Kedua, kehendak Allah SWT yang bersifat pilihan, berupa aturan-aturan dan pranata
sistim bagi kehidupan manusia. Inilah yang kemudian kita sebut “Syariat atau
Agama.” Inilah yang dimaksud Allah swt dalam firman-Nya :
“Kemudian kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan
(agama) itu, maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-
orang yang tidak mengetahui.” (QS: 45:18)
Manusia dan alam tidak bisa melepaskan diri dari kodrat sebagai ciptaan. Karena itu
setiap penolakan terhadap kehendak-kehendak Allah SWT, baik yang “kauniyah”
maupun yang “syar’iyah”, selalu berarti pembangkangan terhadap Sang Pencipta,
penyimpangan dari garis kebenaran, isolasi dan benturan dengan alam. Ujung dari
pembangkangan itu adalah bahwa manusia selamanya akan tertolak oleh Allah, alam
semesta dan disharmoni dalam hubungan antar sesama manusia. Simaklah
bagaimana Allah menolak mereka:
“Barangsiapa mencari agama selain Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima
(agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (QS:
3: 85)
“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rosul, sungguh telah berlalu
sebelumnya beberapa rosul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke
belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun;
dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur. (QS: 3: 144)
Yang dimaksud dengan dimensi demografis adalah bahwa Islam diturunkan untuk
seluruh umat manusia dengan seluruh etnisnya, dan bahwa mereka semua sama di
mata Allah swt sebagai ciptaan-Nya dan dibedakan satu sama lain karena asas
ketakwaan :
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di
antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS: 49: 13)
“Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada seluruh umat manusia
seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS: 34: 28)
Yang dimaksud dengan dimensi geografis adalah bahwa ajaran Islam diturunkan
untuk diterapkan di seluruh penjuru bumi. Maka Islam tidak dapat diidentikkan
dengan kawasan Arab (Arabisme), karena itu hanya tempat lahirnya. Islam tidak
mengenal sekat-sekat tanah air, sama seperti ia tidak mengenal batasan-batasan etnis.
“Ingatlah ketika Tuhamu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku
hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa
engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang membuat kerusakan
padanya dan menumpahkan darah, padahal kami, senantiasa bertasbih dengan
Buku Panduan Materi MAKESTA IPNU & IPPNU Kabupaten Kudus
lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang
telah Kami ciptakan.” (QS: 17: 70)
Hak asasi manusia – dalam semua bentuknya – merupakan bagian paling inheren
dalam keseluruhan ajaran-ajaran Islam. Hak-hak asasi itu merupakan seperangkat
kondisi dan wilayah kewenangan yang mutlak dibutuhkan manusia untuk
menjalankan misinya dalam kehidupan ini. “Sejak kapan kamu memperbudak
manusia, padahal ibu-ibu mereka telah melahirkan mereka dalam keadaan bebas?”,
kata Umar Bin Khattab kepada ‘Amru Bin ‘Ash saat puteranya menampar wajah
seorang warga Qibthy (Kristen).
Tsabat dan Tathawwur
Tsabat artinya permanen, sedang Tathawwur artinya pertumbuhan. Ciri permanensi
adalah turunan dari ciri Rabbaniyyah. Maksudnya adalah bahwa Islam membawa
ajaran yang berisi hakikat-hakikat besar yang bersifat tetap dan permanen dan tidak
akan pernah berubah dalam semua ruang dan waktu. Hakikat-hakikat itu melampaui
batas-batas ruang dan waktu serta bersifat abadi.
“Andai kata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan
bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya Kami telah mendatangkan
kepada mereka kebanggaan tetapi mereka berpaling dari kebanggaan itu. (QS: 23:
71)
Tawazun
Artinya keseimbangan. Ajaran-ajaran Islam seluruhnya seimbang dan memberi porsi
kepada seluruh aspek kehidupan manusia secara proporsional. Tidak ada yang
berlebihan atau kekurangan, tidak ada perhatian yang ekstrim terhadap satu aspek
dengan mengorbankan aspek yang lain. Karena semua aspek itu adalah satu kesatuan
dan menjalankan fungsi yang sama dalam struktur kehidupan manusia. Ada
Buku Panduan Materi MAKESTA IPNU & IPPNU Kabupaten Kudus
keseimbangan antara bagian-bagian yang bersifat fisik (zahir) dan metafisik (gaib)
dalam keimanan.
“Dan segala sesuatunya Kami ciptakan dengan kadarnya masing-masing.” (QS
54:49)
“Engkau takkan penah menemukan pada ciptaan Allah Yang Maha Pengasih
sesuatu yang tidak seimbang.” (QS: 67: 3).
Waqi’iyyah
Artinya realisme. Islam diturunkan untuk berinteraksi dengan realitas-realitas
obyektif yang nyata-nyata ada sebagaimana ia adanya. Selain itu ajaran-ajarannya
didesign sedemikian rupa yang memungkinkannya diterapkan secara nyata dalam
kehidupan manusia. Ia bukan nilai-nilai ideal yang enak dibaca tapi tidak dapat
diterapkan. Ia merupakan idealisme yang realistis, tapi juga realisme yang idealis.
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya….”.(QS: 2: 286.)
Ijabiyyah
Artinya sikap positif dalam menjalani kehidupan sebagai lawan dari pesimisme dan
fatalisme. Keimanan bukanlah sesuatu yang beku dan kering yang tidak sanggup
menggerakkan manusia. Keimanan adalah sumber tenaga jiwa yang mendorong
manusia untuk merealisasikan kebaikan dan kehendak Allah dalam kehidupan ril.
Islam memandang bahwa keimanan yang tidak dapat mendorong manusia untuk
bekerja mengeksplorasi potensi alam dan potensi dirinya untuk menciptakan
kehidupan yang lebih baik, adalah keimanan yang negatif dan fatal.
Itulah sebabnya Islam memberi penghargaan besar kepada kerja sebagai bukti sikap
positif dan dinamika dalam mengelola kehidupannya. Allah swt berfirman:
“Katakanlah: “Bekerjalah kamu! Nanti Allah akan menyaksikan pekerjaanmu bersama Rasul-Nya
dan orang-orang yang beriman.” (QS: 9:105 ).
Buku Panduan Materi MAKESTA IPNU & IPPNU Kabupaten Kudus
Didalam hadis lain dalam kitab Al-Milal Wan Nihal karangan Syaikh Ahmad
Abdul Karim juz 1 hal 13 Nabi Bersabda :
ِالناجِيِةِ مِنِهِا ِواحِدِةِ والِبِاقِ ِونِ هِ لِكِى قِيِ ِل,ِسِ تِفِ ِتقِ اِمِتِ عِلِى ثِلِثِ ِوسِ بِعِيِ فِِرقِة
ِِومِنِ النِاجِيِةِِ؟ قِالِ اِهِلِ السِنِةِ وِِالِمِاعِةِ قِيِلِ ِومِنِ اِهِلِ السِنِةِ ِوالِمِاعِةِ؟ قِالِ مِا اِنا
ِ (عِلِيِهِ الِيِ ِومِ وِِاِصِحِابِ ) رواه ابن ماجه
Artinya : “Umatku akan pecah menjadi 73 golongan yang selamat hanya satu firqoh
sedang yang lainnya binasa. Nabi ditanya : Siapakah yang selamat itu… ?
Nabi menjawab : Ahlussunah Wal Jama’ah, Nabi ditanya lagi : Siapakah
Ahlussunah Wal Jama’ah itu … ? Nabi menjawab : Apa yang aku dan
sahabatku pegang”. (HR. Ibnu Majah)
2. Al-Hadis adalah dasar hukum kedua setelah Al-Qur’an, bila didalam AL-qur’an
tidak secara tegas disebutkan maka hadis yang menjelaskan. Contoh: dalam AL-
Qur’an disebutkan kewajiban sholat dan mengeluarkan zakat, namun jumlah
rekaat dan kewajiban pengeluaran zakat berapa nishobnya tidak dijelaskan secara
detail maka hadist Nabi yang menjelaskan tentang penjabaran tersebut.
3. Ijma’ (kesepakatan para ulama) ketika dicari dari AL-qur’an dan Al-Hadis tentang
hukum ternyata tidak ada, maka kita dapat menggunakan dasar hukum yang
ketiga yaitu Ijma’. Contoh : pada zaman Khalifah Utsman tentang penambahan
Adzan Tsani (adzan kedua) yang dikumandangkan sebelum melakukan sholat
Jum’at Qobliyatul Jum’ah, oleh karena kesepakatan para sehabat pada waktu itu
dan kebijakan Khalifah Utsman serta diikuti oleh sahabat lain dan tidak ada yang
menentangnya maka dilaksanakanlah Ijma tersebut (Ijma’ Shohabi).
Buku Panduan Materi MAKESTA IPNU & IPPNU Kabupaten Kudus
2. Golongan Syi’ah
Adalah golongan yang mengkultuskan / mendewa-dewakan S. Ali Bin Abi
Thalib. Golongan Syi’ah didirikan oleh Abdulah Bin Saba’.
Mereka berpendapat :
a. S. Ali Bin Abi Thalib adalah Tuhan / rasul.
b. Kawin kontrak itu diperbolehkan.
c. Para nabi & para pemimpin adalah ma”shum.
d. S. Abu Bakar, Umar Bin Khotob, Utsman Bin Affan telah merebut dan merampas
hak kholifah yang semestinya dipegang S. Ali Bin Abi Thalib.
3. Golongan Khowarij
Adalah golongan yang sangat membenci S. Ali Bin Abi Thalib. Golongan
khowarij didirikan oleh Nafi’ bin Arzaq mereka mengajarkan beberapa faham diantara
ajarannya adalah :
a. Semua dosa adalah besar dan orang yang berdosa besar adalah kafir.
b. Semua orang yang tidak mengikuti ajarannya dianggap kafir.
c. Menghilangkan hukum rajam bagi orang yang berzina.
d. Mengkufurkan S. Ali Bin Abi Thalib, S. Tholhah, S. Zubair, Siti Aisyah, S. Abdullah
bin Abbas dll.
e. Mengingkari S. Yusuf dan Al-Qur’an.
4. Golongan Murji’ah
Didirikan oleh : Jahm bin Sofwan. Mereka mengajarkan dengan ajaran :
a. Rukun iman itu hanya dua yakni mengenal Allah dan Rasulnya.
b. Orang yang sudah mengenal Allah dan rasulnya maka berbuat maksiat atau dosa
itu tidak dilarang.
5. Golongan Najjariyah
Didirikan oleh Muhammad Bin Husain An – Najjar diantara ajarannya adalah :
a. Allah tidak mempunyai sifat.
b. Orang yang berbuat dosa itu masuk neraka. Karena syafa’at dan ampunan Allah
itu tidak ada.
6. Golongan Jabbariyah
Didirikan oleh Lahalut Al-“Asham dan Jhem bin Sofwan. Diantara ajarannya
adalah :
a. Tidak ada gunanya ikhtiar bagi mahluq segalanya tergantung kepada Allah SWT.
b. Manusia tidak mempunyai daya untuk mencipta baik/buruk.
c. Iman cukup didalam hati dan tidak usah diikhtiarkan dengan lesan (ucapan)
7. Golongan Musabbihah / Mujasimah.
Buku Panduan Materi MAKESTA IPNU & IPPNU Kabupaten Kudus
Adalah golongan yang menyamakan Allah dengan mahluq, didirikan oleh Ibnu
Taimiyyah diantara ajarannya adalah :
a. Allah mempunyai tangan, kaki, hidung, mata dll seperti halnya mahluq.
b. Allah itu bertempat dilangit.
Oleh karena itu jika kita uraikan hal diatas apabila kita hubungkan dengan hadis
Nabi SAW. bahwa golonganku akan pecah menjadi 73 golongan (firqoh) dengan
perincian sbb :
1. Golongan Mu’tazilah 20 Firqoh.
2. Golongan Syi’ah 22 Firqoh.
3. Golongan Khowarij 20 Firqoh.
4. Golongan Murji’ah 5 Firqoh.
5. Golongan Najjariyah 3 Firqoh.
6. Golongan Musabbihah / Mujassimah 1 Firqoh.
7. Golongan Jabbariyah 1 Firqoh.
8. Golongan Ahlussunah Wal Jama’ah 1 Firqoh
Jumlah 73 Firqoh
E. ASWAJA PERSPEKTIF HISTORIS
Dilihat dari Prinsip dan Sikap penganut Aswaja
1. Masa Rasulullah
Pada masa itu umat Islam adalah ummat yang satu dan tidak ada perselisihan
dalam aqidah dan amalan. Hal ini karena masih adanya wahyu (Al-Qur’an) dan Nabi
masih ada sebagai sumber hukum langsung dapat ditanyakan kepada Beliau.
2. Masa Khulafaur Rosyidin
Ketika Rasulullah wafat hari Senin 13 R. Awwal 11 H / 632 M, maka kosonglah
kepemimpinan umat Islam. Maka diadakan musyawarah untuk mufakat (sikap
tawasut, tawazun dan tasamuh) karena dari masing-masing golongan mengusulkan
calon pemimpin mereka seperti dari golongan Anshor: Sa’ad bin Ubadah dari
golongan Muhajirin : Abu Bakar Ash-Shidiq, dan dari golongan Bani Hasyim : Ali Bin
Abi Thalib. Dan setelah terjadi perdebatan yang sangat panjang hingga akhirnya
terjadi kesepakatan S. Abu Bakar Ash-Shidiq menjadi Khalifah yang pertama dan
dibaiat pada tanggal 13 Ra. Awwal 11 H / 632 M. Inilah awal perselisihan diantara
para sahabat, tapi perselisihan zaman kholifah Abu Bakar hanya bersifat untuk
membela orang-orang kaya dan kelompok. Seperti para nabi Palsu dan orang –orang
yang tidak mau membayar zakat. Orang-orang tersebut adalah :
A. Musailamah Al – Khadzab dari Bani Hanifah.
B. Thulaihah Ibnu Khuwalaid dari Bani As’ad.
Buku Panduan Materi MAKESTA IPNU & IPPNU Kabupaten Kudus
S. Ali bin Abi Thalib memerintah selama 4 tahun 9 bulan, banyak umat Islam
menjadi pecah beberapa golongan, hal ini disebabkan karena faktor semakin
banyaknya umat Islam yang sampai kepenjuru dunia dan semakin banyaknya
pemahaman didalam mengartikan / mentafsir kan Al-qur’an dan Hadist Nabi.
3. Masa Tabi’in
Setelah terjadi perpecahan yang banyak dianara beberapa golongan yang dinilai
oleh sekelomok orang banyak menyimpang maka timbul golongan yang mengaku ada
beberapa kebenaran. 1. Golongan Mu’tazilah dan 2. Golongan Jabbariyah.
Pada masa itu muncul reaksi terhadap ajaran Mu’tazilah dan Jabbariyah yaitu
semenjak Imam Al-Asy’ari memisahkan diri dari ajaran Al-Juba’i (guru sekaligus ayah
tiri) seorang guru besar Mu’tazilah yang mengajarkan bahwa manusia itu mempunyai
kekuatan dari dalam dirinya, Allah hanya berbuat baik dan bagus dll.
Pemikiran baru yang dikemukakan oleh Imam Al-Asy’ari yang kemudian
disempurnakan Imam Al-Maturidi dan inilah yang kemudian menjadi pijakan para
pengikutnya hingga kini yang disebut dengan ASWAJA.
Pendapat-pendapat imam Mujtahid inilah yang menjadi rumusan kalau dalam
bidang :
a. Fiqih mengikuti salah satu madzab 4 (empat)
b. Tauhid mengikuti salah satu Imam Al-Asy’ari dan Al-Maturidi.
c. Tasawwuf mengikuti rumusan imam Al-Junaidi.
4. Akhir Abad ke 7 H
Pada tahun 671 lahir seorang tokoh bernama Ibnu Taimiyyah yang mengajarkan
pendapat-pendapat yang menyimpang diantaranya :
a. Ziarah ke Makam Nabi adalah Ma’siyat.
b. Menyatakan talak / cerai sekaligus tiga kali tidak jadi talak tiga.
Ibn Taimiyyah akhirnya dipenjara dan meninggal dipenjara tahun 728 M, namun
ajarannya secara diam-diam diajarkan oleh para pengikutnya.
5. Pertengahan Abad 12 H
Pada tahun 111 M lahir seorang tokoh Wahabby yaitu Muhammad bin Abdul
Wahab. Dia menganut ajaran Ibnu Taimiyah bahkan ditambah dengan pendapat-
pendapatnya sendiri antara lain :
a. Menetapkan anggota tubuh bagi Allah.
b. Allah berada pada ruang dan gerak.
c. Tidak boleh ta’qid kepada madzab 4.
d. Mengharamkan tawasul dan mengharamkan ziarah kubur.
6. Masa Wali Songo (Abad 14 – 16)
Pada Tahun 1404 M datang seorang Ulama bernama Syekh Maulana Malik
Ibrohim / Syekh Maghribi yang berasal dari Turki (riwayat lain dari Gujarat)
Buku Panduan Materi MAKESTA IPNU & IPPNU Kabupaten Kudus
Artinya : “ Jika umatku tidak berbuat korupsi, maka tidak ada musuh yang dapat
mengalahkan untuk selamanya. (H.R. Ath- Thabrani)
5. Emoh madon
التقربوا الزنا انه كانا فاحشة وسأ سبيال
Artinya : “ Dan janganlah kamu mendekati Zina, sesungguhnya zina itu adalah
suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk “.
Dari sejarah walisongo tiga yang terkenal dengan sebutan orang yang keras
didalam mengambil hukum dan tidak mau kompromi dengan adat istiadat, animisme
dan dinamisme beliau adalah : S. Ampel, Derajat dan Giri.
Sedangkan sunan Bonang, Kalijaga, Gunung Jati, Kudus, dan Muria didalam
menyiarkan agama Islam masih menerima adat setempat, tapi berusaha mengikis
adat istiadat yang bertentangan dengan agama Islam sementara adat yang sulit
dihilangkan sementara dibiarkan agar tidak terjadi usaha kekerasan didalam
penyebaran Islam.
Buku Panduan Materi MAKESTA IPNU & IPPNU Kabupaten Kudus
G. P E N U T U P
Karena zaman semakin akhir, maka gejala-gejala pendangkalan nilai dan norma
agama terutama dalam aspek Aqidah makin tampak, ditambah lagi kecanggihan media
baik elektronik maupun mess media. Oleh karena itu tiada alternatif lain bagi kita
(generasi Muda NU) untuk memperdalam ilmu dibidang Aqidah tersebut agar kita tidak
terbawa kedalam ajaran yang sesat.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan pertolongan kepada kita bersama
didalam langkah dan perjuangan menegakkan agama Islam Ala Ahlussunah Wal
jama’ah. Amin.
Referensi
1. DEPAG RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya, Yayasan Penyelenggara Penterjemah dan
Pentafsir Al-Qur’an, 1971
2. A. Zainuddin, S.Ag dan M Jamhari, S.Ag, Al-Islam Aqidah & Ibadah, CV. Pustaka Setia,
1999
3. Baedlowi Syamsuri, Kisah Walisonggo, Apollo, Surabaya, 1995
4. Syekh Umar Abdul Jabbar, Khulashoh Nurul Yaqin Juz 2 & 3.
5. K.H. M. Sya’roni Ahmadi, Al-Faroidus Saniyah, 1922
6. Syekh Al-‘Allamah K.H. Ali Ma’shum, Hujjah Ahlussunah Wal jama’ah, Yogyakarta
Buku Panduan Materi MAKESTA IPNU & IPPNU Kabupaten Kudus
“ Ke NU an”
A. PENDAHULUAN
Ke-NU-an adalah segala sesuatu yang ada kaitannya dengan NU.Materi ke-NU-an
dimaksudkan sebagai suatu materi yang membahas tentang masalah yang ada
hubungannya dengan Nahdlatul Ulama’.
Baik mengenai pengertiannya, dasar dan tujuannya, sejarah perjuangannya
maupun struktur organisasi.
NU adalah kepanjangan dari Nahdlatul Ulama yang secara harfiah artinya
Kebangkitan Ulama. Pada hakekatnya Nahdlatul Ulama adalah organisasi umat Islam
Indonesia yang berhaluan Ahlussunnah Wal Jama’ah.
