Anda di halaman 1dari 28

PANOFTALMITIS

MARSELYN M.L.LADO,S.KED
0908012862

Pembimbing
Dr. Eunike Cahyaningsih, Sp.M
PENDAHULUAN

 Panoftalmitisperadangan pada seluruh


bola mata termasuk sklera dan kapsul
Tenonbola mata merupakan rongga abses
 5 per 10.000 pasien yang berobat/tahun
 mata kanan dua kali lebih mungkin terinfeksi
 meningkat karena penyebaran AIDS,
penggunaan agen imunosupresif yang
berlebihan dan tindakan prosedur invasive.
 sekitar 60% terjadi setelah operasi intraokular.
 terjadi dalam waktu 1 minggu setelah operasi.
 Di Amerika Serikat, sekitar 0,1-0,3% operasi
katarak memiliki komplikasi panoftalmitis, dan
meningkat selama beberapa tahun terakhir.
 Panopthalmitis pasca trauma terjadi pada 4-13%
dari semua cedera okular
 panopthalmitis akibat benda asing intraokular
adalah sekitar 7-31%.
 Komplikasi panoftalmitis :penurunan visus
yang dapat menjadi permanen
 penyebaran infeksi secara hematogen dan
menyebabkan syok septik.
Definisi

 Panoftalmitisperadangan pada seluruh


bola mata termasuk sklera dan kapsul
Tenonbola mata merupakan rongga abses
 melalui peredaran darah (secara endogen)
atau perforasi dari bola mata (secara
eksogen), dan akibat perforasi tukak kornea
 menyebabkan terbentuknya jalur yang dapat
membuat mikroba menembus ke dalam bola
mata
Etiologi dan Faktor Risiko

 pembedahan intraocular (62%)


 masuknya benda asing ke dalam mata (20%)
 pembedahan filtrasi anti-glukoma (10%)
 pembedahan lainnya (keratoplasti,
vitrectomi, implantasi lensa intraocular)
jumlah kasus yang lebih sedikit.
 Hanya 2-8% kasus panoftalmitis yang
disebabkan faktor endogen
 Pneumococcus paling sering
 Streptococcus, Staphylococcus dan E.coli.
 jamur (Candida albicans, Histoplasma,
Cryptococcus, dll)
 parasit (Toxoplasma, Toxocara, dll)
 virus (CMV, HIV, dll)
Patomekanisme

kerusakan ocular barier

Bakteri masuk kedalam bola mata

Eksogen endogen

Proliferasi bakteri
mikroorganisme/ benda asing

Memicu sel inflamasi

Masuknya sel inflamasi

Pengeluaran hasil metabolisme+toxin

Kerusakan jaringan
 trauma penetrasikorpus vitreum,uvea dan retina
 metastasis peradangan: emboli septik pada arteri
retina dan atau arteri choroidmengenai kedua
mata.
 perforasi ulkus kornea atau yang mengikuti infeksi
pasca bedah intra-oculariridocyclitis dan apabila
infeksi tidak terlalu virulent, dapat dikontrol dengan
pengobatan sedini mungkin, kuman terlalu
virulentmenyebar ke bagian uvea posterior dan
seluruh jaringan uvea dan retinapembentukan pus
atau nanah dalam bola mataq
Panoftalmitis Pasca Bedah
Katarak
 Tanda-tanda infeksi muncul 1-6 minggu pasca
operasi.
 75-80% kasus muncul di minggu pertama pasca
operasi.
 56-90% dari bakteri penyebab :bakteri gram
positif, dimana yang paling sering adalah
Staphylococcus epidermis, Staphylococcus aureus
dan Streptococcus.
 Injeksi silier, hilangnya reflek fundus, hipopion,
pembengkakan kelopak mata, fotofobia,
penurunan visus dan kekeruhan vitreus
Panoftalmitis Pasca Operasi
Filtrasi Antiglaukoma
 10% dari kasus.
 Trabeculectomy dan trepanotrabeculectomy
 membentuk filtrasi fistula yang mengarahkan
cairan ke ruang bawah konjungtivatempat
peradangan oleh inokulasi bakteri selama
operasi/pasca operasi.
 muncul empat minggu pasca operasi
 tanda-tanda kumpulan pus di tempat akumulasi
cairan dan kerusakan nekrotik dari sclera
 Streptococcus dan Staphylococcus aureus dan
Haemophilus influenza
Panoftalmitis Pasca Trauma

 20% kasus terutama benda asing (+)


 luka perforasi, infeksi berkembang sangat cepat.
Tanda-tanda infeksi biasanya berkembang
segera setelah cedera, tapi biasanya diikuti oleh
reaksi post-traumatic jaringan mata yang rusak.
 rasa sakit, hiperemi ciliary, gambaran hipopion
dan kekeruhan pada vitreous body.
 bakteri dari kelompok Bacillus dan
Staphylococcus.
 vitrekomi sesegera mungkin
Panoftalmitis Endogen

 Dipengaruhi penyakit
 penurunan mekanisme pertahanan host atau
adanya fokus sebagai tempat potensial
terjadinya infeksi.
 Staphylococcus aureus, Escherichia coli dan
spesies Streptococcus.
 jamur (62%),bakteri gram positive(33%), dan
bakteri gram negatif 5%
Fungal Panoftalmitis
 Candida albicansretinitis granulomatosa
nekrotikans fokal dengan atau tanpa koroiditis, yang
ditandai lesi eksudatif putih berjonjot yang
berhubungan dengan sel-sel dalam badan kaca yang
menutupi lesi tersebut
 bisa menyebar dan mengenai saraf optik dan
struktur mata lainnya
 papilitis, dan ablasi retina, abses badan kaca, uveitis
anterior dengan sel-sel dan flare di dalam bilik mata
depan, serta hipopion.
 berkembang melalui mekanisme endogen setelah
beberapa trauma atau prosedur bedah dengan
inokulasi langsung ke ruang anterior atau vitreous
body, atau transmisi secara hematogen dalam
bentuk candidemia.
Anamnesis

 Demam
 Sakit kepala
 Muntah
 Rasa nyeri
 Mata merah
 Kelopak mata bengkak atau edem
 Penurunan tajam penglihatan
Pemeriksaaan fisik

 Kongesti konjungtiva dengan injeksi ciliar hebat


 Khemosis konjungtiva dan kornea tampak keruh
 Kamera oculi anterior sering menunjukkan
pembentukan hypopion
 Pupil mengecil dan menetap
 Reflek berwarna kuning terlihat pada pupil dengan
illuminasi oblique
 Eksudasi purulen dalam vitreus humor
 Peningkatan intra okuler.
 Proptosis derajat sedang serta gerakan bola mata
terbatas disebabkan peradangan pada kapsul
Tenon’s (Tenonitis).
Laboratorium

 Panoftalmitis eksogen: sampel vitreous


(vitreous tap) diambil untuk diteliti
mikroorganisme penyebab dari
Panoftalmitis.
 Panoftalmitis endogen: darah lengkap dan
kimia darah mengetahui sumber infeksi
Radiologi

 B-scan (USG): tentukan apakah ada


keterlibatan peradangan vitreous. Hal ini
juga penting untuk mengetahui dari ablasi
retina dan Choroidal, yang nantinya penting
dalam pengelolaan dan prognosis.
 Chest x-ray - Mengevaluasi untuk sumber
infeksi
 USG Jantung - Mengevaluasi untuk
endokarditis sebagai sumber infeksi
evaluasi ophtalmologi

 Periksa visus
 Slit lamp
 Tekanan intraokular
Rencana Terapi

 Vancomycin dan Trimethoprim-sulfamethoxazole.


Deksametason Na fosfat 1 mg, neomisina 3,5
mg, polimiksina B sulfat 6000 UI
 Di segmen anterior bola matakompres
hangat, atropin lokal dan sulfonamide sistemik
serta antibiotik
 diperiksa kemajuannya
 Jamuramfotererisin B150 mikrogram sub
konjungtiva, flusitosin, ketokonazol secara
sistemik, dan vitrektomi.
 Parasit (toxoplasma) diberikan pyrimetamine, 25 mg peroral per
hari, sulfadiazine, 0,5 g per oral empat kali sehari selama 4
minggu.kalsium leukovorin per oral dua kali seminggu, dan urin
harus tetap dijaga agar tetap alkalis dengan minum satu sendok
teh natrium bikarbonat setiap hari.
 Alternatif lain clindamicyn, 300 mg per oral empat kali sehari,
dengan trisulfapyrimidine, 0,5-1 g peroral empat kali sehari.
Antibiotik lain spiramycin dan minocycline.
 Toksokakariasis okuler:kortikosteroid secara sistemik atau
periokuler bila ada tanda reaksi radang intra okuler,
dipertimbangkan vitrektomi pada pasien dengan fibrosis vitreus
nyata.
 virus : sulfasetamid dan antivirus.
 Apabila mata sudah tidak dapat diselamatkan lagi harus segera
dilakukan eviserasi.
 Eviserasi
 tindakan operasi dimana isi bola mata dikeluarkan
dan scleral cup disingkirkan. Hal ini biasanya
dilakukan pada kasus supuratif intra-ocular
(panoftalmitis), perdarahan anterior staphyloma
dan trauma penetrasi pada bola mata dengan
keluarnya isi bola mata.
 Anestesi
Anestesi umum dianjurkan pada anak-anak,
sedangkan pada orang dewasa operasi dapat
dilakukan dengan anastesi lokal dengan
transquilizer sistemik. Infiltrasi 4 ml, 2 % larutan
lignocaine hydrochlor ke dalam jaringan
retrobulber akan mengurangi atau
menghilangkan rasa nyeri pada saat operasi.
Infiltrasi subkonjungtiva pada anestesi
disekeliling kornea membantu memisahkan
conjungtiva dari bola mata dengan mudah.
Prognosis

 staphylococcus epidermidislebih baik


 Pseudomonas atau spesies gram negatif
lainnyaburuk
 jamur atau parasitsangat buruk
KESIMPULAN

 Panoftalmitis merupakan peradangan pada


seluruh bola mata yang juga termasuk sklera
dan kapsul Tenon sehingga bola mata
merupakan rongga abses.
 Penyebab panoftalmitis yaitu Streptococcus,
Staphylococcus dan E.coli, jamur (seperti
Candida albicans, Histoplasma, Cryptococcus,
dll), parasit (seperti Toxoplasma, Toxocara,
dll), serta virus (sepert CMV, HIV, dll).
 Infeksi yang masuk kedalam bola mata dapat
melalui peredaran darah (secara endogen)
atau perforasi dari bola mata (secara
eksogen), dan dapat pula merupakan akibat
tukak kornea perforasi.
 Prognosis untuk mata yang terinfeksi oleh
staphylococcus epidermidis keadaannya lebih
baik, tetapi jika infeksinya karena
Pseudomonas atau spesies gram negatif
lainnya prognosisnya buruk
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai