Anda di halaman 1dari 38

HAKIKAT MASYARAKAT,PESERTA DIDIK,

GURU/PENDIDIK DAN PEMBELAJAR


DALAM KEHIDUPAN
DOSEN PENGAMPU : Dra. ROSDIANA M,Pd

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 10
RINI ARMIANTI BERUTU 3212411015
BILA MAY 3213311015

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT
Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat serta hidayah-
Nya sehingga tugas ini dapat diselesaikan . Penyusunan makalah
ini di buat sebagai salah satu syarat untuk memenuhi nilai tugas
mata kuliah filsafat pendidikan.

Akhir kata sebagaimana layaknya manusia yang jauh


dari kata sempurna kami mengetahui masih banyak sekali
kekurangan dalam penyusunan makalh ini ,oleh karna itu kritik
dan saran yang membangun sangat kami harapkan untuk
pembuatan makalah yang lebih baik kedepanya.

Harapan dan tujuan saya dalam penyusunan makalah ini


adalah agar dapat berguna dan bermanfaat serta sebagai salah
satu sumber pembelajaran yang dapat menambah wawasan dan
ilmu pengetahuan .Atas segala perhatian dan dukungan serta doa
semua saya ucapkan terimakasih.

Medan, 25
Oktober 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
BAB I.....................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................1
1.1.Latar Belakang Masalah............................................................................................1
1.2.Rumusan Masalah......................................................................................................3
1.3.Tujuan Makalah.........................................................................................................3
BAB II...................................................................................................................................4
PEMBAHASAN...................................................................................................................4
2.1. HAKIKAT MASYARAKAT....................................................................................4
2.2 HAKIKAT PESERTA DIDIK................................................................................13
2.3 HAKIKAT PENDIDIK/ GURU..............................................................................17
2.4. HAKIKAT PEMBELAJAR DALAM KEHIDUPAN..........................................25
BAB III................................................................................................................................32
PENUTUP...........................................................................................................................32
3.1. KESIMPULAN........................................................................................................32
3.2.SARAN......................................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................34

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Berbicara tentang pendidikan, maka membahas perkembangan peradaban manusia.
Perkembangan pendidikan manusia akan berpengaruh terhadap dinamika sosial-budaya
masyarakatnya. Sejalan dengan itu, pendidikan akan terus mengalami perkembangan
sesuai dengan perkembangan kebudayaan. Banyak pendapat para tokoh pendidikan yang
kemudian berdampak terhadap peradaban manusia. Tulisan ini akan mendeskripsikan
pendapat tentang arti pentingnya pendidikan bagi manusia, serta sasaran pendidikan secara
umum di Indonesia. Pendekatan sistemik terbadap pengembangan melalui pendidikan
adalah pendekatan di mana masyarakat tradisional sebagai input dan pendidikan sebagai
suatu lembaga pendidikan masyarakat sebagai pelaksana proses pengembangan dan
masyarakat yang dicita-citakan sebagai outputnya yang dicita-citakan.
Dalam proses belajar untuk mengikuti pola acuan bagi tatanan masyarakat yang telah
mapan dan melembaga, anak-anak belajar untuk menyesuaikan dengan nilai-nilai
tradisional di mana institusi tradisional tersebut dibangun. Keseluruhan proses di mana
anak-anak belajar mengikuti pola-pola dan nilai-nilai budaya yang berlaku tersebut
dinamakan proses sosialisasi. Proses sosialisasi tersebut harus beijalan dengan wajar dan
mulus oleh karena kita semua mengetahui betapa pentingnya masa-masa permulaan proses
sosialisasi. Orang tua dan keluarga berharap sekolah dapat melaksanakan proses sosialisasi
tersebut dengan baik.
Dalam lembaga-lembaga ini guru-guru di sekolah dipandang sebagai model dan
dianggap dapat mengemban amanat orang tua (keluarga dan masyarakat) agar anak-anak-
memahami dan kemudian mengadopsi nilai-nilai budaya masyarakatnya. Willard Waller
dalam hubungan ini menganggap sekolah, terutama di daerah-daerah pedesaan sebagai
museum yang menyimpan tentang nilai-nilai kebajikan (mnuseum of virture) (Pardius and
Parelius, 1978; p. 24). Dengan anggapan tersebut, masyarakat menginginkan sekolah
beserta staf pengajarnya harus mampu mengajarkan nilai-nilai kebajikan dari
masyarakatnya (the old viture), atau keseluruhan nilai-nilai yang diyakini dan menjadi
anutan dan pandangan masyarakatnya.
Untuk memberikan pendidikan mengenai kedisiplinan, rasa hormat dan patuh kepada
pemimpin, kemauan kerja keras, kehidupan bernegara dan kehidupan demokrasi,
menghormati, nilai-nilai perjuangan bangsa, rasa keadilan dan persamaan, aturan-aturan

1
hukum dan perundang-undangan dan sebagainya, kiranya lembaga utama yang paling
berkompeten adalah lembaga pendidikan.

Pendidikan adalah suatu bentuk interaksi manusia.[1] Dalam Undang-Undang No.


20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagaman, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.[2] Dalam
pendidikan menuntut terwujudnya manusia Indonesia yang berkualitas, cerdas, beriman,
beriptek dan berakhlakul karimah sebagai tujuan dari pendidikan, maka perlu pengamatan
dari segi aktualisasinya bahwa pendidikan merupakan proses interaksi antara pendidik dan
peserta didik untuk mencapai tujuan dari sebuah proses pendidikan.

Pendidik dan peserta adalah dua entitas yang tak dapat terpisahkan dalam
menggerakkan dimensi pendidikan terutama pendidikan Islam. Kedunya mempunyai
interaksi secara kontinyu yang dapat menghasilkan perambahan intelektual, namun tidak
dapat dipungkiri dalam praktek pendidikan terkadang mengalami degradasi dan dekadensi
bagi kalangan pendidik dengan mengesampingkan tradisi-tradisi humanis yang seharusnya
diberlakukan dalam dimensi-dimensi peserta didik. Hal ini penting menjadi sebuah
otokritik yang produktif dalam membangun tradisi pendidikan dengan mensejajarkan
peserta didik tanpa adanya bentuk diskriminasi.

Pendidik, peserta didik dan tujuan utama pendidikan merupakan komponen utama
dalam pendidikan, ketiga komponen tersebut merupakan komponen yang satu jika hilang
salah satu dari komponen tersebut maka hilang pula hakikat pendidikan tersebut. Hakikat
pendidik dan peserta didik inilah yang perlu menjadi bahan pengetahuan sebagai landasan
untuk melakukan kegiatan transformasi ilmu pengetahuan kepada peserta didik yang
merupakan sebagai obyek dalam penanaman nilai moral, sosial, intelektual, keterampilan
dan spiritual. Pendidik merupakan pelaku utama dalam tujuan dan sasaran pendidikan yaitu
membentuk manusia yang berkepribadian dan dewasa. Disamping sebagai tujuan
pendidikan Islam secara umum diorientasikan untuk membentuk insan kamil, insan kaffah,
dan mampu menjadi khalifah Allah swt.

2
Melihat perkembangan pendidikan yang semakin maju seiring dengan
perkembangan zaman, maka hal yang terpenting dan salah satu faktornya adalah
mempersiapkan pendidik yang benar-benar dapat menjadi teladan dan memahami hakikat
pendidik maupun peserta didik. Hal inilah yang menyebabkan kajian tentang hakikat
pendidik dan peserta didik masih menarik dan dianggap perlu dilakukan. Perlu dipahami
bahwa Guru−pendidik dan anak didik (peserta didik) adalah padanan frase yang serasi,
seimbang dan harmonis. Hubungan keduanya berada dalam relasi kejiwaan yang saling
membutuhkan. Dalam perpisahan raga, jiwa mereka bersatu sebagai “dwitunggal”. Guru
mengajar dan anak didik belajar dalam proses interaksi edukatif yang menyatukan langkah
mereka kesatu tujuan yaitu “kebaikan”. Dengan kemuliaannya guru meluruskan pribadi
anak didik yang dinamis agar tidak membelok dari kebaikan.

1.2.Rumusan Masalah
1 Bagaimanna Penerapan Hakikat Masyarakat ?
2 Bagaimana Hakikat Peserta Didik?
3 Bagaimana Hakikat Pendidik/guru?
4Bagaimana hakikat pembelajar dalam kehidupan?

1.3.Tujuan Makalah
1 Agar Pembaca Tau Bagaimana Hakikat Masyarakat
2 Agar Pembaca Tau Bagaimana Hakikat Peserta didik
3 Agar Pembaca Tau Bagaimana Hakikat Pendidika / Guru
4 Agar Pembaca Tau Apa Hakikat Pembelajar Dalam Kehidupan

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. HAKIKAT MASYARAKAT
Masyarakat adalah suatu perwujudan kehidupan bersama manusia. Dalam
masyarakat berlangsung proses kehidupan sosial, proses antar hubungan dan antar aksi.
Dengan demikian masyarakat dapat diartikan sebagai wadah atau medan tempat
berlangsungnya antar aksi warga masyarakat itu. Untuk mengerti bentuk dan sifat
masyarakat dalam mekanismenya ada ilmu masyarakat (sosiologi) agar lebih baik apabila
ia mengenal “masyarakat” dimana ia menjadi bagian daripadanya, karena tiap-tiap pribadi
tidak saja menjadi warga masyarakat secara pasif.Berbicara tentang pendidikan, maka
membahas perkembangan peradaban manusia. Perkembangan pendidikan manusia akan
berpengaruh terhadap dinamika sosial-budaya masyarakatnya. Sejalan dengan itu,
pendidikan akan terus mengalami perkembangan sesuai dengan perkembangan
kebudayaan. Banyak pendapat para tokoh pendidikan yang kemudian berdampak terhadap
peradaban manusia. Tulisan ini akan mendeskripsikan pendapat tentang arti pentingnya
pendidikan bagi manusia, serta sasaran pendidikan secara umum di Indonesia. Pendekatan
sistemik terbadap pengembangan melalui pendidikan adalah pendekatan di mana
masyarakat tradisional sebagai input dan pendidikan sebagai suatu lembaga pendidikan
masyarakat sebagai pelaksana proses pengembangan dan masyarakat yang dicita-citakan
sebagai outputnya yang dicita-citakan.

Menurut Ki Hajar Dewantoro ada tiga lingkungan pendidikan yaitu lingkungan


keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Dari ketetapan MPR No.
1!/MPR/1988 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara kita mengetahui bahwa pendidikan
itu merupakan tanggung jawab bersama antara orang tua, pemerintah dan masyarakat.

Dari dua penjelasan tersebut di atas maka bentuk pendidikan dibagi menjadi tiga bentuk
yaitu pendidikan formal, pendidikan informal dan pendidikan non formal (Undang-Undang
nomor 2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional).Pelaksanaan ketiga bentuk pendidikan
adalah lembaga pemerintah, lembaga keluarga, lembaga keagamaan dan lembaga
pendidikan lain. Lembaga keluarga menyelenggarakan pendidikan informal, lembaga
pemerintah, lembaga keagamaan, lembaga pendidikan yang lain menyelenggarakan
pendidikan formal maupun pendidikan nonfonnal. Bentuk-bentuk pendidikan nonformal
cukup banyak jenisnya, seperti berbagai macam kursus kcterampilan yang mempersiapkan
tenaga terampil. Seperti kursus menjahit, kursus komputer, kursus montir, kursus bahasa-

4
bahasa asing dan sebagainya. Bentuk pendidikan formal yang beçjalan ini terdiri dari
empat jenjang yaitu SD, SLTP, SLTA dan Perguruan Tinggi. Menurut Undang Undang
Nomor : 2/1989, tentang jenjang pendidikan dibagi menjadi tiga jenjang yaitu Pendidikan
Dasar, Pendidikan Menengah dan Pendidikan Tinggi. Pendidikan Dasar terdiri dari
Sekolah Dasar dan Sekolab Menengah Tingkat Pertama.

Proses pendidikan dari tiga bentuk pendidikan itu dipengaruhi oleh sistem politik
dan ekonomi. (Muhammad Dimyati, 1988 p, 163). Dengan adanya bermacam-macam jenis
politik dan bermacam-macam kondisi ekonomi maka arah proses pendidikan akan
bermacam-macam untuk masing-masing bentuk pendidikan yang diselenggarakan oleh
keluarga, pemerintah, lembaga keagamaan dan lembaga-lembaga non-agama.

PERANAN PENDIDIKAN DALAM MASYARAKAT

Sebagian besar masyarakat modern memandang lembaga-lembaga pendidikan


sebagai peranan kunci dalam mencapai tujuan sosial Pemerintah bersama orang tua telah
menyediakan anggaran pendidikan yang diperlukan sceara besar-besaran untuk kemajuan
sosial dan pembangunan bangsa, untuk mempertahankan nilai-nilai tradisional yang berupa
nilai-nilai luhur yang harus dilestarikan seperti rasa hormat kepada orang tua, kepada
pemimpin kewajiban untuk mematuhi hukum-hukum dan norma-norma yang berlaku, jiwa
patriotisme dan sebagainya. Pendidikan juga diharapkan untuk memupuk rasa takwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, meningkatkan kemajuan-kemajuan dan pembangunan
politik, ekonomi, sosial dan pertahanan keamanan. Pendek kata pendidikan dapat
diharapkan untuk mengembangkan wawasan anak terhadap ideologi, politik, ekonomi,
sosial, budaya dan pertahanan keamanan secara tepat dan benar, sehingga membawa
kemajuan pada individu masyarakat dan negara untuk mencapai tujuan pembangunan
nasional.

Berbicara tentang fungsi dan peranan pendidikan dalam masyarakat ada


bermacam-macam pendapat, di bawah ini disajikan tiga pendapat tentang fungsi
pendidikan dalam masyarakat.Wuradji (1988) menyatakan bahwa pendidikan sebagai
lembaga konservatif mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut: (1) Fungsi sosialisasi, (2)
Fungsi kontrol sosial, (3) Fungsi pelestarian budaya Masyarakat, (4) Fungsi latihan dan
pengembangan tenaga kerja, (5) Fungsi seleksi dan alokasi, (6) Fungsi pendidikan dan

5
perubahan sosial, (7) Fungsi reproduksi budaya, (8) Fungsi difusi kultural, (9) Fungsi
peningkatan sosial, dan (10) Fungsi modifikasi sosial. ( Wuradji, 1988, p. 31-42).

Jeane H. Ballantine (1983) menyatakan bahwa fungsi pendidikan dalam


masyarakat itu sebagai berikut: (1) fungsi sosialisasi, (2) fungsi seleksi, latihan dan alokasi,
(3) fungsi inovasi dan perubahan sosial, (4) fungsi pengembangan pribadi dan sosial
(Jeanne H. Ballantine, 1983, p. 5-7).Meta Spencer dan Alec Inkeles (1982) menyatakan
bahwa fungsi pendidikan dalam masyarakat itu sebagai berikut: (1) memindahkan nilai-
nilai budaya, (2) nilai-nilai pengajaran, (3) peningkatan mobilitas sosial, (4) fungsi
stratifikasi, (5) latihan jabatan, (6) mengembangkan dan memantapkan hubungan
hubungan sosial (7) membentuk semangat kebangsaan, (8) pengasuh bayi.

Dari tiga pendapat tersebut di atas, tidak ada perbedaan tetapi saling melengkapi
antara pendapat yang satu dengan pendapat yang lain.

1) Fungsi Sosialisasi.

Di dalam masyarakat pra industri, generasi baru belajar mengikuti pola perilaku
generasi sebelumnya tidak melalui lembaga-lembaga sekolah seperti sekarang ini. Pada
masyarakat pra industri tersebut anak belajar dengan jalan mengikuti atau melibatkan diri
dalam aktivitas orang-orang yang telah lebih dewasa. Anak-anak mengamati apa yang
mereka lakukan, kemudian menirunya dan anak-anak belajar dengan berbuat atau
melakukan sesuatu sebagaimana dilakukan oleh orang-orang yang telah dewasa. Untuk
keperluan tersebut anak-anak belajar bahasa atau simbol-simbol yang berlaku pada
generasi tua, menyesuai kan diri dengan nilai-nilai yang berlaku, mengikuti pandangannya
dan memperoleh keterampilan-keterampilan tertentu yang semuanya diperoleh lewat
budaya masyarakatnya. Di dalam situasi seperti itu semua orang dewasa adalah guru,
tempat di mana anak-anak meniru, mengikuti dan berbuat seperti apa yang dilakukan oleh
orang-orang yang lebih dewasa. Mulai dari permulaan, anak-anak telah dibiasakan berbuat
sebagaimana dilakukan oleh generasi yang lebih tua. Hal itu merupakan bagian dari
perjuangan hidupnya. Segala sesuatu yang dipelajari adalah berguna dan berefek langsung
bagi kehidupannya sehari-hari. Hal ini semua bisa terjadi oleh karena budaya yang berlaku
di dalam masyarakat, di mana anak menjadi anggotanya, adalah bersifat stabil, tidak
berubah dan waktu ke waktu, dan statis.