Ahlussunnah Wal Jama’ah adalah golongan yang tetap teguh setia mengikuti dan
memegang teguh segala apa yang datang dari Nabi Muhammad Saw baik berupa sabda,
tindakan maupun ketetapan nabi, dan memegang teguh kepada segala yang datang dari
sahabat-sahabatnya.
Ahlussunnah Wal Jama’ah landasan dasar/hukum berpedoman kepada Kitabullah
AL-qur’an, Sunnah Nabi ( Hadis ), Ijma’ dan Qiyas.
Dalam masalah aqidah, Ahlussunnah Wal Jama’ah mengikuti Imam Abul Hasan Al
Asy’ari dan Imam Abu Mansur Al Maturidi, dibidang Fiqh mengikuti salah satu Madzhab
empat yaitu : Imam Hanafi,Imam Maliki, Imam Syafi’i, Imam Hambali, sedang dibidang
tasawuf mengikuti Imam Abul Qosim Al Junaidi dan Imam Ghozali.
1. Gambar bola dunia melambangkan bumi tempat kita hidup, berjuang dan beramal.
Disamping itu, mengingatkan bahwa asal kejadian manusia adalah dari tanah dan
kelak akan kembali ke tanah.
Buku Panduan Materi MAKESTA IPNU & IPPNU Kabupaten Kudus
2. Dalam gambar bola dunia terdapat peta negara Indonesia yang berarti Nahdlatul
Ulama didirikan di Indonesia dan berjuang untuk kejayaan negara Republik
Indonesia.
3. Gambar tali tersimpul melambangkan persatuan yang kokoh. Dua ikatan dibawahnya
melambangkan hubungan manusia dengan Tuhan dan hubungan antara sesama
manusia. Jumlah untaiannya ada 99 buah yang melambangkan Ahlussunnah wal
Jamaah.
4. Gambar bintang paling besar melambangkan kepemimpinan Nabi Muhammad saw.
Empat bintang diatas garis khatulistiwa melambangkan kepemimpinan Khulafaur
Rasyidin.(Abu Bakar, Umar bin Khattab, Ustman bin Affan, Ali bin Abi Thalib)
Adapun empat bintang di bawah garis khatulistiwa melambangkan empat madzhab
(Hanafi, Maliki, Syafi’i, Hambali). Jumlah bintang seluruhnya adalah Sembilan buah
yang melambangkan wali songo sebagai penyebar Islam di Indonesia.
5. Tulisan Nahdlatul Ulama merupakan nama organisasi yang berarti “kebangkitan
ulama”.
6. Warna dasar hijau melambangkan kesuburan tanah air Indonesia. Sedangkan warna
putih untuk gambar dan tulisan melambangkan niat dalam perjuangan.
E. STRUKTUR ORGANISASI
1. Kepengurusan NU terdiri dari Musytasyar, Suriyah, Tanfidliyah.
2. Mustasyar adalah pembina, pembimbing, penasehat kegiatan NU.
3. Syuriah merupakan berfungsi sebagai pengelola, pengendali, pengawas, dan penentu
kebijakan Jam’iyyah yang berlaku.
4. Tanfidliyah merupakan pelaksana sehari-hari kegiatan NU.
5. Mustasyar dibentuk hanya untuk tingkatan pengurus Besar, Wilayah dan Cabang.
6. Hak dan kewajiban syuriah dan Tanfidliyah diatur dalam Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga.
4. Ulama sebagai panutan dan contoh tauladan bagi seluruh warga Nahdlatul Ulama
dan kaum Muslimin khususnya.
Itulah sebabnya, maka antara NU dan Ulama tidak dapat dipisah-pisahkan, artinya
saling membesarkan, saling mengambil dan memberi manfaat. Nahdlatul Ulama tanpa
Ulama akan gersang tidak ada artinya sama sekali, dan Ulama yang keluar dari
Nahdlatul Ulama berkurang bahkan hilang kemanfaatannya bagi masyarakat Islam
Ahlussunnah Wal Jama’ah.
Dengan demikian posisi Ulama dan peranannya didalam Nahdlatul Ulama sangat
penting, oleh karenanya secara organisatoris Ulama didalam NU disediakan lembaga
khusus yang dinamakan “Lembaga Syuriah”.
Lembaga ini berfungsi sebagai pengelola, pengendali, Pengawas dan penentu
semua kebijaksanaan dalam Nahdlatul Ulama, sehingga dapatlah dikatakan dan
memang demikian kenyataannya, bahwa Ulama dan Nahdlatul Ulama merupakan tiang
penyangga utama atau soko guru.
Ulama dan Nahdlatul Ulama tidak dapat dipisahkan, karena Jam’iyyah NU
merupakan wadah untuk mempersatukan diri. Disamping itu NU juga merupakan wadah
untuk menyatukan langkah. Dalam rangka usaha melestarikan, mengembangkan dan
mengamalkan Islam yang berhaluan Ahlussunnah Wal jama’ah.
Merupakan kenyataan sejarah yang tidak bisa dibantah, bahwa keberadaan
Ulama dan Nahdlatul Ulama tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan umat Islam
dan Nahdlatul Ulama tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan umat Islam di
Indonesia, semenjak masuknya sampai sekarang.
Referensi :
Kebangkitan Islam dan Peranan NU di Indonesia,PT Bina Ilmu,Surabaya.
Vis a Vis NU, LKIS,jakarta 2002
Pelajaran Ke-NU-an Madrasah Aliyah
A. PENDAHULUAN
IPNU - IPPNU sebagai organisasi keagamaan yang berhaluan Islam
Ahlussunah Waljamaah, ternyata dalam perkembangannya mengalami
perubahan-perubahan yang diakibatkan oleh tuntutan situasi dan kondisi.
Oleh karenanya menjadi kewajiban setiap warga IPNU - IPPNU untuk terus
mempelajari perubahan itu, mengkajinya kemudian mencoba untuk
mengantisipasinya. Dan tentunya faktor historis sangat mendukung pula apabila
warganya juga senantiasa merenunginya, mempelajari motivasi apa yang
melatarbelakangi kelahirannya, dan bagaimana perkembangan organisasi ini
dari masa ke masa. Karena dari segi historis pula kita akan mampu untuk
menentukan langkah dan alternatif apa yang terbaik yang akan kita jadikan
saran untuk terus menyebarluaskan IPNU - IPPNU sekaligus wadah generasi
muda NU untuk menyalurkan aspirasi sekaligus sebagai media dakwah.
saat ini sangat sulit dan sungkan untuk dikritisi. Sedangkan di satu sisi para
mahasiswa NU merasa gerah akibat sikap idealisme mereka yang tersekat.
