(Makalah Ini Disusun Sebagai Bahan Diskusi Pada Mata Kuliah Islam Dan Ilmu
Pengetahuan)
Kelompok 1
1440 H / 2020 M
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Adapun penulisan
makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Islam dan Ilmu Pengetahuan
yang dibimbing oleh Drs. H. M. Ali Hamzah, M.Pd dengan judul Filsafat Pengetahuan
Islami.
Penyusunan makalah ini tak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu. Kami
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan.
Untuk itu, kami meminta kesediaan pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi perbaikan pada tugas selanjutnya. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI................................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 4
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 4
C. Tujuan Penulisan ........................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................. 6
A. Pengertian Filsafat ........................................................................................................ 6
B. Konsepsi Islam Tentang Ilmu Pengetahuan ................................................................ 10
C. Hubungan antara Filsafat dengan Ilmu Pengetahuan Islami ...................................... 12
D. Pengintegrasian Ilmu Pengetahuan ............................................................................ 13
E. Fungsi Al-Qur’an.......................................................................................................... 18
F. Tambahan Pemaparan Fungsi Al-Qur’an Oleh Ass Prof. Ali Hamzah, M.Pd ............... 21
G. Fungsi Al-Hadits .......................................................................................................... 24
H. Peranan Fungsi Al-Qur’an dan Al-Hadits dalam Kemajuan IPTEK ............................... 25
I. Konsep Alam Semesta di dalam Al-Qur’an ................................................................. 27
J. Penciptaan Alam Semesta .......................................................................................... 31
K. Alam Semesta Sebagai Ayatullah ................................................................................ 33
BAB III PENUTUP ..................................................................................................................... 36
A. Simpulan ......................................................................................................................... 36
B. Saran ............................................................................................................................... 38
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 39
LAMPIRAN PERTANYAAN DAN JAWABAN HASIL DISKUSI ...................................................... 40
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sering kita dengar lemahnya masyarakat ilmiah, kurang integralnya
masyarakat sains nasional, tidak memadainya anggaran penelitian ilmiah ,
kurang nya kesadaran di kalangan ekonomi tentang pentingnya penelitian
ilmiah, kurang memadai fasilitas perpustakaan,dokumentasi dan pusat
informasi, ilmuan muslim terisolasi dari kancah global serta adanya birokrasi,
restriksi dan kurangnya insensitif merupakan masalah pokok dari negara islam.
Akibatnya realitas umat islam sampai kini benar-benar tertinggal jauh dari
Barat, bukan hanya dalam bidang teknologi tetapi juga dalam ranah ilmu
pengetahuan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat disimpulkan rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Apakah pengertian filsafat ?
2. Bagaimanakah konsep mengenai pengetahuan Islami ?
3. Bagaimana hubungan antara filsafat dengan ilmu pengetahuan islami ?
4. Bagaimana pengintegrasian ilmu?
5. Apa saja fungsi Al-Qur’an ?
6. Apa saja fungsi Al-Hadits ?
4
7. Bagaimana peranan fungsi Al-Qur’an dan Al-Hadits dalam kemajuan
IPTEK ?
8. Bagaimana konsep alam semesta di dalam Al-Qur’an ?
9. Bagaimana proses penciptaan alam semesta ?
10. Apa saja ayat yang menjelaskan tentang penciptaan ayat semesta ?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan pembahasan sebagai berikut:
1. Untuk menjelaskan pengertian dan ilmu pengetahuan islami.
2. Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara filsafat dengan ilmu
pengetahuan islami.
3. Untuk mengetahui bagaimana pengintegrasian ilmu.
4. Untuk mengetahui apa saja fungsi Al-Qur’an dan Al Hadits.
5. Untuk mengetahui peranan fungsi Al-Qur’an dan Al-Hadits yang
berkenaan dengan kemajuan IPTEK.
6. Untuk memahami konsep alam semesta di dalam Al-Qur’an.
7. Untuk memahami bagaimana penciptaan alam semesta.
8. Untuk mengetahui apa saja ayat Al-Qur’an yang berhubungan dengan
penciptaan alam semesta.
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Filsafat
Filsafat berasal dari bahasa Yunani, philo dan sophia. Philo berarti
cinta dan Sophia berarti kebijaksanaan atau kebenaran. Sedang menurut istilah,
filsafat diartikan sebagai upaya manusia untuk memahami secara radikal dan
integral serta sistematik mengenai Tuhan, alam semesta dan manusia, sehingga
dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang
dapat dicapai akal manusia dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya setelah
mencapai pengetahuan tersebut.1
Beberapa ahli juga ikut mengemukakan pandangannya terkait
pengertian filsafat ini, sebagai berikut:2
a. Aristoteles
Filsafat adalah memiliki kewajiban untuk menyelidiki sebab dan asas
segala benda.
b. Plato
Filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada (ilmu pengetahuan
yang berminat mencapai kebenaran yang asli).
c. Al-Farabi
Filsafat itu ialah ilmu pengetahuan tentang alam yang maujud dan
bertujuan menyelidiki hakekatnya yang sebenarnya.
d. Al-Kindi
Filsafat adalah pengetahuan benar mengenai hakikat segala yang ada
sejauh mungkin bagi manusia.
1
Zakky, Pengertian Filsafat Secara Umum Etimologi, dan Menurut Para Ahli, 2018
(www.zonareferensi.com).
2
Ibid.
6
Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli tersebut dapat diambil
kesimpulan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan
segala hal yang ada dan memiliki tujuan untuk menyelidiki sesuatu sejauh
mungkin hingga mendapatkan kebenaran yang sebenarnya.
Al-Farabi mengemukakan dalam kitabnya Tahshil as-
Sa’adah, filsafat berasal dari Keldania (Babilonia), kemudian pindah ke
Mesir, lalu pindah ke Yunani, Suryani dan akhirnya sampai ke Arab.
Filsafat pindah ke negeri Arab setelah datangnya Islam. Karena itu filsafat
yang pindah ke negeri Arab ini dinamakan filsafat Islam. 3
Tokoh filsafat pertama dalam Islam adalah Al-Kindi, pemikiran Al-
Kindi mengenai filsafat ini merupakan penggabungan antara pemikiran
dari Aristoteles dan Plato.4 Ia memberikan pengertian filsafat di kalangan
umat Islam membagi filsafat itu dalam tiga lapangan, yakni Ilmu Fisika (al-
ilmu al-tabiyyat), merupakan tingkatan terendah; Ilmu Matematika (al-
ilmu al-riyadil), tingkatan tengah; Ilmu Ketuhanan (al-ilmu ar-rububiyyat),
tingkatan tertinggi.5 Musa Asy’arie (2002:6) menjelaskan, bahwa hakikat
filsafat Islam adalah filsafat yang bercorak Islami, yang dalam bahasa
Inggris dibahasakan menjadi Islamic Philosophy, bukan the Philosophy of
Islam yang berarti berpikir tentang Islam.6
3
H.M. Zainuddin, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Filsafat Islam, 2013 (www.uin-
malang.ac.id)
4
A.M. Saefuddin, Islamisasi Sains dan Kampus, (Jakarta: PT PPA Consultants), h. 37.