6
Dengan semakin majunya masyarakat, pola budaya menjadi lebih kompleks dan
memiliki diferensiasi antara kelompok masyarakat yang satu dengan yang lain, antara yang
dianut oleh individu yang satu dengan individu yang lain. Dengan perkataan lain
masyarakat tersebut telah mengalami perubahan-perubahan sosial. Ketentuan-ketentuan
untuk berubah ini sebagaimana telah disinggung di halaman-halaman situs web ini
sebelumnya, mengakibatkan terjadinya setiap transmisi budaya dan satu generasi ke
generasi berikutnya selalu menjumpai permasalahan-permasalahan. Di dalam suatu
masyarakat sekolah telah melembaga demikian kuat, maka sekolah menjadi sangat
diperlukan bagi upaya menciptakan/melahirkan nilai-nilai budaya baru (cultural
reproduction).Dengan berdasarkan pada proses reproduksi budaya tersebut, upaya
mendidik anak-anak untuk mencintai dan menghormati tatanan lembaga sosial dan tradisi
yang sudah mapan adalah menjadi tugas dari sekolah. Termasuk di dalam lembaga-
lembaga sosial tersebut diantaranya adalah keluarga, lembaga keagamaan, lembaga
pemerintahan dan lembaga-lembaga ekonomi. Di dalam permulaan masa-masa
pendidikannya, merupakan masa yang sangat penting bagi pembentukan dan
pengembangan pengadopsian nilai-nilai ini. Masa-rnasa pembentukan dan pembangunan
upaya pengadopsian ini dilakukan sebelum anak-anak mampu memiliki kemampuan kritik
dan evaluasi secara rasional.

Sekolah-sekolah menjanjikan kepada anak-anak gambaran tentang apa yang


dicita-citakan oleh lembaga-lembaga sosialnya. Anak-anak didorong, dibimbing dan
diarahkan untuk mengikuti pola-pola prilaku orang-orang dewasa melalui cara-cara ritual
tertentu, melalui drama, tarian, nyanyian dan sebagainya, yang semuanya itu merupakan
ujud nyata dari budaya masyarakat yang berlaku. Melalui cara-cara seperti itu anak. anak
dibiasakan untuk berlaku sopan terhadap orang tua, hormat dan patuh terhadap norma-
norma yang berlaku. Lembaga-lembaga agama mengajarkan bagaimana penganutnya
berbakti kepada Tuhannya berdasarkan tata cara tertentu.

Lembaga-lembaga pemerintahan mengajarkan bagaimana anak kelak apabila telah menjadi


warga negara penuh, memenuhi kewajiban-kewajiban negara, memiliki jiwa patriotik dan
memiliki kesadaran berwarga negara. Semua ajaran dan pembiasaan tersebut pada
permulaannya berlangsung melalui proses emosional, bukan proses kognitif.

7
Dalam proses belajar untuk mengikuti pola acuan bagi tatanan masyarakat yang
telah mapan dan melembaga, anak-anak belajar untuk menyesuaikan dengan nilai-nilai
tradisional di mana institusi tradisional tersebut dibangun. Keseluruhan proses di mana
anak-anak belajar mengikuti pola-pola dan nilai-nilai budaya yang berlaku tersebut
dinamakan proses sosialisasi. Proses sosialisasi tersebut harus beijalan dengan wajar dan
mulus oleh karena kita semua mengetahui betapa pentingnya masa-masa permulaan proses
sosialisasi. Orang tua dan keluarga berharap sekolah dapat melaksanakan proses sosialisasi
tersebut dengan baik. Dalam lembaga-lembaga ini guru-guru di sekolah dipandang sebagai
model dan dianggap dapat mengemban amanat orang tua (keluarga dan masyarakat) agar
anak-anak- memahami dan kemudian mengadopsi nilai-nilai budaya masyarakatnya.
Willard Waller dalam hubungan ini menganggap sekolah, terutama di daerah-daerah
pedesaan sebagai museum yang menyimpan tentang nilai-nilai kebajikan (mnuseum of
virture) (Pardius and Parelius, 1978; p. 24). Dengan anggapan tersebut, masyarakat
menginginkan sekolah beserta staf pengajarnya harus mampu mengajarkan nilai-nilai
kebajikan dari masyarakatnya (the old viture), atau keseluruhan nilai-nilai yang diyakini
dan menjadi anutan dan pandangan masyarakatnya. Untuk memberikan pendidikan
mengenai kedisiplinan, rasa hormat dan patuh kepada pemimpin, kemauan kerja keras,
kehidupan bernegara dan kehidupan demokrasi, menghormati, nilai-nilai perjuangan
bangsa, rasa keadilan dan persamaan, aturan-aturan hukum dan perundang-undangan dan
sebagainya, kiranya lembaga utama yang paling berkompeten adalah lembaga pendidikan.

Sekolah mengemban tugas untuk melaksanakan upaya-upaya mengalihkan nilai-


nilai budaya masyarakat dengan mengajarkan nilai-nilai yang menjadi way of life
masyarakat dan bangsanya. Untuk memenuhi fungsi dan tugasnya tersebut sekolah
menetapkan program dan kurikulum pendidikan, beserta metode dan tekniknya secara
paedagogis, agar proses transmisi nilai-nilai tersebut berjalan lancar dan mulus.

Dalam hubungannya dengan transmisi nilai-nilai, terdapat beragam budaya antara


masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain, dan antara negara yang satu dengan
negara yang lain. Sebagai contoh sekolah-sekolah keguruan di Uni Soviet dan Amerika. Di
Uni Soviet guru-guru harus mengajarkan rasa solidaritas dan rasa tanggung jawab untuk
menyatu dengan kelompoknya dengan mengembangkan sistem kompetisi di antara
mereka. Sementara di Amerika Serikat guru harus mengembangkan kemampuan untuk

8
hidup mandiri dan kemampuan bersaing dengan melakukan upaya-upaya kompetisi penuh
di antara siswa-siswa

2) Fungsi kontrol sosial

Sekolah dalam menanamkan nilai-nilai dan loyalitas terhadap tatanan tradisional


masyarakat harus juga berfungsi sebagai lembaga pelayanan sekolah untuk melakukan
mekanisme kontrol sosial. Durheim menjelaskan bahwa petididikan moral dapat
dipergunakan untuk menahan atau mengurangi sifat-sifat egoisme pada anak-anak menjadi
pribadi yang merupakan bagian masyarakat yang integral di mana anak harus memiliki
kesadaran dan tanggung jawab sosial. (Jeane H. Bellatine, 1983, p.8). Melalui pendidikan
semacam ini individu mengadopsi nilai-nilai sosial dan melakukan interaksi nilai-niiai
tersebut dalam kehidupannya sehari-hari Selanjutnya sebagai individu sebagai anggota
masyarakat ia juga dituntut untuk memberi dukungan dan berusaha untuk mempertahankan
tatanan sosial yang berlaku.Sekolah sebagai lembaga yang berfungsi untuk
mempertahankan dan mengembangkan tatanan-tatanan sosial serta kontrol sosial
mempergunakan program-program asimilasi dan nilai-nilai subgrup beraneka ragam, ke
dalam nilai-nilai yang dominan yang memiliki dan menjadi pola anutan bagi sebagiai
masyarakat.

Sekolah berfungsi untuk mempersatukan nilai-nilai dan pandangan hidup etnik


yang beraneka ragam menjadi satu pandangan yang dapat diterima seluruh etnik. Oleh
karena itu dapat dikatakan bahwa sekolah berfungsi sebagai alat pemersatu dan segala
aliran dan pandangan hidup yang dianut oleh para siswa. Sebagai contoh sekolah di
Indonesia, sekolah harus menanamkan nilai-nilai Pancasila yang dianut oleh bangsa dan
negara Indonesia kepada anak-anak di sekolah.

3) Fungsi pelestarian budaya masyarakat.

Sekolah di samping mempunyai tugas untuk mempersatu budaya-budaya etnik yang


beraneka ragam juga harus melestanikan nilai-nilai budaya daerah yang masih layak
dipertahankan seperti bahasa daerah, kesenian daerah, budi pekerti dan suatu upaya
mendayagunakan sumber daya lokal bagi kepentingan sekolah dan sebagainya.Fungsi
sekolah berkaitan dengan konservasi nilai-nilai budaya daerah ini ada dua fungsi sekolah
yaitu pertama sekolah digunakan sebagai salah satu lembaga masyarakat untuk
mempertahankan nilai-nilai tradisional masyarakat dari suatu masyarakat pada suatu

9
daerah tertentu umpama sekolah di Jawa Tengah, digunakan untuk mempertahankan nilai-
nilai budaya Jawa Tengah, sekolah di Jawa Barat untuk mempertahankan nilai-nilai budaya
Sunda, sekolah di Sumatera Barat untuk mempertahankan nilai-nilai budaya Minangkabau
dan sebagainya dan kedua sekolah mempunyai tugas untuk mempertahankan nilai-nilai
budaya bangsa dengan mempersatukan nilai-nilai yang ada yang beragam demi
kepentingan nasional.Untuk memenuhi dua tuntutan itu maka perlu disusun kurikulum
yang baku yang berlaku untuk semua daerah dan kurikulum yang disesuaikan dengan
kondisi dan nilai-nilai daerah tertentu.Oleh karena itu sekolah harus menanamkan nilai-
nilai yang dapat menjadikan anak itu menjadi yang mencintai daerahnya dan mencintai
bangsa dan tanah airnya.

