Anda di halaman 1dari 53

Buku Panduan Materi MAKESTA IPNU & IPPNU Kabupaten Kudus

Materi : Dasar Ke-Islam-an


1. Penjelasan tentang definisi Islam
Dari akar katanya dalam bahasa Arab, Islam mempunyai arti-arti berikut:
ketundukan, penyerahan diri, keselamatan, kedamaian, kesejahteraan. Ber-Islam,
dengan begitu, berarti menundukkan dan menyerahkan diri sepenuh-penuhnya,
secara mutlak, kepada Allah swt untuk diatur sesuai dengan kehendak-Nya. Dan
kehendak-kehendak Allah SWT itu tertuang secara utuh dalam agama yang Ia
turunkan kepada umat manusia, sebagai petunjuk abadi dalam menjalani kehidupan
mereka di muka bumi, melalui perantara seorang Rasul, Muhammad SAW, yang
kemudian Ia beri nama “Islam.”
Asas ketundukan dan penyerahan diri itu adalah pengakuan yang tulus dari lubuk
hati bahwa kita dan seluruh alam semesta adalah ciptaan Allah SWT. Karena itu
Allah SWT berhak mengatur segenap ciptaan-Nya sesuai dengan kehendak-Nya.
Selanjutnya Allah SWT menjelaskan kehendak-kehendak-Nya dalam dua bentuk:
Pertama, kehendak Allah swt yang bersifat pasti, mutlak dan mengikat seluruh
ciptaan-Nya, baik manusia maupun alam. Inilah yang kemudian kita sebut dengan
“Sunnah Kauniyah.” Dalam pengertian ini, maka seluruh makhluk di jagad ini telah
menyatakan ketundukan dan penyerahan dirinya (ber-Islam) kepada Allah SWT.
Perhatikan firman Allah swt berikut ini :
“Apakah kamu tiada mengetahui, bahwa kepada Allah bersujud apa yang ada di
langit, di bumi, matahari, bulan, bintang-bintang, pohon-pohon, binatang-binatang
melata dan sebagian besar dari pada manusia? Dan banyak diantara manusia yang
telah ditetapkan azab atasnya. Dan barangsiapa yang dihinakan Allah maka tidak
seorang pun yang memuliakannya. Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Dia
kehendaki.” (QS: 22: 18),
Buku Panduan Materi MAKESTA IPNU & IPPNU Kabupaten Kudus

Kedua, kehendak Allah SWT yang bersifat pilihan, berupa aturan-aturan dan pranata
sistim bagi kehidupan manusia. Inilah yang kemudian kita sebut “Syariat atau
Agama.” Inilah yang dimaksud Allah swt dalam firman-Nya :
“Kemudian kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan
(agama) itu, maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-
orang yang tidak mengetahui.” (QS: 45:18)
Manusia dan alam tidak bisa melepaskan diri dari kodrat sebagai ciptaan. Karena itu
setiap penolakan terhadap kehendak-kehendak Allah SWT, baik yang “kauniyah”
maupun yang “syar’iyah”, selalu berarti pembangkangan terhadap Sang Pencipta,
penyimpangan dari garis kebenaran, isolasi dan benturan dengan alam. Ujung dari
pembangkangan itu adalah bahwa manusia selamanya akan tertolak oleh Allah, alam
semesta dan disharmoni dalam hubungan antar sesama manusia. Simaklah
bagaimana Allah menolak mereka:
“Barangsiapa mencari agama selain Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima
(agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (QS:
3: 85)

2. Berikan penjelasan tentang karakteristik Islam


Sebagai sebuah sistem, Islam mempunyai karakteristik yang membedakannya
dengan sistim-sistim yang lain. Karakteristik adalah ciri-ciri umum yang menjadi
bingkai dari keseluruhan ajaran Islam. Cara pandang Islam terhadap berbagai
permasalahan eksistensial seperti Tuhan, alam, manusia dan kehidupan, serta
interpretasinya terhadap berbagai peristiwa selamanya akan berada dalam bingkai
ciri-ciri umum tersebut. Karakteristik ini pula yang kemudian menjadi letak
Buku Panduan Materi MAKESTA IPNU & IPPNU Kabupaten Kudus

keunggulan Islam terhadap sistim-sistim lainnya. Ciri-ciri umum tersebut adalah


rabbaniyah, syumuliyah, insaniyah, tsabat, tawazun, waqi’iyyah, ijabiyyah.
Rabbaniyyah
Rabbaniyyah adalah nisbat kepada kata Rabb yang berarti Tuhan. Artinya Islam ini
adalah agama atau jalan hidup yang bersumber dari Tuhan. Ia bukan kreasi
manusia,juga bukan kreasi nabi yang membawanya. Maka Islam adalah jalan Tuhan.
Tugas para nabi adalah menerima, memahami dan menyampaikan ajaran itu kepada
umat manusia :
“Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika
tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan
amanat-Nya.” (QS: 5: 67)
Syumuliyyah
Artinya ajaran ini mencakup seluruh dimensi kehidupan manusia; dari pribadi,
keluarga, masyarakat hingga negara; dari sosial, ekonomi, politik, hukum, keamanan,
lingkungan, pendidikan hingga kebudayaan; dari etnis Arab ke Parsi hingga seluruh
etnis manusia, dari kepercayaan, sistim hingga akhlak; dari Adam hingga manusia
terakhir; dari sejak kita bangun tidur hingga kita tidur kembali; dari kehidupan dunia
hingga kehidupan akhirat. Jadi kecakupan Islam dapat kita lihat dari beberapa
dimensi; yaitu dimensi waktu, dimensi demografis, dimensi geografis dan dimensi
kehidupan.
Yang dimaksud dengan dimensi waktu adalah bahwa Islam telah diturunkan Allah
swt sejak Nabi Adam hingga mata rantai kenabian ditutup pada masa Rasulullah
Muhammad saw. Dan Islam bukan agama yang hanya diturunkan untuk masa hidup
Rasulullah saw, tapi untuk masa hidup seluruh umat manusia di muka bumi :
Buku Panduan Materi MAKESTA IPNU & IPPNU Kabupaten Kudus

“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rosul, sungguh telah berlalu
sebelumnya beberapa rosul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke
belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun;
dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur. (QS: 3: 144)
Yang dimaksud dengan dimensi demografis adalah bahwa Islam diturunkan untuk
seluruh umat manusia dengan seluruh etnisnya, dan bahwa mereka semua sama di
mata Allah swt sebagai ciptaan-Nya dan dibedakan satu sama lain karena asas
ketakwaan :
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di
antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS: 49: 13)
“Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada seluruh umat manusia
seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS: 34: 28)
Yang dimaksud dengan dimensi geografis adalah bahwa ajaran Islam diturunkan
untuk diterapkan di seluruh penjuru bumi. Maka Islam tidak dapat diidentikkan
dengan kawasan Arab (Arabisme), karena itu hanya tempat lahirnya. Islam tidak
mengenal sekat-sekat tanah air, sama seperti ia tidak mengenal batasan-batasan etnis.
“Ingatlah ketika Tuhamu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku
hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa
engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang membuat kerusakan
padanya dan menumpahkan darah, padahal kami, senantiasa bertasbih dengan
Buku Panduan Materi MAKESTA IPNU & IPPNU Kabupaten Kudus

memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman; ”Sesungguhnya Aku


mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS: 2: 30)
“Al-Qur’an itu tiada lain hanyalah peringatan bagi semesta alam, (yaitu) Bagi siapa
di antara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus”. (QS: 81: 27-28)
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
semesta alam”. (QS: 21: 107)
Yang dimaksud dengan dimensi kehidupan adalah bahwa Islam membawa ajaran-
ajaran yang terkait dengan seluruh dimensi kehidupan manusia; sosial, ekonomi,
politik, hukum, keamanan, pendidikan, lingkungan dan kebudayaan. Itulah sebabnya
Allah swt menyuruh berislam secara kaffah, atau berislam dalam semua dimensi
kehidupan kita.
”Hai orang-orang yang berirman masuklah kamu ke dalam Islam secara
keseluruhannya, dan jangankah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan.
Sesungguhnya Syetan itu adalah musuh yang nyata bagimu.” (QS: 2: 208)
Ini pula yang dimaksud Allah SWT bahwa Ia telah menyempurnakan agama ini dan
karena itu meridhoinya sebagai agama terbaik bagi umat manusia :
“Hari ini telah Ku-sempurnakan bagimu agamamu, dan Ku-sempurnakan nikmat-Ku
terhadapmu, dan Kuridhai Islam sebagai agamamu.” (QS: 5: 3)
Insaniyyah
Artinya bahwa ajaran Islam mendudukan manusia pada posisi kunci dalam struktur
kehidupan ini. Manusia adalah pelaku yang diberi tanggungjawab dan wewenang
untuk mengimplementasikan kehendak Allah swt dimuka bumi (khalifah). Maka
Allah swt memberi penghormatan tertinggi kepada manusia dalam firman-Nya :
“Dan sesunguhnya kami telah muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di
daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami
Buku Panduan Materi MAKESTA IPNU & IPPNU Kabupaten Kudus

lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang
telah Kami ciptakan.” (QS: 17: 70)
Hak asasi manusia – dalam semua bentuknya – merupakan bagian paling inheren
dalam keseluruhan ajaran-ajaran Islam. Hak-hak asasi itu merupakan seperangkat
kondisi dan wilayah kewenangan yang mutlak dibutuhkan manusia untuk
menjalankan misinya dalam kehidupan ini. “Sejak kapan kamu memperbudak
manusia, padahal ibu-ibu mereka telah melahirkan mereka dalam keadaan bebas?”,
kata Umar Bin Khattab kepada ‘Amru Bin ‘Ash saat puteranya menampar wajah
seorang warga Qibthy (Kristen).
Tsabat dan Tathawwur
Tsabat artinya permanen, sedang Tathawwur artinya pertumbuhan. Ciri permanensi
adalah turunan dari ciri Rabbaniyyah. Maksudnya adalah bahwa Islam membawa
ajaran yang berisi hakikat-hakikat besar yang bersifat tetap dan permanen dan tidak
akan pernah berubah dalam semua ruang dan waktu. Hakikat-hakikat itu melampaui
batas-batas ruang dan waktu serta bersifat abadi.
“Andai kata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan
bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya Kami telah mendatangkan
kepada mereka kebanggaan tetapi mereka berpaling dari kebanggaan itu. (QS: 23:
71)
Tawazun
Artinya keseimbangan. Ajaran-ajaran Islam seluruhnya seimbang dan memberi porsi
kepada seluruh aspek kehidupan manusia secara proporsional. Tidak ada yang
berlebihan atau kekurangan, tidak ada perhatian yang ekstrim terhadap satu aspek
dengan mengorbankan aspek yang lain. Karena semua aspek itu adalah satu kesatuan
dan menjalankan fungsi yang sama dalam struktur kehidupan manusia. Ada
Buku Panduan Materi MAKESTA IPNU & IPPNU Kabupaten Kudus

keseimbangan antara bagian-bagian yang bersifat fisik (zahir) dan metafisik (gaib)
dalam keimanan.
“Dan segala sesuatunya Kami ciptakan dengan kadarnya masing-masing.” (QS
54:49)
“Engkau takkan penah menemukan pada ciptaan Allah Yang Maha Pengasih
sesuatu yang tidak seimbang.” (QS: 67: 3).
Waqi’iyyah
Artinya realisme. Islam diturunkan untuk berinteraksi dengan realitas-realitas
obyektif yang nyata-nyata ada sebagaimana ia adanya. Selain itu ajaran-ajarannya
didesign sedemikian rupa yang memungkinkannya diterapkan secara nyata dalam
kehidupan manusia. Ia bukan nilai-nilai ideal yang enak dibaca tapi tidak dapat
diterapkan. Ia merupakan idealisme yang realistis, tapi juga realisme yang idealis.
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya….”.(QS: 2: 286.)
Ijabiyyah
Artinya sikap positif dalam menjalani kehidupan sebagai lawan dari pesimisme dan
fatalisme. Keimanan bukanlah sesuatu yang beku dan kering yang tidak sanggup
menggerakkan manusia. Keimanan adalah sumber tenaga jiwa yang mendorong
manusia untuk merealisasikan kebaikan dan kehendak Allah dalam kehidupan ril.
Islam memandang bahwa keimanan yang tidak dapat mendorong manusia untuk
bekerja mengeksplorasi potensi alam dan potensi dirinya untuk menciptakan
kehidupan yang lebih baik, adalah keimanan yang negatif dan fatal.
Itulah sebabnya Islam memberi penghargaan besar kepada kerja sebagai bukti sikap
positif dan dinamika dalam mengelola kehidupannya. Allah swt berfirman:
“Katakanlah: “Bekerjalah kamu! Nanti Allah akan menyaksikan pekerjaanmu bersama Rasul-Nya
dan orang-orang yang beriman.” (QS: 9:105 ).
Buku Panduan Materi MAKESTA IPNU & IPPNU Kabupaten Kudus

AHLUSSUNAH WAL JAMA’AH


A. PENDAHULUAN
Bagaikan gadis cantik yang menawan, ASWAJA sering menjadi rebutan dari
berbagai faham yang menganggap dirinya yang paling benar dan sesuai dengan ajaran
Al-Qur’an dan Hadis, dan golongan merekalah yang nantinya masuk surga dan yang
lainnya masuk neraka. (dari pandangan riwayat Ibnu majah dari sahabat Mu’awiyah
tentang perbedaan kelompok (firqoh) 73 golongan).
Didalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD&ART) Muktamar NU
ke 27 di Situbondo disebutkan bahwa landasan berfikir, bersikap dan bertindak warga
NU adalah faham ASWAJA yang diterapkan didalam kondisi kemasyarakatan Indonesia
dan landasan tersebut kita sebut dengan Khittoh 1926.
Oleh karena itu Khittoh tersebut adalah Islam Ala Ahlussunah Wal Jama’ah
(ASWAJA) maka segenap keluarga NU harus tahu dan faham tentang apa Aswaja itu?
agar supaya jangan sampai warga kita itu dikacaukan pengertiannya dalam faham yang
lain yang jumlahnya sangat banyak, dan sebagai generasi termuda NU maka IPNU-
IPPNU pun harus tahu dan faham tentang Aswaja.

B. PENGERTIAN DAN DASAR HUKUM ASWAJA


1. Pengertian Aswaja
Menurut K.H. Syaifuddin Zuhri pengertian Aswaja adalah segolongan pengikut
sunah Nabi Muhammad SAW yang didalam melaksanakan ajaran-ajaran beliau
berjalan diatas garis yang dipraktekkan oleh Nabi dan para Sahabat.
Adapun penggunaan istilah Aswaja didalam riwayat Ibnu Majah dari
Mu’awiyyah R.A. dari Rasulullah SAW bersabda :
‫اِفِتِِرقِتِ الِيِهِ ِودِِعِلىِ اِحِدِى ِوسِبِعِيِ فِِرقِةِ ِوافِتِِرقِتِ النِصِ ِارى عِلىِ اثِنِتِيِ ِوسِبِعِيِ فِِرقِ ِة‬
ِ‫ِواِنِ هِذِهِ الِمِةِ سِ تِفِ ِتقِ عِلِى ثِلِثِ ِوسِبِعِ يِ فِِرقِةِ اِثِناِنِ ِوسِبِعِ ِونِ فِ ِالنارِ ِوِواحِدِةِ ف‬
ِ‫الِنِةِ قاِلِِوا ياِ ِرسِ ِولِ للاِ ماِ هِذِهِ الِِواحِدِةِ قاِلِ ماِ اِناِ عِ لِيِهِ الِيِ ِومِ وِِاِصِحِاب‬
Artinya : “Telah pecah ummat Yahudi menjadi 71 golongan, dan telah pecah ummat
Nasroni 72 golongan, dan ummatku akan pecah menjadi 73 golongan yang
72 golongan masuk neraka dan hanya 1 (satu) yang masuk surga (yang
selamat hanya satu) lalu para sahabat bertanya : siapakah yang selamat itu
… ? Nabi menjawab : apa yang hari ini aku kerjakan dan para sahabatku.”
Buku Panduan Materi MAKESTA IPNU & IPPNU Kabupaten Kudus

Didalam hadis lain dalam kitab Al-Milal Wan Nihal karangan Syaikh Ahmad
Abdul Karim juz 1 hal 13 Nabi Bersabda :

‫ ِالناجِيِةِ مِنِهِا ِواحِدِةِ والِبِاقِ ِونِ هِ لِكِى قِيِ ِل‬,ِ‫سِ تِفِ ِتقِ اِمِتِ عِلِى ثِلِثِ ِوسِ بِعِيِ فِِرقِة‬
ِ‫ِومِنِ النِاجِيِةِِ؟ قِالِ اِهِلِ السِنِةِ وِِالِمِاعِةِ قِيِلِ ِومِنِ اِهِلِ السِنِةِ ِوالِمِاعِةِ؟ قِالِ مِا اِنا‬
ِ (‫عِلِيِهِ الِيِ ِومِ وِِاِصِحِابِ ) رواه ابن ماجه‬
Artinya : “Umatku akan pecah menjadi 73 golongan yang selamat hanya satu firqoh
sedang yang lainnya binasa. Nabi ditanya : Siapakah yang selamat itu… ?
Nabi menjawab : Ahlussunah Wal Jama’ah, Nabi ditanya lagi : Siapakah
Ahlussunah Wal Jama’ah itu … ? Nabi menjawab : Apa yang aku dan
sahabatku pegang”. (HR. Ibnu Majah)

2. Dasar Hukum Aswaja


Ahlussunah Wal Jama’ah (ASWAJA) didalam mengambil hukum menggunakan
dasar Al-qur’an dan AL-Hadis disamping itu juga menggunakan Ijma’Qiyas.
1. Al-Qur’an adalah merupakan dasar hukum yang paling kuat di dalam Islam
sebelum tiga dasar yang lain (Surat An-Nisa’:105)
‫انا أنزلنا إليك الكتاب بالحق لتحكم بين الناس بما اراك هللا‬
Artinya : “Sesungguhnya kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan
membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan
apa yang telah Allah wahyukan kepada.(Q.S. An-Nisa : 105)

2. Al-Hadis adalah dasar hukum kedua setelah Al-Qur’an, bila didalam AL-qur’an
tidak secara tegas disebutkan maka hadis yang menjelaskan. Contoh: dalam AL-
Qur’an disebutkan kewajiban sholat dan mengeluarkan zakat, namun jumlah
rekaat dan kewajiban pengeluaran zakat berapa nishobnya tidak dijelaskan secara
detail maka hadist Nabi yang menjelaskan tentang penjabaran tersebut.
3. Ijma’ (kesepakatan para ulama) ketika dicari dari AL-qur’an dan Al-Hadis tentang
hukum ternyata tidak ada, maka kita dapat menggunakan dasar hukum yang
ketiga yaitu Ijma’. Contoh : pada zaman Khalifah Utsman tentang penambahan
Adzan Tsani (adzan kedua) yang dikumandangkan sebelum melakukan sholat
Jum’at Qobliyatul Jum’ah, oleh karena kesepakatan para sehabat pada waktu itu
dan kebijakan Khalifah Utsman serta diikuti oleh sahabat lain dan tidak ada yang
menentangnya maka dilaksanakanlah Ijma tersebut (Ijma’ Shohabi).
Buku Panduan Materi MAKESTA IPNU & IPPNU Kabupaten Kudus

4. Qiyas (menyamakan hukum sesuatu masalah yang belum diketahui hukumnya


dan masalah lain yang sudah diketahui, karena ada kesamaan illat yang mendasar
penentuan hukum) contoh : menqiyaskan tuak dengan khomer karena tuak itu
haram seperti hukumnya khomer, penentuan hukum tersebut didasarkan pada
Q.S. An-Nisa’ ayat 59.
‫يايهاالذين امنوا اطيعوا هللا واطيعوا الرسول واولى االمرمنكم ج فان تنازعتم في شيء‬
)59 : ‫ (النساء‬. ‫فردوه الى هللا والرسول ان كنتم تؤمنو ن باهلل واليوم االخر‬
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman taatlah kamu kepada Allah dan Rasulnya
dan Ulil Amri diantara kami, jika kamu berlainan pendapat tentang
sesuatu maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-qur’an) dan rasulnya
(Assunah) jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan Hari
Qiyamat."

C. ASWAJA DILIHAT DARI ASPEK PARA PENGIKUTNYA


Adapun ciri-ciri pengikut Aswaja (“alamat Ahlussunah Wal Jama’ah “) antara lain :
1. Sholat 5 waktu dengan berjama’ah.
2. Tidak menilai salah satu sahabat dengan penilaian negatif.
3. Tidak memberontak pemerintahan yang sah.
4. Tidak ragu keimanannya (iman yang mantap).
5. Beriman kepada qodlo’ dan qodar yang baik maupun yang buruk dari Allah SWT.
6. Tidak menentang ketentuan agama Allah.
7. Tidak mengkufurkan orang islam.
8. Tidak meninggalkan sholat atas orang yang mati dalam keadaan Islam.
9. Membasuh khuffain (semacam sepatu) pada waktu wudlu sebagai pengganti
membasuh kaki pada waktu bepergian.
10. Mau melakukan sholat berjama’ah dibelakang imam yang baik.

D. GOLONGAN YANG TIDAK TERMASUK ASWAJA


1. Golongan Mu’tazilah.
Didirikan oleh Wasil Bin Atto’ mereka berpendapat :
a. Allah tidak mempunyai sifat.
b. Manusia itu dapat menciptakan amal perbuatan.
c. Ukuran baik buruk ditentukan oleh akal.
d. Allah wajib memberi pahala orang yang taat.
e. Syafa’at nabi itu tidak ada.
Buku Panduan Materi MAKESTA IPNU & IPPNU Kabupaten Kudus

2. Golongan Syi’ah
Adalah golongan yang mengkultuskan / mendewa-dewakan S. Ali Bin Abi
Thalib. Golongan Syi’ah didirikan oleh Abdulah Bin Saba’.
Mereka berpendapat :
a. S. Ali Bin Abi Thalib adalah Tuhan / rasul.
b. Kawin kontrak itu diperbolehkan.
c. Para nabi & para pemimpin adalah ma”shum.
d. S. Abu Bakar, Umar Bin Khotob, Utsman Bin Affan telah merebut dan merampas
hak kholifah yang semestinya dipegang S. Ali Bin Abi Thalib.
3. Golongan Khowarij
Adalah golongan yang sangat membenci S. Ali Bin Abi Thalib. Golongan
khowarij didirikan oleh Nafi’ bin Arzaq mereka mengajarkan beberapa faham diantara
ajarannya adalah :
a. Semua dosa adalah besar dan orang yang berdosa besar adalah kafir.
b. Semua orang yang tidak mengikuti ajarannya dianggap kafir.
c. Menghilangkan hukum rajam bagi orang yang berzina.
d. Mengkufurkan S. Ali Bin Abi Thalib, S. Tholhah, S. Zubair, Siti Aisyah, S. Abdullah
bin Abbas dll.
e. Mengingkari S. Yusuf dan Al-Qur’an.
4. Golongan Murji’ah
Didirikan oleh : Jahm bin Sofwan. Mereka mengajarkan dengan ajaran :
a. Rukun iman itu hanya dua yakni mengenal Allah dan Rasulnya.
b. Orang yang sudah mengenal Allah dan rasulnya maka berbuat maksiat atau dosa
itu tidak dilarang.
5. Golongan Najjariyah
Didirikan oleh Muhammad Bin Husain An – Najjar diantara ajarannya adalah :
a. Allah tidak mempunyai sifat.
b. Orang yang berbuat dosa itu masuk neraka. Karena syafa’at dan ampunan Allah
itu tidak ada.
6. Golongan Jabbariyah
Didirikan oleh Lahalut Al-“Asham dan Jhem bin Sofwan. Diantara ajarannya
adalah :
a. Tidak ada gunanya ikhtiar bagi mahluq segalanya tergantung kepada Allah SWT.
b. Manusia tidak mempunyai daya untuk mencipta baik/buruk.
c. Iman cukup didalam hati dan tidak usah diikhtiarkan dengan lesan (ucapan)
7. Golongan Musabbihah / Mujasimah.
Buku Panduan Materi MAKESTA IPNU & IPPNU Kabupaten Kudus

Adalah golongan yang menyamakan Allah dengan mahluq, didirikan oleh Ibnu
Taimiyyah diantara ajarannya adalah :
a. Allah mempunyai tangan, kaki, hidung, mata dll seperti halnya mahluq.
b. Allah itu bertempat dilangit.
Oleh karena itu jika kita uraikan hal diatas apabila kita hubungkan dengan hadis
Nabi SAW. bahwa golonganku akan pecah menjadi 73 golongan (firqoh) dengan
perincian sbb :
1. Golongan Mu’tazilah 20 Firqoh.
2. Golongan Syi’ah 22 Firqoh.
3. Golongan Khowarij 20 Firqoh.
4. Golongan Murji’ah 5 Firqoh.
5. Golongan Najjariyah 3 Firqoh.
6. Golongan Musabbihah / Mujassimah 1 Firqoh.
7. Golongan Jabbariyah 1 Firqoh.
8. Golongan Ahlussunah Wal Jama’ah 1 Firqoh
Jumlah 73 Firqoh
E. ASWAJA PERSPEKTIF HISTORIS
Dilihat dari Prinsip dan Sikap penganut Aswaja
1. Masa Rasulullah
Pada masa itu umat Islam adalah ummat yang satu dan tidak ada perselisihan
dalam aqidah dan amalan. Hal ini karena masih adanya wahyu (Al-Qur’an) dan Nabi
masih ada sebagai sumber hukum langsung dapat ditanyakan kepada Beliau.
2. Masa Khulafaur Rosyidin
Ketika Rasulullah wafat hari Senin 13 R. Awwal 11 H / 632 M, maka kosonglah
kepemimpinan umat Islam. Maka diadakan musyawarah untuk mufakat (sikap
tawasut, tawazun dan tasamuh) karena dari masing-masing golongan mengusulkan
calon pemimpin mereka seperti dari golongan Anshor: Sa’ad bin Ubadah dari
golongan Muhajirin : Abu Bakar Ash-Shidiq, dan dari golongan Bani Hasyim : Ali Bin
Abi Thalib. Dan setelah terjadi perdebatan yang sangat panjang hingga akhirnya
terjadi kesepakatan S. Abu Bakar Ash-Shidiq menjadi Khalifah yang pertama dan
dibaiat pada tanggal 13 Ra. Awwal 11 H / 632 M. Inilah awal perselisihan diantara
para sahabat, tapi perselisihan zaman kholifah Abu Bakar hanya bersifat untuk
membela orang-orang kaya dan kelompok. Seperti para nabi Palsu dan orang –orang
yang tidak mau membayar zakat. Orang-orang tersebut adalah :
A. Musailamah Al – Khadzab dari Bani Hanifah.
B. Thulaihah Ibnu Khuwalaid dari Bani As’ad.
Buku Panduan Materi MAKESTA IPNU & IPPNU Kabupaten Kudus

C. Aswad Al – Ansi dari Yaman.


D. Saj’ah Tamimiyah dari Tamim.
Setelah menjadi khalifah 2 tahun 3 bulan, maka wafatlah S. Abu Bakar dalam
usia 63 tahun. Kemudian diangkatlah S. Umar Bin Khottob sebagai kholifah kedua
pada tahun 13 H / 634 M, pada masa ini tidak nampak peselisihan dan perpecahan
kecuali perselisihan dari orang-orang yang tidak diakui kebenarannya karena tidak
berstandart dalil-dalil yang Shohih.
Sehingga pemerintahan S. Umar yang hanya 10 tahun 6 bulan 4 hari mampu
memperluas Islam sampai daerah Syiria, Palestina, Irak, Persia & Mesir.
Ketika S. Umar sakit dan mendekati ajalnya (akibat tusukan Abu Lu’lu’ah 6 kali)
beliau menunjuk S. Utsman bin Affan , S. Ali bin Abi Tholib, S. Zubair bin Awwam , S.
Sa’ad bin Abi Waqos, S. Abdur Rohman bin Auf dan S. Tolhah bin Ubaidillah untuk
bermusyawarah memilih kholifah ketiga dan terpilih S. Utsman bin Affan menjadi
khalifah pada tahun 23 H / 644 menggantikan S. Umar (meninggal usia 63 tahun).
Pada masa ini mulai bermunculan perbedaan pendapat karena sistem
pemerintahan menggunakan sistem famili, walaupun masih tetap mempertimbangkan
kemampuan dan skill serta profesionalisme baik dalam kemampuan bidang agama
maupun pemerintahan. Pada tahun 35 H/ 656 M S. Utsman meninggal akibat
perpecahan umat Islam dan akibat dari orang-orang yang tidak menyukai sistem yang
beliau terapkan.
Setelah S. Utsman Wafat dalam usia 72 tahun dan menjadi kholifah selama 12
tahun, maka terjadilah kekacauan di Madinah selama 5 hari, kemudian S. Abdullah
bin Saba’ (pemimpin Mesir) menunjuk S. Ali bin Ali Tholib sebagai kholifah keempat
oleh karena itu pada tanggal 23 juni 656 M / 35 H, S. Ali bin Abi Thallib disumpah
menjadi kholifah menggantikan Utsman, pada masa ini umat Islam pecah menjadi 3
golongan :
a. Golongan yang mendukung dan mengasihi S. Ali bin abi Thalib : SYI’AH.
b. Golongan yang merusak dan membantai S. Ali bin Abi Thalib : KHOWARIJ
c. Golongan acuh / apriori terhadap S. Ali bin Abi Thalib.
Dari kelompok yang mendukung S. Ali pecah menjadi dua golongan.
a. Golongan yang menuntut agar Ali menindak pembunuh Utsman.
b. Golongan yang menuntut agar menenangkan keadaan setelah keadaan tenang
baru menindak pembunuh Utsman.
Perselisihan yang tidak dapat dicari titik temu akhirnya menjadi peperangan
antara pendukung S. Ali dengan pendukung Utsman yang dipimpin S. Mu’awiyyah bin
abi Sofyan yang berakhir pengakuan S. Mu’awiyyah sebagai pengganti S. Ali bin Abi
Thalib.
Buku Panduan Materi MAKESTA IPNU & IPPNU Kabupaten Kudus

S. Ali bin Abi Thalib memerintah selama 4 tahun 9 bulan, banyak umat Islam
menjadi pecah beberapa golongan, hal ini disebabkan karena faktor semakin
banyaknya umat Islam yang sampai kepenjuru dunia dan semakin banyaknya
pemahaman didalam mengartikan / mentafsir kan Al-qur’an dan Hadist Nabi.
3. Masa Tabi’in
Setelah terjadi perpecahan yang banyak dianara beberapa golongan yang dinilai
oleh sekelomok orang banyak menyimpang maka timbul golongan yang mengaku ada
beberapa kebenaran. 1. Golongan Mu’tazilah dan 2. Golongan Jabbariyah.
Pada masa itu muncul reaksi terhadap ajaran Mu’tazilah dan Jabbariyah yaitu
semenjak Imam Al-Asy’ari memisahkan diri dari ajaran Al-Juba’i (guru sekaligus ayah
tiri) seorang guru besar Mu’tazilah yang mengajarkan bahwa manusia itu mempunyai
kekuatan dari dalam dirinya, Allah hanya berbuat baik dan bagus dll.
Pemikiran baru yang dikemukakan oleh Imam Al-Asy’ari yang kemudian
disempurnakan Imam Al-Maturidi dan inilah yang kemudian menjadi pijakan para
pengikutnya hingga kini yang disebut dengan ASWAJA.
Pendapat-pendapat imam Mujtahid inilah yang menjadi rumusan kalau dalam
bidang :
a. Fiqih mengikuti salah satu madzab 4 (empat)
b. Tauhid mengikuti salah satu Imam Al-Asy’ari dan Al-Maturidi.
c. Tasawwuf mengikuti rumusan imam Al-Junaidi.
4. Akhir Abad ke 7 H
Pada tahun 671 lahir seorang tokoh bernama Ibnu Taimiyyah yang mengajarkan
pendapat-pendapat yang menyimpang diantaranya :
a. Ziarah ke Makam Nabi adalah Ma’siyat.
b. Menyatakan talak / cerai sekaligus tiga kali tidak jadi talak tiga.
Ibn Taimiyyah akhirnya dipenjara dan meninggal dipenjara tahun 728 M, namun
ajarannya secara diam-diam diajarkan oleh para pengikutnya.
5. Pertengahan Abad 12 H
Pada tahun 111 M lahir seorang tokoh Wahabby yaitu Muhammad bin Abdul
Wahab. Dia menganut ajaran Ibnu Taimiyah bahkan ditambah dengan pendapat-
pendapatnya sendiri antara lain :
a. Menetapkan anggota tubuh bagi Allah.
b. Allah berada pada ruang dan gerak.
c. Tidak boleh ta’qid kepada madzab 4.
d. Mengharamkan tawasul dan mengharamkan ziarah kubur.
6. Masa Wali Songo (Abad 14 – 16)
Pada Tahun 1404 M datang seorang Ulama bernama Syekh Maulana Malik
Ibrohim / Syekh Maghribi yang berasal dari Turki (riwayat lain dari Gujarat)
Buku Panduan Materi MAKESTA IPNU & IPPNU Kabupaten Kudus

menyebarkan Islam ditanah Jawa tepatnya di Gresik. Setelah mempunyai pengikut


cukup banyak beliau mendirikan pondok pesantren dan masjid.
Konon kabarnya beliau mendapat bantuan dari raja cermain dalam membangun
dan mendirikan Pon.Pes di Gresik. S. Maulana Malik Ibrohim (S. Gresik) itu tidak
hanya ahli dalam bidang agama saja, beliau juga ahli dalam bidang perekonomian. Ini
terbukti peningkatan ekonomi pertanian sangat maju di Gresik.
Pada tahun 1401 M lahir seorang putra bernama R. Rahmatullah (Sunan Ampel)
di negeri Cempa.
Salah satu ajarannya yang terkenal adalah Falsafah “ MOLIMO “ yaitu :
1. Emoh main (tidak mau judi)
2. Emoh ngumbe (tidak mau minum yang memabukkan)
3. Emoh madat (tidak mau minum/menghisap candu/narkoba) (Q.S. Al-Maidah 90)
‫يا أيهاالذين أمنوا انمالخمر والميسر والنصاب واالزالم رس من عمل الشيطان فاجتنبوه لعلكم‬
.‫تفلحون‬
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman sesungguhnya minuman keras, judi
berhala, dan undian-undian itu semua keji dan perbuatan syaitan, maka
jauhilah olehmu, supaya kamu beruntung. (S.Q. Al-Maidah 90)
4. Emoh maling

Artinya : “ Jika umatku tidak berbuat korupsi, maka tidak ada musuh yang dapat
mengalahkan untuk selamanya. (H.R. Ath- Thabrani)
5. Emoh madon
‫التقربوا الزنا انه كانا فاحشة وسأ سبيال‬

Artinya : “ Dan janganlah kamu mendekati Zina, sesungguhnya zina itu adalah
suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk “.
Dari sejarah walisongo tiga yang terkenal dengan sebutan orang yang keras
didalam mengambil hukum dan tidak mau kompromi dengan adat istiadat, animisme
dan dinamisme beliau adalah : S. Ampel, Derajat dan Giri.
Sedangkan sunan Bonang, Kalijaga, Gunung Jati, Kudus, dan Muria didalam
menyiarkan agama Islam masih menerima adat setempat, tapi berusaha mengikis
adat istiadat yang bertentangan dengan agama Islam sementara adat yang sulit
dihilangkan sementara dibiarkan agar tidak terjadi usaha kekerasan didalam
penyebaran Islam.
Buku Panduan Materi MAKESTA IPNU & IPPNU Kabupaten Kudus

Secara singkat peranan Wali Songo didalam menyebarkan agama Islam di


Indonesia itu sangat toleran terhadap perbedaan pandang (tasamuh) asal tidak
menyimpang dari koridor islam itu sendiri.
Adapun ajaran walisongo yang sampai sekarang diantaranya adalah :
1. Tahlil mulai 3 hari, 7, 40, 100, mendak I, II, III dan 1000 hari.
2. Ziarah kubur (S. Giri ziarah pada makam ibunya Puri Sekar dadu di Blabangan)
3. Mengadakan Peringatan Hari Besar Islam dengan berbagai acara (S.Kalijogo
mengadakan Gong Sekaten dan Grebeg maulud pada malam 12 Robi'ul Awwal)
4. Tarawih 20 rekaat.
5. Adzan jum’ah 2 kali.
6. Sholat shubuh memakai qunut.
7. Tawassul dan tabarruk dengan berbagai cara.
8. Sedekah sebelum hajatan.
9. Membaca kitab al – barjanji, manaqib dan lain-lain.

F. BEBERAPA AJARAN KEIMANAN ASWAJA


1. Orang yang meyakini dengan hatinya dan menyatakan dengan lesannya (membaca
Syahadatain) dan konsekwen menjalankan ajaran agama, keimanan yang seperti itu
adalah keimanan yang sempurna dan langsung masuk surga.
2. Orang yang meyakini dengan hatinya dan menyatakan dengan lesannya (membaca
syahadatain) belum melaksanakan seluruh ajaran agama dan sering melakukan
dosa besar. Orang seperti ini bisa masuk surga setelah dimasukkan neraka dan
keimanan seperti ini belum sempurna.
3. Orang yang meyakini dengan hatinya, lesannya membaca syahadat, tapi sama sekali
tidak mengamalkan ajaran agama imannya termasuk iman yang ringan.
4. Orang yang meyakini dengan hatinya, tapi belum pernah membaca syahadatain juga
tidak mengamalkan ajaran agama. Iman seperti ini adalah keimanan yang paling
rendah derajatnya.
5. Sifat Allah maha Esa menurut ASWAJA. Allah itu Esa (tunggal) Dzat – Nya, sifat-
sifat-Nya dan Esa dalam perbuatannya.
ِ‫لِ يِلِدِ ِولِ يِ ِولِد‬
6. Allah itu Esa tidak beranak dan diperanakkan.
7. Orang yang hatinya tidak meyakini, tapi membaca syahadatain dan tidak
melaksanakan ajaran agama ia disebut munafiq.
- Didunia kita perlakukan sebagai adanya (menurut pengakuannya)
- Tetapi di Akhirat orang Munafiq termasuk ahli neraka.
Buku Panduan Materi MAKESTA IPNU & IPPNU Kabupaten Kudus

ِ‫اِنِ الِمِناِفِقِيِ فِ الدِِركِ الِسِفِلِ مِنِ النِار‬


Artinya : “Sesungguhnya orang-orang munafiq itu ditempatkan yang paling rendah
dari neraka“.

G. P E N U T U P
Karena zaman semakin akhir, maka gejala-gejala pendangkalan nilai dan norma
agama terutama dalam aspek Aqidah makin tampak, ditambah lagi kecanggihan media
baik elektronik maupun mess media. Oleh karena itu tiada alternatif lain bagi kita
(generasi Muda NU) untuk memperdalam ilmu dibidang Aqidah tersebut agar kita tidak
terbawa kedalam ajaran yang sesat.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan pertolongan kepada kita bersama
didalam langkah dan perjuangan menegakkan agama Islam Ala Ahlussunah Wal
jama’ah. Amin.

Referensi
1. DEPAG RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya, Yayasan Penyelenggara Penterjemah dan
Pentafsir Al-Qur’an, 1971
2. A. Zainuddin, S.Ag dan M Jamhari, S.Ag, Al-Islam Aqidah & Ibadah, CV. Pustaka Setia,
1999
3. Baedlowi Syamsuri, Kisah Walisonggo, Apollo, Surabaya, 1995
4. Syekh Umar Abdul Jabbar, Khulashoh Nurul Yaqin Juz 2 & 3.
5. K.H. M. Sya’roni Ahmadi, Al-Faroidus Saniyah, 1922
6. Syekh Al-‘Allamah K.H. Ali Ma’shum, Hujjah Ahlussunah Wal jama’ah, Yogyakarta
Buku Panduan Materi MAKESTA IPNU & IPPNU Kabupaten Kudus

“ Ke NU an”
A. PENDAHULUAN
Ke-NU-an adalah segala sesuatu yang ada kaitannya dengan NU.Materi ke-NU-an
dimaksudkan sebagai suatu materi yang membahas tentang masalah yang ada
hubungannya dengan Nahdlatul Ulama’.
Baik mengenai pengertiannya, dasar dan tujuannya, sejarah perjuangannya
maupun struktur organisasi.
NU adalah kepanjangan dari Nahdlatul Ulama yang secara harfiah artinya
Kebangkitan Ulama. Pada hakekatnya Nahdlatul Ulama adalah organisasi umat Islam
Indonesia yang berhaluan Ahlussunnah Wal Jama’ah.
Ahlussunnah Wal Jama’ah adalah golongan yang tetap teguh setia mengikuti dan
memegang teguh segala apa yang datang dari Nabi Muhammad Saw baik berupa sabda,
tindakan maupun ketetapan nabi, dan memegang teguh kepada segala yang datang dari
sahabat-sahabatnya.
Ahlussunnah Wal Jama’ah landasan dasar/hukum berpedoman kepada Kitabullah
AL-qur’an, Sunnah Nabi ( Hadis ), Ijma’ dan Qiyas.
Dalam masalah aqidah, Ahlussunnah Wal Jama’ah mengikuti Imam Abul Hasan Al
Asy’ari dan Imam Abu Mansur Al Maturidi, dibidang Fiqh mengikuti salah satu Madzhab
empat yaitu : Imam Hanafi,Imam Maliki, Imam Syafi’i, Imam Hambali, sedang dibidang
tasawuf mengikuti Imam Abul Qosim Al Junaidi dan Imam Ghozali.

B. SEJARAH SINGKAT BERDIRINYA NU


Secara formal NU lahir pada Tanggal 16 Rajab 1344 H bertepatan dengan
Tanggal 31 Januari 1926 M di Surabaya. Namun pada hakekatnya ajaran yang dianut
dan diperjuangkan oleh NU ini telah bersamaan dengan masuknya agama Islam di
Indonesia.
Jika KH. Hasyim Asy’ari dikatakan sebagai pendiri NU, maka KH. Abdul Wahab
Hasbullah adalah sebagai orang yang mewujudkan gerakan tersebut menjadi suatu
organisasi. Sepulang dari belajar di Makkah, KH. Abdul Wahab Hasbullah mendirikan
Nahdlatul Wathon (1916) di Surabaya. Organisasi ini bergerak pada bidang
kepemudaan dan pada tahun 1924 di Surabaya sedang bergejolak perjuangan politik
melawan Belanda, disamping itu disana sini sedang membaranya masalah khilafiyah
dikalangan umat. KH. Abdul Wahab Hasbullah sering terlibat dalam perdebatan sengit
dengan ulama islam yang terkenal pada waktu itu untuk mencapai titik penyelesaiannya.
Buku Panduan Materi MAKESTA IPNU & IPPNU Kabupaten Kudus

Sehubungan dengan pergolakan di Arab Saudi, maka KH. Abdul Wahab


Hasbullah membentuk komite Hijaz yang merupakan delegasi untuk menghadap Raja
Ibnu Sa’ud guna membicarakan masalah tersebut. Komite Hijaz inilah yang mengilhami
berdirinya NU karena pertemuan yang diadakan pada tanggal 16 Rajab 1344 itu
memutuskan dua macam keputusan :
1. Mengirim utusan ulama Indonesia ke Kongres dunia islam dengan memperjuangkan
hukum ibadah berdasarkan madzhab empat.
2. membentuk organisasi (Jam’iyyah) yang akan mengirimkan utusan tersebut atas usul
KH. Alwi Abdul Azis yang diberi nama Jam’iyyah Nahdlatul Ulama.
Adapun nama ulama yang hadir pada waktu itu antara lain :
1. KH. Hasyim Asy’ari : Jombang.
2. KH. Bisyri Samsyuri : Jombang.
3. KH. Ridlwan : Semarang.
4. KH. Abdul Wahab Hasbullah : Surabaya.
5. KH. Nahrowi : Malang.
6. KH. Raden Asnawi : Kudus.
7. KH. Raden Hambali : Kudus.
8. KH. Nawawi : Pasuruan.
9. KH. Kholil : Bangkalan.

C. SEJARAH PERJUANGAN NAHDLATUL ULAMA


1. Pada masa penjajahan Belanda sikap NU adalah tidak mau bekerja sama dengan
Belanda. Untuk menanamkan rasa benci terhadap penjajah, maka para Ulama
mengharamkan sesuatu yang berbau Belanda (Contoh : Pakai Celana, Dasi dll)
2. Meskipun pada zaman Belanda tidak merupakan partai politik akan tetapi lapangan
usahanya yang tidak hanya di bidang sosial keagamaan saja, namun international.
3. Dalam melaksanakan dan mencerdaskan bangsa, sejak berdirinya NU telah
mendirikan Pondok Pesantren, Madrasah yang tersebar luas diseluruh cabang-
cabang di Indonesia.
4. Dalam melaksanakan usahyanya, NU selalu menempuh cara-cara ayang lazim
dalam ajaran Islam yaitu : Musyawarah, Demokrasi.
5. Setiap usaha untuk mempersatukan umat Islam, NU aktif mempelopori acara
tersebut dengan segala upaya untuk terwujudnya ukhuwah Islamiyah.
6. Pada zaman penjajahan Jepang karena gigihnya melawan penjajah, NU termasuk
organisasi yang dibubarkan oleh facisme Jepang.
Buku Panduan Materi MAKESTA IPNU & IPPNU Kabupaten Kudus

7. Menjelang masa Kemerdekaan, NU ikut aktif dalam BPUPKI, bahkan KH.Wahid


Hasyim ikut aktif dalam mempelopori sebagai panitia perumus UUD1945 dan
Pancasila.
8. Setelah proklamasi kemerdekaan, Belanda masih tetap aktif ingin menjajah kembali
bangsa Indonesia, waktu itu Belanda mendaratkan tentaranya di Surabaya dengan
berkedok sekutu maka NU tampil kedepan dengan pandangan Resolusi Jihadnya
pada tanggal 22 Oktober 1945 yang menyatakan Fardlu ‘ain hukumnya jihad
melawan kafir Belanda, sehingga mampu menggerakkan arek-arek Surabaya itu
pada tanggal 10 Nopember 1945 melawan Belanda.
9. Sejak terbentuknya kabinat Syahrir Ketiga ( 1946 ) sampai dengan kabinet
Pembangunan Pertama 1973, NU selalu diberi kepercayaan jabatan sebagai
Menteri – menteri.
10. Ketika terjadi affair Madiun (PKI) 1948, dengan laskar Hizbullah dan dibawah
pimpinan Zaenul Arifin dan Sabilillah dipimpin KH. Masykur turut aktif menumpas
PKI.
11. Sejak tahun 1952 NU menjelma sebagai partai politik dan peranan NU semakin
nyata dalam segala aktifitasnya yang bersifat politis kenegaraan maupun sosial
kemasyarakatan.
12. Pada waktu terjadi G.30 S PKI, NU tampil sebagai pelopor yang pertama untuk
menuntut pada pemerintah/presiden agar PKI dan Banomnya dibubarkan (oktober
1965)
13. Didalam menumpas PKI dan penumbangan ORLA, manunggalnya ABRI bersama
rakyat NU sangat menentukan. Pada waktu itu H. Subhan ZE menjadi ketua aksi
penggayangan gestapu.GP.Ansor/Banser tampil terdepan dalam penggayangan
tersebut.
14. Pelajar dan mahasiswa NU turut ambil bagian terdepan dalam melaksanakan aksi
penumbangan Orla dan Menegakkan Orba.
15. Setelah adanya penyederhanaan partai 1975 dimana partai-partai Islam berfusi ke
dalam wadah Partai Persatuan Pembangunan maka NU menyatakan menjadi
Jam’iyyah sebagai kelahirannya 1926.
16. Didalam masa pembangunan ini, partisipasi NU dalam negara dan bangsa digarap
melalui bidang-bidang pokok :
a. Bidang da’wah dan penyiaran agama.
b. Bidang ekonomi dan pembangunan.
c. Bidang sosial dan kesejahteraan ( Mabarot )
Buku Panduan Materi MAKESTA IPNU & IPPNU Kabupaten Kudus

D. ASAS / AQIDAH, TUJUAN DAN LAMBANG NU


Aqidah : Nahdlatul Ulama sebagai Jam’iyyah Diniyah Islamiyah beraqidah/berasas
Islam menurut Faham Ahlussunnah Wal Jama’ah dan menganut salah satu
dari madzhab empat: Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali.
Asas : Dalam Kehidupan Berbangsa Dan Bernegara, Nahdlatul Ulama
Berpedoman Kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil
Dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat
Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan / Perwakilan Dan Keadilan Sosial
Bagi Seluruh Indonesia.
Tujuan : Berlakuanya ajaran Islam yang berhaluan Ahlussunnah Wal Jama’ah dan
mengikuti salah satu madzhab 4 ditengah-tengah kehidupan masyarakat
didalam wadah Negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila
dan UUD 1945.
Lambang : NU mempunyai lambang berupa gambar bola diikat dengan tali, dilingkari
oleh lima bintang diatas garis khatulistiwa, sehingga seluruhnya berjumlah
sembilan bintang, serta terdapat tulisan Nahdlatul Ulama dengan huruf Arab
yang melintang bola dunia dan menelusuri garis khatulistiwa. Lambang
tersebut diciptakan oleh KH. RIDLWAN ABDULLAH, dilukis dengan warna
putih diatas warna hijau.

1. Gambar bola dunia melambangkan bumi tempat kita hidup, berjuang dan beramal.
Disamping itu, mengingatkan bahwa asal kejadian manusia adalah dari tanah dan
kelak akan kembali ke tanah.
Buku Panduan Materi MAKESTA IPNU & IPPNU Kabupaten Kudus

2. Dalam gambar bola dunia terdapat peta negara Indonesia yang berarti Nahdlatul
Ulama didirikan di Indonesia dan berjuang untuk kejayaan negara Republik
Indonesia.
3. Gambar tali tersimpul melambangkan persatuan yang kokoh. Dua ikatan dibawahnya
melambangkan hubungan manusia dengan Tuhan dan hubungan antara sesama
manusia. Jumlah untaiannya ada 99 buah yang melambangkan Ahlussunnah wal
Jamaah.
4. Gambar bintang paling besar melambangkan kepemimpinan Nabi Muhammad saw.
Empat bintang diatas garis khatulistiwa melambangkan kepemimpinan Khulafaur
Rasyidin.(Abu Bakar, Umar bin Khattab, Ustman bin Affan, Ali bin Abi Thalib)
Adapun empat bintang di bawah garis khatulistiwa melambangkan empat madzhab
(Hanafi, Maliki, Syafi’i, Hambali). Jumlah bintang seluruhnya adalah Sembilan buah
yang melambangkan wali songo sebagai penyebar Islam di Indonesia.
5. Tulisan Nahdlatul Ulama merupakan nama organisasi yang berarti “kebangkitan
ulama”.
6. Warna dasar hijau melambangkan kesuburan tanah air Indonesia. Sedangkan warna
putih untuk gambar dan tulisan melambangkan niat dalam perjuangan.
E. STRUKTUR ORGANISASI
1. Kepengurusan NU terdiri dari Musytasyar, Suriyah, Tanfidliyah.
2. Mustasyar adalah pembina, pembimbing, penasehat kegiatan NU.
3. Syuriah merupakan berfungsi sebagai pengelola, pengendali, pengawas, dan penentu
kebijakan Jam’iyyah yang berlaku.
4. Tanfidliyah merupakan pelaksana sehari-hari kegiatan NU.
5. Mustasyar dibentuk hanya untuk tingkatan pengurus Besar, Wilayah dan Cabang.
6. Hak dan kewajiban syuriah dan Tanfidliyah diatur dalam Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga.

F. PENGERTIAN DAN KEDUDUKAN ULAMA DALAM NU


Jam’iyyah Nahdlatul Ulama adalah merupakan kumpulan para ulama yang bangkit
dan membangkitkan pengikut-pengikutnya untuk dapat mengamalkan syariat Islam
Ahlusunnah Wal jama’ah.
Kedudukan Ulama didalam NU menempati posisi sentral yaitu :
1. Ulama sebagai pendiri Jam’iyyah Nahdlatul Ulama.
2. Ulama sebagai Pengelola Nahdlatul Ulama.
3. Ulama sebagai Pengendali Kebijakan – kebijakan Nahdlatul Ulama.
Buku Panduan Materi MAKESTA IPNU & IPPNU Kabupaten Kudus

4. Ulama sebagai panutan dan contoh tauladan bagi seluruh warga Nahdlatul Ulama
dan kaum Muslimin khususnya.
Itulah sebabnya, maka antara NU dan Ulama tidak dapat dipisah-pisahkan, artinya
saling membesarkan, saling mengambil dan memberi manfaat. Nahdlatul Ulama tanpa
Ulama akan gersang tidak ada artinya sama sekali, dan Ulama yang keluar dari
Nahdlatul Ulama berkurang bahkan hilang kemanfaatannya bagi masyarakat Islam
Ahlussunnah Wal Jama’ah.
Dengan demikian posisi Ulama dan peranannya didalam Nahdlatul Ulama sangat
penting, oleh karenanya secara organisatoris Ulama didalam NU disediakan lembaga
khusus yang dinamakan “Lembaga Syuriah”.
Lembaga ini berfungsi sebagai pengelola, pengendali, Pengawas dan penentu
semua kebijaksanaan dalam Nahdlatul Ulama, sehingga dapatlah dikatakan dan
memang demikian kenyataannya, bahwa Ulama dan Nahdlatul Ulama merupakan tiang
penyangga utama atau soko guru.
Ulama dan Nahdlatul Ulama tidak dapat dipisahkan, karena Jam’iyyah NU
merupakan wadah untuk mempersatukan diri. Disamping itu NU juga merupakan wadah
untuk menyatukan langkah. Dalam rangka usaha melestarikan, mengembangkan dan
mengamalkan Islam yang berhaluan Ahlussunnah Wal jama’ah.
Merupakan kenyataan sejarah yang tidak bisa dibantah, bahwa keberadaan
Ulama dan Nahdlatul Ulama tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan umat Islam
dan Nahdlatul Ulama tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan umat Islam di
Indonesia, semenjak masuknya sampai sekarang.

Referensi :
 Kebangkitan Islam dan Peranan NU di Indonesia,PT Bina Ilmu,Surabaya.
 Vis a Vis NU, LKIS,jakarta 2002
 Pelajaran Ke-NU-an Madrasah Aliyah

Di dunia ini tiada tempat untuk berhenti,


Sikap lamban berarti mati,
Siapa yang berjuang, dialah yang menang,
Siapa yang berhenti sesaatpun,
pasti akan tergilas.
Buku Panduan Materi MAKESTA IPNU & IPPNU Kabupaten Kudus

Ke – IPNU – an dan Ke – IPPNU – an

A. PENDAHULUAN
IPNU - IPPNU sebagai organisasi keagamaan yang berhaluan Islam
Ahlussunah Waljamaah, ternyata dalam perkembangannya mengalami
perubahan-perubahan yang diakibatkan oleh tuntutan situasi dan kondisi.
Oleh karenanya menjadi kewajiban setiap warga IPNU - IPPNU untuk terus
mempelajari perubahan itu, mengkajinya kemudian mencoba untuk
mengantisipasinya. Dan tentunya faktor historis sangat mendukung pula apabila
warganya juga senantiasa merenunginya, mempelajari motivasi apa yang
melatarbelakangi kelahirannya, dan bagaimana perkembangan organisasi ini
dari masa ke masa. Karena dari segi historis pula kita akan mampu untuk
menentukan langkah dan alternatif apa yang terbaik yang akan kita jadikan
saran untuk terus menyebarluaskan IPNU - IPPNU sekaligus wadah generasi
muda NU untuk menyalurkan aspirasi sekaligus sebagai media dakwah.

B. SEJARAH KELAHIRAN IPNU DAN IPPNU


Ketika NU dilahirkan pada tahun 1926 adalah sebagai reaksi spontan
terjadinya penyimpangan ajaran Ahlussunah Wal Jama’ah di dalam negeri dan
dunia internasional, hal ini mendapat sambutan dan dukungan luar biasa dari
berbagai komunitas, baik tua maupun muda, terpelajar maupun awam. Terbukti
dengan munculnya berbagai organisasi pelajar dan santri di berbagai pelosok
negeri, tahun 1936 di Surabaya berdiri Tsamrotul Mustafidin dan PERSANO
(Persatuan Nahdlatul Oelama’) di Malang. Pada tahun 1941 berdiri PAMNO
(Persatuan Anak Murid Nahdlatul Oelama’), dan tahun 1945 berdiri Ikatan
Murid Nahdlatul Oelama’ (IMNO), tahun 1946 di Sumbawa berdiri Idjtimaut
Tolabah Nahdlatul Oelama’ (ITNO), dan masih banyak organisasi yang
bermuatan lokal.
Pergerakan tumbuhnya organisasi tersebut nampak menggeliat pada
tahun lima puluhan, dengan berdirinya beberapa organisasi pelajar di tingkat
lokal seperti IKSIMNO (Ikatan Siswa Mubalighin Nahdlatul Oelama’) tahun 1952
di Semarang, PERSENO (persatuan Pelajar Nahdlatul Oelama’) 13 Juni 1953 di
Kediri, IPINO (Ikatan Pelajar Islam Nahdlatul Oelama) 27 Desember 1953 di
Surakarta, dll.
Meskipun pendirian berbagai organisasi lokal tersebut atas inisiatif dan
kreatifitas sendiri namun pada dasarnya mereka berpijak pada satu keyakinan
untuk menegakkan Dien Al Islam Ahlussunah Wal Jama’ah. Kesamaan itulah yang
Buku Panduan Materi MAKESTA IPNU & IPPNU Kabupaten Kudus

kemudian mendorong didirikannya organisasi pelajar dan santri di tingkat


nasional.
Tanggal 20 Jumadil Akhir 1373 H bertepatan dengan tanggal 24
Pebruari 1954 M, Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama’ (IPNU) secara resmi dibentuk
melalui persidangan Konbes Ma’arif NU pelopornya antara lain : M. Sofyan,
Cholil, mustahal, Achmad Masjhub dan A. Ghani Farida M. Uda. Sebagai ketua
umum disepakati Mochamad Tolchah Mansur.
Tanggal 28 Pebruari 1955 IPNU melaksanakan Konggres yang pertama
di Malang Jawa Timur. Dalam forum ini diundang beberapa tokoh pelajar,
santri, dan mahasiswa putri. Dari sinilah muncul gagasan untuk mendirikan Ikatan
Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU). Tanggal 8 Rajab 1374 H / 2 Maret
1955 M IPPNU secara resmi didirikan di Solo, dan dipilih Umroh Mahfudhoh
sebagai ketua umumnya.
Status organisasi IPNU dan IPPNU semula menjadi anak asuh LP. Ma’arif
NU dan sejak tanggal 30 Agustus 1960 (Konggres IPNU VI dan IPPNU V). Status
keduanya menjadi salah satu Badan Otonom NU yang tercantum dalam
Anggaran Dasar ( AD ) NU pasal 13 ayat 4.

C. DINAMIKA PERKEMBANGAN IPNU - IPPNU


1. Kondisi IPNU - IPPNU sebelum khithoh NU
Sebagai salah satu badan otonom NU, perkembangan IPNU - IPPNU
tidak terlepas dari keberadaan NU, pada saat NU berstatus parpol tahun
1955 yang juga merupakan tahun-tahun perkembangan awal IPNU - IPPNU
ternyata belum begitu banyak berkembang karena senantiasa bergelut
dengan permasalahan politik praktis, sehingga yang terjadi prioritas IPNU-
IPPNU perhatian adalah masalah perkembangan kuantitas bukan kualitas
dan iklim yang berkurang sehat ternyata telah juga mempengaruhi
perkembangannya, dan tragisnya banyak kader IPNU - IPPNU harus
memakai baju lain dan kurang leluasa memakai identitas NU dalam gerak
sosial dalam masyarakat.
Hal ini lah yang kemudian juga melatar belakangi berdirinya PMII.
Ketika soekarno berkuasa dan merekrut NU dalam sistem NASAKOM
(Nasional Agama dan Komunis) dalam kabinetnya, tak urung sikap kritis
IPNU-IPPNU sangat sulit untuk diungkapkan. IPNU-IPPNU yang terdiri dari
komponen pelajar, Santri dan Mahasiswa pada saat itu mempunyai divisi
(saat ini serupa dengan departemen atau lembaga) Kemahasiswaan yang
menggarap bidang kemahasiswaan. Kebijakan-kebijakan rezim pemerintah
Buku Panduan Materi MAKESTA IPNU & IPPNU Kabupaten Kudus

saat ini sangat sulit dan sungkan untuk dikritisi. Sedangkan di satu sisi para
mahasiswa NU merasa gerah akibat sikap idealisme mereka yang tersekat.
Ketika komunis mulai giat untuk bergerak dan Soekarno dianggap
lemah memunculkan kekhawatiran para mahasiswa pada saat itu untuk
bergerak mengamankan NKRI. Sehingga IPNU-IPPNU kemudian melakukan
beberapa kali informal meeting untuk menyikapi hal tersebut yang kemudian
muncul keinginan untuk membentuk suatu organ mahasiswa yang berisi
komunitas mahasiswa NU untuk bisa bersikap kritis di luar sistem NU yang
saat itu cukup dekat dengan pemerintah. Akhirnya para tokoh IPNU-IPPNU
saat itu kemudian pada tanggal 17 April 1960 membidangi berdirinya
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII).
2. Kondisi IPNU - IPPNU sesudah Khithoh 26 dan Kongres Jombang
Tepatnya diawali oleh hasil muktamar NU XXVII di Situbondo Jawa
Timur khithoh NU 1926 terjawab, sehingga perjuangan NU adalah dalam
bidang dakwah, Mabarot dan Pendidikan sebagaimana garis perhubungan
yang telah ditetapkan oleh pendiri NU dan ternyata khithoh NU telah
membawa angin segar IPNU - IPPNU merasakan keleluasaan memakai
identitas NU karena NU bukan lagi menjadi salah satu parpol tetapi sebagai
organisasi keagamaan dan kemasyarakatan.
Sedang kondisi IPNU - IPPNU pasca Kongres Jombang ternyata juga
banyak membawa perubahan semula basis pembinaan IPNU - IPPNU adalah
hanya putra – putri NU yang berstatus sebagai pelajar, tetapi sejak
ditetapkannya perubahan nama dari Ikatan Putra Nahdlatul Ulama, berarti
basis pembinaan IPNU - IPPNU semakin luas yakni seluruh putra – putri NU
baik berstatus pelajar, santri maupun mahasiswa dan ternyata orientasi IPNU
- IPPNU pun harus semakin luas.

