System akuntansi untuk pertama kali diperkenalkan oleh Pacioli pada abad ke 15, yaitu
system akuntansi double-entry. Sejak saat itu teknik dasar akuntansi tidak berubah
secara signifikan. Bersamaan dengan revolusi industry, khususnya setelah jatuhnya
wall street pada tahun 1929, system akuntansi trandisional berdasarkan historical cost
system muncul dan memimpin sebagai fundamental accounting system. Kemudian
pada tahun 1960-an beberapa alternative dasar system akuntansi lainnya muncul dan
mulai berkembang, yaitu current cost accounting dan current selling prices (exit prices).
Current cost accounting juga dianggap sebagai metode pertama yang
mempresentasikan fair value accounting system.
A. Objective of Accounting
Historical cost accounting menekankan pada dua objek kritis tersebut, yaitu stewardship
dan accountability. Tujuan penggunaan historical cost menekankan hubungan
“kontraktual” yang konservatis antara perusahaan dan pihak yang menyediakan sumber
dana, dan membuat management bertanggungjawab atas penggunaan asset dalam
operasi perusahaan, hasil “profit/output” dari operasional tersebut dan dampaknya
terhadap nilai tambah ekuitas. Maka income statement adalah kunci komunikasi yang
tepat dari mekanisme ini.
Dalam pandangan historical cost accounting perubahan nilai asset dan kewajiban pada
dasarnya diabaikan, sampai asset tersebut dijual atau dilepaskan atau dihapuskan.
Dalam historical cost theory informasi mengenai nilai sisa bersih dari perusahaan tidak
begitu penting, namun yang terpenting adalah profit.
Dalam historical cost system, pencatatan akuntansi harus menjaga nilai capital ( assets
dikurangi kewajiban) memiliki nilai yang sama dengan nilai pada periode awal, dimana
semua asset dan kewajiban dinilai sesuai dengan nilai saat pembelian. Income
menunjukkan hasil dari perusahaan selama periode tertentu, expenses merupakan
sumber daya yang dibelanjakan dan profit menunjukkan keefektifan sebuah perusahaan
dalam beroperasi.
Income statement adalah bagian yang paling penting dalam laporan keuangan, dimana
menunjukkan hasil dari kegiatan operasional perusahaan. Sedangkan balance sheet
dianggap bukan merupakan bagian yang signifikan. FASB menggunakan istilah
‘revenue-expense view’ dan ‘asset-liability view’. Terdapat dua konsep dasar dalam
historical cost revenueexpense viewpoint yaitu ‘matching of cost’ dan ‘conservatism’.
Akuntan harus melacak aliran biaya yang keluar, terutama karena biaya yang melekat
pada pendapatan ‘cost attach’. Akuntan mencatat setiap transaksi biaya dan men-trasir-
nya kepada pendapatan yang diterima dari biaya tersebut. Akuntan memutuskan biaya
yang bisa diakui ‘expired’ untuk kemudian dilekatkan (matching) pada pendapatan di
income statement, dan biaya yang belum dapat diakui ‘unexpired’ akan dilaporkan di
balance sheet (unmatched assets). Hal ini merupakan konsep ‘matching cost against
revenue’ yang merupakan konsep penting dalam historical cost accounting.
D. Conservatism
Biaya harus segera diakui sesegera mungkin, sedangkan pendapatan hanya dapat diakui
jika terdapat keyakinan yang tinggi (‘high probability’) bahwa pendapatan tersebut akan
diterima. Konsep konservatis ini menyebabkan perlakuan yang bias antara pengakuan
biaya dibandingkan dengan pengakuan pendapatan. Konsep konservatis lainnya
mengatakan peningkatan nilai asset tidak boleh diakui, tapi penurunan nilai harus
diakui –the lower of cost or market rule.
1. Objective of accounting
namun historical cost system sangat jauh dari objektif dan justru membuka
terjadinya manipulasi.
Kritikus berargumen bahwa profit yang dilaporkan historical cost system tidak
memiliki interprestasi ‘prospective’ melainkan ‘retrospective’. Capital hanya
dianggap sebagai nominal dollar yang diinvestasikan pada perusahaan bukan
sebagai daya beli (purchasing power). Setelah tahun akusisi, biaya historis tidak
menghubungkan kejadian pada tahun tersebut dan setelahnya. Akuntansi
menciptakan sebuah kenyataan yg fiksi yang harus dipercayai bahwa biaya
historis berhubungan dengan operasi saat ini.
Historical cost system akan menyajikan laba terlalu tinggi saat harga-harga naik
karena meng-offset biaya perolehan historis (yang rendah) dengan pendapatan
sekarang yang tinggi (inflasi). Hal tersebut tanpa disadari dapat mengarah pada
pengurangan capital dimana capital didefinisikan sebagai kemampuan
perusahaan untuk berproduksi, bertransaksi, atau sebaliknya untuk beroperasi
dimasa depan. Profit berdasaran historical cost juga dapat memperdaya
management lebih dalam lagi bahwa laba yang dibayarkan dapat melebihi laba
tahunan yang sesungguhnya menghilangkan basis modal.
Salah satu pembelaan dari penggunaan biaya historis adalah adanya prinsip
going concern assumption. Dimana menggang bahwa uum perusahaan adalah
tidak dapat ditentukan jadi ekspektasi normal mengenai item non-monetary akan
terpenuhi.
4. Matching
Pada faktanya dalam banyak kasus penandingan biaya dan pendapatan tidak
mungkin dipraktikkan.pepandingan adalah sebuah proses untuk keputusan acak
yang harus dibuat daripada sebuah analisis yang konsisten. Dalam matching
konsep tidak ada konsep penandingan yang pasti, tidak ada cara untuk metode
lain dalam penyandingan kecuali secara arbitrary.
Historical cost accounting yang hanya memfokuskan hanya pada penentuan net-
profit menyebabkan penyimpangan dan penyembunyian atas pengungkapkan
penting informasi perusahaan. Hal ini karena tujuan kauntansi konvensional
telah disalahartikan, dimana akuntan berpandangan sempit akan kebutuhan
investor dan menerima cara lama dalam menganalisis perusahaan dan sahamnya.
Akuntansi konvensional memandang bahwa prosedur mendasar dalam analisis
perusahaan menekankan pada profit dan dividend, dan pendekatan tersebut
adalah pendekatan yang tepat untuk semua perusahaan.
A. Objective of Accounting
Current Cost Accounting (CCA) adalah sistem akuntansi dimana Asset dinilai
berdasarkan harga beli saat ini (current market buying price), dan profit ditentukan oleh
alokasi berdasarkan biaya saat itu. Untuk memahami tujuan dari penggunaan Current
Cost Accounting terlebih dahulu kita harus memahami macam-macam keputusan yang
dihadapi oleh manajer dalam menjalankan perusahaan. Dalam hal ini kita asumsikan
terlebih dahulu bahwa tujuana dari manajer adalah mengalokasikan sumber daya
perusahaan yang tersedia dengan tujuan untuk memaksimalkan laba. Edwards dan Bell
merumuskan permasalahan ini menjadi tiga buah pertanyaan, yaitu:
Menurut Edwards dan Bell perubahan harga dalam suatu periode merupakan sesuatu
yang penting untuk disadari oleh manajemen dalam mengambil keputusan terbaik di
masa depan.Walaupun Edward dan Bell menyadari benar pentingnya informasi bagi
manajemen, mereka juga menjelaskan bahwa data tersebut juga berguna bagi pihak luar,
seperti pemegang saham dan kreditur karena mereka ingin menilai performance
perusahaan. Dari tero tersebut, informasi akuntansi memiliki dua tujuan, yaitu:
Evaluasi keputusan manajer di masa lalu untuk membuat keputusan yang terbaik
Evaluasi manajer oleh pemegang saham, kreditur, dan yang lainnya.
Atas nama profit manajemen sering menghadapi dua keputusan yaitu apakah akan
menahan atau membuang suatu aset atau kewajiban (1) dan bagaimana mendanai dan
menggunakan aktivitas operasi perusahaan (2).
Untuk menilai dua keputusan tersebut, Edwards dan Bell menawarkan sebuah konsep
profit yang dinamakan ‘Bussiness Profit’ yang terdiri dari (1) current operating profit
dan (2) realisable cost savings. Current Operating Profit adalah selisih dari current value
dari output yang terjual dengan current cost dari aset yang dicimpan dalam waktu
tertentu. Keduanya mencakup perubahan biaya yang direalisasi dan yang belum
direalisasi. Busines profit dihitung secara real basis – yaitu, elemen fiksi akibat
perubahan tingkat harga umum dihilangkan. Istilah yang kita gunakan untuk realisable
cost savings adalah ‘holding gains / losses’, yang dapat direalisasikan atau belum
direalisasi.
Apa manfaat dari pemisahan pengukuran antara holding gain and loss? Memegang
komposisi tertentu dari aset dan kewajiban adalah salah satu cara manajemen untuk
meningkatkan posisi pasar perusahaan. Manajer dan lain-lain ingin tahu apakah harapan
ini sukses. Dalam akuntansi konvensional, keuntungan dicatat hanya ketika aset tersebut
dilepaskan. Oleh karena itu, menentukan apakah harapan manajemen berhasil atau tidak
adalah hampir mustahil kecuali aset yang dibeli dan dijual dalam periode yang sama.
Juga, dalam akuntansi konvensional, ketika membandingkan perusahaan, kita dapat
disesatkan perusahaan mana yang lebih efisien.
Dari sudut pandang praktis, perbedaan utama diantara kedua konsep tersebut adalah ada
atau tidaknya holding gains (or lossess) dalam komponen profit. Secara kuantitaif,
holding gains (lossess) termasuk di dalam profit pada konsep financial capital dan tidak
termasuk dalam profit pada physical capital.
Pendukung physical capital concept berpendapat bahwa capital adalah unit fisik yang
menunjukkan kemampuan operasi perusahaan.
Jika tidak ada perubahan teknologi, pemeliharaan modal menunjukkan bahwa stok fisik
dari net aset dapat dipertahankan (tetap). Hal tersebut diperoleh dengan menyamakan
pemakaian sumber daya yang diukur dengan harga perolehan saat ini dan memastikan
nilai pembelian item moneter dipertahankan. Hal tersebut juga dapat digunakan untuk
mengkalkulasi harga yang harus dibayar untuk mendapatkan input serta harga minimal
penjualan output dengan asumsi continuity dan non-liquidation.Menurut logika
ekonomi, efisiensi operasi yang optimal terjadi saat jumlah output yang diproduksi
berasal dari input dengan total opportunity cost yang minimum.
2. Valuation Principles
a. Non-monetary Items
Item moneter dan non moneter memiliki efek dan risiko yang berbeda terhadap
inflasi. Item moneter adalah elemen yang mempunyai klaim moneter dalam
jumlah yang tetap dan tidak berubah saat inflasi harga. Sedangkan item non
moneter seperti tanah dan bangunan, akan disesuaikan harganya sesuai dengan
kondisi pasar. Untuk tujuan pelaporan, aset non moneter harus dinilai dan
ditampilkan pada current cost. Penilaian diperoleh dengan cara:
Kewajiban moneter dinilai sesuai jumlah yang diekspektasikan akan dibayar dan
memberikan keuntungan jika ditahan saat nilai uang kehilangan kemampuan
Saham dan komoditas tertentu seperti emas, perak dan aset lain yang ditahan
untuk tujuan spekulasi, dibeli dan dijual pada pasar yang sama. Aset tersebut
tidak secara langsung menambah kemampuan operasional perusahaan. Aset
tersebut umumnya digunakan sebagai profit-generating purpose atau untuk
dijual kembali saat ada capital gain.
1. Recognition Principle
3. Technological Change
Current cost accounting dikritik karena mengabaikan peningkatan teknologi yang dapat
terjadi dalam jangka panjang. Ketika mesin baru mengubah biaya produksi, maka harga
dari mesin lama harus disesuaikan.
Pendukung historical cost menolak current cost accounting pada dasarnya dikarenakan
melanggar prinsip realisasi tradisional. Masalah terkait yaitu subjektivitas dari
penentuan peningkatan biaya. Apabila tik ada second-hand market yang reliable, maka
dasar penentuan current cost dari aset tetap perusahaan adalah aset baru yang
diekspektasikan untuk mengganti yang lama.
Perbedaan profit dari historical cost dan current cost dari operasional perusahaan
dikarenakan perbedaan unrealised holding gains.
Pada teori exit price, biaya diimplikasikan pada opportunity cost atau pengorbanan atas
alternative yang lebih baik. Pada sebagian besar kasus, pengorbanan perusahaan adalah
menjual aset disbanding menggunakannya, bukan membelinya karena perusahaansudah
memilikinya, sehingga current cost yaitu harga pembelian barang tersebut tidaklah
relevan.
Pendukung exit price menyatakan bahwa current cost accounting memiliki problem
matematis dikarenakan pada prakteknya melibatkan metode pengukuran yang
bervariasi. Chambers menentang penggunaan specific price indexes yang merupakan
harga rata-rata. Pendukung exit price accounting juga berpendapat bahwa informasi
current cost umumnya tidak relevan pada keputusan investasi.
Exit price accounting adalah sistem akuntansi dimana menggunakan harga jual pasar
untuk mengukur posisi finansial beserta performa perusahaan. Terdapat dua perbedaan
yang mendasar dengan perhitungan historical cost pada akuntansi :
Nilai dari aset non moneter yang disesuaikan berdasarkan harga pasar berfungsi
untuk mengukur aset tersebut dan jika terdapat income dianggap sebagai
unrealized gains.
Perubahan dalam kekuatan daya beli uang secara umum yang dipertimbangkan
ketika mengukur modal keuangan dan hasil dari operasi.
Jadi aset yang tercatat pada neraca disajikan kembali pada exit values (harga jual),
sehingga laporan yang ada menggambarkan nilai wajar pasar pada perusahaan, bukan
saat situasi fire-sale (ambigu). Laporan laba rugi menggambarkan profit atau losses dari
hasil operasi yang disesuaikan dengan keuntungan dalam memegang aset.
Bagaimanapun, profit diukur dalam konsep comprehensive dimana dalam konsep ini
mengukur secara total perubahan riil dalam nilai daripada elemen ekuitas yang telah di
akui.
Ketika perusahaan membeli aset tidak lancar, maka akan merubah kemampuannya
dalam beradaptasi. Misal, jika aset tersebut dibeli secara cash maka saldo kas
perusahaan akan turun dan membatasi perusahaan untuk mengeluarkan kas untuk
investasi lain. Sebaliknya, jika perusahaan membelinya secara kredit, maka akan
mengurangi kemampuan pengambilan kredit perusahaan di masa datang. Konsep
perilaku adatif melihat perusahaan untuk siap dalam tindakan untuk membuang aset,
jika tindakan ini memberikan keuntungan terbaik bagi perusahaan. Perusahaan akan
menjaga aset tidak lancarnya hanya jika nilai sekarang dari arus kas masa depan dari
penggunaan aset lebih besar dari nilai sekarang dari arus kas masa depan jika ada
alternatif investasi lain.
Chamber mengakui bahwa setiap aset yang dimiliki pada prinsipnya adalah nilai dari
pertukaran (exit value) dan nilai pakai (value in use). Nilai pakai (Nilai saat ini) pada
dasarnya adalah sejumlah nilai yang dihitung dari harapan saaat ini, dan hal itu
merupakan keyakinan atas masa depan, bukan fakta pada saat ini.
Perusahaan bisnis umumnya dimiliki oleh satu orang atau grup kecil dari partner.
Akuntan adalah yang menyiapkan laporan keuangan dan bertanggung jawab hanya
kepada dua kepentingan: pemilik, yang mengatur bisnis dan mengetahu detail semua
transaksi dan kreditur, yang memiliki ketertarikan atas kemampuan pemilik dalam
membayar pinjaman yang jatuh tempo.
Solusi ideal bagi akuntan adalah untuk melaporkan segala profit dan kerugian, lalu
nilainya ditentukan berdasarkan kompetitf dari pasar yang ada. Bagaimanapun, tidak
semua aset memiliki pasar yang siap. Berikut ini adalah pasar yang diharapkan dapat
hadir untuk menentukan nilainya
Profit harus mencakup semua hal yang telah direalisasikan juga unrealized dalam
hubungannya dengan prinsip clean surplus.
memilih model keputusan yang sesuai dengan cara menilai kemampuan model untuk
memprediksi konsekuensi dari alternative yang tersedia.
3. Additivity
4. Allocation
Thomas mengeluhkan fakta bahwa dalam sistem akuntansi biaya (historical dan current)
sangat bergantung pada alokasi untuk valuasi aset dan menentukan profit. Positifnyadari
exit price accounting bahwa laporan keuangan dialokasikan secara bebas.
Profit menggambarkan jumlah dari perubahan dari daya beli yang rill dari aset bersih,
terkecuali tambahan investasi dari atau didistribusikan oleh owner.
5. Reality
Exit price accounting melibatkan referensi yang nyata karena memang menggunakan
harga pasar actual saat ini. Penyusutan tidak terjadi jika nilai aset selalu naik atau harga
konstan. Jika tidak ada nilai realisasi dapat dikaitkan dengan item, maka item yang ada
memiliki saldo nol. Dengan dua kendala – dipertukarkan dan adanya harga jual – item-
item dari laporan keuangan bisa semakin kuat dengan bukti nyata yang ada di dunia.
6. Objectivity
Banyak yang mengatakan bahwa harga pasar tidak objektif, namun pada kenyataannya
nilai pasar adalah nilai yang mencerminkan kenyataan pada saat ini. Parker melakukan
penelitian relative dan objektivitas untuk exit price dengan historical cost. Parket
menunjukkan bahwa exit price mengungkapkan dispersi dari jumlah tercatat. Penyebab
utamanya adalah perbedaan estimasi masa manfaat dan nilai sisa.
7. A measure of risk
risiko dan kinerja dalam risiko finansial yang signifikan akan membutuhkan:
Deskripsi dari setiap risiko keuangan yang signifikan dan tujuan perusahaan
serta kebijakan untuk mengelola risiko tersebut.
Informasi mengenai dampak risiko terhadap neraca dan laporan kinerja
keuangan
Informasi mengenai metode dan asumsi utama yang digunakan dalam
mengestimasi nilai wajar instrument keuangan.
1. Profit Concept
Seperti yang diketahui, bahwa keuntungan adalah ukuran aktivitas kinerja dari
perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasional mereka dalam menggunakan
sumber daya yang telah ada. Ketika evaluasi telah dibuat, maka perusahaan dapat
memutuskan apakah melanjutkan dalam pemakaian aset atau menjual asset dan
menggunakan hasil yang ada pada alternative yang lain.
2. Additivity
Pendukung exit price mengklaim bahwa pengukuran akuntansi, jika berpikir objektif,
harus didasarkan hanya pada nilai masa lalu dan masa kini. Perhitungan antisipasi tidak
dapat ditambahkan bersama-sama dengan angka saat ini. Pengkritik berpikir bahwa arus
kas yang setara aset ditentukan berdasarkan asumsi likuidasi bertahap dan teratur. Jika
itu terjadi maka peristiwa masa depan harus diasumsikan dengan menggunakan dan
tercatat sesuai tanggal neraca.
Chambers berpendapat bahwa hutang obligasi secara efektif berbentuk modal dan harus
dinyatakan sebesar nilai nominal bukan, nilai pasar. Oleh karena itu terdapat
inkosistensi karena obligasi sebagai aktiva harus dinyatakan dengan harga pasar.
Ada satu pertanyaan yang krusial dalam memutuskan apakah menggunakan current cost
atau exit price: pada saat apa siklus operasi harus menggunakan exit price atas penilaian
sebuah aset? Current cost berpendapat bahwa metode penilaian normal lebih baik,
diantaranya karena:
Exit Price mengarah pada revaluasi anomali, dimana setelah pembelian harga
akan jatuh dan kurang dari harga perolehan
Exit Price menyiratkan pada pendekatan jangka pendek, karena fokus terhadap
likuidasi dan disposal
Exit price pada persediaan barang jadi merupakan bentuk antisipasi terhadap
laba operasi karena persediaan dinilai lebih dari biaya saat ini
Pendekatan Value in use menggunakan investor external atau entitas yang berorientasi
pada produksi sebagai benchmark yang relevan. Investor lebih tertarik pada future cash
flow perusahaan dibandingkan nilai likuidasinya yang dapat diprediksi secara akurat
dengan laba operasional dibandingkan dengan current cash flow. Sehingga yang
dibutuhkan adalah pengukuran income yang sesuai dengan current cos dari input aset
terhadap output. Pendekatan ini lebih terkonsentrasi pada perolehan hasil yang paling
efisien dari penggunaan aset dengan tidak mempertimbangkan adaptasinya.
Pada pendekatan value in exchange, sudut pandang lebih kepada manajer internal atau
kreditur yang akan membuat keputusan yang berkaitan dengan likuiditas dari
perusahaan dan current spending power yang merupakan performa jangka pendek
perusahaan. Pendekatan ini penting bagi perusahaan dengan masalah likuiditas atau
perusahaan yang berhubungan dengan tradeable goods yang operasinya dengan cepat
beradaptasi pada kondisi pasar.
