Anda di halaman 1dari 28

1 Februari

MEMPEROLEH HAL YANG BARU


Bacaan: Yehezkiel 36:26-31
Kamu akan Kuberikan hati yang baru,
dan roh yang baru di dalam batinmu.
(Yehezkiel 36:26)

Renungan firman:
Seorang teman ahli kardiologi dalam bidang transplantasi jantung memandang ayat
Yehezkiel 36:26 dengan satu pemahaman yang belum tentu dimengerti oleh sebagian dari
kita. Mike mengatur perawatan selama masa pra-operasi dan pasca-operasi bagi para
pasien transplantasi jantung. la sering berada di dalam ruang operasi ketika para dokter
bedah mengangkat jantung yang berubah warna dan berpenyakit, dan menggantinya
dengan jantung donor "baru" yang masih berdetak dan berwarna merah muda cerah.
Mike menjelaskan bahwa proses seleksi untuk menentukan siapa yang mendapatkan organ
jantung yang "baru" itu serupa dengan proses seleksi untuk menentukan siapa yang
mendapatkan "hati yang baru" dari Allah (Yeh. 36:26). Dalam kedua kasus ini, kebutuhan
menjadi satu-satunya kriteria.
Pernyataan Yehezkiel tentang orang Israel yang kelak mendapatkan "hati yang
baru" merujuk pada perubahan yang akan terjadi pada saat keselamatan. Efesus 4:24 dan
2 Korintus 5:17 menyebutnya sebagai "manusia baru" dan "ciptaan baru". Bagi orang Israel
di masa Yehezkiel dan bagi kita yang hidup di masa kini, hanya ada satu kriteria yang harus
kita penuhi untuk menerima "transplantasi". Kita harus membutuhkannya. Tidak masalah
apakah kita kaya atau miakin, dihormati atau terhina. Kewarganegaraan, status sosial, dan
etnis tidaklah penting. Jika kita membutuhkan hati yang baru dari Allah, kita dapat
memilikinya melalui iman dalam kematian dan kebangkitan Yesus Kristus. Hal apakah yang
menandakan adanya kebutuhan tersebut? Sebagai manusia berdosa, kita semua
membutuhkan hati yang barn. Apakah Anda telah menerima transplantasi hati rohani?

Kristus tak meminta apa pun darimu.


Datanglah sebagaimana adanya dirimu;
Datanglah yang berdosa, yang penuh kesalahan,
Datanglah, berikanlah hatimu kepada-Nya.

Kita membutuhkan Iebih dari sekadar awal yang baru


kita membutuhkan hati yang baru!
2 Februari

RENCANA ALLAH, BUKAN RENCANA KITA


Bacaan: 1 Samuel 4:1-11
[Aku] akan berkata kepada TUHAN:
"Tempat perlindunganku dan kubu pertahananku,
Allahku, yang kupercayai."
(Mazmur 91:2)

Renungan firman:
Kedua belah pihak mempunyai sikap yang salah terhadap tabut perjanjian Tuhan
(sebuah benda di dalam tabernakel yang mewakili takhta Allah). Setelah kalah dalam suatu
peperangan melawan bangsa Filistin, orang Israel mengirimkan utusan ke Silo untuk
meminta supaya tabut itu diangkut ke Eben-Haezer, tempat tentara Israel berkemah.
Ketika tabut tersebut tiba, orang Israel merayakannya dengan sorak-sorai yang begitu
nyaring sampai-sampai musuh di Afek dapat mendengarnya. Kedatangan tabut tersebut
menyebabkan orang Filiatin ketakutan dlan orang Israel memperoleh kembali
keberaniannya.
Kedua pihak itu sama-sama salah. Orang Israel membawa tabut ke medan perang
dan dikalahkan lagi oleh orang Filistin yang lalu merampas tabut itu. Sebuah kesalahan lagi.
Bangsa Filistin pun ditimpa penyakit dan dewa-dewa palsu mereka dihancurkan.
Kita dapat memahami kesalahan orang Filistin, lagipula mereka adalah penyembah berhala.
Namun, orang Israel seharusnya tahu apa yang benar. Mereka tidak meminta nasihat Allah
untuk penggunaan tabut tersebut. Meski mereka mengetahui bahwa tabut tersebut
sebelumnya pernah dibawa ke medan perang (Yos. 6), mereka tidak menyadari bahwa
hanya karena rencana Allah, dan bukan karena adanya tabut itu, Israel dapat menaklukkan
Yerikho.
Apa pun sumber daya yang kita miliki, kita akan gagal-kecuali kita menggunakannya
sesuai dengan rencana Allah. Marilah mempelajari firman Tuhan, berdoa memohon
petunjuk-Nya, dan mempercayai pimpinan-Nya (Mzm. 91:2) sebelum kita melangkah dalam
apa pun petualangan iman yang ada di hadapan kita.

Waktu hidupku ada di tangan Bapa;


Bagaimana aku bisa berharap atau meminta lebih?
Karena Dia yang telah merencanakan jalanku
Akan memanduku hingga akhir perjalananku.

Kita hanya tahu sebagian; Allah mengetahui seluruhnya


3 Februari

PERJUANGKAN TUJUAN TUHAN


Bacaan: Filipi 1:12-18
Aku ada di sini untuk membela Injil.
(Filipi 1:16)

Renungan firman:
Charles Finney, seorang pengacara berusia 29 tahun, merasa cemas akan
keselamatan jiwanya. Pada tanggal 10 Oktober 1821, ia pergi menyepi ke daerah hutan di
dekat rumahnya untuk berdoa. Selama di sana, ia mengalami suatu pertobatan yang
mendalam. la menulis: "Roh Kudus ... seperti mengalir di dalam diriku, tubuh dan jiwaku ...
Rasanya seperti benar-benar dialiri gelombang kasih begitu limpahnya."
Pada hari berikutnya, Finney bertemu dengan seorang klien yang memintanya untuk
menjadi perwakilan hukumnya. Finney berkata kepadanya: "Saya menerima panggilan dari
Tuhan Yesus Kristus untuk memperjuangkan tujuan-Nya dan saya tak dapat
memperjuangkan kasus Anda." la kemudian meninggalkan praktek hukumnya untuk masuk
ke dalam pelayanan sepenuh waktu. Di kemudian hari, ia pun dipakai dengan dahsyat oleh
Allah untuk membawa orang lain kepada Kristus.
Rasul Paulus juga dipanggil untuk memperjuangkan tujuan Tuhan. la menulis, "Aku
ada di sini untuk membela Injil" (Flp. 1:16). Dalam bahasa aslinya, kata "memperjuangkan"
dipakai di masa itu untuk merujuk kepada seorang pengacara yang memperjuangkan
kasusnya di suatu pengadilan hukum. Semua orang percaya dipanggil untuk membagikan
kabar baik tentang anugerah Allah yang menyelamatkan. "Jadi kami ini adalah utusan-
utusan Kristus, seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami; dalam nama
Kristus kami meminta kepada-Mu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah" (2 Kor.5:20).
Sungguh merupakan suatu kehormatan ketika kita dipakai Allah untuk membawa orang lain
kepada Kristus!

Apakah kita benar-benar peduli kepada mereka


Yang hidup dibawah murka Allah?
Injil harus diberitakan kepada mereka,
Untuk membuat mereka berbalik dari jalan kebinasaan.

Kabar baik tentang Kristus terlalu indah untuk disimpan sendiri.


