Makalah Fiqih Jinnayah Kelompok 1
Makalah Fiqih Jinnayah Kelompok 1
KELOMPOK 1
RISMA SAFITRI
JAMIATUL ILMI
DEDI PURNAMA
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunianya kami
masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa pula kami
ucapkan kepada dosen pembimbing dan teman-teman yang telah memberikan
dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari dan meyakini bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Masih banyak kekurangan dan kesalahan yang kami sadari ataupun yang
tidak kami sadari. Oleh karna itu kami harapkan kritik dan saran dari makalah ini,
agar masa yang akan datang kami bisa membuat makalah yang lebih baik lagi. Namun
begitu, meskipun makalah ini jauh dari kata sempurna kami berharap agar makalah ini
dapat sedikit banyak nya dapat bermanfaat bagi yang membaca.
Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
dan mendukung dalam pembuatan makalah ini. Demikian sedikit kata pengantar dari
kami atas perhatian para pembaca kami mengucapkan terimakasih.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perbuatan manusia yang dinilai sebagai pelanggaran atau kejahatan kepada sesamanya,
baik pelanggaran atau kejahatan tersebut secara fisik atau non fisik, seperti membunuh,
menuduh atau memfitnah maupun kejahatan terhadap harta benda dan lainnya, dibahas
dalam jinayah. Dalam kitab-kitab klasik, pembahsan masalah jinayat ini hanya dikhususkan
pada perbuatan dosa yang berkaitan dengan sasaran (objek) badan dan jiwa saja. Adapun
perbuatan dosa selain sasaran badan dan jiwa, seperti kejahatan terhadap harta, agama,
Negara dan lain-lain tidak termasuk dalam jinayat, melainkan dibahas secara terpisah-pisah
pada berbagai bab tersendiri. Ulama-ulama Muta’akhirin menghimpunya dalam bagian khusus
yang dinamai Fiqih Jinayat, yang dikenal dengan istilah Hukum Pidana Islam. Di dalamnya
terhimpun pembahasan semau jenis pelanggaran atau kejahatan manusia dengan berbagai
sasaran badan, jiwa, harta benda, kehormatan, nama baik, negara, tatanan hidup, dan
lingkungan hidup.
Dalam mempelajari fiqih Jinayah, ada dua istilah penting yang terlebih dulu harus
dipahami sebelum mempelajari materi selanjutnya. Pertama adalah istilah jinayah itu sendiri
dan kedua adalah jarimah. Kedua istilah ini secara etimologis mempunyai arti dan arah yang
sama. Selain itu, istilah yang satu menjadi muradif (sinonim) bagi istilah lainnya atau keduanya
bermakna tunggal. Walaupun demikian, kedua istilah berbeda dalam penerapan
kesehariannya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa defininisi Fiqh Jinayah?
2. Apa Sumber-Sumber Fiqh Jinayah?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui Definisi Fiqh Jinayah
BAB II
PEMBAHASAN
اح ٍد ِّم ْنهُ َما ِمائَةَ َج ْل َد ٍة ۖ َّواَل تَأْ ُخ ْذ ُك ْم بِ ِه َما َر ْأفَةٌ فِ ْي ِدي ِْن هّٰللا ِ اِ ْن ُك ْنتُ ْم تُ ْؤ ِمنُوْ نَ بِاهّٰلل ِ َو ْاليَوْ ِم ااْل ٰ ِخ ۚ ِر َو ْليَ ْشهَ ْد
ِ اَل َّزانِيَةُ َوال َّزانِ ْي فَاجْ لِ ُدوْ ا ُك َّل َو
َفَةٌ ِّمنَ ْال ُم ْؤ ِم ِنيْنtِط ۤا ِٕٕى
َ َع َذابَهُ َما
Pezina perempuan dan pezina laki-laki, deralah masing-masing dari keduanya seratus
kali, dan janganlah rasa belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan)
agama (hukum) Allah, jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian; dan hendaklah
(pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sebagian orang-orang yang beriman.
3. QS. Al-Ma'idah Ayat 38
هّٰللا هّٰللا ۤ
ِ َجزَا ۢ ًء ِب َما َك َسبَا نَ َكااًل ِّمنَ ِ َۗو ُ عtَّارقَةُ فَا ْقطَع ُْٓوا اَ ْي ِديَهُ َما
َز ْي ٌز َح ِك ْي ٌم ُ َّار
ِ ق َوالس ِ َوالس
Adapun orang laki-laki maupun perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya
(sebagai) balasan atas perbuatan yang mereka lakukan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan
Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.
