Anda di halaman 1dari 12

KEPERAWATAN JIWA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.A


DENGAN
DIAGNOSA HALUSINASI

OLEH :

FITRI RAHMI
19112233

DOSEN PEMBIMBING

(Ns. Guslinda, S.kep,. M,Kep, Sp. Kep.J)

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang
2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang.
Kesehatan jiwa merupakan bagian yang integral dari kesehatan. Kesehatan jiwa bukan
sekedar terbebas dari gangguan jiwa, akan tetapi merupakan suatu hal yang di butuhkan oleh
semua orang. Kesehatan jiwa adalah perasaan sehat dan bahagia serta mampu mengatasi
tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagai mana adanya. Serta mempunyai sikap
positif terhadap diri sendiri dan orang lain. (Menkes, 2005)
Menurut Sekretaris Jendral Dapertemen Kesehatan (Sekjen Depkes), H. Syafii Ahmad,
kesehatan jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global bagi setiap negara termasuk
Indonesia. Proses globalisasi dan pesatnya kemajuan teknologi informasi memberikan dampak
terhadap nilai-nilai sosial dan budaya pada masyarakat. Di sisi lain, tidak semua orang
mempunyai kemampuan yang sama untuk menyusuaikan dengan berbagai perubahan, serta
mengelola konflik dan stres tersebut. ( Diktorat Bina Pelayanan Keperawatan dan Pelayanan
Medik Dapertemen Kesehatan, 2007).
Setiap saat dapat terjadi 450 juta orang diseluruh dunia terkena dampak permasalahan
jiwa, syaraf maupun perilaku dan jumlahnya terus meningkat. Pada study terbaru WHO di 14
negara menunjukkan bahwa pada negara-negara berkembang, sekitar 76-85% kasus gangguan
jiwa parah tidak dapat pengobatan apapun pada tahun utama(Hardian, 2008). Masalah kesehatan
jiwa merupakan masalah kesehatan masyarakat yang demikian tinggi dibandingkan dengan
masalah kesehatan lain yang ada dimasyarakat.
Dari 150 juta populasi orang dewasa Indonesia, berdasarkan data Departemen Kesehatan
(Depkes), ada 1,74 juta orang mengalami gangguan mental emosional. Sedangkan 4 % dari
jumlah tersebut terlambat berobat dan tidak tertangani akibat kurangnya layanan untuk penyakit
kejiwaan ini. Krisis ekonomi dunia yang semakin berat mendorong jumlah penderita gangguan
jiwa di dunia, dan Indonesia khususnya kian meningkat, diperkirakan sekitar 50 juta atau 25%
dari juta penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa (Nurdwiyanti, 2008).
Berdasarkan keadaan umum semua pasien yang ada di ruangan Flamboyan RSJ. PFOF.
HB.SAANIN PADANG yaitu berjumlah orang. Dimana pasien terbagi atas berbagai macam
masalah diagnose keperawatan yang berbeda dari 23 orang pasien terdapat 3 masalah utama
pasien dimana 58% pasien menderita gangguan sensori persepsi: Halusinasi, 24% pasien
menderita Isolasi social, dan 18% pasien menderita gangguan pola pikir: Waham.
Berdasarkan hal diatas, kami kelompok tertarik untuk mencari serta membahas halusinasi
dalam seminar kelompok yang sebagai salah satu syarat tugas untuk menyelesaikan praktek
klinik di RSJ. PFOF. HB.SAANIN PADANG.
 Tujuan.
  Tujuan Umum.
Untuk mengetahui gambaran nyata tentang asuhan keperawatan jiwa pada klien dengan
perubahan persepsi sensori : halusinasi pendengaran di ruangan Flamboyan RSJ. PROF.
HB.SAANIN PADANG

Tujuan khusus
1)      Melakukan pengkajian pada klien dengan perubahan persepsi sensori: halusinasi
pendengaran
2)      Membuat diagnosa keperawatan pada klien perubahan persepsi sensori : halusinasi
3)      Melakukan intervensi keperawatan kepada klien perubahan persepsi sensori:halusinasi
pendengaran
4)      Melakukan tiundakan keperawatan pada klien perubahan persepsi sensori : halusinasi
pendengaran
5)      Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan pada klien perubahan persepsi sensori:
halusinasi pendengaran
6)      Pendokumentasian asuhan keperawatan pada klien dengan perubahan persepsi sensori :
halusinasi pendengaran
7)      Dapat membandingkan kesenjangan antara teori dengan kenyataan yang penulis dapatkan.
PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA
A. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian dilakukan pada tanggal 28 september 2021 dengan nama pasien Tn. A berusia 18
tahun, jenis kelamin laki-laki, pendidikan terakhir SMA dengan alamat Jln.syeh supayang rt 02
Rw 01 simpang rumbio lubuk sikarah solok. Pasien masuk RS pada tanggal 22 september 2021
di ruangan flamboyan Laki-laki  dengan No. RM 04-13-73

Berdasarkan hasil wawancara klien mengatakan sering mendengar suara-suara yang


menyuruhnya untuk marah, suara itu terdengar saat klien sendirian terutama pada sore hari dan
sangat sering terjadi. Terakhir kali mendengar suara-suara seperti itu kemaren sore. Cara pasien
mengatasi halusinasi yaitu dengan menutup telinga dan menyuruh suara-suara itu pergi karena
tidak nyata, selain itu pasien juga melakukan kegiatan seperti menyapu lantai, Pasien tinggal
bersama ibunya dirumah pasien berperan membantu ibunya mencari nafkah yaitu berdagang ,
Pasien berharap ingin cepat pulang ke rumah agar bisa kembali membantu ibu berdagang. Pasien
mengetahui agama yang dianutnya adalah islam, dan selama dirumah sakit pasien melakukan
kegiatan ibadah yaitu sholat 5 waktu. Pasien merasa malu terhadap orang lain karena penyakit
yang dideritanya saat ini.

Ruang rawat : Wisma Nuri Tanggal Dirawat : 22 September 2021

I. Identitas Klien
Nama : Tn. A
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 18 Tahun,7 Bl,1Hr
Tanggal lahir : 19/08/2003
Tempat lahir : kota solok
Pendidikan : SMA
Pernikahan : Lajang
Agama : Islam
Ibu kandung : eldawati
Ayah kandung : dahlius
Alamat :Jl.syeh supayang Rt 02 Rw 01 simp rumbio lubuk sikarah solok
No. Rekam Medik : 04-13-73
Informent : Komunikasi dengan klien dan status klien

II. Alasan Masuk


Sakit sejak lebih kurang 2 tahun yang lalu,terakhir di rawat 1 tahun yang lalu klien
kontrol ke RSUD solok ,minum obat teratur.3 tahun ini klien baru pulang rawatan jiwa di
RSUD solok klien putus obat 1 bulan ini,klien gelisah 1 minggu dengan gejala emosi
labil,memukul adek mencekik ibu,melemparkan pisau ke orang tua,banyak bicara,banyak
ngaur bicara dan sendiri.curiga merasa di bicarakan orang,tidur malam kurang ,makan
kurang,kebersihan diri kurang,mandi tengah malam.klien injeksi diazepam pukul 15:00
Wib.RTC tidak ada,lejang tidak ada,napza tidak ada,pasung tidak ada.

III. Faktor Predisposisi


1. Gangguan jiwa dimasa lalu.
Klien mengatakan pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu
2. Pengobatan sebelumnya
Klien pernah mengkonsumsi obat dengan riwayat pengobatan sebelumnya kurang
berhasil dikarenakan pasien putus obat.
3. Riwayat trauma
a) Aniaya fisik
Klien mengatakan tidak pernah mengalami trauma aniaya fisik terhadap dirinya
b) Aniaya seksual
Klien mengatakan tidak pernah mengalami trauma aniaya seksual terhadap
dirinya
c) Penolakan
Klien mengatakan tidak pernah mengalami penolakan dalam kehidupannya
d) Kekerasan dalam keluarga
Klien mengatakan tidak pernah mengalami kekerasan dalam keluarganya
e) Tindakan kriminal
Klien mengatakan tidak pernah mengalami trauma terhadap tindakan kriminal
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
f) Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Klien mengatakan tidak ada keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
g) Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Klien mengatakan tidak ada pengalaman yang tidak menyenangkan di masa lalunya
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah
IV. Pemeriksaan Fisik
 Tanda-Tanda Vital
Tekanan Darah : 127/83 MmHg
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 37,5 C
Pernafasan : 17 x/menit
Ukuran
Tinggi badan : 156 TB
Berat badan : 46 kg
Keluhan fisik : Tidak terdapat keluhan fisik
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.
V. Psikologi
1. Genogram
: Laki-Laki

: Perempuan

: Pasien

: Meninggal

: Tinggal serumah

Klien merupakan anak ke 3 dari 4 bersaudara, klien tinggal bersama kedua orang tua klien
dan kedua kakak, dan adik laki laki.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan 
VI. DIAGNOSA KEPERAWATAN 
Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran.

VII. POHON MASALAH


Resiko Perilaku Kekerasan

Gangguan sensori presepsi : Halusinasi


  

Isolasi Sosial

VIII. RENCANA TINDAKAN


Dalam menyusun rencana keperawatan terlebih dahulu dirumuskan prioritas diagnosa
keperawatan yang dapat ditentukan berdasarkan masalah utama. Hal tersebut tidak terlepas dari
keadaan dan kondisi klien saat menyusun rencana keperawatan.
 Diagnosa keperawatan : Ganguan sensoris presepsi halusinasi, dengan tujuan umum
yaitu klien dapat mengontrol halusinasi yang dialaminya dan tujuan khusus dimana klien dapat
membina hubungan saling percaya, klien mengenal halusinasinya,klien dapat mengontrol
halusinasinya dengan cara menghardik, bercakap – cakap dengan orang lain ,klien dapat
melakukan kegiatan sesuai dengan jadwal, dan klien dapat memanfaatkan obat dengan benar.
Dalam  rencana tindakan keperawatan yang akan di lakukan adalah dengan bina
hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip terapeutik yaitu dengan memberi sapa
kepada klien dengan ramah baik secara verbal maupun non verbal, perkenalkan nama, nama
panggilan serta tujuan perawat berkenalan, tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan
yang disukai klien, tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali interaksi, tunjukan sikap
empati dan menerima apa adanya serta memberikan perhatian dan perhatikan kebutuhan dasar
klien.
Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap dengan cara observasi tingkahlaku
klien terkait halusinasinya, tanyakan apakah klien mengalami sesuatu jika klien menjawab
ya  tanyakan apa yang sedang dialaminya,dengan nada beersahabat katakan perawat percaya
klien mengalami hal tersebut namun perawat sendiri tidak mengalaminya serta mengakatakan
bawah perawat akan membantu klien. Jika klien tidak sedang berhalusinasi klarifikasi tentang
adanya pengalaman halusinasi, diskusikan dengan klien isi, waktu, dan frekuensi terjadinya
halusinasi terdapat juga situasi dan kondisi yang menimbulkan atau tidak menimbulkan
halusinasi.
Ada beberapa cara dalam mengatasi halusinasi antara lain, menghardik, bercakap – cakap
dengan orang lain, meelakukan kegiatan dan minum obat. Ajarkan 1 cara yaitu dengan
menghardik  halusinasi dimana klien diajarkan dengan cara menutup kedua telingan dengan
mengakatan “apa yang saya dengar itu palsu”. Jika cara yang digunakan adaptif beri pujian.
Cara ke dua dalam menghardik halusinasi yaitu dengan bercakap – cakap dengan orang
lain, tindakan keperawatan yang dapat dilakukan dimana tetap membangun hubungan saling
percaya, tanyakan perasaan klien saat ini, evaluasi cara menghardik halusinasi, kontrol halusinasi
dengan bercakap – cakap dengan orang lain dimana klien menemui orang lain untuk
menceritakan tentang halusinasinya, serta membuat dan melaksanakan jadwal kegiatan sehari –
harinya dimana dengan melakukan kegiatan merupakan salah satu contoh untuk meminimalkan /
memutuskan kontak klien dengan halusinasinya. Beri kesempatan kepada klien  untuk
melakukan cara yang dipilih dan dilatih. Pantau pelaksanaan yang telah dipilih dan dilatih, jika
berhasil berikan pujian, ajurkan klien untuk mengikuti terapi aktivitas kelompok, orientasi
realita, stimulasi persepsi.
Obat merupakan hal yang penting dengan tujuan khusus klien dapat memanfaatkan obat
dengan benar. Dimana setelah berinteraksi klien dapat menyebutkan manfaat minum obat,
kerugian tidak minum obat, nama, warna, dosis, efek terapi dan efek samping obat, setelah itu
klien dapat mendemostrasikan penggunaan obat dengan benar dan klien dapat menyebutkan
akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dokter.
Tindakan keperawatan yang dapat di lakukan dengan cara diskusikan dengan klien
manfaat dan kerugian tidak minum obat, nama, warna, dosis, cara, efek samping penggunaan
obat, pandu klien saat penggunaan obat, beri pujian jika klien menggunakan obat dengan benar,
diskusikan dengan klien akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter dan
anjurkan klien untuk konsultasi kepada dokter/perawat jika terjadi hal – hal yang tidak
diinginkan.

5  IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Pertemuan pertama pada klien dengan gangguan sensori presepsi halusinasi yang
diadakan pada tanggal 28 september 2021, pukul 11.30 dengan masalah halusinasi
pendengara  implementasinya adalah sebagai berikut:
1.      Hal pertama yang dilakukan perawat sebelum melaksanakan SP yaitu membina hubungan
saling percaya antar klien dan perawat. Hasilnya klien yaitu Tn.A mau berkenalan dengan
perawat, klien menyebutkan nama lengkapnya dan nama panggilannya.
2.      Membantu klien mengungkapkan perasaannya saat ini. Hasilnya klien Tn.A mengatakan
perasaanya saat ini baik-baik saja. Sebelumnya klien sudah diajarkan cara mengontrol
halusinasi tapi klien tidak  pernah melakukannya karena malas.
3.      Membantu klien mengenal halusinasinya. Hasilnya klien mengatakan isi dari halusinasi
ialah ada suara-suara yang menyuruh klien untuk marah-marah dan sampai saat ini suara
tersebut sering muncul. Biasanya suara-suara tersebut muncul apabila klien sedang
menyendiri atau sedang diam kurang lebih 10 menit. Klien mengatakan ia merasa risih
dengan suara/bisikan tersebut.
4.      Melatih klien mengontrol halusinasinya dengan cara menghardik. Hasilnya perawat
menjelaskan dan mempraktekkan menghardik halusinasi dengan menutup telinga dan
mengatakan “pergi-pergi kalian tidak nyata, kalian palsu” beberapa kali. Kemudian setelah
perawat memberi penjelasan dan contoh, klien melakukan/mempraktekan seperti apa yang
telah dilakukan perawat sebelumnya. Dan mengajak klien untuk memasukkan cara
mengontrol halusinasi dengan menghardik kedalama jadwal kegiatan klien.
5.      Setelah itu melakukan kontrak waktu dengan klien untuk membicarakan cara
kedua  mengontrol halusinasi yaitu dengan latihan berbicara/bercakap-cakap dengan orang
lain saat halusinasi muncul. Hasilnya pada hari Rabu tanggal 29 september 2021, pukul 09.00
bertempat diruang tamu akan berbincang-bincang dengan klien.
            Pertemuan kedua yaitu pada hari senin tanggal 29 se[etember 2021, pukul 09.00
masih dengan masalah keperawatan yang sama yaitu halusinasi pendengaran, bertempat
diruang tamu klien dan perawat berbincang-bincang. Isi perbincangannya yaitu:
1.      Perawat mengevaluasi kembali kegiatan yang dilakukan kemarin yaitu SP 1. Hasilnya klien
dapat mengingat dan memperagakan yang telah diajarkan sebelumnya, yaitu cara
menghardik halusinasi.
2.      Perawat melatih berbicara/bercakap-cakap dengan orang lain saat halusinasinya muncul.
Hasilnya, perawat memberi contoh: “teman kita ngobrol ya, soalnya saya mendengar
suara/bisikan-bisikan”. Perawat mengulang beberapa kali setelah itu meminta klien untuk
mengulangi lagi apa yang dilakukan perawat dan klien dapat melakukan hal tersebut.
3.      Mengajak klien untuk memasukkan kegiatan yang baru saja dilakukan kedalam jadwal
kegiatan harian klien. Hasilnya, bersama dengan perawat klien memasukkan cara
menghilangkan halusinasi kedalam jadwal klien. Dan perawat memotivasi klien untuk
melakukan apa yang telah diajarkan kemarin dan hari ini untuk selalu dilakukan apabila
suara/bisikan-bisikan muncul.
            Pertemuan ketiga, yaitu pada hari jum’at 30 september 2021, bertempat di kamar
pasien tepatnya pada pukul 15.00. Isi perbincangan yaitu:
1.      Perawat mengevaluasi kembali kegiatan yang sebelumnya ( SP1 dan 2). Hasilnya klien bisa
menyebutkan dan memperagakan apa yang telah di pelajari lalu, tapi sayangnya ketika di
tanya apakah klien menerapkan pada saat klien mengalami halusinasi atau pada saat
suara/bisikan muncul, klien menjawab jarang menerapkannya. Dari sini perawat memotivasi
si klien agar melakukan hal tersebut apabila mengalami halusinasi.
2.      Perawat mengajarkan atau melatih untuk melakukan kegiatan yang sesuai dengan
kemampuan klien apabila halusinasi muncul. Disini perawat menjelaskan pentingnya
beraktivitas, selain itu juga perawat mendiskusikan/membicarakan aktivitas apa yang sering
klien lakukan yang sesuai dengan kemampuannya. Hasilnya klien mengatakan setelah
bangun pagi klien langsung membereskan tempat tidur, setelah itu klien mandi. Selain
kegiatan itu klien juga sering terlibat dalam kegiatan membersikan ruangan Yudistira, seperti
mengepel, mengantar/mengambil cucian dan juga membersihkan ruangan makan.
3.      Bersama-sama dengan pasien, perawat menyusun jadwal aktivitas sehari-hari, sesuai
dengan aktivitas yang sudah dilatih terhadap klien dari bangun tidur sampai malam sebelum
tidur.
4.      Perawat memantau pelaksanaan jadwal kegiatan, dan berikan penguatan atau dorongan
untuk terus melakukan kegiatan yang baik. Hasilnya, setiap hari perawat harus memantau apa
saja yang dilakukan pasien.
            Setelah itu perawat membuat kontrak mendatang dengan klien untuk membicarakan
tentang program pengobatan, pada tanggal 01 oktober 2021, bertempat di ruangan makan
tepatnya pada pukul 14.30.
            Pertemuan keempat tanggal 01 oktober 2021, bertujuan untuk mengajarkan klien
tentang program pengobatan, bertempat diruang makan, tepatnya pukul 08.30, dengan klien
Tn.A masalah keperawatan Halusinasi pendengaran.
1.      Mengevaluasi kegiatan yang lalu (SP 1,2,dan 3), bagaiman kemampuan klien. Hasilnya
klien dapat menyebutkan apas aja yang sudah di pelajari dan klien bisa mempraktekan
semanya.
2.      Menanyakan program pengobatan. Hasilnya, klien mengatakan setiap hari tiga kali sehari
klien minum obat, klien juga menyebutkan warna dari obat yaitu; ada orenge,putih dan
merah jambu. Tapi klien lupa untuk apa obat tersebut.
3.      Menjelaskan pentingnya penggunaan obat pada klien. Hasilnya klien dapat mengerti
manfaat obat setelah dijelaskan oleh perawat, dan klien dapat mengulang manfaat setiap obat,
walaupun kadang masih lupa.
4.      Menjelaskan akibat bila klien putus obat. Hasilnya perawat menjelaskan, apabila kilen
putus obat atau berhenti obat penyakit klien akan kambuh lagi dan penyembuhnanya akan
lebih lama lagi.
5.      Menjelaskan cara mendapatkan obat dan pengobatannya dengan menggunakan perinsip 5
benar. Hasil perawat menjelaskan apabila setelah makan baik sarapan,makan siang dan
makan malam klien harus meminta obat kepada perawat dan harus mengecek dengan 5
perinsip yaitu, apakah obat itu milik klien dengan mengecek nama pada kemasan obat,
mengecek apakah oabt itu sesuai dengan yang biasa klien minum, apakah benar waktu
minumnya, apakah dosisnya sesuai dengan yang di berikan. Klien dengan menganggukan
kepala dapat memahami apa yang disampaikan perawat
6.      Setelah menjelaskan manfaat dan caran menggunakan obat perawat melatih pasien minum.
Hasilnya klien dapat memperagakan cara minum obat yang benar.
7.      Memasukkan dalam jadwal harian kegiatan minum obat. Hasilnya bersama-sama dengan
perawat klien memasukkan jadwal minum ubat kedalam jadwal hariannya.
            Setelah semuanya dilakukan perawat juga harus memotivasi klien untuk selalu
menerapkan cara-cara yang telah dipelajari apabila klien mengalami halusinasi.

3.6  EVALUASI TINDAKAN KEPERAWATAN


            Setelah di laksanakan tindakan keperawatan selama 4 hari pada pasien Tn. E 34 tahun
dengan masalah keperawatan gangguan sensori persepsi halusinasi pendengaran maka
evaluasi yang di dapat yaitu :
Pada tanggal 28 spetember 2021 pkl 11.30, Klien mengatakan Klien mau membina hubungan
saling percaya  dengan perawat, klien mengungkapkan perasaannya klien mengatakan
mengenal halusinasinya suara/bisikan yang menyuruh klien untuk marah-marah dan sampai
saat ini suara tersebut sering muncul, klien mengatakan suara-suara itu muncul apabila klien
sedang menyendiri  atau sedang diam. kurang lebih 10 menit. klien mengatakan ia merasa
risih dengan suara/bisikan tersebut. Dengan data objektif : Exspresi wajah bersahabat,
menunjukan rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama,
mau menjawab salam, mau duduk berdampingan dengan perawat, bersedia mengungkapkan
masalah yang dihadapi. Disini dapat dilihat bahwa klien masih perlu bimbingan dalam
kegiatan untuk mengontrol  halusinasinya, Jadi pelaksanaan SP I telah tercapai dengan 1 kali
interaksi
Pada tanggal 29 september 2021 pkl 09.00 Klien mengatakan dapat mengingat dan dapat
mempraktekan apa yang telah diajarkan sebelumnya, yaitu menghardik halusinasi. Klien
mengatakan dapat mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Dengan
data objektif : Klien kooperatif dalam komunikasi mengenai kegiatan mengontrol halusinasi
dengan bercakap-cakap dengan suster, kontak mata dapat di pertahankan. Jadi pelaksanaan
SP II telah tercapai dengan 1 kali interaksi.
Pada tanggal 30 september 2021 pkl 15.00 Klien mengatakan senang di libatkan  dalam
kegiatan jadwal harian  di ruangan. Dengan data objektif : Klien nampak kooperatif dalam
komunikasi, dan aktif dalam melakukan kegiatan di ruangan. Jadi pelaksanaan SP III telah
tercapai dengan 1 kali interaksi.

Pada tanggal 01 oktober 2021 pkl 14.30 Klien mengatakan mampu menyebutkan apa yang
sudah diajarkan walaupun tidak berurutan. Klien mengatakan mengerti manfaat obat setelah
dijelaskan oleh perawat, dan klien dapat mengulang manfaat setiap obat, walaupun kadang
masih lupa. Dengan data objektif : Klien menyebutkan nama obat yang diminum, klien juga
menyebutkan warna dari obat  yaitu :ada orange, putih dan merah jambu, klien minum obat
dengan benar. Jadi pelaksanaan SP IV tercapai dengan 1 kali interaksi.

Anda mungkin juga menyukai