4) Fungsi seleksi, latihan dan pengembangan tenaga kerja.

Jika kita amati apa yang terjadi dalam masyarakat dalam rangka menyiapkan
tenaga kerja untuk suatu jabatan tertentu, maka di sana akan terjadi tiga kegiatan yaitu
kegiatan, latihan untuk suatu jabatan dan pengembangan tenaga kerja tertentu.Proses
seleksi ini terjadi di segala bidang baik mau masuk sekolah maupun mau masuk pada
jabatan tertentu. Untuk masuk sekolah tertentu harus mengikuti ujian tertentu, untuk masuk
suatu jabatan tertentu harus mengikuti testing kecakapan tertentu. Sebagai contoh untuk
dapat masuk pada suatu sekolah menengah tertentu harus menyerahkan nllai EBTA Murni
(NEM). Dan nilai NEM yang masuk dipilih nilai NEM yang tinggi dari nilai tertentu
sampai nilai yang terendah. Jika bukan nilai yang menjadi persyaratan yang ketat tetapi
biaya sekolah yang tak terjangkau untuk masuk sekolah tertentu. Oleh karena itu anak yang
nilainya rendah dan ekonominya lemah tidak kebagian sekolah yang mutunya tinggi.
Demikian pula untuk memangku jabatan pada pekerjaan tertentu, mereka yang diharuskan
mengikuti seleksi dengan berbagai cara yang tujuannya untuk memperoleh tenaga kerja
yang cakap dan terampil sesuai dengan jabatan yang akan dipangkunya.

Sekolah sebagai lembaga yang berfungsi untuk latihan dan pengembangan tenaga kerja
mempunyai dua hal. Pertama sekolah digunakan untuk menyiapkan tenaga kera
profesional dalam bidang spesialisasi tertentu. Untuk memenuhi ini berbagai bidang studi
dibuka untuk menyiapkan tenaga ahli dan terampil dan berkemampuan yang tinggi dalam
bidangnya. Kedua dapat digunakan untuk memotivasi para pekerja agar memiliki tanggung
jawab terhadap kanier dan pekerjaan yang dipangkunya.Sekolah mengajarkan bagaimanan
menjadi seorang yang akan memangku jabatan tertentu, patuh terhadap pimpinan, rasa

10
tanggung jawab akan tugas, disiplin mengerjakan tugas sesuai dengan aturan yang telah
ditetapkan. Sekolah juga mendidik agar seseorang dapat menghargai harkat dan martabat
manusia, memperlakukan manusia sebagai manusia, dengan memperhatikan segala bakat
yang dimilikinya demi keberhasilan dalam tugasnya.

Sekolah mempunyai fungsi pengajaran, latihan dan pendidikan. Fungsi pengajaran


untuk menyiapkan tenaga yang cakap dalam bidang keahlian yang ditekuninya. Fungsi
latihan untuk mendapatkan tenaga yang terampil sesuai dengan bidangnya, sedang fungsi
pendidikan untuk menyiapkan seorang pribadi yang baik untuk menjadi seorang pekerja
sesuai dengan bidangnya. Jadi fungsi pendidikan ini merupakan pengembangan pribadi
sosial.

5) Fungsi pendidikan dan perubahan sosial.

Pendidikan mempunyai fungsi untuk mengadakan perubahan sosial mempunyai


fungsi (1) melakukan reproduksi budaya, (2) difusi budaya, (3) mengembangkan analisis
kultural terhadap kelembagaan-kelembagaan tradisional, (4) melakukan perubahan-
perubahan atau modifikasi tingkat ekonomi sosial tradisional, dan (5) melakukan
perubahan-perubahan yang lebih mendasar terhadap institusi-institusi tradisional yang
telah ketinggalan.Sekolah berfungsi sebagai reproduksi budaya menempatkan sekolah
sebagai pusat penelitian dan pengembangan. Fungsi semacam ini merupakan fungsi pada
perguruan tinggi. Pada sekolah-sekolah yang lebih rendah, fungsi ini tidak setinggi pada
tingkat pendidikan tinggi.Pada masa-masa proses industrialisasi dan modernisasi
pendidikan telah mengajarkan nilai-nilai serta kebiasaan-kebiasaan baru, seperti orientasi
ekonomi, orientasi kemandirian, mekanisme kompetisi sehat, sikap kerja keras, kesadaran
akan kehidupan keluarga kecil, di mana nilai-nilai tersebut semuanya sangat diperlukan
bagi pembangunan ekonomi sosial suatu bangsa. Usaha-usaha sekolah untuk mengajarkan
sistem nilai dan perspektif ilmiah dan rasional sebagai lawan dan nilai-nilai dan pandangan
hidup lama, pasrah dan menyerah pada nasib, ketiadaan keberanian menanggung resiko,
semua itu telah diajarkan oleh sekolah sekolah sejak proses modernisasi dari perubahan
sosial Dengan menggunakan cara-cara berpikir ilmiah, cara-cara analisis dan
pertimbangan-pertimbangan rasional serta kemampuan evaluasi yang kritis orang akan
cenderung berpikir objektif dan lebih berhasil dalam menguasai alam sekitarnya.

11
Lembaga-lembaga pendidikan disamping berfungsi sebagai penghasil nilai-nilai
budaya baru juga berfungsi penghasil nilai-nilai budaya baru juga berfungsi sebagai difusi
budaya (cultural diffission). Kebijaksanaan-kebijaksanaan sosial yang kemudian diambil
tentu berdasarkan pada hasil budaya dan difusi budaya. Sekolah-sekolah tersebut bukan
hanya menyebarkan penemuan-penemuan dan informasi-informasi baru tetapi juga
menanamkan sikap-sikap, nilai-nilai dan pandangan hidup baru yang semuanya itu dapat
memberikan kemudahan-kemudahan serta memberikan dorongan bagi terjadinya
perubahan sosial yang berkelanjutan.Fungsi pendidikan dalam perubahan sosial dalam
rangka meningkatkan kemampuan analisis kritis berperan untuk menanamkan keyakinan-
keyakinan dan nilai-nilai baru tentang cara berpikir manusia. Pendidikan dalam era abad
modern telah berhasil menciptakan generasi baru dengan daya kreasi dan kemampuan
berpikir kritis, sikap tidak mudah menyerah pada situasi yang ada dan diganti dengan sikap
yang tanggap terhadap perubahan. Cara-cara berpikir dan sikap-sikap tersebut akan
melepaskan diri dari ketergantungan dan kebiasaan berlindung pada orang lain, terutama
pada mereka yang berkuasa. Pendidikan ini terutama diarahkan untuk mempenoleh
kemerdekaan politik, sosial dan ekonomi, seperti yang diajukan oleh Paulo Friere. Dalam
banyak negara terutama negara-negara yang sudah maju, pendidikan orang dewasa telah
dikembangkan sedemikian rupa sehingga masalah kemampuan kritis ini telah berlangsung
dengan sangat intensif. Pendidikan semacam itu telah berhasil membuka mata masyarakat
terutama didaerah pedesaan dalam penerapan teknologi maju dan penyebaran penemuan
baru lainnya.

Pengaruh dan upaya pengembangan berpikir kritis dapat memberikan modifikasi


(perubahan) hierarki sosial ekonomi. Oleh karena itu pengembangan berpikir knitis bukan
saja efektif dalam pengembangan pnibadi seperti sikap berpikir kritis, juga berpengaruh
terhadap penghargaan masyarakat akan nilai-nilai manusiawi, perjuangan ke arah
persamaan hak-hak baik politik, sosial maupun ekonomi. Bila dalam masyarakat
tradisional lembaga-lembaga ekonomi dan sosial didominasi oleh kaum bangsawan dan
golongan elite yang berkuasa, maka dengan semakin pesatnya proses modernisasi tatanan-
tatanan sosial ekonomi dan politik tersebut diatur dengan pertimbangan dan penalaran-
penalaran yang rasional. Oleh karena itu timbullah lembaga-lembaga ekonomi, sosial dan
politik yang berasaskan keadilan, pemerataan dan persamaan. Adanya strata sosial dapat
terjadi sepanjang diperoleh melalui cara-cara objektif dan keterbukaan, misalnya dalam
bentuk mobilitas vertikal yang kompetitif.
12
6) Fungsi Sekolah dalam Masyarakat

DI muka telah dibicarakan tentang adanya tiga bentuk pendidikan yaitu


pendidikan formal, pendidikan informal dan pendidikan nonformal. Pendidikan formal
disebut juga sekolah. Oleh karena itu sekolah bukan satu-satunya lembaga yang
menyelenggarakan pendidikan tetapi masih ada lembaga-lembaga lain yang juga
menyelenggarakan pendidikan. Sekolah sebagai penyelenggara pendidikan mempunyai
dua fungsi yaitu (1) sebagai partner masyarakat dan (2) sebagai penghasil tenaga kerja.
Sekolah sebagai partner masyarakat akan dipengaruhi oleh corak pengalaman seseorang di
dalam lingkungan masyarakat. Pengalarnan pada berbagai kelompok masyarakat, jenis
bacaan, tontonan serta aktivitas-aktivitas lainnya dalam masyarakat dapat mempengaruhi
fungsi pendidikan yang dimainkan oleh sekolah. Sekolah juga berkepentingan terhadap
perubahan lingkungan seseorang di dalam masyarakat. Perubahan lingkungan itu antara
lain dapat dilakukan melalui fungsi layanan bimbingan, penyediaan forum komunikasi
antara sekolah dengan lembaga sosial lain dalam masyarakat. Sebaliknya partisipasi sadar
seseorang untuk selalu belajar dari lingkungan masyarakat, sedikit banyak juga
dipengaruhi oleh tugas-tugas belajar serta pengarahan belajar yang dilaksanakan di
sekolah.

Fungsi sekolah sebagai partner masyarakat akan dipengaruhi pula oleh sedikit
banyaknya serta fungsional tidaknya pendayagunaan sumber-sumber belajar di
masyarakat. Kekayaan sumber belajar dalam masyarakat seperti adanya orang-orang
sumber, perpustakaan, museum, surat kabar, majalah dan sebagainya dapat digunakan oleh
sekolah dalam menunaikan fungsi pendidikan.Sebagai produser kebutuhan pendidikan
masyarakat sekolah dan masyarakat memiliki ikatan hubungan rasional di antara keduanya.
Pertama, adanya kesesuaian antara fungsi pendidikan yang dimainkan oleh sekolah dengan
apa yang dibutuhkan masyarakat. Kedua, ketepatan sasaran atau target pendidikan yang
ditangani oleh lembaga persekolahan akan ditentukan pula o!eh kejelasan perumusan
kontrak antara sekolah selaku pelayan dengan masyarakat selaku pemesan. Ketiga,
keberhasilan penunaian fungsi sekolah sebagai layanan pesanan masyarakat sebagian akan
dipengaruhi oleh ikatan objektif di antara keduanya.

2.2 HAKIKAT PESERTA DIDIK


Menurut kamus Echols & Shadaly, individu adalah kata benda dari individual
yang berarti orang, perseorangan, oknum (Siti Hartinah : 2008). Manusia diciptakan

13
sebagai makhluk yang unik. Masing-masing diberi kelebihan dan kekurangan. Tidak ada
satu pun manusia yang hanya memiliki sisi positif. Sebaliknya, tidak ada manusia yang
hanya memiliki sisi negatif. Keinginan untuk menjadi diri sendiri itu ada pada setiap
manusia. Maka setiap peserta didik yang berada dalam ikatan pendidikan dengan
pendidiknya, adalah mereka yang kebebasannya ingin menjadi ”diri sendiri”.

Uraian tentang manusia dengan kedudukannya sebagai peserta didik haruslah


menempatkan manusia sebagai pribadi yang utuh. Dalam kaitannya dengan kepentingan
pendidikan, akan lebih ditekankan hakikat manusia sebagai kesatuan sifat makhluk
individu dan makhluk sosial, sebagai kesatuan jasmani dan rohani, dan sebagai makhluk
Tuhan dengan menempatkan hidupnya didunia sebagai persiapan kehidupannya diakhirat.
Dalam kegiatan kependidikan, sasaran yang kita harapkan akan menjadi orang dewasa
adalah peserta didik, mereka menjadi tumpuan harapan agar menjadi manusi yang utuh,
manusia bersusila dan bermoral, bertanggung jawab bagi kehidupan, baik bagi dirinya
maupun bagi masyarakat.Dalam bahasa Indonesia, makna siswa, murid, pelajar dan peserta
didik merupakan sinonim (perasan), semuanya bermakna anak yang sedang berguru
(belajar dan bersekolah), anak yang sedang memperoleh pendidikan dasar dari sutu
lembaga pendidikan. Peserta didik adalah subjek utama dalam pendidikan. Dialah yang
belajar setiap saat.Peserta didik merupakan seseorang yang sedang berkembang memiliki
potensi tertentu dengan bantuan pendidik (guru), ia mengembangkan potensinya tersebut
secara optimal . Istilah peserta didik merupakan sebutan bagi semua orang yang mengikuti
pendidikan dilihat dari tatanan makro. Menurut UU no.20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional, peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang
dan jenis pendidikan tertentu.

Dalam pengertian umum, anak didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh
dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan.sedangkan
dalam arti sempit anak didik adalah anak (pribadi yang belum dewasa) yang diserahkan
kepada tanggung jawab pendidik (Yusrina, 2006)Peserta didik menunjukkan seseorang
manusia yang belum dewasa yang akan dibimbing oleh pendidiknya untuk menuju
kedewasaan. Peserta didik adalah komponen masukan dalam sistem pendidikan, yang
selanjutnya diproses dalam proses pendidikan, sehingga menjadi manusia yang berkualitas
sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan

14
bahwa yang dimaksud peserta didik adalah individu manusia yang secara sadar
berkeinginan untuk mengembangkan potensi dirinya (jasmani dan ruhani) melalui proses
kegiatan belajar mengajar yang tersedia pada jenjang atau tingkat dan jenis pendidikan
tertentu. Peserta didik dalam kegiatan pendidikan merupakan obyek utama (central object),
yang kepadanya lah segala yang berhubungan dengan aktivitas pendidikan dirujukkan.

Karakteristik Peserta Didik

Setiap peserta didik memiliki ciri dan sifat atau karakteristik yang diperoleh lingkungan.
Agar pembelajaran dapat mencapai hasil yang optimal guru perlu memahami karakteristik
peserta didik. Karakteristik bawaan merupakan karakteristik yang dimiliki sejak lahir baik
menyangkut faktor biologis maupun faktor sosial psikologis Untuk mengetahui siapa
peserta didik perlu dipahami bahwa sebagai manusia yang sedang berkembnag menuju
kearah ke dewasaan memiliki beberapa karakteristik.

Dalam mengungkapkan ciri-ciri anak didik Edi Suardi (1984) mengemukakan 3 ciri anak
didik:

1. Kelemahan dan ketidakberdayaan.

Anak ketika dilahirkan dalam keadaan lemah yang tidak berdaya untuk dapat bergerak
harus melalui berbagai tahapan. Kelemahan yang dimiliki anak adalah kelemahan rohaniah
dan jasmaniah misalnya tidak kuat gangguan cuaca juga rohaniahnya tidak mampu
membedakan keadaan yang berbahaya ataupun menyenangkan. Kelemahan dan
ketidakberdayaan anak makin lama makin hilang karena berkat bantuan dan bimbingan
pendidik atau yang disebut dengan pendidikan. Pendidikan akan berhenti manakala
kelemahan dan ketidakberdayaan sudah berubah menjadi kekuatan dan keberdayaan, yaitu
suatu keadaan yang dimiliki oleh orang dewasa. Pendidikan justru ada karena adanya ciri
kelemahan dan ketidakberdayaan tersebut.

2 Anak didik adalah makhluk yang ingin berkembang

Keinginan berkembang yang menggantikan ketidakmampuan pada saat anak lahir


merupakan karunia yang besar untuk membawa mereka ketingkat kehidupan jasmaniah
dan rohaniah yang tinggi lebih tinggi lebih tinggi dari makhluk lainnya. Keinginan
berkembang mendorong anak untuk giat, itulah yang menyebabkan adanya kemungkinan
atau pergaln yang disebut pendidikan. Tanpa keinginan berkembang pada anak, akan

15
menjadikan tidak ada kemauan tidak mempunyai vitalitas, tidak giat bahkan barang kali
menjadi malas dam acuh tak acuh.

3.Anak didik yang ingin menjadi diri sendiri.

Sepeti pernah dikemukakan bahwa anak didik itu ingin menjadi diri sendiri. Hal
tersebut penting baginya karena untuk dapat bergaul dalam masyarakat. Seseorang harus
merupakan diri sendiri, orang seorang atau pribadi. Tanpa itu manusia akan menjadi
manusia penurut, dan manusia yang tidak punya pribadi. Pendidikan yang bersifatotoriter
bahkan mematikan pribadi anak yang sedang tumbuh.

Secara garis besar karakteristik peserta didik dibentuk oleh dua faktor yaitu.Faktor
bawaan merupakan faktor yang diwariskan dari kedua orang tua individu yang menentukan
karakteristik fisik dan terkadang intelejensi.Faktor lingkungan merupakan faktor yang
menentukan karakteristik spiritual, mental, psikis, dan juga terkadang fisik dan intelejensi.
Faktor lingkungan dibagi menjadi tiga yaitu:

a. Lingkungan keluarga. Pada lingkungan keluarga seperti motivasi dari kedua orang tua
agar menjadi orang yang sukses kedepannya dan tidak boleh kalah dengan kesuksesan
orang tuanya, kesuksesan teman orang tuanya, kesuksesan anak teman orang tuanya, ingin
merubah nasib keluarga yang melarat, motivasi sebagai kakak yang merupakan contoh
bagi adik-adiknya, motivasi sebagai adik yang tidak boleh kalah dengan kesuksesan
kakaknya.

b. Lingkungan sekolah.Dari lingkungan sekolah seperti motivasi ingin menjadi juara


kelas, motivasi ingin kaya karena melihat orang tua temannya yang kaya, ataupun motivasi
dari gurunya.

c. Lingkungan masyarakat. Lingkungan masyarakat misalnya motivasi dari tetangganya


yang sukses, motivasi karena keluarganya selalu diremehkan masyarakat, ataupun motivasi
karena masyarakatnya diremehkan masyarakat lain.

Setelah mengetahui faktor-faktor tersebut guru dapat memahami bahwa peserta


didiknya digolongkan sebagai individu yang unik dan pilah karena peserta didik pada
hakikatnya terdiri dari individu-individu yang memiliki karakteristik yang berbeda-beda.
Terdapatnya perbedaan individual dalam diri masing-masing peserta didik membuat guru
harus pandai-pandai menempatkan porsi keadilan dengan tepat pada setiap peserta

16
didiknya. Misalnya saja dalam pelajaran fisika, tentunya tidak semua siswa berminat dalam
pelajaran fisika, mungkin ada siswa berminat pada musik, lantas guru tidak harus
memaksanya untuk dapat menyukai fisika apalagi memaksakan agar paham fisika lebih
mendalam dengan memberikan soal dan tugas yang banyak dan sulit ditambah lagi
sanksinya yang berat bila tidak dapat mengerjakan soal/tugas tersebut. Hal inilah yang
nantinya menciptakan potensi buruk pada diri peserta didik sebagai hasil ketidakpuasanya
terhadap lingkungan yang diterimanya.

Pada prinsipnya perkembangan psikis peserta didik selalu ke arah yang lebih baik
seiring dengan tingkat materi pelajaran yang diberikan juga semakin tinggi sehingga
membuat peserta didik terbiasa berpikir secara realistis dan sistematis. Tapi guru
hendaknya mendukung dan membantunya mengembangkan potensi tersebut agar lebih
optimal. Peserta didik yang demikian tidak perlu diajarkan fisika sampai mendalam karena
itu hanya akan membuatnya menjadi jenuh pada setiap pertemuan dan sudah menjadi
kompetensi guru untuk dapat menyadari hal ini, tapi bisa juga divariasikan konsep-konsep
fisika yang berhubungan dengan bidang yang diminatinya, seandainya peserta didik
tersebut tidak mengerti paling tidak pasti ia akan menikmati proses pembelajaran di
kelasnya. Selain dengan cara itu guru juga bisa melakukan pendekatan-pendekatan dalam
proses pembelajaran terhadap peserta didiknya dengan terlebih dahulu membaca situasi.
Misalnya saja dengan memberikan kesempatan kepada siswa yang pintar untuk
mengajarkan kepada temannya yang kurang mengerti. Seperti itulah guru yang profesional.

2.3 HAKIKAT PENDIDIK/ GURU


Pendidik apabila ditinjau dari segi bahasa (etimologi), sebagaimana yang
dijelaskan oleh WJS. Poerwadarminta adalah orang yang mendidik. Di dalam bahasa
Inggris dikenal dengan Teacher yang diartikan guru atau pengajar, atau tutor yang berarti
guru pribadi (private). Dalam bahasa Arab disebutUstadz/zah, Mudarris, Mu`allim,
Mu`addib, selanjutnya dalam bahasa Arab kata Ustadz adalah jamak dari asatidz yang
berarti guru (teacher), profesor (gelar akademik), jenjang dalam bidang intelektual, pelatih,
penulis, dan penyair. adapun kata Mudarris berarti Teacher (guru), instruktor (pelatih),
trainer (pemandu). sedangkan kata Muaddib berarti educator/pendidik atau Teacher In
Coranic School (guru dalam lembaga pendidikan al-Qur`an).Sehingga dari berbagai kata di
atas dapat menunjukan berbagai perbedaan ruang gerak dan lingkungan dimana ilmu
pengetahuan dan ketrampilan diberikan. Misalnya dalam lingkungan sekolah disebut

17
dengan teacher (guru), diperguruan tinggi disebut dosen atau lebih tinggi gelarnya hingga
lecturer atau profesor, sedangkan dirumah-rumah secara pribadi disebut tutor, di pusat-
pusat latihan disebut instructor atau trainer, sedangkan di lembaga pendidikan khususnya
yang mengajarkan agama disebut dengan educator.

Sedangkan Pendidik dalam perspektif pendidikan Islam adalah orang-orang yang


bertanggung jawab terhadap perkembangan seluruh potensi peserta didik , baik petensi
afektif, kognitif, maupun psikomotorik sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam.

Secara terminologi, pengertian yang lebih implisit kata pendidik dapat diartikan
dengan guru, sebagaimana yang disampaikan oleh Hadari Nawawi yang dikutip oleh Moh.
Uzer, pendidik adalah orang yang kerjanya mengajar atau memberikan pelajaran di sekolah
atau di kelas. Bahwa guru yang berarti orang yang bekerja sebagai tenaga pengajar yang
ikut juga bertanggung jawab dalam membantu peserta didik untuk mencapai proses
kedewasaan. Tetapi dalam hal ini banyak disalah artikan banyak orang, bahwa hanya
gurulah yang bertanggung jawab dalam proses pendidikan. Tetapi yang sesungguhnya
adalah baik masyarakat lebih-lebih orang tua peserta didik bersama-sama membangun
proses pendidikan, agar menjadi masyarakat yang dewasa pula.

Dikutip dari Abuddin Nata, pengertian pendidik adalah orang yang mendidik.
Pengertian ini memberikan kesan bahwa pendidik adalah orang yang melakukan kegiatan
dalam bidang mendidik. Secara khusus pendidikan dalam persepektif pendidikan Islam
adalah orang-orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan seluruh potensi
peseta didik. Kalau kita melihat secara fungsional kata pendidik dapat di artikan sebagai
pemberi atau penyalur pengetahuan, keterampilan.Jika menjelaskan pendidik ini selalu
dikaitkan dengan bidang tugas dan pekejaan, maka variabel yang melekat adalah lembaga
pendidikan. Dan ini juga menunjukkan bahwa akhirnya pendidik merupakan profesi atau
keahlian tertentu yang melekat pada diri seseorang yang tugasnya adalah mendidik atau
memberrikan pendidikan.

Istilah yang lain kadang digunakan untuk pendidik adalah sebutan guru. Pendidik
dalam lembaga persekolahan disebut dengan guru, yang meliputi guru madrasah atau
sekolah sejak dari taman kanak-kanak, sekolah menengah dan sampai pada dosen-dosen
diperguruan tinggi, kiyai di pondok pesantren dan lain sebagainya. Guru adalah orang
yang pekerjaannya mendidik peserta didik baik di lingkungan formal (kelas atau sekolah)

18
ataupun nonformal. Dengan demikian peserta didik peranannya merupakan obyek
transformasi ilmu tersebut. Demikian pula pada perkembangannya guru disebut pula
sebagai pengajar (intruksional), posisi pengajar dalam manusia modern sama sekali
berbeda dari tempat yang diberikan kepadanya dalam Islam. Jadi paradigma pendidik tidak
hanya bertugas sebagai guru atau pengajar, yang mendoktrin peserta didiknya untuk
menguasai seperangkat ilmu pengetahuan dan skill tertentu. Pendidik hanya bertugas
sebagai motivtor dan fasilitator dalam proses belajar mengajar karena hakekatnya
pendidikan adalah suatu proses pembentukan kepribadian, moral serta intelektual yang
baik.

Hal ini jelas dapat dikatakan bahwa pendidik dan pengajar mempunyai hakikat dan
merupakan pekerjaan yang sangat mulia dalam pandangan Islam, pergeseran makna dan
paradigma itulah yang terkadang disalahtafsirkan dari hakikat tersebut, yakni makna
tentang sikap mental yang baik dan sifat dalam artian penguasaan sesuatu (keterampilan).
Maka dalam konteks ini dapat dikatakan mendidik bobotnya adalah pembentukan sikap
mental atau kepribadian anak didik sehingga memiliki akhlak (karakter) yang terpuji,
sedangkan mengajar bobotnya adalah penguasaan suatu pengetahuan, keterampilan dan
keahlian tertentu yang berlangsung bagi semua manusia pada semua usia. Hal inilah yang
membedakan pendidikan dalam Islam dan pendidikan non Islam−pendidikan umum dalam
artian pendidikan di dunia Barat, pendidikan Islam adalah pendidikan yang menekankan
pada aspek akhlak yang terpuji dan amal saleh yang semata-mata untuk dunia dan akhirat,
sedangkan pendidikan umum sebagaimana yang dilakukan di Barat hanya pada
menekankan pada penguasaan bidang ilmu tertentu dan semata-mata untuk kebutuhan
duniawi saja, atau dengan kata lain hanya bersifat sementara untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya.Hakekat pendidik sebagai manusia yang memahami ilmu pengetahuan sudah
barang tentu dan menjadi sebuah kewajiban baginya untuk mentransferkan ilmu itu kepada
orang lain demi kemaslahatan ummat.

B. Hakikat Pendidik dan Pengajar

Dari berbagai definisi di atas baik pengertian secara etimologi maupun


terminologi, dapat ditarik hal yang paling inti kaitannya dengan seorang pendidik dalam
hal ini yang banyak diartikan adalah guru, karena salah satu faktor yang perlu diperhatikan
dalam pendidikan adalah pendidik (guru). Karena guru yang dapat diartikan sebagai pelaku
utama pendidikan (pendidik profesional) sehingga banyak syarat-syarat untuk menjadi

19
seorang pendidik. Bahwa seorang pendidik (guru) merupakan pemeran penting dalam
proses belajar mengajar.

Sebenarnya esensi dari tugas mendidik adalah kedua orang tua peserta didik (aspek
keluarga), mungkin karena banyak kesibukan-kesibukan dari berbagai individu keluarga
sehingga memilih untuk menitipkan anaknya ke lembaga pendidikan. Sehingga guru
adalah orang tua yang kedua. Tetapi hal ini merupakan pengaruh yang besar dalam
perkembangan peserta didik. Sehingga bentuk kerja sama antara keluarga, lembaga
pendidikan, bahkan seluruh masyarakat juga harus aktif dalam proses pelaksanaan
pendidikan. Sehinga tidak ada dikotomi salah arti yang dapat menyudutkan pendidik
(guru.). karena dapat dikatakan bahwa pengaruh pendidikan yang ada di sekolah hanya
sebatas perkembangan sikap (afektif), aspek kognitif (pengetahuan) dan psikomotorik
(ketrampilan). Karena sebenarnya istilah antara pendidik dan pengajar adalah berbeda.
Sebab pengajar hanya memberi pengetahuan. Berbeda dengan mendidik, bukan hanya
sekedar memberitahu tetapi juga memberikan teladan dan melakukan usaha-usaha
sehingga yang diberi teladan dapat berbuat seperti yang telah diberitahukan dan telah
diteladankan.

Secara konvensional, guru setidaknya harus memiliki tiga kualifikasi dasar. Yaitu
menguasai materi (pengetahuan), antusiasme, dan penuh kasih sayang (loving) dalam
mengajar dan mendidik karena misi utama guru adalah enlightening "mencerdaskan
bangsa" (bukan sebaliknya membodohkan masyarakat), mempersiapakan anak didik
sebagai individu yang bertanggung jawab dan mandiri, bukan menjadikan manja dan beban
masyarakat. Karena proses pencerdasan harus berangkat dari pandangan filosofi
guru,bahwa anak didik adalah individu yang memiliki beberapa kemampuan dan
ketrampilan.

1. Tugas dan Tanggung Jawab Pendidik

Dalam Islam tugas seorang pendidik dipandang sebagai sesuatu yang sangat mulia. Posisi
ini menyebabkan mengapa Islam menempatkan orang-orang yang beriman dan berilmu
pengetahuan lebih tinggi derajatnya bila dibanding dengan manusia lainnya, hal ini dapat
dilihat dari Firman Allah surat Al-Mujadillah ayat 11 yang artinya: “Hai orang-orang
beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka
lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan:

20
"Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang
beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan
Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Tugas-tugas dari seorang pendidik adalah :

a.Membimbing peserta didik, dalam artian mencari pengenalan terhadap anak didik
mengenai kebutuhan, kesanggupan, bakat, minat dan sebagainya.

b. Menciptakan situasi untuk pendidikan, yaitu ; suatu keadaan dimana tindakan-tindakan


pendidik dapat berlangsung dengan baik dan hasil yang memuaskan.

c. Seorang penddidik harus memiliki pengetahuan yang diperlukan, seperti pengetahuan


keagamaan, dan lain sebagainya. Seperti yang dikemukakan oleh Imam al-Ghazali, bahwa
tugas pendidik adalah menyempurnakan, membersihkan, menyempurnakan serta membaha
hati manusia untuk Taqarrub kepada Allah SWT.

Sedangkan tanggung jawab dari seorang pendidik adalah:

a. Bertanggung moral.

b. Bertanggung jawab dalam bidang pedidikan.

c. Tanggung jawab kemasyarakatan.

d. Bertanggung jawab dalam bidang keilmuan.

Syaiful Bahri Djamarah, menuliskan tugas pendidik adalah;

1. Korektor; Yaitu pendidik bisa membedakan mana nilai yang baik dan mana nilai yang
buruk, koreksi yang dilakukan bersifat menyeluruh dari afektif sampai ke psikomotor.

2. Inspirator; pendidik menjadi inspirator/ilham bagi kemajuan belajar mahasiswa,


petunjuk bagaimana belajar yang baik dan mengatasi permasalahan lainya.

3. Informator; pendidik harus dapat memberikan informasi perkembangan ilmu


pengetahuan dan teknologi.

4. Organisator; Mampu mengelola kegiatan akademik (belajar)

5. Motivator; Mampu mendorong peserta didik agar bergairah dan aktif belajar

21
6. Inisiator; pendidik menjadi pencetus ide-ide kemajuan dalam pendidikan dan
pengajaran.

7. Fasilitator; pendidik dapat memberikan fasilitas yang memungkinkan kemudahan


kegiatan belajar.

8. Pembimbing; membimbing anak didik manusia dewasa susila yang cakap.

9. Demonstrator; jika diperlukan pendidik bisa mendemontrasikan bahan pelajaran yang


susah dipahami.

10. Pengelola kelas; mengelola kelas untuk menunjang interaksi edukatif.

11. Mediator; pendidik menjadi media yag berfungsi sebagai alat komunikasi guna
mengefektifkan proses interaktif edukatif.

12. Supervisor; pendidik hendaknya dapat, memperbaiki, dan menilai secara kritis
terhadap proses pengajaran dan

13. Evaluator; pendidik dituntut menjadi evaluator yag baik dan jujur.

Pendidik, jika ingin berhasil dalam dalam kegiatannya mendidik anak, harus mematuhi
8 adab atau etika yang bisa dimaknai juga sebagai tugas kewajiban selaku pendidik yang
telah diatur pedomannya berlandaskan nilai-nilai luhur Islam. Al-Ghazali -sebagaimana
dikutip Al-Abrasy- menjelaskan tugas dan kewajiban pendidik sebagai berikut:

Pertama, sayang kepada murid sebagaimana sayangnya kepada anaknya sendiri dan
berusah memberi pelajaran yang dapat membebaskannya dari api neraka. Oleh karena itu,
tugas pendidik adalah lebih mulia daripada tugas kedua orang tua. Pendidik adalah sebab
bagi kebahagiaan dunia dan akhirat, sedang orang tua hanyalah sebab bagi kelahiran anak
ke dalam dunia fana.