Ketika komunis mulai giat untuk bergerak dan Soekarno dianggap
lemah memunculkan kekhawatiran para mahasiswa pada saat itu untuk
bergerak mengamankan NKRI. Sehingga IPNU-IPPNU kemudian melakukan
beberapa kali informal meeting untuk menyikapi hal tersebut yang kemudian
muncul keinginan untuk membentuk suatu organ mahasiswa yang berisi
komunitas mahasiswa NU untuk bisa bersikap kritis di luar sistem NU yang
saat itu cukup dekat dengan pemerintah. Akhirnya para tokoh IPNU-IPPNU
saat itu kemudian pada tanggal 17 April 1960 membidangi berdirinya
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII).
2. Kondisi IPNU - IPPNU sesudah Khithoh 26 dan Kongres Jombang
Tepatnya diawali oleh hasil muktamar NU XXVII di Situbondo Jawa
Timur khithoh NU 1926 terjawab, sehingga perjuangan NU adalah dalam
bidang dakwah, Mabarot dan Pendidikan sebagaimana garis perhubungan
yang telah ditetapkan oleh pendiri NU dan ternyata khithoh NU telah
membawa angin segar IPNU - IPPNU merasakan keleluasaan memakai
identitas NU karena NU bukan lagi menjadi salah satu parpol tetapi sebagai
organisasi keagamaan dan kemasyarakatan.
Sedang kondisi IPNU - IPPNU pasca Kongres Jombang ternyata juga
banyak membawa perubahan semula basis pembinaan IPNU - IPPNU adalah
hanya putra – putri NU yang berstatus sebagai pelajar, tetapi sejak
ditetapkannya perubahan nama dari Ikatan Putra Nahdlatul Ulama, berarti
basis pembinaan IPNU - IPPNU semakin luas yakni seluruh putra – putri NU
baik berstatus pelajar, santri maupun mahasiswa dan ternyata orientasi IPNU
- IPPNU pun harus semakin luas.
bisa dilihat ketika IPNU memasuki WAY (world Assembly of Youth ) suatu
organisasi kepemudaan dunia yang berafilitasi kepada UNESCO,Di masa ini
pula IPNU –IPPNU melahirkan PMII tanggal 21 syawal 1379 H /17 April
1960 M.
3. Masa Pembaktian
Masa ini kerja keras IPNU-IPPNU mulai menunjukkan hasilnya terbukti
banyaknya kader dan binaan yang mendapatkan kedudukan sebagai
pimpinan di berbagai sektor. Pada masa inilah dibentuk CBP (Crop Brigade
Pembangunan )berdasar PP No lV Th.1965 dengan tujuan mengamankan
Pembangunan dan Revolusi Indonesia.
4. Masa Pembaruan
Periode ini diawali diselenggarkannya Kongres IPNU ke IX dan IPPNU
ke VIII di Cirebon. Kongres ini banyak mengkritisi kegiatan yang terbengkalai
akibat kebijakan pemerintah yang membatasi IPNU-IPPNU sebagai
organisasi ekstrakulikuler dalam sekolah-sekolah,dan memberikan peluang
yang besar kepada CSIS.Setelah berbagai macam cobaan yang dialami pd
tgl 29-31 Desember 1988 IPNU-IPPNU menggelar Kongresnya kembali yang
ke X dan IX di Jombang.Dalam Kongres ini lahir keputusan penting ,yaitu
pembaruan singkatan IPNU menjadi Ikatan Putra Nahdlatul Ulama’ dan
IPPNU menjadi Ikatan Putri –Putri Nahdlatul Ulama’.Asas Islam Ahlussunnah
Waljamaah diganti dengan asas Pancasila .Hal tersebut sebagai upaya
penyesuaian atas diberlakukannya UU No 8 Th 1985 tentang
Keormasan.Pasca Kongres Jombang dinamika organisasi berjalan secara
dinamis,bahkan mampu menularkan citra diri IPNU-IPPNU.
Kongres ke XI dan X di Lasem masih merupakan penguatan hasil.
Kongres XII dan XI di Garut mulai dipertanyakan kembali perubahan nama
IPNU dan IPPNU.Isu pengambilan nama mulai digulirkan,namun IPNU dan
IPPNU masih tetap sebagaimana hasil Kongres Jombang.
5. Periode Penegasan
Sejalan dengan perkembangan dan tuntutan masa, IPNU dan IPPNU
pun mengalami berbagai dinamika organisasi. Setelah perubahan nama”
Pelajar” menjadi “Putra “ dan “ Putri” membuka peluang bagi remaja dan
pemuda NU untuk bergabung sekaligus berekspresi melalui IPNU dan IPPNU
sehingga sering terjadi pembelokan Visi dari Visi kepelajaran dan santri
menjadi visi kepemudaan. Hal inilah yang kemudian direkomendasikan oleh
kongres IPNU dan IPPNU ke XIII dan XII di Makassar Sulawesi Selatan dalam
wujud Deklarasi. Dimana IPNU dan IPPNU kembali kevisi kepelajaran dengan
Buku Panduan Materi MAKESTA IPNU & IPPNU Kabupaten Kudus
basic anggota: remaja, santri, pelajar dan mahasiswa. Pasca Kongres ini
berhasil didirikan komisariat IPNU dan IPPNU di berbagai Perguruan Tinggi
dan Pondok Pesantren.
6. Periode Pasca Kongres Surabaya 2003
Hasil Kongres Surabaya merupakan kesadaran bersama para kader
IPNU-IPPNU untuk merubah nama dan sekaligus visi kepelajaran dan orientasi
pengkaderannya baik di Pondok Pesantren maupun disekolah-sekolahan.
Kongres telah mengembalikan IPNU dan IPPNU pada garis perjuangan yang
semestinya. Artinya IPNU dan IPPNU adalah Organisasi Pelajar dan
Organisasi Kader. Merujuk hasil Kongres tersebut menuntut komitmen bersama
untuk dapat mewujudkan/mengembalikan masa keemasan kita yang telah
hilang, karena riskan bahkan ironis bila momen ini tidak dapat dipergunakan
dengan sebaik-baiknya dan seoptimal mugkin oleh semua jajaran NU,
khususnya IPNU dan IPPNU lebih khusus lagi Pondok Pesantren dan Ma’arif.
7. Periode 2003-2009
Periode ini IPNU-IPPNU diuji dengan berbagai bentuk kepentingan,
karena melihat realita yang terjadi dalam pemilihan umum baik lokal maupun
nasional, oleh karena itu dalam masa ini IPNU-IPPNU berkomitmen
mengembalikan lagi kepada Khittoh perjuangan yaitu sebagi organisasi
kader dan kepelajaran.
4. Lambang Organisasi
a. LAMBANG IPNU
1) Lambang organisasi berbentuk bulat
2) Warna dasar hijau berlingkar kuning
ditepinya dengan diapit dua lingkaran putih.
3) Dibagian atas tercantum huruf IPNU dengan
titik diantaranya diapit oleh tiga garis
pendek (satu diantaranya lebih panjang
pada bagian kanan dan kirinya, semua
berwarna putih).
b. LAMBANG IPPNU
1) Lambang organisasi segitiga sama sisi.
2) Warna dasar hijau bergaris berwarna kuning
yang diapit dua warna putih ditepinya.
3) Isi lambang : Bintang sembilan, yang satu besar
terletak diatas, empat menurun disisi kiri dan
empat lainnya menurun disisi kanan dan
berwarna kuning. Dua kitab dan dua bulu ayam
bersilang berwarna putih, dua bunga melati di
sudut bawah berwarna putih.
4) Dibawah dua bulu dan diantara dua bunga melati terdapat tulisan IPPNU
dengan titik diantara huruf-hurufnya berwarna putih.
Arti Lambang IPPNU :
Warna hijau : kebenaran, warna kuning : kejayaan dan himmah / cita-
cita yang tinggi, warna putih : kesucian.
Bentuk segi tiga : Islam – Iman – Ikhsan
Dua garis tepi : 2 Kalimat Syahadat
Sembilan bintang : Lambang keluarga besar NU
1 bintang yang besar diatas : Nabi Muhammad SAW
4 bintang menurun di sisi kanan : Khulafaur Rosyidin, yaitu sahabat :
Abu bakar Ashidiq, Umar bin Khotob, Utsman bin Affan dan Ali bin
Abi Tholib RA.
4 bintang menurun di sisi kiri : 4 madzhab, yaitu Imam Hanafi, Imam
Hambali, Imam Syafi’i, dan Imam Maliki ra.
Dua kitab : Al-Qur’an dan Al-Hadits
Bulu : Lambang ilmu, 2 bulu bersilang :aktif menuntut ilmu agama dan
ilmu umum, aktif membaca dan menulis.
Dua bunga : sintesis / perpaduan ilmu agama dan ilmu umum
Lima titik diantara huruf IPPNU : Rukun Islam.
G. BIDANG GARAPAN IPNU DAN IPPNU
Bidang garapan IPNU - IPPNU terbagi pada tiga bagian :
1. Bidang Organisasi
2. Bidang Kaderisasi
3. Bidang Partisipasi
Buku Panduan Materi MAKESTA IPNU & IPPNU Kabupaten Kudus
Penjelasan :
1. Bidang Organisasi
Dalam bidang ini ditargetkan terwujudnya konsolidasi organisasi IPNU -
IPPNU mencakup pemantapan struktur, personalia dan pemantapan wawasan
anggota serta makin mantapnya peran organisasi dalam perkembangan
ormas kepemudaan dan masyarakat.
2. Bidang Kaderisasi
Dalam bidang ini ditargetkan terbentuknya kader-kader yang loyal
dan berdedikasi berwawasan kebangsaan, komitmen terhadap nilai dasar
perjuangan dan memiliki kemampuan manajerial serta laku gerak akhlakul
karimah.
Adapun jenjang pengkaderan dalam IPNU - IPPNU adalah :
a. Makesta (Masa Kesetiaan Anggota)
b. Lakmud (Pelatihan Kader Muda)
c. Lakut (Pelatihan Kader Utama)
Bentuk ini adalah pengkaderan formal, dan masih banyak bentuk
pengkaderan lainnya. Misalnya Pelatihan Pengembangan Sumber Daya
Manusia, Pelatihan Pelatih dan lain-lain.
3. Bidang Partisipasi
Target programnya adalah menumbukan kesadaran dan kepedulian
anggota dan kader terhadap pembangunan bangsa dan kepedulian menjalin
kerja sama dengan ormas pemuda, Lembaga Pemerintah dan Lembaga
Swadaya Masyarakat, serta kepedulian menghayati khitoh nahdliyah.
2. Landasan Bersikap
Nilai-nilai tersebut adalah:
a. Diniyyah/agama
1) Tauhid (at-tauhid) merupakan keyakinan yang kokoh terhadap Allah
swt. Sebagai ruh dan sumber inspirasi berpikir dan bertindak.
2) Persaudaraan dan persatuan (al-ukhuwwah wal-ittihad) dengan
mengedepankan sikap mengasihi (welas asih) sesama makhluk.
3) Keluhuran moral (al-akhlaqul karimah) dengan menjunjung tinggi
kebenaran dan kejujuran (as-shidqu). Bentuk kebenaran dan kejujuran
yang dipahami:
As-shidqu ila llah. Sebagai pribadi yang beriman selalu
melandasi diri dengan perilaku benar dan jujur, karena setiap
tindakan senantiasa dilihat sang khalik.
Ashidqu ila ummah, sebagai makhluk sosial dituntut bersikap
kesalehan dalam bermasyarakat, jujur dan benar kepada
masyarakat dengan senantiasa melakukan pencerahan terhadap
masyarakat.
Ash shidqu ila an-nafsi, jujur dan benar kepada diri sendiri
merupakan sikap perbaikan diri dengan semangat peningkatan
kualitas diri.
Amar ma'ruf nahy munkar, sikap dakwah selalu menyerukan
kebaikan dan mencegah segala bentuk kemunkaran.
c. Sosial kemasyarakatan
1) Menjunjung tinggi kebersamaan di tengah kehidupan berbangsa dan
bernegara dengan semangat mendahulukan kepentingan bersama
daripada kepentingan pribadi.
2) Selalu siap mempelopori setiap perubahan yang membawa manfaat
bagi kemaslahatan manusia.
3. Landasan Berorganisasi
a. Ukhuwwah
Sebuah gerakan mengandaikan sebuah kebersamaan, karena itu
perlu diikat dengan ukhuwah (persaudaraan) atau solidaritas (perasaan
setia kawan) yang kuat (al urwatul wutsqo) sebagai perekat gerakan
tersebut. Adapun gerakan ukhuwah IPPNUadalah meliputi :
1) Ukhuwwah Nahdliyyah
2) Ukhuwwah Islamiyyah
3) Ukhuwwah Wathaniyyah
4) Ukhuwwah Basyariyyah
b. Amanah
Dalam kehidupan yang serba bersifat duniawi (kebendaan), sikap
amanah mendapat tantangan besar. Namun demikian perlu terus
dipertahankan. Sikap amanah (saling percaya) ditumbuhkan dengan
membangun kejujuran baik pada diri sendiri maupun pihak lain.
c. Ibadah (pengabdian)
Berjuang dalam NU untuk masyarakat dan bangsa haruslah
berangkat dari semangat pengabdian, baik mengabdi pada IPNU, umat,
bangsa, dan seluruh umat manusia. Dengan demikian mengabdi di IPNU
bukan untuk mencari penghasilan mencari pengaruh atau mencari jabatan.
Tetapi memiliki tugas berat dan mulia.
d. Asketik (Kesederhanaan)
Sikap amanah dan pengabdian muncul bila seseorang memiliki jiwa
asketik (bersikap zuhud/sederhana). Karena pada dasarnya sikap
materialistik (hubbud dunya) akan menggerogoti sikap amanah dan akan
merapuhkan semangat pengabdian.
e. Non Kolaborasi
Landasan berorganisasi yang ke-5 ini perlu ditegaskan kembali,
mengingat dewasa ini banyak lembaga yang didukung oleh pemodal
asing yang menawarkan berbagai jasa dan dana yang tujuannya bukan
untuk memandirikan, melainkan untuk menciptakan ketergantungan dan
Buku Panduan Materi MAKESTA IPNU & IPPNU Kabupaten Kudus
2. Posisi IPNU
a. Intern (dalam lingkungan NU)
IPNU sebagai perangkat dan badan otonom NU, secara
kelembagaan memiliki kedudukan yang sama dan sederajat dengan
badan-badan otonom lainnya, yaitu memiliki tugas utama melaksanakan
kebijakan NU, khususnya yang berkaitan dengan kelompok masyarakat
tertentu.
2. VISI IPPNU
Terbentuknya kesempurnaan putri-putri ndonesia yang bertakwa,
berakhlakul karimah, berilmu dan berwawasan kebangsaan.
3. MISI IPPNU:
a. Membangun kader NU yang berkualitas, berakhlakul karimah, bersikap
demokratis dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
b. Mengembangkan wacana dan kualitas sumberdaya kader menuju
terciptanya kesetaraan gender.
c. Membentuk kader yang dinamis, Kreatif dan inovatif.
Visi dan Misi dijabarkan dalam program kerja IPPNU. Orientasi/arah
yang ingin dicapai dibagi dalam dua cara, yaitu:
Buku Panduan Materi MAKESTA IPNU & IPPNU Kabupaten Kudus
a. Secara Individual
Diletakkan dalam perspektif “manusia dinamis adalah manusia
yang selalu berprakarsa dan melakukan ikhtiar, manusia yang bergerak
kedepan, berubah dan berkembang menuju tingkat yang lebih sempurna
(kamil).
Sedangkan manusia yang berwawasan integrasi adalah manusia
yang terus menggali nilai-nilai keislaman, kebangsaan, keilmuan, dan
kekaderan secara kritis untuk diartikulasikan dalam pemikiran, sikap, dan
semangat perjuangan sehingga mampu menjadi kader bangsa dan
organisasi yang handal. Citra kader yang handal ditandai oleh
kemampuan konseptual, metodologis dan teknis yang mampu
mengarahkan kader pada komitmen keislaman, kebangsaan, keilmuan
dan kekaderan dan mampu memformulasikanya secara cerdas dalam
kehidupan nyata.
b. Secara kolektif
Diletakan dalam prespeektif “ mabadi khoiru ummah” yaitu suatu
masyarakat ideal yang digambarkan sebagai masyaraklat yang
bertakwa kepada ALLAH SWT, tentram, berahlaq mulia,adil dan
sejahtera.
Dalam konteks IPPNU adalah tumbuh dan berkembangnya
semangat berorganisasi yang didasari kesetiakawanan antar warga dan
pemimpin, serta munculnya program yang terarah demi peningkatan mutu
dan tujuan yang diembanya. Produktif menjadi kunci indikator capaian
dimaksud dan mabadi khaira ummah adalah tujuan akhirnya.
4. KARAKTER DASAR
Untuk menjadi manusia kamil dan khaira ummah, kader IPPNU
mengemban amanat dan tugas utama yaitu melaksanakan amar makruf nahi
munkar. Untuk membangun citra ideal tersebut, ditandai dengan karakter
sebagai berikut:
5. POSISI
Secara intern, IPPNU merupakan perangkat dan badan otonom NU
yang mempunyai kedudukan sama/sederajat dengan banom-banom yang
lain seperti Muslimat NU, Fatayat, GP Ansor, dan IPNU.
Tugas utama banom adalah melaksanakan kebijakan NU khususnya
yang berkaitan dengan kelompok masyarakat tertentu.
Buku Panduan Materi MAKESTA IPNU & IPPNU Kabupaten Kudus
L. PENUTUP
Demikianlah sekilas tentang materi ke IPNU - IPPNU an, ini merupakan
materi dasar, sedangkan pengembangannya adalah merupakan kewajiban
setiap kader IPNU - IPPNU untuk terus belajar secara formal, informal maupun
non formal.
“ KEORGANISASIAN “
A. PENDAHULUAN
Telah banyak disebutkan bahwa manusia adalah makhluk sosial, sebagai
makhluk sosial, manusia dituntut untuk saling mengenal satu sama lain, tidak terkecuali
siapapun mereka dan golongan manapun mereka berasal (Q.S. 49 : 13). Dalam
interaksi ini manusia akan saling kerja sama untuk memenuhi kebutuhan hidupnya,
sebab manusia itu tercipta dalam kondisi yang sangat terbatas dan dengan spesialisasi
yang berbeda-beda (Q.S. 96 : 4) Kerja sama sangat dibutuhkan dalam upaya
merealisasikan cita-cita (keinginan). Dan dalam kerjasama sangat dibutuhkan
pengaturan. Sebab tanpa adanya pengaturan dan pembagian kerja akan terjadi
pemborosan tenaga dan biaya. Pengaturan dan pembagian kerja ini dinamakan
Pengorganisasian, sedangkan wadahnya dinamakan Organisasi.
Organisasi merupakan wadah untuk mewujudkan cita-cita yang sangat efektif
dan efisien, sebab dengan kebersamaan yang dibangun, akan menghasilkan bangunan
yang kuat dan kokoh. Allah SWT sendiri menyatakan sangat menyukai bagi siapa saja
yang berjuang secara bersama-sama (Q.S. 61 : 4). Dan sebaliknya Allah SWT melarang
kita untuk tidak bersatu, dan sendiri-sendiri dalam memperjuangkan risalah-Nya. (Q.S.
3 : 103).
ِ ِالِاسلِمِاِِالِِِبماعةِوالَِجاعةِاالِِبإمارةِوالِإمارةِاالِِبطاعةِللا
Artinya : “Islam tidak akan berdiri tanpa diatur dengan organisasi, dan
organisasi tidak akan berjalan tanpa ada pemimpin, dan pemimpin
tidak akan berkarya tanpa adanya ketaatan kepada Allah“.
Dengan dasar tersebut kiranya menambah wawasan kita terhadap
pentingnya berorganisasi, terlebih apabila kita amalkan dalam hidup dan
kehidupan di masyarakat.
2. PENGERTIAN ORGANISASI
Ada banyak definisi tentang organisasi, diantaranya adalah :
1. Menurut Edgar Schein ( 1973 )
“ An Organization is the rational coordination of the activities of a number of
people the achievement of some common explicit purpose or goal, through
division of labor and function, and through a hierarchy of outhority and
responsibilithy “
Artinya : “Organisasi adalah koordinasi yang rasional dari aktifitas-aktifitas
sejumlah orang untuk mencapai beberapa tujuan yang jelas, melalui pembagian
tugas dan fungsi serta melalui jenjang wewenang dan tanggung jawab.
2. Menurut Ananda W.P. Guruge ( 1977 )
“ Organization is defined as arranging a complex of task into managable
uncts,and defining the formal relationships among the people who are assigned
the various tasks “
Artinya : “Organisasi didefinisikan sebagai pengaturan tugas-tugas yang
kompleks menjadi unit-unit yang dapat diatur. Organisasi juga didefinisikan
sebagai memastikan hubungan formal antara orang-orang yang menangani
berbagai tugas.”
Dari dua definisi tersebut memberikan pengertian yang semakin
memperjelas apa hakikat organisasi tersebut. Pada intinya organisasi adalah
koordinasi rasional (kegiatan sejumlah orang untuk mencapai tujuan bersama).
3. UNSUR – UNSUR ORGANISASI
Melihat pengertian organisasi diatas maka unsur utama yang harus ada
dalam suatu organisasi adalah :
a. Adanya orang-orang ( lebih 1 orang )
b. Adanya kerjasama.
c. Adanya tujuan yang diinginkan.
Dengan semakin kompleksnya suatu organisasi maka semakin bertambah
pula unsur-unsur yang ada dalam organisasi seperti halnya :
a. Adanya sarana dan prasarana penunjang.
b. Adanya kerjasama.
c. Adanya pembagian tugas, dan lain-lain.
Buku Panduan Materi MAKESTA IPNU & IPPNU Kabupaten Kudus
3. FUNGSI ORGANISASI
Memperhatikan penjelasan diatas, maka tampak bahwa pada hakikatnya
fungsi organisasi adalah sebagai wadah sekelompok orang yang memiliki
kehendak/keinginan yang sama. Disamping itu, organisasi juga berfungsi sebagai
upaya untuk mempermudah seseorang atau kelompok orang dalam mencapai
tujuan.
2. MANFAAT BERORGANISASI
Sebagaimana difirmankan Allah SWT, bahwa manusia diciptakan atas
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar saling mengenal, maka organisasai
adalah salah satu media yang efektif untuk mewujudkannya.
Adapun manfaat berorganisasi antara lain :
a. Meningkatkan Ukhuwah diantara sesama.
b. Menambah sahabat.
c. Meningkatkan wawasan / cakrawala pandang.
d. Sebagai media berlatih hidup bermasyarakat.
e. Melatih kemandirian.
f. Menumbuhkan sikap dewasa.
g. Menumbuhkan rasa tanggung jawab.
h. Berfikir secara analitis dan kritis.
E. P E N U T U P
Uraian secara ringkas masalah-masalah yang berkaitan dengan organisasi di
atas, semoga dapat menjadikan dorongan / motivasi bagi anggota - anggota baru IPNU
– IPPNU khususnya dalam mengabdikan diri berorganisasi.
Buku Panduan Materi MAKESTA IPNU & IPPNU Kabupaten Kudus
LEADERSHIP
A. Pendahuluan
Berbicara tentang kepemimpinan Rasulullah SAW jauh hari telah
mengingatkan kita, bahwa kamu semua adalah pemimpin dan setiap pemimpin
akan dimintai pertanggungjawaban atas sesuatu yang dipimpinnya ( Al-Hadits).
Pemimpin tidak dapat dipisahkan dengan sekelompok orang yang dipimpin dan
kesamaan tujuan, maka berbicara tentang kepemimpinan harus mempunyai
gambaran tentang kemampuan menggerakkan orang guna mencapai tujuan
bersama.
Dalam usaha untuk mencapai tujuan, pemimpin menggunakan sumber daya
yang terdiri dari man, money, material, machine, market dll. Ditinjau dari peran
masing-masing maka manusialah yang sangat menentukan serta manusialah
sebagai sumber obyek yang menggunakan sarana atau sumber daya tersebut. Maka
untuk mencapai tujuan organisasi sangat tergantung pada kemampuan pemimpin
dalam menggerakkan sumber daya manusia tersebut dan kemampuan tersebut
tergantung kualitas kepemimpinan seseorang.
B. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan berasal dari kata pemimpin yang artinya orang yang
memimpin. Dalam bahasa Inggris disebut Leadership. Menurut istilah,
kepemimpinan diartikan aktifis atau kegiatan untuk mempengaruhi, membimbing,
dan memberi pengarahan atas pikiran dan tindakan orang lain untuk dapat
mencapai tujuan bersama.
Oleh karena itu, seorang pemimpin tidak hanya orang yang duduk di atas
kursi saja, tetapi dia adalah orang yang mampu untuk menggerakkan orang yang
dipimpinnya sehingga mempunyai kesadaran dan tanggung jawab dalam
melaksanakan tugasnya.
C. Teori Kepemimpinan
1. Teori Genetis atau Pembawaan
Inti ajaran ini tersimpul dalam sebutan yang mengatakan “leader are
born and not made” berarti bahwa para penganut teori ini mengatakan bahwa
seorang pemimpin akan menjadi pemimpin karena ia telah dilahirkan dengan
bakat-bakat seorang pemimpin.
2. Teori Sosial
Inti ajarannya : “leader are made and not born”. Bahwa setiap orang
bisa menjadi pemimpin apabila diberi pendidikan dan pengalaman yang cukup.
3. Teori Ekologis
Bahwa seseorang akan menjadi pemimpin yang baik apabila ia pada
lahirnya telah memiliki bakat sejak lahir dan dikembangkan melalui pendidikan
yang teratur dan pengalaman yang memungkinkan untuk mengembangkan
lebih lanjut bakat-bakat yang memang telah dimiliknya itu.
D. Fungsi dan Tugas Pemimpin
Buku Panduan Materi MAKESTA IPNU & IPPNU Kabupaten Kudus
5. Kepemimpinan Tradisional
Kepemimpinan ini didasarkan pada tradisi, misalnya seorang raja diangkat
karena keturunan atau berasal dari dinasti tertentu.
H. Penutup
Demikianlah materi yang dapat kami susun, semoga dapat bermanfaat dan
menjadi dasar kajian yang dapat dikembangkan dengan bahan lain yang lebih
lengkap. Kami hanya berpesan “Selama mengabdi di masyarakat utamakan
akhlaqul karimah, jaga nama baik almamater”.
Buku Panduan Materi MAKESTA IPNU & IPPNU Kabupaten Kudus
ALBUM LAGU
DI MANA-MANA
Kau harapan NU
NOSTALGIA MAKESTA Masa depan di tanganmu
Untuk meneruskan perjuangan
Telah tiba saat berpisah
Pisah hanya dilahirnya Bersemilah bersemilah
Di hati kita tetaplah satu Tunas-tunas NU
Karna IPNU-IPPNU satu
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
………………………………………...
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
………………………………………...
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
……………………………………………………