Anda di halaman 1dari 21

MEMAHAMI KONSEP DASAR

Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, dan Model

Konsep Dasar Pendekatan Pembelajaran


Untuk memahami istilah pendekatan, alangkah baiknya jika kita menyimak lebih dulu
kutipan cerita berikut ini.
Pak Sabar adalah seorang guru yang bersahaja, ramah, dan memiliki banyak kenalan.
Di masyarakat, ia sangat terkenal dan disenangi oleh semua warga masyarakat di
tempat tinggalnya. Di kantor dan lingkungan kerjanya, ia juga memiliki teman yang
banyak dan sering menjadi panutan untuk teman-temannya yang lebih muda darinya.
Pada suatu hari yang telah ditentukan hari dan tanggalnya, Pak Sabar akan memiliki
hajat untuk menikahkan putrinya. Karena itu, Pak Sabar mulai berangan-angan dan
membayangkan apa yang akan dilakukannya dalam acara pernikahan putrinya itu. Ia
memikirkan bagaimana menggelar acara pernikahan itu yang tepat.
Dalam memikirkan acaranya itu, Pak Sabar berupaya mempertimbangkan
berbagai hal. Hal pertama yang menjadi pertimbangan Pak Sabar adalah kondisi
ekonomi keluarga. Hal kedua yang sangat perlu untuk dipikirkan adalah kenalan dan
teman-temannya yang cukup banyak, baik teman di kantor maupun teman di
masyarakat tempat tinggalnya. Hal ketiga yang juga harus diperhitungkan adalah
kondisi lingkungan tempat tinggalnya.
Pak Sabar membayangkan berbagai kemungkinan pilihan acara dan
kemungkinan persoalan yang akan terjadi dalam acara pernikahan itu. Jika acara
tersebut dilaksanakan secara besar-besaran, persiapan ekonomi yang tidak mencukupi.
Jika acara itu dilakukan secara sederhana, keinginannya untuk berbagi kebahagiaan
dengan mengundang teman-temannya yang banyak tidak dapat terpenuhi. Jika acara
itu, dilakukan di rumah dengan mengundang teman-temannya, kondisi lingkungan
rumah yang tidak memungkinkan untuk itu.
Akhirnya, setelah mempertimbangkan berbagai kemungkinan, Pak Sabar
memutuskan untuk memilih acara pernikahan itu dengan cara sederhana dan tetap
mengundang teman-temannya. Ia akan mengadakan acara sederhana di rumah
dengan hanya mengundang teman-teman yang ada di masyarakat tempat tinggalnya
dan mengadakan acara yang tidak terlalu mewah di gedung untuk mengumpulkan
teman-teman kantornya. Menurut Pak Sabar, pilihan ini dipandang sebagai putusan
yang bijak untuk dapat mengakomodasi berbagai faktor yang perlu dipertimbangkan
dalam menggelar acara pernikahan itu. Pilihan acara ini dalam pertimbangan Pak
Sabar merupakan pilihan yang tepat untuk melaksanakan acara pernikahan putrinya
itu.

Cerita di atas menggambarkan alur proses berpikir Pak Sabar dalam memilih dan
menentukan pendekatan yang akan diikuti dan dilaksanakan dalam menggelar acara
pernikahan putrinya. Dalam menentukan pendekatan tersebut Pak Sabar
mempertimbangkan berbagai faktor yang terkait dengan kegiatan yang akan dilakukannya.
Tentu saja, pertimbangan tersebut didasarkan pada pengetahuan, pengalaman, dan
harapan yang ingin dicapainya. Setelah pilihan pendekatan tersebut ditentukan dan diyakini
yang terbaik, Pak Sabar akan menentukan langkah lebih lanjut dalam mewujudkan apa yang
telah dipikirkannya itu. Karena itu, pilihan pendekatan tersebut menjadi titik tolak bagi Pak
Sabar untuk melakukan kegiatan atau membuat rencana selanjutnya. Pak Sabar tidak akan
bisa merencanakan kegiatan selanjutnya jika Pak Sabar belum memiliki ketetapan tentang
apa acaranya dan bagaimana acara tersebut diselenggarakan.
Berdasarkan uraian di atas, kita dapat menganalogikan dengan pendekatan
pembelajaran. Kita analogikan bahwa seorang guru yang akan mengajar sama dengan Pak
Sabar yang akan memiliki hajat menikahkan putrinya. Guru yang akan mengajar pasti harus
mengetahui dengan benar kompetensi dasar atau materi ajar yang akan diajarkan. Guru
juga harus mengetahui dengan pasti karakteristik siswa (aktivitas belajar, gaya belajar,
kemampuan belajar, pengalaman belajar, motivasi belajar) yang akan diajarnya. Selain itu,
guru juga harus memahami secara utuh kondisi kelas/sekolah (sarana, fasilitas, lingkungan,
dan situasi) tempat mengajarnya. Semua hal itu harus dipertimbangkan oleh guru dalam
menentukan pendekatan pembelajaran. Karena itu, guru harus melakukan analisis secara
cermat tentang keutuhan dan kebutuhan pembelajaran. Analisis semacam ini dalam istilah
lainnya disebut analisis SWOT: strength (kekuatan), weakness (kelemahan), opportunity
(peluang), dan threat (ancaman).
Guru perlu memilih pendekatan yang berbeda dalam mengajarkan kompetensi dasar
yang bersifat pengetahuan dengan kompetensi dasar yang bersifat praktik atau
keterampiilan. Guru juga perlu menggunakan pendekatan yang berbeda dalam mengajarkan
pengetahuan deklaratif dengan pengetahuan prosedural. Guru harus menggunakan
pendekatan yang berbeda dalam mengajar siswa yang aktif dan bermotivasi tinggi dengan
siswa yang pasif dan rendah motivasi belajarnya. Demikian juga, guru yang berada di
sekolah yang kaya dan lengkap fasilitasnya pasti akan menggunakan pendekatan yang
berbeda dengan guru yang mengajar di sekolah yang kurang mampu dan minim fasilitasnya.
Kerena itulah, sebelum merancang aktivitas pembelajaran, guru harus memahami benar
faktor-faktor tersebut dalam menentukan pendekatan yang digunakannya.
Berdasarkan ilustrasi atau paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan
pembelajaran merupakan titik tolak proses pembelajaran. Pendekatan pembelajaran
tersebut merujuk pada pandangan, pengetahuan, pengalaman, dan teori tentang terjadinya
suatu proses pembelajaran yang sifatnya sangat umum sehingga perlu penjabaran dan
perencanaan lebih lanjut agar pendekatan tersebut terealisasi dalam proses pembelajaran.
Pendekatan ini merupakan wadah pemikiran yang menginsiprasi, menguatkan, dan melatari
terlaksananya pembelajaran dengan dasar cakupan teoretis tertentu. Ketika suatu
pendekatan dipilih untuk kegiatan pembelajaran, pendekatan tersebut akan tampak pada
perilaku guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Jika aktivitas tersebut lebih banyak
memusat pada siswa untuk melakukan proses pembelajaran, berarti pembelajaran
menggunakan pendekatan yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered
approach). Namun, jika dalam pembelajaran tersebut, guru banyak mengambil peran
sementara siswa hanya menerima apa yang disampaikan guru, berarti pembelajaran
tersebut menggunakan pendekatan yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher
centered approach).

Ragam Pendekatan Pembelajaran


Dalam praktik pendidikan, terdapat sejumlah pendekatan yang dapat dipilih dan
digunakan oleh guru dalam merancang aktivitas pembelajaran. Pendekatan-pendekatan
yang dimaksudkan di antaranya adalah (a) pendekatan keterampilan proses, (b) pendekatan
kontekstual, (c) pendekatan konstruktivistis, (d) pendekatan behavioristik, (e) pendekatan
kooperatif, (f) pendekatan humanistik, (g) pendekatan diskoveri-inkuiri, (h) pendekatan
komunikatif. Penjelasan tentang sejumlah pendekatan tersebut digambarkan dalam
paparan berikut ini.
Ada 8 orang guru yang telah lama menjadi guru. Mereka telah memiliki pengalaman
mengajar yang cukup banyak. Dari waktu ke waktu, mereka menjalankan tugas
mengajarnya secara konvensional, yakni sebagai layaknya ungkapan bahwa guru harus
mengajar dan memberikan ilmunya kepada siswa. Karena itu, setiap kali melakukan
aktivitas mengajar, guru melaksanakan tugas menjelaskan materi, memberi tugas dan
evaluasi kepada siswa, dan memberikan nilai atas pekerjaan yang dilakukan siswa. Guru
lalai bahwa masyarakat terus berkembang, teknologi telah semakin canggih, keilmuan
terus berubah dan berkembang pesat, pola kehidupan siswa telah mengalami
perubahan.
Suatu ketika guru-guru itu merenung karena baru saja mengahadapi masalah
pembelajaran berkaitan dengan aktivitas belajar siswa, hasil belajar yang dicapai siswa,
minat belajar siswa, tugas-tugas yang dikerjakan siswa, dan banyak masalah lainnya.
Dalam perenungan tersebut, mereka berusaha melakukan introspeksi dan merefleksi
apa-apa yang telah dilakukannya. Mereka tidak menyalahkan siswanya, tetapi berusaha
mencari solusi untuk memecahkan masalah siswanya. Akhirnya, mereka menemukan
jawabannya bahwa pola pikir yang digunakan selama ini sudah tidak sesuai lagi dengan
kondisi dan kepentingan pembelajaran untuk saat ini.
Dari temuan jawaban itu, lebih lanjut mereka berusaha untuk mengenali dan memahami
lebih dalam lagi tentang karakteristik materi atau kompetensi dasar yang akan
diajarkan, karakteristik siswa yang diajarnya, dan kondisi sekolah dan lingkungan tempat
mengajarnya. Dengan mempertimbangkan perekembangan keimuan dan teori
pembelajaran yang terus berkembang saat itu, guru-guru itu berusaha untuk melakukan
inovasi dalam proses pembelajarannya. Mereka mengubah pandangan mereka tentang
apa pembelajaran itu. Dalam hal ini, guru-guru tersebut berupaya mengubah
pendekatan pembelajaran, yakni dari pendekatan konvensional ke pendekatan yang
lebih inovatif dan diyakini lebih baik.
Gambaran pendekatan yang dilakukan oleh 8 orang guru tersebut disajikan berikut ini.

1) GURU 1: termasuk guru yang proaktif. Ia sudah tidak lagi menggunakan prinsip bahwa
mengajar itu datang ke kelas, menjelaskan materi, memberi tugas dan tes, lalu memberi
nilai. Ia mengubah pola pikir mengajar ke pola pikir membelajarkan siswa. Ia benar-
benar menginginkan siswanya mau dan dapat belajar sehingga memperoleh
pengalaman belajar yang ditargetkan. Guru 1 ini menginginkan agar siswanya melakukan
aktivitas belajar secara aktif untuk menemukan sendiri berbagai hal terkait dengan
pengalaman belajar yang diharapkan. Ia menugasi siswa mencari dan menganalisis objek
yang dikaji serta menemukan apa yang diharapkan dalam pembelajaran. Untuk
memastikan dan menatapkan temuan beljar siswa, ia akan membahasnya bersama-
sama untuk menarik suatu simpulan. Berdasarkan pandangan yang terungkap dari cerita
ini, guru 1 tersebut akan menerapkan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
deskoveri – inkuiri.
2) GURU 2: termasuk guru yang atraktif. Ia memiliki prinsip dan pemikiran yang sama
dengan Guru 1. Namun, ia menginginkan agar siswanya terlibat aktif dalam melakukan
proses pembelajaran. Ia menginginkan siswa terlibat aktif dalam membahas materi ajar,
menggunakan media, melakukan interaksi, dan mengerjakan berbagai tugas yang akan
disusunnya. Ia berpandangan bahwa dengan terlibat aktif melakukan proses
pembelajaran, siswa akan dapat memperoleh pengalaman belajar yang lebih baik. Siswa
akan didorong untuk melakukan langkah-langkah proses pembelajaran yang
direncanakan. Prinsip dasar yang melandasi pemikiran Guru 2 ini adalah pendekatan
pembelajaran yang disebut pendekatan keterampilan proses.
3) GURU 3: termasuk guru yang akseleratif. Ia adalah guru bahasa yang memiliki prinsip
dan pemikiran yang sama dengan Guru 1. Guru 3 ini dalam mengajarkan bahasa
menginginkan agar para siswa siswa terlibat aktif dalam proses menggunakan bahasa
yang dipelajarinya. Siswa dipandang perlu untuk diberi kesempatan dan peluang yang
sebanyak-banyaknya dalam mempraktikkan bahasa yang dipelajari. Dengan demikian,
siswa akan dapat menggunakan bahasa tersebut untuk kepentingan berkomunikasi
nyata. Pemikiran Guru 3 ini dilandasi oleh teori belajar bahasa yang memandang bahasa
sebagai sarana komunikasi. Teori pembelajaran yang digunakan oleh Guru 3 ini dikenal
dengan pendekatan komunikatif.
4) GURU 4: termasuk guru yang inovatif dan memiliki prinsip serta pemikiran yang sama
dengan Guru 1. Guru 4 ini menyadari benar bahwa pekerjaan mengajarnya akan sia-sia
jika apa yang telah dilakukannya tidak memberi makna dan perubahan yang signifikan
bagi siswanya. Pengalaman belajar bermakna adalh pengalaman belajar yang benar-
benar dipahami, dimengerti, dimiliki, dan dimanfaatkan dengan baik sesuai dengan
standar kriteria yang ditetapkan dan kepentingan yang diharapkan. Karena itu, dalam
pembelajaran ia menginginkan siswanya mendapatkan pengalaman belajarnya sendiri
dan benar-benar memahami pengalaman belajarnya tersebut dengan cara memikirkan,
menginternalisasi, memahami secara benar apa yang dipelajari. Guru akan
mengendalikan dan mengarahkan pembelajaran siswa secara lebih variatif sesuai
dengan kondisi dan kematangan proses berpikir siswanya. Guru tetap
mempertimbangkan keberagaman dan keberadaan siswa secara individual. Pemikiran
Guru 4 ini dilandasi oleh teori pembelajaran yang dikemas dalam pendekatan
konstruktivistik.
5) GURU 5: termasuk guru yang kreatif dan memiliki prinsip serta pemikiran yang sama
dengan Guru 1. Ia ingin mengubah prinsip pembelajaran konvensional yang sudah lama
dilakukannya dengan prinsip baru yang dipandangnya lebih baik. Dalam pembelajaran
yang akan dilakukan, ia memikirkan perlunya pemanfaatan konteks dan model untuk
memahamkan siswa terhadap kompetensi yang diajarkan. Berdasarkan konteks yang
ada, ia berharap agar siswa dapat menemukan pengalaman belajarnya melalui proses
berdiskusi dan saling membantu antartemannya. Gambaran prinsip yang dilakukan oleh
Guru 5 ini dilandasi pemikiran teoretis bahwa dengan memanfaatkan konsteks
pembelajaran ada, proses belajar akan lancar dan siswa akan mudah memahami materi
yang dipelajari. Pendekatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru tersebut dikenal
dengan nama pendekatan konstekstual.
6) GURU 6: termasuk guru yang selektif dalam menentukan pendekatan pembelajaran.
Walaupun ia sangat inovatif dalam menentukan pendekatan yang akan dilakukan dalam
pembelajaran, ia masih juga ingin mempertahankan gaya lama yang secara konvensional
digunakannya. Ia berpikir bahwa konsep-konsep tertentu yang harus dihafalkan oleh
siswa dan pengetahuan tertentu yang memerlukan penjelasan berulang-ulang dari guru
tampaknya akan sulit jika tidak dijelaskan oleh guru dan dilatihkan berulang-ulang agar
tertanam secara baik di benak siswa. Guru harus membiasakan siswa untuk
menggunakan konsep tersebut dalam pembelajaran. Karena itu, guru harus menjelaskan
dan melatihkan berulang-ulang konsep tersebut agar siswanya terbiasa dengan konsep
itu. Prinsip pembelajaran yang digunakan oleh Guru 6 ini dilandasi oleh teori belajar
behavioristik dan dikemas dalam pendekatan pembelajaran yang disebut pendekatan
behavioristik.
7) Guru 7: termasuk guru yang akomodatif dalam menyikapi siswanya. Ia tahu benar
terhadap kondisi psikologis siswa yang diajarnya. Dari pelaksanaan pembelajaran
sebelumnya, guru tersebut menemukan pengalaman yang sangat berharga dalam
menentukan proses pembelajaran selanjutnya. Ia memperlakukan siswa sebagai subjek
yang perlu diakui keberadaannya. Siswa yang belajar diperlakukan sebagai individu yang
ingin bangkit dan berkembang serta dipahami benar keperbedaannya antara siswa yang
satu dengan yang lain. Prinsip Guru 7 ini dilandasai oleh pandangan teori humanis.
Karena itu, pembelajaran yang akan dilakukan oleh guru tersebut dinamakan
pendekatan humanistik.
8) Guru 8: termasuk guru yang koordinatif. Ia berpikir bahwa dalam belajar siswa “kok”
lebih mudah memahami apa yang dipelajarinya jika yang menjelaskan atau yang
menyampaikan informasi teman-temannya. Karena itu, ia akan mencoba melakukan
proses pembelajaran dengan memaksimalkan aktivitas siswa dalam belajar mandiri
secara berkelompok. Guru berasumsi bahwa jika setiap individu anggota kelompok
diberi tugas-tugas mandiri dan mendiskusinya dalam kelompoknya, mereka akan
memiliki saling ketergantungan antara yang satu dengan yang lain. Dengan adanya sikap
saling ketergantungan itu, diharapkan siswa akan bekerja dan belajar secara sinergis
sehingga membentuk pengalaman belajar yang utuh dan lebih baik. Pendekatan
pembelajaran yang digunakan oleh Guru 8 ini dinamakan pendekatan kooperatif.
Dari ilustrasi yang dilakukan oleh Guru 1 sampai dengan Guru 8, paling tidak Saudara
telah memahami dan menangkap maksud setiap pendekatan. Mungkin sekali, dalam
membaca dan mempelajari buku-buku lain tentang teori pembelajaran, Saudara
menemukan jenis pendekatan lain yang berbeda dengan pendekatan yang dikemukakan di
atas. Juga sangat dimungkinkan bahwa ketika membaca buku-buku teori pembelajaran,
Saudara menemukan jenis pendekatan yang sama dengan pendekatan yang dikemukakan
di atas, tetapi dijelaskan dengan uraian dan cara yang berbeda. Perbedaan tersebut salah
satu penyebabnya adalah sudut pandang atau tinjauan yang digunakan juga berbeda.

Konsep Dasar Strategi Pembelajaran


Untuk memahami pengertian strategi pembelajaran, alangkah baiknya jika kita
mencermati lagi kelanjutan cerita Unit I tentang Pak Sabar berikut ini.
Selangkah maju sudah ditempuh oleh Pak Sabar. Ia sudah bisa tersenyum karena telah
menemukan bayangan acara yang akan dilakukannya dalam penyelenggaraan acara
pernikahan putrinya. Ia telah menentukan dan menetapkan gambaran acara yang akan
dilakukannya. Ibaratnya Pak Sabar telah menemukan pijakan pokok sehingga dapat
melakukan perencanaan lebih lanjut untuk mewujudkan acara itu.
Dengan berbekal pengetahuan yang diperoleh dari cerita teman dan pengalaman yang
diperolehnya dari melihat teman-temannya yang pernah punya hajat menikahkan
putrinya, Pak Sabar mulai mendaftar semua rencana pekerjaan yang harus
dijalankannya. Pak Sabar merancang gambaran acara yang akan dilakukan di rumah
dan di gedung. Pak Sabar menentukan jumlah teman dan kenalan yang akan diundang
untuk acara di rumah dan yang diundang untuk acara di gedung. Pak sabar merancang
kepanitiaan dan mendaftar orang yang akan dimintai tolong untuk menjadi panitia.
Pak Sabar merencanakan gedung yang akan digunakan dan merancang terop untuk
acara di rumah. Pak Sabar merancang sajian dan catering yang akan dipesan. Pak
Sabar merencanakan pewara yang akan dimintai tolong untuk mengatur acara, dan
masih banyak rencana lain yang didaftar oleh Pak Sabar.
Sejumlah rencana yang sudah disusun oleh Pak Sabar itu merupakan pekerjaan besar
dan banyak yang memerlukan pemikiran dan penentuan cara yang tepat sehingga
memperingan beban dan mempermudah terlaksananya rencana pekerjaan itu. Karena
itu, Pak Sabar memikirkan dan menetapkan cara-cara yang akan dilakukan untuk
merealisasikan rencana itu. Setelah semua rencana ditemukan cara pelaksanaannya,
Pak Sabar mulai bergerak menjalankan rencananya itu
Dari cerita di atas, tergambar kesinambungan pekerjaan yang dilakukan Pak Sabar
dalam upaya merencanakan penyelenggaraan pernikahan putrinya. Perencanaan yang
dilakukan Pak Sabar ini didasarkan pada gambaran acara yang sudah ditetapkan
sebelumnya. Perencanaan itu dimulai dari mendaftar sejumlah pekerjaan yang perlu
dilakukan sampai dengan menentukan cara-cara yang tepat untuk melaksanakan rencana
pekerjaan tersebut. Gambaran kegiatan yang dilakukan oleh Pak Sabar dalam
merencanakan pekerjaan dan cara-cara melakukan pekerjaan itulah yang disebut dengan
istilah strategi. Strategi yang dikembangkan atau dilakukan oleh Pak Sabar itu didasarkan
pada pendekatan yang sudah ditetapkan oleh Pak Sabar sebelumnya.
Berdasarkan uraian tersebut, kita dapat menarik simpulan bahwa strategi adalah
perencanaan dan penjabaran pekerjaan atau aktivitas lebih lanjut dari pendekatan yang
sudah dipilih sebelumnya. Strategi pembelajaran adalah perencanaan aktivitas
pembelajaran yang dirancang dengan pendekatan tertentu untuk dilaksanakan oleh guru
dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini, strategi pembelajaran merupakan perencanaan
atau penjabaran lebih lanjut dari pendekatan pembelajaran yang dipilih oleh guru untuk
diterapkan dalam kegiatan pembelajaran.
Strategi pembelajaran pada hakikatnya masih bersifat perencanaan yang dilakukan
oleh guru. Perencanaan tersebut berupa putusan-putusan yang berkaitan dengan
pembelajaran yang diperkirakan paling tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Ragam
putusan ini mencakup putusan tentang komponen-komponen dalam sistem pembelajaran
dan mekanisme proses pelaksanaan dan pencapaiannya. Sejumlah komponen pokok dalam
sistem pembelajaran yang perlu direncanakan di antaranya adalah (1) penetapan tujuan
yang akan dicapai dalam pembelajaran, (2) penetapan profil perubahan perilaku dan pribadi
peserta didik yang diharapkan, (3) penetepan kriteria dalam pemilihan materi, media, dan
sumber pembelajaran yang dipandang paling efektif, (4) perencanaan langkah-langkah atau
prosedur, metode, dan teknik pembelajaran yang akan dilaksanakan, (5) perencanaan cara
dan instrumen evaluasi yang akan digunakan, dan (6) penetapan norma-norma dan batas
minimum ukuran atau kriteria keberhasilan siswa (standar ketuntasan minimal).
Berdasarkan sejumlah putusan di atas, guru kemungkinan juga merancang putusan-
putusan lain yang berupa perencanaan langkah-langkah pembelajaran. Putusan-putusan itu
di antaranya berupa putusan yang berkaitan dengan hal-hal berikut.
1) Apakah pembelajaran tersebut direncanakan secara klasikal, kelompok kecil, atau
individual?
2) Apakah kompetensi dasar atau materi yang harus dikuasai siswa direncanakan untuk
disampaikan melalui penjelasan guru (eksposisi), pembahasan bersama, atau
pencarian dan penemuan sendiri oleh siswa?
3) Apakah pengalaman belajar direncanakan untuk dipelajari siswa secara induktif atau
secara deduktif?
4) Apakah evaluasi pembelajaran dilakukan dilaksanakan melalui proses pembelajaran
atau dilakukan pada akhir pembelajaran?
5) Apakah tagihan hasil pembelajaran berupa proses atau produk hasil belajar?
6) Apakah media yang digunakan dalam pembelajaran hanya berupa media cetak atau
juga memanfaatkan media objek yang ada di lingkungan sekolah?
7) Dsb.
Bertolak dari paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran memiliki
karakteristik (1) berupa perencanaan pembelajaran yang akan dilaksanakan, (2) merupakan
jabaran dari pendekatan pembelajaran yang telah dipilihnya, (3) masih bersifat konseptual,
dan (d) akan terlihat dalam perilaku/perbuatan mengajar jika telah dijabarkan ke dalam
langkah-langkah nyata dalam bentuk metode dan diimplementasikan dalam bentuk teknik.

Perdebatan Peristilahan Strategi


Karakteristik tersebut menunjukkan bahwa dalam strategi pembelajaran tecermin
pendekatan yang mendasarinya, metode yang akan dirancang, dan teknik yang akan
dilakukan. Hal inilah yang sering menimbulkan perdebatan berkaitan dengan istilah
pendekatan, strategi, dan metode. Perdebatan tersebut tampak dalam pertanyaan berikut
ini.
Mana yang lebih luas cakupannya, pendekatan, strategi, atau metode? Atau, mana
yang lebih dulu harus ditetapkan pendekatan, strategi, atau atau metode?

Beberapa alternatif jawaban terhadap pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut.


a) Alternatif Jawaban 1: orang yang memandang bahwa pendekatan itu meliputi strategi,
metode, dan teknik dapat dikatakan benar karena ia memandang bahwa titik mula
dalam menentukan aktivitas pembelajaran adalah menentukan pendekatan yang akan
digunakan. Ia berangkat dari paradigma teori yang diyakininya lebih baik untuk
menjabarkan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukannya. Upaya
menerapkan paradigma teori itu disebut dengan pendekatan, sedangkan jabaran
langkah-langkah lanjut dari paradigma teori itu terwujud dalam perencanaan yang
disebut strategi, penyusunan langkah-langkah pelaksanaan langkah-langkah kegiatan
yang disebut metode, dan implementasi langkah-langkah yang telah disusun dikenal
dengan sebutan teknik. Dengan demikian, pendekatan pembelajaran yang digunakan
akan mewadahi dan menginspirasi desain strategi, metode, dan teknik.
b) Alternatif Jawaban 2: orang yang memiliki pendapat bahwa strategi mencakup
pendekatan, metode, dan teknik juga benar. Orang tersebut berpandangan bahwa
strategi itu lebih luas daripada pendekatan karena di dalam strategi ada pendekatan.
Untuk mengembangkan suatu strategi dalam pembelajaran, memang diperlukan
pendekatan atau pendekatan itu ada dan menjadi dasar pengembangan strategi.
Pendekatan itu adalah paradigma atau teori yang diyakini baik dan akan memberikan
hasil pembelajaran yang lebih baik. Orang ini menggunakan titik mula berangkatnya dari
menyusun perencanaan strategi pembelajaran. Untuk menyusun perencanaan itu, ia
tentu saja diilhami oleh dasar teori yang dianutnya. Jika kita cermati, sebenarnya orang
ini juga tidak berbeda dengan orang 1 (Alternatif Jawaban 1), yakni ia menggunakan
dasar pendekatan untuk merencanakan dan mengembangkan strategi yang dipilihnya
dan strategi ini akan mencerminkan pendekatan yang digunakannya. Lebih lanjut,
strategi yang sudah disusunnya dikembangkan ke dalam langkah-langkah konkret yang
disebut metode dan teknik pembelajaran. Karena itu, ia mengatakan bahwa metode dan
teknik pembelajaran termasuk dalam cakupan pengertian strategi pembelajaran.
c) Alternatif Jawaban 3: orang yang memiliki pendapat bahwa metode itu meliputi
pendekatan, strategi, dan teknik juga tidak salah. Orang ini menggunakan titik berangkat
awal dari menyusun langkah-langkah atau tahap-tahapan yang akan dilakukan dalam
proses pembelajaran. Ketika menyusun tahap-tahap itu, ia memasukkan pendekatan
yang digunakan dan strategi yang direncanakan. Untuk dapat menyusun tahap-tahap
pembelajaran sebelum diimplementasikan ke dalam teknik pembelajaran, ia harus
memiliki gambaran atau wawasan secara teoretis dan gambaran rencana yang akan
dicapai. Hal ini berarti ia harus memiliki dasar atau paradigma dan gambaran rencana
yang akan dilakukannya, yakni pendekatan dan strategi pembelajaran. Dengan demikian,
orang ini sebenarnya tidak jauh berbeda dengan orang 1 (Alternatif Jawaban 1) dan
orang 2 (Alternatif Jawaban 2).
Tiga alternatif jawaban terhadap penggunaan istilah pendekatan, strategi, dan metode
memberikan wawasan bahwa perbedaan pendapat tersebut terjadi karena perbedaan titik
berangkat dalam pengembangan proses pembelajaran yang akan dilakukannya. Karena itu,
sangat wajar dan benar jika muncul istilah pendekatan inkuiri, strategi inkuiri, dan metode
inkuiri.
(1) Orang yang menggunakan istilah pendekatan inkuiri dalam tindakan pembelajarannya
berarti memulai tindakan tersebut dari pemikiran atau paradigma teori yang
menggambarkan pendekatan inkuiri.
(2) Orang yang menggunakan istilah strategi inkuiri dalam tindakan pembelajarannya
berarti memulai tindakan tersebut dari perencanaan tindakan yang perlu dilaksanakan
berdasarkan paradigma teori yang membahas inkuiri.
(3) Orang yang menggunakan istilah metode inkuiri dalam tindakan pembelajarannya
berarti memulai tindakan dengan menyusun langkah-langkah sistematis untuk
pelaksanaan pembelajaran.
Dari semua itu, yang lebih penting bagi guru dalam penyusunan rencana pembelajaran (RPP)
adalah menjabarkannya dan mewujudkannya ke dalam langkah-langkah teknis dan konkret
yang tecermin dalam skenario pembelajaran.
Guru tidak perlu disibukkan oleh perbedaan istilah tersebut dalam menyusun
perencanaan pembelajaran untuk tindakan kelas. Yang lebih penting bagi guru adalah
memikirkan, memilih, merencanakan, dan mengimplementasikan secara benar, logis, dan
sistematis aktivitas pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan (a) kompetensi yang akan
diajarkan, (b) tujuan yang akan dicapai, (c) karakteristik siswa, (d) situasi dan kondisi
lingkungan belajar, (e) kapabilitas guru yang bersangkutan, dan (f) visibilitas
keberterapannya.

Ragam Strategi Pembelajaran


Dalam pembelajaran, guru dapat memilih dan menggunakan ragam strategi yang
tepat sesuai dengan karakteristik materi dan siswanya. Strategi pembelajaran yang dapat
dipilih oleh guru banyak ragamnya. Keberagaman strategi tersebut dapat diklasifikasikan
berdasarkan sudut pandang atau dimensi kepentingannya.
Berdasarkan fokus atau orientasi proses pembelajarannya, strategi pembelajaran ini
meliputi (a) strategi pembelajaran yang berpusat pada guru, (b) strategi pembelajaran yang
berpusat pada siswa, dan (c) strategi pembelajaran yang berpusat pada materi yang
diajarkan. Pilihan strategi ini akan menentukan langkah-langkah proses pembelajaran yang
akan ditempuh oleh guru dalam pelaksanaan pembelajaran.
Strategi pembelajaran yang berpusat pada guru mengarahkan pembelajaran dengan
peran utama dimainkan oleh guru. Guru berperan lebih aktif daripada peran yang dimainkan
oleh siswa sebagai subjek didiknya. Inisiatif pembelajaran selalu dimunculkan dan diawali
oleh guru. Guru menentukan pola dan praktik pembelajaran, sedangkan siswa sebagai
subjek didik mengikuti arahan guru. Strategi ini didasari oleh pendekatan behavioristik.
Strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa mengarahkan pembelajaran dengan
peran aktif dimainkan oleh siswa. Porsi tugas pembelajaran banyak diberikan kepada siswa.
Siswa secara aktif melakukan proses pembelajaran dalam menemukan dan mendapatkan
pengalaman belajarnya. Guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator atau pendamping
kegiatan belajar siswa. Termasuk dalam strategi tersebut di antaranya adalah (1)
pembelajaran inkuiri, (b) pembelajaran siswa aktif, (c) pembelajaran keterampilan proses,
(d) pembelajaran komunikatif, (e) pembelajaran kooperatif, (f) pembelajaran berdimensi
belajar, (g) pembelajaran tutorial individual, dan sebagainya.
Strategi pembelajaran yang berpusat pada materi mengarahkan pembelajaran pada
materi yang akan dipelajarinya. Dalam hal ini, guru mempersiapkan materi belajar sebaik
mungkin agar memudahkan siswa memahaminya. Peran aktif dalam pembelajaran dapat
dimainkan oleh guru ataupun oleh siswa bergantung pada ragam materi yang dipelajarinya.
Pembelajaran yang dapat dikelompokkan berpusat pada materi ini di antaranya adalah (a)
pembelajaran berbasis lingkungan, (b) pembelajaran berbasis masalah, (c) pembelajaran
kontekstual, dan sebagainya.
Selain beragam strategi yang diungkapkan di atas, klasifikasi ragam strategi dapat
didasarkan pada kegiatan pengolahan pesan atau penataan materi ajar yang akan disajikan
kepada siswa. Dalam kalsifikasi tersebut, strategi pembelajaran dapat dibedakan menjadi
dua, yakni strategi pembelajaran ekspositori dan strategi pembelajaran heuristik.
Pembelajaran ekspositori pada hakikatnya sama dengan pembelajaran yang berpusat pada
guru. Dalam pembelajaran tersebut, guru memiliki peran aktif mulai dari menyiapkan atau
menata pesan/materi ajar sampai dengan penyampaian pesan/materi ajarnya. Dalam
pembelajaran, siswa hanya menerima pesan/materi yang disampaikan dan sudah diolah
oleh guru. Sementara, pembelajaran heuristik merupakan pembelajaran yang memerankan
siswa secara aktif, baik dalam menerima, mengolah, dan memahami pesan/materi ajar yang
disampaikan oleh guru.
Klasifikasi ragam strategi pembelajaran dapat dibedakan pula berdasarkan cara
pengolahan atau pemprosesan pesan/materi yang diajarkan. Berdasarkan tinjauan ini,
strategi pembelajaran dibedakan menjadi dua, yakni strategi pembelajaran deduksi dan
strategi pembelajaran induksi. Dalam pembelajaran dengan strategi deduksi, siswa
diarahkan untuk memahami teori atau konsep yang bersifat umum dan abstrak kemudian
bergerak menuju pada pemahaman yang bersifat praktis, konkret, khusus, dan contoh-
contoh. Sementara, pembelajaran yang menggunakan strategi induksi mengarahkan siswa
untuk mengenali suatu objek konkret, menganalisis suatu peristiwa atau fenomena yang
ada, mencermati contoh-contoh, dan sebagainya kemudian siswa diarahkan untuk
membuat abstraksi, sintesis, atau simpulan dari hal-hal konkret yang dipelajarinya.
Sejumlah strategi yang diungkapkan di atas dapat dipilih oleh guru dan
dikembangkan lebih lanjut dalam pelaksanaan proses belajar-mengajar. Pemilihan strategi
tersebut harus didasarkan pada relevansinya dengan faktor-faktor yang harus
dipertimbangkan dalam pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat diwujudkan.
Berkenaan dengan pemilihan tindakan pembelajaran dalam PTK, pilihan strategi harus
dipertimbangkan berdasarkan hasil analisis masalah dan analisis penyebab masalah. Hal ini
dapat dicontohkan sebagai berikut.
1) Dari hasil analisis masalah dan penyebab masalah, guru menemukan simpulan bahwa
rendahnya prestasi belajar siswa disebabkan oleh kurangnya kesempatan dan aktivitas
siswa dalam memecahkan masalah sendiri. Kerena itu, dalam tindakan pembelajaran,
guru akan memebrikan kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif dalam memecahkan
persoalan yang dipelajarinya. Ia merencanakan aktivitas pembelajaran dimulai dari
penyajian kasus. Dalam aktivitas tersebut, direncanakan siswa secara berkelompok
menemukan cara pemecahan kasus tersebut sehingga siswa mendapatkan pengalaman
belajar secara induktif melalui upaya pemecahan kasus. Dalam hal ini, pilihan strategi
yang akan digunakan oleh guru sebagai tindakan pembelajaran adalah strategi
pembelajaran berbasis masalah.
2) Dari hasil analisis masalah dan penyebab masalah, guru menemukan simpulan bahwa
rendahnya prestasi belajar siswa disebabkan oleh pilihan materi yang diajarkan oleh
guru tidak sesuai dengan minat dan lingkungan kehidupan siswa. Karena itu, guru
merencanakan aktivitas dan langkah-langkah pembelajaran dengan memanfaatkan
lingkungan sebagai sumber belajar. Siswa diharapkan dapat melakukan observasi
lingkungan dan menemukan pengalaman belajar melalui aktivitas pengamatan yang ada
di lingkungan tersebut. Dalam hal ini, guru akan melakukan tindakan pembelajaran
dengan menerapkan strategi pembelajaran observasi lingkungan.
3) Dari hasil analisis masalah dan penyebab masalah, guru menemukan simpulan bahwa
rendahnya prestasi belajar siswa disebabkan oleh kurangnya kesempatan bagi siswa
untuk saling belajar dari temannya. Karena itu, untuk tindakan pembelajaran, guru
membuat perencanaan dan langkah-langkah proses pembelajaran yang membuat siswa
melakukan aktivitas berkelompok, saling membantu, dan saling ketergantungan secara
positif dalam mendapatkan pengalaman belajarnya. Dalam hal ini, guru melakukan
tindakan pembelajaran dengan menerapkan strategi pembelajaran kooperatif.

Metode, Teknik, Model Pembelajaran


Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan
praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran
yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, di antaranya: (1)
ceramah, (2) demonstrasi, (3) diskusi, (4) simulasi, (5) laboratorium, (6) pengalaman
lapangan, (7) brainstorming, (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya.
Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya
pembelajaran. Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang
dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan,
penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak
membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan
penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula,
dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang
siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru
pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama.
Apabila antara pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran sudah
terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh, terbentuklah apa yang disebut dengan model
pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran
yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata
lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu
pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Ragam model pembelajaran tersebut akan
dijelaskan secara lebih rinci dalam Unit 11.

Ragam Metode Pembelajaran


Dalam aktivitas pembelajaran, guru harus dapat memilih metode yang paling tepat
untuk menyampaikan materi yang diajarkan. Untuk menjelaskan suatu metode tersebut
tepat atau tidak, harus dilihat berdasarkan (a) karakteristik materi yang diajarkan, (b)
karakteristik siswa yang diajarnya, (c) kondisi dan situasi tempat belajar, dan (d) kesiapan
dan kemampuan guru dalam menerapkan metode tersebut. Tidak ada metode yang paling
baik, yang ada adalah metode yang paling tepat dan relevan dengan keempat karakteristik
tersebut.
Metode pembelajaran itu memiliki ragam yang banyak, yakni mulai dari metode
yang menuntut peran aktif guru sampai dengan metode yang menuntut peran aktif siswa.
Dalam aktivitas pembelajaran, guru mungkin hanya menggunakan satu macam metode,
tetapi pada umumnya guru menggunakan metode yang beragam. Ragam metode yang
dimaksudkan adalah sebagai berikut.

Metode Ceramah
Metode ceramah merupakan suatu metode yang menuntut peran aktif guru. Dalam hal ini,
guru lebih dominan mengambil kesempatan dalam aktivitas pembelajaran. Karena itu, pada
saat ini metode tersebut sering dipandang kurang bermanfaat atau tidak menarik oleh
sebagian guru. Padahal, tidak demikian seharusnya karena bermanfaat atau tidak
bermanfaatnya suatu metode sangat bergantung pada karakteristik kompetensi yang akan
dicapai atau sifat materi yang akan diajarkan.
Menarik tidaknya metode ceramah juga sangat bergantung pada kepiawaian dan
kreativitas penceramahnya. Bagi guru yang piawai dalam berceramah, metode ceramah
tersebut dapat dilakukan dengan sangat menarik. Namun, bagi guru yang kurang menguasai
teknik komunikasi secara memadai, metode ceramah ini tidak akan dapat dilakukan secara
menarik.
Metode ceramah akan sangat efektif dan efisien jika digunakan untuk
menyampaikan materi yang bersifat konseptual atau materi yang memerlukan penjelasan
secara definitif. Misalnya, ketika guru akan membelajarkan siswa untuk menulis
argumentatif dengan menggunakan metode tertentu (bukan ceramah), tetapi dalam
pelaksanaan pembelajaran tersebut, siswa belum memahami makna istilah argumentatif,
metode yang paling tepat digunakan untuk memahamkan istilah tersebut adalah metode
ceramah. Istilah itu mungkin juga dapat dipahamkan melalui metode diskusi, tetapi metode
tersebut akan sangat menyita waktu dan mengurangi alokasi waktu pembelajaran untuk
materi utama yang akan diajarkan.
Dalam aktivitas pembelajaran, guru dapat mengkreasikan penggunaan metode
ceramah ini dengan menggunakan alat bantu visual. Alat bantu visual ini dapat berupa
benda konkret, miniatur, gambar, tayangan, atau lainnya. Penggunaan alat bantu visual ini
berfungsi untuk memperjelaskan konsep, ilustrasi, atau keterangan yang disampaikan
secara lisan.
Guru harus benar-benar selektif dalam menggunakan metode ceramah. Guru harus
memilih secara cermat kompetensi dasar mana yang harus disajikan dengan metode
ceramah, kapan ceramah tersebut harus digunakan, dan dalam kondisi yang bagaimana
metode ceramah ini difungsikan. Pembelajaran yang selalu dilaksanakan melalui metode
ceramah akan menyebabkan siswa bersifat pasif, kebergantungan siswa kepada guru
menjadi sangat tinggi, dan siswa akan malas dan tidak terbiasa memecahkan masalahnya
sendiri.

Metode Tanya Jawab


Tanya jawab dapat digunakan oleh guru sebagai metode pembelajaran. Metode tanya
jawab ini dapat digunakan sebagai cara untuk (a) menyampaikan materi pembelajaran, (b)
mengecek pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan, (c) mengarahkan dan
membimbing siswa pada materi yang diajarkan, dan (d) menarik perhatian siswa pada
proses pembelajaran. Karena itu, sebagai suatu metode pembelajaran, tanya jawab ini
dapat berfungsi informatif, eksploratif, direktif, dan atraktif.
Tanya jawab akan memiliki fungsi informatif jika melalui aktivitas tanya jawab ini
dapat diperoleh sejumlah informasi yang dipelajarinya. Tanya jawab berfungsi eksploratif
karena melalui kegiatan tanya jawab ini dapat digali kuantitas dan kualitas pemahaman
siswa terhadap materi yang diajarkan. Metode tanya jawab akan berfungsi direktif jika
metode tersebut digunakan oleh guru dalam mengarahkan siswa untuk memperhatikan apa
yang dipelajarinya dan mengajak siswa untuk lebih berkonsentrasi pada fokus yang
dipelajarinya. Sementara, metode tanya jawab akan berfungsi atraktif jika metode tersebut
dimaksudkan untuk menarik minat siswa untuk mengetahui lebih jauh dan lebih dalam
tentang materi yang dipelajari. Karena itu, metode tanya jawab ini dapat digunakan secara
bervariasi sesuai dengan kepentingan proses pembelajaran tersebut.
Dalam praktik pembelajaran nyata di kelas, metode tanya jawab ini tidak pernah
digunakan secara tunggal dalam keseluruhan proses belajar-mengajar. Metode tanya jawab
ini kebanyakan digunakan secara bersamaan dengan metode ceramah. Metode tanya jawab
ini biasanya digunakan pada awal pembelajaran sebelum guru menyajikan materi dengan
metode ceramah dan digunakan pada akhir pelajaran setelah guru menyampaikan
materinya. Pada awal pembelajaran, metode tanya jawab ini difungsikan sebagai cara untuk
menarik dan memfokuskan perhatian siswa, sedangkan pada akhir pembelajaran, metode
ini difungsi sebagai cara untuk mengetes keberhasilan belajar siswa.
Metode tanya jawab ini sangat relevan untuk menyampaikan materi pembelajaran
yang bersifat problematis dengan karakteristik siswa yang pasif. Melalui metode tanya
jawab, guru dapat mengarahkan pembelajaran pada pokok-pokok problema yang perlu
dibahas dan dipahami oleh siswa. Selain itu, melalui metode tanya jawab, guru dapat
membangkitkan semangat siswa dalam belajar sehingga para siswa yang tadinya pasif akan
berusaha untuk aktif menemukan jawaban pertanyaan.

Metode Diskusi
Pada era pembelajaran yang menggunakan kurikulum berbasis kompetensi, metode diskusi
banyak digunakan oleh para guru dalam pembelajaran di kelas. Metode diskusi ini
digunakan oleh para guru yang menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif,
kontekstual, diskoveri-inkuiri, dan pendekatan lain yang memerlukan aktivitas siswa secara
berkelompok.
Karakteristik dari metode ini adalah adanya pembehasan masalah dalam kelompok
dan lebih tepat digunakan untuk mempelajari keterampilan yang kompleks, berpikir kritis,
dan untuk memecahkan kasus. Oleh karena itu, metode diskusi sangat tepat untuk
dibiasakan pada anak agar lebih membiasakan anak dalam memecahkan masalahnya.
Metode diskusi ini sangat relevan jika digunakan untuk pembelajaran materi yang
bersifat problematis dan untuk pembelajaran pada karakteristik kelas yang siswanya aktif.
Untuk pembelajaran materi yang bersifat informatif dan konseptual, metode diskusi ini
kurang relevan karena tidak banyak kasus yang dapat didiskusikan melalui aktivitas ini.
Untuk siswa yang pasif, metode ini kurang menguntungkan karena akan menyita waktu
lama dan tidak efektif. Mungkin juga metode ini digunakan pada kelas yang pasif, tetapi
memerlukan kreativitas guru dalam memotivasi siswa agar mau menyampaikan
pendapatnya dalam diskusi.

Metode Simulasi
Metode simulasi merupakan metode yang tepat untuk mengajarkan materi kepada kelas
yang siswanya pasif karena adanya rasa malu atau takut dalam menyampaikan pendapat
atau gagasanya. Melalui metode simulasi ini, guru dalam pembelajaran berusaha
menciptakan kelas senatural mungkin sehingga situasi dan kondisi kelas seolah-olah
menggambarkan kenyataan dalam kehidupan siswa. Siswa sebagai pemeran aktif dalam
kegiatan simulasi yang melakukan interaksi dengan teman-teman belajarnya. Dengan
demikian, siswa akan didorong untuk aktif menggunakan sekumpulan fakta, konsep, dan
strategi tertentu yang sudah dipelajari atau yang telah diketahuinya.
gejala fisik dan sosial, karena melalui metode ini seolah-olah siswa melakukan hal-hal yang
nyata ada. Dengan menyimulasikan sebuah kasus atau permasalahan, seseorang akan lebih
menjiwai keberadaannya.

Metode Penugasan
Metode penugasan merupakan metode yang banyak digunakan dalam strategi
pembelajaran berbasis masalah. Metode ini juga sering dirancang untuk menerapakan
strategi pembelajaran berbasis lingkungan. Melalui metode penugasan ini, siswa diberi
tugas baik secara individu ataupun kelompok untuk melakukan aktivitas pembelajaran
dalam memperoleh pengalaman belajar yang diharapkan.
Tugas-tugas pembelajaran ini ada yang memerlukan waktu singkat, ada juga yang
memerlukan waktu lama. Jika tugas pembelajaran tersebut memerlukan waktu singkat,
tugas tersebut dapat dilakukan di sekolah. Namun, jika tugas pembelajaran tersebut
memerlukan waktu lama, tugas pembelajaran ini dilakukan atau dikerjakan di rumah atau di
luar sekolah.
Metode penugasan ini dapat digunakan secara berurutan dengan metode lainnya,
misalnya ceramah. Setelah guru melakukan ceramah untuk menjelaskan materi
pembelajaran, guru memberi tugas kepada siswa untuk menerapkan atau mempraktikkan
apa yang telah dipelajarinya. Penugasan tersebut dimaksudkan agar apa yang telah
dijelaskan guru dalam pembelajaran semakin diresapi oleh siswa. Selanjutnya, hasil
penugasan yang berupa laporan dibahas dan ditanggapi bersama dalam kegiatan
pembelajaran di kelas agar dicapai hasil yang lebih baik.

Metode Karyawisata
Karyawisata selain berfungsi sebagai kegiatan untuk menghilangkan kejenuhan siswa dalam
pembelajaran, juga merupakan metode pembelajaran yang mengajak peserta didik ke
suasana di luar kelas. Dengan bimbingan guru, siswa diajak menuju tempat-tempat atau
objek-objek kongkret yang dapat digunakan sebagai sarana untuk mencapai tujuan
pembelajaran .
Sebagai metode pembelajaran, karyawisata perlu dirancang secara sistematis agar
dapat menghasilkan pengalaman belajar sesuai dengan yang diharapkan. Karena itu,
sebelum karyawisata tersebut dijalankan, guru perlu menyiapkan fokus pembelajaran dan
tugas-tugas pembelajaran yang harus dikerjakan oleh siswa. Dengan demikian, siswa selain
akan mendapatkan pengalaman yang bersifat rekreatif juga akan mengonsentrasikan
kegiatan untuk mendapatkan pengalaman akademik sesuai dengan kompetensi yang
dipelajari.

Metode Laboratorium
Metode laboratorium merupakan metode pembelajaran yang lebih mengarah pada upaya
penyelidikan, percobaan, penerapan teori dengan praktik atau pengalaman, atau
pengamatan terhadap kinerja atau perilaku siswa. Metode ini pada umunya dilandasi oleh
suatu pendekatan pembelajaran, yakni pendekatan keterampilan proses. Melalui metode
ini, diharapkan siswa mampu melakukan praktik pembelajaran dengan menerapkan teori-
teori atau pengalaman belajar yang dipelajarinya. Melalui penerapan teori dalam praktik
pembelajaran, siswa akan lebih memahami materi ajar yang diperolehnya. Pemahaman
siswa tidak hanya pemahaman konseptual, tetapi juga pemahaman secara praktikal.
Perhatian guru dalam pembelajaran dengan metode laboratorium ini lebih
difokuskan pada proses atau aktivitas yang dilakukan siswa. Dengan demikian, melalui
metode ini guru lebih mengutamakan penilaian proses daripada penilaian hasil
pembelajaran. Karena itu, guru yang menerapkan metode laboratorium ini perlu
mempersiapkan pembelajaran secara memadai sehingga siswa dapat melakukan aktivitas
pembelajarannya sesuai dengan yang diharapkan. Persiapan yang perlu dilakukan oleh guru
sebelum praktik pembelajaran di antaranya adalah (a) teori atau pengalaman belajar yang
akan dipraktikkan, (2) tugas-tugas belajar yang harus dilakukan oleh siswa, (3) instrumen
evaluasi proses atau format penilaian, dan (4) sarana atau fasilitas yang diperlukan dalam
praktik pembelajaran.

Metode Sosiodrama
Metode sosiodrama atau metode bermain peran merupakan metode pembelajaran yang
banyak digunakan oleh matapelajaran ilmu-ilmu sosial dan matapelajaran bahasa Indonesia.
Metode ini biasanya diterapkan oleh guru dalam pembelajaran sastra atau drama dan
kemungkinan juga untuk pembelajaran kompetensi dasar yang berkaitan dengan
pemecahan masalah sosial yang dihadapi oleh masyarakat. Dalam pembelajaran, siswa
diperankan sebagai pelaku peristiwa yang termuat dalam materi pembelajaran dan seolah-
olah siswa adalah orang yang terlibat atau mengalami langsung peristiwa itu.
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, metode sosiodrama ini lebih banyak
difokuskan pada upaya membekali siswa agar mampu memerankan naskah drama. Namun,
dalam pembelajaran ilmu sosial lainnya, metode ini lebih berfungsi untuk mendapat
pengalaman belajar dengan melakukan atau mengamati secara langsung tiruan peristiwa
nyata yang berkaitan dengan kompetensi dasar yang dipelajarinya. Dengan pengalaman
atau pengamatan langsung terhadap tiruan peristiwa itu, diharapkan siswa lebih memahami
dan mendapatkan pengalaman belajar secara lebih konkret.
Guru yang menggunakan metode sosiodrama ini perlu mempersiapkan perangkat
pembelajaran sebelum aktivitas pembelajaran dilaksanakan. Perangkat pembelajaran
tersebut dapat berupa teks drama atau teks dialog, kemungkinan juga dapat berupa teks
yang berisi masalah sosial yang harus dipecahkan oleh siswa. Jika guru menggunakan teks
drama atau teks dialog, guru perlu mempersiapkan tugas bagi siswa untuk menghafal,
menghayati, dan memerankan tokoh yang ada dalam teks itu. Namun, jika guru
menggunakan teks yang berisi masalah sosial, guru menugasi siswa untuk menentukan
tokoh atau pemeran yang terlibat dalam masalah itu dan memerankannya sesuai dengan
peristiwa yang tergambar dalam masalah.

Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi merupakan metode pembelajaran yang dilakukan dalam bentuk
pertunjukan. Pertunjukan yang dimaksudkan dalam pengertian lebih mengarah pada
aktivitas mempertontonkan atau memperlihatkan kepada siswa tentang hal yang
dipelajarinya. Pertunjukan ini dapat berupa penampilan atau perbuatan atau gerak tertentu,
misalnya cara berpenampilan dalam menyambut kehadiran tamu, cara mengambil pijakan
awal dalam lari cepat, cara melakukan lompat tinggi dengan menggunakan galah, dan
sebagainya. Pertunjukan itu juga dapat berupa proses terjadinya suatu peristiwa. Hal ini
dapat dicontohkan, misalnya, proses terjadinya hujan, proses terjadinya gerhana matahari
atau gerhana bulan, dan sebagainya.
Metode demonstrasi ini sangat bermanfaat dalam pembelajaran materi yang
bersifat proseduran atau materi yang merupakan suatu petunjuk. Suatu penjelasan yang
sifatnya sulit akan menjadi lebih mudah jika disajikan dengan menggunakan contoh-contoh
konkret. Dengan menggunakan contoh konkret ini, siswa dapat langsung mengamati dan
menirukan terhadap apa yang didemonstrasikan.

Anda mungkin juga menyukai