emitor E melalui basis B, yang berarti ba
hwa sambungan
basis (sisi-p)-kolektor (sisi-n) dipanjar mundur, lihat gambar 17.

Gambar 17. Metode memberikan panjar pada sebuah transistor npn


common-emitter dengan sebuah baterai suplai VCC
Modul Fisika: Piranti Semikonduktor
Transistor sebagai penguat arus
Jika kuat arus masuk IB dan kuat arus keluaran IC maka diperoleh hasil bahwa IC
jauh lebih besar
daripada IB (diukur oleh amperemeter A1) dan kuat arus keluaran IC (diukur oleh
amperemeter A2),
seperti ditunjukkan pada gambar 18 Penguatan arus searah (diberi lambang hFE) di
definisikan sebagai
nilai perbandingan antara kuat arus kolektor IC sebagai keluaran dan kuat arus b
asis IB sebagai
masukan.
I
hFE =
IB (11)
C

Nilai khas hFE berkisar antara 20-200.


Dengan menggunakan hukum I Kirchoff pada titik cabang B diperoleh
IE = IB + IC (12)
Misalkan IB = 0,05 mA dan hFE = 100 maka
I
h =
B , I =
Ih =
(0,05 mA)(100) =
5 mA (13)
FE CBFE
IC
Sehingga: IE = (0,05 + 5) mA = 5,05 mA.

Gambar 18. Karakteristik transistor npn common-emitter : (a) karakteristik


masukan ; (b) karakteristik keluaran; (c) karakteristik transfer
Tampak bahwa kuat arus melalui emitor hampir mendekati kuat arus melalui kolekto
r. Oleh karena
itu sering dalam memecahkan permasalahan diambil pendekatan: IE = IC.
Transistor sebagai penguat tegangan
Pada gambar 19 ditunjukkan rangkaian transistor npn commonemitter yang berfungsi
sebagai
penguat tegangan ac (bolak-balik), yaitu memperkuat sinyal tegangan ac kecil pad
a terminal
masukan menjadi sinyal tegangan ac lebih besar pada terminal keluaran.
Penguat dalam keadaan diam
Ketika kepada rangkaian penguat belum diberi sinyal masukan ac maka rangkaian pe
nguat disebut
berada dalam keadaan diam. Supaya transistor bekerja maka transistor harus dipan
jar dengan
tegangan dc (searah). Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa kita dapat membe
ri
panjar maju pada sambungan emitor-basis dan panjar mundur pada sambungan kolekto
r-basis dengan
hanya menggunakan satu sumber tegangan dc, yaitu VCC. Resistor panjar basis RB m
emberikan
tegangan panjar yang diperlukan oleh sambungan basis-emitter, yaitu kira-kira 1,
0 V. RB dapat
V -V
CC BE
dihitung dari loop I arus, VCC = iB.RB + VBE, R =
.
B iB
Modul Fisika: Piranti Semikonduktor
dihitung dari loop II arus,
V -V
CC CE
VCC = ICRL + VCE , RL =
I
(14)
C
Dari persamaan (14) kita dapat mendesain nilai RL agar dalam keadaan diam, rangk
aian memberikan
penguatan tegangan yang baik. biasanya RL dipilih sedemikian sehingga tegangan a
ntara kolektoremitor
adalah setengah dari tegangan sumber VCC. VCE = ½ VCC.
Misalkan VCC = 10 V maka VCE = ½ X 10 = 5,0 V.
Catatan: Anggapan VCE = ½ VCC kita ambil jika dalam perhitungan nilai VCE diperluk
an tetapi tidak
diketahui.

Gambar 19. Rangkaian lengkap penguat tegangan common-emitter (IB =


arus searah melalui basis, iB = arus bolak-balik basis).
Resistor dapat beban, RL, dihubungkan seri dengan kolektor RL dapat

Photo Semikonduktor
Divais photo semikonduktor memanfaatkan efek kuantum pada junction, energi yang
diterima oleh
elektron yang memungkinkan elektron pindah dari ban valensi ke ban konduksi pada
kondisi bias
mundur. Bahan semikonduktor seperti Germanium (Ge) dan Silikon (Si) mempunyai 4
buah electron
valensi, masing-masing electron dalam atom saling terikat sehingga electron vale
nsi genap menjadi 8
untuk setiap atom, itulah sebabnya kristal silicon memiliki konduktivitas listri
k yang rendah, karena
setiap electron terikan oleh atom atom yang berada disekelilingnya. Untuk memben
tuk
semikonduktor tipe P pada bahan tersebut disisipkan pengotor dari unsure golonga
n III, sehingga
bahan tersebut menjadi lebih bermuatan positif, karena terjadi kekosongan electr
on pada struktur
kristalnya. Bila semikonduktor jenis N disinari cahaya, maka elektron yang tidak
terikat pada struktur
kristal akan mudah lepas. Kemudian bila dihubungkan semikonduktor jenis P dan je
nis N dan
kemudian disinari cahaya, maka akan terjadi beda tegangan diantara kedua bahan t
ersebut. Beda
potensial pada bahan ilikon umumnya berkisar antara 0,6 volt sampai 0,8 volt.
Modul Fisika: Piranti Semikonduktor

(a) (b) (c)


Gambar 20. Konstruksi Dioda Foto (a) junction harus dekat permukaan (b) lensa un
tuk memfokuskan
cahaya
(c) rangkaian dioda foto

Ada beberapa karakteristik dioda foto yang perlu diketahui antara lain:

Arus bergantung linier pada intensitas cahaya


Respons frekuensi bergantung pada bahan (Si 900nm, GaAs 1500nm, Ge 2000nm)
Digunakan sebagai sumber arus
Junction capacitance turun menurut tegangan bias mundurnya
Junction capacitance menentukan respons frekuensi arus yang diperoleh
Gambar 21. Karakteristik Dioda Foto (a) intensitas cahaya (b) panjang gelombang
(c) reverse voltage vs arus dan (d) reverse voltage vs kapasitansi
Modul Fisika: Piranti Semikonduktor
Rangkaian pengubah arus ke tegangan
Untuk mendapatkan perubahan arus ke tegangan yang dapat dimanfaatkan maka dapat
dibuat gambar
rangkaian seperti berikut yaitu dengan memasangkan resistor dan op-amp jenis fie
ld effect transistor.

