Anda di halaman 1dari 31

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pelajaran ilmu pengetahuan sosial merupakan ilmu yang efektif apabila
digunakan di berbagai aspek kehidupan yang terdiri dari beberapa unsur penting
untuk mengembangkan kualitas kehidupan di maasyarakat yang serba komplek.
Karena di sadari atau tidak bangsa Indonesia terdiri dari beragam suku bangsa,
kebudayaan serta bahasa daerah dari masing-masing suku tersebut. Dengan
demikian pembelajaran IPS sangat penting diajarkan sejak dini agar anak didik
lebih memahami kemajuan tekhnologi dari berbagai daerah diIndonesia yang pada
akhirnya akan menimbulkan sikap sosial dan kritis dalam diri siswa tersebut.
Hal tersebut sangat kontradiktif dengan kenyataan yang terjadi dikelas IV
SDN Panaguan II Kecamatan Larangan Kabupaten Pamekasan. Setiap diadakan
umpan balik terhadap apa yang telah didapat dan dipelajari hanya 5 siswa (33%)
dari 15 siswa yang mampu dan memahami pelajaran yang telah diajarkan, bahkan
ada siswa yang tidak mengerti sama sekali (tidak merespon pertanyaan) yang
diberikan guru. Dan ketika diadakan evaluasi pembelajaran hanya 5 orang siswa
yang mencapai SKM yang telah ditentukan yaitu 70, sedangkan 10 orang siswa
lainnya masih belum tuntas.
Penggunaan langkah-langkah pengambilan keputusan yang sistimatis
dalam mempelajari isu-isu ilmu, tekhnologi dan masyarakat dalam pembelajaran
IPS dapat membantu mengembangkan intelektual siswa. Kemampuan
memecahkan masalah dan kemampuan berfikir dalam mengambil keputusan
secara fleksibel dan terorganisasi (Remy, 1990).
Maka dari itulah pembelajaran IPS diarahkan untuk meningkatkan minat
peserta didik untuk berkompetisi dibidang ilmu pengetahuan, lingkungan dan
tekhnologi dengan baik dan benar, baik secara teori maupun praktek serta
menumbuhkan semangat dan cinta terhadap karya manusia Indonesia
(Permendiknas, RI, 2006: 22)
Pemberian mata pelajaran IPS bertujuan agar siswa memahami/menguasai
konsep serta mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalah-
masalah yang dihadapinya sehingga siswa lebih menyadari kebesaran dan
kekuasaan sang pencipta.
2
Sedangkan fungsi mata pembelajaran IPS antara lain:
1. Memberi bekal pengetahuan dasar, baik untuk melanjutkan ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi maupun untuk diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari.
2. Mengembangkan keterampilan dalam mengembangkan konsep-konsep IPS.
3. Menanamkan sikap ilmiah dan melatih siswa dalam menggunakan metode
ilmiah untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
4. Menyadarkan siswaakan kekuatan alam dan segala keindahannya, sehingga
siswa terdorong untuk mencintai dan mengagungkan pencipta-NYA.
5. Memupuk daya kreatif dan inovatif siswa.
6. Membantu siswa memahami gagasan/informasi baru dalam bidang IPTEK.
7. Memupuk diri serta mengembangkan minat siswa terhadap IPS.
Untuk mencapai tujuan dalam memenuhi fungsi pendidikan IPS itu,
pendekatan yang digunakan dalam proses belajar mengajar IPS antara lain
melalui:
1. Pendekatan lingkungan.
2. Pendekatan kemampuan keterampilan.
3. Pendekatan penemuan.
4. Pendekatan terpadu.
Dari hasil pengamatan, peneliti meminta senior untuk ikut membantu
mengidentifikasi permasalahan yang dialami oleh siswa kelas IV SDN Panaguan
II Kecamatan Larangan, Kabupaten Pamekasan tersebut. Dari beberapa diskusi
kecil yang kami lakukan akhirnya dapat diidentifikasi beberapa permasalahan,
diantaranya:
1. Rendahnya tingkat kemampuan memahami analisa tekhnologi dalam
pembelajaran yang telah diterapkan oleh guru terhadap siswa.
2. Rendahnya kemampuan siswa menyerap materi pelajaran yang telah
ditentukan.
3. Motivasi dan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran IPS rendah.
Setelah diidentifikasi masalah-masalah yang terjadi, akhirnya diketahui
beberapa faktor penyebab dari permasalahan tersebut, yaitu:
1. Kurangnya pemahamn siswa terhadap pelajaran yang disajikan.
2. Penggunaan tekhnik dan metode pembelajaran yang monoton dan kurang
memberi kesempatan pada siswa untuk belajar secara aktif.
3. Kurangnya media yang dapat membangkitkan minat anak.
3
4. Kurangnya kreatifitas guru dalam memilih metode yang sesuai dengan
materi pelajaran dan karakter siswa.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari bab pendahuluan yang berisi latar belakang masalah timbul suatu
kesenjangan antara harapan dan kenyataan yang menjadi akar permasalahan yang
dapat dirumuskan sebagai berikut:
“Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS
tentang pentingnya koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat
melalui penggunaan metode diskusi pada siswa kelas IV SDN Panaguan II
Kecamatan Larangan, Kabupaten Pamekasan”.

C. TUJUAN PENELITIAN
Kegiatan yang kita lakukan mempunyai tujuan yang jelas sebagai arah dan
penentu kegiatan yang akan dilakukan. Begitu juga pada penelitian tindakan kelas
ini mempunyai tuuan sebagai berikut:”mengetahui peningkatan prestasi belajar
dalam memahami mengenal pentingnya koperasi dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat melalui penggunaan metode diskusi pada siswa kelas IV
SDN Panaguan II Kecamatan Larangan, Kabupaten Pamekasan.

D. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang
sangat besar pada guru (peneliti), kepala sekolah dan pemerhati pendidikan.
1. Bagi guru
Penelitian tindakan ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:
a. Membantu guru dalam memperbaiki pembelajaran IPS dikelas IV SDN
Panaguan II Kecamatan Larangan, Kabupaten Pamekasan.
b. Mebantu guru dalam mengembangkan profesionalismenya, baik dalam
pembuatan persiapan pembelajaran, penggunaan metode dan tekhnik
pembelajaran dan evaluasi hasil pembelajaran.
c. Dapat menimbulkan rasa percaya diri pada guru yang bersangkutan, karena
dengan PTK ini guru akan mengetahui letak kelemahan dan kjelebihan dari
kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan, dan dijadikan bekal untuk
memperbaiki proses pembelajaran berikutnya.
d. Guru mendapat kesempatan untuk berperan aktif mengembangkan
pengetahuan dan keterampilannya sendiri.
2. Bagi siswa
4
PTK ini diharapkan:
a. Untuk meningkatkan proses hasil belajar siswa.
b. Menjadi modal bagi para siswa dalam bersikap kritis terhadap hasil
belajarnya.
3. Bagi kepala sekolah
Hasil PTK ini diharapakan:
a. Dijadikan dasar dan arah supervise dalam usaha meningkatkan mutu
pendidikan disekolah.
b. Memberikan penelitian kinerja guru.
c. Memperbanyak inovasi-inovasi di bidang metodeologi pembelajaran
disekolah.
4. Bagi sekolah
a. Dapat mencari jalan yang lebih inovatif dalam menghadapi masalah belajar
siswa, perbaikan kesalahan konsep serta penganggulangan berbagai
kesulitan mangajar yang dialami guru.
b. Dapat dijadikan acuan didalam penulisan PTK berikutnya, baik untuk pihak
sendiri maupun bagi sekolah lain.
c. Sumbangan positif terhadap kemajuan sekolah, karena guru perlu
merencanakan dan melaksanakan perbaikan pembelajaran.
d. Dapat meningkatkan kemitraan dengan sekolah lain sehingga terjalin
hubungan kerja sama yang baik.
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN PRESTASI BELAJAR


Menurut kamus bahasa Indonesia, prestasi berarti hasil yang dicapai atau
dikerjakan. Sedangkan didalan kurikulum 1994 disebutkan prestasi adalah hasil
tertinggi yang dapat dicapai atau dikerjakan dalam hal menguasai bahan pelajaran
yang menjelaskan seseorang sesuatu waktu tertentu.
Adapun pengertian belajar menurut Nasution (1989:15), hasil belajar
adalah suatu proses yang menimbulkan kelakuan baru atau mengubah kelakuan
lama sehingga seseorang lebih mampu menghadapi situasi-situasi dalam
hidupnya.
Nasution (1989:25) juga mendefinisikan lain tentang hasil belajar, hasil
belajar adalah penambahan pengetahuan. Definisi ini dalam prakteknya sangat
banyak dianut disekolah dimana guru-guru berusaha guru berusaha memberikan
ilmu sebanyak mungkin dan murid giat mengumpulkannya. Bukti ini bahwa
seorang anak belajar adalah dari hasil ujian yang diadakan.
Berdasarkan teori-teori belajar diatas pengertian hasil belajar ataupun
prestasi belajar dapat diartikan sebagai suatu proses interaksi terhadap semua yang
ada disekitar individu dengan cara melihat, mengamati dan memahami sesuatu.
Proses komunikasi antara guru dengan siswa didalam kelas akan membawa
dampak implikasi terhadap kadar hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Hasil
belajar tersebut sebagai akibat hubungan guru dengan siswa untuk
mengembangkan diri secara bebas dalam pembentukan pemahaman pada diri
siswa. Gagne dan Briggs (1979) dalam mengkaji tentang belajar, mengatakan
bahwa belajar merupakan seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat
rangsangan (stimulus) menjadi beberapa tahapan pengulangan informasi yang
ditunjang oleh rangsangan (stimulus) menjadi beberapa tahapan pengolahan
informasi yang ditunjang oleh rangsangan (stimulus) dari lingkungan dan
dijalankan untuk jenis-jenis belajar yang berbeda.
Kondisi belajar dibedakan menjadi dua yaitu kondisi internal dan kondisi
eksternal. Kondisi internal, belajar adalah keterampilan pra syarat dalam fase-fase
pengolahan informasi, sedangkan kondis eksternal belajar adalah bagaimana cara
pembelajarannya. Kedua kondisi tersebut baik kondisi internal maupun eksternal
saling berinteraksi untuk menghasilkan belajar bagi siswa. Didalam kelas kondisi
eksternal belajar merupakan strategi pembelajaran yang yang ditentukan oleh guru
6
dalam proses pembelajaran siswa. Kapan siswa dapat dikatakan belajar melalui
kegiatan pembelajaran dari guru. Siswa dikatakan belajar melalui kegiatan
pembelajaran dari guru, jika proses belajar yang terjadi adalah lebih besar
daripada yang terjadi bila guru tidak melakukan kegiatan sama sekali. Dengan
demikian dapat dipastikan bahwa proses pembelajaran yang sesungguhnya terjadi
bila ada kegiatan yang dilakukan sama sekali. Dengan demikian dapat dipastikan
bahwa proses pembelajaran yang sesungguhnya terjadi bila ada kegiatan yang
dilakukan oleh guru, sehingga dalam proses pembelajaran yang sesungguhnya
terjadi bila ada kegiatan yang dilakukan oleh guru, sehingga dalam proses
pembelajaran harus ada nilai tambah atau peningkatan pada prestasi belajaryakni
dari hasil proses dengan adanya kegiatan yang dilakukan oleh guru.
Pendapat yang dikemukakan oleh Kimble dan Garmezi dalam Sudjana
(1989:5) belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif dan permanen, terjadi
dari pengalaman. Pada dasarnya belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan
adanya perubahan-perubahan pada diri seseorang, seperti: pengetahuan,
pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan serta
perubahan aspek-aspek lain yang ada pada setiap individu seseorang. Jadi prestasi
belajar adalah hasil dari proses belajar yang dilakukan seseorang. Dalam
pengertian ini prestasi belajar adalah hasil kegiatan belajar siswa dalam bentuk
ilmu pengetahuan sebagai akibat dari perlakuan atau pembelajaran yang dilakukan
oleh guru. Untuk lebih mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses
pembelajaran dapat dilakukan dengan jalan membandingkan hasil tes awal yang
diperoleh siswa dengan hasil tes akhir yang diperoleh siswa setelah proses
pembelajaran selesai. Apabila hasil tes akhir nilai atau skornya lebih tinggi dari
skor tes awal, berarti proses pembelajaran dapat meningkatkan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Perbedaan tes awal dan tes akhir tidak
menunjukkan skor yang nyata sebagai akibat proses pembelajaran yang terjadi
dikarenakan perlakuan guru.

