Anda di halaman 1dari 29

TUGAS MIKROBIOLOGI TANAH

TRANSFORMASI UNSUR-UNSUR DAN


SENYAWA-SENYAWA LAINNYA
DALAM TANAH OLEH MIKROORGANISMA

Di Susun Oleh Kelompok 7b :

Erniyati (20080122062)

Abdul Rahman Wahid (20080122053)

Kritono (20110122033)

INSTITUT PERTANIAN ( INTAN ) YOGYAKARTA

YAYASAN PENDIDIKAN WIDYATANI

Jl. Magelang KM. 5,6

2011 / 2012
TRANSFORMASI UNSUR-UNSUR DAN SENYAWA-
SENYAWA LAINNYA DALAM TANAH OLEH
MIKROORGANISME

1. PENDAHULUAN

Berbagai tanaman dengan melalui akar-akarnya mengambil dari tanah sejumlah unsur
yang beragam dalam bentuk garam-garaman.Perlu dijelaskan terlebih dahulu bahwa pangkal
uraian tidak dititik beratkan pada unsur karbon dan nitrogen karena ke dua unsur ini telah
dijelaskan secara panjang lebar dan mendetail pada mata kuliah terdahulu. Unsur-unsur yang
akan diuraikan merupakan unsur-unsur yang sering diklasifikasikan sebagai unsur-unsur
esensial dan minor.
Golongan pertama dari unsur-unsur yang dimaksud di atas yaitu : sulfur, fosfor,
patasium, kalsium, magnesium,besi ,mangan dan sodium. Golongan ke dua terdiri dari zink,
molibdenum, kadmium, khlorin, aluminium, boron, tembaga, silikon dan suatu ragam unsur
lainnya.
Dalam transformasi unsur-unsur di atas di dalam tanah,mikrooganisma sering kali
memainkan bagian peranannya secara langsung,meskipun sering kali pengaruhnya atas
berbagai unsur(elemen)ternyata tidak langsung,lamban dalam reaksi.Sepertinya silikon(salah
satu di unusr-unsur ini atau inert elements)menjadi esensial dalam perkembangan bagi
bakteri-bakteri tertentu dan ragam algae(ganggang) terutama diatoma-diatoma.Molibdenum
telah didapatkan memainkan suatu peranan yang cukup penting dalam fiksasi nitrogen
atmosferik.Unsur-unsur lainnya ditemukan telah menetralisir atau mempunyai suatu
pengaruh menetralkan atau racun-racun tanaman.Sedangkan yang lainnya lagi,seperti kobalt
dapat mempengaruhi pertumbuhan sel-sel,memperlambat atau menghalangi pelipatgandaan.
Beberapa element,terutama fosfor merupakan unsur-unsur (penyusun-penyusun) yang
esensial bagi nukleus sel dan sitoplasma.
Sulfur dan beberapa unsur lainnya,dapat tersaji sebagai sumber energi bagi berbagai
bakteria dan juga membentuk unsur-unsur (penyusun)yang esensial pada asam-asam amini
tertentu.
2. TRANSFORMASI SULFUR

Sulfur atau belerang merupakan suatu unsur esensial bagi pertumbuhan


tanaman.Unsur ini menyusun sekitar 0,11dari kerak bumi. Fosfor terjadi dalam konsentrasi
yang diperkirakan sama.Dalam menganalisir air sungai dapat diketahui bahwa sulfur
dihilangkan dari tanah lebih cepat disbanding dengan sesuatu unsure lainnya, yaitu ion-
ionnya,SO4, cenderung terlarutkan dalam air,sedangkan ion-ion PO4 cenderung mengendap
dengan cepat dalam tanah.
Menghilangkan belerang pada tanaman-tanaman perkebunan kemungkinan jauh lebih
besar daripada yang biasa diasumsikan,kemungkinan hal itu seluruhnya menjadi ke luar atau
meninggalkan proporsi pada tersedianya unsur ini dalam tanah. Kehilangan sulfur tahunan
dari tanah tidak berzat kapur melalui pertanaman dan drainase telah dinyatakan sekitar
jumlah 44 pound per acre. Kehilangan ini ditingkatkan dengan aplikasi kapur ke dalam tanah
.Setelah sampai duapertiga sulfur yang digunakan dalam tanah dalam bentuk potassium sulfat
ditemukan terbawa atau terlarutkan dalam air buangan(drainase).
Sulfur ditambahkan atau mendapatkan caranya sendiri masuk ke dalam tanah dalam
suatu jumlah bentuk-bentuk yang berbeda,jelasnya sebagai berikut:

a. Dalam senyawa-senyawa organik tertentu,yang membentuk bagian-bagian


unsur/penyusun dari residu tanaman dan binatang yang ditambahkan atau
ditinggalkan pada tanah.
b. Sebagai sulfur elemeter, yang biasanya ditambahkan ke dalam tanah sebagai suatu
pupuk atau yang terjatuhkan dalam air hujan.
c. Sebagai sulfat,yang ditambahkan ke dalam tanah ke dalam pupuk mineral
tertentu,sebagai superfosfat dan gypsum.

Kandungan sulfur pada bahan-bahan tanaman ternyata beragam,yaitu dari fraksi yang
kecil dari 1 (seperti dalam jerami gandum hitam) sampai hampir 1 % (seperti dalam turnip
atau sejenis lobak cina).
Sulfur dan senyawa-senyawa sulfur di dalam tanah merupakan subjek bagi sebagian
trasformasi yang berlangsung atau tidak berlangsung terhasilkan dari kegiatan-kegiatan
berbagai golongan jasad renik. Ketika berbagai residu tanaman dan binatang mengalami
dekomposisi (pelapukan) baik di dalam tanah ataupun di dalam kompos ,unsur-unsur yang
bersangkut paut dengan sulfur,terutama protein dan glukosida- glukosida dihidrolisa.Protein
memberikan kenaikan pada cystina asam animo yang bersangkut paut dengan sulfur,
glukosida- glukosida menghasilkan minyak mostar (mustard oil) dan senyawa-senyawa sufur
lainnya.
Susunan kimiawi dari 2 senyawa yang bersangkut paut dengan sulfur dapat
dikemukakan sebagai berikut:
CH S S CH2

NH 2.HC CH.NH2

HOOC COOH
Cystina
CH2.SO4OH

CH2.NH2
Taurina

Kini studi-studi mengenai produk-produk antibiotika dari metabolismaa


microbial,ternyata sulfur juga telah ditemukan sebagai suatu unsur esensial dari senyawa-
senyawa yang begitu penting sebagai penisilin.
Senyawa-senyawa ini dapat diserang dan dipecahkan oleh berbagai bakteri dan jasad
renik lainnya. Hanya sebagian kecil sulfur dikonsum organisma- organisma ini. Banyak
sekali dari padanya dibebaskan sebagai hydrogen sulfida. Di bawah kondisi-kondisi yang
anaerobic, senyawa-senyawa sulfat yang lain,seperti merkaptan, juga diproduksi,tentang
senyawa ini dapat diperhatikan seperti bau busuk yang tajam (pungent odor) yang timbul
sewaktu residu binatang (bangkai) dalam keadaan dekompos (pembusukan, pelapukan) dan
ddemikian pula pada pelapukan/penghancuran bahan-bahan tertentu yang kaya akan
protein,di mana pembusukan, pelapukan dan atau penghancurannya dalam keadaan tidak
hadirnya oksigen. Di bawah kondisi-kondisi aerobik hydrogen sulfide dan merkaptan dengan
cepat dioksidasi lebih lanjut menjadi sulfat-sulfat.
Di antara bakteria yang terlibat penuh dalam perubahan bentuk sulfur dalam
tanah,yang mampu mengoksidasi sulfur elementer dan senyawa-senyawa sulfat yang
sederhana, perlu sekali mendapat perhatian.Bakteria ini dikenal sebagai bakteria sulfur.
Mestinya bakteri-bakteri ini merupakan golongan-golongan yang berbeda morfologis
fisiologisnya, beberapa di antaranya berbentuk kecil,suatu mikron atau demikian juga dalam
ukurannya. Yang lainnya berbentuk dan berukuran lebih besar serta berfilamen. Beberapa
bakteri autotrop, yaitu bergantung atas energi yang dibebaskan dalam oksidasi sulfur, dan
yang lainnya termasuk autotrop fakultatif atau juga yang mampu mendapatkan energynya di
cari senyawa-senyawa organik.
Yang paling banyak dari bakteria ini dapat populasi tanah adalah organisma-
organisma autotropyang fungsinya dalam rabuk agaknya mirip dengan tanaman-tanaman
hijau, walaupun yang terakhir ini menggunakan energi sinar matahari (fotosinthesis),
sedangkan dalam proses likuidasi---chemossynthesis---.Kedua bentuk bakteria di atas dan
tanaman-tanaman hijau menggunakan karbondioksida dari atmosfer sebagai sumber-sumber
karbon bagi cell synthesis.
Reaksi-reaksi kimiawi berikut dilibatkan dalam oksidasi sulfur dan senyawa-senyawa
oleh bakteria:
2H2S + O2 = 2H2O + S2
S2 + 302 + 2H2O = 2H2SO4
Na2S2O3 + 202 + H2O = Na2SO4 + H2SO4
2Na2S2O3 + O2 = 2Na2SO4 + S2
Kecepatan oksidasi pada sulfur dan senyawa-senyawanya yang sederhana ke asam
sulfurik dan ke sulfat-sulfat dipengaruhi tidak hanya oleh keadaan alami dan organisma,tetapi
juga oleh kondisi-kondisi lingkungan.Perhatikan Tabel berikut.
Tabel. 1 Oksidasi Sulfur Elementer ke asam Sulfur oleh Bakteri “Thiobacillus
Thiooksidans” (Dari: Waksman dan Starkey).

