Anda di halaman 1dari 22

Chapter 6 : Accounting Measurement System

I. THREE MAIN INCOME AND CAPITAL MEASUREMENT SYSTEMS

System akuntansi untuk pertama kali diperkenalkan oleh Pacioli pada abad ke 15, yaitu
system akuntansi double-entry. Sejak saat itu teknik dasar akuntansi tidak berubah
secara signifikan. Bersamaan dengan revolusi industry, khususnya setelah jatuhnya
wall street pada tahun 1929, system akuntansi trandisional berdasarkan historical cost
system muncul dan memimpin sebagai fundamental accounting system. Kemudian
pada tahun 1960-an beberapa alternative dasar system akuntansi lainnya muncul dan
mulai berkembang, yaitu current cost accounting dan current selling prices (exit prices).
Current cost accounting juga dianggap sebagai metode pertama yang
mempresentasikan fair value accounting system.

II. HISTORICAL COST ACCOUNTING

A. Objective of Accounting

Berkembangnya perusahaan membuat akuntansi memiliki peran yang sangat signifikan


sebagai sumber informasi mengenai perusahaan, dimana pemilik dan pengendali
perusahaan merupakan dua pihak yang berbeda. Absentee owners yang tidak berperan
dalam operasional perusahaan tidak memiliki pengetahuan mengenai operasional dan
kondisi perusahaan. Mereka sangat bergantung kepada laporan akuntansi untuk
mendapatkan informasi. Perusahaan yang besar juga harus membuat sebuah laporan
mengenai kondisi perusahaan secara jelas kepada pemilik (investor), kreditor dan
stakeholder yang berkepentingan lainnya. Disinilah stewardship function dari manager
memfocuskan perhatian kepada pelaporan akuntansi untuk para stakeholder, dan
sebaliknya owner dan kreditor menaruh perhatian utama pada apa yang dilakukan
management dengan modal (dana) yang dipercayakan padanya. Akuntabilitas,
kemudian menjadi objek yang sangat kritis dari fungsi ini.

Historical cost accounting menekankan pada dua objek kritis tersebut, yaitu stewardship
dan accountability. Tujuan penggunaan historical cost menekankan hubungan
“kontraktual” yang konservatis antara perusahaan dan pihak yang menyediakan sumber
dana, dan membuat management bertanggungjawab atas penggunaan asset dalam
operasi perusahaan, hasil “profit/output” dari operasional tersebut dan dampaknya

Muhammad Arnez Puji Santosa (A031191045) 1


Chapter 6 : Accounting Measurement System

terhadap nilai tambah ekuitas. Maka income statement adalah kunci komunikasi yang
tepat dari mekanisme ini.

Dalam pandangan historical cost accounting perubahan nilai asset dan kewajiban pada
dasarnya diabaikan, sampai asset tersebut dijual atau dilepaskan atau dihapuskan.
Dalam historical cost theory informasi mengenai nilai sisa bersih dari perusahaan tidak
begitu penting, namun yang terpenting adalah profit.

B. Capital and Profit

Dalam historical cost system, pencatatan akuntansi harus menjaga nilai capital ( assets
dikurangi kewajiban) memiliki nilai yang sama dengan nilai pada periode awal, dimana
semua asset dan kewajiban dinilai sesuai dengan nilai saat pembelian. Income
menunjukkan hasil dari perusahaan selama periode tertentu, expenses merupakan
sumber daya yang dibelanjakan dan profit menunjukkan keefektifan sebuah perusahaan
dalam beroperasi.

Income statement adalah bagian yang paling penting dalam laporan keuangan, dimana
menunjukkan hasil dari kegiatan operasional perusahaan. Sedangkan balance sheet
dianggap bukan merupakan bagian yang signifikan. FASB menggunakan istilah
‘revenue-expense view’ dan ‘asset-liability view’. Terdapat dua konsep dasar dalam
historical cost revenueexpense viewpoint yaitu ‘matching of cost’ dan ‘conservatism’.

C. Matching Cost Theory

Akuntan harus melacak aliran biaya yang keluar, terutama karena biaya yang melekat
pada pendapatan ‘cost attach’. Akuntan mencatat setiap transaksi biaya dan men-trasir-
nya kepada pendapatan yang diterima dari biaya tersebut. Akuntan memutuskan biaya
yang bisa diakui ‘expired’ untuk kemudian dilekatkan (matching) pada pendapatan di
income statement, dan biaya yang belum dapat diakui ‘unexpired’ akan dilaporkan di
balance sheet (unmatched assets). Hal ini merupakan konsep ‘matching cost against
revenue’ yang merupakan konsep penting dalam historical cost accounting.

Muhammad Arnez Puji Santosa (A031191045) 2


Chapter 6 : Accounting Measurement System

D. Conservatism

Biaya harus segera diakui sesegera mungkin, sedangkan pendapatan hanya dapat diakui
jika terdapat keyakinan yang tinggi (‘high probability’) bahwa pendapatan tersebut akan
diterima. Konsep konservatis ini menyebabkan perlakuan yang bias antara pengakuan
biaya dibandingkan dengan pengakuan pendapatan. Konsep konservatis lainnya
mengatakan peningkatan nilai asset tidak boleh diakui, tapi penurunan nilai harus
diakui –the lower of cost or market rule.

Konsep konversative menggunakan system akuntansi dengan pendekatan transaksi


(transaksi dibuktikan adanya kredit atau cash) dan tidak mengakui sebuah kejadian yang
tidak dihasilkan dari adanya transaksi (misalnya peningkatan harga).

F. Criticisms of Historical Cost Accounting

1. Objective of accounting

“Menyediakan informasi dalam rangka melaksanakan stewardship function dari


management merupakan interprestasi yang terllau sempit atas tujuan akuntansi”

Pelaporan sebagai fungsi stewardship walaupun penting namun hanya


merupakan tujuan kedua dari akuntansi. Pada sejarahnya tujuan utama akuntansi
adalah untuk memenuhi kebutuhan pengambilan keputusan para pengguna
informasi (users). Pendekatan decision-usefullness membutuhkan posisi
‘forward-looking’ yang dapat memberikan informasi yang relevan
dibandingkan hanya menyajikan informasi masa lalu. Investor juga tertarik
mengetahui kenaikan dan penurunan nilai dari investasi mereka yang
dipresentasikan oleh net assets perusahaan. Dan historical cost system gagal
memenuhi tujuan ini.

Kritik terhadap historical cost system berulang-ulang berargumen bahwa system


gagal menjamin terpenuhinya tujuan penyediaan informasi yang objektif.
Sangat banyak keputusan yang berhubungan dengan pencatatan, pengukuran
dan pelaporan informasi,

Muhammad Arnez Puji Santosa (A031191045) 3


Chapter 6 : Accounting Measurement System

namun historical cost system sangat jauh dari objektif dan justru membuka
terjadinya manipulasi.

2. Information of Decision Making

“Akuntansi biaya historis meskupin bermanfaat namun tidak cukup untuk


mnegevaluasi keputusan-keputusan bisnis. Pernyataan biaya historis yang
mnegaitkan pada assets (cost attach theory) hanyalah fiksi”

Biaya historis memang mempunyai manfaat tetapi tidak cukup untuk


mengevaluasi keputusan bisnis. Ketika asset diperoleh biaya historis adalah tepat
karena nilainya mengacu pada kejadian saat ini (saat itu up to date). Akan tetapi
segera setelah periode akuisi lewat, nilai ini tidak lagi up to date dan oleh karena
nya tidak lagi logis untuk dijadikan dasar untuk mengevaluasi keputusan bisnis.

Modal (capital) sangat beguna dalam pengambilan keputusan, ‘capital’ dapat


didefinisikan sebagai kemampuan beroperasinya perusahaan (kemampuan
perusahaan untuk tetap berproduksi), atau menunjukkan ‘purchasing power’
perusahaan (kemampuan perusahaan untuk bertransaksi di pasar). Jika modal
adalah kemampuan operating perusahaan, maka laba merupakan perubahan
dalam kemampuan tersebut dalam suatu periode tertentu yang diperoleh setelah
memelihara modal fisik perusahaan. Informasi ini sangat berguna dalam
keputusan yang focus pad akemampuan perusahaan untuk menjaga produksi dan
untuk bersaing dengan yang lain dalam industry di masa depan.

Jika laba adalah perubahan dalam kemampuan membeli (purchasing power),


konsep modal yang sedang dipertahankan merupakan modal financial yang
diukur pad aharga saat ini (current prices). Lagi, informasi ini berguna dalam
menghasilkan informasi yang memperhatikan perubahan dalam kapasitas
perusahaan di masa depan utntuk bertransaksi di masa depan.

Kritikus berargumen bahwa profit yang dilaporkan historical cost system tidak
memiliki interprestasi ‘prospective’ melainkan ‘retrospective’. Capital hanya
dianggap sebagai nominal dollar yang diinvestasikan pada perusahaan bukan

Muhammad Arnez Puji Santosa (A031191045) 4


Chapter 6 : Accounting Measurement System

sebagai daya beli (purchasing power). Setelah tahun akusisi, biaya historis tidak
menghubungkan kejadian pada tahun tersebut dan setelahnya. Akuntansi
menciptakan sebuah kenyataan yg fiksi yang harus dipercayai bahwa biaya
historis berhubungan dengan operasi saat ini.

Historical cost system akan menyajikan laba terlalu tinggi saat harga-harga naik
karena meng-offset biaya perolehan historis (yang rendah) dengan pendapatan
sekarang yang tinggi (inflasi). Hal tersebut tanpa disadari dapat mengarah pada
pengurangan capital dimana capital didefinisikan sebagai kemampuan
perusahaan untuk berproduksi, bertransaksi, atau sebaliknya untuk beroperasi
dimasa depan. Profit berdasaran historical cost juga dapat memperdaya
management lebih dalam lagi bahwa laba yang dibayarkan dapat melebihi laba
tahunan yang sesungguhnya menghilangkan basis modal.

3. Basis of Historical Cost

“Basis biaya historis yaitu going concern tidaklah realistis”

Salah satu pembelaan dari penggunaan biaya historis adalah adanya prinsip
going concern assumption. Dimana menggang bahwa uum perusahaan adalah
tidak dapat ditentukan jadi ekspektasi normal mengenai item non-monetary akan
terpenuhi.

Inventori sepenuhnya akan terjual, dan non-current asset akan speenuhnya


digunakan dalam bisnis. Oleh karena itu nilai histori asset , atau bagian yang
dialokasikan merupakan jumlah yang tepat untuk disandingkan dnegan
pendapatan. Namun pada kenyataannya tidak ada bisnis yang berlangsung ‘tidak
pasti’ ke masa depan. Semua bisnis sangat dimungkinkan akan berhenti
beroperasi. Dan akan lebih beralasan untuk mengasumsikan penghentian
daripada keberlangsungan.

4. Matching

“Penggunaan konsep penandingan tidak menghasilkan informasi yang relevan


dan terpercaya”

Muhammad Arnez Puji Santosa (A031191045) 5


Chapter 6 : Accounting Measurement System

Pada faktanya dalam banyak kasus penandingan biaya dan pendapatan tidak
mungkin dipraktikkan.pepandingan adalah sebuah proses untuk keputusan acak
yang harus dibuat daripada sebuah analisis yang konsisten. Dalam matching
konsep tidak ada konsep penandingan yang pasti, tidak ada cara untuk metode
lain dalam penyandingan kecuali secara arbitrary.

Salah satu konsekuensi dari ‘matching concept’ adalah meletakkan neraca


sebagai posisi kedua setelah laporan laba rugi, karena lebih memfokuskan pada
net profit. Kritikus berargumen bahwa ini bias terhadap neraca dimana laba rugi
meletakkan neraca pada posisi yang kedua.Padahal neraca memiliki
kepentingannya sendiri, neraca adalah sumber utama informasi dari posisi
keuangan perusahaan.

The Australian Accounting Standards Boards (AASB) meyatakan bahwa


penggunaan konsep ‘matching’ dapat mengarah pada volatilitas dalam
menghasilkan laporan dna profit smoothing selama periode pelaporan yang
berbeda. Penggunaan konsep ‘matching’ tidak menghasilkan informasi yang
relevan dan terpercaya

5. Nortion of Investor Needs

“Historical cost accounting system hanya memberikan ide untuk kebutuhan


investor yang tertarik pada analisa pasar bukan intelegent investor yang tertarik
pada apa yang terjadi pada perusahaan.”

Historical cost accounting yang hanya memfokuskan hanya pada penentuan net-
profit menyebabkan penyimpangan dan penyembunyian atas pengungkapkan
penting informasi perusahaan. Hal ini karena tujuan kauntansi konvensional
telah disalahartikan, dimana akuntan berpandangan sempit akan kebutuhan
investor dan menerima cara lama dalam menganalisis perusahaan dan sahamnya.
Akuntansi konvensional memandang bahwa prosedur mendasar dalam analisis
perusahaan menekankan pada profit dan dividend, dan pendekatan tersebut
adalah pendekatan yang tepat untuk semua perusahaan.

Muhammad Arnez Puji Santosa (A031191045) 6


Chapter 6 : Accounting Measurement System

Akuntan seharusnya menyediakan informasi untuk investor yang canggih dan


pintar, yang tertarik pada apa yang sebenarnya terjadi dalam bisnis perusahaan.
Investor ini lebih tertarik pada nilai pengembalian jangka panjang.

III. CURRENT COST ACCOUNTING

A. Objective of Accounting

Current Cost Accounting (CCA) adalah sistem akuntansi dimana Asset dinilai
berdasarkan harga beli saat ini (current market buying price), dan profit ditentukan oleh
alokasi berdasarkan biaya saat itu. Untuk memahami tujuan dari penggunaan Current
Cost Accounting terlebih dahulu kita harus memahami macam-macam keputusan yang
dihadapi oleh manajer dalam menjalankan perusahaan. Dalam hal ini kita asumsikan
terlebih dahulu bahwa tujuana dari manajer adalah mengalokasikan sumber daya
perusahaan yang tersedia dengan tujuan untuk memaksimalkan laba. Edwards dan Bell
merumuskan permasalahan ini menjadi tiga buah pertanyaan, yaitu:

 Berapa jumlah aset yang harus disimpan dalam waktu tertentu


 Bentuk dari aset seharusnya bagaimana
 Bagaimana seharusnya aset dibiayai

Manajer membuat keputusan terhadap tiga permasalahan tersebut berdasarkan


ekspektasi tentang kejadian di masa depan. Untuk menghasilkan ekspektasi yang relatif
akurat, manajer harus mengevaluasi aktivitas masa lalu. Salah satu caranya adalah
dengan membandingkan data akuntansi antara periode tersebut dengan data ekspektasi
awal yang telah direncanakan sebelumnya. Bila perbandingan ini menunjukkan bahwa
ekspektasi itu tidak lagi akurat, maka current events atau ekspektasi harus diubah.
Informasi akuntansi sangat dibutuhkan dalam pengambilan keputusan sehingga
peristiwa aktual harus diukur seakurat mungkin.

Menurut Edwards dan Bell perubahan harga dalam suatu periode merupakan sesuatu
yang penting untuk disadari oleh manajemen dalam mengambil keputusan terbaik di
masa depan.Walaupun Edward dan Bell menyadari benar pentingnya informasi bagi
manajemen, mereka juga menjelaskan bahwa data tersebut juga berguna bagi pihak luar,

Muhammad Arnez Puji Santosa (A031191045) 7


Chapter 6 : Accounting Measurement System

seperti pemegang saham dan kreditur karena mereka ingin menilai performance
perusahaan. Dari tero tersebut, informasi akuntansi memiliki dua tujuan, yaitu:

 Evaluasi keputusan manajer di masa lalu untuk membuat keputusan yang terbaik
 Evaluasi manajer oleh pemegang saham, kreditur, dan yang lainnya.

B. Concept of Bussiness Profit and Financial Capital

Atas nama profit manajemen sering menghadapi dua keputusan yaitu apakah akan
menahan atau membuang suatu aset atau kewajiban (1) dan bagaimana mendanai dan
menggunakan aktivitas operasi perusahaan (2).

Untuk menilai dua keputusan tersebut, Edwards dan Bell menawarkan sebuah konsep
profit yang dinamakan ‘Bussiness Profit’ yang terdiri dari (1) current operating profit
dan (2) realisable cost savings. Current Operating Profit adalah selisih dari current value
dari output yang terjual dengan current cost dari aset yang dicimpan dalam waktu
tertentu. Keduanya mencakup perubahan biaya yang direalisasi dan yang belum
direalisasi. Busines profit dihitung secara real basis – yaitu, elemen fiksi akibat
perubahan tingkat harga umum dihilangkan. Istilah yang kita gunakan untuk realisable
cost savings adalah ‘holding gains / losses’, yang dapat direalisasikan atau belum
direalisasi.

C. Holding Gains and Loses

Sebuah asumsi yang membawahi ‘Business Profit’ adalah menggabungan antara


holding gains/loses dan operating holding/loses memmbingungkan pengambilan
keputusan manajemen dan menghalangi alokasi sumber daya dalam ekonomi. Konsep
Business Profit membolehkan pemisahan dari dua komponen tersebut. Mempertahankan
(Hold) aset dankewajiban adalah salah satu cara manajemen untuk meningkatkan posisi
pasar perusahaan.

Apa manfaat dari pemisahan pengukuran antara holding gain and loss? Memegang
komposisi tertentu dari aset dan kewajiban adalah salah satu cara manajemen untuk
meningkatkan posisi pasar perusahaan. Manajer dan lain-lain ingin tahu apakah harapan

Muhammad Arnez Puji Santosa (A031191045) 8


Chapter 6 : Accounting Measurement System

ini sukses. Dalam akuntansi konvensional, keuntungan dicatat hanya ketika aset tersebut
dilepaskan. Oleh karena itu, menentukan apakah harapan manajemen berhasil atau tidak
adalah hampir mustahil kecuali aset yang dibeli dan dijual dalam periode yang sama.
Juga, dalam akuntansi konvensional, ketika membandingkan perusahaan, kita dapat
disesatkan perusahaan mana yang lebih efisien.

IV. FINANCIAL CAPITAL VERSUS PHYSICAL CAPITAL

Pada system akuntansi dengan menggunakan penilaian pasar, perhitungan profit


didasarkan pada pengukuran modal (capital). Profit lebih didefinisakn pada perubahan
modal selama periode pelaporan dan bukan sebagai alokasi dari biaya historis yang
ditentukan dengan berbagai ketentuan akuntansi. Pada current cost accounting, terdapat
dua pandangan pokok terhadap menentukan modal awal dan modal akhir serta
bagaimana profit diukur, yaitu secara konsep financial (financial capital concept) dan
konsep fisik (physical capital concept).

Dari sudut pandang praktis, perbedaan utama diantara kedua konsep tersebut adalah ada
atau tidaknya holding gains (or lossess) dalam komponen profit. Secara kuantitaif,
holding gains (lossess) termasuk di dalam profit pada konsep financial capital dan tidak
termasuk dalam profit pada physical capital.

A. In Support of Physical Capital

Pendukung physical capital concept berpendapat bahwa capital adalah unit fisik yang
menunjukkan kemampuan operasi perusahaan.

1. Major Features of The Physical Capacity System – Capital Maintenance

Current cost system didasarkan pada konsep entitas dalam mempertahankan


kemampuan perusahaan untuk memproduksi barang dan jasa dalam jumlah yang sama
secara berkelanjutan, yaitu mempertahankan kemampuan operasionalnya.

Jika tidak ada perubahan teknologi, pemeliharaan modal menunjukkan bahwa stok fisik
dari net aset dapat dipertahankan (tetap). Hal tersebut diperoleh dengan menyamakan
pemakaian sumber daya yang diukur dengan harga perolehan saat ini dan memastikan

Muhammad Arnez Puji Santosa (A031191045) 9


Chapter 6 : Accounting Measurement System

nilai pembelian item moneter dipertahankan. Hal tersebut juga dapat digunakan untuk
mengkalkulasi harga yang harus dibayar untuk mendapatkan input serta harga minimal
penjualan output dengan asumsi continuity dan non-liquidation.Menurut logika
ekonomi, efisiensi operasi yang optimal terjadi saat jumlah output yang diproduksi
berasal dari input dengan total opportunity cost yang minimum.

Contohnya, jika upah mengalami peningkatan maka dibutuhkan metode capitalintensive


pada kegiatan produksi untuk mengurangi input labour sehingga biaya menjadi
minimal.

2. Valuation Principles

a. Non-monetary Items

Item moneter dan non moneter memiliki efek dan risiko yang berbeda terhadap
inflasi. Item moneter adalah elemen yang mempunyai klaim moneter dalam
jumlah yang tetap dan tidak berubah saat inflasi harga. Sedangkan item non
moneter seperti tanah dan bangunan, akan disesuaikan harganya sesuai dengan
kondisi pasar. Untuk tujuan pelaporan, aset non moneter harus dinilai dan
ditampilkan pada current cost. Penilaian diperoleh dengan cara:

 Harga pembelian saat ini di pasar, atau


 Index spesifik saat harga pasar tidak tersedia, atau
 Potensi servis dari barang identik atau sejenis dari aset terspesialisasi.

Pendepresiasian aset diperoleh dengan mengurangkan nilai baru aset dengan


akumulasi depresiasi. Saat aset non moneter ditentukan, dilakukan penyesuaian
pada akun current cost reserve di bagian ekuitas. Saat penurunan nilai secara
permanen menurunkan kemampuan operasional entitas, maka penyesuaian
dilakukan langsung pada laba rugi.

b. Monetary Items and Loan Capital

Kewajiban moneter dinilai sesuai jumlah yang diekspektasikan akan dibayar dan
memberikan keuntungan jika ditahan saat nilai uang kehilangan kemampuan

Muhammad Arnez Puji Santosa (A031191045) 10


Chapter 6 : Accounting Measurement System

membeli. Keuntungan atau kerugian item moneter dikalkulasikan sesuai dengan


perubahan pada current cost dari barang atau jasa.

c. Non-Monetary Assets Bought and Sold on The Same Market

Saham dan komoditas tertentu seperti emas, perak dan aset lain yang ditahan
untuk tujuan spekulasi, dibeli dan dijual pada pasar yang sama. Aset tersebut
tidak secara langsung menambah kemampuan operasional perusahaan. Aset
tersebut umumnya digunakan sebagai profit-generating purpose atau untuk
dijual kembali saat ada capital gain.

