Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PROMOSI KESEHATAN

“PERAN KADER KESEHATAN DALAM POSYANDU ”

DISUSUN OLEH :

NAMA :WINDA LESTARI

NIM : PO.71.20.2.19.035

TINGKAT : II.A

DOSEN PEMBIMBING : LISDA HAYATI, Skm, mph

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN BATURAJA

TAHUN AKADEMIK 2020/2021


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kader kesehatan merupakan tenaga sukarela dipilih masyarakat dan berperan


mengembangkan masyarakat, direkrut dari, oleh, untuk masyarakat, kader dapat
berperan dibidang kesehatan ada dua macam yaitu di posyandu dan di luar posyandu.
Tujuan penelitian menggambarkan Peran Kader Kesehatan dalam Pelayanan di
Posyandu.Metode penelitian menggunakan rancangan deskriptif. Populasi penelitian
kader kesehatan, besar sampel 44 kader dengan teknik purposive sampling.
Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan observasi. Hasil penelitian sebagian
besar kader 77,3% berkategori baik, sebagian kecil kader 18,2% berkategori cukup,
sangat sedikit kader 4,5% berkategori kurang. Kader kesehatan melakukan peran baik
menyiapkan peralatan penyelenggaraan posyandu sebelum posyandu di mulai,
menyiapkan makanan tambahan untuk bayi dan balita, melaporkan segala kegiatan
yang dilakukan dan kurang dalam bekerja pada sistem lima meja posyandu. Bagi
pemegang program posyandu bisa mengadakan pelatihan lebih lanjut, mengadakan
sosialisasi atau evaluasi setiap tahun untuk meningkatkan kemandirian kader dalam
memberikan layanan kesehatan sesuai dengan alur layanan posyandu.

B. TUJUAN

1. Untuk mengetahui pengertian kader kesehatan dipuskesmas ?


2. Untuk mengetahui syarat-syarat menjadi kader kesehatan dipuskesmas ?
3. Untuk mengetahui fungsi kader kesehatan dipuskemas ?
4. Untuk mengetahui peran kader kesehatan dipuskesmas ?

BAB II

PEMBAHASAN
A.      Pengertian Kader Kesehatan

Kader kesehatan masyarakat adalah laki-laki atau wanita yang dipilih oleh masyarakat dan
dilatih untuk menangani masalah-masalah kesehatan perseorangan maupun masyarakat serta untuk
bekerja dalam hubungan yang amat dekat dengan tempat-tempat pemberian pelayanan kesehatan.
(Heru, 1993)

Kader kesehatan merupakan warga yang terpilih dan diberi bekal keterampilan kesehatan
melalui pelatihan oleh sarana pelayanan kesehatan/Puskesmas setempat. Menjadi kader kesehatan
merupakan salah satu bentuk partisipasi masyarakat dalam Primary Health Care (PHC). Kader
kesehatan ini selanjutnya akan menjadi motor penggerak atau pengelola dari upaya kesehatan primer.
(Notoatmodjo, 2010)

Setiap program dengan sasaran masyarakat khususnya program posyandu tidak akan berhasil jika
masyarakat tidak mengerti tentang pentingnya posyandu. Oleh sebab itu, sangat diperlukan adanya
peran serta dari petugas kesehatan dalam menunjang keberhasilan program tersebut. Partisipasi atau
peran serta masyarakat yang diharapkan terutama partisipasi kader atau tokoh masyarakat dan
dengaan peran serta kader kesehatan ini, bila dilaksanankan dengan baik akan membantu dalam
meningkatkan hasil cakupan posyandu. (Runjati, 2010)

B..      Syarat-Syarat Kader Kesehatan

Para kader kesehatan masyarakat itu seyogyanya memiliki latar belakang pendidikan yang
cukup sehingga memungkinkan mereka untuk membaca, menulis dan menghitung secara sederhana.
(Heru, 1993). Kader kesehatan masyarakat bertanggung jawab terhadap masyarakat setempat serta
pimpinan-pimpinan yang ditunjuk oleh pusat pelayanan kesehatan. Diharapkan mereka melaksanakan
petunjuk yang diberikan oleh pembimbing dalam jalinan kerja dari sebuah tim kesehatan. (Heru,
1993). Para kader kesehatan masyarakat itu mungkin saja bekerja secara full time atau part
time (bekerja penuh atau hanya memberikan sebagian dari waktunya) di bidang pelayanan kesehatan,
mereka tidak dibayar dengan uang atau bentuk lainnya oleh masyarakat setempat atau oleh Pusat
Kesehatan Masyarakat. Umumnya, masyarakat setempat menyediakan sebuah rumah atau sebuah
kamar serta beberapa peralatan secukupnya yang dirasa sudah memenuhi persyaratan untuk
dilakukannya sebuah pelayanan kesehatan. (Heru, 1993)

