Anda di halaman 1dari 23

TEKNOLOGI TEPAT GUNA KEBIDANAN DALAM PELAYANAN

KELUARGA BERENCANA DAN KESEHATAN REPRODUKSI

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknologi Tepat Guna dalam Pelayanan
Kebidanan oleh Dosen Pembimbing Rahajaeng Siti NurRahmawati, M.Keb

Disusun oleh :

SILVI MAYA ASRINA P17321195003


INDAH CAHYANINGSIH P17321195007
DIAN ASIH NING UTAMI P17321195011
BHERYANI MEITHIN P17321195016
FRISKA PUTRI MEIRDA A. P17321195021
GEA BELLA PRATIWI P17321195025
ANA WAHYU KRISTANTI P17321195029
LIA INDRAWATI P17321195033
FAUZIAH ULFI SAFARINA P17321195037

KEMENTERIAN KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN KEDIRI
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Teknologi adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang


diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia. Teknologi Tepat Guna
adalah suatu alat yang sesuai dengan kebutuhan dan dapat berguna serta sesuai dengan
fungsinya di dalam Masyarakat Tradisional yang modern.
Secara teknis Teknologi Tepat Guna merupakan jembatan antara teknologi tradisional
dan teknologi maju. Oleh karena itu aspek-aspek kultural dan ekonomi juga merupakan
dimensi yang harus diperhitungkan dalam mengelola Teknologi Tepat Guna.

B. Tujuan
Berdasarkan latar belakang diatas adalah, adapun tujuan penulisan makalah ini adalah
untuk:
a. Memahami Pengertian Teknologi Tepat Guna Dalam Pelayanan KB dan Kesehatan
Reproduksi
b. Memahami Prosedur dan Jenis Prosedur Teknologi Tepat Guna Terkini Dalam
Pelayanan KB dan Kesehatan Reproduksi
c. Memahami Manfaat Prosedur Teknologi Tepat Guna Dalam Pelayanan KB dan
Kesehatan Reproduksi
d. Memahami Kelebihan dan Kekurangan Teknologi Tepat Guna Dalam Pelayanan KB
dan Kesehatan Reproduksi
e. Mengetahui Bagaimana Penerapan Teknologi Tepat Guna Dalam Pelayanan KB dan
Kesehatan Reproduksi di Indonesia dan di Luar Negeri

C. Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui perkembangan yang
terjadi dalam pelayanan kesehatan ibu khususnya dalam pelayanan KB dan Kesehatan
Reproduksi sehingga dapat meningkatkan pengetahuan baik bagi penulis maupun
pembaca.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Prosedur KB KESPRO


KB adalah merupakan salah satu usaha untuk mencapai kesejahteraan dengan jalan
memberikan nasehat perkawinan,pengobatan kemandulan dan penjarangan kelahiran
(Depkes RI, 1999; 1). KB merupakan tindakan membantu individu atau pasangan suami
istri untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang
memang diinginkan, mengatur interval diantara kelahiran (Hartanto, 2004; 27). KB
adalah proses yang disadari oleh pasangan untuk memutuskan jumlah dan jarak anak
serta waktu kelahiran (Stright, 2004; 78). Tujuan Keluarga Berencana meningkatkan
kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera
melalui pengendalian kelahiran dan pengendalian pertumbuhan penduduk Indonesia.
(Kemenkes, 2014)
Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan pasal 78, Pemerintah bertanggung jawab dan menjamin ketersediaan tenaga,
fasilitas pelayanan, alat dan obat dalam memberikan Pelayanan KB yang aman, bermutu
dan terjangkau oleh masyarakat. Sejalan dengan hal tersebut pada Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 52 tahun 2009, pasal 1 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga menyebutkan bahwa KB adalah upaya
mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui
promosi, perlindungan dan bantuan sesuai dengan hak-hak reproduksi untuk
mewujudkan keluarga berkualitas. (Sri Rahayu&Ida,2016)
2.2 SOP Prosedur Pelayanan KB Kespro
A. Alur pelayanan KB di Fasilitas kesehatan Tingkat Pertama