B. Arguments for and Against Current Cost

1. Recognition Principle

Pendukung historical cost accounting berpendapat bahwa current cost accounting


melanggar prinsip konservatif bahwa keuntungan diakui pada saat non-monetary asset
dihapus. Pendukung physical capital juga berpendapat bahwa jika perusahaan berencana
menggunakan non-curent aset dibandingkan menjualnya, perubahan pada harga pasar
dari aset tersebut tidak relevan untuk dijadikan profit.

2. Objectivity of Current Cost

Pendukung historical cost berpendapat bahwa current cost accounting mencerminkan


objektivitas yang rendah karena penggunaan current cost tidak didasarkan pada
transaksi perusahaan yang sebenarnya.

3. Technological Change

Current cost accounting dikritik karena mengabaikan peningkatan teknologi yang dapat
terjadi dalam jangka panjang. Ketika mesin baru mengubah biaya produksi, maka harga
dari mesin lama harus disesuaikan.

Muhammad Arnez Puji Santosa (A031191045) 11


Chapter 6 : Accounting Measurement System

C. More Specific Criticisms

1. Advocates of Historical Cost

Pendukung historical cost menolak current cost accounting pada dasarnya dikarenakan
melanggar prinsip realisasi tradisional. Masalah terkait yaitu subjektivitas dari
penentuan peningkatan biaya. Apabila tik ada second-hand market yang reliable, maka
dasar penentuan current cost dari aset tetap perusahaan adalah aset baru yang
diekspektasikan untuk mengganti yang lama.

2. Comparison on the Result with Historical Cost

Perbedaan profit dari historical cost dan current cost dari operasional perusahaan
dikarenakan perbedaan unrealised holding gains.

3. Advocates of Exit Price

Pada teori exit price, biaya diimplikasikan pada opportunity cost atau pengorbanan atas
alternative yang lebih baik. Pada sebagian besar kasus, pengorbanan perusahaan adalah
menjual aset disbanding menggunakannya, bukan membelinya karena perusahaansudah
memilikinya, sehingga current cost yaitu harga pembelian barang tersebut tidaklah
relevan.

Pendukung exit price menyatakan bahwa current cost accounting memiliki problem
matematis dikarenakan pada prakteknya melibatkan metode pengukuran yang
bervariasi. Chambers menentang penggunaan specific price indexes yang merupakan
harga rata-rata. Pendukung exit price accounting juga berpendapat bahwa informasi
current cost umumnya tidak relevan pada keputusan investasi.

Sterling mempertimbangkan penggunaan physical capital concept yang yang hanya


berlaku jika kondisi perusahaan mengganti unitnya secara terus menerus, mengalami
kenaikan harga secara terus menerus, membeli dan menjual pada pasar yang berbeda,
menginvestasikan secara penuh pada unit fisik.

Muhammad Arnez Puji Santosa (A031191045) 12


Chapter 6 : Accounting Measurement System

V. EXIT PRICE ACCOUNTING

A. Income and Capital

Exit price accounting adalah sistem akuntansi dimana menggunakan harga jual pasar
untuk mengukur posisi finansial beserta performa perusahaan. Terdapat dua perbedaan
yang mendasar dengan perhitungan historical cost pada akuntansi :

 Nilai dari aset non moneter yang disesuaikan berdasarkan harga pasar berfungsi
untuk mengukur aset tersebut dan jika terdapat income dianggap sebagai
unrealized gains.
 Perubahan dalam kekuatan daya beli uang secara umum yang dipertimbangkan
ketika mengukur modal keuangan dan hasil dari operasi.

Jadi aset yang tercatat pada neraca disajikan kembali pada exit values (harga jual),
sehingga laporan yang ada menggambarkan nilai wajar pasar pada perusahaan, bukan
saat situasi fire-sale (ambigu). Laporan laba rugi menggambarkan profit atau losses dari
hasil operasi yang disesuaikan dengan keuntungan dalam memegang aset.
Bagaimanapun, profit diukur dalam konsep comprehensive dimana dalam konsep ini
mengukur secara total perubahan riil dalam nilai daripada elemen ekuitas yang telah di
akui.

B. Objective of Accounting ( Adaptive Decision Making)

Ketika perusahaan membeli aset tidak lancar, maka akan merubah kemampuannya
dalam beradaptasi. Misal, jika aset tersebut dibeli secara cash maka saldo kas
perusahaan akan turun dan membatasi perusahaan untuk mengeluarkan kas untuk
investasi lain. Sebaliknya, jika perusahaan membelinya secara kredit, maka akan
mengurangi kemampuan pengambilan kredit perusahaan di masa datang. Konsep
perilaku adatif melihat perusahaan untuk siap dalam tindakan untuk membuang aset,
jika tindakan ini memberikan keuntungan terbaik bagi perusahaan. Perusahaan akan
menjaga aset tidak lancarnya hanya jika nilai sekarang dari arus kas masa depan dari
penggunaan aset lebih besar dari nilai sekarang dari arus kas masa depan jika ada
alternatif investasi lain.

Muhammad Arnez Puji Santosa (A031191045) 13


Chapter 6 : Accounting Measurement System

Chamber mengakui bahwa setiap aset yang dimiliki pada prinsipnya adalah nilai dari
pertukaran (exit value) dan nilai pakai (value in use). Nilai pakai (Nilai saat ini) pada
dasarnya adalah sejumlah nilai yang dihitung dari harapan saaat ini, dan hal itu
merupakan keyakinan atas masa depan, bukan fakta pada saat ini.

C. Argument for Exit Price Accounting

1. Providing useful information

Perusahaan bisnis umumnya dimiliki oleh satu orang atau grup kecil dari partner.
Akuntan adalah yang menyiapkan laporan keuangan dan bertanggung jawab hanya
kepada dua kepentingan: pemilik, yang mengatur bisnis dan mengetahu detail semua
transaksi dan kreditur, yang memiliki ketertarikan atas kemampuan pemilik dalam
membayar pinjaman yang jatuh tempo.