5
Zakky, loc. Cit.
6
H.M. Zainuddin, loc. Cit.
7
Penjelasan Tambahan Mengenai Filsafat yang Berhubungan dengan Ilmu
Pengetahuan
Filsafat yang memilihi hubungan erat dengan Ilmu Pengetahuan terbagi menjadi empat
bagian, penjelasan mengenai ke-empat bagian tersebut adalah sebagai berikut:
Filsafat Rasionalisme
Filsafat rasionalisme adalah paham yang mengatakan bahwa akal itulah alat pencari
dan pengukur pengetahuan. Pengetahuan dicari dengan akal, temuannya diukur dengan
akal pula. Dicari dengan akal ialah dicari dengan berfikir logis. Diukur dengan akal
artinya diuji apakah temuan itu logis atau tidak. Bila logis, benar; bila tidak, salah.
Dengan akal itulah aturan untuk mengatur manusia dan alam itu dibuat. Ini juga berarti
bahwa kebenaran itu bersumber pada akal. Rasionalisme itu berpendirian, sumber
pengetahuan terletak pada akal. Bukan karena Rasionalisme mengingkari nilai
pengalaman, melainkan pengalaman paling-paling dipandang sebagai sejenis
perangsang bagi pikiran. Rasionalisme adalah paham filsafat yang mengatakan bahwa
akal (reason) adalah alat terpenting dalam memperoleh pengetahuan dan mengetes
pengetahuan.
Filsafat Empirisme
Empirisme adalah paham filsafat yang mengajarkan bahwa yang benar ialah yang logis
dan ada bukti empiris. Dengan empirisme aturan (untuk mengatur manusia dan alam)
itu dibuat. Empirisme juga memiliki kekurangan yaitu ia belum terukur. Empirisme
hanya sampai pada konsep-konsep yang umum. Seorang empirisme biasanya
berpendirian, kita dapat memperoleh pengetahuan melalui pengalaman. Pengetahuan
diperoleh dengan perantaraan indera.
Filsafat Positivisme
Positivisme adalah mengajarkan bahwa kebenaran ialah yang logis, ada bukti
empirisnya, yang terukur. “Terukur” inilah sumbangan penting
8
positivisme.Positivisme sudah dapat disetujui untuk memulai upaya membuat aturan
untuk mengatur manusia dan mengatur alam. Positivisme adalah bahwa ilmu adalah
satu-satunya pengetahuan yang valid, dan fakta-fakta sajalah yang dapat menjadi obyek
pengetahuan.Dengan demikian, positivisme menolak keberadaan segala kekuatan atau
subyek dibelakang fakta, menolak segala penggunaan metoda diluar yang digunakan
untuk menelaah fakta.
Filsafat Kritisisme
Kritisisme adalah menolak paham salinan yang menyangkut penerapan dan
pengetahuan berdasarkan alasan-alasan.
1) Bagi Descartes tidak ada satu setan yang licik pun dapat mengganggu aku, tak
seorang skeptis pun mampu meragukannya, yaitu saya sedang ragu.Tidak dapat
diragukan bahwa saya sedang ragu.Aku yang sedang ragu itu disebabkan oleh aku
berpikir.Aku berpikir pasti ada dan benar.Jika aku berpikir ada, berarti aku ada sebab
yang berpikir itu aku.Cogito ergo sum, aku berpikir, jadi aku ada. Descartes memulai
filsafat dari metode.Metode keraguan itu bukanlah tujuannya.Tujuan metode ini
bukanlah untuk mempertahankan keraguan.Metode ini bergerak dari keraguan menuju
kepastian.Ia tidak pernah meragukan bahwa ia mampu menemukan keyakinan yang
berada dibalik keraguan itu, dan menggunakannya untuk membuktikan suatu kepastian
dibalik sesuatu. Pemikiran fondasi aku yang berpikir itu pantas dijadikan dasar filsafat
karena benar-benar ada, tidak diragukan, bukan kamu atau pikiranmu.
2) Kebenaran adalah pernyataan tanpa ragu. Baik logika deduktif maupun logika
induktif, dalam proses penalarannya, mempergunakan premis-premis yang berupa
pengetahuan yang dianggapnya benar. Secara objektif kebenaran dapat dikembalikan
kepada objek materi, keluasan dan kedalam objek forma, derajat dan system yang
berlaku atau yang ada di dalamnya.Pertama, mempertimbangkan objek materinya,
dimana filsafat mempelajari segala sesuatu yang ada.Kebenaran ilmu pengetahuan
filsafat bersifat umum-universal, tidak terkait dengan jenis-jenis objek tertentu.Kedua,
ditinjau dari objek formanya, kebenaran ilmu pengetahuan itu bersifat metafisis, dalam
9
arti meliputi ruang lingkup material-khusus sampai kepada hal-hal yang abstrak-
universal.Ketiga, dicermati metode-metode yang digunakan oleh filsafat, sifat
kebenaran ilmu pengetahuan filsafat yang abstrak-metafisis semakin jelas.Karena
metode kefilsafatan itu terarah dalm mencapai pengetahuan yang esensial atas setiap
hal dan pengetahuan eksistensial daripada sesuatu dalam keterkaitan yang utuh
(kesatuan).
7
Prof.Dr. Ahmad Fuad Basya, Sumbangan Keilmuan Islam Pada Dunia,(Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar),hlm.41
10
sekiranya dapat menjadi penopang dan bekal bagi kehidupan di dunia dan di
akhirat8.
Al-Ghazali mengklasifikasikan ilmu kepada ilmu agama dan non
agama. Ilmu agama adalah kelompok ilmu yang diajarkan lewat ajaran-ajaran
Nabi dan yang diwahyukan kepada Nabi. Sedangkan ilmu non agama
diklasifikasikan kepada ilmu yang terpuji, dibolehkan, dan tercela. Misalkan
seperti ilmu sejarah yang termasuk kepada ilmu yang dibolehkan, ilmu sihir
termasuk kedalam ilmu yang tercela, dan ilmu tentang obat-obatan,
matematika, dan keterampilan-keterampilan yang lainnya termasuk kedalam
ilmu yang terpuji9.
Ilmu non agama pada dasarnya berkaitan langsung dengan sains dan
teknologi. Sains dan teknologi diibaratkan seperti dua sisi pada mata uang, sulit
untuk dipisahkan. Baiquni berpendapat bahwa sains adalah himpunan
pengetahuan manusia tentang alam yang diperoleh sebagai kesepakatan para
pakar, melalui penyimpulan secara rasional mengenai hasil-hasil analisis yang
kritis terhadap data pengukuran yang diperoleh dari observasi pada gejala-
gejala alam. Sedangkan teknologi adalah himpunan pengetahuan manusia
tentang proses-proses pemanfaatan alam yang diperoleh dari penerapan sains,
dalam kerangka kegiatan yang lebih produktif10.