B. KAJIAN TENTANG METODE DISKUSI


1. Pengertian Metode Diskusi
Metode diskusi diartikan sebagai siasat “penyampaian” bahan pengajaran
yang melibatkan peserta didik untuk membicarakan dan menemukan alternatif
pemecahan suatu topik bahasan yang bersifat problematik. Guru dan
kelompok peserta didik memiliki perhatian yang sama terhadap topik yang
dibicarakan dal diskusi
7
Metode diskusi menurut Hyman (Nana Sujana, 2002: 189) identik
dengan metode musyawarah kerja, dimana metode diskusi bersama dengan
metode ceramah merupakan dua metode paling aktif yang digunakan oleh guru
yang bekerja dengan kelompok-kelompok lain.
Metode diskusi pada umumnya ditandai suatu pembahasan permasalahan
dimana guru mengajukan pernyataan dan para siswa menyediakan sejumlah
permasalahan untuk dibahas bersama dalam penyajian materi sebelum penugasan.
Secara logis, metode diskusi umpan balik personal (personal feedback)
yakni umpan balik yang ditujukan kepada setiap siswa secara pribadi. Adanya
tuntutan umpan balik personal ini mengisyaratkan bahwa metode diskusi kurang
bijaksana dimana untuk pertemuan yang jumlah siswanya lebih dari 40 siswa.
Metode diskusi dapoat diartikan sebagai suatu format interaksi belajar
mengajar yang ditandai adanya suatu lebih tugas yang diberikan guru, dimana
penyelesaian tigas tersebut dapat dilakukan secara kelompok sesuai dengan
perintahnya.
Menurut Mulyani Sumantri (2005:16) metode diskusi atau musyawarah
kerja diartikan sebagai suatu cara interaksi belajar mengajar yang ditandai dengan
adanya tugas dari guru untuk dikerjakan peserta didik secara kelompok.
Alasan pentingnya diskusi kelompok didalam kelas berkaitan dengan
pendekatan CBSA yang menuntut keterlibatan siswa dalam kegiatan
pembelajaran. Dengan perkataan lain, dominasi guru didalam kelas haruslah
dikurangi sehingga tersedia kesempatan bagi siswa untuk berpartisipasi secara
aktif. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru dalam kaitan ini adalah
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi kelompok. Melalui
diskusi kelompok diharapkan dapat berpikir secara lebih kritis serta mampu
mengungkapkan pikiran dan perasaannya dengan baik.
Alasan lainnya adalah terdapatnya beberapa tujuan pendidikan yang jauh
lebih efektif tercapai jika dilakukan melalui diskusi kelompok. Tujuan – tuan
tersebut adalah tujuan dalam ranah keterampilan serta nilai dan sikap. Misalnya
keterampilan berbicara, mengungkapkan pendapat, keterampilan berbahasa, sopan
santun dalam mengajukan perbedaan pendapat serta keterampilan berinteraksi
sosial akan jauh lebih efektif pencapaiannya jika dilakukan melalui diskusi
kelompok.
Dari pendapat diatas, penulis menyimpulkan bahwa metode diskusi adalah
suatu metode balajar mengjajar dengan diberikannya tugas untuk dikerjakan oleh
guru.
8
Tujuan dari pengguaan metode diskusi Rosenshine (Deage dan Berliner,
1984:623) adalah untuk meramngsang siswa supaya aktif belajar baik secara
individual maupun kelompok. Pada beberapa tahun akhir ini metode diskusi lebih
menonjol sebagai suatu komponen pengajaran dikelas pada jenjang dasar
(Elementary) atau sekolah dasar.
Tetapi untuk menerapakan metode diskusi secara aktif, guru hendaknya
mempertimbangkan jumlah siswa, kemampuan siswa dan jenis-jenis tugas yang
diberikan.
2. Pelaksanaan Diskusi Pada Pemberian Tugas
Davies (Nana sudjana, 2004:52) menemukakan bahwa beberapa tugas
merupakan kegiatan akademis atau intelektual, sedangkan lainnya terutama
berhubungan dengan keterampilan fisik. Selain itu, tugas sering kali meruakan
kegiatan akademis/intelektual dan keterampilan fisik sekaligus.
Selanjutnya Davies (nana Sudjana, 2004:52) mengemukakan bahwa untuk
dapat mengemukakan tentang apa yang sebenarnya akan diajarkan (melalui
sejumlah tugas), maka seorang guru memerlukan analisis tugas yang benar.
Analisis tugas dilakukan sesuai dengan tujuan menurut Davies (Nana sudjana,
2004: 53) adalah sebagai berikut:
a. Menerangkan tugas yang harus dipelajari siswa.
b. Mengisolasikan tingkah laku yang diperlukan.
c. Mengidentifikasi kondisi dimana tingkah laku terjadi.
d. Menetapkan suatu criteria untuk tingkah laku atau penampilan yang dapat
diterima.
Gagne dan Berliner (Nana Sudjana, 2004, 618) memilah-milah tugas
berdasarkan jumlah siswa dalam kelas, sehingga didapatkan berbagai pilihan jenis
tugas atau penugasan untuk masing-masing kelompok. Adapun jenis-jenis tugas
dalam diskusi yang diberikan pada jumlah siswa dalam kelas adalah sebagai
berikut:
1. Pilihan jenis diskusi untuk kelompok besar (jumlah siswa lebiha dari 40
siswa), yakni:
 Diskusi oleh kelompok atau beberapa siswa
 Laporan lisan oleh siswa atau berkelompok siswa.
 Melihat slide, video atau televise.
 Mendengarkan radio atau rekaman
 Field trips.
9
2. Pilihan jenis penugasan untuk berkelompok kecil (jumlah siswa 2-20 siswa),
yakni:
 Debat anatara 2 orang siswa atau kelompok siswa (biasanya tidak lebih
dari 20 atau 30 menit)
 Bermain peran atau dramatisasi.
 Kegiatan proyek
 Diskusi tentang yang benar dan salah dalam tes yang telah diberikan, dan
 Rspon kelas.
3. Pilihan jenis penugasan untuk pembelajaran individual, yakni:
 Ujian tentang isi pelajaran atau informasi dalam papan bulletin.
 Mengkonsultasi buku-buku rujukan dan bahan pustaka lain, dan
 Studi terbimbing.
Dari jenis-jenis tugas dikemukakan oleh Gagne dan Berliner, dapat
ddentifikasi bahwa pilihan bahan penugasan sering kali berhubungan dengan
metode yang lain.
Berdasarkan pendapat Davies dan Gagne dan Berliner (Nana Sudjana,
2004, 52) dapat dipilih jenis-jenis tugas sebagai berikut:
a. Tugas latihan merupakan tugas untuk melatih siswa menyelesaikan
permasalahan yang berhubungan denganperubahan sebelumnya. Tugas
latihan diberikan pada jam pelajaran atau diluar jam pelajaran, sesuai
dengan kebutuhan dan ketersediaan waktu.
b. Tugas membaca/mempelajari buku tertentu. Guru menugaskan kepada
siswa, baik perorangan atau kelompok, membaca dan mempelajari
beberapa halaman atau bab tertentu disebuah buku diluar jam pelajaran.
c. Mengembangkan kreativitas peserta didik.
4. Kelemahan metode penugasan.
Kelemahan metode penugasaan dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Sulit mengontrol peserta didik apakah belajar sendiri atau dikenalkan
orang lain.
b. Sulit memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan individu peserta
didik.
c. Tugas yang monoon dapat membosankan peserta didik.
d. Tugas yang banyak dan sering dapat membuat beban atau keluhan peserta
didik.
e. Tugas kelompok dikerjakan oleh orang tua tertentu atau perserta didik
yang rajin dan pintar.
10
Keempat kegiatan yang dikemukakan diatas merupakan mata rantai
yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Empat kegiatan tersebut juga
prosedur pemakaian metode diskusi pada saat dilaksanakan dikelas.
Langkah-langkah umum yang dapat diikuti dalam penggunaan metode
diskusi adalah sebagai berikut:
1. Persiapan pemakaian metode diskusi, mencakup:
a. Membuat rancangan diskusi.
b. Mendeskripsikan tugas dengan siswa.
c. Membuat lembaran kerja jika perlu, dan
d. Menyediakan sumber-sumber belajar yang diperlukan untuk menyediakan
tugas.
2. Pelaksanaan pemakaian penggunaan metode diskusi, mencakup:
a. Menjelaskan tujuan dan manfaat tugas.
b. Memberikan penjelasan tentang tugas (terutama mengenai kesulitan yang
mungkin dihadapi dan alternative pemecahannya)
c. Membantu pembentukan kelompok (jika perlu)
d. Memberikan tugas lisan atau tertulis.
e. Memonitor atau mengamati pelaksanaan dan atau penyalesaian tugas.
f. Mengadakan diskusi hasil pelaksaan tugas.
3. Tindak lanjut pemakaian metode diskusi, mencakup:
a. Melaksanakan penilaian hasil pelaksanaan diskusi.
b. Menyimpulkan penilaian proses dan hasil pelaksanaan, dan
c. Mendiskusikan kesulitan-kesulitan yang tidak dapat diselesaikan oleh
siswa selama pelaksanaan diskusi.

C. PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL


Ilmu pengetahuan sosial merupakan materi yang mengandung beberapa
ilmu pengetahuan yang dapat mengembangkan pengetahuan dibidang lingkungan
secara sistematik, mana suka, ujar, manusiawi dan produktif. Disebut sitematik
karena tekhnologi diatur oleh sistem, yaitu sistem teori dan sistem praktek.
Disebut mana suka karena unsur-unsur ilmu pengetahuan alam dipilih secara acak
tanpa dasar hanya saja berdasarkan penemuan yang sudah memperoleh pengajuan
oleh masyarakat. Penemuan tersebut disesuaikan dengan kemajuan dan kondisi
tekhnologi. Tekhnologi disebut alat penemuan yang telah mendapat pengakuan
secara luas dan dapat diterima menurut ilmu pengetahuan dan telah dapat
menghasilkan suatu produk yang bermanfaat dalam kehidupan masyarakat.
11
Disebut manusiawi karena pengetahuan menjadi berfungsi selama manusia
yang memanfaatkannya, bukan makhluk lainnya.
Pembelajaran ilmu pengetahuan sosial merupakan pembelajaran yang
sangat penting diberikan sejak dini, karena ilmu pengetahuan sosial selain sebagai
materi pembelajaran sekolah juga dapat dimanfaatkan diluar sekolah atau setelah
terjun dilingkungan masyarakat. Pembelajaran ilmu pengetahuan sosial yang
berfungsi untuk mengembangkan kemampuan bernalar, berkarya dan
mengungkapkan pikiran social, serta membina persatuan dan kreatifitas bangsa.
Sedangkan mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial di ajarkan disekolah dasar
bertujuan mengembangkan kemampuan dan keterampilan dasar memahami
keadaan dilingkungan sekitar yang meliputi: teori dan praktek (Wiranata,
2005:1,17)
Kemahiran guru dalam memilah-milah metode pembelajaran sangat
menentukan kesuksesan pembelajaran ilmu pengetahuan sosial. Selain itu juga di
tentukan cara guru mengatur strategi pembelajaran, Karena hal ini sangat
berpengaruh kepada cara siswa belajar. Maka dari itulah ketelitian guru dalam
memilah-milah metode mengajar yang sesuai dengan karakteristik siswa dan
materi yang akan mempengaruhi hasil belajar siswa sekolah.
Persiapan sebelum mengajar sangat penting dilakukan oleh guru. Sebab
apabila persiapan mengajar telah dibuat, penyampaian materi akan terarah sesuai
dengan ketentuan-ketentuan dalam persiapan tersebut, baik dalam hal tujuan yang
akan dicapai, penerapan metode yang akan digunakan, sampai pada alat evaluasi
yang digunakan untuk mengukur pencapaian hasil belajar siswa.
Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru harud mampu menerapkan
metode, pendekatan dan tekhnik pembelajaran yang sesuai dengan karakter materi
yang akan disampaikan. Selain itu penguasaan kelas, penggunaan media
pembelajaran, motivasi belajar, dan hal-hal yang bersangkut paut dengan
kelancaran proses pembelajaran sangat mempengaruhi hasil belajar siswa
disekolah. Apabila beberapa komponen pelaksanaan pembelajaran tidak dikuasai
dengan baik dan benar, dapat mengakibatkan terhambatnya pencapaian hasil
belajar siswa.
Evaluasi pembelajaran dan tindak lanjut merupakan komponen kegiatan
pembelajaran yang tak kalah pentingnya dalam pencapaian hasil belajar siswa.
Sebab dengan adanya evaluasi pembelajaran dapat diukur, baik ketuntasan belajar
siswa maupun ketepatan metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru.
12
BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian


1. Lokasi
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilaksanakan di kelas IV
Sekolah Dasar Negeri Panaguan II di Desa Panaguan Kecamatan Larangan
Kabupaten Pamekasan.
2. Waktu
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada semester II
tahun pelajaran 2010 – 2011. dalam pengambilan data penelitian diambil dalam 2
siklus, yaitu : siklus I pada hari senin tanggal 21 Maret 2011 dan siklus II pada
hari senin tanggal 28 Maret 2011.
3. Mata Pelajaran
Adapun mata pelajaran yang peneliti gunakan sebagai media penelitian
adalah ilmu pengetahuan sosial. Sedangkan materi yang peneliti ambil sebagai
instrumen untuk mendapatkan data penelitian adalah pokok bahasan “Pentingnya
Koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat”.
4. Kelas
Kelas yang dijadikan objek penelitian adalah kelas IV Sekolah Dasar
Negeri Panaguan II Kecamatan Larangan Kabupaten Pamekasan. Kelas ini
mempunyai kelas paralel, akan tetapi pelaksanaan penelitian hanya dilaksanakan
pada 1 kelas yaitu kelas IVB.
5. Karakteristik Siswa
Siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri Panaguan II Kecamatan Larangan
Kabupaten Pamekasan berdasarkan hasil pembelajaran sebelumnya, yaitu siswa
yang mencapai SKM adalah (33%) yaitu 5 orang siswa dari 15 siswa, sedangkan
yang 10 orang siswa (67%) belum mencapai SKM.

B. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian pada penelitian tindakan kelas harus melalui beberapa
tahapan. Tahapan – tahapan tersebut akan diterapkan pada setiap siklus perbaikan
pembelajaran yang telah ditentukan. Maka dari itulah sebelum diterapkan dalam
siklus perbaikan pembelajaran, tahapan – tahapan ini akan dijelaskan secara
umum mengenai hal – hal yang akan dilaksanakan pada setiap tahapan siklus,
diantaranya :
13
1. Perencanaan
Pada tahap perencanaan peneliti harus menyusun rumusan masalah yang
akan dipecahkan, tujuan penelitian, rencana tindakan termasuk instrumen
penelitian. Setelah itu baru membuat rencana perbaikan pembelajaran (RPP) dan
instrumen observasi yang nantinya akan dilaksanakan secara bersamaan pada
kegiatan perbaikan pembelajaran.
Rencana perbaikan pembelajaran (RPP) pembelajaran ilmu pengetahuan
sosial tentang “Pentingnya Koperasi Dalam Meningkatkan Kesejahteraan
Masyarakat”, yang telah dibuat nantinya akan diterapkan pada setiap siklus
perbaikan yang nantinya akan dijadikan sebagai instrumen penelitian dan
dilaksanakan pada kegiatan perbaikan pembelajaran yang terbagi dalam 2 siklus.
a. Siklus I dilaksanakan pada hari senin tanggal 21 Maret 2011.
b. Siklus II dilaksanakan pada hari senin tanggal 28 Maret 2011.
2. Pelaksanaan dan Pengamatan
Pada tahap pelaksanaan peneliti melaksanakan kegiatan perbaikan
pembelajaran sesuai RPP dengan sistematika yang telah dibuat pada tahap
perencanaan tersebut diatas. Mulai dari kegiatan awal, inti pelaksanaan dan
kegiatan akhir yang dilanjutkan dengan evaluasi pembelajaran.
Pada saat yang bersamaan dilaksanakan pengamatan terhadap kegiatan
perbaikan pembelajaran dengan menggunakan instrumen yang telah dipersiapkan
pada tahap perencanaan. Dalam hal pengamatan peneliti meminta bantuan
supervisor II agar hasil pengamatan lebih objektif dan dapat
dipertanggungjawabkan.
3. Refleksi
Pada tahap refleksi ini peneliti mengadakan pengkajian dari hasil
pengamatan yang telah dilakukan oleh supervisor II dan hasilnya dipergunakan
sebagai acuan untuk melaksanakan perbaikan pembelajaran pada siklus
berikutnya.
4. Revisi
Tahap revisi adalah tahapan koreksi terhadap kelemahan – kelemahan dan
kekurangan – kekurangan yang terjadi, dan dilakukan perbaikan – perbaikan
seperlunya pada siklus berikutnya.
14
PROSEDUR PENELITIAN PERSIKLUS

Prosedur penelitian persiklus yang melalui beberapa tahapan diatas dapat


digambarkan dengan siklus spiral berikut ini :

IDENTIFIKASI MASALAH

PLANNING

ACTING

OBSERVING SIKLUS I

REPLANNING

SIKLUS II
ACTING

OBSERVING

REFLECTING
15
SIKLUS I

1. Tahap Perencanaaan
Pada tahap perencanaan dipersiapkan beberapa instrumen penelitian yang
akan dipergunakan dalam kegiatan perbaikan pembelajaran, yaitu :
a. Rencana perbaikan pembelajaran (RPP) pada pokok bahasan
pentingnya koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
b. Lembar soal.
c. Lembar observasi
2. Tahap Pelaksanaan dan Pengamatan
a. Tahapan pelaksanaan ini peneliti melakukan
kegiatan perbaikan dengan menggunakan metode diskusi sesuai dengan
RPP.
b. Melaksanakan tes formatif dan mengahiri pembelajaran siklus I.
c. Bersamaan dengan pelaksanaan perbaikan pembelajaran, supervisor II
melakukan pengamatan terhadap pelaksanaan perbaikan pembelajaran
berdasarkan instrumen – instrumen yang telah dipersiapkan.
3. Tahap Refleksi
Pada tahapan refleksi ini peneliti melakukan pengkajian terhadap hasil
atau dampak dari pelaksanaan perbaikan pembelajaran yang dilakukannya
berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilaksanakan oleh sopervisor II.
Dari hasil refleksi ini kami akan jadikan acuan dan masukan bagi peneliti
dalam perbaikan pada pelaksanaan siklus berikutnya.
4. Tahap Revisi
Pada tahap revisi ini peneliti melakukan perbaikan seperlunya terhadap
kekurangan – kekurangan yang ditemukan dalam proses perbaikan pembelajaran
pada siklus I.
16