4 Februari

ENAM TINGKAT KETERPISAHAN


Bacaan: Yesaya 55:8-11
Demikianlah firman-Ku ... tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia.
(Yesaya 55:11)

Renungan firman:
Sekitar 80 tahun yang lalu, seorang penulia asal Hongaria, Frigyes Karinthy, menulis
sebuah cerita pendek yang diberi judul ChainLinks (Hubungan Berantai). Di dalamnya, ia
mengemukakan suatu ide bahwa dua individu mana pun di dunia ini saling terhubung
melalui sebanyak-banyaknya lima orang kenalan. Kini teori tersebut dimunculkan lagi dan
biasanya diaebut sebagai "Six Degrees of Separation" (Enam Tingkat Keterpisahan). Tentu
saja teori ini belum terbukti kebenarannya. Namun, memang ada suatu dinamika yang
dapat menghubungkan kita dengan berbagai orang di seluruh penjuru dunia, yaitu hikmat
dan pemeliharaan Allah yang bekerja melalui firman-Nya untuk menggenapi kehendak-Nya.
Beberapa tahun yang lalu, saya menerima sepucuk surat dari seorang pria yang
tidak pernah saya jumpai sebelumnya. la menceritakan bahwa sebuah pesan yang saya
kirim untuk seorang teman yang tinggal di dekat saya telah sampai kepadanya. Pesan
tersebut telah menguatkannya di tengah kecemasan dan keputusasaan mendalam yang
dialaminya.
Teman yang saya kirimi pesan itu ternyata mengirimkannya kepada seorang
temannya, yang kemudian mengirimkannya lagi kepada temannya yang lain, demikian
seterusnya, hingga pesan itu sampai kepada pria yang mengirimkan surat kepada saya.
Mungkin saja kata-kata sederhana yang kita sampaikan dengan penuh kasih, dituntun oleh
hikmat Allah, dan diteruskan oleh Roh Kudus akan memiliki pengaruh yang abadi dalam
hidup seseorang. Bukankah kita patut memenuhi diri dengan firman Allah dan
meneruskannya kepada orang lain dengan harapan Allah akan memakainya untuk
mencapai maksud yang dikehendaki-Nya? (Yes. 55:11).

Lakukan suatu kebaikan yang sederhana,


Walau engkau mungkin tak melihat hasil akhirnya;
Hal itu akan berdampak, bak riak air yang melebar,
Jauh sampai pada kekekalan.

Ibarat bunga tak tahu ke mana wanginya akan merebak,


kita takkan pernah tahu seberapa dampak dari hidup kita.
5 Februari

MEMBUAT MUSIK
Bacaan: 1 Korintus 3:1-17
Tetapi hendaklah kamu penuh dengan Roh ....
Bernyanyi dan bersorakIah bagi Tuhan dengan segenap hati.
(Efesus 5:18-19)

Renungan firman:
Pada suatu malam yang indah di musim panas, sejumlah orang berkumpul di tempat
terbuka yang indah untuk menghadiri konser musik dari salah seorang teman kuliah saya.
Hari itu bertepatan dengan ulang tahunnya, jadi si pembawa acara memberikan isyarat
tersembunyi supaya hadirin menyanyikan lagu "Selamat Ulang Tahun" untuknya. Satu per
satu, orang-orang mulai bernyanyi, setiap orang dengan kunci nada dan tempo yang
berbeda. Tidak heran, paduan kata dan nada yang serba acak-acakan itu terdengar tidak
harmonis, bahkan sumbang. Hasilnya tidak terlalu menggembirakan. Ketika teman saya naik
ke panggung, ia memberi kami kesempatan sekali lagi untuk menyanyi. la memang tidak
memberi kami aba-aba, tetapi ia memberikan nada dasarnya, jadi setidaknya kami dapat
bernyanyi dengan serempak. Sepanjang lagu itu, hampir semua dari kami kurang lebih
menyanyikannya dengan kunci nada yang sama.
Kekacauan dalam upaya bernyanyi bersama itu mengingatkan saya tentang masalah
di gereja pada abad pertama. Mereka berselisih tentang pemimpin mereka. Sebagian
mengikut Paulus; yang lainnya mengikut Apolos (1 Kor. 3:4). Akibatnya, terjadi konflik dan
perpecahan (ay.3). Alih-alih menciptakan musik, mereka justru membuat kekacauan. Ketika
orang-orang tidak dapat bersepakat tentang pemimpin mereka, mereka semua "bernyanyi"
(saya katakan dengan kiasan) dengan kecepatan dan tinggi nada semau mereka sendiri.
Untuk menciptakan musik indah yang akan menarik orang yang belum percaya kepada
Yesus, semua orang percaya harus mengikuti pemimpin yang sama, dan pemimpin itu
haruslah Kristus.

Tuhan, beri kami hikmat. Kami tahu memang baik kami mengikuti
teladan para pemimpin kami yang saleh, tetapi tolong kami untuk
tidak memandang mereka terlalu tinggi sehingga kami memuja mereka
dan bukan memuja Engkau. Amin.

Keselarasan dengan Kristus akan menjaga


keharmonisan di dalam gereja.
6 Februari

PIKIRKAN SUMBERNYA
Bacaan: Yakobus 1:12-18
Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna,
datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang.
(Yakobus 1:17)

Renungan firman:
Saya suka kayu manis. Saya suka roti gulung kayu manis, biskuit kayu manis,
permen kayu manis, roti bakar kayu manis, apel berlumur kayu manis, dan kue kayu manis.
Kayu manis adalah salah satu bumbu yang dapat membuat bahan-bahan makanan lainnya
terasa lebih enak. Akan tetapi, tidak pernah terpikir oleh saya untuk memikirkan dari mana
kayu manis berasal. Kemudian, dalam suatu perjalanan ke Sri Lanka baru-baru ini, saya
mengetahui bahwa 90 persen dari semua kayu manis di dunia berasal dari negara pulau
yang berada di Samudra Hindia itu. Bertahun-tahun lamanya, saya tidak pernah memikirkan
dari mana asal kayu manis yang saya nikmati.
Sayangnya, perjalanan iman saya di dalam Kristus terkadang seperti itu. Allah telah
memberkati saya dengan seorang iatri yang mengagumkan, lima orang anak, dan cucu-
cucu yang sangat lucu dan menggemaskan. Namun demikian, di tengah kebahagiaan saya
bersama mereka, saya terkadang gagal untuk memikirkan sumber dari segala berkat
tersebut, yaitu apa yang disebut oleh seorang penulis himne sebagai "sumber segala
rahmat". Yakobus menyatakannya demikian: "Setiap pemberian yang baik dan setiap
anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang, pada-
Nya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran" (1: 17). Betapa tidak
bersyukurnya kita jika kita hanya menikmati berlimpahnya berkat dalam hidup ini tanpa
berterima kasih kepada Bapa yang menjadi pencipta dari segalanya.

Tuhan yang baik, dari-Mu semua berkat mengalir


Karunia paling berharga telah Engkau curahkan;
Karenanya aku ingin sungguh-sungguh setia
Seperti Engkau telah begitu baik kepadaku.

Berterima kasih merupakan sikap yang menghormati Allah.


7 Februari

BESARLAH UPAH ANDA


Bacaan: Matius 6:1-6,16-18
Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi
akan membalasnya kepadamu.
(Matius 6:4)

Renungan firman:
Banyak bisnis mempunyai "program poin" yang menawarkan hadiah bagi pelanggan
setianya. Anda dapat mengumpulkan hadiah-hadiah ini dengan memanfaatkan layanan dari
perusahaan-perusahaan mereka, seperti makan di restoran setempat, menginap di hotel
tertentu, atau melakukan penerbangan bersama maskapai penerbangan tertentu. Memilih
untuk membelanjakan uang Anda dengan cara seperti ini memang masuk akal.
Allah juga mempunyai program hadiah. Yesus sering menyatakan keinginan-Nya
untuk menghadiahi kita atas kesetiaan kita melayani Dia. Sebagai contoh, ketika kita
dianiaya demi nama Yesus, Dia berkata, "Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu
besar di sorga" (Mat. 5:12). Berlawanan dengan kebiasaan ibadah orang Farisi dalam
memberi, berdoa, dan berpuasa di depan umum, Yesus memerintahkan kita untuk
melakukan hal-hal tersebut secara tersembunyi, karena "Bapamu yang melihat yang
tersembunyi akan membalasnya kepadamu" (6:4,6,18). Dalam menjalani hidup bagi Yesus,
pada akhirnya kesetiaan Anda tak akan pernah membuat hidup Anda berkekurangan,
berapa pun harga yang telah Anda bayarkan. Namun kita tidak melayani Yesus untuk
mendapatkan upah. Ketika Dia mati untuk kita di kayu salib, Dia melakukan jauh melebihi
apa yang layak kita terima. Kesetiaan kepada-Nya merupakan suatu sikap ibadah yang
mengungkapkan rasa syukur penuh kasih atas kasih-Nya kepada kita. Sebagai balasannya,
Dia senang menguatkan kita dengan jaminan bahwa pada akhirnya upah dari-Nya akan
lebih besar dari apa pun yang telah kita korbankan bagi-Nya. Hiduplah untuk Yesus-berapa
pun harga yang harus dibayar.

Pelayanan kita untuk Tuhan


Akan dibalas suatu saat nanti secara terbuka,
Oleh Allah yang melihat secara tersembunyi
Semua pengorbanan kita untuk-Nya.

Apa yang dikerjakan untuk Kristus dalam hidup ini


akan menerima upahnya dalam hidup yang akan datang.
8 Februari

HANYA KARENA DIA BAIK


Bacaan: Mazmur 100
Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab la baik!
(Mazmur 136:1)

Renungan firman:
Joel dan Lauren memutuskan untuk pindah dari negara bagian Washington ke
kampung halaman mereka di Michigan. Karena ingin membawa kenangan terakhir yang
indah, mereka membeli kopi dari kafe favorit mereka dan mampir di toko buku favorit
mereka. Di toko itu, mereka membeli dua lembar stiker mobil yang bertuliskan moto favorit
dari kota yang akan mereka tinggalkan itu: "Sungguh suatu hari yang indah di Edmonds."
Setelah dua minggu berkendara dan menempuh jarak sejauh 4.800 km, mereka pun
memasuki Michigan. Karena sudah lapar sekaligus ingin merayakan kedatangan mereka,
mereka berhenti dan bertanya di mana dapat menemukan restoran. Walaupun mereka
harus berbalik arah beberapa kilometer jauhnya, akhirnya mereka menemukan suatu kafe
kecil kuno yang menarik. Emma, pelayan yang melayani mereka, senang sekali ketika
mengetahui bahwa mereka datang dari kampung halamannya, negara bagian Washington.
Emma bertanya, "Dari kota apa?" "Edmonds," jawab mereka. "Itu tempat kelahiranku!" kata
Emma. Untuk berbagi kebahagiaan, Joel mengambil stiker mobil satunya lagi dan
memberikannya kepada Emma. Yang ajaib, ternyata stiker itu berasal dari toko ibunya!
Stiker tersebut berpindah tangan dari ibunya Emma ke Joel dan Lauren, dan menempuh
jarak 4.800 km untuk sampai ke tangan Emma.
Suatu kebetulan belaka? Ataukah periatiwa tersebut adalah hadiah indah yang
dirancang oleh Allah yang baik, yang memang suka menguatkan anak-anak-Nya? Amsal
berkata kepada kita, "Langkah orang ditentukan oleh TUHAN" (20:24). Sebagai
tanggapannya, mari "pujilah nama-Nya! Sebab TUHAN itu baik" (Mzm. 100:4-5).

Dilimpahi dengan keuntungan setiap hari,


Dikirimkan oleh Bapa surgawi;
Kemurahan hati dan anugerah berkelimpahan,
Hadiah dari kasih-Nya yang mengagumkan.

Setiap hadiah yang baik berasal dari Bapa surgawi.


9 Februari

MEMULIAKAN ALLAH DALAM HIDUP DAN MATI


Bacaan: Yohanes 21:12-19
Dan hal ini dikatakan-Nya untuk menyatakan
bagaimana Petrus akan mati dan memuliakan Allah.
(Yohanes 21:19)

Renungan firman:
Tampaknya kita paling sering berpikir tentang bagaimana kita dapat memuliakan
Allah melalui kehidupan kita ketika kita masih aktif dan kuat. Namun saya bertanya-tanya
apakah kita seharusnya juga memikirkan tentang bagaimana kita dapat memuliakan Allah
melalui kematian kita.
Setelah Petrus menyangkali Yesus tiga kali (Yoh. 18:15-27), Tuhan memberinya
kesempatan untuk menegaskan kembali kasihnya (21:15-17). Tiga kali Yesus bertanya,
"Petrus, apakah engkau mengasihi Aku?" Lalu, terjadi suatu perubahan bahan pembicaraan
yang mengejutkan, ketika Yesus berkata: "Sesungguhnya ketika engkau masih muda
engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki,
tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain
akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki. Dan haI
ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana Petrus akan mati dan memuliakan Allah."
Sesudah mengatakan demikian la berkata kepada Petrus: "Ikutlah Aku." (ay.18-19). Yesus
mengatakan kepada Petrus bahwa orang lain akan membawanya ke tempat yang tidak
dikehendakinya, tetapi melalui cara kematian yang tidak dipilihnya itu, ia akan memuliakan
Allah. Paulus berkata, "Yang sangat kurindukan dan kuharapkan ialah bahwa aku dalam
segala hal tidak akan beroleh malu, melainkan seperti sediakala, demikianpun sekarang,
Kristus dengan nyata dimuliakan di dalam tubuhku, baik oleh hidupku, maupun oleh matiku"
(Flp. 1:20).
Kita dapat menghormati dan memuliakan Allah selagi kita hidup demikian juga ketika
kita mati.

Tuhan, aku ingin memuji diri-Mu dan nama-Mu


dalam hidupku sehari-hari sampai aku mati.
Kiranya aku memuliakan-Mu bahkan dalam lembah kekelaman
yang kuhadapi ketika aku beralih ke alam baka. Amin.

Anda adalah ciptaan yang unik dengan maksud untuk memuliakan Allah
melalui apa yang ada pada diri Anda.
10 Februari

TERCELA
Bacaan: Kejadian 27:6-23
Justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.
(2 Korintus 12:9)

Renungan firman:
Seorang aktor terkenal berkomentar bahwa ia suka memerankan tokoh-tokoh
"tercela" dalam film-filmnya karena para penonton dapat lebih mudah bersimpati dengan
tokoh yang tidak sempurna. Kebanyakan dari kita akan setuju bahwa lebih mudah bagi kita
untuk memahami orang yang tidak sempurna karena kita tahu bahwa kita pun tidak
sempurna.
Dalam Alkitab, Allah memasukkan kisah demi kisah tentang orang-orang yang
penuh tipu daya, lemah, tidak dapat diandalkan, dan pemarah. Contohnya, Yakub menipu
ayahnya demi mendapatkan berkat (Kej. 27:1-29). Lalu ada Gideon yang sangat tidak yakin
terhadap Allah hingga dua kali ia meminta bukti bahwa Allah akan sungguh-sungguh
melakukan apa yang telah dikatakan-Nya (Hak. 6:39). Kemudian ada Petrus yang karena
mengkhawatirkan keselamatannya dirinya, menyangkal sama sekali bahwa ia mengenal
sahabat dan Tuhannya (Mrk. 14:66-72). Namun, ketika membaca kelanjutan kisah mereka,
kita mengamati bahwa orang-orang tersebut, dengan pertolongan Allah, mampu mengatasi
kekurangan mereka dan pada akhirnya dipakai oleh-Nya. Hal itu terjadi ketika mereka
bergantung bukan kepada diri mereka sendiri, tetapi kepada Allah. Sama seperti orang-
orang tersebut, yang hidup ribuan tahun yang lalu, setiap kita memiliki cacat cela. Namun
oleh anugerah Allah, kita dapat mengatasi ketidaksempurnaan tersebut dengan cara
menerima kuasa Allah yang justru menjadi sempurna dalam kelemahan kita (2 Kor. 12:9).

Kuasa Allah menjadi sempurna dalam kelemahan,


Karena ketika kita lemah Dia kuat;
Dia memberi kita anugerah-Nya dan kuasa-Nya
Untuk mengatasi apa yang salah dalam diri kita.

Alangkah baiknya menyadari kelemahan kita,


jika itu mendorong kita untuk bersandar pada kuasa Allah.
11 Februari

SYARAT BAGI MATA ANDA


Bacaan: Ayub 31:1-4
1 Tesalonika 4:1-8
Aku telah menetapkan syarat bagi mataku.
(Ayub 31:1)

Renungan firman:
Teman kami adalah seorang "penggila" komputer. Suatu malam ketika kami
sekeluarga berada di rumahnya, saya memperhatikan ada tulisan sebuah ayat yang
ditempelkan di monitornya: "Aku telah menetapkan syarat bagi mataku" (Ayb. 31:1).
Rupanya ia memahami bahaya yang mungkin datang ketika menggunakan waktu berjam-
jam sendirian di depan komputer dengan akses yang mudah kepada gambar-gambar yang
tidak senonoh.
"Ayat pengingat" yang ditulia teman kami tersebut dikutip dari kitab Ayub, dan
ayatnya berlanjut dengan kalimat, "Masakan aku memperhatikan anak dara?" Seperti
kebanyakan dari kita, Ayub berjanji kepada dirinya sendiri untuk menjauhi hawa nafsu.
Ketika merenungkan janjinya tersebut, ia berkata, "Bukankah Allah yang mengamat amati
jalanku dan menghitung segala langkahku?" (ay.4). Alkitab menyakinkan kita
bahwa Allah memang melakukannya (Ibr. 4:13) dan kita bertanggung jawab kepada-Nya.
Inilah alasan mengapa orang percaya harus "menjauhi percabulan" (1 Tes. 4:3).
Sementara ada pihak-pihak yang ingin memperdebatkan batasan dari larangan moral itu,
Alkitab berkata, "Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya,
sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya" (Mat. 5:28). Jika Anda telah menetapkan
syarat bagi mata Anda, pikirkan bagaimana Kitab Suci dapat menolong Anda berpegang
teguh pada komitmen Anda tersebut. Tempelkan satu ayat di layar komputer, televisi, atau
dasbor mobil Anda, dan ingat, "Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang
cemar, melainkan apa yang kudus" (1 Tes. 4:7).

Ketika pikiran penuh nafsu menyerang pikiranmu


Untuk melakukan perbuatan amoral,
Ingatlah bahwa kehendak Allah bagimu
Adalah kekudusan dan kemurnian.

Pandangan yang berkepanjangan dapat mengarah kepada nafsu.


12 Februari

DOA YANG TIDAK TERJAWAB


Bacaan: Roma 11:26-36
Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu
dan rancanganKu dari rancanganmu.
(Yesaya 55:9)

Renungan firman:
Rasul Paulus mempunyai satu keinginan yang besar, yakni agar orang Yahudi
sebangsanya mau menerima sang Mesias yang telah dikenalnya. "Aku sangat berdukacita
dan selalu bersedih hati," katanya. "Bahkan, aku mau terkutuk dan terpisah dari Kristus
demi saudara-saudaraku" (Rm. 9:2-3). Namun, dari kota ke kota, orang-orang
sebangsanya menolak dia dan menolak Kristus yang dikhotbahkannya.
Dalam suratnya yang paling indah, Paulus menjadikan bagian Roma pasal 9-11
sebagai pusat perhatiannya, di mana dengan perasaan yang menggebu-gebu, ia secara
terbuka menuliskan pergumulan tentang doa besar dalam hidupnya ini yang tidak dijawab
oleh Allah. Namun ia mengakui satu dampak positif yang penting dari perkembangan yang
menyedihkan hatinya ini: Penolakan orang Yahudi terhadap Yesus membawa kepada
penerimaan orang non-Yahudi terhadap Yesus.
Paulus menyimpulkan bahwa Allah belumlah menolak orang Yahudi; sebaliknya,
mereka memiliki kesempatan yang sama seperti orang orang non-Yahudi. Allah tidak
menutup melainkan justru telah membuka lebar-lebar pintu keselamatan-Nya kepada umat
manusia. Pikiran Paulus mulai membubung tinggi ketika ia tertegun dan melihat gambaran
besarnya. Dari situ, terpancarlah pengagungan bagi Allah ini dengan kuatnya:
Oh, alangkah dalamnya kekayaan
hikmat dan pengetahuan Allah!
Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya
dan sungguh tak terselami jalan jalan-Nya! (Rm. 11:33)
Semua misteri yang tak terungkap dan segala doa yang tak terjawab akan pudar
dalam keagungan rencana Allah bagi sepanjang masa. Pada akhirnya, doa yang tidak
terjawab membawa saya berhadapan dengan misteri yang telah membuat Paulus
tertegun: betapa jauhnya perbedaan antara sudut pandang saya dan sudut pandang Allah.

Doa memberi kita kekuatan untuk berjalan


dan tidak menjadi Iemah.
13 Februari

SAYAP SEPERTI MERPATI


Bacaan: Mazmur 55:5-23
Pikirku: "Sekiranya aku diberi sayap seperti merpati,
aku akan terbang dan mencari tempat yang tenang."
(Mazmur 55:7)

Renungan firman:
Daud mendesah, "Sekiranya aku diberi sayap seperti merpati, aku akan terbang dan
mencari tempat yang tenang" (Mzm. 55:7). Kalau saya, saya akan mendirikan sebuah
pondok di bukit, atau menetap saja di suatu menara pengawas kebakaran. Ketika beban
hidup menimpa saya, saya pun mendambakan untuk terbang pergi dan mencari tempat
yang tenang.
Daud menuliskan secara terbuka tentang keadaannya: Kekerasan, penindasan, dan
pertengkaran mengepungnya dari semua sisi, akibat hasutan seorang teman dekat yang
mengkhianatinya (55:9-15). Kengerian maut, rasa takut dan gentar, serta perasaan seram
meliputinya (ay.5-6). Tidak mengherankan bukan, jika ia ingin terbang jauh?
Namun, mustahil baginya untuk melarikan diri. Daud tidak dapat menghindari apa
yang teriadi padanya. la hanya dapat menyerahkan keadaannya kepada Allah: "Tetapi aku
berseru kepada Allah, dan TUHAN akan menyelamatkan aku-Di waktu petang, pagi dan
tengah hari aku cemas dan menagia; dan la mendengar suaraku" (ay. 17-18).
Apa pun keadaan kita, beban pelayanan yang berat, pernikahan yang bermasalah,
pengangguran, atau kesepian yang mendalam, kita dapat menyerahkan semua itu kepada
Allah. Dia telah mengangkat beban dosa kita; bukankah Dia akan mengangkat juga beban
kesedihan kita? Kita telah mempercayai-Nya untuk menyelamatkan jiwa kita; bukankah kita
dapat mempercayakan keadaan-keadaan kita pada saat ini kepada-Nya? "Serahkanlah
kuatirmu kepada TUHAN, maka la akan memelihara engkau" (55:23).

Adakah beban membuat kau penat?


Salib yang kau pikul menekan berat?
Hitunglah berkat-Nya, pasti kau lega,
Dan bernyanyi t'rus penuh bahagia!

Karena Allah mempedulikan kita,


kita dapat menyerahkan kecemasan kita kepada-Nya.
14 Februari

MANFAAT PERSAHABATAN
Bacaan: Pengkhotbah 4:9-12
Berdua Iebih baik dari pada seorang diri,
karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka.
(Pengkhotbah 4:9)

Renungan firman:
Cicero adalah salah seorang pemikir terhebat dari zaman kekaisaran Romawi. la
adalah seorang ahli pidato, pakar hukum, politisi, ahli bahasa, dan juga penulis. Sampai hari
ini, tulisannya yang jelas dan hikmatnya yang praktis masih sering dijadikan acuan.
Sebagai contoh, mengenai persahabatan, ia menuliskan: "Persahabatan menambah
kebahagiaan dan mengurangi kepedihan, dengan melipatgandakan sukacita kita dan
menjadi tempat kita berbagi dukacita." la memahami manfaat ganda dari persahabatan di
sepanjang perjalanan hidup seseorang.
Hampir seribu tahun sebelumnya, Raja Salomo juga telah menulis tentang nilai
persahabatan. Dalam kitab Pengkhotbah kita membaca, "Berdua lebih baik dari pada
seorang diri, karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka. Karena
kalau mereka jatuh, yang seorang mengangkat temannya, tetapi wai orang yang jatuh, yang
tidak mempunyai orang lain untuk mengangkatnya! (4:9-10). Hidup tanpa sahabat pastilah
membuat persinggahan kita di dunia ini terasa sepi dan berat untuk ditanggung. Baik pemikir
Romawi yang terkenal maupun raja Israel tersebut ada benarnya: Sahabat itu penting.
Sahabat adalah seseorang yang dapat kita percayai, dimintakan nasihat, dan menjadi
tempat berbagi beban. Pikirkanlah sahabat-sahabat Anda. Apakah Anda telah mengabaikan
mereka yang telah disediakan Allah sebagai pribadi untuk berbagi sukacita dan kesedihan
yang Anda alami? Jika demikian, temuilah salah seorang sahabat Anda pada minggu ini.
Ingatlah, "Berdua lebih baik dari pada seorang diri," karena seorang sahabat dapat melipat
gandakan sukacita kita dan menjadi tempat berbagi dukacita.

Sahabat dapat dipercaya, sahabat memberi kehangatan


Sahabat itu selalu setia mendampingi
Untuk menambahkan setiap kebahagiaan,
Untuk mengurangi setiap beban.

Sahabat ibarat bunga di taman kehidupan.


15 Februari

LAGI, LAGI, LAGI


Bacaan: Filipi 4:10-20
Aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan.
(Filipi 4:11)

Renungan firman:
Karena kini putri saya sedang belajar berbicara, ia telah mengadopsi satu kata
favorit: lagi. la akan mengatakan "lagi" sambil menunjuk pada roti bakar yang diolesi selai. la
mengulurkan telapak tangannya dan mengatakan, "Lagi!" ketika suami saya memberinya
sejumlah uang logam untuk mengisi celengannya. la bahkan menjerit, "Ayah, lagi!" di suatu
pagi setelah ayahnya berangkat kerja.
Seperti putri kecil saya, kebanyakan dari kita melihat ke sekitar kita dan meminta
"lagi" dan "lagi." Sayangnya, kita tidak pernah merasa cukup. Kita memerlukan kuasa
Kristus untuk mematahkan siklus tersebut sehingga kita dapat berkata seperti Paulus, "Aku
telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan" (Flp. 4:11).
Frasa "aku telah belajar" menyatakan kepada saya bahwa Paulus tidaklah meng-
hadapi setiap situasi yang ada dengan senyuman. Belajar mencukupkan diri itu
membutuhkan latihan. Pengalaman Paulus terdiri dari pasang surut kehidupan, mulai dari
digigit ular hingga menyelamatkan jiwa; dari ditimpa tuduhan palsu hingga membangun
jemaat di berbagai kota. Meski demikian, ia menyatakan bahwa Yesus adalah jawaban yang
membawa kepuasaan bagi jiwanya. la berkata, "Segala perkara dapat kutanggung di dalam
Dia yang memberi kekuatan kepadaku" (ay. 13). Yesus telah memberinya ketangguhan
rohani untuk bertahan di masa paceklik dan menghindari jerat dosa yang datang dari masa
kelimpahan.
Jika Anda merasa bahwa Anda menginginkan "lagi, lagi, lagi," ingatlah bahwa
kepuasan sejati dialami ketika Anda menikmati Kristus "lagi dan lagi"

Janganlah kecewa karena hal-hal duniawi;


Semua itu tak akan pernah memuaskan.
Rahasia kepuasan itu terletak pada
Mempercayai Tuhan akan menyediakan.

Kepuasan yang sejati tak bergantung pada apa pun yang ada di dunia ini.
16 Februari

SEDANG TERPURUK?
Bacaan: Mazmur 116:1-6
Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan,
sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti.
(Mazmur 46:2)

Renungan firman:
Karena saya telah menulis banyak artikel dan sejilid buku tentang menghadapi
kehilangan dalam hidup, saya berkesempatan untuk diperkenalkan dengan sejumlah orang
yang bergumul dengan hal serupa di sepanjang perjalanan hidup saya. Salah satu dari
teman baru saya adalah seorang ibu yang secara mendadak kehilangan putri berusia 21
tahun pada tahun 2009, dan peristiwa itu membuatnya terguncang. la berkata kepada saya,
"Saya merasa seperti orang asing di tengah dunia ini. Saya merasa remuk redam dan jiwa
saya begitu menderita." Memang rasa kehilangan yang melanda dapat membuat kita
terpuruk-apakah itu kematian dalam keluarga, anak yang menjauh dari Allah dan keluarga,
atau kelemahan fisik maupun mental.
Namun apa yang saya temukan adalah sesuatu yang dinyanyikan dengan jelas oleh
seorang musisi, Jeremy Camp, dalam lagu yang ditulisnya setelah kematian sang istri di
tahun 2001: Saat engkau terpuruk oleh kesulitan hidup, ingatlah bahwa "Allah itu bagi kita
tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti"
(Mzm. 46:2). Alasan tersebut cukup kuat untuk membuat kita bangkit lagi. Camp
menggambarkan pergumulannya dalam lagu berjudul Understand (Mengerti). la bertanya,
"Mengapa aku tidak bangkit lagi?" Dan ia menyadari bahwa ia dapat melakukannya karena
"Aku tahu Engkau mengerti segalanya." Ketika masalah membuat kita terpuruk, kita dapat
memandang ke atas. Allah ada di sana. Dia mengerti dan peduli. Tentu ini tidak mudah,
tetapi kita dapat mempercayai-Nya untuk menolong kita bangkit kembali.

Bukalah matamu, engkau yang putus asa,


Tuhanlah yang akan menjadi penolongmu;
Engkau punya Sahabat di surga yang menghibur
Dan menenangkan laut yang bergelombang.

Penderitaan dunia paling dirasakan di surga.


17 Februari

BERDAMPINGAN
Bacaan: Ulangan 6:1-9
Haruslah engkau mengajarkannya berulang ulang kepada anak-anakmu dan
membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam
perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.
(Ulangan 6:7)

Renungan firman:
Dalam album foto keluarga saya, ada selembar foto putri saya di usianya yang ke-4
sedang bekerja di samping saya, dengan memakai palu mainan untuk memperbaiki dinding
rumah kami. Hari itu kami bekerja berdampingan; ia menirukan setiap tindakan saya, dan
merasa sangat yakin bahwa ia juga sedang memperbaiki rumah. Jarang sekali saya dapat
menikmati pekerjaan rumah seperti ini. Dan foto itu, saya dapat melihat bahwa putri saya
juga menikmatinya.
Foto tersebut mengingatkan saya bahwa anak-anak kita meniru sebagian besar apa
yang mereka lihat dalam diri kita, baik perkataan maupun perbuatan kita. Mereka juga
membentuk gambaran mereka tentang Allah dari gambaran yang mereka lihat dalam diri
kita sebagai orangtua. Jika kita bersikap keras dan tak berbelas kasihan, kemungkinan
besar mereka akan melihat Allah juga punya sikap seperti itu. Jika kita bersikap tidak peduli
dan dingin, demikian juga Allah akan terlihat seperti itu di mata mereka. Menjadi salah satu
tugas kita yang terpenting sebagai orangtua untuk menolong anak-anak kita melihat siapa
Allah sebenarnya, terutama sifat kasih-Nya yang tak bersyarat. Saya dapat membayangkan
bahwa album foto tentang hubungan saya dengan Allah memiliki gambar yang serupa. Saya
belajar dari Allah tentang bagaimana menjalani hidup, bagaimana mengasihi, dan
bagaimana menjadikan semua itu sebagai bagian yang menetap dalam diri saya. Dia pun
mengajarkan kepada saya bagaimana mengajar orang lain (Ul. 6:1-7). Kiranya Tuhan
mengaruniakan kepada kita suatu pemahaman tentang Dia dan hikmat untuk
meneruskannya kepada anak-anak kita.

Kita harus mengajar anak-anak kita dengan jelas


Tentang apa yang benar dan apa yang salah;
Hiduplah di hadapan mereka sebagai teladan
Yang saleh, jujur suci, dan teguh.

Untuk mengajar anak-anak Anda dengan balk,


perkenankan Allah mengajar Anda.
18 Februari

MENGUNDANG PERTANYAAN
Bacaan: Keluaran 12:1-13
Siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada
tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang
pengharapan yang ada padamu.
(1 Petrus 3:15)

Renungan firman:
Mengajar, terkadang saya memakai moto "Tanyakan pada yang berwenang" untuk
mendapatkan perhatian dari para mahasiswa. Saya bukan mengundang mereka untuk
menentang kewenangan saya, melainkan mendorong mereka untuk bertanya pada saya.
Sejumlah ahli pendidikan mengatakan bahwa pembelajaran lebih banyak terjadi ketika para
guru menjawab pertanyaan daripada ketika mereka menyampaikan informasi. Sudah
menjadi sifat kita untuk menilai apa yang ingin kita ketahui lebih tinggi dibandingkan dengan
apa yang orang lain ingin katakan kepada kita.
Tentu saja kedua tipe pengajaran tersebut dapat diterapkan bersama, tetapi
mengundang diajukannya pertanyaan merupakan salah satu hal awal yang kita temukan
dalam Kitab Suci. Bahkan sebelum orang Israel meninggalkan Mesir, Tuhan memerintahkan
kepada Musa untuk mengadakan suatu ritual yang mendorong orang untuk bertanya.
Perayaan Paskah dirancang untuk mempunyai dua maksud: mengingatkan orang dewasa
tentang pembebasan yang dikerjakan Allah, dan membuat anak-anak mereka menanyakan
tentang hal tersebut (Kel. 12:26).
Pertanyaan "Mengapa" bisa jadi terdengar menjengkelkan, tetapi pertanyaan itu juga
dapat menjadi suatu kesempatan indah untuk mempertanggungjawabkan iman kita (1 Ptr.
3:15). Daripada menjadi tidak sabar ketika orang lain bertanya, kita dapat bersyukur bahwa
mereka memiliki hati dan pikiran yang terbuka untuk belajar. Pertanyaan yang mereka
ajukan memberi kita kesempatan untuk menjawab dengan penuh kasih dan kecermatan,
karena kita mengetahui bahwa perkataan kita dapat memiliki dampak yang kekal.

