Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

INSPEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA)

DISUSUN OLEH :
NAMA : WINDA LESTARI
NIM : PO.71.20.2.19.035
TINGKAT : II.A

DOSEN PEMBIMBING : NELLY RUSTIATI, SKM.M.Kes

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
PRODI KEPERAWATAN BATURAJA
TAHUN 2021
A. PENGERTIAN
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah suatu keadaan dimana saluran
pernafasan (hidung, pharing danlaring) mengalami inflamasi yang menyebabkan
terjadinya obstruksi jalan nafas dan akan menyebabkan retraksi dinding dada pada
saat melakukan pernafasan.
Infeksi  saluran  pernafasan  akut  (ISPA)  adalah  radang  akut 
saluranpernafasan  atas maupun  bawah  yang disebabkan  oleh  infeksi  jasad  renik 
ataubakteri,  virus,  maupun  reketsia  tanpa  atau  disertai  dengan  radang 
parenkimparu.
ISPA adalah masuknya mikroorgamisme (bakteri, virus, riketsia) ke dalamsaluran
pernafasan yang menimbulkan gejala penyakit yang dapat berlangsungsampai 14 hari.
a.      Faktor Pencetus ISPA
1)      Usia
Anak yang usianya lebih muda, kemungkinan untuk menderita atau
terkena penyakit ISPA lebih besar bila dibandingkan dengan anak yang
usianya lebih tua karena daya tahan tubuhnya lebih rendah.
2)      Status Imunisasi
Anak dengan status imunisasi yang lengkap, daya tahan tubuhnya
lebih baik dibandingkan dengan anak yang status imunisasinya tidak
lengkap.
3)      Lingkungan
Lingkungan yang udaranya tidak baik, seperti polusi udara di
kota-kota besar dan asap rokok dapat menyebabkan timbulnya
penyakit ISPA pada anak.
b.      Faktor Pendukung terjadinya ISPA
1)      Kondisi Ekonomi
Keadaan ekonomi yang belum pulih dari krisis ekonomi yang
berkepanjangan berdampak peningkatan penduduk miskin disertai
dengan kemampuannya menyediakan lingkungan pemukiman yang
sehat mendorong peningkatan jumlah Balita yang rentan terhadap
serangan berbagai penyakit menular termasuk ISPA. Pada akhirnya
akan mendorong meningkatnya penyakit ISPA dan Pneumonia pada
Balita.
2)      Kependudukan
Jumlah penduduk yang besar mendorong peningkatan jumlah
populasi Balita yang besar pula. Ditambah lagi dengan status kesehatan
masyarakat yang masih rendah, akan menambah berat beban kegiatan
pemberantasan penyakit ISPA.
3)      Geografi
Sebagai daerah tropis, Indonesia memiliki potensi daerah
endemis beberapa penyakit infeksi yang setiap saat dapat menjadi
ancaman bagi kesehatan masyarakat. Pengaruh geografis dapat
mendorong terjadinya peningkatan kaus maupun kemaian penderita
akibat ISPA. Dengan demikian pendekatan dalam pemberantasan ISPA
perlu dilakukan dengan mengatasi semua faktor risiko dan faktor-
faktor lain yang mempengaruhinya.
4)      Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
PHBS merupakan modal utama bagi pencegahan penyakit
ISPA. Perilaku bersih dan sehat tersebut sangat dipengaruhi oleh
budaya dan tingkat pendidikan penduduk. Dengan makin
meningkatnya tingkat pendidikan di masyarakat diperkirakan akan
berpengaruh positif terhadap pemahaman masyarakat dalam menjaga
kesehatan Balita agar tidak terkena penyakit ISPA yaitu melalui upaya
memperhatikan rumah sehat dan lingkungan sehat.
5)      Lingkungan dan Iklim Global
Pencemaran lingkungan seperti asap karena kebakaran hutan,
gas buang sarana transportasi dan polusi udara dalam rumah
merupakan ancaman kesehatan terutama penyakit ISPA. Demikian
pula perubahan iklim gobal terutama suhu, kelembapan, curah hujan,
merupakan beban ganda dalam pemberantasan penyakit ISPA.
Kondisi klinis secara umum turut berpengaruh dalam proses terjadinya
infeksi antara lain malnutrisi, anemia, kelelahan. Keadaan yang terjadi secara
langsung mempengaruhi saluran pernafasan yaitu alergi, asthma serta kongesti
paru.
Infeksi saluran pernafasan biasanya terjadi pada saat terjadi perubahan
musim, tetapi juga biasa terjadi pada musim dingin (Whaley and Wong; 1991;
1420).