SIKLUS II

1. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini hampir sama dengan perencanaan pada siklus I, yaitu
sebelum pelaksanaan perbaikan pembelajaran dilaksanakan harus dipersiapkan
terlebih dahulu:
a. Rencana perbaikan pembelajaran (RPP) pada pokok bahasan pentingnya
koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan indikator
yang ingin dicapai adalah siswa dapat menjelaskan pengertian koperasi
dan lambangnya.
b. Lembar soal.
c. Lembar observasi.
2. Tahap Pelaksanaan dan Pengamatan
a. Tahapan pelaksanaan ini peneliti melakukan pembelajaran dengan
menggunakan metode diskusi sesuai dengan rencana perbaikan
pembelajaran (RPP).
b. Melaksanakan tes formatif.
c. Mengakhiri pembelajaran siklus II.
d. Bersamaan dengan pelaksanaan perbaikan pembelajaran, supervisor II
melakukan pengamatan dengan menggunakan instrumen observasi yang
telah dipersiapkan.
3. Tahap Refleksi
Peneliti menganalisis dan menginterprestasikan hasil pengamatan yang
telah dilaksanakan oleh supervisor II, baik tentang aktivitas peneliti maupun
aktivitas siswa dalam pembelajaran. Hasil refleksi ini akan dijadikan rujukan bagi
peneliti melakukan tindakan selanjutnya.
4. Tahap Revisi
Peneliti melakukan revisi terhadap kelemahan – kelemahan dan kekurangan –
kekurangan yang ditemukan dalam proses perbaikan pembelajaran yang telah
dilaksanakannya.
C. ANALISIS DATA
Untuk mengetahui adanya peningkatan prestasi belajar siswa melalui
penggunaan metode diskusi pada pembelajara ilmu pengetahuan sosial, peneliti
menggunakan analisis data deskribtif kualitatif, yaitu analisis data yang sesuai
17
dengan peristiwa yang terjadi melalui gambaran – gambaran nyata tentang
peristiwa tersebut.
Adapun beberapa analisis tersebut adalah sebagai berikut :

1. untuk mengetahui daya serap siswa terhadap pembelajaran, digunakan


rumus sebagai berikut :

jumlah soal benar


Nilai = X 100% = ...........( Depdiknas, 2004:112)
jumlah soal
2. untuk mengetahui ketuntasan kelas digunakan rumus berikut :

jumlah siswa yang tuntas


Ketuntasan Kelas = X 100 %
jumlah total siswa
siswa dikatakan tuntas apabila mempunyai nilai lebih dari 70 (SKM 70).
(Depdiknas, 2004 : 112).

3. untuk mengetahui belajar siswa menggunakan rumus rata – rata kelas.


18

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil penelitian
1. Siklus I
a. Tahap Perencanaan.
Sebelum melaksanakan penelitian tindakan kelas terlebih dahulu
dipersiapkan beberapa instrumen yang akan diterapkan pada saat pelaksanaan
perbaikan pembelajaran, diantaranya :
 Menyusun rencana perbaikan pembelajara mata pelajaran ilmu
pengetahuan social kelas IV. Pada kompetensi dasar “mengenal
pentingnya koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat”.
Dengan indikator yang ingin dicapai adalah siswa dapat menjelaskan
pengertian koperasi dan lambangnya.
 Menyiapkan format lembar observasi dan lembar soal.
b. Tahap Pelaksanaan.
Adapun langkah – langkah yang digunakan pada pelaksanaan perbaikan
pembelajaran dalam PTK ini adalah sebagai berikut :
 Memotivasi : Guru mengadakan tanya jawab dengan siswa tentang materi
yang sudah diajarkan.
 Mengkomunikasikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai hari ini.
 Guru menjelaskan pengertian koperasi dan lambangnya dengan
menggunakan metode diskusi.
 Mengadakan diskusi kelompok tentang materi yang disampaikan.
 Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya.
 Mengarahkan siswa untuk memberikan kesimpulan sendiri.
 Memberikan penguatan.
 Memberikan tes akhir.
 Memberikan tugas pekerjaan rumah.
 Menutup pembelajaran siklus I.
c. Pengamatan
19
Adapun hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran pada siklus I
dapat dipaparkan sebagai berikut :

Tabel 4.1 Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa Dalam Diskusi Pembelajaran


Siklus I

Skor penilaian
No Aspek yang dinilai kriteria
1 2 3 4
1 Siswa termotivasi untuk menggunakan V tidak
kemampuan menganalisa materi baik
2 Kemampuan siswa menjelaskan V Kurang
pengetian koperasi dan lambangnya baik
3 Siswa belajar dalam keadaan senang dan V Tidak
gembira baik
4 Terjadi interaksi siswa dengan siswa V Kurang
baik
5 Terjadi interaksi siswa dengan guru V Kurang
baik
6 Siswa mempunyai kesempatan untuk V Kurang
mengemukakan pendapat dan presentasi baik
7 Kerja sama siswa dalam kelas atau V Tidak
kelompok baik
8 Siswa melaksanakan refleksi V Kurang
baik
JUMLAH 12
Persentase 37,5%