4. QS. Al-Baqarah Ayat 129
ࣖ ك َا ْنتَ ْال َع ِز ْي ُز ْال َح ِك ْي ُم
َ َّب َو ْال ِح ْك َمةَ َويُزَ ِّك ْي ِه ْم ۗ اِن َ م يَ ْتلُوْ ا َعلَ ْي ِه ْم ٰا ٰي ِتtْ ُث ِف ْي ِه ْم َرسُوْ اًل ِّم ْنه
َ م ْال ِك ٰتtُ ُك َويُ َعلِّ ُمه ْ َربَّنَا َوا ْب َع
Artinya: Ya Tuhan kami, utuslah di tengah mereka seorang rasul dari kalangan mereka sendiri,
yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat-Mu dan mengajarkan Kitab dan Hikmah
kepada mereka, dan menyucikan mereka. Sungguh, Engkaulah Yang Mahaperkasa,
Mahabijaksana.”
5. QS. Al-Baqarah Ayat 217
هّٰللا
ْج ِد ْال َح َر ِام َواِ ْخ َرا ُج اَ ْهلِ ٖه ِم ْنهُ اَ ْكبَ ُر ِع ْن َد ِ ص ٌّد ع َْن َسبِي ِْل ِ َو ُك ْف ۢ ٌر بِ ٖه َو ْال َمس ٍ لُوْ نَكَ ع َِن ال َّشه ِْر ْال َح َر ِام قِتt,َٔيَسْٔـ
َ َال فِ ْي ۗ ِه قُلْ قِتَا ٌل فِ ْي ِه َكبِ ْي ٌر ۗ َو
ت َوه َُو ْ طا ُعوْ ا ۗ َو َم ْن يَّرْ تَ ِد ْد ِم ْن ُك ْم ع َْن ِد ْينِ ٖه فَيَ ُم َ َهّٰللا ِ ۚ َو ْالفِ ْتنَةُ اَ ْكبَ ُر ِمنَ ْالقَ ْت ِل ۗ َواَل يَزَ الُوْ نَ يُقَاتِلُوْ نَ ُك ْم َح ٰتّى يَ ُر ُّدوْ ُك ْم ع َْن ِد ْينِ ُك ْم اِ ِن ا ْست
ٰۤ ٰۤ ُ
ِ ۚ َّٕىكَ اَصْ ٰحبُ النtِِٕ ت اَ ْع َمالُهُ ْم ِفى ال ُّد ْنيَا َوااْل ٰ ِخ َر ِة ۚ َواُول
َار هُ ْم ِف ْيهَا ٰخ ِل ُدوْ ن ْ َٕىكَ َح ِبطtِِٕ ول كَا ِف ٌر فَا
Artinya:
Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang berperang pada bulan haram.
Katakanlah, “Berperang dalam bulan itu adalah (dosa) besar. Tetapi menghalangi (orang) dari
jalan Allah, ingkar kepada-Nya, (menghalangi orang masuk) Masjidilharam, dan mengusir
penduduk dari sekitarnya, lebih besar (dosanya) dalam pandangan Allah. Sedangkan fitnah
lebih kejam daripada pembunuhan. Mereka tidak akan berhenti memerangi kamu sampai
kamu murtad (keluar) dari agamamu, jika mereka sanggup. Barangsiapa murtad di antara
kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itu sia-sia amalnya di dunia
dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.”
2. Sunnah
Sunnah Nabi Muhammad merupakan sumber ajaran yang kedua. Karena, hal-hal yang
diungkapkan Al-Qur’an yang bersifat umum atau memerlukan penjelasan, maka Nabi
Muhammad SAW menjelaskan dengan perkataan, perbuatan, dan perizinan Nabi ataupun
suatu tindakan yang dilarang Nabi. Sunnah-sunnah nabi Muhammad SAW, merupakan sumber
ajaran islam yang kedua. Karena, hhal yang diungkapkan oleh al-qur’an yang bersifat umum
atau memerlukan penjelasan, maka nabi Muhammad SAW. Menjelaskan melaui sunnah.
Sunnah adalah perbuatan, perkataan, dan perizinan nabi muhammad saw.