Pandangan Al-Quran tentang sains dan teknologi dapat ditelusuri dari
pandangan Al-Quran tentang ilmu. Al-Quran telah meletakkan posisi ilmu pada
tingkatan yang hampir sama dengan iman. Sebagaimana yang terdapat dalam
surah Al-Mujadalah ayat 11 yang artinya adalah “...niscaya Allah akan
8
Abduh Muhammad.”Peradaban Sains dalam Islam”,
http://sumsel.kemenag.go.id/files/sumsel/filedokumen/peradabanislam.pdf , diakses pada 13 April
2018 pukul 20.00
9
Ibid.
10
Jamal Fakhri, Op.Cit.
11
meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.”11.
Ayat-ayat Al-Quran yang memerintahkan manusia untuk mencari ilmu begitu
banyak. Al-Quran mengunakan berbagai istilah yang berkaitan dengan hal ini.
Misalnya, mengajak, melihat, memperhatikan, dan mengamati kejadian-
kejadian (Fathir: 27, Al-Hajj: 5, Luqman: 20, Yunus: 101), membaca (Al-Alaq:
1-5), agar mengetahui suatu kejadian (Al-An’am: 97), agar mendapat jalan (Al-
Nahl:15), menjadi yang berpikir atau yang menalar berbagai fenomena (Al-
Nahl: 11), dan mengambil pelajaran (Yunus: 3)12
11
Ibid.
12
Ibid.
13
Anggi Rosalia, Islam dan Ilmu Pengetahuan – Pengertian dan Perkembangannya, 2016
(www.dalamislam.com).
12
Ilmu pengetahuan harus dilandasi nilai-nilai keimanan atau tauhid agar
dapat menjadi fondasi pembangunan peradaban sebuah bangsa, kata pengasuh
Pondok Pesantren Daruut Tauhiid Bandung Kiai Haji Abdullah Gymnastiar.14
Pada umumnya agama dimulai dari sikap percaya (iman), tetapi kadang-kadang
juga dimulai dari keraguan sebagaimana dalam filsafat dan ilmu. Ilmu, filsafat
dan agama memiliki keterkaitan dan saling menunjang bagi manusia.
Keterkaitan itu terletak pada tiga potensi utama yang diberikan oleh Tuhan
kepada manusia, yaitu akal, budi dan rasa serta keyakinan. Melalui ketiga
potensi tersebut manusia akan memperoleh kebahagiaan yang sebenarnya.
Dalam konteks studi agama, manusia perlu menggunakan pendekatan secara
utuh dan komperehensif. 15
Ada dua pendekatan dalam studi agama secara komperehensif tersebut,
yaitu: Pertama, pendekatan rasional-spikulatif. Pendekatan ini adalah
pendekata filsafat (philosophical approach), misalnya pendekatan studi agama
terhadap teks-teks yang terkait dengan masalah eskatologis-metafisik,
epistemologi, etika dan estetika; kedua, pendekatanrasional-
empirik. Pendekatan ini adalah pendekatan ilmu (scientific approach),
misalnya pendekatan studi agama terhadap teks-teks yang terkait
dengan sunnatullah (ayat-ayat kauniyah), teks-teks hukum yang bersifat
perintah dan larangan dan sejarah masa lampau umat manusia.16
14
Tasrief Tarmizi, AA Gym : Ilmu Pengetahuan Harus Dilandasi Tauhid, 2014 (m.antaranews.com).
15
H.M. Zainuddin, loc. Cit.
16
Ibid.
13
dan verifikasi dari sejumlah pengetahuan yang diperoleh dan dimiliki manusia,
sementara pengetahuan tidak mensyaratkan teoritisasi dan pengujian tersebut.
M. Amin Abdullah (2006: 191-192) mempunyai pandangan, bahwa
semua ilmu yang disusun, dikonsep, ditulis secara sistematis, kemudian
dikomunikasikan. Ilmu Islam memiliki empat sumber yang jika digali secara
ilmiah, semuanya akan melahirkan ilmu Islam, yaitu:
1. Al-Qur’an dan Sunnah
Al-Qur’an dan sunnah merupakan sumber ilmu-ilmu Islam yang
di dalamnya ditemukan unsur-unsur yang dapat dikembangkan untuk
membentuk keberagamaan, konsep, bahkan teori yang dapat
difungsikan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang dihadapi
umat. Mengingat sifatnya sebagai unsur esensial, maka di dalam al-
Qur’an dan sunnah beberapa ilmu sosial maupun ilmu alam hanya
ditemukan unsur-unsur dasar baik dalam bentuk konsep besar atau teori
besar (grand concept or grand theory).
2. Alam Semesta (Afaq)
Manusia dengan indra dan akalnya dapat memperhatikan
fenomena alam yang dapat diteliti dan diobservasi, sehingga didapati
bermacam-macam informasi ilmu. Manusia dengan akal dan hatinya
juga dapat mengkaji rahasia-rahasia al-Qur’an yang telah banyak
menyinggung berbagai ilmu yang akan hadir di masa yang akan datang
demi kemakmuran manusia.
Al-Qur’an mengisyaratkan ilmu-ilmu kealaman yang kini telah
bermunculan dan berkembang, antara lain:
a. Kosmologi, al-Qur’an mengisyaratkan antara lain tentang proses dasar
pembentukan alam semesta dan komposisi planet dan jagad raya (QS.
Fushshilat, (41): 11-12), orbit matahari dan bulan (QS. Al-Anbiya’,
14
(21): 33 dan QS. Yasin, (36): 40), isyarat manusia dapat menembus
langit (QS. AlRahman, (55): 33).
b. Astronomi, ayat al-Qur’an yang meyinggung antara lain tentang: langit
dan bumi tak bertiang (QS. Al-Ra’d, (13): 2-3, QS. Al-Nazi’at, (79):
28), keteraturan dan keseimbangan (QS. Ibrahim, (14): 33, QS. Al-
Rahman, (55): 5), gerakan benda-benda samawi yang ada dalam garis
edarnya (QS. Yasin, (36): 38-40, QS. Yunus, (10): 5-6).
c. Fisika, al-Qur’an menyinggung tentang sifat cahaya bulan dan matahari
(QS. Al-Furqan, (25): 61, QS. Yunus, (10): 5-6), fungsi cahaya dalam
berbagai medan (QS. Al-Hadid, (57): 13, QS. Al-Tahrim, (66): 8, QS.
Al-Taubah, (9): 32), tenaga panas atau kalor (QS. Al-Kahfi, (18): 96,
QS. Al-Ra’ad, (13): 17, QS. Al-Rahman, (55): 35), tenaga listrik (QS.
Al-Baqarah, (2): 19-20, QS. Al-Ra’d, (13): 12-13).
d. Matematika, al-Qur’an menyinggung tentang pengetahuan angka-angka
(QS. Al-Kahfi, (18): 11-12, QS. Al-Kahfi, (18): 9), perkalian dan
perhitungan
15
SWT, yang akan ditampakkan kepada manusia adalah konstruksi alam
semesta (afaq) dan diri manusia itu sendiri (anfus). Firman Allah yang
artinya: “Kami akan memperlhatkan kepada mereka tanda-tanda
(kebesaran) Kami di segenap penjuru alam dan diri mereka sendiri,
sehingga jelaslah bagi mereka bahwa al-Qur’an adalah benar.” (QS.