Inkubasi Jumlah Labu Pengontrol Labu Terinkubasi Hilangnya Meningkatnya


kultur Sulfur Sulfat Sulfur Sulfat Sulful Sulfat
dalam Elementer
-laba-
(Hari) (ml) (mg S) (mg S) (mg S) (mg S) (mg S) (mg S)
15 100 1.001 86.4 788 302.1 213 215.7
30 100 992 90.5 735 354.0 257 263.6
15 300 3.002 112.2 2.496 633.3 506 520.8
30 300 2.997 126.5 1.974 1.168.0 1.023 1.041.5
Dari kepentingannya yang khusus atas berlangsungnya reaksi tanah dan
substrata,yaitu konsentrasi garam dan ketersediaan bahan-bahan organik.
Tiap-tiap reaksi di atas dapat ditimbulkan oleh berbagai ragam bentuk dan
bacteria.Reaksi yang pertama, dapat dihasilkan dalam kehadiran sulfur(misalnya yang
tersedia dalam air hujan),yang sebagian besar terdapat dalam air lembah sungai atau
genangan air dan dalam bongkah-bongkah gambut dan dapat dibawa/diselesaikan oleh
segolongan besar bakteri.Tipe reaksi ini kini telah menarik banyak perhatian sebagai suatu
perkembangan usaha untuk meningkatkan persediaan sulfat yang ada pada pemanfaatan
produk-produk buangan. Dalam tanah-tanah yang bereraksi baik,sulfur bagaimana pun tidak
terakumulasi sebagai suatu hasil aksidasi hydrogen sulfide,melainkan dengan cepat dioksidasi
lebih lanjut ke sulfat,seperti diperlihatkan pada reaksi yang kedua.
Kalau sulfur elementer merupukan titik pangkal pada asam sulfurat,hanya sedikit
sekali bakteri yang mampumenyelesaikan oksidasinya.Asam pengaruh mempengaruhi
dengan basis dan zat-zat penyangga lainya yang tersedia dalam tanah untuk menimbulkan
berbagai sulfat.Kalauhal itu diperlukan sekali untuk mereduksi alkalinitas tanah-tanah
tertentu,sepertinya tanah-tanah alkali(hitam) atau kalau hal itu sebaiknya untuk menjadikan
tanah lebih asamuntuk mengendalikan penyakit tertentu yang menghasilkan organism,---
penyakit---keropeng pada umbi kentang misalnya--- penambahaan sulfur dan berlangsung
oksidasi sebagai akibat hadirnya asam sulfurat,dapat mengatasi penyakit tersebut,dan ini
menpunyai arti yang besar ditinjau dari segi ekonomi.Reaksi ini dapat diringkas sebagai
berikut:
Ca3 (PO4)2 + 2 H2SO4 = 2CaSO4 + Ca (H2PO4)2
Di antara transformasi senyawa-senyawa sulfur yang lainnya yang berlangsung di
dalam tanah dan dalam substrata tanah yang lain,maka proses-proses reduksi merupakan
proses-proses yang berarti.Reduksi sulfat ke sulfide hidrogen diselesaikan oleh bakteri
spesifik yang tertentu,biasanya ditunjukkan sebagai organism-organisma pereduksi
sulfat.Satu di antaranya telah ditunjukan oleh BEIJERINCK sebagai “Microspira
desulfurican”,yang selanjutnya oleh STARKEY ditunjukkan sebagai “sporovibrio
desulfurican “.Proses reduksi berlangsung dengan kehadiran suatu sumber energy yang
memadai,yang dapat diringkas sebagai berikut:
CaSO4 + CH3.COOH+H2S + CaCO3 + CO2 +H2O
Kondisi-kondisi anaerobik atau dengan tiadanya oksigen atmosferik bebas adalah
esensial pada saat berlangsungnya reaksi ini,namun di sini suatu bentuk bahan organik harus
tersedia. Sulfat digunakan oleh bakteri sebagai suatu sumber oksigen yang penting untuk
mengoksid substansi- substansi organik, ---energi yang dibebaskan dalam proses oksidasi
sebagian dipakai dalam mereduksi sulfat---
Dalam kehadiran unsur besi,dapat dihasilkan sulfide besi (yang hitam),yang
merupakan lumpur-lumpur organik yang khas,yang ditentukan di bawah kondisi-kondisi
anaerobik.
Sulfida hidrogen yang dihasilkan dalam reaksi di atas ditemukan dalam air lembah
sungai atau kolam tertentu,juga pada bongkah-bongkah gambut dan di lingkungan-
lingkungan yang jenuh air,khas dimana terjadi kekurangan oksigen bebas.Sulfida hydrogen
yang di bentuk dalam reduksi sulfat dapat dioksid lagi ke sulfat dengan masuknya dalam
kontak dengan sumber oksigen dan dalam kehadiran bakteria spesifik pengoksid sulfur.
Dapat ditegaskan sehubungan dengan reaksi di atas,bahwa H2S akan dioksid oleh
bakteri sulfur (a.l. Thiobacillus) ke bentuk sulfat,dan dalam keadaan anaerobic bakteri
pereduksi sulfat (a/1. Spirillum) mereduksi senyawa sulfat menjadi H2S kembali ,terjadi di
dalam tanah atau daerah genangan air.Selanjutnya perhatikan siklus dari sulfur gambar
berikut.

Organik - S Dekomposisi
Protein Bakteria

Assimilasi
Tanaman H S
2
Bakteria

Oksidasi S
Bakteri
SO4 2 Autrotrop
Bakteri
Fotosintetik

Gambar 1. Siklus Sulfur

Siklus Sulfur terjadi secara alami di dalam tanah ,di lembah-lembah sungai,di kolam-
kolam tertentu,dan di daerah-daerah genangan air.
3. TRANSFORMASI FOSFOR
Fosfor secara terus menerus di dalam tanah mendapat tambahan,dalam berbagai
residu organik dan dalam pupuk-pupuk. Fosfor ditemukan pula dalam tanah yang tidak
diusahakan dalam sejumlah bentuk yang beragam (berbeda-beda). Perhatikan Tabel 2 berikut
ini.

Tabel 2. Kandungan Fosfor dan Potassium pada Beberapa Tanah dengan Keterlibatan
Bakteri Tanah

Bentuk Organisma Debu Total Total


P2O5 K2O
(%) (%) (%)
Az. choococcum 8.2 – 8.6 4.93 – 5.2 2.41 – 2.65
B.mycoides 7.5 4.07 2.27
Ps.fluorescens liquefaciens 6.48 5.32 0.83

Bentuk-bentuk fosfor tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut:

a. Senyawa-senyawa organik yang terdapat dalam residu-residu tanaman dan binatang


dimasukkan ke dalam tanah.Terserta pula substansi sel mikroba yang melimpah,yang
mengalami sinthesa di dalam tanah.Senyawa-senyawa organik fosfor juga membentuk
suatu bagian unsure dari kompleks-kompleks humus pada tanah.
b. Fosfat batu-batuan da fosfot lainnya yang tidah dapat di pecah/dilarut biasanya
tersedia dalam batu-batuan setempat,dari bahan/batu-batuan inilah (dengan pengaruh
alami dan berbagai mikrooganisme lain) tanah diperoleh/terwujudkan. Fosfat
seringkali pula ditambahkan ke dalam tanah dalam bentuk macam-macam pupuk,
yang sama baiknya dengan tulang-tulang dari bangkai binatang. Perhatikan Tabel 3
berikut ini.
Tabel 3. Pengaruh Nitrifikasi pada Solubilitas dari Trikalsium Fosfat dalam Tanah
(Dari Kelley)

Setelah 28 hari Setelah 57 hari


NO3 – N Ca P2O5 NO3 – N Ca P2O5
Penambahan bahan-bahan
ppm Ppm ppm ppm ppm ppm
Kontrol 20.0 45.0 13.1 25.5 50.6 11.0
CaCO3 22.0 56.5 11.9 29.0 70.8 13.2
Ca3 (PO4)2 21.0 58.5 24.2 28.0 58.8 25.0
CaCO3 + Ca3 (PO4)2 22.0 59.1 17.3 28.0 70.1 22.4
(NH4)2SO4 98.0 219.4 18.5 99.0 225.4 19.4
(NH4)2SO4 + CaCO3 97.0 254.4 18.5 98.0 270.5 7.4
(NH4)2SO4 + Ca3(PO4)2 99.0 217.7 52.1 99.0 229.6 38.0
(NH4)2SO4+CaCO3+Ca3(PO4)2 100.0 253.4 26.6 101.0 230.4 13.9
Darah kering 91.0 107.7 9.7 90.0 113.9 10.0
Darah kering+ CaCO3 89.0 107.2 9.8 90.0 140.2 11.5
Darah kering+ Ca3 (PO4)2 81.0 111.7 24.3 88.0 117.7 22.2
Darahkering+CaCO3+Ca3(PO4)2 81.0 118.2 19.5 87.5 138.1 18.3

c. Fosfor anorganik dapat larut, seperti sodium, potassium, kalsium dan magnesium,
ditambahkan ke dalam tanah dalam bahan-bahan pupuk dan dalam residu-residu
tanaman dan binatang.

