Anda di halaman 1dari 6

BIAS MR (MEASLES RUBELA)

No.Dokumen : KAK/UKM/ /2021


dr.Noer Hajati,
No. Revisi : 00
M.M KAK
Tanggal
: 04/01/2021
Terbit

Halaman : 1/6

BLUD dr.Noer Hajati, M.M


PUSKESMAS Pembina Tk I
TAMBAKREJO NIP.196604112002122005

A. PENDAHULUAN

Indonesia telah berkomitmen untuk mencapai eliminasi campak dan


pengendalian rubella/Congenital Rubella Syndrome (CRS) pada tahun 2021. Strategi
yang dilakukan untuk mencapai target tersebut adalah penguatan imunisasi rutin
untuk mencapai cakupan imunisasi campak 95% di semua tingkatan. pelaksanaan
Crash Program Campak di 183 kabupaten/kota pada bulan Agustus-September
2016,.
Campak merupakan penyakit yang sangat mudah menular yang
disebabkan oleh virus dan ditularkan melalui batuk dan bersin. Gejala penyakit
campak adalah demam tinggi, bercak kemerahan pada kulit (rash) disertai dengan
batuk dan/atau pilek dan/atau konjungtivitis akan tetapi sangat berbahaya apabila
disertai dengan komplikasi pneumonia, diare, meningitis dan bahkan dapat
menyebabkan kematian. Penyakit ini sangat berpotensi menjadi wabah apabila
cakupan imunisasi rendah dan kekebalan kelompok/herd immunity tidak
terbentuk.Ketika seseorang terkena campak, 90% orang yang berinteraksi erat
dengan penderita dapat tertular jika mereka belum kebal terhadap
campak.Seseorang dapat kebal jika telah diimunisasi atau terinfeksi virus campak.

B. LATAR BELAKANG
Pada tahun 2000, lebih dari 562.000 anak per tahun meninggal di seluruh
dunia karena komplikasi penyakit campak. Dengan pemberian imunisasi campak dan
berbagai upaya yang telah dilakukan, maka pada tahun 2014 kematian akibat
campak menurun menjadi 115.000 per tahun, dengan perkiraan 314 anak per hari
atau 13 kematian setiap jamnya
Rubella adalah penyakit akut dan ringan yang sering menginfeksi anak
dan dewasa muda yang rentan.Akan tetapi yang menjadi perhatian dalam kesehatan
masyarakat adalah efek teratogenik apabila rubella ini menyerang pada wanita hamil
pada trimester pertama.Infeksi rubella yang terjadi sebelum konsepsi dan selama
awal kehamilan dapat menyebabkan abortus, kematian janin atau sindrom rubella
kongenital (Congenital Rubella Syndrome/CRS) pada bayi yang dilahirkan.
Sebelum dilakukan imunisasi rubella, insidens CRS bervariasi antara 0,1-
0,2/1000 kelahiran hidup pada periode endemik dan antara 0,8-4/1000 kelahiran
hidup selama periode epidemi rubella. Angka kejadian CRS pada negara yang belum
mengintroduksi vaksin rubella diperkirakan cukup tinggi. Pada tahun 1996
diperkirakan sekitar 22.000 anak lahir dengan CRS di regio Afrika, sekitar 46.000 di
regio Asia Tenggara dan 12.634 di regio Pasifik Barat. Insiden CRS pada regio yang
telah mengintroduksi vaksin rubella selama tahun 1996-2008 telah menurun.
Di Indonesia, rubella merupakah salah satu masalah kesehatan
masyarakat yang memerlukan upaya pencegahan efektif. Data surveilans selama
lima tahun terakhir menunjukan 70% kasus rubella terjadi pada kelompok usia <15
tahun. Selain itu, berdasarkan studi tentang estimasi beban penyakit CRS di
Indonesia pada tahun 2013 diperkirakan terdapat 2767 kasus CRS, 82/100.000
terjadi pada usia ibu 15-19 tahun dan menurun menjadi 47/100.000 pada ibu usia 40-
44 tahun.Sedangkan perhitungan modelling di Jawa Timur diperkirakan 700 bayi
dilahirkan dengan CRS setiap tahunnya.
Dalam Global Vaccine Action Plan (GVAP), campak dan rubella
ditargetkan untuk dapat dieliminasi di 5 regional WHO pada tahun 2020. Sejalan
dengan GVAP, The Global Measles & Rubella Strategic Plan 2012-2020 memetakan
strategi yang diperlukan untuk mencapai target dunia tanpa campak, rubella atau
CRS. Satu diantara lima strategi adalah mencapai dan mempertahankan tingkat
kekebalan masyarakat yang tinggi dengan memberikan dua dosis vaksin yang
mengandung campak dan rubella melalui imunisasi rutin dan tambahan dengan
cakupan yang tinggi (>95%) dan merata.
Indonesia telah berkomitmen untuk mencapai eliminasi campak dan
pengendalian rubella/Congenital Rubella Syndrome (CRS) pada tahun 2020. Strategi
yang dilakukan untuk mencapai target tersebut adalah:
1. Penguatan imunisasi rutin untuk mencapai cakupan imunisasi campak ≥95%
merata di semua tingkatan
2. Surveilans Campak Rubella berbasis kasus individu/ Case Based Measles
Surveillance (CBMS)
3. Surveilance sentinel CRS di 13 RS
4. KLB campak diinvestigasi secara penuh (fully investigated)

Berdasarkan data surveilans dan cakupan imunisasi, maka imunisasi


campak rutin saja belum cukup untuk mencapai target eliminasi campak. Sedangkan
untuk akselerasi pengendalian rubella/CRS maka perlu dilakukan imunisasi BIAS MR
sebagai tambahan.

