Manusia diciptakan paling sempurna dari mahluk hidup lainnya yang diciptakan
oleh Allah SWT. Kesempurnaan penciptaan ini menjadikan manusia memiliki
tanggung jawab dan beban takdir yang juga berbeda dari mahluk hidup lainnya.
3. Dinul Islam
Din-al Islam atau Dinul Islam merupakan istilah dalam Bahasa Arab
yang artinya agama Islam. Memahami Islam secara sederhana dapat dilakukan
dengan mengetahui maksud dari namanya. Dinul Islam tersusun dari dua kata
yakni Din dan Islam yang berakar dari kata salima.
Istilah din secara umum diartikan sebagai agama. Namun Syed
Muhammad Naquib Al-Attas (1993) dalam Islam and Secularism memperluas
makna tersebut. Menurutnya, din merupakan asas bagi suatu kehidupan yang
tertib dan teratur.
Artinya “Dan tidaklah Aku ciptakan Jin dan Manusia terkecuali untuk mengabdi
kepadaKu."
Inti ajaran yang dibawa oleh para nabi sejak Nabi Adam AS hingga
Nabi Muhammad SAW ini adalah tauhid atau mengesakan Allah. Hakikat
Islam tergambar jelas dari penjelasan Rasulullah mengenai rukun Islam.
4) Ad-dinul Qayyim: agama yang tepat dan tetap tegak. Ajaran dan
syariatnya selalu relevan untuk tercapainya derajat umat yang beriman
dan bertaqwa kepada Allah (QS. 9:36, 30:30).
Islam sebagai agama yang berlaku abadi dan berlaku untuk seluruh
umat manusia mempunyai sumber yang lengkap pula. Sumber ajaran Islam
adalah Al-Qur'an dan Sunnah yang sangat lengkap. Pertanyaan yang akan
timbul adalah mengapa ijtihad dijadikan sebagai sumber hukum atau sumber
ajaran Islam, padahal AI-Qur'an dan Sunnah telah cukup lengkap.
Seperti diketahui bahwa AI-Qur'an adalah merupakan sumber ajaran yang
bersifat pedoman pokok dan global, sedangkan penjelasannya banyak
diterangkan dan dilengkapi oleh Sunnah. Tapi, sesuai dengan perkembangan
zaman, banyak masalah-masalah baru yang tidak terdapat dalam AI-Qur'an
dan Sunnah. Dalam Persoalan-persoalan baru itu sudah barang tentu
jawabannya bagaimana dan sejauhmana Islam secara, tegas menetapkan dan
memecahkannya. Dengan demikian ijtihad sangat dibutuhkan sebagai saluh
satu metode dalam menerangkan sesuatu persoalan yang tidak ada atau secara
jelas tidak terdapat dalam AI-Qur'an dan Sunnah.
ْض ُ انَ بَعRRوْ َكRRَه َولRٖ Rِْأتُوْ نَ بِ ِم ْثلRَرْ ٰا ِن اَل يRRُ َذا ْالقRت ااْل ِ ْنسُ َو ْال ِج ُّن ع َٰلٓى اَ ْن يَّْأتُوْ ا بِ ِم ْث ِل ٰه
ٍ هُ ْم لِبَعRْض ِ قُلْ لَّ ِٕى ِن اجْ تَ َم َع
ظَ ِه ْيرًا
٣٢ - َقُلْ اَ ِط ْيعُوا هّٰللا َ َوال َّرسُوْ َل ۚ فَا ِ ْن تَ َولَّوْ ا فَا ِ َّن هّٰللا َ اَل يُ ِحبُّ ْال ٰكفِ ِر ْين
3. Ijma
Ijma dapat dibagi menjadi dua bentuk yaitu ijma sharih dan ijma
sukuti. Ijma sharih atau lafzhi adalah kesepakatan para mujtahid baik melalui
pendapat maupun perbuatan terhadap hukum masalah tertentu. Ijma sharih ini
juga sangat langka terjadi, bahkan jangankan yang dilakukan dalam suatu
majelis, pertemuan tidak dalam forum pun sulit dilakukan.
Bentuk ijma yang kedua dalah ijma sukuti yaitu kesepakatan ulama
melalui cara seorang mujtahid atau lebih mengemukakan pendapatanya
tentang hukum satu masalah dalam masa tertentu kemudian pendapat itu
tersebar luas serta diketahui orang banyak. Tidak ada seorangpun di antara
mujtahid lain yang menggungkapkan perbedaan pendapat atau menyanggah
pendapat itu setelah meneliti pendapat itu.
4. Qiyas
5. Syariat Islam
Pengertian Syariah -
Pengertian Syariah
Tidak banyak yang tahu bahkan dari umat Islam sendiri, bahwa istilah
syariah sudah digunakan sejak dulu, yakni pada zaman Nabi Muhammad.
Akan tetapi, istilah yang dipakai bukan yang dalam bentuk tunggal, namun
bentuk jamak yakni syara’i. sedangkan, syariah sendiri adalah kata berbentuk
tunggal dalam bahasa Arab. Bahkan penggunaannya tidak hanya di Arab
Saudi tempat kelahiran Nabi Muhammad, akan tetapi menyebar ke seluruh
daratan Arab.
Namun, hukum dasar yang masih sangat umum tersebut tentu perlu
dikaji lebih dalam agar dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari dan
disesuaikan dengan perkembangan zaman kehidupan manusia. Oleh karena
itu, dibentuklah satu bidang ilmu pengetahuan yang khusus untuk
mempelajari hukum dasar dan menyesuaikannya dengan hukum-hukum
spesifik yang dibutuhkan oleh manusia. Bidang ilmu tersebut bernama ilmi
fiqih dan orang yang memiliki keilmuan dalam bidang itu disebut faqih.
Istilah syariat bukan lagi istilah yang baru atau aneh bagi banyak
orang. Kata syariat ini sering ditemukan di berbagai tempat dan kesempatan.
Mulai dari buku yang dibaca, ceramah ustadz, pengajian, kultum, dan lain
sebagainya. Namun, apakah yang dimaksud dengan syariat?
Di waktu lain, kata syariat juga bisa disandingkan dengan kata fiqh.
Maka dalam kontes tersebut, syariat merujuk kepada hukum yang berasal dari
wahyu atau Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Sedangkan fiqh merujuk kepada
hukum yang merupakan hasil dari ijtihad para mujtahid.
Dengan memilih muslim, maka tidak ada alasan bagi seseorang untuk
tidak melaksanakan kewajibannya. Seandainya ada seorang muslim tidak
shalat, hal ini “bukan hanya” urusan pribadi tapi menjadi urusan semua
muslim terutama Ulul Amri. Jika ada seorang muslim tidak melaksanakan
kewajiban shalat karena dia tidak yakin akan kewajiban shalat, maka Empat
Mahzab dan jumhur (mayoritas) ulama sepakat menyatakan yang
bersangkutan kafir. Yang karenanya harus dihukumkan kafir, artinya bila
dalam tiga hari dia tidak segera sadar, maka dihukumkan sebagai murtad yang
halal darahnya sehingga Ulul Amri bisa menjatuhkan hukuman mati. Tapi,
seandainya tidak shalatnya yang bersangkutan bukan karena tidak yakin, tapi
karena alasan malas misalnya, maka dalam hal ini “tiga” mazhab (Syafi’i,
Hanafi, Maliki) menyatakan yang bersangkutan berdosa besar, sementra
Mazhab Hambali tetap mengkafirkannya.
*Syariat Islam dalam Kehidupan Sehari-hari*
Dalam Islam segala sesatu telah diatur, mulai dari lahir hingga
meninggal dunia, mulai dari bangun tidur hingga tidur kembali tidak ada yang
tidak diatur dalam Islam. Sehingga kesempurnaan islam merupakan
keniscayaan yang luar biasa bagi pemeluknya. Syariat artinya hukum atau
jalan yang sesuai dengan peraturan Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Allah telah
menurunkan agama Islam secara lengkap dan sempurna kepada nabi
Muhammad Shalallaahu Alaihi Wassalam. Ajaran Islam juga merupakan
ajaran yang jelas dan mudah dimengerti, prkatis untuk diamalkan, dan sejalan
dengan kepentingan manusia dimanapun, kapanpun dan dalam keadaan
apapun. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman dalam al-Quran.
Terjemahan: Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk
(mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan
takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu
agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai
Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan
tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang (Q.S. Al-Maidah: 03)
Bagi Islam, syariat hanya berlaku bagi bagi orang yang telah dewasa (baligh)
dan berakal sehat. Anak kecil belum dikenai syariat islam hingga dia dewasa
dan orang gila tidak dikenai syariat Islam hingga dia waras dan dapat
membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Tanda baligh bagi pria
adalah ketika dia mimpi basah (mimpi bersetubuh) dengan lawan jenis
(perempuan). Sedangkan untuk perempuan ditandai dengan telah mengalami
menstruasi (datang bulan).