Penjelasan:
1. Calon klien atau klien KB datang ke Poli KIA/KB dengan menunjukkan kartu
kepesertaan BPJS Kesehatan (Bagi yang sudah menjadi peserta JKN) dan
mendapat K/I/KB serta hasil data klien dan pelayanan dicatat pada K/IV/KB dan
register kohort KB.
2. Dokter dan atau Bidan memberikan konseling kepada klien untuk memilih
pelayanan KB yang dikehendaki
3. Apabila Dokter dan atau Bidan menemukan kontraindikasi pelayanan KB yang
dikehendaki klien pada saat penapisan maka perlu konseling pemilihan metode lain
yang sesuai atau dirujuk ke FKRTL dengan membuat surat rujukan .
4. Setelah klien menyetujui untuk menggunakan salah satu metode kontrasepsi
khusus untuk pelayanan suntik, IUD, implan dan atau vasektomi perlu persetujuan
secara tertulis dengan menandatangani formulir informed consent, apabila klien
tidak setuju perlu diberikan KIP/Konseling ulang. Setelah pelayanan KB, dokter
dan bidan memantau hasil pelayanan KB dan memberikan nasehat pasca pelayanan
kepada klien KB sebelum klien pulang dan kontrol kembali.

B. Alur Pelayanan KB di Jaringan Puskemas dan Jejaring Fasilitas Pelayanan


Kesehatan

Penjelasan :
1. Calon klien atau klien KB datang ke jaringan Puskemas dan jejaring pelayanan
kesehatan mendaftar ke petugas dengan menunjukkan kartu kepesertaan BPJS (jika
sudah menjadi peserta JKN) dan mendapat K/I/KB.
2. Dokter dan atau Bidan memberikan konseling kepada klien untuk memilih
pelayanan KB yang dikehendaki.
3. Apabila Dokter dan atau Bidan menemukan kontraindikasi pelayanan KB yang
dikehendaki klien pada saat penapisan maka perlu konseling pemilihan metode lain
yang dikehendaki klien pada saat penapisan maka perlu konseling pemilihan metode
lain yang sesuai atau dirujuk ke FKRTL dengan membuat surat rujukan.
4. Setelah klien menyetujui untuk menggunakan salah satu metode kontrasepsi khusus
untuk pelayanan suntik, IUD, implan perlu persetujuan secara tertulis dengan
menandatangani formulir informed consent, apabila klien tidak setuju perlu
diberikan konseling ulang.
5. Setelah pelayanan KB, bidan memantau hasil pelayanan KB dan memberikan
nasehat pasca pelayanan kepada klien KB sebelum klien pulang dan kontrol kembali
dengan membawa KI/KB atau kartu kunjungan. Hasil pelayanan KB di Puskesmas
dan jaringannya dicatat dengan menggunakan format pencatatan dan pelaporan
pelayanan KB, yaitu:
a. Register Kohort KB Register ini digunakan untuk mencatat PUS yang menjadi
klien KB pada wilayah puskesmas tersebut dan hasil pelayanan kontrasepsi pada
peserta baru dan lama setiap hari pelayanan. Dalam register ini berisi data tentang
hasil pelayanan, keluhan komplikasi, efek samping, kegagalan KB dan ganti cara.
b. Register pelayanan KB (R/I/KB)
c. Register alokon (R/II/KB)
d. Pendataan PUS (R/I/KS dan R/I/PUS)
e. Buku KIA, digunakan untuk mencatat pelayanan KB Pasca persalinan dalam
amanat persalinan. Formulir ini digunakan untuk mendata PUS yang berguna
untuk menentukan sasaran KB, yaitu: PUS 4T, PUS peserta BPJS a. Kartu
Peserta KB (K/I/KB dan K/IV/KB) b. Kartu pendataan tenaga dan sarana
(K/0/KB) c. Formulir pelaporan dari BPM atau DPM
untuk pelaporan pelayanan KB menggunakan format:
a. Laporan pelayanan KB yang merupakan Rekapitulasi Kohort
b. Laporan PWS KIA
c. Rekapitulasi laporan bulanan F/II/KB
d. Rekapitulasi pendataan tenaga dan sarana fasilitas kesehatan pelayanan
KB
e. Rekapitulasi laporan bulanan alokon dan BHP
Laporan pelayanan KB Puskesmas meliputi pelayanan yang dilaksanakan oleh
fasilitas pelayanan KB, baik pada unit pelayanan kesehatan pemerintah
(Puskesmas, RS Pemerintah, unit pelayanan kesehatan milik TNI/POLRI),
maupun pada fasilitas pelayanan kesehatan swasta (Bidan Praktek Mandiri,
Dokter Praktek Mandiri, RS Swasta, Klinik KB, Rumah Bersalin, dan Praktek
Bersama) yang berada diwilayah kerjanya dengan berkoordinasi kepada
PPLKB /PLKB untuk dianalisis dan dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kab/kota dan
BKKBD/ SKPD KB kab/ kota.
Analisis data dapat dilakukan dengan:
a. Membandingkan data cakupan dengan target/toleransi dan data sebelumnya,
kemudian dilihat desa dengan cakupan di bawah rata-rata dan atau di bawah
target serta dipelajari data terkait lainnya (tenaga, ketersediaanalokon, dll)
sehingga diketahui permasalahan dan rencana tindak lanjut
b. Membandingkan jumlah kasus komplikasi, kegagalan dengan toleransi dan data
sebelumnya, kemudian dilihat dengan toleransi di atas rata-rata dan atau di atas
target serta dipelajari data terkait lainnya sehingga diketahui permasalahan dan
rencana tindak lanjut

Pelaksanaan di Tingkat Rumah Sakit


Pelayanan KB di RS dapat dilaksanakan di ruang poli kebidanan, poli PKBRS, kamar
bersalin dan kamar operasi. Untuk terlaksananya pelayanan KB yang optimal
di RS perlu dipastikan ketersediaan sumber daya meliputi tenaga pelayanan KB,
sarana dan prasarana, alokon dan BHP. Pencatatan dan pelaporan pelayanan KB di RS
mengikuti Sistim Informasi Rumah Sakit (SIRS) yang terdiri dari pencatatan dalam
rekam medik, formulir RL 3, formulir RL 4a, Formulir RL4b serta menggunakan
format pencatatan dan pelaporan pelayanan KB yang digunakan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/ Kota. Rumah Sakit juga melaksanakan penyuluhan program KB sebagai
salah satu pelaksanaan KIE di PKBRS.

2.3 Jenis Prosedur KB Kespro Modern


1. Prosedur Tubektomi tanpa sayatan (Sterilisasi transservikal) menurut
http://gadingpluit-hospital.com/ind/read/TUBEKTOMI-TANPA-SAYATAN
- Metode ini dilakukan dengan memasang sebuah alat yang bentuknya kecil di
saluran telur lewat vagina. Jadi mirip pemasangan alat kontrasepsi IUD.
- Alat yang dipasang pada saluran telur tersebut berfungsi memicu terbentuknya
jaringan baru yang pada akhirnya menutup saluran telur secara permanen
- Alat tersebut ada yang berbentuk seperti pegas mungil, ada pula yang berupa
matriks silicon
- Perlu dilakukannya Inform Consent sebelum dilakukannya tindakan.
- Cara memasukkan alat itu dilakukan dengan bantuan kateter khusus yang
dimasukkan dengan bantuan histeroskop (alat teropong area Rahim) lewat vagina
menuju Rahim lalu ke saluran telur. Histeroskop tersebut dilengkapi dengan
kamera video mikro yang terhubung dengan layar monitor. Dengan demikian
dokter bisa melihat kondisi dalam Rahim dan sekitarnya serta memasang alat
sterilisasi transservikal pada posisi yang benar.
- Pasien tidak memerlukan rawat inap
- Tetapi pada metode ini membutuhkan waktu tiga bulan mulai pemasangan alat
sampai terbentuk jaringan yang menutup saluran dengan sempurna. Jadi selama
jeda waktu itu hubungan seks harus dilakukan dengan metode kontrasepsi lainnya
untuk sementara.

2.
Prosedur

Kondom spray
Cara pemakaian kondom sparay sama seperti pemakaian deodorant tubuh dengan cara
disemprotkan langsung pada bagian alat vital pria atau wanita, kemudian akan muncul
lapisan yang menyerupai kondom. Hal ini ditulis didalam artikel yang dimuat dalam
CNN Indonesia dan KOMPAS, yang menyatakan jika “dengan menggunakan kondom
spray ini, Chu mengungkapkan bahwa tak dibutuhkan lagi kondom konvensional dari
bahan karet dengan berbagai ukuran. Mirip dengan perban semprot yang sudah
beredar di pasaran, seseorang hanya perlu menyemprotkan kondom spray ini ke
bagian alat vital pria ataupun wanita, kemudian akan muncul lapisan yang menyerupai
kondom”.
Sumber :
https://lifestyle.kompas.com/read/2015/07/29/213100020/Telah.Hadir.Sebuah.Inovasi
.Terbaru.Kondom.Spray.
Untuk ilustrasi bisa lihat video melalui link ini: https://www.youtube.com/watch?
v=U18xIsNfecA
3. Standart Operasional Prosedur Penatalaksanaan Pemeriksaan Iva (Inspeksi Visual
Asam Asetat)
Pemeriksaan IVA test bertujuan untuk membantu skrining kanker serviks secara
dini sehingga dapat dilakukan penanganan lebih awal. Hal ini juga dikatakan dalam
jurnal Pemeriksaan Metode IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) untuk Pencegahan
Kanker Serviks yang menyatakan “Insiden kanker serviks sebenarnya dapat ditekan
dengan melakukan upaya pencegahan primer seperti meningkatkan atau intensifikasi
kegiatan penyuluhan kepada masyarakat untuk menjalankan pola hidup sehat,
menghindari faktor risiko terkena kanker, melakukan immunisasi dengan vaksin HPV
dan diikuti dengan deteksi dini kanker serviks tersebut melalui pemeriksaan pap
smear atau IVA (inspeksi visual dengan menggunakan asam acetat)”. Namun sebelum
mengetahui prosedur pelaksanaan IVA test, terlebih dahulu kita mengenal pengertian
dari IVA test terelebih dahulu lalu berlanjut pada prosedurnya.