Gambar 2. Tranformasi (Siklus) Fosfor


Di antara senyawa-senyawa fosfatorganik yang juga dapat ditemukan di dalam
tanah,seperti lecithin,asam-asam nuklei dan phitin,bedanya di tempat tertentu dengan sangat
menyolok atau merajai di tempat tersebut.
Lecithin berkandungan 9,39 P2O5,N 1.6 dan C sebanyak 65,36. Lecithin
berkandungan 2 asam lemak radikal, seperti palmitat dan stearat atau asam-asam oleat,
sebagaimana diperlihatkan pada formula struktural berikut.

CH2.OR

CH.OR1
OH
CH2.OPO
(CH3)3 + 3H2O
O.(CH2)2N

lacithin OH

CH 2OH

= CHOH OH
(CH3)3
CH 2O.PO + ROH + R1OH + (CH2)2 OH.N

OH asam lemak kholin OH

Gambar 3. Formula Struktural

Asam-asam nukleat ditemukan melipah dalam substansi sel mikroba.Dalam


dekomposisinya,beberapa golongan asam ini dibongkar lebih cepat daripada yang
lainnya.Dalam kehadiran sumber-sumber karbon dan nitrogen yang benar-benar
tersedia,berbagai bakteria dan cendawan berkemampuan membongkar lecithin dan asam
nukleat dan membebaskan fosfor sebagai fosfat.Sebanyak 60 dari fosfotlecithin ditransform
ke dalam fosfat yang dapat larut dalam 60 hari.Sisa dari fosfor diasimilasi oleh bakteria untuk
sinthesa bahan sel.
Phitin adalah suatu heksafosfat,yang terjadi/timbul dengan melimpah dalam bahan-
bahan tanaman,terutama dalam biji-bijian.Berkandungan sekitar 26 fosfor dalam bentuk aam
phitin, C6H24O27P6. Senyawa ini dipenuhi oleh cendawan dan bakteri dengan menggunakan
suatu enzim,ditunjukan sebagai phitas,dengan akibat atau hasil bahwa fosfor organic
ditransform ke dalam fosfat:
C6H24O27P6 + 6O2 = 6 H3PO4 + 6 CO2 + 3 H2O
Protein-protein nukleat berkandungan 7-9 fosfor dan 13-14 nitrogen,jika diserangoleh
mikroorganisme member penambahan pada asam fosforat,gula,purin dan pokok-pokok
primimidin.Senyawa-senyawa ii didekompas lebih lanjut oleh suatu macam bakteria dan
cendawan.Bakteria tertentu,yang ditunjukan sebagai Nucleobacter,telah ditemukan menjadi
dihubungkan secara khusus dalam dekomposisibeberapa nukleat,melalui derajat asam nukleat
ke dalam asam fosforat.
Fosfat yang tidak melarut ditambahkan ke tanah adalahmerupakan subyek bagi
kegiatan-kegiatan mikroorganisme,sebagian besar dalam suatu rubuk tidak
langsung.Berbagai asam organik dan anorganik yang dihasikkan mikroorganisme pengaruh
mempengaruhi dengan fosfat yang tidak larut,member peningkatan pada senyawa-senyawa
yang dapat larut.Hal ini dilukiskan dengann reaksi-reaksi sebagai berikut:
Ca (PO4)2 + 2HNO3 = 2 CaHPO4 + Ca (NO3)2
Ca (PO4)2 + 2HNO3 = Ca (H2PO4) + Ca (NO3)2
Ca (PO4)2 + H2SO4 = 2 CaHPO4 + CaSO4

GERRETSEN mengemukakan fakta bahwa pengambilan fosfor pada tanaman dari


dasar terak dicirikan dengan membaiknya aktifitas mikroba tanah.Kemampuan melarutkan
dari mikroorganisma tanah terhadap fosfat yang tidak melarut dicapai dengan bantuan piring-
piring kaca yang dipenuhi lapisan agar,dalam mana fosfat kalsium dipercepat dan mengendap
dan terkubur miring dalam bejana kultur (pemeliharaan).Zona-zona solubilitasi yang jelas
diamati pada bagian-bagian dengan jelas,terutama di bagian bawah uung-ujung akar dan
batang muda.Dalam kultur-kultur yang steril zona-zona solubilitasi (zona pelarutan)ini tidak
ditemukan/tidak terlihat,membuktikan bahwa gerak pemecahan/pembongkaran pada akar-
akarmelepaskan/mengeluarkan substansi-substansi organic dengan suatu hasil bagi C:N yang
rendah,terdapat kemungkinan bahwa fosfat dapat dipercepat perubahannya oleh aktifitas
jasad renik.
Dalam dekomposisi bahan organik oleh jasad renik, biasanya tidak semua fosfor
dibebaskan oleh fosfat, sejumlah tertentu diasimilir oleh organisma untuk sinthesa bahan sel
yang baru.Kalau kompleks organik berkandung fosfor hanya sedikit atau tidak ada,bacteria
dan cendawan berkemampuan menghilangkan dari tanah beberapa fosfat yang dapat melarut
yang diperlukannya untuk sinthesa selnya. Hal ini adalah similar dengan kebutuhan-
kebutuhan mikrooganisma akan nitrogen, walaupun jumlah-jumlah fosfor yang diperlukan
bagi tujuan ini akan kurang.
Estimasi atas fosfat yang tersedia di dalam tanah atau respon dari suatu tanaman pada
pemanfaatan fosfat yang potensial, dipersulit oleh beberapa faktor, terutama sistem perakaran
dari tanaman kedalaman penetrasi dari sistem perakaran dari curah hujan. Effek yang baik
dari adanya penambahan tersedianya fosfat pada tanah akan merupakan suatu peningkatan
dalam system perakaran,yang mengarah pada kemampuan pengambilan yang lebih besar atas
fosfat tanah, Kemampuan akar-akar tanaman untuk menabsorb kurangnya fosfat yang
tersedia dengan lebih mudah/lebih cepat adalah tergantung pada nutrisi fosfatpada tanaman
dan system perakarannya. Beberapa tanaman mengeluarkan/melepaskan asam-asam
organikdari akar-akarnya.Semua tanaman mempunyai konsentrasi-konsentrasi karbon
dioksida tertentu, sehubungan dengan respirasi dari populasi mikrobiologis pada tanah,
khususnya dalam rhizosfer . Hal ini mengakibatkan lebih besarnya dalam ketersediaan fosfat
insoluble (yang tidak melarut) dan mungkin melibatkan dalam suatu transfer dari beberapa
fosfat,jadi menjadikan tersedianya pada akar-akar tanaman.Kondisi-kondisi tanah,khususnya
aerasi, merupakan kondisi yang sangat penting dalamhubungan ini.
Metode-metode yang kini digunakan bagi estimasi tersedianya fosfat dalam tanah
adalah didasarkan pada perlakuan-perlakuan padatanah dengan suatu larutan yang
cocok,sepertiasam-asam sitrat dan asetet atau fluoride alumunium,dan determinasi pada
sejumlah fosfat dalam ekstrak.Sejumlah metode biologi juga dipergunakan,meliputi penilaian
jumlah fosfat yang diambil pada pembibitan-pembibitan tanaman gandum hitam (rye
seedlings)atau sejumlah pertumbuhan yang ditunjang peranan bakteri yang memerlukan
fosfat,seperti Azotobakterau cendawan, seperti Aspergillus, dimana tanah bagi organisma-
organisma tadi merupakan satu-satunya sumber fosfor bagi mereka.
Metode-metode mikrobiologis untuk mengevaluasi tersedianya fosfor di dalam tanah
didasarkan atas fakta bahwa bahwa suatu paralelisma tertentu telah diamati di antara sinthesa
sel microbial dan pemakaian fosfat.Observasi ini telah digunakan untuk pelaksnaan
penentuan dengan teliti tersedianya fosfat pada waktu itu di dalam tanah.Berbagai bakteria
,terutama Azotobacter chroococcum dan cendawan (seperti Aspergillus niger,
Cunninghamella,Trichoderma dan A.oryzea) dimanfaatkan sebagai organisma-organisma
penetas.
Methoda analisis biasanya dilakukan sebagai berikut: Suatu kuantitas tanak tertentu
yang akan diamati ditambahkan pada suatu larutan garam – gula yang bebas dari fosfor dan
nitrogen dan suatu turunan Azotobacter yang pantas diinokulasikan, setelah inkubasi selama
14 sampai 30 hari pada 28oC,maka sejumlah nitrogen yang terfiksasi dapat
ditentukan.Nitrogen yang terikat adalah suatu penilaian atas pertumbuhan/perkembangan
Azotobacter,yang dikendali oleh fosfor yang tersedia.Sejak rasio nitrogen sel kefosfor sel
adalah 2:1,jumlah terpakianya fosfor dapat dikalkulasi dari sejumlah nitrogen yang
terikat,jadi gambaran ketersediaannya fosfor dapat dikalkulasi dari sejumlah nitrogen yang
terikat,jadi memberikan ikatan ketersediaanya fosfor dalam simple tanah yang ditambahkan
pada larutan.
Metoda ini telah dimodifikasi dengan berbagai cara.Dalam satu cara modifikasi ini
suatu korbohidrat (gula,tepung,mannitol)ditambahkan ke dalam tanah tertentu yang
diamati,juga ditambahkan CaCO3 jika tanahnya asam.Tanah selanjutnya diinokulasi dengan
Azotobacter dan dimasukkan ke dalam piringan-piringan kecil,permukaan-permukaannya
diratakan.Selanjutnya tersedianya fosfor dalam tanahdi nilai dengan pertumbuhan
Azotobacter di permukaan tanah pada piring-piring tadi,sebagaimana ditentukan dengan
permunculan koloni-koloni lanyau.Ketersediaan fosfor dalam suatu tanah tertentu dinilaidari
sejumlah perkembangan koloni Azotobacter yang aktual.
Beberapa metoda didasarkan atas pemanfaatancendawan,metode-metode ini
adalahsimilar dengan metode-metode di atas,kecuali mengenai nitrogen yng tersedia itu
ditambahkan juga pada solusi atau pada tanahnya.Pertumbuhan cendawan digunakan sebagai
suatu penilaian dari tersedianya fosfor

4. TRANSFORMASI POTASIUM, KALSIUM, MAGNESIUM DAN BESI

Dalam hubungan dengan berbagai element yang telah dibahas,yang lainnya yang
diperlukan bagi nutrisi tanaman atau pun binatang dan yang hadir di dalam tanah atau
dimasukkan ke dalam tanah,merupakan subyek langsung atau pun tidak langsung bagi
kegiatan-kegiatan berbagai jasad renik. Beberapa dari element-element ini, potassium,
kalsium, magnesium dan besi digunakan bagi metabolisme organisma-organisma tanah.
Element-element tadi digunakan baik sebagai bahan gizi atau sebagai katalisator (zat yang
mempercepat reaksi ),dan karenanya diperlukan,walaupun dalam sejumlah kecil apa pun
tersedia didalam tanah.Transformasinya oleh berbagai mikroorganisma dan peranannya
dalam metabolisma microbial adalah tergantung pada sifat-keadaan element,sifat-keadaan
organisma dan pada kondisi-kondisi tanah.
Tranformasi Potasium (K+)
Potassium ditemukan dalam tanah,baik dalam bentuk-bentuk organik dan dalam
bentuk silikat zeolit dan nonzeolid. Element ini ditambahkan pada tanah dalam bentuk-bentuk
anorganik yang dapat larut,terutama garam-garam sulfat,khlorida-kholorida dan fosfat –
fosfat,dan dalam bentuk anorganik yang tidak dapat melarut dalam air diketahui sebagai
“marl” dan juga dalam bentuk rubuk-rubukkandang dan berbagai residu tanaman.Kandunga
K2Opada residu tanaman berkisar dari 0,5 sampai2,0.Rubuk-rubuk yang baru berkandungan
K2Osekitar 0.288 sampai0.504,konsentrasinya dalam kandungan debu pada sel-sel bakteri
adalah 4,0 sampai25.6,dan dalam hal itu pada misellium cendawan adalah 8.7 – 39.5.
Sumber potassium (K) untuk tanaman diperoleh dari pelapukan batuan mineral (alkali
fildspars 4-15% K2O, Muskovit/K-mika 7-11% K2O, Biotit-Mg mika 6-10% K2O, ellite 4-7%
K2O) berada di kisi-kisi mineral.

XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX

XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX

K+ K+ K+ K+

XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX

XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
Pembebasan K hasil pelapukan dapat dengan air atau asam lemah dapat lebih cepat.
Konsentrasi H+ yang tinggi dan K+ yang rendah dapat membebaskan K+ yang berada di
antara lapisan batuan mineral (interlayer). Pembebasan K dapat juga dengan cara penggantian
K+ oleh kation lain (Na+, Ca++, Mg++).
Fiksasi K+ dapat juga oleh mineral tanah dan fiksasi berlangsung lebih kuat pada
kondisi kering daripada basah (lembab). Fiksasi K+ ini dapat dibebaskan oleh adanya NH4+
atau H+.
K+ berperan dalam banyak proses fisiologis dan biokimia tanaman dan diserap secara
aktif dengan kecepatan penyerapan yang tinggi dan dapat melawan perbedaan konsentrasi. K+
dalam konsentrasi rendah ditransport secara aktif dengan adanya transfer energi oleh ATP-
ase, sedang K+ konsentrasi tinggi justru akan menghambat mekanisme transport aktif dan
dutransport secara pasif. Kecepatan penyerapan K+ juga dikontrol oleh konsentrasi K+
internal yang pada gilirannya berdampak pada turgor sel atau turgor sel justru dikontrol oleh
penyerapan K+.
K+ diketahui sebagai unsur yang sangat mobil di jaringan tanaman, K+ utamanya
ditransport secara langsung ke jaringan meristem dan seringkali dijumpai transport K+
berlangsung dari jaringan tua ke jaringan muda.
Transport K+ ke meristem, perannya belum diketahui dengan jelas, tetapi diduga
terkait dengan kegiatan : sintesis protein, laju pertumbuhan dan penyediaan sitokinin. K+
penting dalam menentukan status air dalam tanaman : penyerapan air dalam sel/jaringan
seringkali sebagai akibat penyerapan aktif terhadap K+, pembengkakan kotiledone
berhubungan dengan penyediaan K+, turgor sel (daun) jega sangat dipengaruhi oleh
kandungan K+.
Perlakuan tanaman dengan level K+ yang rendah diperoleh penurunan : laju
pertumbuhan, besarnya sel, kandungan air dalam jaringan. Dari perlakuan ini disimpulkan
bahwa jaringan muda sangat memerlukan K+ untuk memelihara turgor sel yang pada
gilirannya untuk pembesaran sel, pada jaringan muda turtgor sel sangat sensitif terhadap
status K+, K+ juga berkaitan dengan asimilasi CO2, fosforilasi dan sintesis protein.
Pendapat lain menyebutkan bahwa K+ sinergistik dengan asam gibberelin, kecepatan
perpanjangan yang tinggi dijumpai pada aplikasi K+ dan asam gibberelin. Kehilangan air
lebih rendah pada tanaman yang diberi K+ karena berpengaruh pada penurunan transpirasi
yang tidak hanya tergantung pada potensi air pada sel mesofil, tetapi juga dikontrol oleh
besarnya tingkat membukanya stomata.
K+ dalam sel stomata ikut mengendalikan membuka dan menutupnya stomata,
stomata membuka bila kadar K+ di dalam sel stomata tinggi dan menutup bila kadar K+
rendah. Pada siang hari akan berlangsung fotosintesis, dihasilkan fotosintat yang dampaknya
akan dihasilkan energi maka mendorong peningkatan penyerapan K+ yang akhirnya akan
meningkatkan konsentrasi K+ dan menaikkan tekanan turgor. Perilaku K+ ini ternyata tidak
berlaku untuk ion (anion) Cl- dan H2PO4- sehingga tidak mampu memberikan keseimbangan
akibat peningkatan K+, sedang anion yang memberikan keseimbangan terhadap K+ asam
malat yang dihasilkan via karboksilasi PEP.
Pengaruh K+ terhadap fotosintesis ternyata tidak langsung berpengaruh pada
fotosintesis I dan II, tetapi menaikkan reaksi denovo yaitu sintesis enzim rubisco. K+ juga
menurunkan resistensi difusi CO2 kedalam sel mesofil. Meningkatnya asimilasi CO2 paralel
dengan meningkatnya fotorespirasi dan menurunkan respirasi (respirasi gelap), K+ juga
meningkatkan translokasi fotosintat dan K+ secara tidak langsung meningkatkan sintesis
beberapa macam senyawa organik seperti protein, gula dan polisakarida.
Kation K juga berperan mengaktifkan beberapa macam enzim, misal terhadap starch
sintetase pada jagung manis, pengaruh K+ sangat kuat yang diikuti oleh Rb+, Cs+ dan NH4+
pengaruhnya lebih rendah daripada K+.
Defisiensi K tidak menunjukkan gejala yang jelas, awalnya hanya pengurangan laju
pertumbuhan, setelah lanjut diikuti oleh klorosis dan nekrosis. Umumnya mulai nampak pada
daun tua, karena K+ yang mobil ditransport dari daun tua ke jaringan yang lebih muda.
Turunnya turgor apalagi pada kondisi stres air menyebabkan tanaman lembek. K+ juga dapat
meningkatkan resistensi tanaman terhadap beberapa penyakit, misal pada gandum terhadap
serangan penyakit : “powdery mildew” oleh Erysiphe graminis , padi : “brown spot” oleh
Ophiobolus myabeanus, barley : “brown rust” oleh Puccinia hordei dan Fusarium, layu pada
pisang oleh Fusarium oxysporum.

Beberapa contoh pupuk potasium :

KCl 50 % K (60 % K2O)

41 % K (58 % K2O)

33 % K (40 % K2O)

KSO4 43 % K (52 % K2O)

KNO3 37 % K (44 % K2O, 13 % N)

KPO3 33 % (40 % K2O, 27 % P) = K metafosfat

Kehadiran bakteria dan kegiatan-kegiatannya sangat mempengaruhi ketersediaan


potennsium dalam tanah bagi pertumbuhan tanaman.Kegiatan-kegiatan mikro dapat
mengarah pada suatu peningkatan dalam tersedianya potassium,sebagaimana kalau bahan-
bahan organik didekomposisi oleh beberapa jasad renik dan kalau asam-asam pengaruh
mempengaruhi dengan zeolit-zeolit,yang membebaskan potassium.Orthoklas- Orthoklas
pengaruh mempengaruhi dengan produk-produk mikroba tertentu memberikan garam-garam
potassium yang soluble (dapat melarut),perhatikan ringkasan sebagai berikut.
Senyawa-senyawa potassium hadir dalam tanah atau dalam kulturasi diassimilasi oleh
bakteria dan cendawan dan disimpan kembali (lebih lanjut) dalam bahan sel.Sekiranya yang
disimpan itu didekompos (dibongkar)maka potassium menjadi tersedia kembali.Potassium
bertempat kembali dalam tanah yang berbasis zeolitat Ca,Mg,dan Na.
Konsentrasi pada ketersediaan potassium dalam tanah dengan demikian terkendali yang tidak
hanya oleh total konsentrasi unsur,melaikan juga oleh bentuk dalam mana bentuk unsur itu
dihadirkan dalam tanah,oleh tingkat penjenuhan zeolitat-zeolitat tanah oleh reaksi tanah,oleh
tersedianya bahan organik,dan akhirnya oleh kegiatan-kegiatan berbagai golongan jasad
renik.
Metoda azotobacter sering kali telah digunakan untuk menentukan konsentrasi
tersediannya potassium di dalam tanah,yang telah ditemukan berbeda-beda diantara 2 sampai
30 dari total,bergantung pada fertilitas tanah.
Kalsium dan magnesium juga merupakan unsure yang esensial dalam nutrisi bagi
mikroorganisma tanah.Dapat dikemukakan,unsur-unsur ini memainkan bagian-bagian yang
penting sebagai penyangga substansi-substansi atau zat-zat untuk menetralisasi asam-asam
organik dan anorganik yang terbentuk dalam tanah.

Transformasi Kalsium
Untuk memahami bagaimana kalsium masuk ke tubuh, kita harus melihat kalsium
berada dalam tanah. Dalam lembab, daerah curah hujan tinggi seperti New England, sebagian
besar kation kalsium telah tercuci keluar dari zona akar tanah oleh air dan penambahan
kalsium tertentu, sering kali dalam bentuk batu kapur tanah, diperlukan untuk pertumbuhan
yang baik tanaman pangan yang paling . Meskipun jumlah kalsium yang dibutuhkan oleh
tanaman kecil (kalsium adalah 0,2-3,5 dari berat kering tanaman dan tumbuhan yang hidup
biasanya lebih dari 60% air), kalsium melakukan fungsi penting lainnya dalam tanah yang
membuatnya berguna dan perlu.
Kation kalsium digunakan untuk mengurangi keasaman dan meningkatkan pH tanah.
PH adalah ukuran konsentrasi ion hidrogen. Skala pH berjalan 0-14 dengan konsentrasi besar
+
H, semakin rendah p. Ion hidrogen yang dilepaskan oleh akar tanaman saat mereka tumbuh.
Di antara partikel batu berbagai ukuran, organisme dari segala macam dan bahan organik
dalam tanah adalah partikel koloid tanah liat dan humus yang memiliki muatan negatif pada
permukaannya. Kation yang teradsorpsi dan diselenggarakan pada situs-situs bermuatan
negatif. Sebuah tanah asam memiliki sebagian dari situs ini diisi dengan ion hidrogen. Dalam
sebuah tanah pertanian yang baik 60-70% dari situs-situs harus diisi dengan kation kalsium,
10-20% harus diisi dengan kation magnesium, 10-15% dengan kation hidrogen, 3-5% dengan
kation kalium dan sisanya dengan mikro.
Selain menyesuaikan pH dan menjadi tersedia untuk tanaman, tingkat kalsium yang
tepat meningkatkan struktur tanah, membuat fosfor dan zat gizi mikro lainnya yang tersedia,
dan meningkatkan lingkungan bagi mikroorganisme. Kalsium dikatakan untuk membantu
pertumbuhan nitrogen simbiotik dan non-simbiotik bakteri memperbaiki yang mengapa
pengapuran penting untuk pertumbuhan kacang, yang akarnya bakteri nitrogen fixing tuan
rumah 12.
Kapur relatif tidak larut. Bagaimana menyebarkan kapur tanah pada tanah dan
mencampurnya dalam membuat ion kalsium tersedia? Karbon dioksida yang dilepaskan
setiap kali makhluk hidup bernafas. Tanaman akar dan organisme tanah dari semua ukuran
mengeluarkan karbon dioksida yang menggabungkan dengan air dalam tanah untuk
menghasilkan asam karbonat yang mampu melarutkan batu kapur, membebaskan kalsium
sebagai kation untuk menemukan situs bermuatan negatif alternatif untuk melampirkan.
Salah satu aspek penting dari kapur diterapkan pada tanah adalah ukuran partikel. Semakin
kecil partikel semakin besar total luas permukaan batu kapur untuk aktivitas kimia akan
berlangsung pada, membuat pembubaran lebih cepat.
Seringkali batu kapur mengandung magnesium serta kalsium dalam bentuk karbonat
dan oksida. Kapur ini disebut dolomit, adalah jenis yang ditemukan di barat laut Connecticut
dan adalah jenis sering dibutuhkan di Connecticut tanah untuk mencapai hubungan perkiraan
ditunjukkan sebelumnya. (Magnesium adalah elemen sentral dalam molekul klorofil dan
ditemukan di setiap sel tumbuhan yang berwarna hijau.) Analisis batu kapur dari Kanaan, CT
adalah magnesium oksida 18%, kalsium oksida 28% dan karbonat kalsium dan magnesium
90%.
Di partikel koloid satu kation dapat digantikan oleh yang lain. Jika semua ion yang
hadir dalam konsentrasi yang sama ion kalium akan menggantikan ion natrium, ion
magnesium akan menggantikan kalium, kalsium akan menggantikan magnesium dan
hidrogen akan menggantikan ion kalsium. Karena hidrogen tidak hanya dilepaskan oleh akar
tanaman, tapi diproduksi dalam pembentukan asam karbonat maka perlu memiliki penawaran
yang baik dari ion kalsium dan magnesium dalam tanah untuk menjaga tingkat mereka di atas
bahwa hidrogen di situs koloid.
Kalsium diserap oleh akar tanaman baik secara langsung dari partikel atau setelah ia
++
sudah bergerak ke dalam larutan tanah. Ca bergerak ke akar karena konsentrasi nya lebih
besar di luar akar dan karena potensi membran. Keduanya aktif dan transpor pasif terlibat
dalam mendapatkan Ca + + ke dalam pabrik.
Sebagaimana dicatat sebelum kandungan kalsium (kebutuhan) tanaman bervariasi.
Secara umum monokotil, rumput seperti jagung dan biji-bijian lainnya, perlu kalsium kurang
dari dicots, sebagian besar tanaman pangan lainnya. Misalnya, kandungan kalsium diberikan
sebagai 1,3% pada alfalfa dan 0,82% pada tahun berjalan dan daun ranting pertumbuhan ek
+ +
putih, baik dicots, dan hanya 0,40% pada jagung. Dalam tanaman Ca dikatakan floem-
bergerak, yang berarti bahwa setelah mencapai daun melalui xilem yang membawa bahan
dari akar, tidak mudah diekspor dari daun melalui makanan melakukan jaringan. Ini berarti
bahwa sebagian besar kalsium diambil oleh pohon dan perenials lainnya dikembalikan ke
tanah dengan jatuhnya daun untuk didaur ulang sebagai mikroorganisme menguraikan daun.
13
Kormondy laporan studi tentang anggaran gizi perkebunan pinus Skotlandia di Inggris.
Selama lebih dari 55 tahun dari penanaman, penyerapan total pohon dan flora tanah adalah
3043 kg per hektar dan total return untuk sampah dan tanah adalah 2565 kg per hektar.
(Deborah Barnes memiliki diagram yang baik dari Ca + + siklus pada tanaman di unitnya.)
Dalam kalsium, tanaman serta magnesium, bentuk garam-garam dari asam pectic
yang membentuk sebagian besar lamella tengah yang mengikat sel-sel tumbuhan yang
berdekatan. Hal ini membuat kalsium merupakan bagian penting dari struktur fisik tanaman.
Kalsium pada tanaman juga berfungsi sebagai kofaktor enzim dan memiliki efek langsung
terhadap sifat fisik membran sel. Jika ada kekurangan kalsium membran tampaknya
kehilangan integritas mereka. Para zat terlarut dalam membran atau sel-sel kemudian bocor
keluar.
Kalsium dalam tanaman dapat kembali ke tanah dengan daun jatuh, seperti yang
disebutkan, atau dapat disimpan dalam bagian kayu sampai jatuh dan membusuk atau
dibakar, atau kalsium dapat dicerna oleh hewan yang makan tanaman. Jika kayu dibakar isi
abu biasanya 0,1-3,0%. Dari jumlah ini, 30-60% mengandung kalsium dalam bentuk oksida
kalsium. Inilah sebabnya mengapa abu kayu adalah sumber kalsium yang baik dan cara untuk
meningkatkan pH tanah. Namun karena mereka juga mengandung oksida kalium 10-30% dan
elemen lainnya, sering kali dalam bentuk larut, abu harus digunakan hemat untuk
menghindari kelebihan kalium dan salinitas.

Transformasi Magnesium (Mg)

Di dalam tanah banyak dijumpai dalam fraksi lempung, Mg dijumpai dalam mineral
ferromagnesium yang mudah lapuk (biotit, serpentin, hornblende, olivin) juga dalam mineral
lempung sekunder (chlorite, vermikulit, illit dan monmoulinit). Di dalam tanah juga dapat
dijumpai Mg sebagai MgSO4, MgCO3 atau dolomit (CaCO3, MgCO3).
Distribusi Mg dalam tanah mirip dengan K dibedakan dalam tiga bentuk: tidak dapat
dipertukarkan, dapat dipertukarkan dan bentuk larut dalam air. Ketiga bentuk tersebut relatif
setimbang namun yang terbesar adalah bantuk tidak dapat dipertukarkan pada mineral primer
dan mineral lempung sekunder. Mg yang dapat dipertukarkan ini sekitar 5% dari total Mg,
fraksi yang berupa Mg terlarut dalam air penting bagi penyediaan nutrien tanaman. Mg dalam
larutan tanah cukup tinggi 2-5 mM, meskipun pada berbagai tanah sangat bervariasi yaitu
mulai 0,2 – 150 mM. beberapa Mg di tanah berasosiasi dengan bahan organik, tetapi biasanya
kecil, kurang dari 1% total Mg dalam tanah, seperti halnya Ca ternyata Mg juga mudah
mengalami pencucian.
Penyerapan oleh tanaman lebih rendah daripada Ca2+ atau K+. Mg dalam jaringan
sekitar 0,5% bahan kering. Pengaruh kompetitif kation terhadap penyerapan utamanya Mg
seringkali menjadi penyebab defisiensi Mg pada daun (apel) dan sebaliknya K+ yang rendah
diperoleh Mg yang tinggi.
Meskipun K+ yang tinggi sering menekan total penyerapan Mg, namun pengaruh
peningkatan penyediaan K+ bervariasi pada berbagai organ tanaman. Tabel berikut
menunjukkan bahwa pada tanaman tomat, peningkatan penyediaan K+ menurunkan
kandungan Mg di daun dan akar, namun pada buah malah sedikit meningkat, ternyata K+
meningkatkan translokasi Mg2+ yang menuju buah.

Tabel 4 : Pengaruh K+ terhadap kandungan beberapa kation pada berbagai organ


tanaman ( Mengel K. dan Kirkby E.A., 1987 )

Perlakuan mM K/lt larutan K Na Ca Mg


nutrient
Dalam % DM

Daun

2 0,5 0,40 4,7 0,61

10 3,3 0,19 4,2 0,27

20 4,2 0,18 3,3 0,15

Akar

2 0,2 0,36 3,9 0,33

10 2,2 0,25 3,2 0,31

20 2,4 0,13 3,3 0,26


Buah

2 1,6 0,10 0,09 0,07

10 2,5 0,07 0,08 0,08

20 2,7 0,06 0,07 0,09

K & Na kompetitif - antagonisme.

K & Mg kompetitif tapi Mg sangat mobil pada buah tidak berpengaruh.

K & Ca kompetitif - translokasi Ca sangat ditentukan oleh transpirasi hanya


diangkut ke arah atas.
Berbeda dengan Ca2+, Mg bersifat mobil di dalam floem sehingga dapat
ditranslokasikan ke daun muda ataupun ke tunas pucuk. Dalam jaringan tanaman total Mg
seringkali lebih 70% yang dapat didifusikan berasosiasi dengan anion organik seperti asam
malat dan asam sitrat. Pada biji cerealia dapat berupa garam inositol hexafosfat (asam fitat)
berasosiasi dengan klorofil (15-20%).
Mg juga merupakan kofaktor hampir seluruh enzim yang mengaktifkan proses
fosforilasi, Mg sebagai jembatan antara struktur pirofosfat (ATP dan ADP) dengan molekul
enzim.
Aktivasi ATP ase dibawakan oleh model jembatan di atas, Mg juga mengaktifkan
fosfokinase, dehidrogenase, enolase. Mg juga membawakan reaksi kunci pengaktifan enzim
ribulosa bifosfat carboksilase (Rubisco). Defisiensi Mg dapat menurunkan N protein karena
defisiensi Mg menghambat sintesis protein, terutama terhadap penggabungan asam amino
tertentu (seperti halnya defisiensi S), pengaruh ini lebih disebabkan oleh disosiasi ribosom ke
dalam sub unitnya karena ketiadaan Mg, karena Mg sebagai stabilisator ribosom yang
penting untuk sintesis protein. Pemindahan asam amino dari aminoacide RNA ke rantai
polipeptida juga diaktifkan oleh Mg.
Gejala defisiensi Mg selalu dimulai dari daun yang tua ke arah daun muda, hal ini
disebabkan sifat Mg yang mobil. Pada bagian antarvena daun menunjukkan warna kuning
atau klorosis bila lebih lanjut akan terjadi nekrosis. Pada gula beat gejala ini sering
dikacaukan dengan serangan virus yellow. Ciri lain, bila tanaman memperoleh cahaya
matahari yang kuat nampak layu seperti pada defisiensi K, yang mengalami gangguan pada
kandungan airnya. Defisiensi Mg pada daun secara individual nampak kaku/keras, rapuh,
pembuluh antar tulang daun lengkung, daun gugur prematur. Gejala ini pada dikotil dan
monokotil berbeda. Pada cereal dan monokotil, defisiensi Mg menunjukkan gejala yang
berbeda. Seperti pada dikotil mempengaruhi metabolisme air dan karbohidrat dan defisiensi
dimulai dari daun tua. Cerealia, dasar daun lebih dulu tampak kecil, bercak hijau gelap akibat
akumulasi klorofil bersebelahan dengan warna kekuningan sebagai warna latar belakang pada
kondisi tertentu terjadi klorosis, nekrosis juga terjadi terutama pada daun pucuk.
Level K+ dan NH4+ yang tinggi menekan penyerapan Mg sehingga dapat
menyebabkan defisiensi Mg, pH rendah dan pH tinggi juga menekan penyerapan Mg
disebabkan keberadaan H+, K+, Ca2+ juga berpengaruh terhadap penyerapan Mg karena
pengaruh kompetisi.
Pupuk Mg antara lain : Kieserit Mg SO4.H2O biasa diaplikasikan lewat tanah 500
kg/Ha, Epson MgSO4.7H2O mudah larut, 35 kg/Ha dilarutkan dalam 400 l air lewat
semprotan.

Transformasi Fe ( besi )
Di dalam tanah sebagai Fe oksida : haematit.(Fe2O3), ilmenit FeTiO3, magnetit Fe3O4,
batuan endapan dan siderit FeCO3. Kelarutan Fe dalam tanah sangat rendah dibanding
kandungan Fe yang ada, bentuk anorganik terlarut antara lain : Fe3+, Fe(OH)2+, dan Fe2+.
Dalam keadaan aerasi yang baik kontribusi Fe2+ kecil terhadap total Fe terlarut, kecuali pada
pH tinggi. Kelarutan Fe sangat ditentukan oleh kelarutan hidroksida Fe(3) :

Fe3+ + 3OH Fe(OH)3

Fe(OH)3 mengendap dan sangat tergantung pH yang tinggi, aktivitas Fe3+ menurun
dengan naiknya pH. Pada pH yang lebih tinggi aktivitas Fe3+ dalam larutan menurun 1000
kali lipat setiap kenaikan pH. Kelarutan Fe mencapai minimum pada pH sekitar 6,5 – 8,0.
Pada tanah asam kelarutan Fe anorganik relatif lebih tinggi daripada tanah kapur yang
kelarutannya sangat rendah dan dapat menyebabkan defisiensi pada tanaman yang tumbuh di
atasnya. Pada tanah tergenang terjadi reduksi Fe3+ menjadi Fe2+ yang disertai meningkatnya
solubilitas Fe. Proses reduksi ini penting terutama pada tanah sawah di mana konsentrasi Fe2+
dapat agak tinggi yang sering mengakibatkan keracunan pada tanaman padi yang dikenal
sebagai “bronzing” (daun berwarna kemerahan). Pada kondisi anaerob, proses reduksi yang
biasa terjadi : Fe(OH)3 + eˉ + H+ Fe2+ + 3H2O, terjadi konsumsi H+ sehingga pH naik. Reaksi
ini dapat berbalik bila terjadi peningkatan aerasi, pH lalu menurun disertai oksidasi Fe2+
menjadi Fe3+. Dengan sendirinya semakin dalam lapisan tanah dengan aerasi yang semakin
kurang, maka Fe2+ akan lebih tinggi daripada di tanah lapis atas.
Diabsorbsi oleh akar tanaman sebagai Fe2+ atau Fe khelate. Fe3+ kelarutannya rendah
pada pH tanah umumnya. Ketersediaannya tergantung pada kemampuan akar pada pH rendah
dan reduksi Fe3+ ke Fe2+. Fe khelate dapat larut sehingga tersedia bagi akar tanaman, walau
penyerapannya sangat rendah. Untuk efisiensi penggunaan Fe-khelate, pemisahan antara Fe
dan molekul organiknya berlangsung di permukaan akar ketika Fe-khelate diberikan pada
akar tanaman, yang biasanya dibutuhkan dalam jumlah yang kecil. Di samping itu reduksi
Fe3+ penting sebelum Fe-khelate dipisahkan dan Fe2+ diabsorbsi oleh akar tanaman.

Mikroorganisme tanah memainkan peran penting dalam transformasi zat besi dalam jumlah al
cara jelas berbeda seperti:

a. Bakteri tertentu mengoksidasi besi ferro menjadi besi negara yang mengendap sebagai
hidroksida besi sekitar sel
b. Spesies heterotrofik Banyak menyerang pada larut dalam garam besi organik dan
mengkonversi menjadi garam-garam anorganik
c. Oksidasi-reduksi potensial menurun dengan pertumbuhan mikroba dan yang mengarah pada
pembentukan lebih besi besi larut dari ion besi sangat tidak larut
d. Jumlah bakteri dan jamur menghasilkan asam seperti karbonat, asam nitrat, sulfat dan organik
yang membawa besi ke dalam larutan
e. Dalam kondisi anaerobik, sulfida yang terbentuk dari sulfat dan senyawa sulfur organik
menghapus besi dari larutan sebagai sulfida besi
f. Sebagai mikroba membebaskan asam organik dan produk karbon lain dari metabolisme yang
menghasilkan pembentukan kompleks besi larut organik. Dengan demikian, besi dapat
diendapkan di alam dan amobil oleh bakteri pengoksidasi besi bawah tanah reaksi alkali dan
pada solubilisasi sisi lain dari besi dapat terjadi melalui asam formasi.

Beberapa bakteri mampu mengurangi besi ke besi yang menurunkan potensi oksidasi-
reduksi dari lingkungan (misalnya Bacillus, Clostridium, Klebsiella dll). Namun, beberapa besi
chemoautotrophic dan bakteri belerang seperti Thiobacillus ferrooxidans dan ferroxldans
Ferrobacitlus dapat mengoksidasi besi ferro menjadi ferri hidroksida yang menumpuk di
sekitar sel.
Sebagian besar mikroorganisme aerobik hidup dalam lingkungan di mana besi ada dalam
bentuk, hidroksida yang tidak larut teroksidasi besi. Mereka menghasilkan besi mengikat senyawa
untuk mengambil besi besi. Ligan senyawa / zat besi mengikat atau chelating diproduksi oleh
mikroorganisme disebut "Siderophores". Siderophores bakteri dapat bertindak sebagai faktor virulensi
pada bakteri patogen dan dengan demikian, bakteri yang mengeluarkan siderophores yang lebih jahat
daripada non-siderophores produsen. Oleh karena itu, bakteri memproduksi siderophore dapat
digunakan sebagai agen biokontrol misalnya. Pseudomonad neon digunakan untuk pengendalian
Pythium, menyebabkan rebah penyakit pada bibit. Baru Vascular - Arbusecular - Mikoriza (VAM)
telah dilaporkan untuk meningkatkan penyerapan zat besi.
Spesies tanaman berbeda-beda kemampuannya dalam menggunakan Fe dan Fe
khelate sebagai nutrien. Dikatakan tanaman efisien terhadap Fe adalah yang tahan terhadap
pH rendah,medium dan meningkatkan kapasitas reduksi di permukaan akar pada kondisi
stress Fe sehingga ketersediaan Fe dan absorbsi oleh akar meningkat. Misalnya bunga
matahari : yang pada kondisi stress Fe terjadi perubahan fisiologi dan morfologi akar : pucuk
akar menjadi lebih tebal, korteks melebar/meluas, terjadi pembelahan sel rhizodermal,
perkembangan bulu akar yang intensif, terjadi perubahan sel : sel rhizodermis menjadi sangat
spesifik untuk penyerapan Fe. Berbeda dengan graminae : tidak terjadi perubahan fisiologi
dan morfologi, tidak mampu merespon stress Fe.
Penyerapan Fe sangat dipengaruhi oleh kation lain. Pengaruh kompetitif terhadap
penyerapan Fe : Mn2+, Cu2+, Ca2+, Mg2+, K+ dan Zn2+. Efek yang serupa terhadap penyerapan
Fe adalah berasal dari logam berat yang dapat menginduksi defisiensi Fe pada beberapa
spesies tanaman. Cu dan Zn diketahui dapat menggantikan Fe dari kompleks khelate
membentuk khelate logam berat. Hal inilah yang menyebabkan pembatasan terhadap
penyerapan Fe. Kecenderungan Fe untuk membentuk khelate dan kemampuannya untuk
berubah valensi merupakan dua hal penting yang mendasari sejumlah proses fisiologis :

Fe2+ Fe3+ + e

Sudah diketahui fungsi Fe dalam enzim sebagai haeme dari beberapa enzim misal :
peroksidase, katalase, sitokrom oksidase, Nitrit reduktase (NiR), Nitrat Reduktase (NR) ,
nitrogenase dll. Walau Fe penting dalam menyusun haeme, tetapi jumlahnya hanya 0,1 %
dari total Fe di daun, sebagian besar disimpan dalam bentuk Ferifosfoprotein yang disebut
fitoferitin. Keberadaan fitoferitin untuk melayani kebutuhan Fe yang digunakan bagi
pengembangan plastida untuk fotosintesis. Terbukti bahwa pada kloroplas banyak
mengandung Fe (± 80 %) dari total Fe di tanaman. Bentuk lain dari Fe di khloroplas ialah
Feredoksin yang berpartisipasi dalam proses oksidasi-reduksi dengan memindahkan elektron.
Yang serupa feredoksin, sebagai sistem redoks pada fotosintesis ialah reduksi nitrit, reduksi
sulfat dan asimilasi N2. Tanaman hijau sering berkorelasi antara ketersediaan Fe dengan
kandungan klorofil. Tanaman dengan penyediaan Fe yang baik akan tinggi kandungan
klorofilnya.
Tabel 5. Efek ketersediaan Fe terhadap kandungan klorofil dan aktivitas enzim di daun
tomat ( Mengel K. dan Kirkby E. A., 1982 ).

Perlakuan Kandungan Fe µg/g FW Klorofil Aktivitas enzim


mg/g FW
Pelarut Total Katalase Peroksidase
HCl

Cukup Fe 10,3 18,5 3,52 100 100

Kurang Fe 4,3 11,1 0,25 20 56

Defisiensi Fe serupa dengan Mg dalam hal produksi klorofil, sedang dalam hal lain
difisiensi Fe tidak sama dengan Mg yang selalu dimulai dari daun muda. Defisiensi Fe
menunjukkan klorosis antar vena, vena yang berwarna hijau gelap yang kontras dengan hijau
terang atau kuning sebagai latar belakang, daun-daun muda berwarna putih dan kerusakan
total pada klorofil. Pada cerealia, terdapat garis-garis kuning selang-seling sepanjang daun.
Keracunan Fe terutama terjadi pada tanah sawah yang selalu tergenang. Dalam
beberapa minggu tergenang akan meningkatkan kelarutan Fe dari 0,1 ppm menjadi 50-100
ppm. Keracunan Fe pada padi dikenal sebagai “bronzing” awalnya daun mengalami bercak
coklat yang berkembang merata berwarna coklat. Hal ini terjadi karena kandungan Fe
melebihi 300 ppm. Keracunan Fe pada tanaman padi ini sering terjadi terutama pada tanah
berat dan seringkali berkaitan dengan defisiensi K+, bila kekurangan K+ kemampuan akar
mengoksidasi Fe2+ ke Fe3+ akan terganggu.
Gejala defisiensi Fe seringkali dijumpai pada tanah kapur dan hal ini diinduksi oleh
terbentuknya HCO3- pada tanah kapur, ion ini berpengaruh pada penyerapan dan translokasi
dalam tanaman. Gejala defisiensi disini bukan karena rendahnya ketersediaan Fe di dalam
tanah, tetapi karena kekacauan perilaku fisiologis yang diinduksi oleh kelebihan HCO3- .
CaCO3 + CO2 + H2O Ca2+ + 2HCO3-
Kelebihan HCO3- di medium akar akan menyebabkan immobilisasi Fe dalam
tanaman. Mengapa HCO3- mengurangi mobilitas Fe di dalam tanaman belum jelas benar,
diduga penyerapan yang tinggi terhadap HCO3- oleh tanaman akan menyebabkan naiknya pH
jaringan tanaman sehingga berakibat pada immobilisasi Fe.
Besi dapat mengalami semacam transformasi di dalam tanah melalui kegiatan-
kegiatan jasad renik.Besi sangat esensial bagi sinthesa sel.Bakteri tertentu berkemampuan
dalam mengoksid garam-garam besi menjadi senyawa-senyawa besi dan pada pemanfaatan
energy yang dibebaskan bagi assimilasi karbon dioksida,dalam suatu cara yang mirip pada
gerak bakteri nitrifikan dan pengoksid sulfur,berkaitan dengan reaksi berikut:
2FeSO4 + 3H2O + 2CaCO3 + O = 2Fe (OH)3 + 2CaSO4 + 2CO2
Besi saling pengaruh mempengaruhidengan senyawa-senyawa humus pada tanah.Besi
menjadi lebih siap tersedia dalam hubungan tersebut bagi pertumbuhan tanaman pada tanah-
tanah alkali jika zat itu tidak cepat hilang /keluar sebagaimana fosfat organik.