َثُ َّم َج َع ۡل ٰنَ َك َعلَ ٰى َش ِري َع ٖة ِّمنَٱَأۡلمۡ ِرفَٱتَّبِ ۡعهَا َواَل تَتَّبِ ۡعَأ ۡه َوٓا َءٱلَّ ِذينَاَل يَ ۡعلَ ُمون
Syariat Islam dalam pembahasannya secara garis besar dibagi menjadi tiga
bagian yaitu sebagai berikut:
Ketentuan-ketentuan yang mengatur tata cara ibadah kepada Allah swt. atau
hubungan manusia dengan Allah (vertikal), serta ketentuan yang mengatur
hubungan antara manusia dengan sesamanya dan dengan lingkungannya.
Sifat Syariat Islam
Syariat Islam merupakan ketentuan Allah yang tetap sehingga memiliki sifat-
sifat yaitu sebagai berikut:
1. Umum
Maksudnya syariat Islam berlaku bagi semua umat Islam di seluruh penjuru
dunia tanpa terkecuali. Berbeda dengan hukum yang dibuat oleh manusia,
yang hanya berlaku pada tempat-tempat tertentu dalam hal ini sangatlah
terbatas. Hal ini didasarkan pada faktor kondisi dan keberpihakan hukum pada
kepentingan penciptanya.
2. Universal
ٰٓ
َيٱل ِك ٰتَبِ ِمن َش ۡي ٖۚءثُ َّمِإلَ ٰى َربِّ ِهمۡ ي ُۡح َشرُون ۡ طَِئريَ ِطي ُربِ َجنَا َح ۡيهِِإٓاَّل ُأ َم ٌمَأمۡ ثَالُ ُكمۚ َّمافَر
ۡ َِّطنَاف ِ َو َما ِمندَٓاب َّٖةفِيٱَأۡل ۡر
ٖ ض َواَل
Ayat di atas menjelaskan bahwa, tidak ada satupun ketentuan Allah yang
terlupakan dalam Al-Quran. Secara garis besar Allah telah menggambarkan
segalanya baik itu pokok-pokok agama, norma-norma, hukum-hukum,
hikmah, dan tuntunan untuk kebahagiaan manusia di dunia dan di akhirat.
Bukti bahwa hukum Islam mencakup semua urusan umat manusia di berbagai
bidang, dijelaskan dalam ayat-ayat Al-Quran diantara bidang-bidang tersebut
adalah sebagai berikut:
Bidang Ekonomi dan Keuangan
ٰيََٓأيُّهَاٱلَّ ِذينَ َءا َمنُ ٓو ْاِإ َذاتَدَايَنتُمبِد َۡينٍِإلَ ٰىَٓأ َج ٖل ُّم َس ٗ ّمىفَ ۡٱكتُبُو ۚهُ َو ۡليَ ۡكتُبب َّۡينَ ُكمۡ َكاتِ ۢبُبِ ۡٱل َع ۡد ۚ ِل
ٗ ص
يرا ِ َوابِ ۡٱل َع ۡدِإِۚل نَّٱللَّهَنِ ِع َّمايَ ِعظُ ُكمبِ ۗ ِٓۦهِإنَّٱللَّهَ َكانَ َس ِمي ۢ َعاب
ْ اسَأنت َۡح ُك ُم ْ ِإنَّٱللَّهَيَ ۡأ ُم ُر ُكمۡ َأنتَُؤ ُّد
ِ َّواٱَأۡل ٰ َم ٰنَتِِإلَ ٰىَٓأ ۡهلِهَا َوِإ َذا َح َكمۡ تُمبَ ۡينَٱلن
Bidang Militer
ۚۡاط ۡٱلخ َۡيلِتُ ۡر ِهبُونَبِِۦه َع ُدوَّٱللَّ ِه َو َع ُد َّو ُكمۡ َو َءاخَ ِرينَ ِمندُونِ ِهمۡ اَل ت َۡعلَ ُمونَهُ ُمٱللَّهُيَ ۡعلَ ُمهُم
ِ َاٱستَطَ ۡعتُم ِّمنقُو َّٖة َو ِمن ِّرب ْ َوَأ ِع ُّد
ۡ والَهُم َّم
Maksud ayat ini adalah janji-janji kepada Allah, kepada sesama manusia, dan
kepada diri sendiri.
Maksudnya bahwa syariat islam benar-benar diturunkan oleh Allah swt. dan
tidak tercampur atau tercemar oleh usaha-usaha pemalsuan hingga akhir
zaman. Allah swt berfirman di dalam Al-Quran.
