Anda di halaman 1dari 5

TUGAS ESSAY

BLOK KESEHATAN PARIWISATA

“MANAJEMEN KESEHATAN WISATA DI MASA PANDEMI


COVID -19 DALAM PERSPEKTIF KESEHATAN
MASYARAKAT”

Nama : Galbi Widad

Nim : 018.06.0044

Kelas : B

Dosen : dr. I Made Ady Wirawan, MPH, Ph.D

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR

MATARAM

2021
Latar Belakang

Istilah yang menyatakan bahwa dunia semakin sempit bukanlah semata


perumpaan semata. Ini menandakan bahwa akses dan jarak bukan menjadi
kendala lagi bagi orang-orang untuk mendatangi suatu tempat. Ukuran jauh atau
dekat menjadi sanngat relatif. Perjalanan lintas daerah, lintas negara bahkan lintas
benua dapat dilakukan dalam waktu relatif singkat daripada perjalanan
konvensional yang pernah dilakukan.

Pada era modernisasi saat ini, masyarakat umum baik dari kalangan anak
anak, orang tua dan terutama muda mudi lokal maupun domestik lebih banyak
menghabiskan waktu luang dengan menjelajahi tempat tempat menarik bernuansa
alam yang menghibur atau disebut juga dengan tempat pariwisata. Teknologi
transportasi sangat membantu manusia dari berbagai profesi yang menjadi
langganan "penikmat bepergian". Perlu diingat bahwa para pelancong akan
terpajan dan berada pada kondisi dan situasi berada pada lingkungan dengan
faktor risiko kesehatan yang tidak biasa mereka hadapi pada lingkungan asalnya.
Terutama pada mereka yang karena profesinya memang dituntut untuk banyak
melakukan perjalanan keluar daerah.

Hampir di seluruh dunia tengah menghadapi pandemi Covid-19 termasuk


Indonesia. Akibat dari timbulnya pandemi covid-19, keamanan nasional Indonesia
khususnya dalam sector wisata yang akan berdamak pada ekonomi Negara
terancam. Maka diterapkan pariwisata normal baru yang diartikan sebagai
adaptasi kebiasaan berwisata dengan cara normal yang baru selama masa
pandemic. Wisata yang lebih berkualitas menjadikan destinasi wisata dan
stakeholder di dalamnya lebih sadar terhadap keamanan, kenyamanan, kesehatan
wisatawan, keselamatan wisatawan.

Isi
Kesehatan pariwisata dapat didefinisikan sebagai cabang ilmu kesehatan
masyarakat yang mempelajari berbagai aspek yang berkaitan dengan kesehatan
wisatawan, kesehatan masyarakat daerah pariwisata, maupun semua pihak yang
terkait dengan industri pariwisata. Selain itu,ilmu kesehatan masyarakat yang unik
dan spesifik terkait dengan perjalanan dan aktivitas wisata. Dan mencakup health
impact assessment atau penilaian dampak terhadap kesehatan populasi dan
lingkungan di daerah tujuan wisata. Aspek penting lainnya selain masalah
kesehatan yang tidak terlihat disini adalah pertimbangan ekonomi. Pariwisata
yang tidak sehat akan memberikan dampak terhadap industri pariwisata dan
masyarakat penjamu.

Secara Umum, 3 komponen dasar industri wisata yaitu penyedia layanan


wisata (suppliers of travel services), operator aktivitas wisata (tour operators), dan
agen perjalanan wisata (retail travel agents). Yang termasuk dalam penyedia
layanan wisata adalah penyedia layanan transportasi (udara, darat, laut),
akomodasi (hotel, motel, penginapan), dan restoran. Operator aktivitas wisata
umumnya ada dalam bentuk badan usaha yang menyediakan paket wisata,
sedangkan agen perjalanan wisata (APW) adalah badan usaha yang melakukan
promosi dan penjualan layanan yang disediakan oleh supplier dan operator.

Konsultasi sebelum wisata (pre-travel services): Pelayanan konseling


sebelum wisata merupakan bagian penting dari kedokteran wisata untuk
mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan keberangkatan wisatawan
ke suatu wilayah, seperti vaksin, pemberian profilaksis dan item medis lain yang
di perlukan. Dalam konsultasi sebelum wisata diberikan edukasi.
1) Melakukan risk-assesment individual Ada empat komponen penting yang
dinilai dalam melakukan riskassesment ini yaitu destinasi, transportasi,
akomodasi dan aktiftas wisatawan selama berwisata.
2) Memberi informasi dan edukasi calon wisata dalam hal mengenal risiko
perjalanan dan cara mencegahnya. Disamping itu informasi harus datang
ke klinik wisata seandainya pasca wisata mengalami sakit.
3) Memberikan vaksinasi, obat profilaksis dan self treatment bila diperlukan.
Konsultasi ini dilakukan untuk memberikan edukasi tentang penyakit
menular yang ada di suatu wilayah tropis baik yang sudah terdapat vaksin
maupun belum. Pemberian vaksin dapat dilakukan jika calon wisatawan
belum memiliki riwayat diberikannya vaksinasi sebelumnya.

Untuk menyiasati tindakan pencegahan dan manajemen faktor-


faktor risiko yang dapat terjadi pada daerah wisata, maka kita dapat
melakukan empat cara manajemen yaitu;
1) Mencari informasi mengenai daerah atau Negara yang akan kita tuju
untu perjalanan atau berwisata seperti informasi mengenai tingkat
penyakit endemik
2) Memperhatikan media perantaran penyakit seperti pada udara, air,
makanan, serangga, ataupun tanah.
3) Menunjukkan kelompok orang-orang yang berada pada kondisi sehat
dan menjadi populasi yang berisiko. Pemeriksaan prakunjungan atau
pasca mengunjungi daerah wisata dengan peringatan akan adanya resiko
suatu penyakit, dengan pemeriksaan bio marker pada darah, urin, tinja,
atau tindakan pencegahan melalui vaksinasi. Adanya nota atau tanda
bukti kelengkapan melakukan vaksinasi yang dilegitimasi melalui
peraturan internasional dapat menjadi syarat untuk memasuki wilayah
tertentu.
4) Bagi wisatawan yang telah sakit ataupun terpapar penyakit menular
dapat melakukan upaya kuratif dan rehabilitative serta penyegahan
penularan berkelanjutan.

Referensi
Merati, K. T. (2019). Buku Ajar Travel Medicine. Denpasar: Universitas Udayana
Press

Tim Kerja Kementerian Dalam Negeri. (2020). Pedoman Umum Menghadapi


Pandemi Covid-19 Bagi Pemerintah Daerah : Pencegahan, Pengendalian,
Diagnosis dan Manajemen. Journal of Chemical Information and Modeling,
53(9),1689–1699.https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Anda mungkin juga menyukai