Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH FIQIH JINNAYAH

“SUMBER - SUMBER ATURAN HUKUM PIDANA”

KELOMPOK 1

RISMA SAFITRI
JAMIATUL ILMI
DEDI PURNAMA

KELAS : 5B HUKUM TATA NEGARA

DOSEN PEMBIMBING : ASTAKA FITRIANA .S.H, M.H

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA


JURUSAN SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) BENGKALIS
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunianya kami
masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa pula kami
ucapkan kepada dosen pembimbing dan teman-teman yang telah memberikan
dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari dan meyakini bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Masih banyak kekurangan dan kesalahan yang kami sadari ataupun yang
tidak kami sadari. Oleh karna itu kami harapkan kritik dan saran dari makalah ini,
agar masa yang akan datang kami bisa membuat makalah yang lebih baik lagi. Namun
begitu, meskipun makalah ini jauh dari kata sempurna kami berharap agar makalah ini
dapat sedikit banyak nya dapat bermanfaat bagi yang membaca.
Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
dan mendukung dalam pembuatan makalah ini. Demikian sedikit kata pengantar dari
kami atas perhatian para pembaca kami mengucapkan terimakasih.

Bengkalis, September 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perbuatan manusia yang dinilai sebagai pelanggaran atau kejahatan kepada sesamanya,
baik pelanggaran atau kejahatan tersebut secara fisik atau non fisik, seperti membunuh,
menuduh atau memfitnah maupun kejahatan terhadap harta benda dan lainnya, dibahas
dalam jinayah. Dalam kitab-kitab klasik, pembahsan masalah jinayat ini hanya dikhususkan
pada perbuatan dosa yang berkaitan dengan sasaran (objek) badan dan jiwa saja. Adapun
perbuatan dosa selain sasaran badan dan jiwa, seperti kejahatan terhadap harta, agama,
Negara dan lain-lain tidak termasuk dalam jinayat, melainkan dibahas secara terpisah-pisah
pada berbagai bab tersendiri. Ulama-ulama Muta’akhirin menghimpunya dalam bagian khusus
yang dinamai Fiqih Jinayat, yang dikenal dengan istilah Hukum Pidana Islam. Di dalamnya
terhimpun pembahasan semau jenis pelanggaran atau kejahatan manusia dengan berbagai
sasaran badan, jiwa, harta benda, kehormatan, nama baik, negara, tatanan hidup, dan
lingkungan hidup.
Dalam mempelajari fiqih Jinayah, ada dua istilah penting yang terlebih dulu harus
dipahami sebelum mempelajari materi selanjutnya. Pertama adalah istilah jinayah itu sendiri
dan kedua adalah jarimah. Kedua istilah ini secara etimologis mempunyai arti dan arah yang
sama. Selain itu, istilah yang satu menjadi muradif (sinonim) bagi istilah lainnya atau keduanya
bermakna tunggal. Walaupun demikian, kedua istilah berbeda dalam penerapan
kesehariannya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa defininisi Fiqh Jinayah?
2. Apa Sumber-Sumber Fiqh Jinayah?

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui Definisi Fiqh Jinayah
BAB II
PEMBAHASAN

1. Definisi Fiqh Jinayah


Fiqh Jinayah diartikan sesuai dg arti kata Fiqh berasal dari bahasa arab secara etimologi
yang berarti Faham. Secara istilah atau terminologi Fiqh adalah Ilmu dengan hukum syariah
yang berkaitan dengan perbuatan yang di ambil dari dalil tafsir. Jinayah adalah tindakan
atau perbuatan seseorang yang mengancam perbuatan berpotensi menimbulkan
kerugian pada harga diri dan harta kekayaan manusia sehingga tindak anatau perbuatan itu
diangggap haram untuk dilakukan bahkan pelakunya harus dikenaisanksi hukum, baik
diberikan di dunia maupun hukuman Tuhan kelak di akhirat.Dari penjelasan tersebut dapat
disimpulkan bahwa Fiqh Jinayah adalah ilmu tentang hukum-hukum syariat yang
digali dan disimpulkan dari bagian-bagian keagamaan, baik Al-Qur’an ataupun Hadist
tentang kriminalitas baik berkaitan dengan keamanan jiwa maupun anggota badan atau
menyangkut seluruh aspek jarimah.
2. Sumber-sumber Fiqh Jinayah
Hukum Pidana Islam adalah bagian dari hukum Islam.jumurul fuqaha’ sudah sepakat
sumber-sumber hukum islam pada umumnya ada 4, yakni al-Qur’an, hadits,Ijma, Qiyas dan
hukum tersebut wajib diikuti. Apabila tidak terdapat hukum suatuperitiwa dalam Al-
Qur’an baru di cari dalam hadist dan seterusnya prosesnya seperti itudalam mencari hukum.
adapun masih ada beberapa sumber yang lain tetapi masihbanyak diperselisikan
tentang mengikat dan tidaknya, seperti: Ikhtisan, Ijtihad, MaslahatMursalah, Urf, Sadduz
zari’ah, maka hukum pidana Islam pun bersumber dari sumber-sumber tersebut.
Membicarakan sumber hukum pidana islam bertujuan untuk memahami sumbernilai
agama islam yang dijadikan petunjuk kehidupan manusia yang harus ditaati.Tujuan
dimaksud, akan diungkapkan :
(1) . Sistematika dan hubungan sumber-sumberajaran agama dan kedudukan al-qur’an
sebagai pedoman dan kerangka kegiatan islam.
(2) . Mempelajari arti dan fungsi as-sunnah sebagai penjelasan autentik al-qur’andan
perannya sebagai petunjuk bagi kehidupan manusia muslim, dan
(3). Membahas kedudukan akal pikiran manusia yang memenuhi syarat untuk
melaksankan ijtihad.Selain itu, diungkapkan peran ijtihad sebagai sumber pengembangan
nilai ajaran islamdan unsur-unsur Hukum Pidana Islam. Sistematika sumber ajaran islam terdiri
atas : (1)al-qur’an (2). As-sunnah, dan (3). Ar-ra’yu.
Dari sistematika berikut penulis akan berusaha menjabarkan dari sumber-sumberfiqh
jinayah yang penulis ambil dari berbagai keterangan dan referensi buku yg tersedia,Sebagaian
besar umat islam sepakat menetapkan sumber ajaran islam adalah Al-qur’an,As-sunnah dan
ijtihad kesepakatan itu tidak semata-mata didasarkan kemauan bersamatapi kepada dasar-
dasar normatif yang berasal dari Al-qur’an dan al-sunnah sendiridiantaranya adalah
sebagai berikut
1. Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah sumber ajaran islam yang pertama dan utama, yang berisi dan memuat
wahyu-wahyu yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW. Diantara isikandungannya
adalah peraturan-peraturan hidup yang mengatur kehidupan manussiadalam
hubungannya kepada Allah SWT, hubungan dengan perkembangan dirinya,hubungan
dengan sesama manusia, dan hubungan manusia dengan alam besertamakhluk
lainnya. Al-Qur’an memuat ajaran islam yang sebagian dari isinya adalahprinsip-
prinsip syariah mengenai ibadah khas (Shalat, puasa, zakat, dan haji) danobadah
umum (perekonomian, perkawinan, pemerintahan, hukum pidana, hukumperdata dll).
Al-Qur’an adalah sumber hukum ajaran islam yang pertama yang memuatkumpulan
beberapa wahyu yang telah diturunkan kepada nabi Muhammad SAW. Diantaranya
kandungan isinya ialah peraturan kehidupan manusia dalam hubungannyadengan Allah,
dengan dirinya sendiri, sesama manusia dan hubungannya dengan alambeserta makhluk
lainnya.
Sumber-Sumber hukum pidana dalam al-qur’an
1. Q.S AL-ISRA’ : 32
‫ٱلزن ٰ َٓى ۖ إِنَّ ۥهُ َكانَ ٰفَ ِح َشةً َو َسٓا َء َسبِي ًل‬ ۟ ‫َواَل تَ ْق َرب‬
ِّ ‫ُوا‬
Artinya: "Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina adalah suatu perbuatan
yang keji. Dan suatu jalan yang buruk." (QS. Al-Isra: 32)
2. Q.S AN-NUR : 2

‫اح ٍد ِّم ْنهُ َما ِمائَةَ َج ْل َد ٍة ۖ َّواَل تَأْ ُخ ْذ ُك ْم بِ ِه َما َر ْأفَةٌ فِ ْي ِدي ِْن هّٰللا ِ اِ ْن ُك ْنتُ ْم تُ ْؤ ِمنُوْ نَ بِاهّٰلل ِ َو ْاليَوْ ِم ااْل ٰ ِخ ۚ ِر َو ْليَ ْشهَ ْد‬
ِ ‫اَل َّزانِيَةُ َوال َّزانِ ْي فَاجْ لِ ُدوْ ا ُك َّل َو‬
َ‫فَةٌ ِّمنَ ْال ُم ْؤ ِم ِنيْن‬tِ‫ط ۤا ِٕٕى‬
َ ‫َع َذابَهُ َما‬

Pezina perempuan dan pezina laki-laki, deralah masing-masing dari keduanya seratus
kali, dan janganlah rasa belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan)
agama (hukum) Allah, jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian; dan hendaklah
(pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sebagian orang-orang yang beriman.
3. QS. Al-Ma'idah Ayat 38
‫هّٰللا هّٰللا‬ ۤ
ِ ‫ َجزَا ۢ ًء ِب َما َك َسبَا نَ َكااًل ِّمنَ ِ َۗو ُ ع‬t‫َّارقَةُ فَا ْقطَع ُْٓوا اَ ْي ِديَهُ َما‬
‫َز ْي ٌز َح ِك ْي ٌم‬ ُ ‫َّار‬
ِ ‫ق َوالس‬ ِ ‫َوالس‬
Adapun orang laki-laki maupun perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya
(sebagai) balasan atas perbuatan yang mereka lakukan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan
Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.
4. QS. Al-Baqarah Ayat 129
ࣖ ‫ك َا ْنتَ ْال َع ِز ْي ُز ْال َح ِك ْي ُم‬
َ َّ‫ب َو ْال ِح ْك َمةَ َويُزَ ِّك ْي ِه ْم ۗ اِن‬ َ ‫م يَ ْتلُوْ ا َعلَ ْي ِه ْم ٰا ٰي ِت‬tْ ُ‫ث ِف ْي ِه ْم َرسُوْ اًل ِّم ْنه‬
َ ‫م ْال ِك ٰت‬tُ ُ‫ك َويُ َعلِّ ُمه‬ ْ ‫َربَّنَا َوا ْب َع‬
Artinya: Ya Tuhan kami, utuslah di tengah mereka seorang rasul dari kalangan mereka sendiri,
yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat-Mu dan mengajarkan Kitab dan Hikmah
kepada mereka, dan menyucikan mereka. Sungguh, Engkaulah Yang Mahaperkasa,
Mahabijaksana.”
5. QS. Al-Baqarah Ayat 217
‫هّٰللا‬
‫ْج ِد ْال َح َر ِام َواِ ْخ َرا ُج اَ ْهلِ ٖه ِم ْنهُ اَ ْكبَ ُر ِع ْن َد‬ ِ ‫ص ٌّد ع َْن َسبِي ِْل ِ َو ُك ْف ۢ ٌر بِ ٖه َو ْال َمس‬ ٍ ‫لُوْ نَكَ ع َِن ال َّشه ِْر ْال َح َر ِام قِت‬t,َٔ‫يَسْٔـ‬
َ ‫َال فِ ْي ۗ ِه قُلْ قِتَا ٌل فِ ْي ِه َكبِ ْي ٌر ۗ َو‬
‫ت َوه َُو‬ ْ ‫طا ُعوْ ا ۗ َو َم ْن يَّرْ تَ ِد ْد ِم ْن ُك ْم ع َْن ِد ْينِ ٖه فَيَ ُم‬ َ َ‫هّٰللا ِ ۚ َو ْالفِ ْتنَةُ اَ ْكبَ ُر ِمنَ ْالقَ ْت ِل ۗ َواَل يَزَ الُوْ نَ يُقَاتِلُوْ نَ ُك ْم َح ٰتّى يَ ُر ُّدوْ ُك ْم ع َْن ِد ْينِ ُك ْم اِ ِن ا ْست‬
ٰۤ ٰۤ ُ
ِ ۚ َّ‫ٕىكَ اَصْ ٰحبُ الن‬tِِٕ ‫ت اَ ْع َمالُهُ ْم ِفى ال ُّد ْنيَا َوااْل ٰ ِخ َر ِة ۚ َواُول‬
َ‫ار هُ ْم ِف ْيهَا ٰخ ِل ُدوْ ن‬ ْ َ‫ٕىكَ َح ِبط‬tِِٕ ‫ول‬ ‫كَا ِف ٌر فَا‬

Artinya:
Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang berperang pada bulan haram.
Katakanlah, “Berperang dalam bulan itu adalah (dosa) besar. Tetapi menghalangi (orang) dari
jalan Allah, ingkar kepada-Nya, (menghalangi orang masuk) Masjidilharam, dan mengusir
penduduk dari sekitarnya, lebih besar (dosanya) dalam pandangan Allah. Sedangkan fitnah
lebih kejam daripada pembunuhan. Mereka tidak akan berhenti memerangi kamu sampai
kamu murtad (keluar) dari agamamu, jika mereka sanggup. Barangsiapa murtad di antara
kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itu sia-sia amalnya di dunia
dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.”

2. Sunnah

Sunnah Nabi Muhammad merupakan sumber ajaran yang kedua. Karena, hal-hal yang
diungkapkan Al-Qur’an yang bersifat umum atau memerlukan penjelasan, maka Nabi
Muhammad SAW menjelaskan dengan perkataan, perbuatan, dan perizinan Nabi ataupun
suatu tindakan yang dilarang Nabi. Sunnah-sunnah nabi Muhammad SAW, merupakan sumber
ajaran islam yang kedua. Karena, hhal yang diungkapkan oleh al-qur’an yang bersifat umum
atau memerlukan penjelasan, maka nabi Muhammad SAW. Menjelaskan melaui sunnah.
Sunnah adalah perbuatan, perkataan, dan perizinan nabi muhammad saw.

Hadits sebagai sumber hukum Islam yang kedua berfungsi :

“Ingatlah, aku akan menjelaskan kepadamu sekalian tentang sebesar-besar dosa sebesar-
besar? Jawab kami (sahabat) : “ya Rasulullah!” Beliau meneruskan sabdanya : “syirik kepada
Allah, durhaka kepada orang tua”. Saat itu rasulullah sedang bersandar, tiba-tiba duduk seraya
bersabda : “Awas, jauhilah perkataan dusta.” (H.R. Bukhari dan Muslim)

b. Memberikan rincian dan penjelasan terhadap ayat-ayat Al Qur’an yang masih bersifat
umum. Misalnya ayat Al Qur’an yang memerintahkan shalat, membayar zakat, dan
menunaikan haji, semuanya itu bersifat garis besar, misalnya tidak menjelaskan jumlah raka’at
dan bagaimana cara melaksanakan shalat, tidak merinci batas mulai wajib zakat, dan juga tidak
memaparkan cara-cara melaksanakan haji. Tetapi semua itu telah dijelaskan oleh Rasulullah
SAW dalam Haditsnya. Contoh lain, dalam Al Qur’an Allah SWT mengharamkan bangkai, darah
dan daging babi. Sabda Rasulullah SAW :“Dihalalkan dua macam bangkai dan dua macam
darah. Adapun dua macam bangkai adalah ikan dan belalang, sedangkan dua macam darah
adalah hati dan limpa.” (H.R. Ibnu Majah dan Al Hakim)

c. Menetapkan hukum atau aturan yang tidak didapati dalam Al Qur’an. Misalnya cara
mensucikan bejana yang dijilat anjing, dengan membasuh tujuh kali, salah satu dicampur
dengan tanah, sebagaimana sabda Rasulullah SAW :
“Menyucikan bejanamu yang dijilat anjing, sebanyak tujuh kali, salah satunya
menyucikan dicampur dengan tanah.” (H.R. Muslim Ahmad, Abu Daud dan Baihaqi)

As-Sunnah dibagi menjadi empat macam, yakni:


 Sunnah Qauliyah, yaitu semua perkataan Rasulullah
  Sunnah Fi’liyah, yaitu semua perbuatan Rasulullah
 Sunnah Taqririyah, yaitu penetapan dan pengakuan Nabi terhadap pernyataan ataupun
perbuatan orang lain
Ada beberapa ahli hadis yang mengatakan bahwa istilah hadis
dipergunakankhusus untuk sunnah qauliyah (perkataan Nabi), sedangkan sunnah fi’liyah
(perbuatan)dan sunnah taqririyah tidak disebut hadis, tetapi sunnah saja.Adapun contoh-
contoh Hadist dalam pidana Islam sebagai berikut:Hadits tentang larangan berzina. Hadits
nabi saw : : ‫هملينعنهنلي‬, ‫مرنكموعن أنس بن مل‬t‫ني اللنض‬tt‫ننم أ نملنلسمفي امننن كانل لعالوننه قال ألننعنه‬
‫ال‬tttt‫ر نك أخرجه أبو يعلى ورج‬: )(‫ري‬tttt‫حمانك بنش‬tttt‫ذنء قنن س‬tttt‫ةن أميلبنلله هللفن‬tttt‫نينمبمنننل النانه فقمة بأمرت‬tttt‫اللننص‬
‫ثقاتمظهنفيمدننل فحننة وإنننيننبنالنمنلننسنون‬Artinya :“Dari anas ibn Malik r.a ia berkata : Li’an pertama
yang terjadi dalam Islamialah bahwa syarik ibn Sahman dituduh oleh Hilal bin
Umayyah berzina denganistrinya. Maka nabi berkata kepada Hilal: Ajukanlah saksi apabila
tidak ada makaengkau akan kena hukuman had”. (Hadits diriwayatkan oleh Abu Ya’la dan
perawiyang dipercaya).”
[12.38, 17/9/2021] risma safitri: Hadits tentang khamar: ‫لنلكللنقنمنلننسنونهملينعنهنلى اللننصنيننبمنننن‬
)‫ لللونرلمنخنرمكمسنمل(رواه مسلم‬t‫ هللا عنهمنر رضنن عممبنن انعنونملرانحنرنمنخنك‬t‫النأ ننانيى‬Artinya : “Dari ibnu
umar r.a bahwa nabi saw bersabda: setiap yangmemabukkan adalah khamar dan
setiap yang memabukkan adalah haram”. (H.R.Muslim).”Hadits Tentang pencurian:‫هلع‬
‫ ا نللرمق يسنسرننه اللناللنلع‬t‫يدلطنل فتقنق ا نلحبنرمسنه ويلع يدلطنة فتقنضنبينق‬
Artinya :“Allah menguntuk pencuri telur tetap harus dipotong tangannya danyang
mencuri tali juga dipotong tangannya”.
3.Ar-Ra’yu
Ar-Ra’yu atau penalaran adalah sumber ajaran islam yang ketiga. Penggunaanakal
(penalaran) manusia dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an dan sunnah yangbersifat
umum. Hal ini dilakukan oleh para Ahli Hukum Islam karena memerlukanpenalaran
manusia yang maksimal. Oleh karena itu Ar-Ra’yu terbagi menjadi beberapacabang pemikiran,
antara lain :
a) Ijma’
Ijma’ adalah kebulatan pendapat fuqhoha’ mujtahidinpada suatu masa
atassesuatu hukum sesudah nabi muhammad saw. Ijma’ adalah kebulatan
kesepakatansemua mujtahidin terhadap suatu pendapat hukum yang mereka sepakati
bersama, baikdalam pertemuan maupun secara terpisah-pisah maka hukumnya
menjadi mengikat.Ijma’ merupakan dalil qat’i, akan tetapi kalau hukum tersebut
hanya keluar darikebanyakan mujtahidin, maka hanya dianggap sebagai dalil dhanni,
dan bagiperseorangan boleh mengikuti, sedang bagi orang-orang tingkatan
mujtahidin bolehberpendapat lain, selama oleh para penguasa tidak diwajibkan
melaksanakannya.
Ijma’ harus mempunyai dasar, yaitu al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah
Saw.,karena ijma’ tidak boleh didasarkan atas kesukaan hati sendiri, melainkan
harusditegakkan atas aturan-aturan Syara’. Kebulatan mujtahidin dalam suatu
kesepakatanhukum tertentu menunjukkan dengan pasti bahwa hukum tersebut
sesuai denganketentuan syara’.
Kekuatan ijma’ sebagai sumber hukum yang mengikat ditentukan al-Qur’an danSunnah
.“Taatilah Allah dan taatilah Rasul dan Ulil Amri...” (an-Nisa’: 59)
Adapun syarat-syarat terwujudnya Ijma’ (menurut jumhur ulama) :
1. Bersepakatan para mujtahid, kesepakatan bukan mujtahid (orang awam) tidak
diakui sebagai ijma’.
2. Bahwa para mujtahid harus sepakat, tidak seorang pun berpendapat lain.Karena itu
tidak diakui ijma’ dengan kesepakatan
 Suara terbanyak.
 Kesepakatan tidak diakui ijma’ dengan kesepakatan golongan salaf.
 Kesepakatan ulama’ salaf kota Madinah saja.
 Kesepakatan ulama salaf yang mujtahid dari uda kota basrah dan kufah, atau salah
satunya saja.
 Ali Zainuddin, Hukum pidana islam, Jakarta: PT.Sinar Grafika, 2009.
 Kesepakatan Ahli Bait nabi saja.
 Kesepakatan khulafaurrasyidin saja.
 Kesepakatan 2 orang Syekh: Abu Bakar dan Umar, karena adanya pendapat lain dari
mujtahid lain, membuat kesepakatan mereka itu tidak qath’iy (diyakini) keabsahannya
dan kebenarannya.

3. Bahwa kesepakatan itu; diantara mujtahid yang ada ketika masalah yang
diperbincangkan itu dikemukakan dan dibahas.
4. Kesepakatan mujtahid itu terjadi setelah nabi wafat.
5. Bahwa kesepakatan itu harus masing-masing mujtahid memulai penyampian
pendapatnya dengan jelas pada suatu waktu.
6. Bahwa kesepakatan itu dalam pendapat yang bulat yang sempurna dalam pleno
lengkap.

b) Qiyas
Qiyas adalah Mempersamakan hukum suatu Perkara yang belum ada ketetapan
hukumnya dengan suatu perkara yang sudah ada ketetapan hukumnya. Persamaaan
Ketentuan hukum yang dimaksud didasari oleh adanya unsure-unsur kesamaan yang sudah
ketetapan hukumnya dengan yang belum ada ketertapan hukumnya disebut illat.
Qiyas memiliki Empat Rukun yaitu :

 Dalil
 Masalah yang di Qiyaskan
 Hukum yang terdapat pada dalil
 Kesamaan alasan/sebab terhadap masalah yang di Qiyaskan.

Tapi dalam hukum material Qias masih di perseslisihkan, bahkan ada satu pendapat
bahwa Qias tidak di masukkan dalam sumber-sumber hukum Islam. Isi dalam kandungan al-
Qur’an terdiri dari 2 tema pokok:

a. Bagian yang tetap seperti: datangya kematian, datangnya hari kiamat, ditiupnya
sangkakala, kebangkitan surga dan neraka.
b. Bagian yang bisa berubah seperti : terjadinya fenomena pemanjangan dan pendekatan
usia , tetapi bukan penghapusan kematian.

BAB III
KESIMPULAN
sumber hukum pidana islam terdiri dari Al-Qur’an, Hadist dan Ijtihad (Ijma’ danAr-Ra’yu).
Oleh karena itu, meskipun pendapat di atas tersebut keluar dari berbagainegeri dan bangsa
yang berbeda, kebulatan pendapat tersebut menunjukkan loyalitasmereka terhadap
kebenaran syari’at. Al-Qur’an adalah sumber hukum ajaran islam yangpertama yang memuat
kumpulan beberapa wahyu yang telah diturunkan kepada nabiMuhammad SAW. Diantaranya
kandungan isinya ialah peraturan kehidupan manusiadalam hubungannya dengan Allah,
dengan dirinya sendiri, sesama manusia danhubungannya dengan alam beserta makhluk
lainnya. Sunnah-sunnah nabi MuhammadSAW, merupakan sumber ajaran islam yang kedua.
Karena, hal-hal yang diungkapkanoleh al-qur’an yang bersifat umum atau memerlukan
penjelasan.
Ar-Ra’yu atau penalaran adalah sumber ajaran islam yang ketiga. Penggunaan
akal (penalaran)manusia dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an dan sunnah yang bersifat
umum. Halini dilakukan oleh para Ahli Hukum Islam karena memerlukan penalaran manusia
yangmaksimal.SARANSebagai muslim yang baik sudah sewajarnya saling mentaati peraturan
agamakhusus Hukum Pidana Islam (Fiqh Jinayah) agar tidak terjerumus dalam perbuatan
yangdilarang oleh agama itu sendiri.
Para ulama sudah menjelaskan dan mengijtihadkanhukum pidana islam yang sudah
ada dengan baik dan sudah barang tentu sesuai dengarsyari’ah pastilah ada nilai tersendiri
yang ingin ditanamkan bagi setiap muslim yangmenjalankan syari’ah tersebut

Anda mungkin juga menyukai