C. TUJUAN
1. Tujuan Umum

Tercapainya eliminasi campak dan pengendalian Rubella / Congenital Rubella


Syndrome (CSR) tahun 2021.
2. Tujuan Khusus
a) Meningkatkan kekebalan masyarakat terhadap campak dan rubella secara
cepat
b) Memutuskan transmisi virus campak dan rubella
c) Menurunkan angka kesakitan campak dan rubella
d) Menurunkan angka kejadian CRS

D. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN


N
  Kegiatan Pokok Rincian Kegiatan
o
a. Sosialisasi internal Puskesmas
1.  Sosialisasi

a. Pengumpulan data sasaran


Kampanye MR
 Pengumpulan Data b. Menghitung kebutuhan logistik
c. Menentukan jumlah pos BIASMR
d. Menentukan Tim Pelaksana
a. Koordinasi Tim Pelaksana dan
Supervisor
 Pelaksanaan b. Distribusi logistik
c. Pelaksanaan BIAS Measles
Rubella
a. Menghitung capaian hasil
pelaksanaan
 Evaluasi b. Sweeping pada sasaran yang
tidak hadir saat pelaksanaan
c. Memperhitungkan adanya KIPI

E. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN


Pelaksanaan program Imunisasi dilaksanakan berdasarkan tata nilai yang
ada di Puskesmas Tambakrejo yaitu CERIA : CEPAT (Pelayanan Segera), EFISIEN
(Hemat Waktu dan Biaya Secara Optimal), RAMAH (Berkata Halus , Tersenyum, Salam,
Sapa), INOVATIV (Melakukan Cara Baru Untuk Menyelsesaikan Kegiatan dan Selalu
Menambah Ilmu), AMAN ( Bekerja Hati-Hati dan Sesuai SOP). Pelaksanaan kegiatan
dilakukan dengan keterlibatan berbagai pihak terkait seperti Dinas Pendidikan, Dinas
Sosial, PKK, Kantor Departemen Agama untuk meningkatkan kelancaran
penyelenggaraan Kampenye Measles Rubella.
Komunikasi dan koordinasi dilakukan agar yang terlibat dalam kegiatan
dapat mengetahui tugas dan perannya masing-masing yang secara garis besar
dapat dijabarkan sebagai berikut :

Lintas Program :
- Promosi Kesehatan : memberikan informasi tentang pentingnya program
imunisasi bagi masyarakat
- Program P2 : bekerjasama dalam penanggulangan penyakit menular terutama
yang dapatdicegah dengan imunisasi
- Kesehatan Ibu dan Anak : bidan desa sebagai pelaksana kegiatan imunisasi
Lintas Sektor :
- Camat : sebagai penggerak masyarakat melalui kebijakan kebijakan yang
dapat mendukung program imunisasi
- Kepala Desa : penggerak masyarakat untuk ikut serta dan peduli terhadap
program imunisasi
- Tokoh Masyarakat dan Tokoh Agama : mendukung kegiatan imunisasi dari
segi kemasyarakatan dan keagamaan
- Kader : membantu bidan desa dalam pelaksanaan imunisasi
Biaya penyelenggaraan Kampenye Measles Rubella pada tahun 2017
bersumber pada anggaran APBN, APBD, dan sumber lain yang tidak mengikat dan
sah menurut ketentuan yang berlaku.

F. SASARAN
Sasaran pelaksanaan kegiatan kampanye imunisasi BIAS MR adalah
seluruh anak usia kelas 1 SD/MI .

G. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN

Jadwal pelaksanaan kegiatan yaitu pada bulan September tahun 2021.

H. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN


Evaluasi pelaksanaan kegiatan BIAS Measles Rubella dilaksanakan
setiap hari selama pelaksanaan. Evaluasi akan membahas temuan hasil monitoring
pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh Tim Supervisor Puskesmas. Hasil
evaluasi akan disampaikan langsung kepada pelaksana kegiatan melalui Whatsapp
untuk menjadi bahan perbaikan kegiatan berikutnya.

Pelaporan hasil kegiatan dibuat langsung setelah kegiatan oleh pelaksana


untuk dilaporkan kepada Koordinator Imunisasi, selanjutnya oleh Koordinator
Imunisasi dilaporkan ke Dinas Kesehatan. Pencatatan dan pelaporan hasil kegian
BIAS Measles Rubella tahun 2020 di BLUD puskesmasTambakrejo menggunakan
alur sebagai berikut :

Bulanan Bulanan Bulanan


PUSK KAB/KOTA PROVINSI PUSAT

I. PENCATATAN, PELAPORAN, DAN EVALUASI KEGIATAN


Pencatatan kegiatan BIAS Measles Rubella dilakukan oleh pelaksana
kegiatan menggunakan format pencatatan yang telah ditentukan dan disediakan oleh
puskesmas melalui Koordinator Program Imunisasi.
Pelaporan hasil kegiatan dibuat langsung setelah kegiatan oleh pelaksana
untuk dilaporkan kepada Koordinator Imunisasi, selanjutnya oleh Koordinator
Imunisasi dilaporkan ke Dinas Kesehatan.
Evaluasi pelaksanaan kegiatan BIAS Measles Rubella dilaksanakan
setiap hari selama pelaksanaan. Evaluasi akan membahas temuan hasil monitoring
pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh Tim Supervisor Puskesmas. Hasil
evaluasi akan disampaikan langsung kepada pelaksana kegiatan melalui Whatsapp
untuk menjadi bahan perbaikan kegiatan berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai