Erniyati (20080122062)
Kritono (20110122033)
2011 / 2012
TRANSFORMASI UNSUR-UNSUR DAN SENYAWA-
SENYAWA LAINNYA DALAM TANAH OLEH
MIKROORGANISME
1. PENDAHULUAN
Berbagai tanaman dengan melalui akar-akarnya mengambil dari tanah sejumlah unsur
yang beragam dalam bentuk garam-garaman.Perlu dijelaskan terlebih dahulu bahwa pangkal
uraian tidak dititik beratkan pada unsur karbon dan nitrogen karena ke dua unsur ini telah
dijelaskan secara panjang lebar dan mendetail pada mata kuliah terdahulu. Unsur-unsur yang
akan diuraikan merupakan unsur-unsur yang sering diklasifikasikan sebagai unsur-unsur
esensial dan minor.
Golongan pertama dari unsur-unsur yang dimaksud di atas yaitu : sulfur, fosfor,
patasium, kalsium, magnesium,besi ,mangan dan sodium. Golongan ke dua terdiri dari zink,
molibdenum, kadmium, khlorin, aluminium, boron, tembaga, silikon dan suatu ragam unsur
lainnya.
Dalam transformasi unsur-unsur di atas di dalam tanah,mikrooganisma sering kali
memainkan bagian peranannya secara langsung,meskipun sering kali pengaruhnya atas
berbagai unsur(elemen)ternyata tidak langsung,lamban dalam reaksi.Sepertinya silikon(salah
satu di unusr-unsur ini atau inert elements)menjadi esensial dalam perkembangan bagi
bakteri-bakteri tertentu dan ragam algae(ganggang) terutama diatoma-diatoma.Molibdenum
telah didapatkan memainkan suatu peranan yang cukup penting dalam fiksasi nitrogen
atmosferik.Unsur-unsur lainnya ditemukan telah menetralisir atau mempunyai suatu
pengaruh menetralkan atau racun-racun tanaman.Sedangkan yang lainnya lagi,seperti kobalt
dapat mempengaruhi pertumbuhan sel-sel,memperlambat atau menghalangi pelipatgandaan.
Beberapa element,terutama fosfor merupakan unsur-unsur (penyusun-penyusun) yang
esensial bagi nukleus sel dan sitoplasma.
Sulfur dan beberapa unsur lainnya,dapat tersaji sebagai sumber energi bagi berbagai
bakteria dan juga membentuk unsur-unsur (penyusun)yang esensial pada asam-asam amini
tertentu.
2. TRANSFORMASI SULFUR
Kandungan sulfur pada bahan-bahan tanaman ternyata beragam,yaitu dari fraksi yang
kecil dari 1 (seperti dalam jerami gandum hitam) sampai hampir 1 % (seperti dalam turnip
atau sejenis lobak cina).
Sulfur dan senyawa-senyawa sulfur di dalam tanah merupakan subjek bagi sebagian
trasformasi yang berlangsung atau tidak berlangsung terhasilkan dari kegiatan-kegiatan
berbagai golongan jasad renik. Ketika berbagai residu tanaman dan binatang mengalami
dekomposisi (pelapukan) baik di dalam tanah ataupun di dalam kompos ,unsur-unsur yang
bersangkut paut dengan sulfur,terutama protein dan glukosida- glukosida dihidrolisa.Protein
memberikan kenaikan pada cystina asam animo yang bersangkut paut dengan sulfur,
glukosida- glukosida menghasilkan minyak mostar (mustard oil) dan senyawa-senyawa sufur
lainnya.
Susunan kimiawi dari 2 senyawa yang bersangkut paut dengan sulfur dapat
dikemukakan sebagai berikut:
CH S S CH2
NH 2.HC CH.NH2
HOOC COOH
Cystina
CH2.SO4OH
CH2.NH2
Taurina
Organik - S Dekomposisi
Protein Bakteria
Assimilasi
Tanaman H S
2
Bakteria
Oksidasi S
Bakteri
SO4 2 Autrotrop
Bakteri
Fotosintetik
Siklus Sulfur terjadi secara alami di dalam tanah ,di lembah-lembah sungai,di kolam-
kolam tertentu,dan di daerah-daerah genangan air.
3. TRANSFORMASI FOSFOR
Fosfor secara terus menerus di dalam tanah mendapat tambahan,dalam berbagai
residu organik dan dalam pupuk-pupuk. Fosfor ditemukan pula dalam tanah yang tidak
diusahakan dalam sejumlah bentuk yang beragam (berbeda-beda). Perhatikan Tabel 2 berikut
ini.
Tabel 2. Kandungan Fosfor dan Potassium pada Beberapa Tanah dengan Keterlibatan
Bakteri Tanah
c. Fosfor anorganik dapat larut, seperti sodium, potassium, kalsium dan magnesium,
ditambahkan ke dalam tanah dalam bahan-bahan pupuk dan dalam residu-residu
tanaman dan binatang.
CH2.OR
CH.OR1
OH
CH2.OPO
(CH3)3 + 3H2O
O.(CH2)2N
lacithin OH
CH 2OH
= CHOH OH
(CH3)3
CH 2O.PO + ROH + R1OH + (CH2)2 OH.N
Dalam hubungan dengan berbagai element yang telah dibahas,yang lainnya yang
diperlukan bagi nutrisi tanaman atau pun binatang dan yang hadir di dalam tanah atau
dimasukkan ke dalam tanah,merupakan subyek langsung atau pun tidak langsung bagi
kegiatan-kegiatan berbagai jasad renik. Beberapa dari element-element ini, potassium,
kalsium, magnesium dan besi digunakan bagi metabolisme organisma-organisma tanah.
Element-element tadi digunakan baik sebagai bahan gizi atau sebagai katalisator (zat yang
mempercepat reaksi ),dan karenanya diperlukan,walaupun dalam sejumlah kecil apa pun
tersedia didalam tanah.Transformasinya oleh berbagai mikroorganisma dan peranannya
dalam metabolisma microbial adalah tergantung pada sifat-keadaan element,sifat-keadaan
organisma dan pada kondisi-kondisi tanah.
Tranformasi Potasium (K+)
Potassium ditemukan dalam tanah,baik dalam bentuk-bentuk organik dan dalam
bentuk silikat zeolit dan nonzeolid. Element ini ditambahkan pada tanah dalam bentuk-bentuk
anorganik yang dapat larut,terutama garam-garam sulfat,khlorida-kholorida dan fosfat –
fosfat,dan dalam bentuk anorganik yang tidak dapat melarut dalam air diketahui sebagai
“marl” dan juga dalam bentuk rubuk-rubukkandang dan berbagai residu tanaman.Kandunga
K2Opada residu tanaman berkisar dari 0,5 sampai2,0.Rubuk-rubuk yang baru berkandungan
K2Osekitar 0.288 sampai0.504,konsentrasinya dalam kandungan debu pada sel-sel bakteri
adalah 4,0 sampai25.6,dan dalam hal itu pada misellium cendawan adalah 8.7 – 39.5.
Sumber potassium (K) untuk tanaman diperoleh dari pelapukan batuan mineral (alkali
fildspars 4-15% K2O, Muskovit/K-mika 7-11% K2O, Biotit-Mg mika 6-10% K2O, ellite 4-7%
K2O) berada di kisi-kisi mineral.
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
K+ K+ K+ K+
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
Pembebasan K hasil pelapukan dapat dengan air atau asam lemah dapat lebih cepat.
Konsentrasi H+ yang tinggi dan K+ yang rendah dapat membebaskan K+ yang berada di
antara lapisan batuan mineral (interlayer). Pembebasan K dapat juga dengan cara penggantian
K+ oleh kation lain (Na+, Ca++, Mg++).
Fiksasi K+ dapat juga oleh mineral tanah dan fiksasi berlangsung lebih kuat pada
kondisi kering daripada basah (lembab). Fiksasi K+ ini dapat dibebaskan oleh adanya NH4+
atau H+.
K+ berperan dalam banyak proses fisiologis dan biokimia tanaman dan diserap secara
aktif dengan kecepatan penyerapan yang tinggi dan dapat melawan perbedaan konsentrasi. K+
dalam konsentrasi rendah ditransport secara aktif dengan adanya transfer energi oleh ATP-
ase, sedang K+ konsentrasi tinggi justru akan menghambat mekanisme transport aktif dan
dutransport secara pasif. Kecepatan penyerapan K+ juga dikontrol oleh konsentrasi K+
internal yang pada gilirannya berdampak pada turgor sel atau turgor sel justru dikontrol oleh
penyerapan K+.
K+ diketahui sebagai unsur yang sangat mobil di jaringan tanaman, K+ utamanya
ditransport secara langsung ke jaringan meristem dan seringkali dijumpai transport K+
berlangsung dari jaringan tua ke jaringan muda.
Transport K+ ke meristem, perannya belum diketahui dengan jelas, tetapi diduga
terkait dengan kegiatan : sintesis protein, laju pertumbuhan dan penyediaan sitokinin. K+
penting dalam menentukan status air dalam tanaman : penyerapan air dalam sel/jaringan
seringkali sebagai akibat penyerapan aktif terhadap K+, pembengkakan kotiledone
berhubungan dengan penyediaan K+, turgor sel (daun) jega sangat dipengaruhi oleh
kandungan K+.