Berbagai jenis penerapan biaya kini (current cost) dan akuntansi perubahan telah diuji
dan diadaptasi di beberapa negara antara lain :
1. Amerika Serikat
Pada tahun 1979, FASB mencabut Accounting Series Release (ASR) 190 yang
dikeluarkan tahun 1976 untuk kemudian menggantinya dengan Statement 33 yang
menekankan pada pengungkapan tambahan untuk penyesuaian akun akun atas inflasi
dan biaya penjualan kini. Pada saat itu, persyaratan untuk mengungkapkan data biaya
kini mendapatkan resistensi yang tinggi dari banyak perusahaan. Setelah dilakukan
banyak debat yang membahas tentang manfaat dari informasi tambahan, FASB
mengeluarkan Statement 89 di tahun 1986, membatalkan persyaratan tersebut namun
tetap meminta setiap perusahaan untuk melakukan pengungkapan data.
Perubahan biaya yang tidak termasuk dalam keuntungan yang berasal dari operasi
berjalan perusahaan harus diungkapkan dalam basis nominal dollar untuk masing-
masing dalam jangka waktu maksimal 5 tahun, yaitu : keuntungan dari operasi berjalan,
keuntungan per saham dari operasi berjalan serta aset bersih di akhir tahun finansial.
Statement 33 ditujukan sebagai bentuk eksperimen selama 5 tahun. Setelah
2. Inggris
a) Standar AS mengharuskan akuntansi dollar konstan dan biaya kini. SSAP hanya
metode biaya kini untuk pelaporan eksternal.
b) Apabila di AS penyesuaian atas inflasi lebih berpusat pada laporan laba rugi,
laporan biaya kini di Inggris wajib diungkapkan pada laporan laba rugi dan
neraca beserta catatan penjelasan.
c) Standar ini banyak diaplikasikan oleh perusahaan besar namun ASC menarik
kembali SSAP 16 di tahun 1985 setelah banyaknya debat mengenai isi
penggunaan SSAP 16.
3. Australia
Adapun sebagai alternative, perusahaan dapat menggunakan biaya kini dalam pelaporan
keuangannya untuk menggantikan biaya historis. Namun, SAP 1 tidak diadaptasi secara
luas di Australia.
a) Fakta bahwa penyajian ualng untuk perubahan dalam daya beli unit pengukuran
telah dilakukan.
b) Kerangka dasar penilaian aktiva yang digunakan dalam laporan keuangan utama
(yaitu penilaian biaya historis atau biaya kini).
c) Identitas dan tingkat indeks harga pada tanggal neraca, beserta dengan
perubahannya selama periode pelaporan.
d) Keuntungan atau kerugian moneter bersih selama periode tersebut.
Perbedaan dalam pengukuran yang diadopsi oleh berbagai negara yang disebabkan oleh
belum adanya konsep teoritis mengenai penilaian menimbulkan adanya sistem
pengukuran secara campuran. Hal ini dapat dilihat dengan adanya perpindahan dari
biaya historis dan penggunaan dalam konsep pengukuran yang berbeda di bawah
standar internasional :
Para Auditor membutuhkan bukti yang relevan untuk mendukung opini mereka ketika
melakukan audit atas laporan keuangan secara adil dengan dasar relevansi. Adapun
beberapa masalah yang sering didapatkan oleh Para Auditor dalam melakukan audit
antara lain :
a) Kebutuhan akan bukti yang memadai dan kualitas atas bukti tersebut
mendukung relevansi dan reliabilitas dalam penyajian data, mendeteksi adanya
misstatements, dalam jurnal, akun, dan pengungkapan entitas.
b) Kebutuhan akan pengetahuan dan pemahaman atas beberapa metode pengukuran
yang dikenal seta kombinasinya. Oleh karena itu, peran ahli sangat mungkin
untuk dibutuhkan dalam rangka pemeriksaan.
c) Dalam hal Arm Length Transaction, dibutuhkan bukti-bukti spesifik transaksi
dan informasi pihak ketiga juga dibutuhkan untuk memastikan setiap transaksi
telah dicatat dan diungkapkan dengan benar.