B. PENYEBAB
Bakteri dan virus yang paling sering menjadi penyebab  ISPA
diantaranyabakteri  stafilokokus dan  streptokokus  serta virus  influenza yang di
udara bebasakan  masuk  dan  menempel  pada  saluran  pernafasan  bagian  atas 
yaitutenggorokan dan hidung.Biasanya bakteri dan virus tersebut menyerang anak-
anak usia dibawah 2tahun yang kekebalan  tubuhnya  lemah atau belum sempurna.
Peralihan musim kemarau ke musim hujan juga menimbulkan risiko serangan ISPA.
Beberapa  faktor  lain  yang  diperkirakan  berkontribusi  terhadap 
kejadianISPA pada  anak  adalah  rendahnya  asupan  antioksidan,  status gizi  kurang,
danburuknya sanitasi lingkungan.

C. MANIFESTASI KLINIK(TANDA DAN GEJALA)


Penyakit ini biasanya dimanifestasikan dalam bentuk adanya demam, adanya obstruksi
hidung dengan sekret yang encer sampai dengan membuntu saluran pernafasan.
Tanda dan gejala yang sering terjadi diantara nya:
–          Pilek biasa
–          Keluar sekret cair dan jernih dari hidung
–          Kadang bersin-bersin
–          Sakit tenggorokan
–          Batuk
–          Sakit kepala
–          Sekret menjadi kental
–          Demam
–          Nausea
–          Muntah
–          Anoreksia
Penyakit ISPA adalah penyakit yang sangat menular, hal ini timbul karena
menurunnya sistem kekebalan atau daya tahan tubuh, misalnya karena kelelahan atau
stres. Pada stadium awal, gejalanya berupa rasa panas, kering dan gatal dalam hidung,
yang kemudian diikuti bersin terus menerus, hidung tersumbat dengan ingus encer
serta demam dan nyeri kepala. Permukaan mukosa hidung tampak merah dan
membengkak. Infeksi lebih lanjut membuat sekret menjadi kental dan sumbatan di
hidung bertambah. Bila tidak terdapat komplikasi, gejalanya akan berkurang sesudah
3-5 hari. Komplikasi yang mungkin terjadi adalah sinusitis, faringitis, infeksi telinga
tengah, infeksi saluran tuba eustachii, hingga bronkhitis dan pneumonia (radang
paru).
Pada umumnya suatu penyakit saluran pernapasan dimulai dengan keluhan-
keluhan dan gejala-gejala yang ringan. Dalam perjalanan penyakit mungkin gejala-
gejala menjadi lebih berat dan bila semakin berat dapat jatuh dalam keadaan
kegagalan pernapasan dan mungkin meninggal. Bila sudah dalam kegagalan
pernapasan maka dibutuhkan penatalaksanaan yang lebih rumit, meskipun demikian
mortalitas masih tinggi, maka perlu diusahakan agar yang ringan tidak menjadi lebih
berat dan yang sudah berat cepat-cepat ditolong dengan tepat agar tidak jatuh dalam
kegagalan pernapasan.
D. PATOFISIOLOGI
Penularan penyakit ISPA dapat terjadi melalui udara yang telah tercemar, bibit
penyakit masuk kedalam tubuh melalui pernafasan, oleh karena itu maka penyakit
ISPA ini termasuk golongan Air Borne Disease. Penularan melalui udara
dimaksudkan adalah cara penularan yang terjadi tanpa kontak dengan penderita
maupun dengan benda terkontaminasi. Sebagian besar penularan melalui udara dapat
pula menular melalui kontak langsung, namun tidak jarang penyakit yang sebagian
besar penularannya adalah karena menghisap udara yang mengandung unsur
penyebab atau mikroorganisme penyebab.
E. PATHWAY KEPERAWATAN
Bakteri jamur
(pnemokokus,steptokokus, virus
Stafilokokus,hemofilus, (miksovirus, adenovirus
Bordetella dan koronavirus,pikornavirus
Korinebakterium) mikoplasma,herpesvirus)

ISPA

Terjadinya peningkatan suhu tubuh ekstrimsik ( debu)

Peningkatan produksi panas hipersensitivitas

hipertensi stimulus limfosit b

bersihan jalan
nafas tidak efektif

F. PENATALAKSANAAN
Penemuan dini penderita pneumonia dengan penatalaksanaan kasus yang benar
merupakan strategi untuk mencapai dua dari tiga tujuan program (turunnya kematian
karena pneumonia dan turunnya penggunaan antibiotik dan obat batuk yang kurang tepat
pada pengobatan penyakit ISPA) .

Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk standar


pengobatan penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi penggunaan antibiotik
untuk kasus-kasus batuk pilek biasa, serta mengurangi penggunaan obat batuk yang
kurang bermanfaat. Strategi penatalaksanaan kasus mencakup pula petunjuk tentang
pemberian makanan dan minuman sebagai bagian dari tindakan penunjang yang penting
bagi pederita ISPA.

Penatalaksanaan ISPA meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut :


1.      Upaya pencegahan

Pencegahan dapat dilakukan dengan :

a.         Menjaga keadaan gizi agar tetap baik

b.         Immunisasi

c.         Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan

d.        Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.

2.      Pengobatan dan perawatan

Prinsip perawatan ISPA antara lain :

a.         Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhari

b.         Meningkatkan makanan bergizi

c.         Bila demam beri kompres dan banyak minum

d.        Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan sapu tangan
yang bersih

e.         Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak terlalu ketat.

f.          Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak tersebut masih
menetek

3.      Pengobatan antara lain :

a.         Mengatasi panas (demam) dengan memberikan parasetamol atau dengan kompres,


bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4
kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan
dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan kompres, dengan
menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es).

b.         Mengatasi batuk. Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan
tradisional yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½
sendok teh , diberikan tiga kali sehari.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
H. PENGKAJIAN FOKUS
Konsep keperawatan meliputi :
1. Pengkajian
A. Anamnesis
I. 1) Identitas Diri Pasien
J. Yang terdiri dari nama pasien, umur, jenis kelamin, agama dan lain lain.
K. 2) Keluhan Utama
L. Keluhan yang sering menyebabkan klien dengan TB Paru meminta
M. pertolongan pada tenaga medis dibagi menjadi 4 keluhan, yaitu :
N. A. Batuk
O. Keluhan batuk timbul paling awal dan paling sering dikeluhkan,
P. apakah betuk bersifat produktif/nonproduktif, sputum bercampur darah
Q. B. Batuk Berdahak
R. Seberapa banyak darah yang keluar atau hanya blood streak, berupa
S. garis atau bercak-bercak darah
T. C. Sesak Nafas
U. Keluhan ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena ada hal-
hal menyertai seperti efusi pleura, pneumotoraks, anemia, dll.
V. D. Nyeri Dada
W. Gejala ini timbul apabila sistem persarafan di pleural terkena TB
X. 3) Keluhan Sistematis
Y. a. Demam
Z. keluhan ini sering dijumpai yang biasanya timbul pada sore hari atau pada malam hari
mirip dengan influenza
AA. b. Keluhan Sistematis Lain
BB. keluhan yang timbul antara lain : keringat malam, anoreksia, penurunan berat
badan dan malaise
CC. B. Riwayat Kesehatan
DD. 1) Riwayat Kesehatan Sekarang :
EE.a) Keadaan pernapasan (napas pendek) b) Nyeridada
FF. c) Batuk, dan
GG. d) Sputum
HH. 2) Kesehatan Dahulu :
II. Jenis gangguan kesehatan yang baru saja dialami, cedera dan pembedahan
JJ. 3) Kesehatan Keluarga
KK. Adakah anggota keluarga yang menderita empisema, asma, alergi dan TB
LL.C. Pemeriksaan Fisik
MM. 1) Keadaan umum dan tanda – tanda vital
NN. Hasil pemeriksaan tanda – tanda vital klien biasanya didapatkan peningkatan
suhu tubuh secara signifikan, frekuensi napas meningkat disertai sesak napas, denyut
nadi meningkat seirama dengan peningkatan suhu tubuh dan frekuensi pernapasan dan
tekanan darah biasanya sesuai dengan adanya penyakit penyulit seperti hipertensi.
OO. 2) Breathing Inspeksi :
PP. a) Bentuk dada dan gerakan pernapasan klien dengan TB Paru biasanya terlihat kurus
sehingga pada bentuk dada terlihat adanya penurunan proporsi anterior-posterior
bading proporsi diameter lateral
QQ. b) Batuk dan sputum
RR. Batuk produktif disertai adanya peningkatan produksi sekret dan sekresi
sputum yang purulen
SS. Palpasi :
TT.Gerakan dinding thoraks anterior/ekskrusi pernapasan. TB Paru tanpa komplikasi
pada saat dilakukan palpasi, gerakan dada biasanya normal dan seimbang bagian kiri
dan kanan. Adanya penurunan gerakan dinding pernapasan biasanya ditemukan pada
klien TB Paru dengan kerusakan parenkim paru yang luas.
UU. Perkusi :
VV. Pada klien TB Paru tanpa komplikasi biasanya ditemukan resonan atau sonor
pada seluruh lapang paru. pada klien dengan komplikasi efusi pleura didapatkan bunyi
redup sampai pekak pada sisi yang sakit sesuai dengan akumulasi cairan
WW. Aukultasi :
XX. Pada klien TB Paru bunyi napas tambahan ronki pada sisi yang sakit
YY. 1) Brain
ZZ.Kesadaran biasanya komposmentis, ditemukan adanya sianosis perifer
AAA. apabila gangguan perfusi jaringan berat. Pengkajian objektif, klien tampak
BBB.
CCC. wajah meringis, menangis, merintih. Pada saat dilakukan pengkajian pada
mata, biasanya didapatkan konjungtiva anemis pada TB Paru yang hemaptu, dan
ikterik pada pasien TB Paru dengan gangguan fungsi hati.
DDD. 2) Bledder
EEE. Pengukuran volume output urin berhubungan dengan intake cairan.
Memonitor adanya oliguria karena hal tersebut merupakan tanda awal syok.
FFF. 3) Bowel
GGG. Klien biasanya mengalami mual, muntah, penurunan nafsu makan dan
penurunan berat badan
HHH. 4) Bone
III. Aktivitas sehari-hari berkurang banyak pada klien TB Paru. gejala yang muncul
antara lain kelemahan, kelelahan, insomnia, pola hidup menetap.
JJJ.5) Pemeriksaan Fisik Head To Toe (a) Kepala
KKK. Kaji keadaan Kulit kepala bersih/tidak, ada benjolan/tidak, simetris/tidak (b)
Rambut
LLL. Kaji pertumbuhan rata/tidak, rontok, warna rambut
MMM. (c) wajah
NNN. Kaji warna kulit, struktur wajah simetris/tidak (d) Sistem Penglihatan
OOO.
PPP. Kaji kesimetrisan mata, conjungtiva anemia/tidak, sclera ikterik/tidak ) (e)
Wicara dan THT
QQQ. 1. Wicara
RRR. Kaji fungsi wicara, perubahan suara,afasia, dysfonia
SSS. 2. THT
TTT. a. Inspeksi hidung : kaji adanya obtruksi/tidak, simetris/tidak,ada secret/tidak
UUU. b. Telinga : Kaji Telinga Luar bersih/tidak, membran tympani, ada secret/tidak
VVV. c. Palpasi : Kaji THT ada/tidak nyeri tekan lokasi dan penjalaran

Anda mungkin juga menyukai