Perlakuan tanaman dengan level K+ yang rendah diperoleh penurunan : laju
pertumbuhan, besarnya sel, kandungan air dalam jaringan. Dari perlakuan ini disimpulkan
bahwa jaringan muda sangat memerlukan K+ untuk memelihara turgor sel yang pada
gilirannya untuk pembesaran sel, pada jaringan muda turtgor sel sangat sensitif terhadap
status K+, K+ juga berkaitan dengan asimilasi CO2, fosforilasi dan sintesis protein.
Pendapat lain menyebutkan bahwa K+ sinergistik dengan asam gibberelin, kecepatan
perpanjangan yang tinggi dijumpai pada aplikasi K+ dan asam gibberelin. Kehilangan air
lebih rendah pada tanaman yang diberi K+ karena berpengaruh pada penurunan transpirasi
yang tidak hanya tergantung pada potensi air pada sel mesofil, tetapi juga dikontrol oleh
besarnya tingkat membukanya stomata.
K+ dalam sel stomata ikut mengendalikan membuka dan menutupnya stomata,
stomata membuka bila kadar K+ di dalam sel stomata tinggi dan menutup bila kadar K+
rendah. Pada siang hari akan berlangsung fotosintesis, dihasilkan fotosintat yang dampaknya
akan dihasilkan energi maka mendorong peningkatan penyerapan K+ yang akhirnya akan
meningkatkan konsentrasi K+ dan menaikkan tekanan turgor. Perilaku K+ ini ternyata tidak
berlaku untuk ion (anion) Cl- dan H2PO4- sehingga tidak mampu memberikan keseimbangan
akibat peningkatan K+, sedang anion yang memberikan keseimbangan terhadap K+ asam
malat yang dihasilkan via karboksilasi PEP.
Pengaruh K+ terhadap fotosintesis ternyata tidak langsung berpengaruh pada
fotosintesis I dan II, tetapi menaikkan reaksi denovo yaitu sintesis enzim rubisco. K+ juga
menurunkan resistensi difusi CO2 kedalam sel mesofil. Meningkatnya asimilasi CO2 paralel
dengan meningkatnya fotorespirasi dan menurunkan respirasi (respirasi gelap), K+ juga
meningkatkan translokasi fotosintat dan K+ secara tidak langsung meningkatkan sintesis
beberapa macam senyawa organik seperti protein, gula dan polisakarida.
Kation K juga berperan mengaktifkan beberapa macam enzim, misal terhadap starch
sintetase pada jagung manis, pengaruh K+ sangat kuat yang diikuti oleh Rb+, Cs+ dan NH4+
pengaruhnya lebih rendah daripada K+.
Defisiensi K tidak menunjukkan gejala yang jelas, awalnya hanya pengurangan laju
pertumbuhan, setelah lanjut diikuti oleh klorosis dan nekrosis. Umumnya mulai nampak pada
daun tua, karena K+ yang mobil ditransport dari daun tua ke jaringan yang lebih muda.
Turunnya turgor apalagi pada kondisi stres air menyebabkan tanaman lembek. K+ juga dapat
meningkatkan resistensi tanaman terhadap beberapa penyakit, misal pada gandum terhadap
serangan penyakit : “powdery mildew” oleh Erysiphe graminis , padi : “brown spot” oleh
Ophiobolus myabeanus, barley : “brown rust” oleh Puccinia hordei dan Fusarium, layu pada
pisang oleh Fusarium oxysporum.
41 % K (58 % K2O)
33 % K (40 % K2O)
Transformasi Kalsium
Untuk memahami bagaimana kalsium masuk ke tubuh, kita harus melihat kalsium
berada dalam tanah. Dalam lembab, daerah curah hujan tinggi seperti New England, sebagian
besar kation kalsium telah tercuci keluar dari zona akar tanah oleh air dan penambahan
kalsium tertentu, sering kali dalam bentuk batu kapur tanah, diperlukan untuk pertumbuhan
yang baik tanaman pangan yang paling . Meskipun jumlah kalsium yang dibutuhkan oleh
tanaman kecil (kalsium adalah 0,2-3,5 dari berat kering tanaman dan tumbuhan yang hidup
biasanya lebih dari 60% air), kalsium melakukan fungsi penting lainnya dalam tanah yang
membuatnya berguna dan perlu.
Kation kalsium digunakan untuk mengurangi keasaman dan meningkatkan pH tanah.
PH adalah ukuran konsentrasi ion hidrogen. Skala pH berjalan 0-14 dengan konsentrasi besar
+
H, semakin rendah p. Ion hidrogen yang dilepaskan oleh akar tanaman saat mereka tumbuh.