5. TRANSPORTASI ARSENAT DAN SELENIUM

Arsenat didistribusikan secara luas dalam tanah, unsur ini jarang ditemukan,
meskipun dalam jumlah-jumlah racun dalam tanah. Walaupun arsenat telah umum digunakan
dalam berbagai insektisida, hanya sedikit saja jumlahnya yang dapat menemukan jalan dan
tersedianya dalam tanah. Dalam berbagai kasus, seperti ketika arsenat debu diberikan untuk
membinasakan insek-insek tertentu, jumlah-jumlahnya yang ditinggaalkan dalam tanah dapat
mengakibatkan kerdilnya pertumbuhan tanaman.
Cendawan tanah yang tertentu mempunyai kapasitas untuk menguapkan atau
melepaskan substansi-substansi arsenat dengan mereduksinya ke arsin. Kultur atau
pemeliharaan cendawan demikian dengan cepat melepaskan bau arsin dari media
berkandungan arsenat. Anggota-anggota dari genus Scopulariopsis atau Penicillium
brevicaule, aspergilli tertentu, terutama A. Fumingatus, A sydowi dan A. Ochreceus, species
Fusarium dan berbagai dematiaceae bertanggung jawab pada kegiatan-kegiatan ini.
Transformasi selenium oleh mikroorganisma dalam tanah merupakan kegiatan
penting dalam hubungan dengan absorpsi selektif atas elemen ini oleh tanaman-tanaman
panenan, sepertinya gandum. Bentukan-bentukan geologis tertentu berkandungan selenium.
Tanaman-tanaman yang tumbuh di daerah-daerah ini akumulit elemen ini dalam bahan
selnya. Macam-macam bakteria dan cendawan mempunyai kapasitas untuk menguapkan
selenium dengan mudah/cepat, menghasilkan bau yang sangat menyolok. Hal ini dengan
cepat ditemukan (tercium) dalam tabung-tabumg kultur dan dalam jembangan eksperimen.
Kalau selenium yang terkandung pada tanaman mengalami dekomposisi, aktifitas berbagai
mikroorganisma menghasilkan bau yang kuat. Aktivitas mikrobologis dalam tanah
menyumbangkan zat-zat yang berkandungan selenium tersedia pada tanaman-tanaman hijau
dibawah kondisi-kondisi yang sebaliknya, dalam mana tanaman-tanaman tidak mampu untuk
memperoleh selenium. Beberapa organisma sepanjang menyangkut kemudahannya
menguapkan selenium termasuk kebanyakan dari cendawan asenat,terutama
Scopulariopsisbrevicaula dengan golongannya dan bakteria tanah tertentu terutama
Pseudomonas fluorescens.
Senyawa-senyawa selenium merupakan subjek bagi kegiatan sejenis bakteria
lain,dalam mereduksi selenat ke selenit dan dalam oksidasi selenium elementer.

6. TRANSFORMASI UNSUR-UNSUR LAINNYA

Sebagai tambahan pada elemen-elemen di atas,suatu variasi dari daripadanya baik


yang merupakan subjek pada transformasi oleh mikroorganisma ataupun yang memainkan
bagian dalam metabolismanya,elemen ini perlu mendapat perhatian pula. Dalam hal ini
cukup untuk menyebutkan hidrogen,oksigen, nitrogen dan silikon.
Transformasi Hidrogen
Hidrogen menerobos dalam komposisi sel-sel mikroba dalam bentuk air,membentuk
suatu bagian yang penting pada penyusun-punyusun sel mikroba, organik ataupun
anorganik.Juga merupakan subjek untuk mensifati reaksi-reaksi oksidasi oleh bakteria
tertentu,energi yang sungguh-sungguh dibebaskan dalam reaksi ini:
H2 + O = H2O
Transformasi Oksigen
Oksigen benar-benar penting dalam semua reaksi biologis,termasuk proses-proses
anerobik (fermentasi dan aeorobik (respirasi).Penting dalam sinthesa sel dan dalam
dekomposisi bahan organik.Tanpa oksigen,tak ada kehidupan berlangsung.
Transformasi Nitrogen
Transformasi nitrogen adalah suatu proses konversi senyawa yang mengandung unsur
nitrogen menjadi berbagai macam bentuk kimiawi yang lain. Transformasi ini dapat terjadi
secara biologis maupun non-biologis. Beberapa proses penting pada siklus nitrogen, antara
lain fiksasi nitrogen, mineralisasi, nitrifikasi, denitrifikasi.
Walaupun terdapat sangat banyak molekul nitrogen di dalam atmosfir, nitrogen dalam
bentuk gas tidaklah reaktif.. Hanya beberapa organisme yang mampu untuk mengkonversinya
menjadi senyawa organik dengan proses yang disebut fiksasi nitrogen. Fiksasi nitrogen yang
lain terjadi karena proses geofisika, seperti terjadinya kilat. Kilat memiliki peran yang sangat
penting dalam kehidupan, tanpanya tidak akan ada bentuk kehidupan di bumi. Walaupun
demikian, sedikit sekali makhluk hidup yang dapat menyerap senyawa nitrogen yang
terbentuk dari alam tersebut. Hampir seluruh makhluk hidup mendapatkan senyawa nitrogen
dari makhluk hidup yang lain. Oleh sebab itu, reaksi fiksasi nitrogen sering disebut proses
topping-up atau fungsi penambahan pada tersedianya cadangan senyawa nitrogen.
Vertebrata secara tidak langsung telah mengonsumsi nitrogen melalui asupan nutrisi
dalam bentuk protein maupun asam nukleat. Di dalam tubuh, makromolekul ini dicerna
menjadi bentuk yang lebih kecil yaitu asam amino dan komponen dari nukleotida, dan
dipergunakan untuk sintesis protein dan asam nukleat yang baru, atau senyawa lainnya.
Sekitar setengah dari 20 jenis asam amino yang ditemukan pada protein merupakan asam
amino esensial bagi vertebrata, artinya asam amino tersebut tidak dapat dihasilkan dari
asupan nutrisi senyawa lain, sedang sisanya dapat disintesis dengan menggunakan beberapa
bahan dasar nutrisi, termasuk senyawa intermediat dari siklus asam sitrat.
Asam amino esensial disintesis oleh organisme invertebrata, biasanya organisme yang
mempunyai lintasan metabolisme yang panjang dan membutuhkan energi aktivasi lebih
tinggi, yang telah punah dalam perjalanan evolusi makhluk vertebrata. Nukleotida yang
diperlukan dalam sintesis RNA maupun DNA dapat dihasilkan melalui lintasan metabolisme,
sehingga istilah “nukleotida esensial” kurang tepat. Kandungan nitrogen pada purina dan
pirimidina yang didapat dari asam amino glutamina, asam aspartat dan glisina, layaknya
kandungan karbon dalam ribosa dan deoksiribosa yang didapat dari glukosa.
Kelebihan asam amino yang tidak digunakan dalam proses metabolisme akan
dioksidasi guna memperoleh energi. Biasanya kandungan atom karbon dan hidrogen lambat
laun akan membentuk CO2 atau H2O, dan kandungan atom nitrogen akan mengalami
berbagai proses hingga menjadi urea untuk kemudian diekskresi. Setiap asam amino memiliki
lintasan metabolismenya masing-masing, lengkap dengan perangkat enzimatiknya.
Gas nitrogen banyak terdapat di atmosfer, yaitu 80% dari udara. Nitrogen bebas dapat
ditambat/difiksasi terutama oleh tumbuhan yang berbintil akar (misalnya jenis polongan) dan
beberapa jenis ganggang. Nitrogen bebas juga dapat bereaksi dengan hidrogen atau oksigen
dengan bantuan kilat/ petir.
Tumbuhan memperoleh nitrogen dari dalam tanah berupa amonia (NH3), ion nitrit
(N02- ), dan ion nitrat (N03- ).
Beberapa bakteri yang dapat menambat nitrogen terdapat pada akar Legum dan akar
tumbuhan lain, misalnya Marsiella crenata. Selain itu, terdapat bakteri dalam tanah yang
dapat mengikat nitrogen secara langsung, yakni Azotobacter sp. yang bersifat aerob dan
Clostridium sp. yang bersifat anaerob. Nostoc sp. dan Anabaena sp. (ganggang biru) juga
mampu menambat nitrogen. Nitrogen yang diikat biasanya dalam bentuk amonia. Amonia
diperoleh dari hasil penguraian jaringan yang mati oleh bakteri. Amonia ini akan dinitrifikasi
oleh bakteri nitrit, yaitu Nitrosomonas dan Nitrosococcus sehingga menghasilkan nitrat yang
akan diserap oleh akar tumbuhan. Selanjutnya oleh bakteri denitrifikan, nitrat diubah menjadi
amonia kembali, dan amonia diubah menjadi nitrogen yang dilepaskan ke udara. Dengan cara
ini siklus nitrogen akan berulang dalam ekosistem.

Gambar 4. Transformasi (Siklus Nitrogen)

Transformasi Silikon
Silikon ditemukan secara melimpah dalam rangka mineral pada tanah.Ditemukan
dengan ekstensif dalam substansi sel dari banyak organisma tanah,terutama diatom-
diatom,protozo tertentu,cendawan dan bakteria.Silikon menjalani berbagai transformasi
sebagai suatu akibat kegiatan-kegiatan mikroorganisma yang langsung dan tidak
langsung.Kalau residu-residu tanaman didekomposisi,silicon dibebaskan sebagai silica dan
dimungkinkan untuk akumulasi.Silika dapat diubah soluble (dapat melarut) melalui gerak
karbon dioksida dan melalui asam-asam organik dan anorganik yang di hasilkan
mikroorganisma.Ini memainkan peran yang esensial dalam menghancurkan batu-batuan dan
pembentukan tanah.

Anda mungkin juga menyukai