Karsinoma Kolorektal
Karsinoma Kolorektal
Karsinoma invasif
Perubahan mikrosatelit
Karsinoma Kolorektal
Sampai dengan saat ini, analisis patobiologi molekuler secara genetik pada
mekanisme karsinogenesis Karsinoma Kolorektal telah diketahui terdapat dalam dua
bentuk yaitu :
1. Jalur Karsinoma Kolorektal sporadik
Sekitar 88-94 % dari penderita Karsinoma Kolorektal di negara-negara
Eropa Barat dan Amerika.
Terjadi sebagai akibat beberapa tahapan mutasi pada gen, mutasi yang
terjadi pada gen-gen tersebut berbanding lurus dengan makin
bertambahnya usia, karena kerusakan penyebab mutasi pada gen
berhubungan dengan proses penuaan dan pajanan terhadap bahan-
bahan karsinogenik yang ada di lingkungan.
2. Karsinoma Kolorektal herediter
Sekitar 6 -12 % dari penderita Karsinoma Kolorektal di negara-negara
Eropa Barat dan Amerika.
Terjadi sebagai akibat beberapa tahapan mutasi pada gen, mutasi gen
yang diperoleh dari orang tua penderita menyebabkan timbulnya
kanker setelah berinteraksi dengan faktor lingkungan yang juga
menyebabkan mutasi gen berikutnya.
↑ lemak ↓ serat
↑ Biosintesis kolesterol
↑ Kadar bile acid usus
↑ Aktivitas metabolik dari flora fekal
↑ Diit kolesterol
Secodary bile acid
Steroid metabolit
Karsinoma Kolorektal
Perubahan genetik :
Perubahan protoonkogen
Hilangnya aktivitas gen supresor tumor
Abnormalitas pada gen yang terlibat dalam DNA repair
2. Diferensisi moderat
- Arsitektur kelenjar berkurang dan - Derajat mitosis lebih banyak
irreguler - Daya invasi moderat
- Polaritas nukleus tidak merata
3. Diferensiasi buruk
- Arsitektur kelenjar tidak ada - Derajat mitosis banyak
- Polaritas nukleus hilang - Daya invasi signifikan
2.1.7.2 Pemeriksaan
Pada pemeriksaan, tumor kecil pada tahap dini tidak teraba pada palpasi perut, bila teraba,
menunjukkan keadaan yang sudah lanjut. Massa di dalam sigmoid lebih jelas teraba daripada
massa di bagian lain kolon. Pemeriksaan rectal toucher (RT) merupakan keharusan dan dapat
disusul dengan pemeriksaan rektosigmoidoskopi. Foto kolon dengan barium merupakan
kelengkapan dalam menegkan diagnosis Karsinoma Kolorektal. Biopsi dilakukan melalui
endoskopi.
Kolonoskopi merupakan cara pemeriksaan dengan ketepatan hampir 100% disusul dengan
foto kolon dengan barium dan kontras ganda sebesar 90 %, rektosigmoidoskopi sebesar 75%,
dan rectal toucher sebesar 40%.
Untuk menjaring subjek yang asymtomatic, tes yang cukup baik dilakuakan adalah tes feses
dalam darah (Fecal Occult Blood Test / FOBT). Pemeriksaan ini merupakan metode yang
sederhana dan sensitif untuk mendeteksi dini Karsinoma Kolorektal dan dapat mengarahkan
pada pemeriksaan yang lebih definitif. Meskipun sensitifitas FOBT tidak tinggi, tetapi dengan
pemeriksaan teratur dapat mendeteksi sekitar 92% dari karsinoma.
Pemeriksaan laboratorium lain yang bisa dilakukan adalah
1. Jumlah sel-sel darah untuk evaluasi anemia
2. Test Guaiac pada feces untuk mendeteksi bekuan darah di dalam feces, karena semua
Karsinoma Kolorektal mengalami perdarahan intermitten.
3. CEA (carcinoembryogenic antigen) merupakan protein yg dihasilkan oleh fetal tissues
(khususnya liver, intestinal, dan pancreatic tissue). Menghilang setelah lahir tapi sering
timbul pada saat sel yang berasal dari jaringan tersebut menjadi karsinoma. Oleh karena itu
CEA sebagai tumor marker. Antigen ini dapat dideteksi oleh radioimmunoassay dari serum
atau cairan tubuh lainnya.
4. Pemeriksaan kimia darah alkaline phosphatase dan kadar bilirubin dapat meninggi, indikasi
telah mengenai hepar. Test laboratorium lainnya meliputi serum protein, kalsium, dan
kreatinin.