Di antara partikel batu berbagai ukuran, organisme dari segala macam dan bahan organik
dalam tanah adalah partikel koloid tanah liat dan humus yang memiliki muatan negatif pada
permukaannya. Kation yang teradsorpsi dan diselenggarakan pada situs-situs bermuatan
negatif. Sebuah tanah asam memiliki sebagian dari situs ini diisi dengan ion hidrogen. Dalam
sebuah tanah pertanian yang baik 60-70% dari situs-situs harus diisi dengan kation kalsium,
10-20% harus diisi dengan kation magnesium, 10-15% dengan kation hidrogen, 3-5% dengan
kation kalium dan sisanya dengan mikro.
Selain menyesuaikan pH dan menjadi tersedia untuk tanaman, tingkat kalsium yang
tepat meningkatkan struktur tanah, membuat fosfor dan zat gizi mikro lainnya yang tersedia,
dan meningkatkan lingkungan bagi mikroorganisme. Kalsium dikatakan untuk membantu
pertumbuhan nitrogen simbiotik dan non-simbiotik bakteri memperbaiki yang mengapa
pengapuran penting untuk pertumbuhan kacang, yang akarnya bakteri nitrogen fixing tuan
rumah 12.
Kapur relatif tidak larut. Bagaimana menyebarkan kapur tanah pada tanah dan
mencampurnya dalam membuat ion kalsium tersedia? Karbon dioksida yang dilepaskan
setiap kali makhluk hidup bernafas. Tanaman akar dan organisme tanah dari semua ukuran
mengeluarkan karbon dioksida yang menggabungkan dengan air dalam tanah untuk
menghasilkan asam karbonat yang mampu melarutkan batu kapur, membebaskan kalsium
sebagai kation untuk menemukan situs bermuatan negatif alternatif untuk melampirkan.
Salah satu aspek penting dari kapur diterapkan pada tanah adalah ukuran partikel. Semakin
kecil partikel semakin besar total luas permukaan batu kapur untuk aktivitas kimia akan
berlangsung pada, membuat pembubaran lebih cepat.
Seringkali batu kapur mengandung magnesium serta kalsium dalam bentuk karbonat
dan oksida. Kapur ini disebut dolomit, adalah jenis yang ditemukan di barat laut Connecticut
dan adalah jenis sering dibutuhkan di Connecticut tanah untuk mencapai hubungan perkiraan
ditunjukkan sebelumnya. (Magnesium adalah elemen sentral dalam molekul klorofil dan
ditemukan di setiap sel tumbuhan yang berwarna hijau.) Analisis batu kapur dari Kanaan, CT
adalah magnesium oksida 18%, kalsium oksida 28% dan karbonat kalsium dan magnesium
90%.
Di partikel koloid satu kation dapat digantikan oleh yang lain. Jika semua ion yang
hadir dalam konsentrasi yang sama ion kalium akan menggantikan ion natrium, ion
magnesium akan menggantikan kalium, kalsium akan menggantikan magnesium dan
hidrogen akan menggantikan ion kalsium. Karena hidrogen tidak hanya dilepaskan oleh akar
tanaman, tapi diproduksi dalam pembentukan asam karbonat maka perlu memiliki penawaran
yang baik dari ion kalsium dan magnesium dalam tanah untuk menjaga tingkat mereka di atas
bahwa hidrogen di situs koloid.
Kalsium diserap oleh akar tanaman baik secara langsung dari partikel atau setelah ia
++
sudah bergerak ke dalam larutan tanah. Ca bergerak ke akar karena konsentrasi nya lebih
besar di luar akar dan karena potensi membran. Keduanya aktif dan transpor pasif terlibat
dalam mendapatkan Ca + + ke dalam pabrik.
Sebagaimana dicatat sebelum kandungan kalsium (kebutuhan) tanaman bervariasi.
Secara umum monokotil, rumput seperti jagung dan biji-bijian lainnya, perlu kalsium kurang
dari dicots, sebagian besar tanaman pangan lainnya. Misalnya, kandungan kalsium diberikan
sebagai 1,3% pada alfalfa dan 0,82% pada tahun berjalan dan daun ranting pertumbuhan ek
+ +
putih, baik dicots, dan hanya 0,40% pada jagung. Dalam tanaman Ca dikatakan floem-
bergerak, yang berarti bahwa setelah mencapai daun melalui xilem yang membawa bahan
dari akar, tidak mudah diekspor dari daun melalui makanan melakukan jaringan. Ini berarti
bahwa sebagian besar kalsium diambil oleh pohon dan perenials lainnya dikembalikan ke
tanah dengan jatuhnya daun untuk didaur ulang sebagai mikroorganisme menguraikan daun.
13
Kormondy laporan studi tentang anggaran gizi perkebunan pinus Skotlandia di Inggris.
Selama lebih dari 55 tahun dari penanaman, penyerapan total pohon dan flora tanah adalah
3043 kg per hektar dan total return untuk sampah dan tanah adalah 2565 kg per hektar.
(Deborah Barnes memiliki diagram yang baik dari Ca + + siklus pada tanaman di unitnya.)