Tuhan, kiranya aku menjadi orang yang mudah didekati dan terbuka
untuk mendengarkan pertanyaan orang lain. Kiranya aku tak merasa
terancam, tetapi yakin bahwa Engkau memberiku hikmat untuk tahu
bagaimana menjawab atau di mana menemukan jawabannya. Amin.

Pertanyaan yang jujur dapat menuntun pada jawaban yang membangun iman.
19 Februari

PERKATAAN DARI TUHAN


Bacaan: 1 Samuel 3:1-10
Pada masa itu firman TUHAN jarang.
(1 Samuel 3:1)

Renungan firman:
Pengkhotbah dan teolog terkemuka, Helmut Thielicke (1908-1986), mengalami
perlawanan luar biasa dari rezim Nazi di Jerman selama dekade 1930-an dan 1940-an.
Meski demikian, ia tetap tekun memberitakan kehadiran dan kuasa Allah dalam Yesus
Kristus pada masa-masa yang sulit dan kacau itu. Robert Smith, seorang cendekiawan,
mengatakan bahwa ketika Thielicke membahas isu dan masalah zaman modern dalam
khotbah-khotbahnya, "ia mencoba mencari jawaban dari pertanyaan, "Apakah ada
perkataan dari Tuhan?" Bukankah itu juga yang kita cari saat ini? Apakah yang telah Allah
katakan yang akan menguatkan dan memimpin kita dalam melalui segala kesulitan dan
kesempatan yang kita hadapi?
1 Samuel 3 menggambarkan suatu masa ketika "firman TUHAN jarang" (ay.1).
Ketika Allah berbicara kepada Samuel yang masih muda, ia salah mengira dengan
menganggap imam Eli yang sudah tua itu yang memanggilnya. Eli mengatakan kepada
Samuel untuk menanggapi suara Allah dengan berkata, "Berbicaralah, TUHAN, sebab
hamba-Mu mendengar" (ay.9). Samuel mendengarkan, dan ia kemudian dikenal sebagai
seorang yang hidup dengan setia dan berani, "sebab la menyatakan diri di Silo kepada
Samuel dengan perantaraan firman Nya" (ay.21).
Kapan pun kita membuka Alkitab, mendengarkan khotbah, atau berdiam diri untuk
berdoa, alangkah baiknya kita untuk punya sikap yang berkata, "Tuhan Yesus, berbicaralah
kepadaku. Aku siap mendengar dan bersedia untuk taat."

Allah yang menciptakan dunia dengan kuasa firman-Nya


Berbicara melalui Kitab Suci, kebenarannya harus dinyatakan
Dan jika kita membaca dengan kerinduan untuk taat
Roh-Nya akan menunjukkan jalan-Nya kepada kita.

Allah berbicara melalui firman-Nya


bagi mereka yang mendengar dengan hati.
20 Februari

OBAT BAGI KETAKUTAN


Bacaan: Mazmur 34:2-11
Aku telah mencari TUHAN, lalu la menjawab aku,
dan melepaskan aku dari segala kegentaranku.
(Mazmur 34:5)

Renungan firman:
Dalam pidato pelantikannya sebagai presiden terpilih Amerika yang baru pada tahun
1933, Franklin D. Roosevelt, berpidato kepada suatu bangsa yang masih terpuruk akibat
mengalami Depresi Besar. Dengan harapan dapat memicu pandangan yang lebih optimia
menghadapi kriaia ekonomi tersebut, ia menyatakan, "Satu-satunya hal yang perlu kita
takuti adalah ketakutan itu sendiri!"
Ketakutan sering muncul dalam hidup kita ketika kita menghadapi risiko kehilangan
sesuatu, kekayaan, kesehatan, reputasi, kedudukan, rasa aman, keluarga, teman-teman
kita. Ketakutan menyingkapkan keinginan batin kita yang terdalam untuk melindungi hal-hal
yang penting bagi kita, daripada untuk mempercayakan semua itu sepenuhnya dalam
pemeliharaan dan kendali Allah. Ketika ketakutan menguasai, ia akan melumpuhkan emosi
kita dan menguras kekuatan rohani kita. Kita jadi takut menceritakan Kristus kepada orang
lain, memberikan hidup dan harta kita demi kepentingan orang lain, atau untuk mencoba
hal-hal yang baru. Jiwa yang diliputi ketakutan akan jauh lebih rentan terhadap si musuh,
yang menggoda kita untuk mengkompromikan keyakinan iman dan menjerumuskan kita
untuk bersandar pada diri sendiri. Obat bagi ketakutan, tentunya, adalah sikap percaya
kepada Pencipta kita. Hanya ketika kita mempercayai bahwa kehadiran, kuasa,
perlindungan, dan pemeliharaan Allah bagi hidup kita itu nyata, kita baru dapat turut
merasakan sukacita Pemazmur yang berkata, "Aku telah mencari TUHAN, lalu la menjawab
aku, dan melepaskan aku dari segala kegentaranku" (Mzm. 34:5).

Kekuatan serta penghiburan


Diberikan Tuhan padaku.
Tiap hari aku dibimbing-Nya;
Tiap jam dihibur hatiku.

Sikap percaya kepada Tuhan adalah


obat untuk jiwa yang penuh ketakutan.
21 Februari

ORANG YANG ENGGAN?


Bacaan: Amsal 6:6-11
Hai pemalas, berapa lama lagi engkau berbaring?
(Amsal 6:9)

Renungan firman:
Ketika mempelajari kitab Amsal dalam kelompok Pemahaman Alkitab, pemimpin
kami memberi usul untuk mendeskripsikan kata pemalas sebagai orang yang enggan
(6:6,9). Saya jadi dapat memahami lebih jelas apa maksud kata tersebut. Segera saja, saya
mulai membayangkan siapa saja yang saya anggap sebagai orang yang enggan.
Contohnya, para ayah dan ibu yang gagal mendidik dan mendisiplinkan anak-anak
mereka. Atau para pria yang menolak untuk menolong pekerjaan di rumah. Atau para
remaja yang mengabaikan pendidikan mereka dan memilih untuk bermain di internet
sepanjang hari.
Jika jujur, bisa jadi kita semua terjangkit sikap enggan ini. Apakah kita adalah "orang
yang enggan berdoa" (1 Tes. 5:17-18), atau "orang yang enggan membaca Alkitab" (Mzm.
119:103; 2 Tim. 3:16-17) atau "orang yang enggan menggunakan karunia rohani" (Rm. 12:4-
8), atau "orang yang enggan bersaksi?" (Mat. 28:19-20; Kis. 1:8). Jika kita tidak melakukan
apa yang kita ketahui dikehendaki Allah supaya kita lakukan, sudah pasti kita adalah orang-
orang yang enggan rohani. Sebenarnya, ketika kita menolak untuk menaati Allah, kita
berbuat dosa.
Perhatikanlah perkataan yang menantang dan menegur dari kitab Yakobus ini: "Jadi
jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia
berdosa" (4:17). Marilah kita tidak menjadi orang yang enggan rohani.

Ketika tahu apa yang dikehendaki Allah untuk kita lakukan,


Namun kemudian kita menolak untuk taat,
Kita mengabaikan suara Tuhan,
Dan dengan berdosa memilih jalan kita sendiri.

Kita mungkin punya alasan untuk tidak menaati Allah,


tetapi Dia tetap menyebutnya sebagai ketidaktaatan.
22 Februari

SEORANG PRIA BIASA


Bacaan: Yohanes 10:31-42
Yohanes memang tidak membuat satu tanda pun,
tetapi semua yang pernah dikatakan Yohanes tentang [Yesus] adalah benar.
(Yohanes 10:41)

Renungan firman:
Steve adalah seorang pria biasa. Tanpa banyak bicara, ia melayani di gereja di
mana saya beribadah bertahun-tahun yang lalu. la menolong mempersiapkan perjamuan,
membersihkan trotoar gereja dari salju di musim dingin, dan memangkas rumput di
halaman gereja pada musim panas. la menghabiskan banyak waktu bersama para remaja
putra yang sudah yatim. Saya sering mendengar bahwa dengan gayanya yang sederhana,
ia bercerita kepada orang-orang di gereja tentang betapa baiknya Tuhan kepadanya.
Selama persekutuan doa, ia tidak berbicara banyak tentang dirinya sendiri, tetapi meminta
kami untuk berdoa bagi orang-orang yang telah mendengar kesaksiannya tentang
pengampunan dan kasih Yesus. Satu ayat di Yohanes 10 tentang Yohanes Pembaptis
membuat saya teringat kepada Steve. "Dan banyak orang datang kepada-Nya dan berkata:
"Yohanes memang tidak membuat satu tanda pun, tetapi semua yang pernah dikatakan
Yohanes tentang [Yesus] adalah benar" (ay.41). Yohanes tidak mengadakan mukjizat
seperti yang Yesus lakukan. Dia tidak membicarakan dirinya sendiri, tetapi datang untuk
"memberi kesaksian tentang Terang itu, supaya oleh dia semua orang menjadi percaya"
(1:7). la berkata tentang Yesus, "Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia"
(1:29). Teman saya, Steve, juga memberi kesaksian tentang Terang itu juga.
Tujuan kita sebagai pengikut Yesus adalah melakukan hal yang sama-untuk
"memberi kesaksian tentang Terang itu." Kita hanyalah orang-orang biasa, melayani Allah di
mana pun kita di tempatkan di dunia ini. Dengan tingkah laku dan perkataan kita yang
sederhana, mari kita bawa orang lain kepada Terang itu!

Terlihat seperti apakah orang Kristen?


Apakah yang membedakan hidup mereka?
Mereka hanyalah orang-orang biasa
Yang mengasihi Allah dengan segenap hati mereka.

Orang Kristen adalah orang biasa yang mengabdikan


dirinya kepada Kristus, Pribadi yang luar biasa.
23 Februari

DIBUTUHKAN PERTOLONGAN
Bacaan: Ibrani 4:9-16
Marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia,
supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat
pertolongan kita pada waktunya.
(Ibrani 4:16)

Renungan firman:
Selama Perang Dunia II, wilayah Kepulauan Inggria menjadi garis batas terakhir dari
perlawanan menentang penindasan Nazi yang menyapu benua Eropa. Namun karena
menerima serangan tanpa henti dan berada di ambang kehancuran, Inggris pun kekurangan
sumber daya untuk mengatasi konflik dan meraih kemenangan. Karena alasan itulah,
perdana menteri Inggria, Winston Churchill, memberikan siaran di radio BBC dan memohon
kepada dunia: "Berilah kami perlengkapannya, dan kami akan menuntaskan perjuangan ini."
la mengetahui bahwa tanpa pertolongan dari luar, mereka tidak akan dapat bertahan
terhadap serangan yang mereka hadapi.
Hidup juga seperti itu. Sering kali, kita memang tidak mampu menghadapi kesulitan
yang melanda hidup kita dan kita membutuhkan pertolongan dari luar diri kita. Sebagai
sesama anggota dari tubuh Kristus, pertolongan terkadang dapat datang melalui saudara-
saudara seiman kita (Rm. 12:10-13), dan itu adalah hal yang sangat indah. Namun, pada
akhimya kita perlu mencari pertolongan dari Bapa surgawi kita. Kabar terbaiknya adalah
bahwa Allah kita telah mengundang kita untuk datang kepada-Nya dengan penuh
keyakinan: "Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih
karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapatkan
pertolongan kita pada waktunya" (Ibr. 4:16).
Pada saat-saat itulah, sumber daya terbesar kita adalah doa, karena doa membawa
kita masuk ke dalam hadirat Allah. Di sanalah, oleh kemurahan dan anugerah-Nya, kita
akan menemukan pertolongan yang kita butuhkan.

Allah telah memberimu janji-Nya,


Bahwa Dia mendengar dan menjawab doa,
Dia akan memperhatikan permohonanmu
Jika kepada-Nya, engkau serahkan kekhawatiranmu.

Di masa-masa sulit, jadikan doa


sebagai pertolongan pertama Anda.
24 Februari

GEMUK DAN SEGAR


Bacaan: Mazmur 92
Pada masa tua pun mereka masih berbuah,
menjadi gemuk dan segar.
(Mazmur 92:15)

Renungan firman:
Dalam Mazmur 92, sang penyair memulai tulisannya dengan dorongan untuk
menaikkan pujian: "Adalah baik untuk menyanyikan syukur kepada TUHAN." Baik untuk
apa? Baik untuk Anda dan saya. Adalah sangat baik bagi jiwa kita untuk berpaling dari
pikiran yang penuh kekhawatiran dan mengisi hari-hari kita dengan pujian dan doa; adalah
baik untuk menyambut setiap pagi dengan pujian syukur, karena puji-pujian tersebut
membuat kita bahagia. Pujian itu melepaskan kita dari kemurungan dan menggantikan
kesedihan kita dengan pujian penuh sukacita atas "perbuatan tangan-[Nya]" (ay.5). Dan
perbuatan apakah itu? Perbuatan yang sedang dikerjakan-Nya di dalam diri kita!
Inilah salah satu gambaran yang paling saya sukai: "Orang benar akan bertunas seperti
pohon korma, akan tumbuh subur seperti pohon aras di Libanon; mereka yang ditanam di
bait Tuhan akan bertumbuh di pelataran Allah kita. Pada masa tua pun mereka masih
berbuah, menjadi gemuk dan segar" (ay.13-15).
Pohon korma adalah simbol dari keindahan yang menjulang dan pohon aras adalah
simbol dari kekuatan yang tidak terpatahkan. Itulah sifat-sifat dari mereka yang telah
"ditanam di bait Tuhan" (ay.14). Akar-akar mereka akan masuk ke dalam tanah kasih Allah
yang tidak pernah berkesudahan. Apakah Anda berpikir bahwa kegunaan Anda bagi Allah
telah berakhir? Lanjutlah merenungkan firman Allah, berakar dengan dalam dan
berlandaskan pada Kristus, reguklah curahan kasih dan kesetiaan Nya. Jadi, berapa pun
usia Anda, Anda akan menghasilkan buah dan menjadi "gemuk dan segar."

Pujilah Allah dari dalam hatimu


Atas berkat-berkat-Nya di sepanjang harimu;
Bagi Allah di surga, angkatlah suaramu
Allah yang pemurah, Allah yang pengasih.

Puji-pujian akan terbit dari hati


ketika Anda menghitung berkat-berkat Anda.
25 Februari

PERLIHATKAN RAMBUT ANDA


Bacaan: Yohanes 12:1-8
Maka Maria mengambil setengah kati minyak narwastu murni yang mahal harganya,
lalu meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya.
(Yohanes 12:3)

Renungan firman:
Beberapa saat sebelum Yesus disalibkan, seorang wanita menuangkan sebotol
parfum yang mahal di kaki-Nya. Setelah itu, ia menyeka kaki Yesus dengan rambutnya,
suatu tindakan yang mungkin dianggap terlebih berani (Yoh. 12:3). Ia bukan saja
mengorbankan apa yang mungkin merupakan seluruh tabungannya, ia juga
mempertaruhkan reputasinya. Dalam budaya Timur Tengah abad pertama, wanita terhormat
tidak pernah memperlihatkan rambutnya di depan umum. Namun ibadah yang benar
tidaklah peduli pada apa pendapat orang lain tentang kita (2 Sam. 6:21-22). Untuk
menyembah Yesus, ia rela dianggap sebagai seorang wanita yang tidak sopan, bahkan
mungkin tidak bermoral.
Mungkin ada di antara kita yang merasakan tekanan untuk tampil sempurna ketika
datang ke gereja supaya orang lain berpikir yang baik-baik tentang kita. Ibaratnya, kita
berupaya keras untuk memastikan bahwa setiap helai rambut kita tertata dengan rapi.
Namun gereja yang sehat adalah suatu tempat di mana kita dapat datang tanpa
menyembunyikan kekurangan kita di balik topeng kesempurnaan. Di gereja, seharusnya kita
dapat menyingkapkan kelemahan-kelemahan kita untuk memperoleh kekuatan daripada
menyembunyikan kegagalan-kegagalan kita supaya terlihat kuat dari luar.
Beribadah bukan berarti bersikap seolah-olah tak ada yang salah, tetapi memastikan
bahwa segala sesuatunya ada dalam kebenaran, yakni dalam hubungan yang benar
dengan Allah dan dengan sesama. Jika kita begitu takut memperlihatkan kelemahan kita,
mungkin kita telah berdosa dengan menolak untuk mengakuinya.