jumlah skor
Pr osentase = X 100% = ...........
skor maksimal

12
= X 100 % = 37,5%
32
20

Tabel 4.2 Lembar pengamatan aktivitas guru dalam pembelajaran siklus I

Skor penilaian
No. Aspek yang dinilai Kriteria
1 2 3 4
1 Membuka pelajaran Kurang
v
baik
2 Melakukan apersepsi Kurang
v
baik
3 Penyampaian tujuan pembelajaran Kurang
v
baik
4 Memotivasi siswa dalam pembelajaran v Tidak baik
5 Penguasaan materi Kurang
v
baik
6 Penggunaan metode dan tehnik
v Tidak baik
pembelajaran
7 Penguasaan kelas Kurang
v
baik
8 Memberi kesempatan bertanya dan
v Tidak baik
memberi tanggapan pada siswa
9 Kesempatan bertanya dan menanggapi v Tidak baik
10 Membimbing siswa membuat
v Tidak baik
rangkuman
11 Memberikan evaluasi Kurang
v
baik
12 Interaksi guru dan siswa Kurang
v
baik
13 Pembelajaran sesuai dengan alokasi Kurang
v
waktu baik
14 KBM sesuai dengan skenario
v Tidak baik
pembelajaran dan silabus
JUMLAH 22
Persentase 39%

jumlah skor
Pr osentase = X 100% = ...........
skor maksimal

22
= X 100 % = 39 %
56
21

Tabel 4.3 Hasil tes akhir IPS siklus I di kelas IV SDN Panaguan II

No Ketuntasan
Nama siswa Hasil tes
. Ya Tidak
1 Syaiful Anwar 60 V
2 Maftuhah 60 V
3 M. Lutfi 75 V
4 Musnianto 50 V
5 Melani Nuris Salimah 80 V
6 Indah Sulastri 80 V
7 Hilalul Haromaini 50 V
8 Wawan Tri Atmolyo Edi 50 V
9 Fatmawati 60 V
10 Layla Regita Cahyani 60 V
11 Shaumil Badri 80 V
12 M. Ali Qutzhi 70 V
13 Raudhatur Rahmawati 60 V
14 ABD. Rahman Wahed 50 V
15 ACH. Wahyudi 60 V
JUMLAH 89
Persentase 33%

SKM : 70

Jumlah siswa tuntas : 5 orang

89
: = 5,9
Rata – rata kelas 15

5
: x100 %= 33 %
Persentase ketuntasan 15

d. Tahap Refleksi
Hasil data yang diperoleh pada pembelajaran siklus I berdasarkan
observasi supervisor II diketahui bahwa pelaksanaan proses pembelajaran masih
rendah, aktifitas guru maupun aktivitas siswa yaitu : 39%. dan 37,5%. Hal ini
disebabkan oleh kurangnya antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran ilmu
22
pengetahuan sosial, sehingga berpengaruh pada hasil belajar dengan ketuntasan
33%.

e. Tahap Revisi
Berdasarkan refleksi terhadap pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada
siklus I masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki pada siklus II, yaitu :
1. Metode pembelajaran harus diubah pada metode pembelajaran siswa aktif yaitu
metode diskusi dan tanya jawab.
2. Kurangnya kreativitas guru dalam mengaktifkan siswa dalam pembelajaran.

2. Siklus II
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan instrumen yang harus dipersiapkan adalah :
 Rencana perbaikan pembelajaran pada pokok bahasan pengertian koperasi
dan lambangnya dengan indikator yang ingin dicapai adalah siswa dapat
menjelaskan pengertian koperasi dan lambangnya.
 Lembar observasi.
 Lembar soal.
b. Tahap Pelaksanaan
Adapun langkah – langkah pelaksanaan perbaikan pembelajaran adalah
sebagai berikut :
 Memotivasi : Guru mengadan tanya jawab dengan siswa tentang materi
yang sudah diajarkan.
 Mengkomunikasikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai hari ini.
 Guru menjelaskan pengertian koperasi dan lambangnya.
 Guru bertanya jawab dan membimbing siswa waktu melaksanakan
diskusi.
 Siswa diberi soal – soal yang berhubungan dengan materi.
 Siswa mengerjakan tugas pada lembaran kerja siswa.
 Guru menyuruh siswa menulis di papan tulis hasil diskusinya secara
bergantian.
 Guru membimbing siswa dalam proses pembelajaran.
 Guru mengarahkan siswa untuk membuat kesimpulan.
23
 Guru memberi penguatan.
 Guru memberikan tes akhir.
 Guru menutup pelajaran dan mengakhiri pembelajaran siklus II.

c. Pengamatan
Adapun hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran pada siklus I
dapat dipaparkan sebagai berikut :

Tabel 4.4 Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran Siklus II

Skor penilaian
No Aspek yang dinilai Criteria
1 2 3 4
1 Siswa termotivasi untuk menggunakan
v Baik
kemampuan menganalisa materi
2 Kemampuan siswa menjelaskan
v Baik
pengetian koperasi dan lambangnya
3 Siswa belajar dalam keadaan senang dan
v Baik
gembira
4 Terjadi interaksi siswa dengan siswa v Baik
5 Terjadi interaksi siswa dengan guru v Cukup baik
6 Siswa mempunyai kesempatan untuk
v Baik
mengemukakan pendapat dan presentasi
7 Kerja sama siswa dalam kelas atau
v Cukup baik
kelompok
8 Siswa melaksanakan refleksi v Baik
JUMLAH 30
Persentase 94%

jumlah skor
Pr osentase = X 100% = ...........
skor maksimal

30
= X 100% = 94 %
32
24

Tabel 4.5 Lembar pengamatan aktivitas guru dalam pembelajaran siklus II

Skor penilaian
No. Aspek yang dinilai Kriteria
1 2 3 4
1 Membuka pelajaran v baik
2 Melakukan apersepsi v Baik
3 Penyampaian tujuan pembelajaran v Baik
4 Memotivasi siswa dalam pembelajaran v cukup baik
5 Penguasaan materi v Baik
6 Penggunaan metode dan tehnik
v Baik
pembelajaran
7 Penguasaan kelas v Cukup baik
8 Memberi kesempatan bertanya dan
v Baik
memberi tanggapan pada siswa
9 Kesempatan bertanya dan menanggapi v Baik
10 Membimbing siswa membuat
v Cukup baik
rangkuman
11 Memberikan evaluasi v Cukup baik
12 Interaksi guru dan siswa v Baik
13 Pembelajaran sesuai dengan alokasi
v Baik
waktu
14 KBM sesuai dengan skenario
v Baik
pembelajaran dan silabus
JUMLAH 52
Persentase 93%

jumlah skor
Pr osentase = X 100% = ...........
skor maksimal

52
= X 100 % = 93 %
56
25

Tabel 4.6 Hasil tes akhir IPS siklus II di kelas IV SDN Panaguan II

No Ketuntasan
Nama siswa Hasil tes
. Ya Tidak
1 Syaiful Anwar 70 v
2 Maftuhah 75 v
3 M. Lutfi 85 v
4 Musnianto 60 v
5 Melani Nuris Salimah 90 v
6 Indah Sulastri 90 v
7 Hilalul Haromaini 75 v
8 Wawan Tri Atmolyo Edi 80 v
9 Fatmawati 80 v
10 Layla Regita Cahyani 85 v
11 Shaumil Badri 90 v
12 M. Ali Qutzhi 90 v
13 Raudhatur Rahmawati 80 v
14 ABD. Rahman Wahed 75 v
15 ACH. Wahyudi 75 v
JUMLAH 121
Persentase 93%

SKM : 70

Jumlah siswa tuntas : 14 orang

121
: = 81
Rata – rata kelas 15

14
: X 100%= 93 %
Persentase ketuntasan 15

d. Tahap Refleksi
Secara keseluruhan pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklus II
berdasarkan data instrumen observasi yang telah diisi oleh supervisor II, terjadi
peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan pelaksanaan perbaikan
26
pembelajaran pada siklus I, baik dalam hal aktivitas guru maupun aktivitas
siswa, sehingga berdampak pada kenaikan hasil belajar siswa.

B. Pembahasan dari setiap siklus


Berdasarkan instrumen pengamatan yang diisi oleh supervisor II terjadi
peningkatan aktivitas pembelajaran di kelas IV SDN. Panaguan II Kecamatan
Larangan Kabupaten Pamekasan pada siklus II sehingga siswa ikut terlibat secara
langsung dalam proses pembelajaran yang dikemas dalam bentuk diskusi.
Adapun data – data hasil observasi oleh supervisor II adalah sebagai
berikut :
1. Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran

Pada siklus I siswa yang aktif dalam pembelajaran mencapai 37,5%,


sedangkan pada siklus II siswa yang aktif dalam pembelajaran mencapai 94%.
Dengan demikian ada kenaikan yang sangat signifikan tentang keaktifan siswa.
27

2. Aktivitas guru dalam pembelajaran


Pada siklus I, berdasarkan lembar observasi yang dilakukan supervisor II
aktivitas guru dalam proses pembelajaran mencapai 39%. Sedangkan pada siklus
II aktivitas guru dalam proses pembelajaran mencapai 93%. Jadi aktivitas guru
dalam proses pembelajaran juga mengalami kenaikan yang signifikan.

3. Hasil Belajar dan Ketuntasan Belajar Siswa


28

Hasil belajar siswa kelas IV SDN. Panaguan II Kecamatan Larangan


Kabupaten Pamekasan pada siklus I mencapai 5,9, sedangkan pada siklus II hasil
belajarnya mencapai 8,1. Sedangkan ketuntasan belajar pada siklus I mencapai
33%, sedangkan pada siklus II ketuntasan belajarnya mencapai 93%.
Dengan demikian penggunaan metode diskusi dapat meningkatkan
kemampuan menjelaskan pengertian koperasi dan lambangnya pada pembelajaran
ilmu pengetahuan sosial siswa kelas IV SDN Panaguan II Kecamatan Larangan
Kabupaten Pamekasan.
29

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari beberapa paparan hasil penelitian dan hasila analisis data pada
penelitian tindakan kelas yang berjudul “Peningkatan prestasi belajar Ilmu
Pengetahuan Sosial tentang pentingnya koperasi dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat melalui penggunaan metode diskusi di kelas IV SDN.
Panaguan II Kecamatan Larangan Kabupaten Pamekasan” dapat peneliti
simpulkan sebagai berikut:
Untuk meningkatkan kemampuan menjelaskan pengertian koperasi,
soiswa kelas IV SDN. Panaguan II Kecamatan Larangan Kabupaten Pamekasan
adalah dengan cara menggunakan metode diskusi.
Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya kenaikan yang signifikan pada
proses perbaikan pembelajaran pada siklus II dengan menggunakan metode
diskusi pada pembelajaran ilmu pengetahuan sosial, dibandingkan hasil yang
dicapai pada siklus I yang hanya menggunakan metode ceramah tanpa media
pembelajaran.
B. Saran
Saran-saran yang dapat peneliti berikan adalah sebagai berikut:
1. Untuk menyelesaikan masalah pembelajaran di kelas dengan baik dan akurat,
guru diharapkan meningkatkan performancenya dengan cara mengadakan
penelitian tindakan kelas, agar permasalahan tersebut teratasi dengan baik dan
benar.
2. Dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk meningkatkan
kemampuan menjelaskan pengertian koperasi dan lambangnya, sebaiknya
guru menggunakan metode diskusi. Karena metode diskusi adalah metode
yang sangat efektif dalam meningkatkan kemampuan siswa menjelaskan
pengertian koperasi dan lambangnya pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial.
30

DAFTAR PUSTAKA

Andayani, dkk, Pemantapan Kemampuan Profesional, Jakarta: Universitas


terbuka, 2009

Arikunto, Suharsini, 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.


Jakarta: Rineka Cipta

Departemen Pendidikan Nasional, Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar


Mengajar, Jakarta: Balai Pustaka, 2006

I.G.A.K. wardani, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Universitas Terbuka, 2008

Poewardaminta W.J.S., Kumpulan Penetahuan Umum, Jakarta: Balai Pustaka,


1984

Santoso Puji, Materi dan Ilmu Pengetahuan Sosial SD, Jakarta: Universitas
Terbuka, 2008

Siswantari, dkk, Manajemen Berbasis Sekolah, Jakarta: Universitas Terbuka,


2009

Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan, Suatu Pendekatan Baru. Bandung:


Remaja Rosda Karya

Wibawa, Basuki, Farida Mukti, Media Pengajaran, Jakarta: Departemen


Pendidikan Dan Kebudayaan Dirjend Pendidikan Tinggi, 1993

Winataputra, H. Udin S., Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Universitas


Terbuka, 2005
31

Anda mungkin juga menyukai