Ayat di atas memberikan jaminan akan keaslian dan kesucian al-Quran tanpa
ada batas waktu (selama-lamanya). Firman Allah ini telah terbukti
kebenarannya, seperti pernah beberapa kali ada usaha pemalsuan Al-Quran
oleh orang yang tidak bertanggung jawab namun selalu gagal, karena Allah
telah menjaga dengan memberi pengetahuan lebih kepada sebagian umat
Islam yang menghafal dengan baik seluruh al-Quran, baik itu dari segi bacaan
maupun segi makna.
4. Mudah dan Tidak Memberatkan
Syariat Islam bukanlah aturan yang turun untuk memberatkan umat Islam
dalam menjalankannya. Kalau mau kita renungkan secara jujur dan arif,
bahwa memang Islam bukanlah agama yang menyulitkan pemeluknya, aturan
yang telah ditentukan bahkan untuk kemaslahatan umat manusia. Firman
Allah swt dalam al-Quran.
Bukti-bukti bahwa syariat Islam mudah dan tidak memberatkan bisa kita lihat
pada contoh-contoh penerapan ajaran agama Islam sebagai berikut:
Kedua, orang yang sakit atau orang yang berada di tempat yang tidak ada air,
jika ingin shalat maka tidak diharuskan untuk bersuci dengan wudhu,
melaikan dengan tayammun yaitu menggunakan debu. Dalam menunaikan
shalatpun jika orang tidak dapat berdiri, maka dia diperbolehkan untuk duduk,
atau jika tidak dapat duduk maka, ia diperbolehkan untuk tidur, dan
seterusnya.
ِ ۖ َصيبَ َك ِمنَٱل ُّد ۡنيَ ۖا َوَأ ۡح ِسن َك َمٓاَأ ۡح َسنَٱللَّهُِإلَ ۡي ۖ َك َواَل ت َۡب ِغ ۡٱلفَ َسا َدفِيٱَأۡل ۡر
ضِإنَّٱللَّهَاَل يُ ِحب ُّۡٱل ِ َو ۡٱبتَ ِغفِي َمٓا َءاتَ ٰى َكٱللَّهُٱل َّدا َرٱأۡل ٓ ِخ َر ۖةَ َواَل تَن َسن
َُم ۡف ِس ِدين
Terjemahan: Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu
dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat
kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berbuat kerusakan (Q.S. Al-Qashash: 77)
Allah dengan jelas dalam ayat ini membuka menjelaskan bahwa antara dunia
dan akhirat itu haruslah seimbang. Karena kebahagiaan di dunia juga
menentukan kualitas ibadah manusia, sedangkan persoalan nilai kebahagiaan
ini masih relatif nanti ditentukan oleh setiap manusia. Wallahu a'lam.
Dengan kata lain, syariah sebagai common law of Islam itu tidak hanya
mengatur hukum-hukum ibadah manusia secara vertikal kepada Allah
Subhanahu Wa Ta'ala, namun lebih jauh mengatur juga hubungan manusia
dengan sesamanya secara horisontal, seperti soal perdata, pidana, dan siyasah
(politik). Semuanya harus ditegakkan dengan syariah.
Namun karakter syariat itu tidak rumit, berat, dan melanggar hak-hak manusia
yang asasi. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman, “Menghalalkan bagi
mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk
dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada
pada mereka” (QS. al-A’raf/7: 157).
Jadi, sekali lagi syariah itu adalah maslahah. Argumentasi lainnya, misalnya,
seperti diungkap oleh Ali al-Sayis dalam Tarikh al-Fiqh al-Islam, bahwa
karakter syariah itu tidak menyusahkan, merawat kebaikan manusia, dan
memanggul semangat keadilan dalam pelaksanaannya. Jadi kalau syariah
Islam dilaksanakan akan muncul keadilan.
Kesimpulan:
*Syariat Islam*
) شريعةإسالمية
yakni berisi hukum dan aturan Islam yang mengatur seluruh sendi kehidupan
umat manusia, baik muslim maupun non- muslim. Selain berisi hukum dan
aturan, Syariat Islam juga berisi penyelesaian masalah seluruh kehidupan ini.
Maka oleh sebagian penganut Islam, Syariat Islam merupakan panduan
integral/ menyeluruh dan sempurna seluruh permasalahan hidup manusia dan
kehidupan dunia ini.