Dalam kalsium, tanaman serta magnesium, bentuk garam-garam dari asam pectic
yang membentuk sebagian besar lamella tengah yang mengikat sel-sel tumbuhan yang
berdekatan. Hal ini membuat kalsium merupakan bagian penting dari struktur fisik tanaman.
Kalsium pada tanaman juga berfungsi sebagai kofaktor enzim dan memiliki efek langsung
terhadap sifat fisik membran sel. Jika ada kekurangan kalsium membran tampaknya
kehilangan integritas mereka. Para zat terlarut dalam membran atau sel-sel kemudian bocor
keluar.
Kalsium dalam tanaman dapat kembali ke tanah dengan daun jatuh, seperti yang
disebutkan, atau dapat disimpan dalam bagian kayu sampai jatuh dan membusuk atau
dibakar, atau kalsium dapat dicerna oleh hewan yang makan tanaman. Jika kayu dibakar isi
abu biasanya 0,1-3,0%. Dari jumlah ini, 30-60% mengandung kalsium dalam bentuk oksida
kalsium. Inilah sebabnya mengapa abu kayu adalah sumber kalsium yang baik dan cara untuk
meningkatkan pH tanah. Namun karena mereka juga mengandung oksida kalium 10-30% dan
elemen lainnya, sering kali dalam bentuk larut, abu harus digunakan hemat untuk
menghindari kelebihan kalium dan salinitas.
Di dalam tanah banyak dijumpai dalam fraksi lempung, Mg dijumpai dalam mineral
ferromagnesium yang mudah lapuk (biotit, serpentin, hornblende, olivin) juga dalam mineral
lempung sekunder (chlorite, vermikulit, illit dan monmoulinit). Di dalam tanah juga dapat
dijumpai Mg sebagai MgSO4, MgCO3 atau dolomit (CaCO3, MgCO3).
Distribusi Mg dalam tanah mirip dengan K dibedakan dalam tiga bentuk: tidak dapat
dipertukarkan, dapat dipertukarkan dan bentuk larut dalam air. Ketiga bentuk tersebut relatif
setimbang namun yang terbesar adalah bantuk tidak dapat dipertukarkan pada mineral primer
dan mineral lempung sekunder. Mg yang dapat dipertukarkan ini sekitar 5% dari total Mg,
fraksi yang berupa Mg terlarut dalam air penting bagi penyediaan nutrien tanaman. Mg dalam
larutan tanah cukup tinggi 2-5 mM, meskipun pada berbagai tanah sangat bervariasi yaitu
mulai 0,2 – 150 mM. beberapa Mg di tanah berasosiasi dengan bahan organik, tetapi biasanya
kecil, kurang dari 1% total Mg dalam tanah, seperti halnya Ca ternyata Mg juga mudah
mengalami pencucian.
Penyerapan oleh tanaman lebih rendah daripada Ca2+ atau K+. Mg dalam jaringan
sekitar 0,5% bahan kering. Pengaruh kompetitif kation terhadap penyerapan utamanya Mg
seringkali menjadi penyebab defisiensi Mg pada daun (apel) dan sebaliknya K+ yang rendah
diperoleh Mg yang tinggi.
Meskipun K+ yang tinggi sering menekan total penyerapan Mg, namun pengaruh
peningkatan penyediaan K+ bervariasi pada berbagai organ tanaman. Tabel berikut
menunjukkan bahwa pada tanaman tomat, peningkatan penyediaan K+ menurunkan
kandungan Mg di daun dan akar, namun pada buah malah sedikit meningkat, ternyata K+
meningkatkan translokasi Mg2+ yang menuju buah.
Daun
Akar
Transformasi Fe ( besi )
Di dalam tanah sebagai Fe oksida : haematit.(Fe2O3), ilmenit FeTiO3, magnetit Fe3O4,
batuan endapan dan siderit FeCO3. Kelarutan Fe dalam tanah sangat rendah dibanding
kandungan Fe yang ada, bentuk anorganik terlarut antara lain : Fe3+, Fe(OH)2+, dan Fe2+.
Dalam keadaan aerasi yang baik kontribusi Fe2+ kecil terhadap total Fe terlarut, kecuali pada
pH tinggi. Kelarutan Fe sangat ditentukan oleh kelarutan hidroksida Fe(3) :
Fe(OH)3 mengendap dan sangat tergantung pH yang tinggi, aktivitas Fe3+ menurun
dengan naiknya pH. Pada pH yang lebih tinggi aktivitas Fe3+ dalam larutan menurun 1000
kali lipat setiap kenaikan pH. Kelarutan Fe mencapai minimum pada pH sekitar 6,5 – 8,0.
Pada tanah asam kelarutan Fe anorganik relatif lebih tinggi daripada tanah kapur yang
kelarutannya sangat rendah dan dapat menyebabkan defisiensi pada tanaman yang tumbuh di
atasnya. Pada tanah tergenang terjadi reduksi Fe3+ menjadi Fe2+ yang disertai meningkatnya
solubilitas Fe. Proses reduksi ini penting terutama pada tanah sawah di mana konsentrasi Fe2+
dapat agak tinggi yang sering mengakibatkan keracunan pada tanaman padi yang dikenal
sebagai “bronzing” (daun berwarna kemerahan). Pada kondisi anaerob, proses reduksi yang
biasa terjadi : Fe(OH)3 + eˉ + H+ Fe2+ + 3H2O, terjadi konsumsi H+ sehingga pH naik. Reaksi
ini dapat berbalik bila terjadi peningkatan aerasi, pH lalu menurun disertai oksidasi Fe2+
menjadi Fe3+. Dengan sendirinya semakin dalam lapisan tanah dengan aerasi yang semakin
kurang, maka Fe2+ akan lebih tinggi daripada di tanah lapis atas.
Diabsorbsi oleh akar tanaman sebagai Fe2+ atau Fe khelate. Fe3+ kelarutannya rendah
pada pH tanah umumnya. Ketersediaannya tergantung pada kemampuan akar pada pH rendah
dan reduksi Fe3+ ke Fe2+. Fe khelate dapat larut sehingga tersedia bagi akar tanaman, walau
penyerapannya sangat rendah. Untuk efisiensi penggunaan Fe-khelate, pemisahan antara Fe
dan molekul organiknya berlangsung di permukaan akar ketika Fe-khelate diberikan pada
akar tanaman, yang biasanya dibutuhkan dalam jumlah yang kecil. Di samping itu reduksi
Fe3+ penting sebelum Fe-khelate dipisahkan dan Fe2+ diabsorbsi oleh akar tanaman.
Mikroorganisme tanah memainkan peran penting dalam transformasi zat besi dalam jumlah al
cara jelas berbeda seperti:
a. Bakteri tertentu mengoksidasi besi ferro menjadi besi negara yang mengendap sebagai
hidroksida besi sekitar sel
b. Spesies heterotrofik Banyak menyerang pada larut dalam garam besi organik dan
mengkonversi menjadi garam-garam anorganik
c. Oksidasi-reduksi potensial menurun dengan pertumbuhan mikroba dan yang mengarah pada
pembentukan lebih besi besi larut dari ion besi sangat tidak larut
d. Jumlah bakteri dan jamur menghasilkan asam seperti karbonat, asam nitrat, sulfat dan organik
yang membawa besi ke dalam larutan
e. Dalam kondisi anaerobik, sulfida yang terbentuk dari sulfat dan senyawa sulfur organik
menghapus besi dari larutan sebagai sulfida besi
f. Sebagai mikroba membebaskan asam organik dan produk karbon lain dari metabolisme yang
menghasilkan pembentukan kompleks besi larut organik. Dengan demikian, besi dapat
diendapkan di alam dan amobil oleh bakteri pengoksidasi besi bawah tanah reaksi alkali dan
pada solubilisasi sisi lain dari besi dapat terjadi melalui asam formasi.
Beberapa bakteri mampu mengurangi besi ke besi yang menurunkan potensi oksidasi-
reduksi dari lingkungan (misalnya Bacillus, Clostridium, Klebsiella dll). Namun, beberapa besi
chemoautotrophic dan bakteri belerang seperti Thiobacillus ferrooxidans dan ferroxldans
Ferrobacitlus dapat mengoksidasi besi ferro menjadi ferri hidroksida yang menumpuk di
sekitar sel.
Sebagian besar mikroorganisme aerobik hidup dalam lingkungan di mana besi ada dalam
bentuk, hidroksida yang tidak larut teroksidasi besi. Mereka menghasilkan besi mengikat senyawa
untuk mengambil besi besi. Ligan senyawa / zat besi mengikat atau chelating diproduksi oleh
mikroorganisme disebut "Siderophores". Siderophores bakteri dapat bertindak sebagai faktor virulensi
pada bakteri patogen dan dengan demikian, bakteri yang mengeluarkan siderophores yang lebih jahat
daripada non-siderophores produsen. Oleh karena itu, bakteri memproduksi siderophore dapat
digunakan sebagai agen biokontrol misalnya. Pseudomonad neon digunakan untuk pengendalian
Pythium, menyebabkan rebah penyakit pada bibit. Baru Vascular - Arbusecular - Mikoriza (VAM)
telah dilaporkan untuk meningkatkan penyerapan zat besi.