Solusi ideal bagi akuntan adalah untuk melaporkan segala profit dan kerugian, lalu
nilainya ditentukan berdasarkan kompetitf dari pasar yang ada. Bagaimanapun, tidak
semua aset memiliki pasar yang siap. Berikut ini adalah pasar yang diharapkan dapat
hadir untuk menentukan nilainya

 Marketable assets at market price (exit price)


 Non-marketable reproducible assets at replacement costs
 Occasional non-marketable, non-reproducible assets at historical costs.

Profit harus mencakup semua hal yang telah direalisasikan juga unrealized dalam
hubungannya dengan prinsip clean surplus.

2. Relevant and reliable information

Untuk menjadi relevan, informasi harus bergunan dalam pengambilan keputusan


akuntansi bagi para pengguna laporan. Model pengambilan keputusan, memungkinkan
pengguna untuk memutuskan yang mana merupakan aksi yang tepat dari berbagai
alternatif yang ada. Jika tidak ada kendala, informasi dapat dikumpulkan yang mana
saja yang relevan terhadap masalah yang dihadapi dan model keputusan. Bagaimanpun,
kendala ada karena sumber informasi yang langka juga mahal. Masalahnya adalah untuk

Muhammad Arnez Puji Santosa (A031191045) 14


Chapter 6 : Accounting Measurement System

memilih model keputusan yang sesuai dengan cara menilai kemampuan model untuk
memprediksi konsekuensi dari alternative yang tersedia.

3. Additivity

Chambers mempertimbangkan masalah aditif menjadi faktor kunci dalam CCE


accounting, Produk utama dari sistem laporan akuntansi – neraca dan laporan laba rugi.
Jika memberikan nilai yang berbeda dengan berbagai karakteristik yang berbeda juga,
maka tidak dapat secara logis dapat ditambahkan bersama-sama. Sebagai contoh, tidak
dapat menilai kewajiban sebesar harga perolehan (surat hutang), beberapa aset sebesar
biaya replacement (persediaan), yang lain sebesar nilai saat ini (sewa). Juga tidak dapat
mencampuradukkan biaya historis dengan tanggal yang berbeda dan makna yang
berbeda dalam mengkalkulasikan aset bersih.

4. Allocation

Thomas mengeluhkan fakta bahwa dalam sistem akuntansi biaya (historical dan current)
sangat bergantung pada alokasi untuk valuasi aset dan menentukan profit. Positifnyadari
exit price accounting bahwa laporan keuangan dialokasikan secara bebas.

Profit menggambarkan jumlah dari perubahan dari daya beli yang rill dari aset bersih,
terkecuali tambahan investasi dari atau didistribusikan oleh owner.

5. Reality

Exit price accounting melibatkan referensi yang nyata karena memang menggunakan
harga pasar actual saat ini. Penyusutan tidak terjadi jika nilai aset selalu naik atau harga
konstan. Jika tidak ada nilai realisasi dapat dikaitkan dengan item, maka item yang ada
memiliki saldo nol. Dengan dua kendala – dipertukarkan dan adanya harga jual – item-
item dari laporan keuangan bisa semakin kuat dengan bukti nyata yang ada di dunia.

6. Objectivity

Banyak yang mengatakan bahwa harga pasar tidak objektif, namun pada kenyataannya
nilai pasar adalah nilai yang mencerminkan kenyataan pada saat ini. Parker melakukan
penelitian relative dan objektivitas untuk exit price dengan historical cost. Parket

Muhammad Arnez Puji Santosa (A031191045) 15


Chapter 6 : Accounting Measurement System

menunjukkan bahwa exit price mengungkapkan dispersi dari jumlah tercatat. Penyebab
utamanya adalah perbedaan estimasi masa manfaat dan nilai sisa.

7. A measure of risk

Untuk memungkinkan para pengguna laporan keuangan dalam mengevaluasi berbagai

risiko dan kinerja dalam risiko finansial yang signifikan akan membutuhkan:

 Deskripsi dari setiap risiko keuangan yang signifikan dan tujuan perusahaan
serta kebijakan untuk mengelola risiko tersebut.
 Informasi mengenai dampak risiko terhadap neraca dan laporan kinerja
keuangan
 Informasi mengenai metode dan asumsi utama yang digunakan dalam
mengestimasi nilai wajar instrument keuangan.

D. Arguments Against Exit Price Accounting

1. Profit Concept

Seperti yang diketahui, bahwa keuntungan adalah ukuran aktivitas kinerja dari
perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasional mereka dalam menggunakan
sumber daya yang telah ada. Ketika evaluasi telah dibuat, maka perusahaan dapat
memutuskan apakah melanjutkan dalam pemakaian aset atau menjual asset dan
menggunakan hasil yang ada pada alternative yang lain.

2. Additivity

Pendukung exit price mengklaim bahwa pengukuran akuntansi, jika berpikir objektif,
harus didasarkan hanya pada nilai masa lalu dan masa kini. Perhitungan antisipasi tidak
dapat ditambahkan bersama-sama dengan angka saat ini. Pengkritik berpikir bahwa arus
kas yang setara aset ditentukan berdasarkan asumsi likuidasi bertahap dan teratur. Jika
itu terjadi maka peristiwa masa depan harus diasumsikan dengan menggunakan dan
tercatat sesuai tanggal neraca.

Muhammad Arnez Puji Santosa (A031191045) 16


Chapter 6 : Accounting Measurement System

3. The Valuation of Liabilities

Chambers berpendapat bahwa hutang obligasi secara efektif berbentuk modal dan harus
dinyatakan sebesar nilai nominal bukan, nilai pasar. Oleh karena itu terdapat
inkosistensi karena obligasi sebagai aktiva harus dinyatakan dengan harga pasar.

4. Current Cost vs Exit Price

Ada satu pertanyaan yang krusial dalam memutuskan apakah menggunakan current cost
atau exit price: pada saat apa siklus operasi harus menggunakan exit price atas penilaian
sebuah aset? Current cost berpendapat bahwa metode penilaian normal lebih baik,
diantaranya karena:

 Exit Price mengarah pada revaluasi anomali, dimana setelah pembelian harga
akan jatuh dan kurang dari harga perolehan
 Exit Price menyiratkan pada pendekatan jangka pendek, karena fokus terhadap
likuidasi dan disposal
 Exit price pada persediaan barang jadi merupakan bentuk antisipasi terhadap
laba operasi karena persediaan dinilai lebih dari biaya saat ini

VI. VALUE IN USE VERSUS VALUE IN EXCHANGE

Pendekatan Value in use menggunakan investor external atau entitas yang berorientasi
pada produksi sebagai benchmark yang relevan. Investor lebih tertarik pada future cash
flow perusahaan dibandingkan nilai likuidasinya yang dapat diprediksi secara akurat
dengan laba operasional dibandingkan dengan current cash flow. Sehingga yang
dibutuhkan adalah pengukuran income yang sesuai dengan current cos dari input aset
terhadap output. Pendekatan ini lebih terkonsentrasi pada perolehan hasil yang paling
efisien dari penggunaan aset dengan tidak mempertimbangkan adaptasinya.

Pada pendekatan value in exchange, sudut pandang lebih kepada manajer internal atau
kreditur yang akan membuat keputusan yang berkaitan dengan likuiditas dari
perusahaan dan current spending power yang merupakan performa jangka pendek
perusahaan. Pendekatan ini penting bagi perusahaan dengan masalah likuiditas atau

Muhammad Arnez Puji Santosa (A031191045) 17


Chapter 6 : Accounting Measurement System

perusahaan yang berhubungan dengan tradeable goods yang operasinya dengan cepat
beradaptasi pada kondisi pasar.

VII. PERSPEKTIF GLOBAL DAN INTERNATIONAL FINANCIAL


REPORTING STANDARDS

Berbagai jenis penerapan biaya kini (current cost) dan akuntansi perubahan telah diuji
dan diadaptasi di beberapa negara antara lain :

1. Amerika Serikat

Pada tahun 1979, FASB mencabut Accounting Series Release (ASR) 190 yang
dikeluarkan tahun 1976 untuk kemudian menggantinya dengan Statement 33 yang
menekankan pada pengungkapan tambahan untuk penyesuaian akun akun atas inflasi
dan biaya penjualan kini. Pada saat itu, persyaratan untuk mengungkapkan data biaya
kini mendapatkan resistensi yang tinggi dari banyak perusahaan. Setelah dilakukan
banyak debat yang membahas tentang manfaat dari informasi tambahan, FASB
mengeluarkan Statement 89 di tahun 1986, membatalkan persyaratan tersebut namun
tetap meminta setiap perusahaan untuk melakukan pengungkapan data.

Dalam Statement 33, FASB mensyaratkan Perusahaan untuk menyampaikan informasi


mengenai :

a) Profit dari Continuing Operations dengan menggunakan Current Cost Basis


untuk tahun finansial berjalan
b) Current Cost untuk Persediaan, Properti, Pabrik dan Peralatan di akhit tahun
finansial
c) Perubahan current cost di tahun finansial berjalan untuk Persediaan, Properti,
Pabrik dan Peralatan, menggunakan Basis Dolar Konstan.

Perubahan biaya yang tidak termasuk dalam keuntungan yang berasal dari operasi
berjalan perusahaan harus diungkapkan dalam basis nominal dollar untuk masing-
masing dalam jangka waktu maksimal 5 tahun, yaitu : keuntungan dari operasi berjalan,
keuntungan per saham dari operasi berjalan serta aset bersih di akhir tahun finansial.
Statement 33 ditujukan sebagai bentuk eksperimen selama 5 tahun. Setelah

Muhammad Arnez Puji Santosa (A031191045) 18


Chapter 6 : Accounting Measurement System

mempertimbangkkan berbagai bukti dan reaksi mengenai data tambahan, FASB


menerbitkan Statement 82 di bulan November 1984 untuk menghapuskan persyaratan
sebagaimana pada Statement 33 dalam pelaporan.

2. Inggris

Komite Standar Akuntansi Inggtis atau ASC (Accounting Standard Committee)


menerbitkan statement 16 (SSAP 16) tentang akuntansi biaya kini di bulan Maret 2010.
SSAP 16 berbeda dengan SFAS 33 yang dikeluarkan FASB. Ada dua hal utama yang
menjadi perbedaanya antara lain :

a) Standar AS mengharuskan akuntansi dollar konstan dan biaya kini. SSAP hanya
metode biaya kini untuk pelaporan eksternal.
b) Apabila di AS penyesuaian atas inflasi lebih berpusat pada laporan laba rugi,
laporan biaya kini di Inggris wajib diungkapkan pada laporan laba rugi dan
neraca beserta catatan penjelasan.
c) Standar ini banyak diaplikasikan oleh perusahaan besar namun ASC menarik
kembali SSAP 16 di tahun 1985 setelah banyaknya debat mengenai isi
penggunaan SSAP 16.

3. Australia

Profesi akuntan di Australian menerbitkan DPS 1.1., Statement of Provisional


Accounting Standards (PAS) mengenai Akuntasi Biaya kini di bulan Oktober 1976
sebagaimana diamandemen dalam PAS 1 dan panduannya di bulan Agustus 1978.
Adapun SAP 1 merekomendasikan penggunaan biaya kini bertujuan untuk mejaga
kapasitas perusahaan tetap utuh. Setelah muncuklnya protes mengenai penerbitan SAP
1, SAP 1 yang dianggap sebagai versi “downgrade” terbit pada November 1983 yang
merekomendasikan seluruh perusahaan untuk menyampaikan pernyataan tambahan
mengenai akuntansi biaya kini disamping laporan keuangan konvensional perusahaan
yang menggunakan biaya historis.

Muhammad Arnez Puji Santosa (A031191045) 19


Chapter 6 : Accounting Measurement System

Adapun sebagai alternative, perusahaan dapat menggunakan biaya kini dalam pelaporan
keuangannya untuk menggantikan biaya historis. Namun, SAP 1 tidak diadaptasi secara
luas di Australia.

4. International Accounting Standards

Contoh penerapan akuntansi perubahan di berbagai negara sebelumnya


menunjukkanbahwa sistem-sistem yang telah diuji dan diimplementasikan di negara-
negara tersebut tidak sepenuhnya diadopsi oleh entitas-entitas disana. IASB telah
menyimpulkan bahwa laporan posisi keuangan dan kinerja operasi dalam mata uang
lokal menjadi tidak berarti lagi dalam suatu lingkungan yang mengalami hiperinflasi.
IAS 29 yang membahas Pelaporan keuangan dalam perekonomian hiperinflasi
mewajibkan (dan bukan hanya merekomendasikan) penyajian ulang informasi laporan
keuangan utama. Secara khusus, laporan keuangan suatu perusahaan yang melakukan
pelaporan dalam mata uang perekonomian hiperinflasi, apakah didasarkann pada
kerangka penilaian biaya historis atau biaya kini, harus disajikan ulang sesuai dengan
daya beli konstan pada tanggal neraca. Aturan ini juga berlaku untuk angka-angka
terkait pada periode sebelumnya. Keuntungan atau kerugian daya beli yang terkait
dengan posisi kewajiban atau aktiva moneter bersih dimasukkan ke dalam laba kini.
Perusahaan yang melakukan pelaporan juga harus mengungkapkan:

a) Fakta bahwa penyajian ualng untuk perubahan dalam daya beli unit pengukuran
telah dilakukan.
b) Kerangka dasar penilaian aktiva yang digunakan dalam laporan keuangan utama
(yaitu penilaian biaya historis atau biaya kini).
c) Identitas dan tingkat indeks harga pada tanggal neraca, beserta dengan
perubahannya selama periode pelaporan.
d) Keuntungan atau kerugian moneter bersih selama periode tersebut.

5. Sistem Pengukuran Campuran dan Standar Internasional

Perbedaan dalam pengukuran yang diadopsi oleh berbagai negara yang disebabkan oleh
belum adanya konsep teoritis mengenai penilaian menimbulkan adanya sistem
pengukuran secara campuran. Hal ini dapat dilihat dengan adanya perpindahan dari

Muhammad Arnez Puji Santosa (A031191045) 20


Chapter 6 : Accounting Measurement System

biaya historis dan penggunaan dalam konsep pengukuran yang berbeda di bawah
standar internasional :

1. IAS 2/AASB 102 : Perusahaan diijinkan mengukur persediaan dengan Net


Realizable Value
2. IAS 16/AASB 16 : Property, Plant, and Equipment (PPE) dinilai berdasarkan
historical cost atau nilai setelah revaluasi
3. IAS 17/AASB 17 : Bunga dari Tanah yang disewagunakan dihitung sebagai
Investment Property (IAS 40) dan diukur pada nilai wajar
4. IAS 19/AASB 19 : Pengukuran Curtailment Gain or Loss meliputi perubahan
present value berdasarkan benefit obligation yang telah ditentukan atas
perubahan nilai wajar aset
5. IAS 29/AASB 29 :Penyesuaian terhadap laporan keuangan entitas yang terkena
dampak hiperinflasi dapat menggunakan indeks level harga umum
6. IAS 36/AASB 136 : Impairment aset dimana aset dinilai dengan recoverable
amount
7. IAS 36/AASB 136 : Nilai residu dari aset dianggap sebagai current cash
equivalent
8. IAS 37/AASB 137 : Pengukuran provisi ditentukan berdasarkan metode
expected present value
9. IAS 40/AASB 140 : Investasi properti dapat diukur dengan pilihan diantaranya
impairment biaya depresiasi atau nilai wajar dengan perubahan nilai dimasukkan
dalam laporan laba rugi baik loss ataupun gain.

VIII. MASALAH BAGI AUDITOR

Para Auditor membutuhkan bukti yang relevan untuk mendukung opini mereka ketika
melakukan audit atas laporan keuangan secara adil dengan dasar relevansi. Adapun
beberapa masalah yang sering didapatkan oleh Para Auditor dalam melakukan audit
antara lain :

Muhammad Arnez Puji Santosa (A031191045) 21


Chapter 6 : Accounting Measurement System

a) Kebutuhan akan bukti yang memadai dan kualitas atas bukti tersebut
mendukung relevansi dan reliabilitas dalam penyajian data, mendeteksi adanya
misstatements, dalam jurnal, akun, dan pengungkapan entitas.
b) Kebutuhan akan pengetahuan dan pemahaman atas beberapa metode pengukuran
yang dikenal seta kombinasinya. Oleh karena itu, peran ahli sangat mungkin
untuk dibutuhkan dalam rangka pemeriksaan.
c) Dalam hal Arm Length Transaction, dibutuhkan bukti-bukti spesifik transaksi
dan informasi pihak ketiga juga dibutuhkan untuk memastikan setiap transaksi
telah dicatat dan diungkapkan dengan benar.

Muhammad Arnez Puji Santosa (A031191045) 22

Anda mungkin juga menyukai