OLEH :
FITRI RAHMI
19112233
DOSEN PEMBIMBING
Latar Belakang.
Kesehatan jiwa merupakan bagian yang integral dari kesehatan. Kesehatan jiwa bukan
sekedar terbebas dari gangguan jiwa, akan tetapi merupakan suatu hal yang di butuhkan oleh
semua orang. Kesehatan jiwa adalah perasaan sehat dan bahagia serta mampu mengatasi
tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagai mana adanya. Serta mempunyai sikap
positif terhadap diri sendiri dan orang lain. (Menkes, 2005)
Menurut Sekretaris Jendral Dapertemen Kesehatan (Sekjen Depkes), H. Syafii Ahmad,
kesehatan jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global bagi setiap negara termasuk
Indonesia. Proses globalisasi dan pesatnya kemajuan teknologi informasi memberikan dampak
terhadap nilai-nilai sosial dan budaya pada masyarakat. Di sisi lain, tidak semua orang
mempunyai kemampuan yang sama untuk menyusuaikan dengan berbagai perubahan, serta
mengelola konflik dan stres tersebut. ( Diktorat Bina Pelayanan Keperawatan dan Pelayanan
Medik Dapertemen Kesehatan, 2007).
Setiap saat dapat terjadi 450 juta orang diseluruh dunia terkena dampak permasalahan
jiwa, syaraf maupun perilaku dan jumlahnya terus meningkat. Pada study terbaru WHO di 14
negara menunjukkan bahwa pada negara-negara berkembang, sekitar 76-85% kasus gangguan
jiwa parah tidak dapat pengobatan apapun pada tahun utama(Hardian, 2008). Masalah kesehatan
jiwa merupakan masalah kesehatan masyarakat yang demikian tinggi dibandingkan dengan
masalah kesehatan lain yang ada dimasyarakat.
Dari 150 juta populasi orang dewasa Indonesia, berdasarkan data Departemen Kesehatan
(Depkes), ada 1,74 juta orang mengalami gangguan mental emosional. Sedangkan 4 % dari
jumlah tersebut terlambat berobat dan tidak tertangani akibat kurangnya layanan untuk penyakit
kejiwaan ini. Krisis ekonomi dunia yang semakin berat mendorong jumlah penderita gangguan
jiwa di dunia, dan Indonesia khususnya kian meningkat, diperkirakan sekitar 50 juta atau 25%
dari juta penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa (Nurdwiyanti, 2008).
Berdasarkan keadaan umum semua pasien yang ada di ruangan Flamboyan RSJ. PFOF.
HB.SAANIN PADANG yaitu berjumlah orang. Dimana pasien terbagi atas berbagai macam
masalah diagnose keperawatan yang berbeda dari 23 orang pasien terdapat 3 masalah utama
pasien dimana 58% pasien menderita gangguan sensori persepsi: Halusinasi, 24% pasien
menderita Isolasi social, dan 18% pasien menderita gangguan pola pikir: Waham.
Berdasarkan hal diatas, kami kelompok tertarik untuk mencari serta membahas halusinasi
dalam seminar kelompok yang sebagai salah satu syarat tugas untuk menyelesaikan praktek
klinik di RSJ. PFOF. HB.SAANIN PADANG.
Tujuan.
Tujuan Umum.
Untuk mengetahui gambaran nyata tentang asuhan keperawatan jiwa pada klien dengan
perubahan persepsi sensori : halusinasi pendengaran di ruangan Flamboyan RSJ. PROF.
HB.SAANIN PADANG
Tujuan khusus
1) Melakukan pengkajian pada klien dengan perubahan persepsi sensori: halusinasi
pendengaran
2) Membuat diagnosa keperawatan pada klien perubahan persepsi sensori : halusinasi
3) Melakukan intervensi keperawatan kepada klien perubahan persepsi sensori:halusinasi
pendengaran
4) Melakukan tiundakan keperawatan pada klien perubahan persepsi sensori : halusinasi
pendengaran
5) Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan pada klien perubahan persepsi sensori:
halusinasi pendengaran
6) Pendokumentasian asuhan keperawatan pada klien dengan perubahan persepsi sensori :
halusinasi pendengaran
7) Dapat membandingkan kesenjangan antara teori dengan kenyataan yang penulis dapatkan.
PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA
A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian dilakukan pada tanggal 28 september 2021 dengan nama pasien Tn. A berusia 18
tahun, jenis kelamin laki-laki, pendidikan terakhir SMA dengan alamat Jln.syeh supayang rt 02
Rw 01 simpang rumbio lubuk sikarah solok. Pasien masuk RS pada tanggal 22 september 2021
di ruangan flamboyan Laki-laki dengan No. RM 04-13-73
I. Identitas Klien
Nama : Tn. A
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 18 Tahun,7 Bl,1Hr
Tanggal lahir : 19/08/2003
Tempat lahir : kota solok
Pendidikan : SMA
Pernikahan : Lajang
Agama : Islam
Ibu kandung : eldawati
Ayah kandung : dahlius
Alamat :Jl.syeh supayang Rt 02 Rw 01 simp rumbio lubuk sikarah solok
No. Rekam Medik : 04-13-73
Informent : Komunikasi dengan klien dan status klien
: Perempuan
: Pasien
: Meninggal
: Tinggal serumah
Klien merupakan anak ke 3 dari 4 bersaudara, klien tinggal bersama kedua orang tua klien
dan kedua kakak, dan adik laki laki.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
VI. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran.
Isolasi Sosial
5 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Pertemuan pertama pada klien dengan gangguan sensori presepsi halusinasi yang
diadakan pada tanggal 28 september 2021, pukul 11.30 dengan masalah halusinasi
pendengara implementasinya adalah sebagai berikut:
1. Hal pertama yang dilakukan perawat sebelum melaksanakan SP yaitu membina hubungan
saling percaya antar klien dan perawat. Hasilnya klien yaitu Tn.A mau berkenalan dengan
perawat, klien menyebutkan nama lengkapnya dan nama panggilannya.
2. Membantu klien mengungkapkan perasaannya saat ini. Hasilnya klien Tn.A mengatakan
perasaanya saat ini baik-baik saja. Sebelumnya klien sudah diajarkan cara mengontrol
halusinasi tapi klien tidak pernah melakukannya karena malas.
3. Membantu klien mengenal halusinasinya. Hasilnya klien mengatakan isi dari halusinasi
ialah ada suara-suara yang menyuruh klien untuk marah-marah dan sampai saat ini suara
tersebut sering muncul. Biasanya suara-suara tersebut muncul apabila klien sedang
menyendiri atau sedang diam kurang lebih 10 menit. Klien mengatakan ia merasa risih
dengan suara/bisikan tersebut.
4. Melatih klien mengontrol halusinasinya dengan cara menghardik. Hasilnya perawat
menjelaskan dan mempraktekkan menghardik halusinasi dengan menutup telinga dan
mengatakan “pergi-pergi kalian tidak nyata, kalian palsu” beberapa kali. Kemudian setelah
perawat memberi penjelasan dan contoh, klien melakukan/mempraktekan seperti apa yang
telah dilakukan perawat sebelumnya. Dan mengajak klien untuk memasukkan cara
mengontrol halusinasi dengan menghardik kedalama jadwal kegiatan klien.
5. Setelah itu melakukan kontrak waktu dengan klien untuk membicarakan cara
kedua mengontrol halusinasi yaitu dengan latihan berbicara/bercakap-cakap dengan orang
lain saat halusinasi muncul. Hasilnya pada hari Rabu tanggal 29 september 2021, pukul 09.00
bertempat diruang tamu akan berbincang-bincang dengan klien.
Pertemuan kedua yaitu pada hari senin tanggal 29 se[etember 2021, pukul 09.00
masih dengan masalah keperawatan yang sama yaitu halusinasi pendengaran, bertempat
diruang tamu klien dan perawat berbincang-bincang. Isi perbincangannya yaitu:
1. Perawat mengevaluasi kembali kegiatan yang dilakukan kemarin yaitu SP 1. Hasilnya klien
dapat mengingat dan memperagakan yang telah diajarkan sebelumnya, yaitu cara
menghardik halusinasi.
2. Perawat melatih berbicara/bercakap-cakap dengan orang lain saat halusinasinya muncul.
Hasilnya, perawat memberi contoh: “teman kita ngobrol ya, soalnya saya mendengar
suara/bisikan-bisikan”. Perawat mengulang beberapa kali setelah itu meminta klien untuk
mengulangi lagi apa yang dilakukan perawat dan klien dapat melakukan hal tersebut.
3. Mengajak klien untuk memasukkan kegiatan yang baru saja dilakukan kedalam jadwal
kegiatan harian klien. Hasilnya, bersama dengan perawat klien memasukkan cara
menghilangkan halusinasi kedalam jadwal klien. Dan perawat memotivasi klien untuk
melakukan apa yang telah diajarkan kemarin dan hari ini untuk selalu dilakukan apabila
suara/bisikan-bisikan muncul.
Pertemuan ketiga, yaitu pada hari jum’at 30 september 2021, bertempat di kamar
pasien tepatnya pada pukul 15.00. Isi perbincangan yaitu:
1. Perawat mengevaluasi kembali kegiatan yang sebelumnya ( SP1 dan 2). Hasilnya klien bisa
menyebutkan dan memperagakan apa yang telah di pelajari lalu, tapi sayangnya ketika di
tanya apakah klien menerapkan pada saat klien mengalami halusinasi atau pada saat
suara/bisikan muncul, klien menjawab jarang menerapkannya. Dari sini perawat memotivasi
si klien agar melakukan hal tersebut apabila mengalami halusinasi.
2. Perawat mengajarkan atau melatih untuk melakukan kegiatan yang sesuai dengan
kemampuan klien apabila halusinasi muncul. Disini perawat menjelaskan pentingnya
beraktivitas, selain itu juga perawat mendiskusikan/membicarakan aktivitas apa yang sering
klien lakukan yang sesuai dengan kemampuannya. Hasilnya klien mengatakan setelah
bangun pagi klien langsung membereskan tempat tidur, setelah itu klien mandi. Selain
kegiatan itu klien juga sering terlibat dalam kegiatan membersikan ruangan Yudistira, seperti
mengepel, mengantar/mengambil cucian dan juga membersihkan ruangan makan.
3. Bersama-sama dengan pasien, perawat menyusun jadwal aktivitas sehari-hari, sesuai
dengan aktivitas yang sudah dilatih terhadap klien dari bangun tidur sampai malam sebelum
tidur.
4. Perawat memantau pelaksanaan jadwal kegiatan, dan berikan penguatan atau dorongan
untuk terus melakukan kegiatan yang baik. Hasilnya, setiap hari perawat harus memantau apa
saja yang dilakukan pasien.
Setelah itu perawat membuat kontrak mendatang dengan klien untuk membicarakan
tentang program pengobatan, pada tanggal 01 oktober 2021, bertempat di ruangan makan
tepatnya pada pukul 14.30.
Pertemuan keempat tanggal 01 oktober 2021, bertujuan untuk mengajarkan klien
tentang program pengobatan, bertempat diruang makan, tepatnya pukul 08.30, dengan klien
Tn.A masalah keperawatan Halusinasi pendengaran.
1. Mengevaluasi kegiatan yang lalu (SP 1,2,dan 3), bagaiman kemampuan klien. Hasilnya
klien dapat menyebutkan apas aja yang sudah di pelajari dan klien bisa mempraktekan
semanya.
2. Menanyakan program pengobatan. Hasilnya, klien mengatakan setiap hari tiga kali sehari
klien minum obat, klien juga menyebutkan warna dari obat yaitu; ada orenge,putih dan
merah jambu. Tapi klien lupa untuk apa obat tersebut.
3. Menjelaskan pentingnya penggunaan obat pada klien. Hasilnya klien dapat mengerti
manfaat obat setelah dijelaskan oleh perawat, dan klien dapat mengulang manfaat setiap obat,
walaupun kadang masih lupa.
4. Menjelaskan akibat bila klien putus obat. Hasilnya perawat menjelaskan, apabila kilen
putus obat atau berhenti obat penyakit klien akan kambuh lagi dan penyembuhnanya akan
lebih lama lagi.
5. Menjelaskan cara mendapatkan obat dan pengobatannya dengan menggunakan perinsip 5
benar. Hasil perawat menjelaskan apabila setelah makan baik sarapan,makan siang dan
makan malam klien harus meminta obat kepada perawat dan harus mengecek dengan 5
perinsip yaitu, apakah obat itu milik klien dengan mengecek nama pada kemasan obat,
mengecek apakah oabt itu sesuai dengan yang biasa klien minum, apakah benar waktu
minumnya, apakah dosisnya sesuai dengan yang di berikan. Klien dengan menganggukan
kepala dapat memahami apa yang disampaikan perawat
6. Setelah menjelaskan manfaat dan caran menggunakan obat perawat melatih pasien minum.
Hasilnya klien dapat memperagakan cara minum obat yang benar.
7. Memasukkan dalam jadwal harian kegiatan minum obat. Hasilnya bersama-sama dengan
perawat klien memasukkan jadwal minum ubat kedalam jadwal hariannya.
Setelah semuanya dilakukan perawat juga harus memotivasi klien untuk selalu
menerapkan cara-cara yang telah dipelajari apabila klien mengalami halusinasi.
Pada tanggal 01 oktober 2021 pkl 14.30 Klien mengatakan mampu menyebutkan apa yang
sudah diajarkan walaupun tidak berurutan. Klien mengatakan mengerti manfaat obat setelah
dijelaskan oleh perawat, dan klien dapat mengulang manfaat setiap obat, walaupun kadang
masih lupa. Dengan data objektif : Klien menyebutkan nama obat yang diminum, klien juga
menyebutkan warna dari obat yaitu :ada orange, putih dan merah jambu, klien minum obat
dengan benar. Jadi pelaksanaan SP IV tercapai dengan 1 kali interaksi.