5. Barium enema sering digunakan untuk deteksi atau konfirmasi ada tidaknya dan lokasi
tumor. Bila medium kontras seperti barium dimasukkan kedalam usus bagian bawah,
karsinoma tampak sebagai massa mengisi lumen usus, konstriksi, atau gangguan pengisian.
6. X-ray dada untuk deteksi metastase tumor ke paru-paru.
7. CT (computed tomography) scan, magnetic resonance imaging (MRI), atau pemeriksaan
ultrasonic dapat digunakan untuk mengkaji apakah sudah mengenai organ lain melalui
perluasan langsung atau dari metastase tumor.
2.1.9 Penanganan
Penatalaksanaan keganasan Usus Besar primer hampir hanya berupa tindakan bedah
sebagai terapi kuratif dan terapi tambahan berupa kemoterapi dan radiasi hanya bersifat paliatif
dan tidak memberikan manfaat kuratif.
1. Pembedahan
Pembedahan bertujuan untuk mengeksisi lesi primer dengan batas adekuat, untuk
membentuk kembali kesinambungan usus bila mungkin dan untuk mencegah
komplikasi. Berbagai jalur penyebaran harus dipertimbangkan mencakup vena dan
perlu
Tindakan bedah kuratif :
a) Karsinoma sekum atau kolon asendens. Hemikolektomi terdiri dari bagian kolon yang di
darahi oleh a.ileokolika, a.ileokolika kanan dan a.kolika media termasuklimf, yaitu
kelenjar limf parakolika s.d kelenjar limf di pangkal a.mesenterika superior
b) Karsinoma kolon transversum. Reseksi kolon trnsversum, kedua fleksura hepatika dan
mesenterium daerah a.kolika media termasuk kelenjar limf
c) Karsinoma fleksura linealis atau karsinoma kolon desendens. Hemikolektomi kiri,
meliputi daerah a.kolika kiri dengan kelenjar limf sampai dengan kelenjar limf di pangkal
arteri mesenterika inferior.
d) Karsinoma sigmoid .Reseksi sigmoid dengan mesosigmoid termasuk kelenjar limf di
pangkal a.mesenterika inferior.
e) Karsinoma rektum. Reseksi abdominoperineal dengan kelenjar pelvis dan kelenjar
retroperitoneal.
2. Radiasi
Terapi radiasi sering diberikan sebelum operasi yang bertujuan untuk
mengerutkan atau memperkecil tumor (Shrink the tumor), merubah sel-sel keganasan
(Alter malignant cells), atau keduanya (both of them)
Setelah dilakukan hemikolektomi perlu dipertimbangkan untuk melakukan radiasi
dengan dosis yang adekuat. Kadang-kadang radiasi dilakukan sebelum operasi,
terutama pada karsinoma di rektum dan sigmoid yang dapat dilakukan tindakan
pembedahan.
3. Kemoterapi
Pemberian dari beberapa sitostatika yang dapat diberikan misalnya 5-
Fluorourasil (5-FU), Thio Tepa, Mitomicyn C. Pemberian yang paling umum
digunakan yaitu 5-Fluorourasil (5-FU).
5-Fluorourasil (5-FU) merupakan suatu analog pirimidin, mempunyai satu atom
yang stabil pengganti atom hidrogen pada posisi 5 cincin urasil. Fluorin mengganggu
konversi asam deoksiuridilat menjadi asam timidilat, mengakibatkan sel akan
kekurangan precursor penting dalam sintesis DNA sehingga menimbulkan gangguan
perkembangan sel dan akhirnya kematian sel.
2.1.10 Prognosis
Prognosis tergantung dari ada tidaknya metastasis jauh, yaitu klasifikasi penyebaran tumor
dan tingkat keganasan sel tumor.
Tumor yang terbatas pada dinding usus tanpa penyebaran, angka kelangsungan hidup 5
tahun adalah 80%, yang menembus dinding tanpa penyebaran 75%, dengan penyebaran kelenjar
32%, dan dengan metastasis jauh 1%. Bila disertai diferensiasi sel tumor buruk, prognosisnya
sangat buruk.
DAFTAR PUSTAKA
Guyton, Arthur, C. Hall, John, E. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta: EGC; 1997
Junqueira. Histologi Dasar. Edisi 12. Jakarta: EGC; 2012
Kumar, Cotrans, Robbins. Buku ajar Patologi. Edisi 7. Jakarta: EGC; 2013
Moore KL, Dalley AF, Agur AMR. Clinical Oriented AnatomyI. Ed 6. United States: Wolter
Kluwer; 2010