Spesies tanaman berbeda-beda kemampuannya dalam menggunakan Fe dan Fe
khelate sebagai nutrien. Dikatakan tanaman efisien terhadap Fe adalah yang tahan terhadap
pH rendah,medium dan meningkatkan kapasitas reduksi di permukaan akar pada kondisi
stress Fe sehingga ketersediaan Fe dan absorbsi oleh akar meningkat. Misalnya bunga
matahari : yang pada kondisi stress Fe terjadi perubahan fisiologi dan morfologi akar : pucuk
akar menjadi lebih tebal, korteks melebar/meluas, terjadi pembelahan sel rhizodermal,
perkembangan bulu akar yang intensif, terjadi perubahan sel : sel rhizodermis menjadi sangat
spesifik untuk penyerapan Fe. Berbeda dengan graminae : tidak terjadi perubahan fisiologi
dan morfologi, tidak mampu merespon stress Fe.
Penyerapan Fe sangat dipengaruhi oleh kation lain. Pengaruh kompetitif terhadap
penyerapan Fe : Mn2+, Cu2+, Ca2+, Mg2+, K+ dan Zn2+. Efek yang serupa terhadap penyerapan
Fe adalah berasal dari logam berat yang dapat menginduksi defisiensi Fe pada beberapa
spesies tanaman. Cu dan Zn diketahui dapat menggantikan Fe dari kompleks khelate
membentuk khelate logam berat. Hal inilah yang menyebabkan pembatasan terhadap
penyerapan Fe. Kecenderungan Fe untuk membentuk khelate dan kemampuannya untuk
berubah valensi merupakan dua hal penting yang mendasari sejumlah proses fisiologis :
Fe2+ Fe3+ + e
Sudah diketahui fungsi Fe dalam enzim sebagai haeme dari beberapa enzim misal :
peroksidase, katalase, sitokrom oksidase, Nitrit reduktase (NiR), Nitrat Reduktase (NR) ,
nitrogenase dll. Walau Fe penting dalam menyusun haeme, tetapi jumlahnya hanya 0,1 %
dari total Fe di daun, sebagian besar disimpan dalam bentuk Ferifosfoprotein yang disebut
fitoferitin. Keberadaan fitoferitin untuk melayani kebutuhan Fe yang digunakan bagi
pengembangan plastida untuk fotosintesis. Terbukti bahwa pada kloroplas banyak
mengandung Fe (± 80 %) dari total Fe di tanaman. Bentuk lain dari Fe di khloroplas ialah
Feredoksin yang berpartisipasi dalam proses oksidasi-reduksi dengan memindahkan elektron.
Yang serupa feredoksin, sebagai sistem redoks pada fotosintesis ialah reduksi nitrit, reduksi
sulfat dan asimilasi N2. Tanaman hijau sering berkorelasi antara ketersediaan Fe dengan
kandungan klorofil. Tanaman dengan penyediaan Fe yang baik akan tinggi kandungan
klorofilnya.
Tabel 5. Efek ketersediaan Fe terhadap kandungan klorofil dan aktivitas enzim di daun
tomat ( Mengel K. dan Kirkby E. A., 1982 ).
Defisiensi Fe serupa dengan Mg dalam hal produksi klorofil, sedang dalam hal lain
difisiensi Fe tidak sama dengan Mg yang selalu dimulai dari daun muda. Defisiensi Fe
menunjukkan klorosis antar vena, vena yang berwarna hijau gelap yang kontras dengan hijau
terang atau kuning sebagai latar belakang, daun-daun muda berwarna putih dan kerusakan
total pada klorofil. Pada cerealia, terdapat garis-garis kuning selang-seling sepanjang daun.
Keracunan Fe terutama terjadi pada tanah sawah yang selalu tergenang. Dalam
beberapa minggu tergenang akan meningkatkan kelarutan Fe dari 0,1 ppm menjadi 50-100
ppm. Keracunan Fe pada padi dikenal sebagai “bronzing” awalnya daun mengalami bercak
coklat yang berkembang merata berwarna coklat. Hal ini terjadi karena kandungan Fe
melebihi 300 ppm. Keracunan Fe pada tanaman padi ini sering terjadi terutama pada tanah
berat dan seringkali berkaitan dengan defisiensi K+, bila kekurangan K+ kemampuan akar
mengoksidasi Fe2+ ke Fe3+ akan terganggu.
Gejala defisiensi Fe seringkali dijumpai pada tanah kapur dan hal ini diinduksi oleh
terbentuknya HCO3- pada tanah kapur, ion ini berpengaruh pada penyerapan dan translokasi
dalam tanaman. Gejala defisiensi disini bukan karena rendahnya ketersediaan Fe di dalam
tanah, tetapi karena kekacauan perilaku fisiologis yang diinduksi oleh kelebihan HCO3- .
CaCO3 + CO2 + H2O Ca2+ + 2HCO3-
Kelebihan HCO3- di medium akar akan menyebabkan immobilisasi Fe dalam
tanaman. Mengapa HCO3- mengurangi mobilitas Fe di dalam tanaman belum jelas benar,
diduga penyerapan yang tinggi terhadap HCO3- oleh tanaman akan menyebabkan naiknya pH
jaringan tanaman sehingga berakibat pada immobilisasi Fe.
Besi dapat mengalami semacam transformasi di dalam tanah melalui kegiatan-
kegiatan jasad renik.Besi sangat esensial bagi sinthesa sel.Bakteri tertentu berkemampuan
dalam mengoksid garam-garam besi menjadi senyawa-senyawa besi dan pada pemanfaatan
energy yang dibebaskan bagi assimilasi karbon dioksida,dalam suatu cara yang mirip pada
gerak bakteri nitrifikan dan pengoksid sulfur,berkaitan dengan reaksi berikut:
2FeSO4 + 3H2O + 2CaCO3 + O = 2Fe (OH)3 + 2CaSO4 + 2CO2
Besi saling pengaruh mempengaruhidengan senyawa-senyawa humus pada tanah.Besi
menjadi lebih siap tersedia dalam hubungan tersebut bagi pertumbuhan tanaman pada tanah-
tanah alkali jika zat itu tidak cepat hilang /keluar sebagaimana fosfat organik.
Arsenat didistribusikan secara luas dalam tanah, unsur ini jarang ditemukan,
meskipun dalam jumlah-jumlah racun dalam tanah. Walaupun arsenat telah umum digunakan
dalam berbagai insektisida, hanya sedikit saja jumlahnya yang dapat menemukan jalan dan
tersedianya dalam tanah. Dalam berbagai kasus, seperti ketika arsenat debu diberikan untuk
membinasakan insek-insek tertentu, jumlah-jumlahnya yang ditinggaalkan dalam tanah dapat
mengakibatkan kerdilnya pertumbuhan tanaman.
Cendawan tanah yang tertentu mempunyai kapasitas untuk menguapkan atau
melepaskan substansi-substansi arsenat dengan mereduksinya ke arsin. Kultur atau
pemeliharaan cendawan demikian dengan cepat melepaskan bau arsin dari media
berkandungan arsenat. Anggota-anggota dari genus Scopulariopsis atau Penicillium
brevicaule, aspergilli tertentu, terutama A. Fumingatus, A sydowi dan A. Ochreceus, species
Fusarium dan berbagai dematiaceae bertanggung jawab pada kegiatan-kegiatan ini.
Transformasi selenium oleh mikroorganisma dalam tanah merupakan kegiatan
penting dalam hubungan dengan absorpsi selektif atas elemen ini oleh tanaman-tanaman
panenan, sepertinya gandum. Bentukan-bentukan geologis tertentu berkandungan selenium.
Tanaman-tanaman yang tumbuh di daerah-daerah ini akumulit elemen ini dalam bahan
selnya. Macam-macam bakteria dan cendawan mempunyai kapasitas untuk menguapkan
selenium dengan mudah/cepat, menghasilkan bau yang sangat menyolok. Hal ini dengan
cepat ditemukan (tercium) dalam tabung-tabumg kultur dan dalam jembangan eksperimen.
Kalau selenium yang terkandung pada tanaman mengalami dekomposisi, aktifitas berbagai
mikroorganisma menghasilkan bau yang kuat. Aktivitas mikrobologis dalam tanah
menyumbangkan zat-zat yang berkandungan selenium tersedia pada tanaman-tanaman hijau
dibawah kondisi-kondisi yang sebaliknya, dalam mana tanaman-tanaman tidak mampu untuk
memperoleh selenium. Beberapa organisma sepanjang menyangkut kemudahannya
menguapkan selenium termasuk kebanyakan dari cendawan asenat,terutama
Scopulariopsisbrevicaula dengan golongannya dan bakteria tanah tertentu terutama
Pseudomonas fluorescens.
Senyawa-senyawa selenium merupakan subjek bagi kegiatan sejenis bakteria
lain,dalam mereduksi selenat ke selenit dan dalam oksidasi selenium elementer.
Transformasi Silikon
Silikon ditemukan secara melimpah dalam rangka mineral pada tanah.Ditemukan
dengan ekstensif dalam substansi sel dari banyak organisma tanah,terutama diatom-
diatom,protozo tertentu,cendawan dan bakteria.Silikon menjalani berbagai transformasi
sebagai suatu akibat kegiatan-kegiatan mikroorganisma yang langsung dan tidak
langsung.Kalau residu-residu tanaman didekomposisi,silicon dibebaskan sebagai silica dan
dimungkinkan untuk akumulasi.Silika dapat diubah soluble (dapat melarut) melalui gerak
karbon dioksida dan melalui asam-asam organik dan anorganik yang di hasilkan
mikroorganisma.Ini memainkan peran yang esensial dalam menghancurkan batu-batuan dan
pembentukan tanah.