Kapanpun kita berkumpul untuk beribadah


Janganlah bersembunyi di balik topeng;
Sebaliknya, marilah terbuka dan jujur
Terhadap sesama dan juga dengan Allah.

lbadah kita benar hanya ketika


kita hidup benar dengan Allah dan sesama.
26 Februari

IBLIS DALAM PENGADILAN


Bacaan: Zakharia 3:1-5
Lihat, dengan ini aku telah menjauhkan kesalahanmu dari padamu!
(Zakharia 3:4)

Renungan firman:
The Devil and Daniel Webster (Iblis dan Daniel Webster) adalah sebuah cerita
pendek karya Stephen Vincent Benet. Dalam cerita ini, Jabez Stone, seorang petani dari
daerah New England, bernasib begitu buruk sehingga ia menjual jiwanya kepada Iblis untuk
menjadi kaya. Pada akhirnya, Iblis datang untuk menagih utang Jabez. Namun seorang
pengacara terkenal, Daniel Webster, diminta untuk membelanya. Melalui serangkaian
argumentasi yang cerdik, Webster memenangi kasus melawan Iblis, dan Jabez pun selamat
dari penderitaan abadi. Tentu saja, ini hanyalah sebuah cerita fiksi. Namun Alkitab mencatat
suatu penglihatan di mana Iblis mendakwa seorang percaya di hadapan Allah sang Hakim.
Yosua, sang imam besar, berdiri di hadapan Allah. Sebagai gambaran akan dosa dan
kesalahan dirinya, imam itu memakai pakaian yang kotor. Di sebelahnya, Iblis mendakwa
Yosua. Namun Malaikat Tuhan menghardik si Iblis dan berkata kepada Yosua: "Lihat,
dengan ini aku telah menjauhkan kesalahanmu dari padamu! Aku akan mengenakan
kepadamu pakaian pesta" (Za. 3:4). Hanya Allah yang dapat membuat seorang pendosa
diterima oleh Nya. Dan Perjanjian Baru mengatakan kepada kita caranya: "Jika seorang
berbuat dosa, kita mempunyai seorang pengantara kepada Bapa, yaitu Yesus Kristus, yang
adil" (1 Yoh. 2:1). Apakah Anda merasa tidak layak untuk masuk ke dalam hadirat Allah?
Ingatlah, sebagai orang Kristen, darah Juruselamat kita telah membersihkan kita, dan
Kristus sendirilah yang menjadi pengantara kita.

Kuasa Allah dapat mengubah hati


Dari kejahatan dan kuasa dosa;
Kasih Allah dapat mengubah hidup seseorang
Memperbarui dan membersihkannya dari dalam.

Dibenarkan berarti kesalahan kita dihapuskan


dan kebenaran Kristus diberikan kepada kita.
27 Februari

BERBEDA DENGAN SAYA


Bacaan: Galatia 3:19-29
Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani,
tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan,
karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus.
(Galatia 3:28)

Renungan firman:
Dalam trilogi film Star Wars, ada sebuah adegan yang mengingatkan saya pada
beberapa jemaat gereja yang saya kenal. Pada suatu tempat di sudut galaksi yang terpencil,
para makhluk berwajah buruk berkumpul sambil makan dan mendengarkan musik. Ketika
Luke Skywalker muncul di tempat itu bersama kedua robotnya, C3PO dan R2D2 (mereka
terlihat lebih "normal" daripada makhluk-makhluk lainnya di sana), secara mengejutkan ia
ditolak dengan kata-kata kasar: "Kami tak melayani jenis seperti mereka di sini!"
Adegan yang janggal itu menggambarkan keburukan yang kita semua gumulkan di
dalam hubungan kita dengan sesama di dunia ini. Kita selalu merasa lebih nyaman dengan
orang-orang yang serupa dengan kita. Namun pikirkan apa jadinya kita jika Yesus bersikap
demikian. Dia adalah Allah, sempurna dalam segala sesuatu, yang membuat-Nya sangat
jauh berbeda dengan diri kita. Meski demikian, Dia datang untuk tinggal di antara kita dan
untuk mati bagi kita.
Setiap kita yang mengikut Kristus seharusnya tidak pemah mengatakan "mereka
berbeda dengan saya". Seperti Paulus mengingatkan kita, di dalam Dia "tidak ada orang
Yahudi atau orang Yunani, ... hamba atau orang merdeka, . . . laki-laki atau perempuan,
karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus" (Gal. 3:28). Jadi walaupun orang
lain berbeda dalam sikap, sudut pandang, ras, golongan, pandangan politik, atau kedudukan
sosial, seharusnya itu tidak ada pengaruhnya bagi kita yang menyebut diri sebagai pengikut
Yesus.
Carilah seseorang yang "berbeda" dengan Anda dan bagikanlah kasih Yesus
dengan mereka hari ini!

Aku berdoa, Oh Tuhan, nyatakanlah kepadaku


Jika aku telah menyebabkan perpecahan,
Karena Engkau menginginkan anak-anak-Mu bersatu
Dalam pujian dan kasih bagi Putra-Mu terkasih.

Kasihilah sesamamu - meski mereka berbeda denganmu!


28 Februari

ORANG YANG HANGAT DAN BIJAKSANA


Bacaan: Amsal 15:21-33
Alangkah baiknya perkataan yang tepat pada waktunya!
(Amsal 15:23)

Renungan firman:
Ketika Dr. Vernon Grounds, mantan presiden dan rektor kehormatan Denver
Seminary, berpulang ke rumah Tuhan pada usia 96 tahun, beragam penghormatan dan
kenangan datang dari para mantan mahasiawa, rekan sejawat, dan teman-temannya.
Hampir setiap orang mengingat saat-saat Dr. Grounds memberikan dorongan pribadi
kepada mereka melalui pengajarannya, nasihatnya, atau sekadar melalui senyum
hangatnya. la meyakini betul nilai penting dari upaya melatih para pendeta, guru, dan
konselor yang mempunyai hubungan vital dengan Kristus dan kerelaan untuk melayani
sesama.
Gambaran yang jelas tentang Vernon Grounds dapat terlihat dalam sejumlah ayat
dari Amsal 15: "Orang yang pandai berjalan lurus" (ay.21). "Alangkah baiknya perkataan
yang tepat pada waktunya!" (ay.23). "Perkataan yang ramah itu suci" (ay.26). "Hati orang
benar memmbang-nimbang jawabannya" (ay.28). "Takut akan TUHAN adalah didikan yang
mendatangkan hikmat" (ay.33). Nasihat Dr. Grounds tumbuh dari karakternya dan
hikmatnya berasal dari Allah. Kehangatan hidupnya dipicu oleh hatinya yang murni.
Hasilnya, ada suatu teladan bagi kita dari firman Allah dan teladan dari seorang pria yang
dengan rendah hati mengikuti Juruselamatnya. Vernon Grounds menjalani hidup dengan
baik dan menyelesaikan pertandingan imannya. Kiranya teladan hidup Dr. Grounds yang
bijaksana dan penuh belas kasihan menantang kita dalam menjalani hidup kita sendiri.

Pahlawan hidup yang sejati tak pernah mengukir nama


Pada monumen yang dibangun demi pengakuan mereka;
Mereka justru membangun warisan yang muncul
Dari pelayanan yang setia kepada Raja segala raja.

Pemimpin yang baik adalah seseorang yang tahu akan ke mana,


menunjukkan jalannya, dan menjalaninya.

Anda mungkin juga menyukai