Gambar 22. Rangkaian pengubah arus ke tegangan


Photo Transistor
Sama halnya dioda foto, maka transistor foto juga dapat dibuat sebagai sensor ca
haya. Teknis yang
baik adalah dengan menggabungkan dioda foto dengan transistor foto dalam satu ra
ngkain.
Karakteristik transistor foto yaitu hubungan arus, tegangan dan intensitas foto
Kombinasi dioda foto dan transistor dalam satu chip
Transistor sebagai penguat arus
Linieritas dan respons frekuensi tidak sebaik dioda foto
Gambar 23. Karakteristik transistor foto, (a) sampai (d) rangkaian uji transisto
r foto
Light Emitting Diode (LED)
Prinsip kerja kebalikan dari dioda foto
Warna (panjang gelombang) ditentukan oleh band-gap
Intensitas cahaya hasil berbanding lurus dengan arus
Non linieritas tampak pada arus rendah dan tinggi
Pemanasan sendiri (self heating) menurunkan efisiensi pada arus tinggi
Modul Fisika: Piranti Semikonduktor
Karakteristik Arus Tegangan

Mirip dengan dioda biasa


Cahaya biru nampak pada tegangan 1,4 2,7 volt
Tegangan threshold dan energi foton naik menurut energi band-gap
Junction mengalami kerusakan pada tegangan 3 volt
Gunakan resistor seri untuk membatasi arus/tegangan
Gambar 24. Karakteristik LED
Display Digital dengan LED

Paling umum berupa peraga 7 segmen dan peraga heksadesimal , masing-masing segme
n
dibuat dari LED
Hubungan antar segmen tersedai dalam anoda atau katoda bersama (common anode ata
u
common cathode)
Resistor digunakan sebagai pembatas arus 100-470 W
Tersedia pula dengan dekoder terintegrasi
Modul Fisika: Piranti Semikonduktor

Gambar 25. Seven segment dan rangkaian uji


Laser
Kata Laser merupakan akronim dari Light Amplification by Stimulated Emission of
Radiations
yang berarti penguatan cahaya oleh emisi radiasi terangsang. Cahaya yang dihasil
kan memiliki sifat
koheren, monokromatis dan polarisasi, hal ini berbeda dengan sumber cahaya lain.
Pada bidang
kedokteran Laser dibagi menjadi 2 kelompok yaitu berdaya tinggi dan berdaya rend
ah. Laser
berdaya tinggi digunakan untuk memotong jaringan, sebaliknya yang berdaya rendah
digunakan
untuk menstimulasi jaringan dan memperbaikinya melalui proses stimulasi bio. Day
a yang dimiliki
laser berdaya rendah terletak antara 1 sampai dengan 500 mW (miliwatts).
Sejak ditemukan Laser Ruby berkembang cukup pesat ilmu pengetahuan tentang peman
faatan Laser
dan Aplikasinya.. Tidak seperti di berbagai bidang teknik yang lain, teknologi l
aser telah
mempengaruhi bidang kedokteran dan industri. Pemasaran teknologi optik menurut p
ara ahli akan
menjadi sepuluh kali lipat di tahun 2012 mendatang(VDI, 2003). Revolusi ini berl
angsung tanpa
sensasi dan tidak terjadi di setiap kepala manusia. Revolusi yang telah berlangs
ung secara perlahan
tersebut didominasi oleh Fotonikus. Teknologi Optik untuk segala jenis bidang in
dustri sangat
mutlak diperlukan seperti usaha pariwisata untuk wisatawan. Sebab Fotonik adalah
ilmu pengetahuan
yang menggunakan alat dari sinar atau cahaya. Dan dibaliknya terdapat inovasi un
tuk masa depan
yang tak terhitung jumlahnya misalnya, sumber cahaya laser digunakan untuk pengo
batan pada dunia
kedokteran, telekomunikasi pada pengiriman data sebesar Terabyte, dan juga senso
r untuk getaran
dengan orde 1 pico meter.
Pada paper ini akan dibahas proses dan syarat terjadinya laser serta macam, klas
ifikasi dan beberapa
sifat laser yang berbeda dengan sumber cahaya lain.
Prinsip kerja laser
Teori dasar stimulasi secara teoritis dikemukakan oleh Albert Einstein pada tahu
n 1917 dan baru
dapat dibuktikan secara eksperimental oleh Theodore Maiman pada tahun 1960 denga
n terwujudnya
laser dalam kristal Ruby. Ia mempostulatkan pancaran imbas pada peristiwa radias
i agar dapat
Modul Fisika: Piranti Semikonduktor
menjelaskan kesetimbangan termal suatu gas yang sedang menyerap dan memancarkan
radiasi.
Menurut dia ada 3 proses yang terlibat dalam kesetimbangan itu, yaitu : serapan,
emisi spontan
(disebut fluorensi) dan emisi terangsang (lasing dalam bahasa Inggrisnya, artiny
a memancarkan
laser). Proses yang terakhir biasanya diabaikan terhadap yang lain karena pada k
eadaan normal
serapan dan pancaran spontan sangat dominan.
Pada Gambar 1 ditunjukkan suatu sistem tingkat energi yang terkait dengan sistem
atom. Tinjau
sistem dengan dua tingkat, sebagai contoh yaitu 1 dan 2, jika atom diketahui ber
ada status 2 pada t=0,
maka terdapat kemungkinan tertentu per satuan waktu untuk melakukan transisi ke
status 1, sambil
memancarkan foto dengan energi h.=E2-E1. Dimana h adalah konstanta Plank dengan
besar 6,626 x
10-34 Js. Proses ini terjadi tanpa pengaruh medan luar sehingga disebut emisi sp
ontan.
Dengan cara yang sama emisi spontan berkait dengan situasi eksperimen. Tinjau N2
adalah
senjumlah besar atom identik dan diketahui pada t=0 berada pada status 2. Jumlah
rerata atom
tersebut melakukan transisi ke status 1 per satuan waktu adalah
-dN2/dt=A21N2=N2/(tspont)21 (15)
Untuk A21 adalah laju transisi spontan dan (tspont)21 = A21-1 adalah umur emisi
spontan dari 2 .1. Dari
tinjauan mekanika kuantum dinyatakan bahwa transisi spontan selalu dari status e
nergi tinggi ke
status energi yang lebih rendah, tidak terjadi sebaliknya yaitu dari 1 .2.
Sebuah atom pada keadaan dasar dapat dieksitasi ke keadaan tingkat energi yang l
ebih tinggi dengan
cara menembaknya dengan elektron atau foton. Setelah beberapa saat berada di tin
gkat tereksitasi ia
secara acak akan segera kembali ke tingkat energi yang lebih rendah, dan tidak h
arus ke keadaan
dasar semula. Proses acak ini dikenal sebagai fluoresensi terjadi dalam selang w
aktu rerata yang
disebut umur rerata, lamanya tergantung pada keadaan dan jenis atom tersebut. Ke
balikan dari umur
ini dapat dipakai sebagai ukuran kebolehjadian atom tersebut tereksitasi sambil
memancarkan foton
yang energinya sama dengan selisih tingkat energi asal dan tujuan. Foton ini dap
at saja diserap
kembali oleh atom yang lain sehingga mengalami eksitasi, tetapi dapat pula lolos
keluar sistem
sebagai cahaya. Sebetulnya atom-atom yang tereksitasi tidak perlu menunggu terla
lu lama untuk
memancar secara spontan, asalkan terdapat foton yang merangsangnya. Syaratnya fo
ton itu harus
memiliki energi yang sama dengan selisih tingkat energi asal dan tujuan. Tinjaua
n dua tingkat energi
dalam sebuah atom E1 dan E2, dengan E1 < E2. Cacah atom yang berada di masing-ma
sing tingkat
energi adalah N1 dan N2. Untuk menggambarkan distribusi energi pada atom-atom it
u dalam
kesetimbangan termal berlakulah statistik Maxwell - Boltzmann :
N1 / N2= exp ( E2 - E1 ) / kT (16)
Persamaan ini menunjukkan bahwa dalam keadaan setimbang N1 selalu lebih besar da
ripada N2,
tingkat energi rendah selalu lebih padat populasinya dibandingkan dengan tingkat
yang lebih tinggi.
Dalam keadaan tak setmbang terjadilah perpindahan populasi melalui ketiga proses
serapan dan
pancaran tersebut di atas.
Modul Fisika: Piranti Semikonduktor
.hE1
E2
Serapan E1
E2
.hRadiasi Spontan
E1
E2 .h.h.hRadiasi Terangsang
Gambar 26. Serapan, radiasi spontan dan radiasi terangsang
Atom-atom di E2 dapat saja melompat ke E1 secara spontan dengan kebolehjadian tr
ansisinya A21 per
satuan waktu. Apabila terdapat radiasi dengan frekuensi . dan rapat energi e(.),
terjadilah transisi
akibat serapan dari E1 ke E2, dengan kebolehjadian sebut saja B12 e(.) karena te
rlihat jelas
kebolehjadian ini sebanding pula dengan rapat energi fotonnya. Pancaran spontan
ini dapat pula
merangsang transisi dari E2 ke E1 akibat interaksinya dengan atom-atom yang bera
da dalam keadaan
tereksitasi E2, kebolehjadiannya B21e(.). Sudah tentu semua transisi yang terjad
i di sini berbanding
lurus dengan populasi atom di tingkat energi asalnya masing-masing.
Perubahan N2 secara lengkap :

dN2/dt = B12.e(.)N1-[A21+B21.e(.)]N2 (17)


Perubahan populasi ini disebabkan oleh pertambahan akibat serapan dan penguranga
n akibat
pancaran. Setelah tercapai kesetimbangan antara atom-atom itu dengan radiasinya,
pengaruh serapan
dan pancaran akan saling meniadakan dN2/dt = 0.
B12.e(. )N1 = [A21+B21.e(..(18)
)].N2
Setelah digabungkan dengan persamaan (16), substitusi E2 - E1 = h ..
(energi foton yang dilepaskan
pada saat tereksitasi) dan manipulasi aljabar biasa didapatlah persamaan :
A
21
e(. ) = B12 (19)
B
exp(h. / kT ) - 21
B12
Jika persamaan (19) ini dibandingkan dengan distribusi statistik Bose Einstein,
tampak bahwa foton
adalah boson, dan persamaan radiasi Planck dengan harga-harga :
A21/B12 = 8 p.(20)
dan
h. .3 / c3
B21/B12 = 1 (21)
Persamaan (21) menunjukkan bahwa kebolehjadian atom-atom tersebut melakukan tran
sisi serapan
adalah sama dengan kebolehjadiannya melakukan transisi akibat pancaran terangsan
g. Tetapi pada
keadaan normal pengaruh serapanlah yang lebih terasa karena populasi atom lebih
besar di tingkat
energi yang lebih rendah.
Modul Fisika: Piranti Semikonduktor
Dari penjelasan di atas tampaknya ketiga proses : serapan, emisi spontan dan ter
angsang, terjadi
melalui suatu persaingan. Laser yang dihasilkan oleh pancaran terangsang dengan
demikian hanya
bisa terjadi jika pancaran terangsang dapat dibuat mengungguli dua proses yang l
ain. Nisbah laju
pancaran terangsang terhadap serapan dapat dihitung sebagai berikut.
Laju pancaran terangsang B21e(.
)N2
=
Laju serapan B12e(.
)N1
N2
= (22)
N1
Dari persamaan ini tebukti tidaklah mungkin pancaran terangsang dapat mengunggul
i serapan pada
kesetimbangan termal, karena N1 yang selalu lebih besar daripada N2. Laser bisa
dibuat hanya jika N2
> N1 yang tentu saja tidak alamiah, keadaan terbalik seperti ini disebut inversi
populasi. Inversi
populasi ini harus dipertahankan selama laser bekerja, dan cara-caranya akan dij
elaskan di bagian
berikut.
Cara-cara untuk mencapai keadaan inversi populasi ini antara lain adalah pemompa
an optis dan
pemompaan elektris. Pemompaan optis adalah penembakan foton sedangkan pemompaan
elektris
adalah penembakan elektron melalui lucutan listrik. Untuk menuju keadaan inversi
populasi
pemompaan ini harus melakukan pemindahan atom ke tingkat eksitasi dengan laju ya
ng lebih cepat
dibandingkan dengan laju pancaran spontannya. Hal ini dapat dilakukan jika diper
gunakan medium
laser yang atom-atomnya memiliki tingkat energi metastabil. Sebuah metastabil me
merlukan waktu
yang relative lebih lama sebelum tereksitasi dibandingkan dengan umurnya di ting
kat eksitasinya
yang lain.
Dengan demikian pada saat pemompaan terus berlangsung, terjadilah kemacetan lalu
lintas di tingkat
metastabil ini, populasinya akan lebih padat dibandingkan dengan populasi tingka
t energi di
bawahnya. Populasi tingkat energi dasar kini sudah terlampaui populasi tingkat m
etastabil. Bila suatu
saat secara spontan dipancarkan satu foton saja yang berenergi sama dengan selis
ih energi antara
tingkat metastabil dengan tingkat dasar, ia akan memicu dan mengajak atom-atom l
ain di tingkat
metastabil untuk kembali ke tingkat dasar lihat Gambar 27.
Tingkat Energi

Tingkat Metastabil
Tinggi
Laser

Tingkat
Dasar

Gambar 27. Tingkat metastabil pada sistem laser 3 tingkat


Akibatnya atom-atom itu melepaskan foton-foton yang energi dan fasenya persis sa
ma dengan foton
yang mengajaknya tadi, terjadilah laser. Proses demikian inilah yang terjadi pad
a banyak jenis laser
seperti pada laser ruby dan laser-laser gas. Pada laser uap tembaga yang terjadi
adalah efek radiasi
resonansi, inversi populasi dicapai dengan cara memperpanjang umur atom tereksit
asi terhadap
Modul Fisika: Piranti Semikonduktor
tingkat energi dasar, sedangkan umurnya terhadap tingkat metastabil tidak beruba
h. Dengan
demikian inversi populasi terjadi antara tingkat energi tinggi dengan tingkat me
tastabil. Setelah laser
dihasilkan, atom-atom akan banyak terdapat di tingkat metastabil. Koherensi kelu
aran laser bersifat
spasial maupun temporal, semua foton memiliki fase yang sama. Mereka saling mend
ukung satu
sama lain, yang secara gelombang dikatakan berinterferensi konstruktif, sehingga
intensitasnya
berbanding langsung kepada N2, dengan N adalah cacah foton. Jelaslah intensitasn
ya ini jauh lebih
besar dibandingkan dengan intensitas radiasi tak - koheren yang hanya sebanding
dengan N saja.
Syarat penting lainnya untuk menghasilkan laser adalah meningkatkan nisbah laju
pancaran
terangsang terhadap laju pancaran spontannya. Nisbah tersebut mudah sekali
Didapat:
Laju pancaranterangsang B21e(.
)N2
=
(23a)
Laju serapan A12 N1
/kT ) - 1 ] -1
= [ exp ( h .. (23b)
Persamaan (23a) menunjukkan bahwa rapat energi e(.) harus cukup besar agar laser
dapat
dihasilkan. Rapat energi foton ini dapat ditingkatkan dengan cara memberikan sua
tu rongga resonator
optik. Di rongga itulah rapat energi foton tumbuh menjadi besar sekali melalui p
antulan yang
berulang-ulang pada kedua ujung rongga, dan terjadilah perbesaran intensitas sep
erti yang
ditunjukkan oleh nama laser. Pembuatan rongga resonansi ini merupakan masalah ya
ng memerlukan
penanganan yang paling teliti pada saat membangun suatu sistem laser. Persamaan
(9b) diperoleh
dari gabungan (23a) dan (19). Kedua jenis pancaran itu akan sama pentingnya apab
ila selisih tingkat
energi h..
.
memiliki orde yang sama malahan jauh lebih kecil dibandingkan dengan energi term
al k.T.
misalnya saja pada gelombang mikro pada suhu kamar. Oleh sebab itulah laser bere
nergi tinggi
dengan frekuensi yang tinggi pula amat sulit dibuat, karena pancaran spontan aka
n lebih terboleh
jadi.
Jenis-jenis laser
Terdapat tiga jenis dasar laser yang paling umum digunakan. Ketiga jenis dasar i
tu adalah :
(a) Laser yang dipompa secara optis
Pada laser jenis inversi populasi diperoleh dengan cara pemompaan optis. Laser r
uby yang diciptakan
pada bulan Juli 1960 oleh Theodore H.Maiman di Hughes Research Laboratories adal
ah dari jenis
ini. Laser ruby baik sekali diambil sebagai contoh untuk membicarakan cara kerja
laser yang
menggunakan pemompaan optis. Ruby adalah batu permata buatan, terbuat dari Al2O3
dengan
berbagai macam ketakmurnian. Ruby yang digunakan pada laser yang pertama berwarn
a merah
jambu, memiliki kandungan 0,05 persen ion krom bervalensi tiga (Cr+3) dalam bent
uk Cr2O3. Atom
aluminium dan oksigen bersifat inert, sedangkan ion kromnya yang aktif. Kristal
ruby berbentuk
silinder, kira-kira berdiameter 6 mm dan panjangnya 4 sampai 5 cm. Gambar 28 mem
perlihatkan
diagram tingkat energi yang dimiliki ion Cr dalam kristal ruby.
Modul Fisika: Piranti Semikonduktor

Gambar 28. Diagram tingkat energi kristal ruby


Laser ini dihasilkan melalui transisi atom dari tingkat metastabil ke tingkat en
ergi dasar, radiasinya
memiliki panjang gelombang 6920 A° dan 6943 A°. Yang paling terang dan jelas adalah
yang 6943
A, berwarna merah tua. Pemompaan optisnya dilakukan dengan menempatkan batang rub
y di
dalam tabung cahaya ini banyak dipakai sebagai perlengkapan kamera untuk menghas
ilkan kilatan
cahaya. Foton-foton yang dihasilkan tabung ini akan bertumbukan dengan ion-ion C
r dalam ruby,
mengakibatkan eksitasi besar-besaran ke pita tingkat energi tinggi. Dengan cepat
ion-ion itu meluruh
ke tingkat metastabil, di tingkat ini mereka berumur kira-kira 0,005 detik, suat
u selang waktu yang
relatif cukup panjang sebelum mereka kembali ke tingkat energi dasar. Tentu saja
pemompaan terjadi
dengan laju yang lebih cepat dibanding selang waktu tersebut sehingga terjadi in
versi populasi.
Setelah terjadi satu saja pancaran spontan ion Cr, maka beramai-ramailah ion-ion
yang lain
melakukan hal yang sama, dan mereka semua memancarkan foton dengan energi dan fa
se yang sama,
yaitu laser.

Gambar 29. Skema sebuah laser ruby


Jika pada laser ini dibuatkan rongga resonansi optis maka cacah foton yang dipan
carkan dapat dibuat
banyak sekali. Rongga resonansinya adalah batang ruby itu sendiri. Batang terseb
ut harus dipotong
dan digosok rata di kedua ujungnya. Kedua ujung juga harus betul-betul sejajar,
yang satu dilapisi
tebal dengan perak dan satunya lagi tipistipis saja. Akibatnya rapat energi foto
n makin lama makin
besar dengan terjadinya pemantulan berulang-ulang yang dilakukan kedua ujung bat
ang ruby, sampai
suatu saat ujung yang berlapis tipis tidak mampu lagi memantulkan foton yang dat
ang, sehingga
tumpahlah foton-foton dari ujung tersebut sebagai sinar yang kuat, monokromatik
dan koheren yang
tidak lain adalah laser.
Modul Fisika: Piranti Semikonduktor
Pada saat pancaran terangsang berlangsung, tentu saja tingkat metastabil akan ce
pat sekali berkurang
populasinya. Akibatnya keluaran laser terdiri dari pulsa-pulsa berintensitas tin
ggi yang selangnya
masing-masing sekitar beberapa nano etik sampai mili detik. Setelah letupan lase
r terjadi, proses
inversi populasi dan perbesaran rapat energi foton dimulai dari awal lagi, demik
ianlah seterusnya
sehingga terjadi retetan letupan letupan berupa pulsa-pulsa. Keluaran yang konti
nu dapat diperoleh
yaitu jika sistem lasernya ditaruh dalam sebuah kriostat agar suhu operasi laser
menjadi rendah
sekali. Efisiensi laser ruby ini sangat rendah, karena terlalu banyak energi yan
g harus dipakai untuk
mencapai inversi populasinya. Sebagian besar cahaya dari tabung cahaya tidak mem
iliki panjang
gelombang yang diharapkan untuk proses pemimpaan sehingga merupakan pemborosan e
nergi.
Walaupun demikian daya rerata dari tiap pulsa laser dapat mencapai beberapa kilo
watt karena selang
waktunya yang sangat pendek. Dengan daya sebesar ini laser dapat digunakan untuk
melubangi,
memotong maupun mengelas logam.
(b) Laser yang dipompa secara elektris
Sistem laser jenis ini dipompa dengan lucutan listrik di antara dua buah elektro
da. Sistemnya
terdiri dari satu atau lebih jenis gas. Atom-atom gas itu mengalami tumbukan den
gan elektronelektron
lucutan sehingga memperoleh tambahan energi untuk bereksitasi. Perkembangan tera
khir
dalam perlaseran medium gasnya dapat diganti dengan uap logam, tetapi hal ini ak
an mengarah pada
perkembangan jenis laser yang lain. Jenis laser uap logam akan dibicarakan secar
a tersendiri. Laser
gas mampu memancarkan radiasi dengan panjang gelombang mulai dari spektrum ultra
ungu sampai
dengan infra merah. Laser nitrogen yang menggunakan gas N2 merupakan salah satu
laser terpenting
dari jenis ini, panjang gelombang lasernya berada di daerah ultra ungu (3371A°). S
edangkan laser
karbondioksida yang merupakan laser gas yang terkuat memancarkan laser pada daer
ah infra merah.
(10600 A°). Laser gas yang populer tentu saja laser helium-neon, banyak dipakai se
bagai peralatan
laboratorium dan kedokteran. Laser yang dihasilkan berada di spektrum tampak ber
warna merah
(6328 A°). Laser helium-neon ini merupakan laser gas yang pertama, diciptakan oleh
Ali Javan dkk.
dari Bell Laboratories pada tahun 1961. Untuk penjelasan laser gas secara umum l
aser helium-neon
ini dapat diambil sebagai contoh. Dalam keadaan normal atom helium berada di tin
gkat energi
dasarnya 1S0, karena konfigurasi elektron terluarnya adalah 1s2. Pada saat elekt
ron lucutan
menumbuknya atom helium itu mendapatkan energi untuk bereksitasi ke tingkat ener
gi yang lebih
tinggi seperti 1S0 dan 3S1 dari konfigurasi elektron 1s2s. Begitu atom helium te
reksitasi ke
tingkattingkat itu ia tak dapat lagi balik ke tingkat dasar, suatu hal yang dila
rang oleh aturan seleksi
radiasi.
Suatu hal kebetulan bahwa beberapa tingkat energi yang dimiliki atom neon hampir
sama dengan
tingkat energi atom helium. Akibatnya transfer energi antara kedua jenis atom it
u sangat terbolehjadi
melalui tumbukan-tumbukan. Pada gambar 5 dapat dilihat bahwa atom neon yang ditu
mbuk oleh
atom helium 1S0 akan tereksitasi ke tingkat 1P1, 3P0 , 3P1 , 3P2 dari konfiguras
i elektron 2p55s.
Setelah bertumbukan atom helium akan segera kembali ke tingkat energi dasar.
Oleh karena aturan seleksi memperbolehkan transisi dari tingkat-tingkat energi i
ni ke sepuluh tingkat
energi yang dimiliki konfigurasi 2p53p, maka atom neon dapat dipicu untuk memanc
arkan laser.
Syarat inversi populasi dengan sendirinya sudah terpenuhi, karena pada kesetimba
ngan termal
tingkat-tingkat di 2p53p atom Ne amat jarang populasinya.
Modul Fisika: Piranti Semikonduktor

Gambar 30. Diagram tingkat energi He dan Ne


Laser yang dihasilkan akan memiliki intensitas yang paling jelas di panjang gelo
mbang 6328 A°.
Sebetulnya pancaran laser He-Ne yang terkuat berada di 11523 A°.
(infra merah dekat) yang
ditimbulkan oleh transisi dari satu di antara 4 tingkat di 2p54s atom Ne, yang k
ebetulan berdekatan
dengan tingkat energi 3S1 atom He, ke salah satu dari 10 tingkat energi di 2p53p
.
Sistem laser ini berbentuk tabung gas silindris dengan panjang satu meter dan di
ameter 17 mm.
Kedua ujung tabung ditutup oleh dua cermin pantul yang sejajar, disebut cermin F
abry - Perot,
sehingga tabung gas ini sekaligus berfungsi sebagai rongga resonansi optisnya. D
ua buah elektroda
dipasang di dekat ujung-ujungnya dan dihubungkan dengan sumber tegangan tinggi u
ntuk
menimbulkan lucutan dalam tabung. Tekanan He dan Ne dalam tabung adalah sekitar
1 torr dan 0,1
torr, dengan kata lain atom He kira-kira 10 kali lebih banyak dibandingkan denga
n atom Ne. Cacah
He yang lebih banyak ini mampu mempertahankan inversi populasi secara terus mene
rus, sehingga
laser yang dihasilkan juga bersifat kontinu, tidak terputus-putus sebagai pulsa
seperti pada laser ruby.
Sifat kontinu ini merupakan keunggulan laser gas dibanding laser ruby. Laser yan
g kontinu amat
berguna untuk transmisi pembicaraan dalam komunikasi, musik atau gambar-gambar t
elevisi.
Efisiensi laser He-Ne ini juga rendah, hanya sekitar 1 persen, keluaran lasernya
hanya berorde
miliwatt. Sedangkan laser CO2 dapat menghasilkan laser kontinu berdaya beberapa
kilowatt dengan
efisiensi lebih tinggi.

Gambar 31. Sistem laser gas He-Ne


Untuk menghasilkan laser sinar-tampak berwarna-warni, beberapa produsen seperti
Laser Science
Inc. misalnya, mengembangkan laser cairan yang dipompanya secara optis oleh sebu
ah laser
nitrogen. Cairan yang dipakai adalah zat warna yang dilarutkan dalam pelarut sem
acam metanol, dsb.
Konsentrasi larutan kira-kira 0,001 Milar. Contoh larutan ini adalah LD-690 yang
menghasilkan laser
Modul Fisika: Piranti Semikonduktor
merah (6960 A°) dan Coumarin-440 yang menghasilkan laser ungu (4450A°). Jenis laruta
n dapat
diubah-ubah sesuai dengan warna yang dikehendaki.
(c) Laser semikonduktor
Laser ini juga disebut laser injeksi, karena pemompaannya dilakukan dengan injek
si arus listrik lewat
sambungan PN semikonduktornya. Jadi laser ini tidak lain adalah sebuah diode den
gan bias maju
biasa. Laser semikonduktor yang pertama diciptakan secara bersamaan oleh tiga ke
lompok pada
tahun 1962. Mereka adalah R.H. Rediker dkk. (Lincoln Lab, MIT), M.I. Nathan dkk.
(Yorktown
Heights, IBM) dan R.N. Hall dkk. (General Electric Research Lab.). Diodediode ya
ng digunakan
adalah galiun arsenida-flosfida GaAsP (sinar-tampak merah).
Proses laser jenis ini mirip dengan kerja LED biasa. Pancaran fotonnya disebabka
n oleh
bergabungnya kembali elektron dan lubang (hole) di daerah sambungan PN-nya. Baha
n
semikonduktor yang dipakai harus memiliki gap energi yang langsung, agar dapat m
elakukan radiasi
foton tanpa melanggar hukum kekekalan momentum. Oleh sebab itulah laser semikond
uktor tidak
pernah menggunakan bahan seperti silikon maupun germanium yang gap energinya tid
ak langsung.
Dibandingkan dengan LED, laser semikonduktor masih mempunyai dua syarat tambahan
. Yang
pertama, bahannya harus diberi doping banyak sekali sehingga tingkat energi Ferm
i-nya melampaui
tingkat energi pita konduksi di bagian N dan masuk ke bawah tingkat energi pita
valensi di bagian P.
Hal ini perlu agar keadaan inversi populasi di daerah sambungan PN dapat dicapai
. Yang kedua,
rapat arus listrik maju yang digunakan haruslah besar, begitu besar sehingga mel
ampaui harga
ambangnya. Besarnya sekitar 50 ribu ampere/cm2 agar laser yang dihasilkan bersif
at kontinu. Rapat
arus ini luar biasa besar, sehingga diode laser harus ditaruh di dalam kriostat
supaya suhunya tetap
rendah (77 K), jika tidak arus yang besar ini dapat merusak daerah sambungan PN
dan diode berhenti
menghasilkan laser.

Gambar 32. Laser semikonduktor


Pada Gambar 32 tampak bahwa di sebagian daerah deplesi terjadi inversi populasi
jika sambungan
PN diberi tegangan maju, daerah ini disebut lapisan aktif. Daerah deplesi adalah
daerah di sekitar
sambungan PN yang tidak memiliki pembawa muatan listrik bebas. Pada saat dilakuk
an injeksi arus
listrik melalui sambungan, elektron-elektron di pita konduksi pada lapisan aktif
dapat bergabung
kembali dengan lubang-lubang di pita valensi. Untuk arus injeksi yang kecil peng
gabungan ini terjadi
secara acak dan menghasilkan radiasi, proses ini adalah yang terjadi pada LED. T
etapi apabila arus
injeksinya cukup besar, pancaran terangsang mulai terjadi di daerah lapisan akti
f. Lapisan ini
berfungsi pula sebagai rongga resonansi optisnya, sehingga laser akan terjadi se
panjang lapisan ini.
Pelapisan seperti yang dilakukan pada cermin di sini tidak diperlukan lagi karen
a bahan diode sendiri
sudah mengkilap (metalik), cukup bagian luarnya digosok agar dapat memantulkan s
inar yang
Modul Fisika: Piranti Semikonduktor
dihasilkan dalam lapisa aktif. Kelemahan sistem laser ini adalah sifatnya yang t
idak monokromatik,
karena transisi elektron yang terjadi bukanlah antar tingkat energi tapi antar p
ita energi, padahal pita
energi terdiri dari banyak tingkat energi.
Sambungan yang dijelaskan di atas biasa disebut homojunction, karena yang dipisa
hkannya adalah
tipe P dan N dari substrat yang sama, ayitu misalnya GaAs tadi. Tipe P GaAs bias
anya diberi doping
seng (Zn) dan tipe N-nya dengan doping telurium (Te). Sebenarnya hanya sebagian
kecil
elektronelektron yang diinjeksikan dari daerah N yang bergabung dengan lubang di
lapisan aktif,
kebanyakan dari mereka berdifusi jauh masuk ke dalam daerah P sebelum bergabung
kembali dengan
lubang-lubang. Efek difusi inilah yang menyebabkan besarnya rapat arus listrik y
ang dibutuhkan
dalam proses kerja laser semikonduktor. Tetapi besarny rapat arus listrik ini da
pat diturunkan dengan
cara membatasi gerakan elektron yang diinjeksikan itu disuatu daerah yang sempit
, agar mereka tidak
berdifusi kemana-mana. Hal ini dapat dilakukan dengan cara membuat sambungan het
erojunction.
Heterjunction yang apling umum dipakai adalah sambungan antara GaAs dan AlGaAs.
GaAs
memiliki gap energi yang lebih sempit, sehingga bila ia dijepit oleh dua daerah
AlGaAs bertipe P dan
N, elektron-elektron yang diinjeksikan dari daerah N dan lubang-lubang dari daer
ah P akan
bergabung di GaAs ini, jadi GaAs berfungsi sebagai lapisan aktifnya. Laser heter
ojunction GaAs -
AlGaAs dapat bekerja secara kontinu pada suhu kamar hanya dengan rapat arus mini
mum sebesar
100 ampere/cm2, 500 kali lebih kecil dibandingkan rapat arus pada laser GaAs yan
g homojunction.
Keunggulan yang dimiliki laser semikonduktor lebih banyak dibandingkan dengan ke
lemahannya.
Yang paling nyata adalah dimensi ukurannya, yaitu hanya sekitar 0,1 x 0,1 x 1,25
mm, sehingga amat
cocok untuk peralatan yang dapat dibawa-bawa. Keunggulan lainnya adalah fleksibi
litas gap energi
bahan-bahan yang dipakai. Lebar gap dapat diatur sesuai dengan kebutuhan, yang b
erarti orang dapat
memilih panjang gelombang laser yang dihasilkannya. Misalnya, substrat indium fo
sfida InP ) yang
dipakai pada laser InGaAsP, laser yangdihasilkan dapat diatur berpanjang gelomba
ng sekitar 1,3 atau
1,55 mikrometer, panjang gelombang dimana gelombang elektromagnetik paling sedik
it diserap oleh
bahan serat optik. Hal ini membuat laser InGaAsp menjadi pilihan yang tepat untu
k komunikasi
jarak jauh dengan serat optik.
Modul Fisika: Optika Terapan
V
VVI
III
III
II.
.. P
PPE
EEM
MMB
BBE
EEL
LLA
AAJ
JJA
AAR
RRA
AAN
NN 7
77
O
OOp
ppt
tti
iik
kka
aa T
TTe
eer
rra
aap
ppa
aan
nn
1
11.
.. H
HHU
UUK
KKU
UUM
MM P
PPE
EEM
MMA
AAN
NNT
TTU
UUL
LLA
AAN
NN D
DDA
AAN
NN P
PPE
EEM
MMB
BBI
IIA
AAS
SSA
AAN
NN
Sampai pertengahan abad ke-17, umumnya dipercaya bahwa cahaya merupakan aliran z
arah
(corpuscle). Zarah yang dimaksud dipancarkan oleh sumber cahaya, seperti matahar
i atau nyala lilin,
dan merambat keluar dari sumber cahaya dengan lintasan lurus. Cahaya dapat menem
bus bahan
bening/ transparan, dan akan dipantulkan oleh permukaan bahan tak bening (opaque
). Ketika zarah
mengenai mata, akan merangsang syaraf-syaraf penglihatan, sedemikian hingga mata
dapat melihat.
Teori corpuscular yang menyatakan bahwa cahaya terdiri atas zarah-zarah yang mer
ambat dalam
lintasan lurus, dapat dengan mudah menerangkan fenomena pantulan cahaya yang men
genai
permukaan halus seperti cermin, misalnya tentang kesamaan nilai sudut pantul dan
sudut datang.
Demikian pula dengan hukum pembiasan / refraksi yang berlaku untuk perambatan ca
haya yang
menembus bidang batas dua medium yang berbeda indeks bias, seperti pembiasan sew
aktu cahaya
merambat dari udara menembus air atau dari udara masuk ke dalam kaca.
Pada pertengahan abad ke-17, Christian Huygens (1629-1695) pada tahun 1678 menun
jukkan
bahwa hukum pemantulan dan pembiasan dapat dijelaskan dengan teori gelombang. Te
ori
gelombang Huygens ini juga dapat menerangkan fenomena optis yang terjadi dalam b
ahan kristal,
yang disebut dengan bias rangkap (double re-fractions). Tetapi teori gelombang i
ni kurang dapat
diterima oleh sebagian ilmuwan saat itu, terutama karena teori ini belum dapat m
enerangkan
fenomena difraksi yang telah dikemukakan sebelumnya oleh Grimaldi (1665) seperti
halnya teori
corpuscular.
Teori gelombang yang dikemukakan Huygens mulai dapat diterima setelah tahun 1801
, Thomas
Young (1773-1829) dan tahun 1814, Augustin Jean Fresnel (1788-1829) melakukan ek
sperimen
tentang fenomena interferensi, serta Leon Foucault mempu mengukur cepat rambat c
ahaya dalam
cairan. Fenomena-fenomena optik ini tidak dapat diterangkan dengan teori corpusc
ular yang
menganggap cahaya sebagai partikel (zarah), tetapi dapat dijelaskan bila cahaya
dianggap sebagai
gelombang seperti yang dikemukakan dalam teori gelombang Huygens.
Modul Fisika: Optika Terapan
Seberkas cahaya yang mengenai bidang batas dua medium transparan yang berbeda in
deks bias,
maka sebagian cahaya akan dipantulkan dan sebagian yang lain akan ditransmisikan
dan dibiaskan ke
dalam medium kedua. Ada tiga hukum dasar tentang pemantulan dan pembiasan yang b
erbunyi
1.
Sinar datang, sinar pantul, dan sinar bias membentuk satu bidang (yang disebut d
engan bidang
datang atau bidang kejadian), yang arahnya tegak lurus terhadap bidang batas ked
ua medium,
2.
Sudut sinar terpantul (yang kemudian disebut dengan sudut pantul) nilainya sama
dengan sudut
datang, dan dinyatakan secara matematis dengan .1 = .2. Hukum kedua ini disebut
juga dengan
hukum refleksi.
3.
Indeks bias medium pertama kali sinus sudut datang sama dengan indeks bias mediu
m ke-dua
kali sinus sudut bias, n1 sin .1 = n2 sin .2, Pernyataan ini disebut dengan huku
m refleksi atau
hukum Snell.
Ketiga hukum dasar ini dapat dijelaskan dengan beberapa macam cara, seperti deng
an prinsip
Huygens, prinsip Fermat, atau Teori sinar. Pembahasan secara singkat tentang pem
buktian hukum
pemantulan dan pembiasan dengan prinsip Huygens, prinsip Fermat, dan menggunakan
pendekatan
gelombang elektromagnetik dijelaskan pada bagian berikut.
Secara skematis proses pemantulan dan pembiasan ditunjukkan oleh Gambar 1 dengan
kondisi
indeks bias medium pertama (n1) lebih renggang dibanding medium ke dua (n2), n1
< n2 . Proses
pemantulan pada kondisi seperti ini dikenal dengan sebutan refleksi eksternal, s
edangkan berdasar
hukum Snell di atas didapatkan bahwa sudut bias akan selalu mendekati garis norm
al atau sudut bias
selalu lebih kecil bila dibandingkan dengan sudut datangnya. Tinjauan dari sifat
gelombang yang
terpantul dan terbias dengan mempertimbangkan syarat batas antara dua medium, di
peroleh
persamaan Fresnel yang menyatakan tentang perbandingan amplitudo gelombang terpa
ntul dan
terbias terhadap amplitudo gelombang datang yang dikenal dengan koefisien amplit
udo refleksi dan
koefisien amplitudo transmisi. Karena arah getar medan listrik pada gelombang ca
haya merupakan
besaran vektor, maka vektor medan listrik gelombang cahaya dapat diuraikan menja
di dua vektor
yang saling tegak lurus yaitu arah getar medan listrik yang sejajar bidang datan
g dan yang tegak lurus
bidang datang. Dari kenyataan seperti ini akan diperoleh empat Persamaan Fresnel
yang
berhubungan dengan koefisien amplitudo refleksi dan transmisi baik untuk gelomba
ng dengan arah
getar medan listrik sejajar maupun gelombang yang arah medan listriknya tegak lu
rus bidang datang.
.i .r
n1
n2
.t
Gambar 1 Pemantulan dan pembiasan pada dua medium yang berbeda
Modul Fisika: Optika Terapan
Pada proses pemantulan dan pembiasan dengan indeks bias medium pertama lebih bes
ar dibanding
indeks bias medium ke-dua (n2 < n1 , kebalikan kondisi di atas), maka sinar yang
terbias akan selalu
menjauhi garis normal (sudut bias selalu lebih besar dibanding sudut datang), da
n fenomena
pemantulannya disebut dengan refleksi internal. Dengan memvariasi sudut datang d
ari 0o hingga 90o
akan diperoleh dua macam sudut istimewa, yakni sudut polarisasi dan sudut kritis
. Pada saat sudut
datang sama dengan sudut polarisasi (.i = .p = p/2 -.t ) maka dari perhitungan p
ersamaan Fresnel
didapatkan bahwa r// = 0 yang artinya bahwa berkas cahaya yang dipantulkan menja
di berkas
terpolarisasi linier dengan arah medan tegak lurus bidang datang. Sedangkan sudu
t kritis terjadi bila
sudut bias berkas cahaya yang ditransmisikan .t = p/2 rad, yang berarti bahwa bi
la sudut datang
sama dengan sudut kritis maka tidak ada berkas cahaya yang ditransmisikan/diteru
skan. Sudut kritis
hanya terjadi pada pembiasan sinar yang datang dari medium yang lebih rapat ke-m
edium yang lebih
renggang. Besarnya sudut kritis sebagai fungsi indeks bias kedua medium dapat di
peroleh dengan
manipulasi rumus Snell dengan .t = p/2 sehingga didapat
-.
n2 .
.i =.c =
sin 1
..
..
(1)
n
.
1 .
Bila sudut datang lebih besar atau sama dengan sudut kritis (.i > .c) akan terja
di pemantulan dalam
total (TIR = total internal reflection) yaitu semua berkas akan dipantulkan (hal
ini berlaku untuk
medium tanpa absorbsi) dan tidak ada bagian yang ditransmisikan dalam medium ked
ua. Sudut kritis
hanya didapatkan bila indeks bias medium pertama lebih besar dibanding medium ke
-dua, tetapi
untuk sudut polarisasi dapat terjadi untuk dua kondisi (n2 < n1 , atau n2 > n1 )
yang berbeda.
Pemanduan gelombang dalam pandu gelombang didasarkan pada fenomena pemantulan da
lam total
(TIR) dengan sudut datang lebih besar sama dengan sudut kritis (.i =.c). Supaya
gelombang dapat
tetap terpandu sepanjang lintasannya maka jumlah total pergeseran phase dalam sa
tu periode
lintasan (pada Gambar 2, satu periode lintasan misalkan cahaya merambat dari tit
ik A ke titik B)
harus kelipatan 2p. Selama gelombang menjalar dalam satu periode, maka pergesera
n phase yang
terjadi karena perambatan gelombang sepanjang lintasan satu periode yang besarny
a tergantung pada
panjang lintasan optik, serta pergeseran phase oleh pemantulan permukaan atas da
n bawah. Pada
pandu gelombang papak simetris pergeseran phase karena refleksi mempunyai besar
yang sama,
sedangkan pada pandu gelombang papak tak simetri besarnya tidak sama tergantung
perbandingan
indeks bias medium dengan indeks bias bahan dielektrik sebagai medium pemandu.
n2 A B
n1 .i d
n2
Gambar 2 Penjalaran sinar pada pandu gelombang papak simetri
Modul Fisika: Optika Terapan
2
22.
.. I
IIN
NNS
SST
TTR
RRU
UUM
MME
EEN
NNT
TTA
AAS
SSI
II O
OOP
PPT
TTI
IIK
KK
Instrumentasi optik merupakan salah satu bagian dari cabang instrumentasi di fis
ika. Komponenkomponen
dasar dalam instrumentasi optik antara lain lensa, prisma, cermin, pembagi berka
s, filter.
Sedangkan elemen-elemen instrumentasi optik terdiri atas sumber cahaya, photodet
ektor, media
transmisi, dan piranti display. Beberapa contoh instrumentasi optik antara lain
mata makhluk hidup,
sistem kamera, mikroskop, teleskop, OHP. Pengintegrasian instumentasi optik deng
an sistem
elektronik banyak dijumpai dilingkungan kita, dan sangat membantu dalam kehidupa
n sehari-hari.
Sistem seperti ini sangat mudah kita jumpai di lingkungan kita, seperti automati
c light meter dan
automatic focus control pada kamera yang digunakan untuk mengatur intensitas cah
aya yang masuk
serta untuk mengatur kontras/ketajaman citra, sistem bar code yang banyak diguna
kan dibidang
bisnis untuk membaca kode-kode garis pada produk industri, mesin scanner, video
disk player, CD-
player, mouse komputer, faksimili, mesin fotokopi. Gambar 3 menunjukkan skema da
ri VCD player
yang menggunakan sistem optik dan elektronik, yang umumnya disebut dengan sistem
optoelektronika.

Gambar 3. VCD player sebagai contoh integrasi


instrumentasi optik dan elektronik
Modul Fisika: Optika Terapan
3
33.
.. F
FFI
IIB
BBE
EER
RR O
OOP
PPT
TTI
IIK
KK
Serat optik merupakan media transmisi berupa pandu gelombang dengan struktur pen
ampang
silindrik. Pada serat optik mempunyai dua bagian yang penting, yakni inti (core)
sebagai media
transmisi, dan bebat (cladding) yang menyelimuti inti, seperti ditunjukkan Gamba
r 3. Inti serat optik
dapat dibuat dari bahan silika atau plastik, sedangkan bebat umumnya terbuat dar
i bahan plastik.
Indeks bias inti lebih besar dibanding indeks bias bebat, supaya berkas cahaya y
ang masuk dalam
serat optik mengalami pemantulan dalam total sehingga dapat terpandu sepanjang s
erat optik.
in t i b e b a t
( c o r e ) ( c la d d in g )
Gambar 3 Inti dan bebat pada serat optik
Ada dua tipe serat optik berdasar pada profil indeks bias yang ada pada intinya,
yakni serat optik step
indeks yang mempunyai indeks bias serba sama di seluruh bagian inti dan serat op
tik graded indeks
dengan indeks bias di bagian pusat serat optik paling besar dan turun/ mengecil
berangsurangsur/
gradual dengan bertambahnya jarak dari pusat inti. Bentuk profil indeks bias ter
hadap radius
serat optik ditunjukkan pada Gambar 4. Pembagian tipe serat optik yang lain berd
asarkan pada
jumlah moda yang dapat terpandu, yakni serat optik moda tunggal (single mode) ya
ng hanya
memandukan satu moda, dan moda jamak (multi mode) yang memandukan moda lebih dar
i satu.
Pada serat optik moda tunggal, jumlah moda yang hanya satu ini dihitung untuk pa
njang gelombang
tertentu, karena kemungkinan dengan dimensi serat optik yang sama; seperti indek
s bias inti, indeks
bias bebat maupun jari-jari serat optik yang tidak berubah, tetapi bila panjang
gelombang berkas
cahaya yang diluncurkan dalam serat optik berbeda, maka kemungkinan serat optik
yang tadinya
moda tunggal bisa menjadi dua, tiga atau lebih moda yang dapat dipandukan atau b
ahkan tidak dapat
memandu cahaya.
n n
n1
n2
a a
r
r
a) b)
Gambar 4 Profil indeks bias inti serat optik a) step indeks , b) graded indeks
Modul Fisika: Optika Terapan
VII.6

Anda mungkin juga menyukai