D. PERJALANAN IPNU DAN IPPNU DARI MASA KE MASA


1. Masa Pertumbuhan
Masa ini ditandai berlangsungnya Muktamar IPPNU 1 di Yogyakarta
Januari 1956 dan Muktamar IPNU ke II,1-4 Januari 1956 di Pekalongan
yang berhasil mamutuskan adanya lambang IPNU,pada masa itu juga masa
yang sulit namun IPNU dan IPPNU tetap eksis melakukuan aktifitasnya.
2. Masa Pengokohan
Di masa ini IPNU semakin mampu menunjukkan jati dirinya dan
sekaligus melakukan penataan serta pemantapan langkah organisasi.Hal ini
Buku Panduan Materi MAKESTA IPNU & IPPNU Kabupaten Kudus

bisa dilihat ketika IPNU memasuki WAY (world Assembly of Youth ) suatu
organisasi kepemudaan dunia yang berafilitasi kepada UNESCO,Di masa ini
pula IPNU –IPPNU melahirkan PMII tanggal 21 syawal 1379 H /17 April
1960 M.
3. Masa Pembaktian
Masa ini kerja keras IPNU-IPPNU mulai menunjukkan hasilnya terbukti
banyaknya kader dan binaan yang mendapatkan kedudukan sebagai
pimpinan di berbagai sektor. Pada masa inilah dibentuk CBP (Crop Brigade
Pembangunan )berdasar PP No lV Th.1965 dengan tujuan mengamankan
Pembangunan dan Revolusi Indonesia.
4. Masa Pembaruan
Periode ini diawali diselenggarkannya Kongres IPNU ke IX dan IPPNU
ke VIII di Cirebon. Kongres ini banyak mengkritisi kegiatan yang terbengkalai
akibat kebijakan pemerintah yang membatasi IPNU-IPPNU sebagai
organisasi ekstrakulikuler dalam sekolah-sekolah,dan memberikan peluang
yang besar kepada CSIS.Setelah berbagai macam cobaan yang dialami pd
tgl 29-31 Desember 1988 IPNU-IPPNU menggelar Kongresnya kembali yang
ke X dan IX di Jombang.Dalam Kongres ini lahir keputusan penting ,yaitu
pembaruan singkatan IPNU menjadi Ikatan Putra Nahdlatul Ulama’ dan
IPPNU menjadi Ikatan Putri –Putri Nahdlatul Ulama’.Asas Islam Ahlussunnah
Waljamaah diganti dengan asas Pancasila .Hal tersebut sebagai upaya
penyesuaian atas diberlakukannya UU No 8 Th 1985 tentang
Keormasan.Pasca Kongres Jombang dinamika organisasi berjalan secara
dinamis,bahkan mampu menularkan citra diri IPNU-IPPNU.
Kongres ke XI dan X di Lasem masih merupakan penguatan hasil.
Kongres XII dan XI di Garut mulai dipertanyakan kembali perubahan nama
IPNU dan IPPNU.Isu pengambilan nama mulai digulirkan,namun IPNU dan
IPPNU masih tetap sebagaimana hasil Kongres Jombang.
5. Periode Penegasan
Sejalan dengan perkembangan dan tuntutan masa, IPNU dan IPPNU
pun mengalami berbagai dinamika organisasi. Setelah perubahan nama”
Pelajar” menjadi “Putra “ dan “ Putri” membuka peluang bagi remaja dan
pemuda NU untuk bergabung sekaligus berekspresi melalui IPNU dan IPPNU
sehingga sering terjadi pembelokan Visi dari Visi kepelajaran dan santri
menjadi visi kepemudaan. Hal inilah yang kemudian direkomendasikan oleh
kongres IPNU dan IPPNU ke XIII dan XII di Makassar Sulawesi Selatan dalam
wujud Deklarasi. Dimana IPNU dan IPPNU kembali kevisi kepelajaran dengan
Buku Panduan Materi MAKESTA IPNU & IPPNU Kabupaten Kudus

basic anggota: remaja, santri, pelajar dan mahasiswa. Pasca Kongres ini
berhasil didirikan komisariat IPNU dan IPPNU di berbagai Perguruan Tinggi
dan Pondok Pesantren.
6. Periode Pasca Kongres Surabaya 2003
Hasil Kongres Surabaya merupakan kesadaran bersama para kader
IPNU-IPPNU untuk merubah nama dan sekaligus visi kepelajaran dan orientasi
pengkaderannya baik di Pondok Pesantren maupun disekolah-sekolahan.
Kongres telah mengembalikan IPNU dan IPPNU pada garis perjuangan yang
semestinya. Artinya IPNU dan IPPNU adalah Organisasi Pelajar dan
Organisasi Kader. Merujuk hasil Kongres tersebut menuntut komitmen bersama
untuk dapat mewujudkan/mengembalikan masa keemasan kita yang telah
hilang, karena riskan bahkan ironis bila momen ini tidak dapat dipergunakan
dengan sebaik-baiknya dan seoptimal mugkin oleh semua jajaran NU,
khususnya IPNU dan IPPNU lebih khusus lagi Pondok Pesantren dan Ma’arif.
7. Periode 2003-2009
Periode ini IPNU-IPPNU diuji dengan berbagai bentuk kepentingan,
karena melihat realita yang terjadi dalam pemilihan umum baik lokal maupun
nasional, oleh karena itu dalam masa ini IPNU-IPPNU berkomitmen
mengembalikan lagi kepada Khittoh perjuangan yaitu sebagi organisasi
kader dan kepelajaran.

E. PENGERTIAN, FUNGSI, TUJUAN DAN USAHA


1. Pengertian
IPNU dan IPPNU adalah organisasi yang berazaskan pancasila,
beraqidah Islam Ahlussunah Wal Jama’ah yang mengikuti salah satu
madzhab 4 (empat) : (Hanafi, Maliki, Syafi’i, Hambali) yang bersifat
keagamaan, kekeluargaan, kemasyarakatan dan kepemudaan yang
dilahirkan pada tanggal 20 Jumadil Akhir 1373 H untuk IPNU dan 8 Rojab
1374 H untuk IPPNU.

2. Fungsi IPNU dan IPPNU


Fungsi IPNU dan IPPNU adalah sebagai berikut :
a. Wadah perhimpunan Pelajar NU untuk menggalang / melanjutkan
semangat, dan nilai-nilai nahdliyah.
b. Wadah komunikasi dan interaksi pelajar NU untuk menggalang Ukhuwah
Islamiyah dan mengembangkan syiar Islam.
Buku Panduan Materi MAKESTA IPNU & IPPNU Kabupaten Kudus

c. Wadah aktualisasi Pelajar NU dalam pelaksanaan dan pengembangan


syariat Islam.
d. Wadah kaderisasi Pelajar NU untuk mempersiapkan kader-kader bangsa.
Dengan kata lain, fungsi IPNU – IPPNU adalah wadah perjuangan
dalam pendidikan dan kepelajaran, wadah pengkaderan dalam
mempersiapkan kader-kader bangsa dan pemimpin NU, wadah penguwatan
dalam melaksanakan dan mengembangkan islam ahlussunnah waljamaah
untuk melanjutkan semangat jiwa dan nilai-nilai nahdliyin, wadah komunikasi
untuk memperkokoh ukhuwah nahdliyah, islamiyah, insaniyah dan wathoniyah.

3. Tujuan IPNU - IPPNU


Tujuan IPNU - IPPNU adalah sebagai berikut :
a. Terbentuknya kesempurnaan pelajar Indonesia yg bertaqwa kepada
Allah, berilmu dan berakhlakul karimah.
b. Bertanggung jawab atas tegak dan berkembangnya syari’ah Islam
menurut faham Aswaja.
c. Terbentuknya kader Islam yang berwawasan kebangsaan.
d. Terbentuknya masyarakat Indonesia yang adil makmur berdasarkan
pancasila dan UUD 1945.
Dengan kata lain, tujuan IPNU - IPPNU adalah :
“ Terbentuknya pelajar bangsa yang bertaqwa kepada Allah SWT, berilmu,
berakhlakul karimah, dan berwawasan kebangsaan serta bertanggung
jawab atas tegak dan terlaksananya syariat Islam menurut faham
Ahlussunah Wal Jamaah dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945”

4. Usaha IPNU – IPPNU


Usaha IPNU - IPPNU adalah sebagai berikut :
a. Menghimpun dan membina Pelajar NU dalam wadah IPNU – IPPNU.
b. Mempersiapkan kader intelektual sebagai penerus perjuangan bangsa.
c. Mengusahakan tercapainya tujuan organisasi dengan menyusun landasan
program perjuangan sesuai dengan perkembangan masyarakat.
d. Menjalin dan mengusahakan kerja sama dengan berbagai pihak selama
tidak merugikan IPNU – IPPNU.

F. KEANGGOTAAN, PERMUSYAWARATAN, STRUKTUR, LAMBANG


Buku Panduan Materi MAKESTA IPNU & IPPNU Kabupaten Kudus

1. Keanggotaan IPNU dan IPPNU


Keanggotaan IPNU dan IPPNU terdiri dari :
Anggota biasa, yaitu Pelajar Indonesia yang menyetujui PD/PRT IPNU-IPPNU.
Anggota Istimewa, yaitu Alumni pengurus IPNU - IPPNU dan orang yang
dianggap berjasa terhadap organisasi IPNU – IPPNU.
Setiap anggota berkewajiban :
a. Menjaga dan membela ajaran agama Islam.
b. Menaati Peraturan Dasar dan Peraturan Rumah Tangga serta Peraturan
Organisasi.
c. Membayar iuran anggota.
Setiap anggota biasa berhak :
a. Memperoleh perlakuan yang sama dari / untuk organisasi.
b. Mengeluarkan usul, saran serta pendapat.
c. Mengikuti kegiatan yang diselenggarakan organisasi
d. Memilih dan dipilih sebagai pengurus.
2. Struktur Kepengurusan IPNU dan IPPNU
Masa Jabatan Masa Jabatan
Struktur Singkatan Tingkat
IPNU IPPNU
PP Pimpinan Pusat Ibu Kota 3 Tahun 3 Tahun
PW Pimpinan Wilayah Propinsi 3 Tahun 3 Tahun
PC Pimpinan Cabang Kabupaten/Kota 2 Tahun 2 Tahun
PAC Pimpinan Anak Cabang Kecamatan 2 Tahun 2 Tahun
PK Pimpinan Komisariat Sekolah/Ponpes/PT 1 Tahun 1 Tahun
PR Pimpinan Ranting Desa/kelurahan 2 Tahun 2 Tahun
3. Permusyawaratan IPNU dan IPPNU
a. KONGRES
b. RAKERNAS (Rapat Kerja Nasional)
c. KONBES (Konferensi Besar)
d. RAPIMNAS (Rapat Pimpinan Nasional)
e. KONWIL (Konferensi Wilayah)
f. RAKERWIL (Rapat Kerja Wilayah)
g. RAPIMWIL (Rapat Pimpinan Wilayah)
h. KONCAB (Konferensi Cabang)
i. RAKERCAB (Rapat Kerja Cabang)
j. RAPIMCAB (Rapat Pimpinan Cabang)
k. KONFERENSI ANAK CABANG
l. RAPAT KERJA ANAK CABANG
m. RAPAT ANGGOTA
Buku Panduan Materi MAKESTA IPNU & IPPNU Kabupaten Kudus

4. Lambang Organisasi
a. LAMBANG IPNU
1) Lambang organisasi berbentuk bulat
2) Warna dasar hijau berlingkar kuning
ditepinya dengan diapit dua lingkaran putih.
3) Dibagian atas tercantum huruf IPNU dengan
titik diantaranya diapit oleh tiga garis
pendek (satu diantaranya lebih panjang
pada bagian kanan dan kirinya, semua
berwarna putih).

4) Dibawahnya terdapat bintang sembilan, lima terletak sejajar yang


satu diantaranya lebih besar terletak ditengah dan empat bintang
lainnya terletak mengapit membentuk sudut segi tiga, semua
berwarna kuning.
5) Diantara bintang yang mengapit terdapat dua kitab dan dua bulu
angsa yang bersilangan berwarna putih.

Arti Lambang IPNU :


 Warna hijau : subur, warna kuning : himmah/cita-cita yang tinggi, warna
putih : suci.
 Bentuk bulat : kontinuitas / terus-menerus / istiqomah
 Tiga titik diantara huruf IPNU : Islam, Iman, Ikhsan
 Enam garis / strip pengapit huruf IPNU : Rukun Iman
 Bintang : ketinggian cita-cita
 Sembilan bintang : Lambang keluarga besar NU
5 bintang diatas : 1 bintang yang besar ditengah : Nabi Muhammad
SAW sedangkan 4 bintang di kanan kiri : Khulafaur Rosyidin, yaitu
sahabat : Abu bakar Ashidiq, Umar bin Khotob, Utsman bin Affan dan Ali
bin Abi Tholib RA.
4 bintang di bawah : 4 madzhab, yaitu Imam Hanafi, Imam Hambali,
Imam Syafi’i, dan Imam Maliki ra.
 Dua kitab : Al-Qur’an dan Al-Hadits
 Bulu : Lambang ilmu, 2 bulu angsa bersilang : sintesis / perpaduan ilmu
agama dan ilmu umum.
 Bintang bersudut 5 : Rukun Islam
Buku Panduan Materi MAKESTA IPNU & IPPNU Kabupaten Kudus

b. LAMBANG IPPNU
1) Lambang organisasi segitiga sama sisi.
2) Warna dasar hijau bergaris berwarna kuning
yang diapit dua warna putih ditepinya.
3) Isi lambang : Bintang sembilan, yang satu besar
terletak diatas, empat menurun disisi kiri dan
empat lainnya menurun disisi kanan dan
berwarna kuning. Dua kitab dan dua bulu ayam
bersilang berwarna putih, dua bunga melati di
sudut bawah berwarna putih.
4) Dibawah dua bulu dan diantara dua bunga melati terdapat tulisan IPPNU
dengan titik diantara huruf-hurufnya berwarna putih.
Arti Lambang IPPNU :
 Warna hijau : kebenaran, warna kuning : kejayaan dan himmah / cita-
cita yang tinggi, warna putih : kesucian.
 Bentuk segi tiga : Islam – Iman – Ikhsan
 Dua garis tepi : 2 Kalimat Syahadat
 Sembilan bintang : Lambang keluarga besar NU
1 bintang yang besar diatas : Nabi Muhammad SAW
4 bintang menurun di sisi kanan : Khulafaur Rosyidin, yaitu sahabat :
Abu bakar Ashidiq, Umar bin Khotob, Utsman bin Affan dan Ali bin
Abi Tholib RA.
4 bintang menurun di sisi kiri : 4 madzhab, yaitu Imam Hanafi, Imam
Hambali, Imam Syafi’i, dan Imam Maliki ra.
 Dua kitab : Al-Qur’an dan Al-Hadits
 Bulu : Lambang ilmu, 2 bulu bersilang :aktif menuntut ilmu agama dan
ilmu umum, aktif membaca dan menulis.
 Dua bunga : sintesis / perpaduan ilmu agama dan ilmu umum
 Lima titik diantara huruf IPPNU : Rukun Islam.
G. BIDANG GARAPAN IPNU DAN IPPNU
Bidang garapan IPNU - IPPNU terbagi pada tiga bagian :
1. Bidang Organisasi
2. Bidang Kaderisasi
3. Bidang Partisipasi
Buku Panduan Materi MAKESTA IPNU & IPPNU Kabupaten Kudus

Penjelasan :
1. Bidang Organisasi
Dalam bidang ini ditargetkan terwujudnya konsolidasi organisasi IPNU -
IPPNU mencakup pemantapan struktur, personalia dan pemantapan wawasan
anggota serta makin mantapnya peran organisasi dalam perkembangan
ormas kepemudaan dan masyarakat.
2. Bidang Kaderisasi
Dalam bidang ini ditargetkan terbentuknya kader-kader yang loyal
dan berdedikasi berwawasan kebangsaan, komitmen terhadap nilai dasar
perjuangan dan memiliki kemampuan manajerial serta laku gerak akhlakul
karimah.
Adapun jenjang pengkaderan dalam IPNU - IPPNU adalah :
a. Makesta (Masa Kesetiaan Anggota)
b. Lakmud (Pelatihan Kader Muda)
c. Lakut (Pelatihan Kader Utama)
Bentuk ini adalah pengkaderan formal, dan masih banyak bentuk
pengkaderan lainnya. Misalnya Pelatihan Pengembangan Sumber Daya
Manusia, Pelatihan Pelatih dan lain-lain.
3. Bidang Partisipasi
Target programnya adalah menumbukan kesadaran dan kepedulian
anggota dan kader terhadap pembangunan bangsa dan kepedulian menjalin
kerja sama dengan ormas pemuda, Lembaga Pemerintah dan Lembaga
Swadaya Masyarakat, serta kepedulian menghayati khitoh nahdliyah.

H. KEGIATAN IPNU DAN IPPNU


Adapun kegiatan IPNU dan IPPNU di kabupaten Kudus diantaranya
adalah:
1. Diklat Jurnalistik
2. Penyuluhan Narkoba
3. Latihan dasar kepemimpinan (LDK)
4. Latihan pencak Silat

I. PRINSIP PERJUANGAN IPNU-IPPNU


Dalam kitab suci Al Qur’an, ditegaskan, makna manusia sebagai khalifah
memiliki dimensi sosial (horizontal), yakni mengenal alam (QS 2:31),
memikirkannya (QS 2: 164) dan memanfaatkan alam dan isinya demi kebaikan
dan ketinggian derajat manusia sendiri (QS 11:61). Sedangkan fungsi manusia
Buku Panduan Materi MAKESTA IPNU & IPPNU Kabupaten Kudus

sebagai abdullah memiliki dimensi ilahiah (vertical) yaitu


mempertanggungjawabkan segala perbuatan dan ucapan di hadapan Allah swt.
Menghidupi cita-cita perjuangan dan tantangan sosial tersebut mendorong
IPNU-IPPNU untuk merumuskan konsepsi ideologis (pandangan hidup yang
diyakininya) berupa Prinsip Perjuangan IPNU-IPPNU sebagai landasan berfikir,
analisis, bertindak, berperilaku, dan berorganisasi. Prinsip Perjuangan IPNU-
IPPNU adalah perwujudan dari tugas pesan kenabian dalam konteks IPNU-IPPNU
1. Landasan Berfikir IPNU
Sebagaimana ditetapkan dalam khittah 1926, Aswaja (Ahlussunnah wal
jamaah) adalah cara berfikir, bersikap, dan bertindak bagi warga Nahdliyin.
Sikap dasar itu yang menjadi watak IPNU, dengan watak keislamannya yang
mendalam dan dengan citra keindonesiaannya yang matang. Semua itu
kemudian diwujudkan dalam berfikir dan bersikap serta bertindak.
Cara Berfikir: Cara berfikir menurut IPNU sebagai gambaran dari
ahlussunah wal jama’ah adalah cara berfikir teratur dan runtut dengan
memadukan antara dalil naqli (yang berdasar Al qur’an dan Hadits) dengan
dalil aqli (yang berbasis pada akal budi) dan dalil waqi’i (yang berbasis
pengalaman).
Cara Bersikap: IPNU memandang dunia sebagai kenyataan yang
beragam; karena itu keberagaman diterima sebagai kenyataan. Namun juga
bersikap aktif yakni menjaga dan mempertahankan kemajemukan tersebut
agar kehidupan harmonis (selaras), saling mengenal (lita’arofu) dan
memperkaya secara budaya. Sikap moderat (selalu mengambil jalan tengah)
dan menghargai perbedaan menjadi semangat utama dalam mengelola
kemajemukan tersebut. Dengan demikian IPNU juga menolak semua sikap
yang mengganggu keanekaragaman atau keberagaman budaya tersebut.
Cara Bertindak: Dalam bertindak, aswaja mengakui adanya kehendak
Allah (taqdir) tetapi aswaja juga mengakui bahwa Allah telah mengkaruniai
manusia pikiran dan kehendak. Karena itu dalam bertindak aswaja IPNU
sebagaimana dirumuskan Imam Abu Hasan Al Asy’ari, tidak bersikap
menerima begitu saja dan menyerah kepada nasib dalam menghadapi
kehendak Allah, tetapi berusaha untuk mencapai taqdir Allah dengan istilah
kasab (usaha). Namun demikian, tidak harus berarti bersifat antroposentris
(mendewakan manusia), bahwa manusia bebas berkehendak (seperti
Qodariyah). Tindakan manusia tidak perlu di batasi dengan ketat, karena
akan dibatasi oleh alam, oleh sejarah. Sementara Allah tidak dibatasi oleh
faktor-faktor itu. Dengan demikian tindakan aswaja IPNU bukan tindakan
yang sekuler melainkan sebuah proses pergerakan iman yang
mengejawantah dalam seluruh aspek kehidupan.
Buku Panduan Materi MAKESTA IPNU & IPPNU Kabupaten Kudus

2. Landasan Bersikap
Nilai-nilai tersebut adalah:
a. Diniyyah/agama
1) Tauhid (at-tauhid) merupakan keyakinan yang kokoh terhadap Allah
swt. Sebagai ruh dan sumber inspirasi berpikir dan bertindak.
2) Persaudaraan dan persatuan (al-ukhuwwah wal-ittihad) dengan
mengedepankan sikap mengasihi (welas asih) sesama makhluk.
3) Keluhuran moral (al-akhlaqul karimah) dengan menjunjung tinggi
kebenaran dan kejujuran (as-shidqu). Bentuk kebenaran dan kejujuran
yang dipahami:
 As-shidqu ila llah. Sebagai pribadi yang beriman selalu
melandasi diri dengan perilaku benar dan jujur, karena setiap
tindakan senantiasa dilihat sang khalik.
 Ashidqu ila ummah, sebagai makhluk sosial dituntut bersikap
kesalehan dalam bermasyarakat, jujur dan benar kepada
masyarakat dengan senantiasa melakukan pencerahan terhadap
masyarakat.
 Ash shidqu ila an-nafsi, jujur dan benar kepada diri sendiri
merupakan sikap perbaikan diri dengan semangat peningkatan
kualitas diri.
 Amar ma'ruf nahy munkar, sikap dakwah selalu menyerukan
kebaikan dan mencegah segala bentuk kemunkaran.

b. Keilmuan, prestasi, dan kepeloporan


1) Menunjunjung tinggi ilmu pngetahuan dan teknologi dengan semangat
peningkatan kualitas SDM IPNU dan menghargai ahli-ahli atau sumber
pengetahuan secara proporsional.
2) Menjunjung tinggi nilai-nilai amal, kerja dan prestasi sebagai bagian
dari ibadah kepada Allah subhanahu wata’ala.
3) Menjunjung tinggi kepeloporan dalam usaha mendorong, memacu, dan
mempercepat perkembangan masyarakat.

c. Sosial kemasyarakatan
1) Menjunjung tinggi kebersamaan di tengah kehidupan berbangsa dan
bernegara dengan semangat mendahulukan kepentingan bersama
daripada kepentingan pribadi.
2) Selalu siap mempelopori setiap perubahan yang membawa manfaat
bagi kemaslahatan manusia.

d. Keikhlasan dan loyalitas


Buku Panduan Materi MAKESTA IPNU & IPPNU Kabupaten Kudus

1) Menjunjung tinggi sifat keikhlasan dalam berkhidmah dan berjuang


2) Menjunjung tinggi kesetiaan (loyalitas) kepada agama, bangsa, dan
negara dengan melakukan ikhtiar perjuangan di bawah naungan
IPNU

3. Landasan Berorganisasi
a. Ukhuwwah
Sebuah gerakan mengandaikan sebuah kebersamaan, karena itu
perlu diikat dengan ukhuwah (persaudaraan) atau solidaritas (perasaan
setia kawan) yang kuat (al urwatul wutsqo) sebagai perekat gerakan
tersebut. Adapun gerakan ukhuwah IPPNUadalah meliputi :
1) Ukhuwwah Nahdliyyah
2) Ukhuwwah Islamiyyah
3) Ukhuwwah Wathaniyyah
4) Ukhuwwah Basyariyyah

b. Amanah
Dalam kehidupan yang serba bersifat duniawi (kebendaan), sikap
amanah mendapat tantangan besar. Namun demikian perlu terus
dipertahankan. Sikap amanah (saling percaya) ditumbuhkan dengan
membangun kejujuran baik pada diri sendiri maupun pihak lain.

c. Ibadah (pengabdian)
Berjuang dalam NU untuk masyarakat dan bangsa haruslah
berangkat dari semangat pengabdian, baik mengabdi pada IPNU, umat,
bangsa, dan seluruh umat manusia. Dengan demikian mengabdi di IPNU
bukan untuk mencari penghasilan mencari pengaruh atau mencari jabatan.
Tetapi memiliki tugas berat dan mulia.

d. Asketik (Kesederhanaan)
Sikap amanah dan pengabdian muncul bila seseorang memiliki jiwa
asketik (bersikap zuhud/sederhana). Karena pada dasarnya sikap
materialistik (hubbud dunya) akan menggerogoti sikap amanah dan akan
merapuhkan semangat pengabdian.

e. Non Kolaborasi
Landasan berorganisasi yang ke-5 ini perlu ditegaskan kembali,
mengingat dewasa ini banyak lembaga yang didukung oleh pemodal
asing yang menawarkan berbagai jasa dan dana yang tujuannya bukan
untuk memandirikan, melainkan untuk menciptakan ketergantungan dan
Buku Panduan Materi MAKESTA IPNU & IPPNU Kabupaten Kudus

pengaburan terhadap khittah serta prinsip-prinsip gerakan NU secara


umum, melalui campur tangan dan pemaksaan ide dan agenda mereka.
f. Komitmen Pada Korp
Untuk menerapkan prinsip-prinsip serta menggerakkan roda
organisasi maka perlu adanya kesetiaan dan kekompakan dalam korp
(himpunan) organisasi. Karena itu seluruh korp harus secara bulat
menerima keyakinan utama yang menjadi pandangan hidup (akidah
ideologi) dan seluruh prinsip organisasi.
Demikian juga pimpinan tidak hanya cukup menerima ideologi
akidah serta prinsip pergerakan tetapi harus menjadi pelopor, teladan
dan penggerak prinsip-prinsip tersebut.
g. Kritik-Otokritik
Untuk menjaga keberlangsungan organisasi serta memperlancar
jalannya program maka perlu adanya cara kerja organisasi. Untuk
mengatasi kemungkinan terjadinya kemandekan atau bahkan
penyimpangan maka dibutuhkan semacam peraturan sebagai kontrol
terhadap kinerja dalam bentuk kritik-otokritik (saling koreksi dan
introspeksi diri).

J. JATI DIRI IPNU DAN IPPNU


1. Hakikat dan Fungsi IPNU
a. Hakikat
IPNU adalah wadah perjuangan Pelajar NU untuk mensosialisasikan
komitmen nilai-nilai keislaman, kebangsaan, keilmuan, kekaderan, dan
keterpelajaran dalam upaya penggalian dan pembinaan kemampuan
yang dimiliki sumber daya anggota, yang senantiasa mengamalkan kerja
nyata demi tegaknya ajaran Islam Ahlussunnah wal jamaah dalam
kehidupan masyarakat Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD
1945
b. Fungsi
IPNU berfungsi sebagai:
1) Wadah berhimpun Pelajar NU untuk mencetak kader akidah.
2) Wadah berhimpun pelajar NU untuk mencetak kader ilmu
3) Wadah berhimpun pelajar NU untuk mencetak kader organisasi.
Kelompok masyarakat yang menjadi sasaran panggilan dan
pembinaan (target kelompok) IPNU adalah setiap Pelajar bangsa yang
syarat keanggotaannya, sebagaimana ketentuan dalam PD/PRT IPNU
Buku Panduan Materi MAKESTA IPNU & IPPNU Kabupaten Kudus

2. Posisi IPNU
a. Intern (dalam lingkungan NU)
IPNU sebagai perangkat dan badan otonom NU, secara
kelembagaan memiliki kedudukan yang sama dan sederajat dengan
badan-badan otonom lainnya, yaitu memiliki tugas utama melaksanakan
kebijakan NU, khususnya yang berkaitan dengan kelompok masyarakat
tertentu.

b. Eksteren (di luar lingkungan NU)


IPNU adalah bagian dari generasi muda Indonesia yang memiliki
tanggung jawab terhadap kelangsungan hidup bangsa dan Negara
Republik Indonesia dan merupakan bagian tak terpisahkan dari upaya
dan cita-cita perjuangan NU serta cita-cita bangsa Indonesia.

3. Orientasi (Tujuan) IPNU


Orientasi IPNU berpijak pada kesemestaan organisasi dan anggotanya
untuk senantiasa menempatkan pergerakan pada ranah keterpelajaran
dengan kaidah “belajar, berjuang, dan bertaqwa,” yang bercorak dasar
dengan wawasan kebangsaan, keislaman, keilmuan, kekaderan, dan
keterpelajaran.
K. CITRA DIRI IPPNU
1. Pengertian Citra Diri IPPNU
Pedoman/ landasan bersikap IPPNU dalam mengemban amanat baik
atas nama individu maupun organisasi.
Citra Diri IPPNU tidaklah statis, tetapi selalu ada perubahan-perubahan
sesuai dengan keadaan zaman sehingga bisa menjadi pedoman bagi IPPNU

2. VISI IPPNU
Terbentuknya kesempurnaan putri-putri ndonesia yang bertakwa,
berakhlakul karimah, berilmu dan berwawasan kebangsaan.

3. MISI IPPNU:
a. Membangun kader NU yang berkualitas, berakhlakul karimah, bersikap
demokratis dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
b. Mengembangkan wacana dan kualitas sumberdaya kader menuju
terciptanya kesetaraan gender.
c. Membentuk kader yang dinamis, Kreatif dan inovatif.
Visi dan Misi dijabarkan dalam program kerja IPPNU. Orientasi/arah
yang ingin dicapai dibagi dalam dua cara, yaitu:
Buku Panduan Materi MAKESTA IPNU & IPPNU Kabupaten Kudus

a. Secara Individual
Diletakkan dalam perspektif “manusia dinamis adalah manusia
yang selalu berprakarsa dan melakukan ikhtiar, manusia yang bergerak
kedepan, berubah dan berkembang menuju tingkat yang lebih sempurna
(kamil).
Sedangkan manusia yang berwawasan integrasi adalah manusia
yang terus menggali nilai-nilai keislaman, kebangsaan, keilmuan, dan
kekaderan secara kritis untuk diartikulasikan dalam pemikiran, sikap, dan
semangat perjuangan sehingga mampu menjadi kader bangsa dan
organisasi yang handal. Citra kader yang handal ditandai oleh
kemampuan konseptual, metodologis dan teknis yang mampu
mengarahkan kader pada komitmen keislaman, kebangsaan, keilmuan
dan kekaderan dan mampu memformulasikanya secara cerdas dalam
kehidupan nyata.

b. Secara kolektif
Diletakan dalam prespeektif “ mabadi khoiru ummah” yaitu suatu
masyarakat ideal yang digambarkan sebagai masyaraklat yang
bertakwa kepada ALLAH SWT, tentram, berahlaq mulia,adil dan
sejahtera.
Dalam konteks IPPNU adalah tumbuh dan berkembangnya
semangat berorganisasi yang didasari kesetiakawanan antar warga dan
pemimpin, serta munculnya program yang terarah demi peningkatan mutu
dan tujuan yang diembanya. Produktif menjadi kunci indikator capaian
dimaksud dan mabadi khaira ummah adalah tujuan akhirnya.

4. KARAKTER DASAR
Untuk menjadi manusia kamil dan khaira ummah, kader IPPNU
mengemban amanat dan tugas utama yaitu melaksanakan amar makruf nahi
munkar. Untuk membangun citra ideal tersebut, ditandai dengan karakter
sebagai berikut:

a. Bersikap mabadi khairu ummah yang meliputi:


1) Ash-shidqu, Kejujuran, kesungguhan dan keterbukaan.Shidqu
merupakan refleksi keteradaan manusia yang paling otentik yang
bersumber pada hati nurani.
2) Al-amanah wal wafa bil ahdi, dapat dipercaya, setia dan tepatjanji.
Ini akan memperkokoh dan menjamin integritas pribadi manusia sejati
yang senantiasa hadir, terlibat dipercaya, bersedia dan mampu
menyelesaikan persoalan umat.
Buku Panduan Materi MAKESTA IPNU & IPPNU Kabupaten Kudus

3) Al-adlu, Bersikap dan bertindak adil dalam segala situasi. Adalah


secara absolut melindungi nilai kemanusiaan, dijaga eksistensinya dan
dilaksanakan secara proporsional.
4) Al-ta’awun, Saling tolong menolong dalam dan demi kebajikan(al
birru) yang dibarengi dengan dedikasi dan kredibilitas pribadi.
5) Al-istiqomah, keajegan dan kedisiplinan dalam meniti jalur kehidupan
sesuai ketentuan Allah SWT, para rasulnya,tuntunan para salafussalih
dan aturan-aturan yang disepakti bersama.

b. Berperilaku 'ASWAJA' yang diterapkan menurut kondisi


kemasyarakatan Indonesia:
1) landasan beragama: mendasarkan ucapan, perbuatan serta
pemikiran pada al-quran, al-hadits,ijma dan Qiyas
2) Landasan sikap kemasyarakatan menampilkan sikap kemasyarakatan
yang mencerminkan nilai-nilai:
 Tawasuth dan I’tidal: Prinsip hidup yang menjunjung tinggi
keharusan berlaku adil dan lurus ditengah kehidupan bersama,
selalu bersifat membangun dan menghindari bentuk pendekatan
yang ekstrim.
 Tawzun: Sikap seimbang dalam berhidmah kepada Allah, manusia
dan alam semesta, menyelaraskan kepentingan masa lalu,kini dan
yang akan datang.
 Tasamuh: Sikap toleran terhadap perbedaan dan pluralitas yang
ada baik dalam masalah agama maupun budaya.
 Amar ma’ruf nahi munkar: memiliki kepekaan untuk mendorong
perbuatan yang baik, berguna dan bermanfaat bagi kehidupan
bersama, serta menolak dan mencegah hal yang merendahkan
dan menjerumuskan nilai kehidupan.

c. Berjiwa Tajdid (pembaharu):


Berwujud pada pemikiran dan sikap yang selalu ingin mencari nilai-
nilai keutamaan yang baru dan lebih baik dengan tetap memperhatikan
nilai-nilai tradisi lama masih tetap dianggap baik.

5. POSISI
Secara intern, IPPNU merupakan perangkat dan badan otonom NU
yang mempunyai kedudukan sama/sederajat dengan banom-banom yang
lain seperti Muslimat NU, Fatayat, GP Ansor, dan IPNU.
Tugas utama banom adalah melaksanakan kebijakan NU khususnya
yang berkaitan dengan kelompok masyarakat tertentu.
Buku Panduan Materi MAKESTA IPNU & IPPNU Kabupaten Kudus

Secara ekstern, IPPNU mempunyai kedudukan sederajat dengan ormas-


ormas pemuda Indonesia lainnya.

L. PENUTUP
Demikianlah sekilas tentang materi ke IPNU - IPPNU an, ini merupakan
materi dasar, sedangkan pengembangannya adalah merupakan kewajiban
setiap kader IPNU - IPPNU untuk terus belajar secara formal, informal maupun
non formal.

***** Selamat Belajar, Berjuang dan Bertaqwa *****


Buku Panduan Materi MAKESTA IPNU & IPPNU Kabupaten Kudus

“ KEORGANISASIAN “
A. PENDAHULUAN
Telah banyak disebutkan bahwa manusia adalah makhluk sosial, sebagai
makhluk sosial, manusia dituntut untuk saling mengenal satu sama lain, tidak terkecuali
siapapun mereka dan golongan manapun mereka berasal (Q.S. 49 : 13). Dalam
interaksi ini manusia akan saling kerja sama untuk memenuhi kebutuhan hidupnya,
sebab manusia itu tercipta dalam kondisi yang sangat terbatas dan dengan spesialisasi
yang berbeda-beda (Q.S. 96 : 4) Kerja sama sangat dibutuhkan dalam upaya
merealisasikan cita-cita (keinginan). Dan dalam kerjasama sangat dibutuhkan
pengaturan. Sebab tanpa adanya pengaturan dan pembagian kerja akan terjadi
pemborosan tenaga dan biaya. Pengaturan dan pembagian kerja ini dinamakan
Pengorganisasian, sedangkan wadahnya dinamakan Organisasi.
Organisasi merupakan wadah untuk mewujudkan cita-cita yang sangat efektif
dan efisien, sebab dengan kebersamaan yang dibangun, akan menghasilkan bangunan
yang kuat dan kokoh. Allah SWT sendiri menyatakan sangat menyukai bagi siapa saja
yang berjuang secara bersama-sama (Q.S. 61 : 4). Dan sebaliknya Allah SWT melarang
kita untuk tidak bersatu, dan sendiri-sendiri dalam memperjuangkan risalah-Nya. (Q.S.
3 : 103).

B. DASAR, PENGERTIAN DAN UNSUR-UNSUR ORGANISASI


1. Dasar Organisasi
Firman Allah dalam Surat As-Shof 4 :
‫ان هللا يحب الذين يقاتلون في سبيله صفا كانهم بنيان مرصوص‬
Artinya : “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berjuang didalam
agama-Nya secara berbaris (terorganisasi), seolah mereka merupakan
bangunan yang kuat”.
Surat Ali Imron ayat 103
‫واعتصموا بحبل هللا جميعا والتفرقوا‬
Artinya : “Dan berpegang teguhlah kamu semua kepada tali (agama) Allah, dan
janganlah kamu bercerai-berai dan ingatlah akan nikmat Allah
kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan,
maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena
nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di
tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya.
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu
mendapat petunjuk”.
Buku Panduan Materi MAKESTA IPNU & IPPNU Kabupaten Kudus

Umar Bin Khottob r.a. berkata :

ِ ِ‫الِاسلِمِاِِالِِِبماعةِوالَِجاعةِاالِِبإمارةِوالِإمارةِاالِِبطاعةِللا‬
Artinya : “Islam tidak akan berdiri tanpa diatur dengan organisasi, dan
organisasi tidak akan berjalan tanpa ada pemimpin, dan pemimpin
tidak akan berkarya tanpa adanya ketaatan kepada Allah“.
Dengan dasar tersebut kiranya menambah wawasan kita terhadap
pentingnya berorganisasi, terlebih apabila kita amalkan dalam hidup dan
kehidupan di masyarakat.
2. PENGERTIAN ORGANISASI
Ada banyak definisi tentang organisasi, diantaranya adalah :
1. Menurut Edgar Schein ( 1973 )
“ An Organization is the rational coordination of the activities of a number of
people the achievement of some common explicit purpose or goal, through
division of labor and function, and through a hierarchy of outhority and
responsibilithy “
Artinya : “Organisasi adalah koordinasi yang rasional dari aktifitas-aktifitas
sejumlah orang untuk mencapai beberapa tujuan yang jelas, melalui pembagian
tugas dan fungsi serta melalui jenjang wewenang dan tanggung jawab.
2. Menurut Ananda W.P. Guruge ( 1977 )
“ Organization is defined as arranging a complex of task into managable
uncts,and defining the formal relationships among the people who are assigned
the various tasks “
Artinya : “Organisasi didefinisikan sebagai pengaturan tugas-tugas yang
kompleks menjadi unit-unit yang dapat diatur. Organisasi juga didefinisikan
sebagai memastikan hubungan formal antara orang-orang yang menangani
berbagai tugas.”
Dari dua definisi tersebut memberikan pengertian yang semakin
memperjelas apa hakikat organisasi tersebut. Pada intinya organisasi adalah
koordinasi rasional (kegiatan sejumlah orang untuk mencapai tujuan bersama).
3. UNSUR – UNSUR ORGANISASI
Melihat pengertian organisasi diatas maka unsur utama yang harus ada
dalam suatu organisasi adalah :
a. Adanya orang-orang ( lebih 1 orang )
b. Adanya kerjasama.
c. Adanya tujuan yang diinginkan.
Dengan semakin kompleksnya suatu organisasi maka semakin bertambah
pula unsur-unsur yang ada dalam organisasi seperti halnya :
a. Adanya sarana dan prasarana penunjang.
b. Adanya kerjasama.
c. Adanya pembagian tugas, dan lain-lain.
Buku Panduan Materi MAKESTA IPNU & IPPNU Kabupaten Kudus

Banyaknya unsur-unsur yang ada dalam suatu organisasi adalah tergantung


seberapa banyaknya unsur-unsur yang diperlukan untuk menunjang
berlangsungnya organisasi agar organisasi tersebut dapat mencapai tujuannya.

C. TUJUAN, PRINSIP DAN FUNGSI ORGANISASI


1. TUJUAN ORGANISASI
Seluruh kegiatan organisasi harus berorientasi pada tujuan. Ini berarti
bahwa tujuan organisasi harus dijadikan pedoman untuk merencanakan dan
menyusun program kerja.
Begitu pentingnya kedudukan tujuan dalam penyusunan organisasi, maka
tujuan organisasi perlu terlebih dahulu dirumuskan secara jelas, tertulis dan
kemudian dikomunikasikan secara baik sehingga tujuan dapat dipahami oleh para
anggota organisasi.

2. PRINSIP - PRINSIP ORGANISASI


Salah satu diantara berbagai masalah organisasi yang banyak dijumpai
adalah adanya gejala pemborosan waktu, tenaga, dan dana. Dengan hasil yang
kurang optimal/memadai.
Salah satu jawaban yang penting artinya untuk pemecahan masalah
tersebut adalah dengan organisasi yang efesien dan iklim kerja yang menggairahkan
/ dinamis.
Organisasi yang ideal itu dapat dibentuk dan dibina dengan menggunakan
beberapa prinsip organisasi sebagai berikut :
1. Prinsip Pelimpahan Wewenang
Seorang pemimpin yang bijaksana akan mendelegasikan sebagian
wewenangnya kepada anggota pengurus lain yang dipercayainya, yang
dirumuskan secara jelas, tetapi pendelegasian ini tidak membebaskan seorang
pemimpin dari tanggung jawab yang diembannya.
Pendelegasian ini diperlukan agar pemimpin lebih dapat memusatkan
perhatiannya pada hal-hal yang memang harus ditangani sendiri.
2. Management By Exception (Managemen dengan pengecualian)
Hal ini dimaksudkan agar tugas-tugas seorang pemimpin dapat
dilaksanakan dengan baik, sehingga pengambilan keputusan yang dilakukannya
hanyalah mengenai hal-hal yang vital saja.
Buku Panduan Materi MAKESTA IPNU & IPPNU Kabupaten Kudus

3. Management By Objective ( MBO )


Prinsip ini menunjukkan agar seorang pemimpin selalu berorientasi pada
tujuan dalam berbagai pengambilan keputusan. Jadi tujuan organisasi dijadikan
pedoman dan ukuran keberhasilan dengan mengelola organisasi.
4. Span of Control ( Prinsip luasnya Pengawasan )
Seorang pemimpin dituntut untuk senantiasa melakukan control
(pengawasan) terhadap seluruh anggota pengurusnya dalam melaksanakan
tugas dan tanggung jawabnya.
5. Prinsip Pembagian Kerja ( Division of Work )
Dalam penyusunan struktur organisasi hendaknya diidentifikasikan
macam dan jumlah pekerjaan yang diperlukan untuk pencapaian tujuan
organisasi. Kemudian diatur pembagian beban kerja yang sepadan sehingga
tersusun jalinan kerja yang harmonis.
6. Prinsip Kesatuan Komando
Dalam organisasi yang besar dan terdapat pembagian tugas yang sangat
terspesiasasi, diperlukan adanya kesatuan tugas dalam garis kepemimpinan dan
strategi dasar untuk mewujudkan adanya kesatuan pengurus.
7. Prinsip Kemampuan Pengurus
Dalam pemilihan dan penempatan anggota pengurus hendaknya
memperhatikan kemampuan dan keahliannya. Dengan demikian dapat
diwujudkan pedoman “ The Right man on the right place “
8. Prinsip Solidaritas Kelompok
Dalam suatu organisasi hendaknya dapat dikembangkan kesetiakawanan,
rasa persatuan, dan jiwa korps diantara anggota organisasi.

3. FUNGSI ORGANISASI
Memperhatikan penjelasan diatas, maka tampak bahwa pada hakikatnya
fungsi organisasi adalah sebagai wadah sekelompok orang yang memiliki
kehendak/keinginan yang sama. Disamping itu, organisasi juga berfungsi sebagai
upaya untuk mempermudah seseorang atau kelompok orang dalam mencapai
tujuan.

D. JENIS DAN MANFAAT ORGANISASI


1. JENIS / MACAM-MACAM ORGANISASI
a. Dilihat dari cara terbentuknya
Organisasi Insidental yaitu organisasi yang dibentuk untuk mencapai tujuan
tertentu yang sifatnya sementara. Contoh : Kepanitiaan.
Organisasi Permanen yaitu organisasi yang dibentuk untuk mencapai tujuan
tertentu dimana tujuan tersebut selalu berkembang sesuai dengan dinamika
masyarakat dan didirikan untuk jangka waktu yang tidak terbatas. Contoh :
NU, IPNU – IPPNU, GP. ANSOR, FATAYAT, Dll.
Buku Panduan Materi MAKESTA IPNU & IPPNU Kabupaten Kudus

b. Dilihat dari bentuk / wujudnya :


Organisasi Formal yaitu organisasi yang dibentuk secara resmi dengan
memilih anggota, tujuan dan aturan yang resmi pula ( PD/PRT )
Organisasi In Formal yaitu organisasi yang timbul melalui saluran yang tidak
resmi, disebabkan karena hubungan pribadi dalam upaya memenuhi ambisi /
keperluannya.
c. Dilihat dari tujuan berdirinya :
Organisasi Massa (ormas) disebut juga organisasi kemasyarakatan. Contoh:
NU, IPNU, IPPNU, Muhammadiyah, IRM dll.
Organisasi Politik (Orpol) Organisasi yang bergerak dibidang sosial,
perpolitikan. contoh : PKB, PAN, PDI-P, PPP dll.
Organisasi profesi (Orprof) yaitu organisasi yang anggotanya memiliki profesi
/ keahlian sejenis. Contoh : PWI, IDI, PGRI dll.

2. MANFAAT BERORGANISASI
Sebagaimana difirmankan Allah SWT, bahwa manusia diciptakan atas
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar saling mengenal, maka organisasai
adalah salah satu media yang efektif untuk mewujudkannya.
Adapun manfaat berorganisasi antara lain :
a. Meningkatkan Ukhuwah diantara sesama.
b. Menambah sahabat.
c. Meningkatkan wawasan / cakrawala pandang.
d. Sebagai media berlatih hidup bermasyarakat.
e. Melatih kemandirian.
f. Menumbuhkan sikap dewasa.
g. Menumbuhkan rasa tanggung jawab.
h. Berfikir secara analitis dan kritis.

E. P E N U T U P
Uraian secara ringkas masalah-masalah yang berkaitan dengan organisasi di
atas, semoga dapat menjadikan dorongan / motivasi bagi anggota - anggota baru IPNU
– IPPNU khususnya dalam mengabdikan diri berorganisasi.
Buku Panduan Materi MAKESTA IPNU & IPPNU Kabupaten Kudus

LEADERSHIP
A. Pendahuluan
Berbicara tentang kepemimpinan Rasulullah SAW jauh hari telah
mengingatkan kita, bahwa kamu semua adalah pemimpin dan setiap pemimpin
akan dimintai pertanggungjawaban atas sesuatu yang dipimpinnya ( Al-Hadits).
Pemimpin tidak dapat dipisahkan dengan sekelompok orang yang dipimpin dan
kesamaan tujuan, maka berbicara tentang kepemimpinan harus mempunyai
gambaran tentang kemampuan menggerakkan orang guna mencapai tujuan
bersama.
Dalam usaha untuk mencapai tujuan, pemimpin menggunakan sumber daya
yang terdiri dari man, money, material, machine, market dll. Ditinjau dari peran
masing-masing maka manusialah yang sangat menentukan serta manusialah
sebagai sumber obyek yang menggunakan sarana atau sumber daya tersebut. Maka
untuk mencapai tujuan organisasi sangat tergantung pada kemampuan pemimpin
dalam menggerakkan sumber daya manusia tersebut dan kemampuan tersebut
tergantung kualitas kepemimpinan seseorang.
B. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan berasal dari kata pemimpin yang artinya orang yang
memimpin. Dalam bahasa Inggris disebut Leadership. Menurut istilah,
kepemimpinan diartikan aktifis atau kegiatan untuk mempengaruhi, membimbing,
dan memberi pengarahan atas pikiran dan tindakan orang lain untuk dapat
mencapai tujuan bersama.
Oleh karena itu, seorang pemimpin tidak hanya orang yang duduk di atas
kursi saja, tetapi dia adalah orang yang mampu untuk menggerakkan orang yang
dipimpinnya sehingga mempunyai kesadaran dan tanggung jawab dalam
melaksanakan tugasnya.
C. Teori Kepemimpinan
1. Teori Genetis atau Pembawaan
Inti ajaran ini tersimpul dalam sebutan yang mengatakan “leader are
born and not made” berarti bahwa para penganut teori ini mengatakan bahwa
seorang pemimpin akan menjadi pemimpin karena ia telah dilahirkan dengan
bakat-bakat seorang pemimpin.
2. Teori Sosial
Inti ajarannya : “leader are made and not born”. Bahwa setiap orang
bisa menjadi pemimpin apabila diberi pendidikan dan pengalaman yang cukup.
3. Teori Ekologis
Bahwa seseorang akan menjadi pemimpin yang baik apabila ia pada
lahirnya telah memiliki bakat sejak lahir dan dikembangkan melalui pendidikan
yang teratur dan pengalaman yang memungkinkan untuk mengembangkan
lebih lanjut bakat-bakat yang memang telah dimiliknya itu.
D. Fungsi dan Tugas Pemimpin
Buku Panduan Materi MAKESTA IPNU & IPPNU Kabupaten Kudus

Pada dasarnya tugas pemimpin adalah sebagai berikut :


1. Planning ( Perencanaan )
Seorang pemimpin bersama pengurus lainnya menyusun kegiatan atau
program selama masa baktinya dan sedapat mungkin disesuaikan dengan
kondisi riil yang ada.
2. Organizing ( Perorganisasian )
Pemimpin harus mampu mengorganisasi atau mambagi tugas kepada pengurus
yang menjadi bawahannya sesuai dengan bidangnya masing-masing.
3. Actuating ( Motivasi )
Pemimpin harus mampu menggerakkan pembantu-pembantu atau staf-stafnya
untuk melaksanakan program yang akan ditetapkan. Mampu memberi
bimbingan dan arahan agar melaksanakan tugasnya masing-masing ( Job
Discription ).
4. Controling ( Pengawasan )
Pemimpin harus dapat mengawasi tugas yang telah diberikan kepada para
bawahannya serta dapat mengevaluasi pelaksanaannya, sudah sejauh mana
pelaksanaan program, apa saja kelebihan, serta apa saja hambatan-
hambatannya. Sehingga hambatan maupun penyimpangan tersebut dapat
segera diketahui dan diatasi sedini mungkin.
E. Tipe-Tipe Kepemimpinan
1. Tipe Demokratis
Pengetahuan tentang kepemimpinan telah membuktikan bahwa tipe
pemimpin yang demokratislah yang paling tepat untuk organisasi modern
karena :
a. Dalam proses menggerakkan bawahan selalu bertolak pendapat bahwa
manusia itu adalah makhluk yang termulia di dunia
b. Selalu berusaha mensinkronisasikan kepemimpinan dari organisasi dengan
kepentingan dan tujuan pribadi dari bawahannya
c. Selalu berusaha mengutamakan kerja sama dan team work dalam mencapai
tujuannya
d. Dengan ikhlas memberikan seluas-luasnya kepada bawahannya untuk
berbuat kesalahan yang kemudian dibandingkan dan diperbaiki agar
bawahannya ini tidak lagi berbuat kesalahan yang sama akan tetapi, secara
implisit tergambar bahwa untuk menjadi pemimpin tipe ini bukanlah suatu
hal yang mudah dicapai, akan tetapi karena pemimpin yang demikianlah
yang paling demokratis alangkah baiknya jika semua pemimpin berusaha
untuk menjadi seorang pemimpin yang demikian.
2. Tipe Otokratis
Ciri-ciri atau karakteristik pemimpin jenis ini antara lain:
a. Menganggap organisasi milik sendiri
b. Menganggap bawahan hanya sebagai alat
c. Mengidentikkan tujuan pribadi sebagai tujuan organisasi
Buku Panduan Materi MAKESTA IPNU & IPPNU Kabupaten Kudus

d. Tidak mau menerima saran, kritik atau pendapat


e. Terlalu bergantung pada kekuasaan formalnya
f. Dalam tindakan pergerakan sering menggunakan approach (pendekatan)
yang mengandung unsur paksaan dan punitive (bersifat menghukum).
Dari sifat-sifat tersebut di atas jelas terlihat bahwa tipe pemimpin yang
demikian ini tidak untuk organisasi modern dimana hak asasi manusia yang
menjadi bawahan harus dihormati.
3. Tipe Militeristis
Seorang pemimpin yang bertipe militeris ialah seorang pemimpin yang
mempunyai sifat-sifat :
a. Dalam menggerakkan bawahan sistem perintah yang digunakan.
b. Dalam menggerakkan bawahan senang bergantung pada jabatan dan
pangkat.
c. Senang pada formalitas yang berlebih-lebihan.
d. Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan.
e. Sukar menerima kritikan dari bawahan.
f. Menggemari upacara-upacara untuk berbagai kegiatan.
4. Tipe Kharismatik
Hingga sekarang ini, para sarjana belum berhasil menemukan sebab-
sebab mengapa seorang pemimpin memiliki kharisma, yang diketahui ialah
bahwa pemimpin yang demikian mempunyai daya tarik yang cukup besar, dan
karenanya pada umumnya punya pengikut yang cukup besar, meskipun para
pengikut sering tidak dapat menjelaskan mengapa mereka menjadi pengikut
pemimpin itu.
Karenanya, kurangnya pegetahuan menjadikan sabab musabab
seseorang menjadi pemimpin yang kharismatik, maka sering hanya dikatakan
bahwa pemimpin yang demikian diberkahi dengan kekuatan ghoib atau super
natural power. Kekayaan umum kesehatan dan profil tidak dapat digunakan
sebagai kriteria untuk kharisma.
Ghandi bukanlah seorang yang kaya, Iskandar Zulkarnaen bukanlah
orang yang bersifat sehat, Jhon F Kenedy adalah seorang pemimpin yang
mempunyai kharisma, meskipun umumnya masih pada waktu terpilih sebagai
presiden AS.

5. Kepemimpinan Tradisional
Kepemimpinan ini didasarkan pada tradisi, misalnya seorang raja diangkat
karena keturunan atau berasal dari dinasti tertentu.

F. Sifat Ideal Seorang Pemimpin


1. Beriman dan Bertaqwa kepada Allah SWT.
2. Memiliki moral dan akhlak yang baik.
3. Mempunyai jiwa dan semangat dalam memipin.
Buku Panduan Materi MAKESTA IPNU & IPPNU Kabupaten Kudus

4. Ketajaman intelektual dan prestasi.


5. Tekun, ulet, tidak mudah menyerah dan tahan uji.
6. Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani
7. Setio Tuhu yaitu sifat loyal terhadap organisasi dan tugas yang diembannya.
8. Gemi Nastiti yaitu hemat dalam menggunakan kekayaan organisasi dan hati-
hati dalam menjalankan tugas.
9. Lilo Legowo Bloko Suto yaitu ikhlas dalam menjalankan tugas, luas cakrawala
berpikirnya dan bersifat terbuka (mau menerima saran, pendapat dan kritik
orang lain ).

G. Penyebab Kegagalan Pemimpin


1. Tidak peka terhadap situasi yang ada.
2. Bersifat dingin atau tidak mempunyai semangat hidup.
3. Tidak dapat dipercaya atau pengkhianat.
4. Terlalu bersifat ambisi.
5. Ingin menang dan menguasai sendiri.
6. Tidak berfikir strategis.
7. tidak bisa beradaptasi dengan lingkungan atau masyarakat.
8. Terlalu tergantung kepada pihak lain.

H. Penutup
Demikianlah materi yang dapat kami susun, semoga dapat bermanfaat dan
menjadi dasar kajian yang dapat dikembangkan dengan bahan lain yang lebih
lengkap. Kami hanya berpesan “Selama mengabdi di masyarakat utamakan
akhlaqul karimah, jaga nama baik almamater”.
Buku Panduan Materi MAKESTA IPNU & IPPNU Kabupaten Kudus

ALBUM LAGU

MARS IPNU MARS IPPNU

Wahai pelajar Indonesia Sirnalah gelap terbitlah terang


Siapkanlah barisanmu Mentari timur sudah bercahaya
Bertekad bulat bersatu Ayunkan langkah pukul genderang
Dibawah kibaran panji IPNU Sgala rintangan mundur semua
Ayo hai pelajar Islam yang setia Tiada laut sedalam iman
Kembangkanlah agamamu Tiada gunung setinggi cita
Dalam negara Indonesia Sujud kepala kepada Tuhan
Tanah air yang kucinta Tegak kepala lawan derita
Dengan berpedoman kita belajar Dimalam yang sepi
Berjuang serta bertaqwa Di pagi yang terang
Kita bina watak nusa dan bangsa Hatiku teguh padamu ikatan
‘tuk kejayaan masa depan Dimalam yang hening
Bersatu wahai pelajar Islam jaya Di hati yang membakar
Tunaikanlah kwajiban yang mulya Hatiku penuh bagimu pertiwi
Ayo maju pantang mundur Mekar seribu bunga di taman
Dengan rahmat Tuhan kita perjuangkan Mekar cintaku pada ikatan
Ayo maju pantang mundur Ilmu kucari amal kuberi
Pasti tercapai adil makmur Untuk agama bangsa negeri

MARS MAKESTA HELO-HELO


Kita kader Nahdlatul Ulama
Bunga harapan bangsa Helo….helo…helo…helo….
Putra-putri NU terpercaya Kita jumpa lagi
Kembangkan agama yang mulia Helo….helo…helo…helo….
Bahagia menanti
Sadar akan hari depan kami
Berjuang berbakti Sama…sama…sama…bina
Membela agama, negara dan bangsa Jasmani rohani
Dengan iman, Islam, dan taqwa Di medan Makesta ini
Di medan Makesta kita kan ditempa Gembira sekali
Berjiwa Ahlusunnah Waljamaah Kenal mengenal sesama ikatan
Tekad baja sentosa Untuk mengakrabkan
Maju pantang mundur Rasa persahabatan
Satria dan setia Guna membawa umat lebih bersatu
Bergerak kita dari medan Makesta Di dalam negara yang adil dan maju
Buku Panduan Materi MAKESTA IPNU & IPPNU Kabupaten Kudus

DI MANA-MANA

Di mana di mana kader-kader NU


Di sini di sinilah kader-kader NU

Siap belajar…….Siap !!!


Siap berjuang…..Siap !!! Bersemilah

Siap bertaqwa pada Allah yang Esa Bersemilah bersemilah


Tunas-tunas NU
Tumbuh subur tumbuh subur

Kau harapan NU
NOSTALGIA MAKESTA Masa depan di tanganmu
Untuk meneruskan perjuangan
Telah tiba saat berpisah
Pisah hanya dilahirnya Bersemilah bersemilah
Di hati kita tetaplah satu Tunas-tunas NU
Karna IPNU-IPPNU satu

Dalam hati kita tetap ingat


Pada masa di Makesta ULAMA’ GUGUR
Yang tak mungkin kita
lupakan Ulama gugur di medan juang
Slama hayat masih Kita kenangkan kita Do’akan
dikandung badan Kepergianmu menghadap Tuhan

Kini kita telah di Makesta Smoga amal mendapat balasan


Aku ‘kan slalu bertaqwa Korban perjuangan jadi ajaran
Di hati kita tidak kan lupa Kita kader sangup meneruskan
Bekal yang kita dapat di Makesta
Sadar ikhlas bekal kami
Kemungkaran yang kita hadapi
Tegakkan Islam di bumi
Sampai di akhir nanti
Buku Panduan Materi MAKESTA IPNU & IPPNU Kabupaten Kudus

…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
………………………………………...
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
………………………………………...
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
……………………………………………………

Anda mungkin juga menyukai