Fusshilat, (41): 53)
4. Sejarah (Qashash)
Sejarah sebagai sumber ilmu pengetahuan mengungkapkan
peristiwa masa silam, baik peristiwa politik, sosial, maupun ekonomi
pada suatu negara, bangsa, benua, atau dunia. Sejarah mengandung arti
penafsiran dari peristiwa-peristiwa setelah menguji berbagai fakta dan
menyelidiki kronologi fakta tersebut. Seperti pada kritik tentang hadis,
dalam pengelompokan tingkatan hadis dan metodologi pengutipannya
dari kitab-kitab hadis dikembangkan untuk memeriksa kebenaran dan
keaslian hadits. Hal tersebut (tatacara) sama dalam penelitian dan
penilaian fakta-fakta secara objektif dan sistematis yang diterapkan
dalam studi sejarah (Rahman, 1992: 126).Ada dua unsur pokok yang
dihasilkan oleh analisis sejarah. Pertama, kegunaan dari konsep
periodesasi. Kedua, rekontruksi proses genesis, perubahan dan
perkembangan.
Setelah umat Islam mengalami kemunduran sekitar abad 13-20
M, pihak Barat memanfaatkan kesempatan tersebut untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan yang telah dipelajarinya dari Islam,
sehingga ia mencapai masa renaissance. Ilmu pengetahuan umum
(sains) berkembang pesat di Barat, sedangkan ilmu pengetahuan Islam
mengalami kemunduran, yang pada akhirnya muncullah dikotomi
antara dua bidang ilmu tersebut.Tidak hanya sampai di sini, tetapi
16
muncul pula sekularisasi ilmu pengetahuan di Barat yang mendapat
tantangan dari kaum Gereja.
Sekularisasi ilmu pengetahuan secara ontologis membuang
segala yang bersifat religius dan mistis, karena dianggap tidak relevan
dengan ilmu. Alam dan realitas sosial didemitologisasikan dan
disterilkan dari sesuatu yang bersifat ruh dan spiritualitas, yakni
didesakralisasikan (di alam ini tidak ada yang sakral). Sekularisasi ilmu
pengetahuan dari segi metodologi menggunakan epistemologi
rasionalisme dan empirisme. Rasionalisme berpendapat bahwa rasio
adalah alat pengetahuan yang obyektif karena dapat melihat realitas
dengan konstan. Sedangkan empirisme memandang bahwa sumber
pengetahuan yang absah adalah empiris (pengalaman). Sekularisasi
ilmu pengetahuan pada aspek aksiologi bahwa ilmu itu bebas nilai atau
netral, nilai-nilai ilmu hanya diberikan oleh manusia pemakainya.
Memasukkan nilai ke dalam ilmu, menurut kaum sekular menyebabkan
ilmu itu “memihak”, dan dengan demikian menghilangkan
obyektivitasnya.
Kemunculan ide “Islamisasi ilmu” tidak lepas dari ketimpangan-
ketimpangan yang merupakan akibat langsung keterpisahan antara sains
dan agama. Amin Abdullah memandang integrasi keilmuan mengalami
kesulitan, yaitu kesulitan memadukan studi Islam dan umum yang
kadang tidak saling akur karena keduanya ingin saling mengalahkan.
Kuntowijoyo menyatakan bahwa inti dari integrasi ilmu adalah
upaya menyatukan (bukan sekedar menggabungkan) wahyu Tuhan dan
temuan pikiran manusia (ilmu-ilmu rasional), tidak mengucilkan Tuhan
(sekularisme) atau mengucilkan manusia (other worldly asceticisme).
Model integrasi ini adalah menjadikan al-Qur’an dan Sunnah sebagai
grand theory pengetahuan. Sehingga ayat-ayat qauliyah dan kauniyah
dapat dipakai. Integrasi yang dimaksud di sini adalah berkaitan dengan
17
usaha memadukan keilmuan umum dengan Islam tanpa harus
menghilangkan keunikan–keunikan antara dua keilmuan tersebut.
Terdapat kritikan yang menarik berkaitan dengan integrasi
antara ilmu agama dengan sains, yaitu:
a. Integrasi yang hanya cenderung mencocok-cocokkan ayat-ayat al-
Qur’an secara dangkal dengan temuan-temuan ilmiah. Di sinilah
pentingnya integrasi konstruktif dimana integrasi yang
menghasilkan kontribusi baru yang tak diperoleh bila kedua ilmu
tersebut terpisah. Atau bahkan integrasi diperlukan untuk
menghindari dampak negatif yang mungkin muncul jika keduanya
berjalan sendiri-sendiri. Tapi ada kelemahan dari integrasi, di mana
adanya penaklukan, seperti teologi ditaklukkan oleh antropologi.
b. Berkaitan dengan pembagian keilmuan, yaitu kauniyah (alam) dan
qauliyah (firman). mengatakan bahwa ilmu itu bukan hanya
kauniyah dan qauliyah tetapi jugaada ilmu nafsiyah. Kalau ilmu
kauniyah berkenaan dengan hukum alam, ilmu qauliyah berkenaan
dengan hukum Tuhan, dan ilmu nafsiyah berkenaan makna, nilai
dan kesadaran insani. Ilmu nafsiyah inilah yang disebut sebagai
humaniora (ilmu-ilmu kemanusiaan, hermeneutikal) (Kuntowijoyo,
2005: 51).
E. Fungsi Al-Qur’an
Fungsi Al-Qur’an dalam Kehidupan tersurat dari nama-namanya di dalam Al-Qur’an itu
sendiri. Nama lain Al-Qur’an yang menunjukkan fungsinya antara lain:
a) Al-Huda (Petunjuk)
Di dalam Al-Qur’an ada tiga posisi Al-Qur’an yang fungsinya sebagai
petunjuk. Al-Qur’an menjadi petunjuk bagi manusia secara umum, petunjuk
bagi orang-orang yang bertakwa, dan petunjuk bagi orang-orang yang beriman.
18
Jadi Al-Qur’an tidak hanya menjadi petunjuk bagi umat Islam saja tapi bagi
manusia secara umum. Kandungan Al-Qur’an memang ada yang bersifat
universal seperti yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan itu bisa menjadi
petunjuk bagi semua orang tidak hanya orang yang beriman Islam dan bertakwa
saja.
Petunjuk bagi orang yang beriman berarti bagi orang yang memiliki
iman Islam dalam dirinya yaitu yang mengakui bahwa Nabi Muhammad utusan
Allah dan Allah merupakan satu-satunya Tuhan Semesta Alam. Sedangkan
untuk orang yang bertakwa berarti bagi orang-orang yang benar-benar
menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Beberapa kali di Al-
Qur’an dituliskan tentang kepada siapa ayat atau sebuah perintah ditujukan,
apakah bagi orang yang beriman atau bagi orang-orang yang bertakwa.
b) Al-Furqon (Pemisah)
19
c) As-Syifa (Obat)
d) Al-Mau’izah (Nasihat)
20
F. Tambahan Pemaparan Fungsi Al-Qur’an Oleh Ass Prof. Ali Hamzah, M.Pd
Kita ketahu bahwa Al-Qur’an memberikan keputusan terakhir tentang masalah yang
diperselisihkan selama ini oleh pimpinan-pimpinan agama. Konotasinya misalkan ada
ajaran trinitas, lalu Al-Qur’an memutuskan kita kenalkan kepada konsep surah Al-
Ikhlas. Hal ini pula berkaitan dengan Nabi dan Rasul yang memang manusia pilihan,
disitu diterangkan konsep setiap nabi khususnya nabi kita Muhammad Saw. sehingga
pemahaman tidak bersimpang siur.
Maksud dari hal ini adalah yaitu mengukuhkan atau menguatkan kebenaran para nabi
dan para rasul sebelum nabi kita Muhammad Saw. Hal tersebut terjadi karena telah
banyak pengubahan oleh kelompok tertentu tentang orisinilitas keberadaan kitab suci.
21
Pernyataan ini selaras dengan isi Al-Qur’an karena memberikan petunjuk, memberikan
solusi dari masalah yang banyak berkaitan dengan ilmiah yang ingin diselesaikan
dengan fakta s erta bukti-bukti empirik. Al-Qur’an menunjukan jalan kepada ilmu dan
menyerukannya agar berkembang dan meneguhkan atau menguatkan ilmu tersebut. Al-
Qur’an pula mendorong kepada manusia untuk berkreasi melakukan penemuan-
penemuan dan penyelidikan yang terkait dengan ilmu pengetahuan, sebab Al-Qur’an
sangat memuliakan para ilmuan dan mengangkat derajad orang-orang yang berilmu.
Pernyataan ini diperoleh karena nama lain dari Al-Qur’an itu sendiri salah satunya
adalah Al-Furqon (Pemisah). Fungsi ini adalah karena Al-Qur’an memisahkan atau
menyeleksi antara yang baik dan yang buru, yang membangun dan yang merusak dan
sebagainya. Disamping itu juga memperingatkan kita untuk memilih alternative yang
baik. Di dalam Qs. Al-Furqon; 1 dikatakan bahwa Allah Awt. Menurunkan Al-Qur’an
agar menjadi peringatan bagi seluruh alam semesta.
Dikatakan demikia karena Al-Qur’an merupakan obat dari akhlak tercela manusia atau
penyakit hati (jelas diungkapnya). Macam dari penyakit hati tersebut diantaranya: iri
hati, dendam, dengki, hasad, putus asa dan lainnya.
22
Maksud dari ini adalah karena di dalam Al-Qur’an memuat banyak sekali rangkaian
peringatan agar manusia tidak terjerumus ke dalam sesuatu yang menimbulkan
mudharat. Hal ini dijelaskan pada Qs. An-Nahl; 14.
Kenapa dikatakan demikian? Karena seperti yang kita ketahui bahwa Al-Qur’an adalah
sumber pelajaran yang dapat digunakan untuk mendidik dan mengangkat manusia ke
derajad insani yang lebih tinggi. Hal ini dijelaskan pada Qs. Al-Imron: 138 bahwa
fungsi ini dimaksudkan juga Al-Qur’an memberikan pelajaran bagi seluruh umat serta
sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa.
Bisa kita lihat pada Qs. An-Nahl: 89 dikatakan bahwa Allah Swt telah menurunkan
kitab Al-Qur’an sebagai petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman
(berserah diri).
Pernyataan ini karena Al-Qur’an merupakan pembawa kabar gembira bagi orang-orang
yang taat, berbakti dan disiplin kepada Allah Swt. kabar gembira ini bisa jadi berupa
kenikmatan hidup lahir dan batin di dunia dan di akhirat. Hal ini tertera pada Qs. An-
Naml: 1-2 yang menjelaskan untuk menjadikan Al-Qur’an sebagai petunjuk serta
pembawa kabar gembira.
23
lihat bahwa sesungguhnya keberadaan Al-Qur’an telah datang kepada umat sebagai
bukti kebenaran dan cahaya terang benerang.
G. Fungsi Al-Hadits
Dalam uraian tentang Al-Qur’an telah dijelaskan bahwa sebagian besar ayat-
ayat hukum dalam Al-Qur’an adalah dalam bentuk garis besar yang secara amaliyah
belum dapat dilaksanakan tanpa penjelasan dari hadits. Dengan demikian fungsi hadits
yang utama adalah untuk menjelaskan Al-Qur’an. Hal ini telah sesuai dengan
penjelasan Allah dalam surat An-Nahl ayat 64: “Dan Kami tidak menurunkan
kepadamu Al-Kitab (Al Quran) ini, melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada
mereka apa yang mereka perselisihkan itu.”
Dengan demikian bila Al-Qur’an disebut sebagai sumber asli bagi hukum fiqh, maka
Hadits disebut sebagai bayani. 4 Fungsi Hadis Terhadap Al-Qur’an.17
Ada empat fungsi Hadis yang dapat kita pahami, seperti berikut :18
17
Jamaril, “Pengertian, Kedudukan dan Fungsi Hadits”, diakses dari
https://sumbar.kemenag.go.id/v2/post/1952/pengertian-kedudukan-dan-fungsi-hadits.html pada tgl.
31 Maret 2020.
18
Bang Dev, “Pengertian Hadits dan Fungsi Hadits”, diakses dari https://ex-
school.com/artikel/pengertian-hadis-dan-fungsi-hadis pada tgl. 31 Maret 2020.
24
secara bersama) seorang perempuan dengan saudara dari ayahnya serta
seorang perempuan dengan saudara perempuan dari ibunya.” (H.R. Bukhari)
b) Menerangkan maksud dan tujuan ayat yang ada dalam Al-Qur’an
Contoh, dalam Q.S. at-Taubah/9:34 dikatakan, “Orang-orang yang
menyimpan emas dan perak, kemudian tidak membelanjakannya di jalan Allah
Swt., gembirakanlah mereka dengan azab yang pedih!” Ayat ini dijelaskan oleh
hadis yang berbunyi: “Allah Swt. tidak mewajibkan zakat kecuali supaya
menjadi baik harta-hartamu yang sudah dizakati.” (H.R. Baihaqi)
c) Memperkuat pernyataan yang ada dalam Al-Qur’an
Seperti dalam al-Qur’an terdapat ayat yang menyatakan, “Barangsiapa
di antara kalian melihat bulan, maka berpuasalah!” Kemudian ayat tersebut
diperkuat oleh sebuah hadis yang berbunyi, “... berpuasalah karena melihat
bulan dan berbukalah karena melihatnya ...” (H.R. Bukhari dan Muslim)
d) Menjelaskan ayat-ayat Al-Qur’an yang masih bersifat umum
Contohnya adalah ayat al-Qur’an yang memerintahkan śalat. Perintah
śalat dalam al-Qur’an masih bersifat umum sehingga diperjelas dengan hadis-
hadis Rasulullah saw. tentang śalat, baik tentang tata caranya maupun jumlah
bilangan raka’at-nya. Untuk menjelaskan perintah śalat tersebut, misalnya
keluarlah sebuah hadis yang berbunyi: “salatlah kalian sebagaimana kalian
melihat aku salat”. (H.R. Bukhari)
25
pemanfaatan alam yang diperoleh dari penerapan ilmu pengetahuan, dalam kerangka
kegiatan yang produktif ekonomis.19
Ayat lainnya adalah dalam QS surah al-Mujadilah (58): 11: "Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi
19
Jamal Fakhri, “Sains dan Teknologi dalam Al-Qur’an dan Implikasinya dalam Pembelajaran”, Jurnal
Ta’dib, Vol. 15, No. 1, Juni 2010, hlm. 123.
20
Ibid, hlm. 124
26
ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan".21
Alam semesta atau sering disebut dengan jagad raya yang terdiri dari
bintang, bulan, planet, nebula, komet, meteor, dan angkasa. Al-Quran
menggambarkan kedahsyatan langit yang paling rendah. Langit yang paling
rendah merupakan langit yang diatapi oleh Bima Sakti yang disebut-sebut para
astronom memiliki seratus miliar bintang. Karenanya, jumlah seluruh bintang
tak dapat di bayangkan. (Ahmad Mahmud Sulaiman: 2001: 40). Al-Quran dan
juga perjanjian perjanjian lama berbicara tentang penciptaan bumi. Keduanya
21
Syaifullah, “Konsep Iptek dan Keterpaduannya dalam Al-Qur’an”, Jurnal Hunafa Vol. 3 No. 3,
September 2006, hlm. 293.
22
Ibid, hlm. 294
27
menyatakan bahwa penciptaan itu memankan waktu enam hari. Kata “Yaum”
dalam bahasa Ibrani dan Arab tidak meski berarti yang 24 jam itu, melainkan
suatu kurun waktu yang tak terbatas. Baik Injil maupun Al-Quran juga peranh
menyebut hari yang lamanya 5000 tahun (Q.S. al-Ma’arij: 4). (Ahmad Mahmud
Sulaiman: 2001: 47).23
23
Heru Juabdin Sada, “Alam Semesta dalam Perspektif Al-Quran dan Hadits”, Jurnal Pendidikan Islam,
Vol.7, 2016, Hlm. 261-262.
24
Ade Jamarudin, “Konsep Alam Semesta Menurut Al-Quran”, Jurnal usuluddin, Vol. 16, 2010, hlm.
136.
25
Ibid, hlm. 138
28
ra. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu su-paya kamu
mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang- benderang
dengan izin Tuhan Yang Mahakuasa lagi Maha Terpuji.” (QS. Al Mu’min, 40:
54) Artinya: “… untuk menjadi petunjuk dan peringatan bagi orang-orang
yang berpikir.”
26
Ibid, hlm. 138.
29
terhingga (21:22), dengan landasan ini dimaksudkan agar manusia
beriman kepada Allah.
2. Alam semesta adalah petanda (ayat) yang paling penting mengenai
penciptanya. Petanda-tanda alam ini ada yang bersifat natural yang
terjadi karena proses-proses kausal di alam (3: 190-191),
petandapetanda yang berupa peringatan (29:35) dan ada pula petanda-
petanda historis atau supranatural (2:22) dan (17:10)
3. Petanda pertama disebut “ayat” yaitu petanda yang lemah, abstrak, dan
samar. Sedangkan petanda kedua yaitu ayat bayyinat atau bayyinat saja.
Bayyinat merupakan “tanda-tanda yang terang, jelas dan tak dapat
diragukan lagi”. Al- Quran pada dirinya sendiri dan Muhammad sebagai
penerimanya merupakan bayyinat pula (98:1-4), kesemua petanda itu
dapat mengantarkan manusia untuk berfikir (3: 190-191), (10: 1-3), (12:
102-105) dan (20: 1-6)
4. Perkataan lain yang lebih kuat dari bayyinat, yakni burhan. Burhan
bermakna “sebuah bukti yang demonstraktif”. Jika bayyinat bersifat
tegas dan jelas, maka burhan secara rasional dan psikologis bersifat
memaksa. Al-Quran sendiri disebut burhan (4: 174) yaitu dalih rasional
yang meyakinkan (2: 111), (2: 24), (23: 117), (27: 64) dan (28: 75). Selain
perkataan burhan, ada juga yang disebut sulthan, yaitu petanda dengan
kekuatan yang secara psikologis lebih memaksa (14: 90), (59: 4), (55: 33),
(14: 22), (37: 27-30), (23: 45), (37: 156), (17: 33), (6: 81), (27: 21), (12: 39
dan lain-lain.27
27
Ibid, hlm. 139.
30
J. Penciptaan Alam Semesta
Allah SWT. menjelaskan dalam beberapa ayat -Nya bahwa pembentukan alam
semesta (langit-langit) dan bumi itu diciptakan dalam 6 hari (masa/periode) penciptaan.
Perhatikan QS. Hud (11:7) Artinya: “Dan Dia yang menciptakan langit-langit dan
bumi dalam 6 hari (masa), dan singgasana-Nya (kekuatan/kekuasaan dan
pemerintahann-Nya) ditegakkan pada air (zat alir)”. QS. As-Sajadah (32:4).28
1) Tahap Pertama
Sejak alam semesta dan seluruh isinya mulai diciptakan Allah dalam
suatu dentuman dahsyat, seluruh materi yang semula terkumpul dan terpadu itu
berhamburan dengan kecepatan yang amat sangat tinggi, sehingga alam
semesta dengan suhu yang sangat tingi mengembang ke segenap arah. Dengan
tahap awal ini seluruh kosmos yang terdiri dari ruang dengan tahap awal ini
seluruh Cosmos yang terdiri dari ruang, materi dan radiasi telah ditentukan
interaksinya sifat serta kelakuannya. Isinya bercampur aduk seperti dalam
godokan yang amat sangat panas (sering dinamakan “sup Cosmos”. Dalam
tahap awal ini segala macam interaksi sama kuatnya. Selama dalam tahap ini
kandungan energi dan materi dalam alam semesta ditentukan jumlahnya. Suhu
Cosmos selama ekspansi itu telah turun, namun masih terlalu panas.
Kita bandingkan penjelasan sains modern ini dengan firman Allah
dalam surat al-Anbiya (21:30) Artinya: “Dan apakah orang-orang kafir tidak
mengetahui bahwa langit dan bumi keduanya dahulu menyatu, kemudian Kami
pisahkan antara keduanya; dan Kami pisahkan antara keduanya; dan Kami
jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air; maka mengapa mereka
tidak beriman?” Selanjutnya setelah Allah Subhanahu Wa Ta'ala
28
Amien Rais, “Al-islam dan Iptek”, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998), hlm. 2-3
29
Ibid, hlm. 5-7.
31
memisahkannya (meledakkan), maka kelima tahapan berikutnya berlangsung
terus-menerus atau berlanjut.
2) Tahap Kedua
Ketika suhu bubur Cosmos telah turun hingga mencapai 100.000 juta
derajat, kerapatan materi di alam diperkirakan mencapai 4 juta ton tiap liter.