A. Pengertian
IVA adalah pemeriksaan skrining kanker serviks dengan cara melakukan pulasan
asam asetat 3–5% pada serviks.
B. Manifestasi Klinis
Jika pada pulasan Asam Asetat 3–5% terjadi perubahan warna “aceto white
epithelial” pada serviks, dapat ditegakkan diagnosis adanya lesi prakanker.
a. Kriteria Diagnosis
Dari temuan pemeriksaan IVA, dapat dikategorikan:
·(Servisitis)
·IVA (+) mengindikasikan Lesi prakanker serviks
·Kanker.
C. Langkah Pemeriksaan
Alat dan Bahan :
a. Sabun dan air untuk cuci tangan
b. Lampu yang terang untuk melihat serviks
c. Spekulum dengan desinfeksi tingkat tinggi
d. Sarung tangan sekali pakai atau desinfeksi tingkat tinggi
e. Meja ginekologi
f. Lidi kapas
g. Asam asetat 3 – 5% atau anggur putih (white vinegar)
Cara pembuatan asam asetat:
1) Cuka dapur/ asam asetat/ asam etanoat (mengandung asam asetat 20%)
2) Asam asetat untuk IVA (3 – 5%)
3) Untuk membuat asam asetat 5% dengan cara mengambil 1 bagian cuka dapur
+ 4 bagian air
4) Untuk membuat asam asetat 3 % dengan cara mengambil 2 bagian cuka dapur
+ 11 bagian air
h. Larutan iodium lugol
i. Larutan klorin 0,5% untuk dekomentasi instrument dan sarung tangan

NO LANGKAH-LANGKAH DALAM MEMBERIKAN PEMERIKSAAN IVA


1. Menyambut ibu dan mengucapkan salam
2. Mempersilahkan ibu masuk dan duduk
3. Mananyakan nama ibu dan memperkenalkan diri
4. Menanyakan alasan ibu dating
5. Mendengarkan keluhan ibu
6. Memberi tahu ibu akan dilakukan pemeriksaan IVA untuk menindaklanjuti
keluhan ibu
7. Menanyakan syarat untuk pemeriksaan IVA
a. Tidak melakukan hubungan seksual 1 hari sebelumnya
b. Tidak menggunakan obat yang dimasukkan dalam vagina
c. Tidak sedang haid
8. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan IVA
9. Meminta persetujuan dari ibu untuk dilakukan pemeriksaan.
10. Mempersilahkan ibu untuk masuk dalam ruangan pemeriksaan
11. Tutup tirai untuk menjaga privasi ibu
12. Meminta ibu untuk mengosongkan kandung kencing
13. Meminta ibu untuk membuka pakaian bawah
14. Membantu ibu untuk tidur dalam posisi litotomi pada meja ginekology
15. Mencuci tangan 6 langkah di bawah air mengalir
16. Keringkan tangan dengan handuk bersih
17. Persiapkan alat, buka tutup bak instrument
18 Hidupkan lampu sorot dan atur hingga tepat pada vagina ibu
19 Memakai handscoon
20. Lakukan vulva hygiene
21. Memasang speculum dengan benar ( tangan kanan memegang speculum, tangan
kiri membuka labia minora,masukkan secara miring dalam keadaan tertutup
kemudian putar kembali 45° kea rah bawah hingga menjadi melintang)
22. Buka speculum pada tangkainya secara perlahan dan atur sampai portio terlihat
dengan jelas. ( kunci speculum dengan mengencangkan bautnya kemudian
tangan kiri memegang bagian bawah speculum )
23. Bersihkan portio ibu dengan kasa memakai tampon tang
24. Buang kasa pada bengkok, tampon tang di masukkan pada larutan klorin
25. Ambil lidi wotten dan celupkan ke dalam asam asetat 3-5
26. Masukkan lidi wotten ke dalam vagina ibu sampai menyentuh porti
27. Oleskan lidi wotten ke seluruh permukaan portio ( oleskan secara memutar 360°
searah jarum jam )
28. Buang lidi wotten pada bengkok
29. Tunggu 30 detik hingga 1 menit lihat perubahan pada portio
30. Tutup kembali speculum dengan mngendurkan bautnya, putar 45° ke arah kanan,
tarik speculum secara perlahan dan masukkan pada larutan klorin
31. Memberitahu ibu bahwa pemeriksaan telah selesai mempersilahkan ibu untuk
menggunakan pakaian bawah lagi.
32. Cuci handscoon dan lepas secara terbalik dalam larutan klorin
33. Matikan lampu sorot dan kemaskan alat
34. Cuci tangan dengan air mengalir dan keringkan
35. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan.
a. Jika terjadi perubahan warna pada portio, minta ibu untuk datang lagi untuk
pemeriksaan lebih lanjut
b. Jika tidak ada perubahan, menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan alat
kelaminnya.
36. Mengucapkan terimakasih atas kedatangan ibu.

Setelah inspekulo dan serviks dapat ditampakkan, ada empat langkah:


a) Ada dugaan kanker serviks
b) Tampak SSK?
c) Jika SSK tampak, IVA positif?
d) Jika IVA positif, apakah kelainan serviks itu dapat di krioterapi?
D. Pelaksana IVA :
-Perawat terlatih
-Bidan
-Dokter Umum
-Dokter Spesialis.
E. Kompetensi Pemeriksa IVA
Agar pemeriksaan IVA dapat terjaga akurasinya serta menghindari
penyalahgunaan, maka yang berhak memeriksa IVA perlu diberikan pernyataan
kompetensi yang diberikan oleh organisasi POGI/ HOGI.
F. Terapi
Pada pendekatan See and Treat, setelah diidentifikasi adanya kelainan lesi
prakanker serviks, maka dilakukan terapi dengan krioterapi, jika memenuhi kondisi
yang disyaratkan (a.l. lesi tidak lebih dari 75% permukaan serviks, lesi tidak
melebar ke vagina).
G. Perawatan
Setelah pemeriksaan IVA tidak perlu ada perawatan khusus. Namun setelah terapi
dengan krioterapi, perlu pengamatan oleh pasien sendiri terhadap keluarnya cairan
dari vagina yang berlebih.
H. Keterbatasan pemeriksaan IVA
Karena disyaratkan penilaian IVA dapat dilakukan pada serviks yang dapat
diidentifikasi SSK (Sambungan Skuamo Kolumnar)-nya, maka IVA kurang
memadai jika dilakukan pada usia post menopause.
I. Informed Consent
Penjelasan tentang cara pemeriksaan, akurasinya, pilihan terapi jika ditemukan
kelainan lesi prakanker .
J. Training
Agar seseorang mampu melakukan pemeriksaan IVA, perlu mengikuti training
yang terakreditasi. Lama training adalah 5 hari (2 hari teori dan 3 hari training di
klinik/lapangan), serta dilanjutkan dengan supervisi ketat hingga mencapai tahap
kompeten.
Sumber : https://media.neliti.com/media/publications/181673-ID-pemeriksaan-metode-iva-
inspeksi-visual-a.pdf

2.4 Manfaat Prosedur KB Kespro


1. Kondom Spray
Manfaat:
Metode kondom spray ini digunakan dengan menyemprotkan kondom spray ini ke
bagian alat vital pria ataupun wanita, kemudian akan muncul lapisan yang menyerupai
kondom.yang didesain pas dengan bentuk dan ukuran alat kelamin pria.
2. Tubektomi
Manfaat:
Dengan menggunakan Metode sterilisasi transservikal dapat menjadi alternatif bagi
perempuan yang ingin menjalani sterilisasi tapi takut operasi.
3. IVA Test
Manfaat:
Dengan metode IVA test dapat mencegah kanker serviks yang cukup efisien dan
efektif karena dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan seperti perawat, bidan dan
dokter umum serta biaya lebih murah.

2.5 Kekurangan dan Kelebihan KB


Kelebihan dan Kekurangan Prosedur TTG KB
1. Kelebihan dan Kekurangan Kondom Spray
Kelebihan :
- Cara kerja sangat mudah.
- Dapat menyesuaikan segala ukuran yang bisa digunakan untuk pria maupun
wanita.
Sumber :
http://gadingpluit-hospital.com/ind/read/TUBEKTOMI-TANPA-SAYATAN
Kutipan :
Kekurangan :
Kondom ini perlu waktu beberapa lama untuk menunggu bahan lateksnya
mengeras, yang mana hal tersebut dapat berpotensi menghilangkan mood saat
hendak bercinta.
Sumber :
http://gadingpluit-hospital.com/ind/read/TUBEKTOMI-TANPA-SAYATAN
Kutipan :

2. Kelebihan dan Kekurangan MOW tanpa sayatan/ tubektomi tanpa sayatan


Kelebihan :
- Meminimalkan perdarahan
- Menekan angka infeksi
- Mempercepat masa perawatan dan penyembuhan luka operasi
- Meninggalkan bekas luka yang kecil dan tersamar.
Sumber:
https://lifestyle.kompas.com/read/2015/07/29/213100020/Telah.Hadir.Sebuah.Inovasi.Terb
aru.Kondom.Spray
Kutipan:
Kekurangan :
Harga masih tergolong mahal karena di Indonesia alat-alat operasi justru
digolongkan sebagai barang mewah yang pajaknya tinggi sehingga biaya yang
ditanggung pasien juga lebih tinggi.
Sumber:
https://lifestyle.kompas.com/read/2015/07/29/213100020/Telah.Hadir.Sebuah.Inovasi.Terb
aru.Kondom.Spray
Kutipan:

3. Kelebihan dan Kekurangan IVA Test


Kelebihan :
- Tidak memerlukan alat test laboratorium yang canggih ( alat pengambil
sampel jaringan, preparat, regen, mikroskop, dan lain sebagainya ).
- Tidak memerlukan tekhnisi laboratorium khusus untuk pembacaan hasil.
- Hasilnya langsung diketahui, tidak memakan waktu berminggu-minggu.
- Pemeriksaan yang mudah pelaksanaannya serta murah.
- Dapat dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bukan dokter ginekologi, dapat
dikerjakan oleh tenaga medis pada semua tingkat pelayanan kesehatan seperti
perawat dan bidan.
- Alat-alat yang dibutuhkan sangat sederhana.
Sumber:
http://repositori.uin-alauddin.ac.id/6517/1/INDRY%20SEPTIYUVITA_opt.pdf
Kutipan:
Kekurangan :
- Nilai positif palsu yang tinggi dari pemeriksaan IVA dan tidak bisa
mengamati kelainan endoserviks.
Sumber :
http://repositori.uin-alauddin.ac.id/6517/1/INDRY%20SEPTIYUVITA_opt.pdf
Kutipan :

2.6 Penggunaan Di Indonesia dan Luar Negeri


a. IVA Test dapat di gunakan di Indonesia dan luar negeri.
Menurut Jurnal :
Menurut Kepmenkes Nomor 796 tentang Pedoman Tekhnis Pengendalian Kanker
Payudara dan Kanker Leher Rahim. Program deteksi dini yang telah dilakukan di
Indonesia untuk mengantisipasi kanker serviks adalah dengan metode IVA (Inspeksi
Visual dengan Asam Asetat) yang telah tercantum di dalam Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 796/MENKES/SK/VII/2010 tentang pedoman
teknis pengendalian kanker payudara dan kanker serviks.7 Pemerintah juga
mengeluarkan peraturan baru yaitu Permenkes no. 34 th,2015 Tentang
Penanggulangan Kanker Payudara Dan Kanker Leher Rahim (Kemenkes RI dalam
Sari Ridholla Permata, dkk, 2019).
Sedangkan menurut Rahatgaonkar 2012 Sensitivity of VIA for detection of
precancerous & cancerous lesions is in range of 56% to 96% average is 77% &
Specificity ranges from 74 to 94% with an average of 86%. A range of multi -centric
cross sectional studies conducted by IARC & WHO in India & Africa in the recent
past have proved VIA performed by trained paramedics has higher test accuracy
compared to Pap smear performed in same settings.Sensitivity of VIA 77%(58%-
94%) & sensitivity of Cytology 58%(29%-77%).
Yang artinya: Sensitivitas IVA untuk mendeteksi lesi prakanker & kanker berkisar
antara 56% hingga 96% rata-rata adalah 77% & Spesifisitas berkisar dari 74 hingga
94% dengan rata-rata 86%. Berbagai studi cross-sectional multi-sentris yang
dilakukan oleh IARC & WHO di India & Afrika di India masa lalu baru-baru ini telah
membuktikan IVA yang dilakukan oleh paramedis terlatih memiliki akurasi tes yang
lebih tinggi dibandingkan dengan Pap smear dilakukan dalam pengaturan yang sama.
Sensitivitas IVA 77% (58% - 94%) & sensitivitas Sitologi 58% (29% -77%).

b. MOW tanpa sayatan dapat di gunakan di luar negeri sedangkan di Indonesia


sebenarnya dapat digunakan namun kendala pola pikir masyarakatnya dan harga alat
alat.
Menurut Artikel:
Menurut Ketua Perhimpunan Bedah Endo-Laparoskopi Indonesia, Errawan R.
Wiradisuria, perkembangan teknik endoskopi dan laparoskopi di Indonesia sejatinya
tidak kalah dengan negara – negara lain, utamanya di lingkup Asia. “Ada dokter kita
yang dipercayai untuk melatih teknik endo-laparoskopi pada dokter – dokter di luar
negeri seperti Jepang, Tiongkok, dan Korsel. Dokter – dokter negara tetangga juga
banyak yang belajar endo – laparoskopi pada kita. Jadi, secara kepakaran, kita tidak
kalah,” kata Errawan.”Bahkan tahun ini Indonesia dipercaya menjadi tuan rumah
penyelenggara kongres internasional di bidang Endo – Laparoskopi tingkat Asia
(International Congress of Endoscopic and Laparoscopc Surgeons of Asia / ELSA).
Acara yang akan  digelar di Bali pada 8-11 Oktober 2016 itu akan dihadiri para dokter
bedah dari 42 negara. Meski demikian, lanjut Errawan, banyak pasien dalam negri
yang masih memilih menjalani tindakan endo – laparoskopi di luar negeri, seperti di
Singapura atau Malaysia. Penyebabnya, selain soal kepercayaan pelayanan, juga
faktor harga. “Di Malaysia  jatuhnya bisa lebih murah karena di sana alat –alat operasi
tidak kena pajak. Di Indonesia, alat – alat operasi justru digolongkan sebagai barang
mewah yang pajaknya tinggi. Akibatnya, biaya yang ditanggung pasien juga lebih
tinggi. Semoga ke depan ada perbaikan” tambahnya. (Errawan R. Wiradisuria, 2015).
c. Kondom Spray di Indonesia masih belum bisa digunakan karena belum mencapai
pasar Indonesia dan belum pernah di perkenalkan atau masih dalam proses research di
Luar Negeri. Sedangkan di luar negeri juga masih belum bisa menggunakannya
karena sebenarnya kondom spray ini masih sebuah research mahasiswa senior
bernama Michele Chu dari Pratt Institute di New York yang merancang sebuah
konsep visual untuk kondom spray-on yang mungkin dapat merevolusi pasar kondom
saat ini. Chu berharap dapat mewujudkan alat-alat futuristik seksnya menjadi
kenyataan setelah ia lulus kuliah nanti.
Menurut Artikel:
CNN dan KOMPAS.com — Seorang mahasiswa desain dari Pratt Institute,
New York, bernama Michele Chu membuat inovasi terbaru untuk alat kontrasepsi
(kondom), yakni berbentuk semprot atau spray. Sama seperti fungsi deodoran tubuh
dengan cara disemprotkan, kondom ini diklaim berfungsi memberi perlindungan
lewat cara yang lebih praktis. Chu menjelaskan bahwa cara kerja kondom ini
sangatlah mudah. Mirip dengan perban semprot yang sudah beredar di pasaran,
seseorang hanya perlu menyemprotkan kondom spray ini ke bagian alat vital pria
ataupun wanita, kemudian akan muncul lapisan yang menyerupai kondom. Dengan
menggunakan kondom spray ini, Chu mengungkapkan bahwa tak dibutuhkan lagi
kondom konvensional dari bahan karet dengan berbagai ukuran. Ajaibnya, Chu juga
merilis kondom semprot ini berbarengan dengan sebuah smart bra yang memiliki
inovasi karena dapat dikontrol menggunakan remote. Remote tersebut juga memiliki
fungsi mengontrol efek kondom seperti rasa yang diinginkan. Chu sendiri mengaku
bahwa ide yang didapatkan terinspirasi dari Jan Cinzenz Krause, seorang guru
kesehatan seksual dari Jerman yang sempat membuat inovasi berupa kondom
spray pertama pada tahun 2008. Pada prototipe yang dibuat Krause, kondom spray
kreasinya ini menyemprotkan bahan lateks cair dari sebuah botol plastik.
DAFTAR PUSTAKA

Agmasari Silvita. 2015. Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Telah Hadir
Sebuah Inovasi Terbaru, Kondom "Spray".
https://lifestyle.kompas.com/read/2015/07/29/213100020/Telah.Hadir.Sebuah.Inovasi
.Terbaru.Kondom.Spray.. Diakses pada tanggal 17 Maret 2020.
Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak. Pedoman Manajemen Pelayanan
Keluarga Berencana. 2014. Pedoman Manajemen Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta:
Kemenkes RI.
http://gadingpluit-hospital.com/ind/read/TUBEKTOMI-TANPA-SAYATAN
http://gadingpluit-hospital.com/ind/read/TUBEKTOMI-TANPA-SAYATAN
https://lifestyle.kompas.com/read/2015/07/29/213100020/Telah.Hadir.Sebuah.Inovasi.Terbar
u.Kondom.Spray
https://lifestyle.kompas.com/read/2015/07/29/213100020/Telah.Hadir.Sebuah.Inovasi.Terbar
u.Kondom.Spray
http://repositori.uin-alauddin.ac.id/6517/1/INDRY%20SEPTIYUVITA_opt.pdf
http://repositori.uin-alauddin.ac.id/6517/1/INDRY%20SEPTIYUVITA_opt.pdf
https://lifestyle.kompas.com/read/2015/07/29/213100020/Telah.Hadir.Sebuah.Inovasi.Terbar.
Kondom.Spray
http://gadingpluit-hospital.com/ind/read/TUBEKTOMI-TANPA-SAYATAN
https://media.neliti.com/media/publications/181673-ID-pemeriksaan-metode-iva-inspeksi-
visual-a.pdf
https://media.neliti.com/media/publications/181673-ID-pemeriksaan-metode-iva-inspeksi-
visual-a.pdf
http://repositori.uin-alauddin.ac.id/6517/1/INDRY%20SEPTIYUVITA_opt.pdf
https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20150729152946-255-68880/spray-on-condom-
konsep-baru-pakai-kondom-dengan-cara-semprot
http://gadingpluit-hospital.com/ind/read/TUBEKTOMI-TANPA-SAYATAN
Kemenkes RI.2014.Pedoman manajemen pelayanan keluarga berencana.Jakarta
Masyaril Ahmad. 2015. Spray-on Condom, Konsep Baru Pakai Kondom dengan Cara
Semprot. Jakarta : CNN Indonesia https://www.cnnindonesia.com/gaya-
hidup/20150729152946-255-68880/spray-on-condom-konsep-baru-pakai-kondom-
dengan-cara-semprot Diakses pada tanggal 17 Maret 2020.
Rahatgaonkar, Veena. 2012. VIA(Visual Inspection Of Cervix With Acetic Acid Application)
in Cervical Cancer Screening. Sangli-India : IOSR Journal of Dental and Medical
Sciences (IOSRJDMS). https://www.iosrjournals.org/iosr-jdms/papers/vol1-
issue1/A0110104.pdf Di akses pada tanggal 16 Maret 2020.
RS Gading Pluit. 2016. Tubektomi Tanpa Sayatan Dengan Prosedur Sterilisasi
Transservikal, Saluran Telur Pada Organ Reproduksi Perempuan Ditutup Tanpa
Melibatkan Pembedahan. Jakarta : Rumah Sakit Gading Pluit. http://gadingpluit-
hospital.com/ind/read/TUBEKTOMI-TANPA-SAYATAN Di akses pada tanggal 16
Maret 2020.
Sari, Ridholla Permata,dkk. 2019. Upaya Peningkatan Cakupan Pemeriksaan Inspeksi Visual
Dengan Asam Asetat (IVA) Di Dinas Kesehatan Kota Solok. Padang : Jurnal
Kesehatan Andalas.
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/download/1052/966 Di akses pada
tanggal 16 Maret 2020.
Sri Rahayu dan Ida Prijatni. 2016. Modul Cetak Bahan Ajar Kebidanan: Kesehatan
Reproduksi dan Keluarga Berencana. Jakarta: Kemenkes RI

Anda mungkin juga menyukai