Syarat menjadi kader kesehatan  itu sendiri adalah anggota masyarakat yang memenuhi
kriteria berikut : (Runjati, 2010)

a.       Dipilih dari dan oleh masyarakat setempat yang disetujui dan dibina oleh LKMD.
b.      Dalam melaksanakan kegiatan bertanggung jawab pada masyarakat melalui LKMD.

c.       Mau dan mampu bekerja secara sukarela.

d.      Sebaiknya dapat membaca dan menulis huruf latin.

e.       Masih mempunyai cukup waktu untuk bekerja bagi masyarakat di samping usahanya mencari
nafkah.

Pembangunan di bidang kesehatan dipengaruhi oleh keaktifan masyarakat dan pemuka-pemukanya


termasuk kader, maka pemilihan calon kader yang akan dilatih perlu mendapat perhatian. Proses
pemilihan kader hendaknya melalui musyawarah dengan masyarakat. Berikut ini merupakan
persyaratan umum yang dapat dipertimbangkan untuk pemilihan calon kader. (Efendi, 2009)

a.       Dapat membaca dan menulis dalam Bahasa Indonesia dengan baik

b.      Secara fisik dapat melaksanakan tugas-tugas sebagai kader

c.       Mempunyai penghasilan sendiri dan tinggal tetap di desa yang bersangkutan

d.      Aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial maupun pembangunan desanya

e.       Berwibawa, dikenal masyarakat, dan dapat bekerja sama dengan masyarakat calon kader
lainnya

f.       Sanggup membina paling sedikit 10 kepala keluarga untuk meningkatkan keadaan kesehatan
lingkungan

Kader kesehatan mempunyai peran besar dalam upaya meningkatkan kemampuan masyarakat
menolong dirinya untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Selain itu, kader ikut serta dalam
membina masyaraakt di bidang kesehatan melalui kegiatan yang dilakukan di posyandu. (Efendi,
2009)

C.   Fungsi Kader Kesehatan

Kader adalah tenaga yang berasal dari masyarakat, dipilih oleh masyarakat dan bekerja sama
dengan masyarakat serta sukarela. Tujuan pembentukan kader ialah untuk membantu masyarakat
mengembangkan kemampuan mengenal dan memecahkan masalah kesehatan yang dihadapi sesuai
kemampuan. Adapun fungsi dari kader kesehatan adalah sebagai berikut. (Syafrudin, 2009)

a.       Sebagai pelopor dalam pelaksanaan kegiatan kesehatan.

b.      Pelaksanan dan pemelihara kegiatan program pengembangan masalah.

c.       Menjaga kelangsungan kegiatan kesehatan.

d.      Membantu dan menghubungkan antara masyarakat dengan lembaga-lembaga yang bekerja


dalam pembangunan masyarakat.

e.       Pemberitahuan ibu hamil untuk bersalin di tenaga kesehatan.

f.       Pengenalan tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas serta rujukannya.

g.      Pengenalan diri Tetanus Neonatorum dan BBLR serta rujukannya.

h.      Penyuluhan Gizi dan KB.

i.        Pencatatan kelahiran dan kematian ibu dan bayi.

j.        Promosi tabungan ibu bersalin, donor darah berjalan dan ambulan desa.

Fungsi kader dalam bidang kesehatan juga berperan dalam kelangsungan kegiatan posyandu. Pada
kegiatan posyandu kader bertugas untuk memberitahukan hari dan jam buka posyandu kepada ibu-ibu
pengguna posyandu (ibu hamil, ibu yang mempunyai bayi dan anka balita, serta ibu usia subur)
sebelum hari buka posyandu. Kader juga menyiapkan peralatan untuk penyelenggaraan posyandu
sebelum posyandu dimulai seperti menyiapkan timbangan, bukti catatan/SBP, KMS, alat peraga
penyuluhan, oralit, dan lain-lain. (Runjati, 2010)

Kader posyandu bekerja pada sistem 5 (lima) meja posyandu serta melakukan penyuluhan kelompok
kepada ibu-ibu sebelum meja 1 atau setelah meja 5 (bila diperlukan). Dalam kegiatan posyandu kader
sebaiknya mengethui dan dapat menjelaskan jenis-jenis kegiatan posyandu, yaitu : (Runjati, 2010)

a.       Program KIA. Mengusahakan agar setiap ibu hamil berada dalam keadaan sebaik-baiknya dan
melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur, serta dapat menyelesaikan kehamilannya dengan
selamat dan melahirkan bayi yang sehat.

b.      Program KB. Tujuan utama dari program KB adalah menjarangkan kehamilan, serta menunda
usia perkawinan.

c.       Program gizi. Salah satu program gizi yang paling utama, untuk menanggulangi masalah gizi
kurang adalah usaha perbaikan gizi keluarga pada (UPGK). UPGK adalah suatu pokok kegiatan
terpadu untuk menanggulangi kekurangan kalori dan protein. Kegiatannya antara lain pemberian
makanan tambahan (PMT), pemberian zat besi pada ibu hamil, ibu menyusui dan masyarakat yang
membutuhkan tambahan gizi melalui tanaman obat keluarga (TOGA).

d.      Program imunisasi, berujuan melindungi masyarakat dari penyakit menular yang dapat dicegah
dengan imunisasi yaitu penyakit TBC, difteri, pertusus, campak, tetanus, dan hepatitis B.

e.       Program penanggulangan diare, bertujuan untuk menurunkan angka kematian karena diare,
serta akibat diare khususnya kurang gizi.

Diluar jadwal posyandu, kegiatan yang dapat dilakukan kader kesehatan adalah melakukan kunjungan
rumah, khususnya pada kegiatan yang menunjang pelayanan KB, KIA, gizi, imunisasi dan
penanggulangan diare pada ibu hamil, ibu yang mempunyai bayi dan balita, serta pasanagan usia
subur, untuk memberi penyuluhan dan mengingatkan agar datang ke posyandu. (Runjati, 2010)

Selain itu kader melakukan kegiatan penunjuang uoaya kesehatan lain sesuai dengan permasalahn
yang ada di masyarakat, seperti pemberantasan penyakit, penyehatan rumah, pembersihan sarang
nyamuk, pembuangan sampah, penyediaan sarana air bersih, dana sehat, penyediaan sarana jamban
keluarga, dan kegiatan pembangunan lainnya yang berkaitan dengan kesehatan. (Runjati, 2010)

Di luar posyandu kader berperan dalam merencanakan kesehatan, melakukan komunikasi informasi
dan motivasi, menggerakkan, memberikan pelayanan, melakukan pencatatan, melakukan upaya
pembinaan mengenai lima program terpadu KB, kesehatan, dan upaya kesehatan lainnya. Serta
bertugas melaporkan segala kegiatan yang telah dilakukan. (Runjati, 2010)

  

D.      Keuntungan Keberadaan Kader Kesehatan

Perilaku kesehatan tidak terlepas dari kebudayaan masyaraakt. Dalam upaya untuk
menumbuhkan partisipasi masyarakat harus pula diperhatikan keadaan sosial budaya masyaraakt.
Sehingga untuk mengikutsertakan masyarakat dalam upaya pembangunan, khususnya dalam bidang
kesehatan, akan membawa hasil yang baik bila prosesnya melalui pendekatan dengan edukatif yaitu,
berusaha menimbulkan kesadaran untuk dapat memecahkan permasalahan dengan memperhitungkan
sosial budaya setempat. (Efendi, 2009)

Dengan terbentuknya kader kesehatan, maka pelayanan kesehatan yang selama ini  dikerjakan
oleh petugas kesehatan saja dapat dibantu oleh masyarakat. Dengan demikian, masyarakat bukan
hanya merupakan objek pembangunan, tetapi juga merupakan mitra pembangunan itu sendiri.
Selanjutnya, dengan adanya kader maka pesan-pesan yang disampaikan dapat diterima dengan
sempurna, jelaslah bahwa pembentukan kader adalah perwujudan pembangunan dalam bidang
kesehatan. (Efendi, 2009)

a.      Peranan Kader Kesehatan dalam Usaha Kesehatan Primer

Melalui kegiatannya sebagai kader diharapkan mampu menggerakkan masyarakat untuk


melakukan kegiatan yang bersifat swadaya dalam rangka peningkatan status kesehatan. Kegiatan-
kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan yang bersifat promotif, preventif, kuratif maupun
rehabilitatif. Meskipun pengobatan tradisional atau self treatmentmerupakan hal yang sudah oleh
masyarakat banyak, tetapi upaya kesehatan primer yang dikelola oleh kader merupakan hal yang
masih baru bagi masyarakat. (Notoatmodjo, 2010)

Pada pengobatan tradisional, misalnya oleh dukun bayi atau dukun patah tulang, maka pelaku
aktif kegiatan pengobatan tradisional merupakan figur yang sudah dikenal oleh masyarakat, karena
disini biasanya terjadi proses “alih generasi” melalui faktor keturunan. Hal ini memberikan suatu
kreadibilitas tersendiri bagi dukun yang bersangkutan, khususnya kreadibilitas dalam segi
kemampuan (competent credibility) maupun kreadibilitas dalam segi kepercayaan (safety credibility).
(Notoatmodjo, 2010)

Pengelolaan kegiatan upaya kesehatan primer di lain pihak dilaksanakan oleh kader kesehatan
yang sebelumnya seringkali tidak dikenal mempunyai keterampilan kesehatan/pengobatan. Meskipun
figur kader itu sendiri bukan orang yang asing bagi masyarakat sekitarnya, tetapi peranannya sebagai
seorang yang mempunyai keterampilan dibidang kesehatan/pengobatan adalah merupakan hal baru
bagi masyarakat dilingkungannya. Oleh karena itulah, seorang kader seringkali memulai kegiatannya
tanpa bekal dari segi competent credibility. Dalam hal kader tersebut sebelumnya memang sudah
merupakan seorang tokoh masyarakat yang disegani, maka di sini kader tersebut setidaknya sudah
memiliki safety credibility. (Notoatmodjo, 2010)

Faktor kreadibilitas ini merupakan hal yang penting dimiliki oleh seorang kader kesehatan,
karena tanpa kreadibilitas, ia tidak akan dapat mengembangkan peranannya untuk mengelola suatu
upaya kesehatan primer. Disinilah peranan petugas kesehatan atau lembaga pelayanan kesehatan
profesional setempat menjadi penting untuk membantu kader kesehatan memperoleh kreadibilitas
dimata masyarakat lingkungannya. (Notoatmodjo, 2010)

Competent creadibility bisa diperoleh melalu keterampilan dibidang teknik-teknik kesehatan


sederhana, sehingga seorang kader kesehatan mampu memberikan nasihat-nasihat teknis kepada
masyarakat yang memerlukannya. Melalui keterampilan ini secara bertahap ia akan mengembangkan
citra dirinya sebagai seorang yang dapat dipercaya (safety creadibility). Bekal kreadibilitas ini akan
membantunya untuk secara efektif menjalankan peran sebagai pengelola upaya kesehatan primer.
Petugs kesehatan setempat bisa membantu kader untuk memperoleh kreadibilitas ini jika antara
petugas dan kader bisa dikembangkan suatu interaksi yang bersifat partnership, jika pembimbingan
(supervisi) dilaksanankan secara edukatif. Memperlakukan kader kesehatan hanya sekedar sebagai
perpanjangan tangan (extension) dari petugas atau bahkan sebagai “pembantu” petugas akan
menyebabkan kader kehilangan kreadibilitasnya di mata masyarakat. Bagi kader sendiri perlakuan
seperti itu terhadap dirinya jelas bukan merupakan sesuatu yang rewarding. Dampaknya akan terlihat
dalam bentuk tidak berjalannya upaya kesehatan primer yang dikelola kader atau dalam bentuk
tingginya drop out kader. (Notoatmodjo, 2010)

Dalam pengembangan kader kesehatan terdapat unsur kesukarelaan (volunterism) yang


merupakan hal penting, karena fungsi sebagai kader memeang merupakan suatu tugas sosial. Tetapi
ini tidak berarti seorang kader tidak memerlukan penghargaan (reward), baik yang sifatnya non-
material ataupun yang bersifat material. Tidak adanya mekanisme pemberian penghargaan untuk
kader dapat mempengaruhi kelestarian kegiatan kader. Oleh karena itu, perlu dikembangkan suatu
mekanisme, dimana secara built in fungsi sebagai kader merupakan sesuatu yang menimbulkan
kepuasan (rewarding). Kepuasan ini timbul jika kader merasakan bahwa kreadibilitasnya menjadi
meningkat dengan aktivitasnya sebagai kader. (Notoatmodjo, 2010)

b.      Peran Kader dalam Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan

Peran praktisi pada saat ini adalah untuk membawa orang bersama-sama kelompok kecil sekitar isu-
isu yang mereka anggap penting untuk kehidupan mereka, dengan cara yang tidak terlalu
mengendalikan termasuk didalamnya : (Anita, 2015)

1)      Kelompok swadaya diorganisisr sekitar suatu masalah tertentu seperti dukungan bergabung
dalam kelompok.

2)      Kelompok kesehatan masyarakat yang biasanya datang bersama-sama untuk mengkampanyekan


isu tertentu seperti polusi atau transportasi kebutuhan lingkungan kelompok sosial dikecualikan
seperti sebagai usia.

3)      Proyek kesehatan pengembangan masyarakat seperti proyek berbasis lingkungan mengatur


untuk mengatasi masalah-masalah lokal seperti perumahan yang buruk, dan dengan dukungan
pemerintah dan seorang pekerja kesehatan masyarakat yang dibayar.

Salah satu kegiatan posyandu adalah pelayanan kesehatan dasar oleh kader atau petugas kesehatan
dengan sasran bayi, anak balita, ibu hamil dan pasangan usia subur. Khusus kepada kader posyandu,
perlu dilakukan peningkatan keterampilan advokasi dan negosiasi secara periodik sehingga lebih
percaya diri dalam melaksanakan kegiatan pemberdayaan. (Anita, 2015)
E.      Pembinaan Kader Kesehatan

Pembinaan pada kader kesehatan akan tergantung pada tugas-tugas mereka, masalah yang
dihadapi, tingkat pembangunan yang sudah dicapai oleh masyarakat setempat serta tingkat pendidikan
terakhir mereka. Bagi para kader kesehatan masyarakat yang bekerja di pedesaan, mungkin saja lama
pelatihan yang mereka butuhkan adalah selama 6 hingga 8 minggu, tetapi mungkin saja akan lebih
lama lagi dari yang telah diperkirakan. Tentu saja pelatihan itu harus amat praktis dan juga dilakukan
di wilayah pelayanan kesehatan itu diberikan serta tempat dimana mereka tinggal dan akan bekerja.
(Heru, 1993)

Bila memungkinkan para pembimbing memegang peranan utama dalam program pelatihan
yang diselenggarakan ini. Selanjutnya program-program pengawasan atau pengamatan yang
dilakukan harus meliputi pengadaan pendidikan lanjutan, latihan di tempat atau latihan di tengah-
tengah masyarakat, latihan keterampilan di Puskesmas atau di tempat-tempat lainnya. (Heru, 1993)

Pembinaan kader kesehatan yang dilakukan oleh petugas kesehatan atau petugas puskesmas
dilakukan dengan cara sebagai berikut : (Kementerian Kesehatan RI, 2011)

a.       Melakukan pertemuan rutin dengan kader untuk membahas permasalahan kesehatan yang
sedang dihadapi.

b.      Membina kader untuk melakukan pemantauan di setiap wilayah, terutama di wilayah potensial
terjadinya penyakit.

c.       Pembinaan kesehatan di tingkat tatanan rumah tangga, tatanan sekolah, tatanan tempat-tempat
umum, tatanan tempat kerja dan tatanan institusi kesehatan dengan berkoordinasi dengan pihak-pihak
terkait.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kader kesehatan merupakan warga yang terpilih dan diberi bekal keterampilan
kesehatan melalui pelatihan oleh sarana pelayanan kesehatan/Puskesmas setempat.
Menjadi kader kesehatan merupakan salah satu bentuk partisipasi masyarakat
dalam Primary Health Care (PHC). Kader kesehatan ini selanjutnya akan menjadi motor
penggerak atau pengelola dari upaya kesehatan primer. (Notoatmodjo, 2010)

Syarat menjadi kader kesehatan  itu sendiri adalah anggota masyarakat yang

memenuhi kriteria berikut : (Runjati, 2010) Dipilih dari dan oleh masyarakat setempat

yang disetujui dan dibina oleh LKMD, dalam melaksanakan kegiatan bertanggung jawab

pada masyarakat melalui LKMD, Mau dan mampu bekerja secara sukarela, sebaiknya

dapat membaca dan menulis huruf latin, masih mempunyai cukup waktu untuk bekerja

bagi masyarakat di samping usahanya mencari nafkah.

DAFTAR PUSTAKA
Anita, Betri. Dkk. 2015. Puskesmas dan Jaminan Kesehatan Nasional. Yogyakarta : Penerbit
Deepublish.

Efendi, Ferry dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan Praktik dalam
Keperawatani. Jakarta : Penerbit Salemba Medika.

Heru, Adi. 1993. Kader Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Kementerian Kesehatan RI. 2011. Promosi Kesehatan di Daerah Bermasalah Kesehatan : Panduan


bagi Petugas Kesehatan di Puskesmas. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI Pusat Promosi Kesehatan.

Kurniati, Anna dan Ferry Efendi. 2012. Kajian SDM Kesehatan di Indonesia. Jakarta : Penerbit
Salemba Medika.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Promosi Kesehatan : Teori dan Aplikasi. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Runjati. 2010. Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Syafrudin, Dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Masyarakat untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta :
CV. Trans Info Medika.

Anda mungkin juga menyukai