Dalam tahap ini bahan penyusun inti inti atom telah tertentu jumlahnya.
3) Tahap Ketiga
Ketika itu suhu bubur Cosmos tinggal 1.000 juta derajat, kerapatannya
turun hingga 100.000 ton per liter. Dalam tahap ini muatan kelistrikan alam
semesta telah ditetapkan. Usia alam semesta belum mencapai 300.000 tahun
sejak dentuman dahsyat.
4) Tahap Keempat
Ketika suhu bubur Cosmos berada dibawah 100 juta derajat, kerapatan
materinya tinggal 0,1 kg/liter. Dalam tahap ini usia alam semesta ±300.000
tahun sejak dentuman dahsyat. Pada tahap ini telah dimulai penyusunan inti inti
atom. Selain itu terdapat kemungkinan terjadinya pengelompokan materi,
sebagai akibat dari kondisi tidak seragam yang nantinya berevolusi menjadi
Galaxy-Galaxy.
5) Tahap Kelima
Pada tahap ini atom-atom mulai terbentuk dan elektron elektron bebas
sangat berkurang jumlahnya. Dalam tahap ini pula sinar/cahaya mengisi
seluruh ruangan langit.
6) Tahap Keenam
Ketika itu kabut materi (dukhan) yang terdiri dari atom-atom itu mulai
mendingin terus, lalu mengumpul dan membentuk bintang-bintang serta
galaksi-galaksi. Di antara Bintang Bintang dan galaksi itu terdapat matahari kita
yang dikelilingi planet-planet di dalam galaksi bima sakti.
Setelah kira-kira setengah juta tahun berlalu sejak dentuman dahsyat
atau pada akhir tahap 6, suhu kosmos tinggal 40 juta derajat. Karena timbul
32
ketidakseragaman penyebaran Materi dan Energi, maka pada waktu itu timbul
pemisahan antara calon-calon Galaxy (termasuk pula Bima Sakti kita yang
mengandung matahari dan bumi), dan selanjutnya calon-calon Galaxy itu
berevolusi menjadi bintang bintang dan planet planet seperti yang kita temukan
pada saat ini.
Dalam ayat 80 dinyatakan bahwa Nabi Daud AS. diberitahu oleh Allah tentang
pembuatan baju besi untuk peperangan. Beliau telah diberitahu teknologi
pembuatannya, beliau memperoleh know how dan beliau menguasai menguasai
30
Sirrajudin. 1997. “Konsep Penciptaan Alam dalam Pemikiran Islam, Sains dan Al-Qur’an”. (Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada). Hlm. 133-134.
33
teknologinya. Pada ayat 81 Nabi Sulaiman diberitahu Allah tentang cara memanfaatkan
angin (tenaga angin), sehingga beliau dapat melayang ke segenap negeri-negeri di
sekitar Palestina sesuai dengan kehendaknya. Beliau dapat menguasai angin jadi beliau
mendapatkan teknologi pengendalian angin.
Pada ayat lain Allah telah menjelaskan tentang ruang alam terdapat pada surat
At-Thalaq (65:12) Allah berfiman Artinya: “Allah yang menciptakan tujuh langit dan
dari (penciptaan) bumi juga serupa. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu
mengetahui bahwa Allah Mahakuasa atas segala sesuatu, dan ilmu Allah benar-benar
meliputi segala sesuatu.”
Dari ayat di atas menjelaskan bahwa jenis materi (al-ardh) sama dengan jumlah
jenis ruang alam (al-sama’) yakni tujuh. Informasi lain yang terdapat pada ayat tersebut
tentang undang-undang yang ditetapkan Allah berlaku pada ketujuh ruang alam (al-
sama’) dan ketujuh materi (al-ardh). Ayat tersebut memperkuat ayat-ayat lain yang
sama tentang penciptaan alam akan tetapi penegasan dalam surat tersebut dikaitkan
dengan kemahakuasaan Allah dan keluwesan ilmu-Nya yang meliputi segala sesuatu.
Pengaitan ini dapat diartikan bahwa tiada sesuatu pun yang terlepas dan menyimpang
dari peraturan atau undang-undang yang telah ditetapkan Allah.
a) Lapisan pertama langit adalah lapisan udara yang paling bawah tempat hidujp
makhluk hidup, seperti burung- burung dan makhluk-makhluk hidup lainnya.
b) Lapisan kedua ialah lapisan yang di dalamnya terdapat molekul molekul gas
sulfida. Gas gas inilah yang berperan memecah awan dan mempermudah proses
terjadinya hujan. Tanpa adanya sulfida ini, tidak akan pernah terjadi hujan deras
dan tidak akan ada kehidupan di muka bumi.
c) Lapisan ketiga adalah lapisan yang menyerupai tungku nuklir yang sangat
panas. Kalau bukan karena lapisan ini, niscaya asteroid dan meteoroid yang
34
berjatuhan telah menghancurkan segala yang ada di bumi. Akan tetapi lapisan
ini melelehkan semu meteoroid, asteroid, dan benda-benda angkasa yang
melewatinya. Ketika benda benda itu sampai di bumi, karena gravitasi bumi, ia
telah terbakar dan menjadi debu yang hanya dilihat dengan alat pembesar.
d) Lapisan keempat dari atmosfer adalah lapisan ionosfer, lapisan yang seluruh
areanya terionisasi, dengan ketinggian mencapai 80 kilometer. Inilah sistem
yang digunakan untuk mengirimkan pesan dari satu benua ke benua lainnya,
bahkan ke seluruh penjuru alam, tanpa menggunakan kabel.
e) Lapisan kelima adalah eksosfer, yang terletak di atas lapisan termosfer dan
merupakan lapisan paling atas dari atmosfer sampai pada ketinggian yang tidak
diketahui. Oleh karena itu, tidak ada batas yang jelas antara eksofer dan luar
angkasa.
Ayat-ayat seperti tersebut diatas cukup banyak jumlahnya yang
menunjukkan betapa pentingnya teknologi bagi manusia yang bertugas sebagai
khalifah Allah di bumi dan dalam rangka manusia mensyukuri nikmat serta
beribadah pada Allah.
35
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan pemaparan yang telah dijelaskan, penulis menyimpulkan bahwa :
1. Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan segala hal yang ada dan
memiliki tujuan untuk menyelidiki sesuatu sejauh mungkin hingga mendapatkan
kebenaran yang sebenarnya.
2. Salah satu yang membedakan islam dengan yang lainnya adalah penekanan
islam terhadap ilmu. Pada awal lahirnya Islam, perkembangan tradisi
pemikiran yang ada adalah pemisahan antara manusia, alam, dan Tuhan.
Lahirnya Islam dengan prinsip dasar tauhid akhirnya membawa nuansa baru
dalam tradisi keilmuan para pemikir, maupun filosof di dunia pada saat itu.
3. Ilmu, filsafat dan agama memiliki keterkaitan dan saling menunjang bagi
manusia. Keterkaitan itu terletak pada tiga potensi utama yang diberikan oleh
Tuhan kepada manusia, yaitu akal, budi dan rasa serta keyakinan. Melalui
ketiga potensi tersebut manusia akan memperoleh kebahagiaan yang
sebenarnya. Dalam konteks studi agama, manusia perlu menggunakan
pendekatan secara utuh dan komperehensif.