“Ingatlah, aku akan menjelaskan kepadamu sekalian tentang sebesar-besar dosa sebesar-
besar? Jawab kami (sahabat) : “ya Rasulullah!” Beliau meneruskan sabdanya : “syirik kepada
Allah, durhaka kepada orang tua”. Saat itu rasulullah sedang bersandar, tiba-tiba duduk seraya
bersabda : “Awas, jauhilah perkataan dusta.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
b. Memberikan rincian dan penjelasan terhadap ayat-ayat Al Qur’an yang masih bersifat
umum. Misalnya ayat Al Qur’an yang memerintahkan shalat, membayar zakat, dan
menunaikan haji, semuanya itu bersifat garis besar, misalnya tidak menjelaskan jumlah raka’at
dan bagaimana cara melaksanakan shalat, tidak merinci batas mulai wajib zakat, dan juga tidak
memaparkan cara-cara melaksanakan haji. Tetapi semua itu telah dijelaskan oleh Rasulullah
SAW dalam Haditsnya. Contoh lain, dalam Al Qur’an Allah SWT mengharamkan bangkai, darah
dan daging babi. Sabda Rasulullah SAW :“Dihalalkan dua macam bangkai dan dua macam
darah. Adapun dua macam bangkai adalah ikan dan belalang, sedangkan dua macam darah
adalah hati dan limpa.” (H.R. Ibnu Majah dan Al Hakim)
c. Menetapkan hukum atau aturan yang tidak didapati dalam Al Qur’an. Misalnya cara
mensucikan bejana yang dijilat anjing, dengan membasuh tujuh kali, salah satu dicampur
dengan tanah, sebagaimana sabda Rasulullah SAW :
“Menyucikan bejanamu yang dijilat anjing, sebanyak tujuh kali, salah satunya
menyucikan dicampur dengan tanah.” (H.R. Muslim Ahmad, Abu Daud dan Baihaqi)
3. Bahwa kesepakatan itu; diantara mujtahid yang ada ketika masalah yang
diperbincangkan itu dikemukakan dan dibahas.
4. Kesepakatan mujtahid itu terjadi setelah nabi wafat.
5. Bahwa kesepakatan itu harus masing-masing mujtahid memulai penyampian
pendapatnya dengan jelas pada suatu waktu.
6. Bahwa kesepakatan itu dalam pendapat yang bulat yang sempurna dalam pleno
lengkap.
b) Qiyas
Qiyas adalah Mempersamakan hukum suatu Perkara yang belum ada ketetapan
hukumnya dengan suatu perkara yang sudah ada ketetapan hukumnya. Persamaaan
Ketentuan hukum yang dimaksud didasari oleh adanya unsure-unsur kesamaan yang sudah
ketetapan hukumnya dengan yang belum ada ketertapan hukumnya disebut illat.
Qiyas memiliki Empat Rukun yaitu :
Dalil
Masalah yang di Qiyaskan
Hukum yang terdapat pada dalil
Kesamaan alasan/sebab terhadap masalah yang di Qiyaskan.
Tapi dalam hukum material Qias masih di perseslisihkan, bahkan ada satu pendapat
bahwa Qias tidak di masukkan dalam sumber-sumber hukum Islam. Isi dalam kandungan al-
Qur’an terdiri dari 2 tema pokok:
a. Bagian yang tetap seperti: datangya kematian, datangnya hari kiamat, ditiupnya
sangkakala, kebangkitan surga dan neraka.
b. Bagian yang bisa berubah seperti : terjadinya fenomena pemanjangan dan pendekatan
usia , tetapi bukan penghapusan kematian.
BAB III
KESIMPULAN
sumber hukum pidana islam terdiri dari Al-Qur’an, Hadist dan Ijtihad (Ijma’ danAr-Ra’yu).
Oleh karena itu, meskipun pendapat di atas tersebut keluar dari berbagainegeri dan bangsa
yang berbeda, kebulatan pendapat tersebut menunjukkan loyalitasmereka terhadap
kebenaran syari’at. Al-Qur’an adalah sumber hukum ajaran islam yangpertama yang memuat
kumpulan beberapa wahyu yang telah diturunkan kepada nabiMuhammad SAW. Diantaranya
kandungan isinya ialah peraturan kehidupan manusiadalam hubungannya dengan Allah,
dengan dirinya sendiri, sesama manusia danhubungannya dengan alam beserta makhluk
lainnya. Sunnah-sunnah nabi MuhammadSAW, merupakan sumber ajaran islam yang kedua.
Karena, hal-hal yang diungkapkanoleh al-qur’an yang bersifat umum atau memerlukan
penjelasan.
Ar-Ra’yu atau penalaran adalah sumber ajaran islam yang ketiga. Penggunaan
akal (penalaran)manusia dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an dan sunnah yang bersifat
umum. Halini dilakukan oleh para Ahli Hukum Islam karena memerlukan penalaran manusia
yangmaksimal.SARANSebagai muslim yang baik sudah sewajarnya saling mentaati peraturan
agamakhusus Hukum Pidana Islam (Fiqh Jinayah) agar tidak terjerumus dalam perbuatan
yangdilarang oleh agama itu sendiri.
Para ulama sudah menjelaskan dan mengijtihadkanhukum pidana islam yang sudah
ada dengan baik dan sudah barang tentu sesuai dengarsyari’ah pastilah ada nilai tersendiri
yang ingin ditanamkan bagi setiap muslim yangmenjalankan syari’ah tersebut