Dengan demikian perkara yang dihadapi umat Islam dalam menjalani hidup
beribadahnya kepada Allah itu dapat disederhanakan dalam dua kategori,
yaitu apa yang disebut sebagai perkara yang termasuk dalam kategori Asas
Syara' dan perkara yang masuk dalam kategori Furu' Syara'.
Asas Syara'
Yaitu perkara yang sudah ada dan jelas ketentuannya dalam Al Quran atau Al
Hadits. Kedudukannya sebagai Pokok Syari'at Islam dimana Al Quran itu
Asas Pertama Syara' dan Al Hadits itu Asas kedua Syara'. Sifatnya, pada
dasarnya mengikat umat Islam seluruh dunia dimanapun berada, sejak
kerasulan Nabi Muhammad Shalallaahu Alaihi Wassalam hingga akhir
zaman, kecuali dalam keadaan darurat.
Furu' Syara'
Yaitu perkara yang tidak ada atau tidak jelas ketentuannya dalam Al Quran
dan Al Hadist. Kedudukannya sebaga Cabang Syari'at Islam. Sifatnya pada
dasarnya tidak mengikat seluruh umat Islam di dunia kecuali diterima Ulil
Amri setempat sebagai peraturan / perundangan yang berlaku dalam wilayah
kekuasaanya.
Definisi
Secara etimologi bahasa, kata syari'ah berarti jalan yang berbekas menuju air,
karena sudah sering dilalui.[1] Kemudian maknanya berkembang menjadi
sumber air yang selalu diambil orang untuk keperluan hidup. Secara istilah,
syari'ah adalah apa yang digariskan dan ditentukan oleh Allah dalam agama
sebagai aturan kehidupan para hamba-Nya. Syariah diartikan sebagai segala
peraturan yang datang dari Allah, baik berupa hukum-hukum Akidah, hukum
yang bersifat praktik, maupun hukum akhlak.
Jinayah
Jinayah adalah sebuah kajian ilmu hukum Islam yang berbicara tentang
kejahatan.[2] Dalam istilah yang lebih populer, hukum jinayah disebut juga
dengan hukum pidana Islam.[2] Adapun ruang lingkup kajian hukum pidana
Islam ini meliputi tindak pidana kisas, hudud, dan takzir.[2]
Qishas
Qishas adalah penjatuhan coba sanksi yang sama dengan yang telah pelaku
lakukan terhadap korbannya, misalnya pelaku menghilangkan nyawa
korbannya, maka ia wajib dibunuh.[2] Kecuali, keluarga korban memaafkan si
pelaku, maka pelaku hanya akan dikenakan denda yang dinamakan dengan
diat atau denda sebagai pengganti dari hukuman.[3]
Hudud
Hudud adalah penjatuhan sanksi yang berat atas sesorang yang telah
ditentukan oleh Al-Qur'an dan Hadis, seperti zina, mabuk dan keluar dari
agama Islam atau murtad.[2]
Takzir
Takzir adalah hukum yang selain hukum hudud, yang berfungsi mencegah
pelaku tindak pidana dari melakukan kejahatan dan menghalanginya dari
melakukan maksiat.[2]
1. Al- Quran
Al- Quran sebagai kitab suci umat Islam adalah firman Allah Subhanahu Wa
Ta'ala yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Shalallaahu Alaihi
Wassalam untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia hingga akhir
zaman.[5] Selain sebagai sumber ajaran Islam, Al- Quran disebut juga sebagai
sumber pertama atau asas pertama syara'.
Quran merupakan kitab suci terakhir yang turun dari serangkaian kitab suci
lainnya yang pernah diturunkan ke dunia. Dalam upaya memahami isi Al-
Quran dari waktu ke waktu telah berkembang tafsiran tentang isi-isi Quran
namun tidak ada yang saling bertentangan.
2. Hadits
1) Sahih
2) Hasan
3) Daif (lemah)
4) Maudu' (palsu)
Hadis yang dijadikan acuan hukum hanya hadis dengan derajat sahih dan
hasan, kemudian hadis daif menurut kesepakatan Ulama salaf (generasi
terdahulu) selama digunakan untuk memacu gairah beramal (fadilah amal)
masih diperbolehkan untuk digunakan oleh umat Islam. Adapun hadis dengan
derajat maudu dan derajat hadis yang di bawahnya wajib ditinggalkan, tetapi
tetap perlu dipelajari dalam ranah ilmu pengetahuan.
Perbedaan Al- Quran dan Hadis adalah Al- Quran, merupakan kitab suci yang
berisikan kebenaran, hukum- hukum dan firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala,
yang kemudian dibukukan menjadi satu, untuk seluruh umat manusia.
Sedangkan Hadis merupakan kumpulan yang khusus memuat sumber hukum
Islam setelah Quran berisikan aturan pelaksanaan, tata cara ibadah, akhlak,
ucapan yang dinisbatkan kepada Nabi Muhammad Shalallaahu Alaihi
Wassalam. Walaupun ada beberapa perbedaan ulama ahli fikih dan ahli hadis
dalam memahami makna di dalam kedua sumber hukum tersebut tetapi semua
merupakan upaya dalam mencari kebenaran demi kemaslahatan ummat ,
tetapi hanya para ulama mazhab (ahli fiqih) dengan derajat keilmuan tinggi
dan dipercaya ummat yang bisa memahaminya dan semua ini atas kehendak
Allah.
3. Ijtihad
Ijtihad adalah sebuah usaha para ulama, untuk menetapkan sesuatu putusan
hukum Islam, berdasarkan Al- Quran dan Hadis. Ijtihad dilakukan setelah
Nabi Muhammad Shalallaahu Alaihi Wassalam wafat sehingga tidak bisa
langsung menanyakan pada beliau tentang sesuatu hukum maupun perihal
peribadatan. Namun, ada pula hal- hal ibadah tidak bisa di ijtihadkan.
Beberapa macam ijtihad, antara lain :
Qiyas, diumpamakan dengan suatu hal yang mirip dan sudah jelas hukumnya
'Urf, kebiasaan
Terkait dengan susunan tertib syariat, Quran dalam Surah Al-Ahzab ayat 36
mengajarkan bahwa sekiranya Allah dan Rasul-Nya sudah memutuskan suatu
perkara, maka umat Islam tidak diperkenankan mengambil ketentuan lain.
Oleh sebab itu, secara implisit dapat dipahami bahwa jika terdapat suatu
perkara yang Allah dan Rasul- Nya belum menetapkan ketentuannya, maka
umat Islam dapat menentukan sendiri ketetapannya itu. Pemahaman makna ini
didukung oleh ayat Quran dalam Surah Al-Mai'dah[6] yang menyatakan
bahwa hal-hal yang tidak dijelaskan ketentuannya sudah dimaafkan Allah
Subhanahu Wa Ta'ala.
Dengan demikian, perkara yang dihadapi umat Islam dalam menjalani hidup
beribadahnya kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala itu dapat disederhanakan
dalam dua kategori, yaitu apa yang disebut sebagai perkara yang termasuk
dalam kategori Asas syara' (ibadah Mahdah) dan perkara yang masuk dalam
kategori Furuk syara (Gairu Mahdah).
Yaitu perkara yang sudah ada dan jelas ketentuannya dalam Al- Quran atau
Hadis. Kedudukannya sebagai Pokok Syariat Islam di mana Al- Quran itu
asas pertama Syara` dan Hadis itu asas kedua syara'. Sifatnya, pada dasarnya
mengikat umat Islam seluruh dunia di mana pun berada, sejak kerasulan Nabi
Muhammad ﷺhingga akhir zaman, kecuali dalam keadaan darurat.
Keadaan darurat dalam istilah agama Islam diartikan sebagai suatu keadaan
yang memungkinkan umat Islam tidak mentaati Syariat Islam, ialah keadaan
yang terpaksa atau dalam keadaan yang membahayakan diri secara lahir dan
batin, dan keadaan tersebut tidak diduga sebelumnya atau tidak diinginkan
sebelumnya, demikian pula dalam memanfaatkan keadaan tersebut tidak
berlebihan. Jika keadaan darurat itu berakhir maka segera kembali kepada
ketentuan syariat yang berlaku.
Yaitu perkara yang tidak ada atau tidak jelas ketentuannya dalam Al- Quran
dan Hadis. Kedudukannya sebagai cabang Syariat Islam. Sifatnya pada
dasarnya tidak mengikat seluruh umat Islam di dunia kecuali diterima Ulil
Amri setempat menerima sebagai peraturan/perundangan yang berlaku dalam
wilayah kekuasaannya. Perkara atau masalah yang masuk dalam furu' syara'
ini juga disebut sebagai perkara ijtihadiyah.
adil, artinya salam hukum islam keadilan bukan saja merupakan tujuan, tetapi
sifat yang melekat sejak kaidah-kaidah salam syariah di tetapkan.
1. Al-tsabah (stabil)
2. Al-tathawwur