4. Inti dari integrasi ilmu adalah upaya menyatukan (bukan sekedar
menggabungkan) wahyu Tuhan dan temuan pikiran manusia (ilmu-ilmu
rasional), tidak mengucilkan Tuhan (sekularisme) atau mengucilkan manusia
(other worldly asceticisme). Sehingga model integrasi tersebut dapat
menjadikan al-Qur’an dan Sunnah sebagai grand theory pengetahuan dan
ayat-ayat qauliyah dan kauniyah dapat dipakai.
5. Fungsi Al-Qur’an dikelompokan menjadi 4 yaitu; Al-Huda (Petunjuk), Al-Furqon
(Pemisah), As-Syifa (Obat) dan Al-Mau’izah (Nasihat).
6. Fungsi Al-Hadits terhadap Al-Qur’an adalah: Menetapkan hukum baru yang
tidak terdapat di dalam Al-Qur’an, menerangkan maksud dan tujuan ayat di
36
dalam Al-Qur’an, memperkuat pernyataan yang ada di dalam Al-Qur’an dan
menjelaskan ayat-ayat Al-Qur’an yang masih bersifat umum,
7. Dalam Alquran ilmu pengetahuan dan teknologi tidak dibahas secara mendalam,
seperti halnya buku-buku ajar atau buku daras dalam kedua aspek, namun tidak
dapat disangkal bahwa Alquran pun telah memaparkan pentingnya ilmu
pengetahuan dan teknologi itu bagi pengembangan kehidupan manusia, dan yang
jelas itu untuk kesejahteraan manusia sekaligus sebagai alat untuk membantu
meringankan tugasnya sebagai khalifah di muka bumi ini.
8. Allah telah menjelaskan dalam Al-Quran konsep alam semesta atau yang
sering di sebut dengan jagad raya yaitu terciptanya alam semesta atas
kehendak Allah, Alam semesta adalah petanda (ayat) yang paling penting
mengenai penciptanya, Petanda pertama disebut “ayat” yaitu petanda yang
lemah, abstrak, dan samar. Sedangkan petanda kedua yaitu ayat bayyinat atau
bayyinat saja. Bayyinat merupakan “tanda-tanda yang terang, jelas dan tak
dapat diragukan lagi”.
9. Menurut para ahli astrofisika terkemuka, tahap/periode pembentukan jagat
raya ada 6 (enam) yaitu pertama sejak alam semesta dan seluruh isinya mulai
diciptakan Allah dalam suatu dentuman dahsyat, kedua dalam tahap ini bahan
penyusun inti inti atom telah tertentu jumlahnya ketika suhu bubur Cosmos
telah turun hingga mencapai 100.000 juta derajat, ketiga dalam tahap ini
muatan kelistrikan alam semesta telah ditetapkan, keempat pada tahap ini
telah dimulai penyusunan inti inti atom, kelima pada tahap ini atom-atom
mulai terbentuk dan elektron elektron bebas sangat berkurang jumlahnya.
Dalam tahap ini pula sinar/cahaya mengisi seluruh ruangan langit, tahap
terakhir ketika itu kabut materi (dukhan) yang terdiri dari atom-atom itu mulai
mendingin terus, lalu mengumpul dan membentuk bintang-bintang serta
galaksi-galaksi. Di antara Bintang Bintang dan galaksi itu terdapat matahari
kita yang dikelilingi planet- planet di dalam galaksi bima sakti.
37
10. Al-Quran memuat ayat-ayat yang menyinggung dan menjelaskan tentang
kejadian alam semesta, tentang penciptaan makhluk hidup terutama manusia,
tentang sejarah dan berbagai proses alamiah lainnya yaitu terdapat pada surat
Al-Anbiya (21:80-81), surat At-Thalaq (65:12), Surat Al-Mulk (67: 1-4) dan
masih banyak ayat-ayat Al-Quran lainnya
B. Saran
Demikian makalah yang dapat penyusun sampaikan. Penyusun menyadari bahwa
dalam penyusunan makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan. Penyusun
mengharapkan pembaca dapat meningkatkan dan mengembangkan mengenai makalah ini.
Untuk kesempurnaan makalah ini diharapkan kritik dan saran pembaca.
38
DAFTAR PUSTAKA
Saefudin, Ahmad Muflih, Islamisasi Sains dan Kampus, Jakarta, PT PPA Consultans,
2010
Zakky, Pengertian Filsafat Secara Umum Etimologi, dan Menurut Para Ahli, 2018
(www.zonareferensi.com).
H.M. Zainuddin, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Filsafat Islam, 2013 (www.uin-
malang.ac.id)
Anggi Rosalia, Islam dan Ilmu Pengetahuan – Pengertian dan Perkembangannya, 2016
(www.dalamislam.com)
Rosita Baiti, “Esensi Wahyu dan Ilmu Pengetahuan”, Wardah, vol. 8, No 2, 2017
Tafsir, Ahmad, (1998). Filsafat Umum: Akal dan Hati Sejak Thale sampai James,
Rosdakarya, Bandung.
Sumarna, Cecep, (2004). Filsafat Ilmu dari Hakikat Menuju Nilai, Pustaka Bani
Quraisy, Bandung.
Asy’arie, H. Musa. 2010). Filsafat Islam; Sunnah Nabi dalam Berfikir, Yogyakarta: LESFI
39
LAMPIRAN PERTANYAAN DAN JAWABAN HASIL DISKUSI
40
Makro-kosmos adalah alam luas yang tidak dapat dibayangkan oleh akal
pikiran karena sifatnya yang tidak terhingga contohnya adalah galaxy dan
kumpulan planet-planet sedangkan mikro-kosmos adalah alam yang sangat
kecil yang dapat melingkupi sistem-sistem yang terjadi dalam tubuh organisme
dan manusia didalamnya contohnya asalah sistem eksresi manusia, sistem
metabolisme dan sistrm fotosintesis.
4. Lutipah (11170170000009)
Terkait materi Alam semesta sebagai ayatullah khususnya tentang lapisan-
lapisan langit dan bumi. Dalam paper/penjelasan dr pemakalah telah dijelaskan
tentang lapisan-lapisan tsb berdasarkan pakar astronomi. Pertanyaannya,
adakah penjelasaan berdasarkan ayat-ayat Al-Qur'an atau Hadits terkait isi dari
tiap-tiap lapisan langit dan bumi?
Jawaban:
Sejauh ini kami pemakalah belum menemukan ayat Al-Quran atau hadist yang
menjelaskan tentang ini. Namun untuk penjelasan langit terdiri dari 7 lapis
sudah ditemukan didalam Al-Quran Surah Al-Mulk ayat 3 dan Surah At-Talaq
ayat 12
41
pengetahuan dan teknologi tentang “Roket”. Selanjutnya Qs. Al-Anbiya: 80
yang menganjurkan kita untuk memperdalam ilmu tentang logam atau besi.
42