Kedua, mengikuti akhlak dan keteladanan Nabi Muhamad SAW. Oleh karena itu, seorang
pendidik tidak boleh mengharapkan gaji, upah atau ucapan terima kasih. Ia mengajar harus
dengan niat beribadat dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Ketiga, membimbing murid secara penuh, baik dalam cara belajar maupun dalam
menentukan urutan pelajaran. Ia harus memulai pelajaran dari yang mudah dan berangsur
meningkat kepada yang sukar. Ia harus menjelaskan juga pada murid bahwa menuntut ilmu
itu tidak boleh bercampur dengan niat lain kecuali karena Allah semata-mata.

22
Keempat, menasehati murid agar senantiasa berakhlak baik. Ia harus memualai nasehat itu
dari hanya sekedar sindiran serta dengan penuh kasih sayang, tidak dengan cara dengan
terang-terangan, apalagi dengan kasar dan mengejek, yang malah akan membuat murid
menjadi kebal atau keras kepala sehingga nasehat itu akan menjadi seumpama air dalam
dalam keranjang menetes ke dalam pasir.

Kelima, menghindarkan diri dari sikap merendahkan ilmu-ilmu lain di hadapan anak,
misalnya pendidik bahasa mengatakan ilmu fikih tidak penting, pendidik fikih mengatakan
ilmu tafsir tidak perlu dan sebagainya.

Keenam, menjaga agar materi yang diajarkanya sesuai dengan tingkat kematangan dan
daya tangkap muridnya. Ia tidak boleh memberikan pelajaran yang belum terjangkau oleh
potensi inteljensi anak didiknya. Pelajaran yang tidak disesuaikan malah akan membuat
anak benci, merasa terpaksa dan akhirnya malah meninggalkan pelajaran tersebut.

Ketujuh, memilihkan mata pelajaran yang sesuai untuk anak-anak yang kurang pandai
atau bodoh. Ia tidak boleh menyebut-menyebut bahwa di belakang dari ilmu yang sedang
diajarkanya masih banyak rahasia yang hanya ia sendiri mengetahuinya. Kadang-kadang
pendidik, dengan sikap menyembunyikan semacam itu, ingin memperlihatkan dirinya
sebagai seorang yang sangat dalam ilmunya sehingga orang banyak harus berpendidik
kepadanya.

Kedelapan, mengamalkan ilmunya, serta perkataannya tidak boleh berlawanan dengan


realitas zhahir perbuatannya. Sebab, jika demikian halnya maka murid-murid tidak akan
hormat kepadanya.

2. Tujuan dan Syarat Pendidik

a. Tujuan Pendidik

Pendidik adalah orang yang mempunyai rasa tanggung jawab untuk memberi bimbingan
atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya demi
mencapai kedewasaannya, mampu melaksanakan tugasnya sebagai makhluk tuhan,
makhluk sosial dan sebagai individu yang sanggup berdiri sendiri.Orang yang pertama
yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak atau pendidikan anak adalah orang
tuanya, karena adanya pertalian darah secara langsung sehingga ia mempunyai rasa
tanggung jawab terhadap masa depan anaknya.

23
Orang tua disebut juga sebagai pendidik kodrat. Namun karena mereka tidak mempunayai
kemampuan, waktu dan sebagainya, maka mereka menyerahkan sebagian tanggung
jawabnya kepada orang lain yang dikira mampu atau berkompeten untuk melaksanakan
tugas mendidik.

b. Syarat-syarat dan Sifat-sifat yang Harus dimiliki oleh Seorang Pendidik

Syarat-syarat umum bagi seorang pendidik adalah : Sehat Jasmani dan Sehat Rohani.
Menurut H. Mubangit, syarat untuk menjadi seorang pendidik yaitu:

1. Harus beragama.

2. Mampu bertanggung jawab atas kesejahteraan agama.

3. Tidak kalah dengan guru-guru umum lainnya dalam membentuk Negara yang
demokratis.

4. Harus memiliki perasaan panggilan murni.

Sedangkan sifat-sifat yang harus dimiliki seorang pendidik adalah :

a. Integritas peribadi, peribadi yang segala aspeknya berkembang secara harmonis.

b. Integritas sosial, yaitu peribadi yang merupakan satuan dengan masyarakat.

c. Integritas susila, yaitu peribadi yang telah menyatukan diri dengan norma-norma susila
yang dipilihnya.

Adapun menurut Moh. Athiyah al-Abrasyi yang dikutip oleh Hamdani Ihsan Dan Fuad
Ihsan, seorang pendidik harus memiliki sifat-sifat tertenru agar ia dapat melaksanakan
tugas-tugasnya dengan baik, seperti yang diungkapkan oleh beliau adalah:

1. Memiliki sifat Zuhud, dalam artian tidak mengutamakan materi dan mengajar karena
mencari ridha Allah.

2. Seorang Guru harus jauh dari dosa besar.

3. Ikhlas dalam pekerjaan.

4. Bersifat pemaaf.

24
5. Harus mencintai peserta didiknya.

25
2.4. HAKIKAT PEMBELAJAR DALAM KEHIDUPAN

A.Hakikat Belajar dan Prinsip-prinsip Belajar

Menurut Lindgren belajar sebagai proses perubahan tingkah laku yang relatif
permanen dan perubahan tersebut disebabkan adanya interaksi individu yang bersangkutan
dengan lingkungannya. Heinich (1999)mengatakan bahwa belajar adalah proses aktivitas
pengembangan pengetahuan, keterampilan atau sikap sebagai interaksi seseorang dengan
informasi dan lingkungannya sehingga dalam proses belajar diperlukan pemilihan,
penyusunan dan penyampaian informasi dalam lingkungan yang sesuai dan melalui
interaksi pemelajar dengan lingkungannya. Gredler juga menekankan pengaruh lingkungan
yang sangat kuat dalam proses belajar, studi belajar bukanlah sekedar latihan akademik, ia
adalah aspek penting baik bagi individu maupun masyarakat. Belajar juga merupakan basis
untuk kemajuan masyarakat di masa depan.

Selanjutnya Gagne & Briggs (2008) menjelaskan belajar adalah hasil pasangan
stimulus dan respon yang kemudian diadakan penguatan kembali (reinforcement) yang
terus menerus. Reinforcement ini dimaksudkan untuk menguatkan tingkah laku yang
diinternalisasikan dalam proses belajar. Proses belajar setiap orang akan menghasilkan
hasil belajar yang berbedabeda untuk itu perlunya reinforcement yang terus menerus
hingga mengalami perubahan tingkah laku kearah yang lebih baik.Belajar merupakan
kegiatan yang dilakukan dengan sengaja atau tidak sengaja oleh setiap individu, sehingga
terjadi perubahan dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak bisa berjalan menjadi
bisa berjalan, tidak bisa membaca menjadi bisa membaca dan sebagainya. Belajar adalah
suatu proses perubahan individu yang berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya ke arah
yang baik maupun tidak baik. Belajar setiap orang dapat dilakukan dengan cara berbeda.
Ada belajar dengan cara melihat, menemukan dan juga meniru. Karena melalui belajar
seseorang akan mengalami pertumbuhan dan perubahan dalam dirinya baik secara psikis
maupun fisik. Secara fisik jika yang dipelajari berkaitan dengan dimensi motorik. Secara
psikis jika yang dipelajari berupa dimensi afeksi.

Belajar merupakan aktivitas menuju kehidupan yang lebih baik secara sistematis.
Proses belajar terdiri atas tiga tahapan, yaitu tahap informasi, transformasi dan evaluasi.
Yang dimaksud dengan tahap informasi adalah proses penjelasan, penguraian atau
pengarahan mengenai struktur pengetahuan, keterampilan dan sikap. Tahap transformasi
26
adalah proses peralihan atau pemindahan struktur tadi ke dalam diri peserta didik. Proses
transformasi dilakukan melalui informasi. Sedangkan, pembelajaran adalah proses
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya, tujuan
belajar adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan
maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi. Kegiatan belajar
mengajar seperti mengorganisasi pengalaman belajar, mengolah kegiatan belajar mengajar,
menilai proses dan hasil belajar, semua termasuk tanggung jawab guru. Dalam proses
belajar pasti ada suatu tujuan yang ingin dicapai, ada beberapa hal yang menjadi tujuan
dalam belajar. Klasifikasi hasil belajar menurut Benyamin Bloom (Nana Sudjana, 2010:
22-23)6, yaitu:

1. Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajara intelektual yang terdiri dari enam aspek
yang meliputi pengetahuan, pemahaman, aplikasi,analisi, sintesis, dan evaluasi.

2. Ranah afektif, berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yang meliputi
penerimaan, jawaban, penilaian, organisasi, dan internalisasi.

3. Ranah psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar yang berupa ketrampilan dan
kemampuan bertindak, meliputi enam aspek yakni gerakan refleks, keterampilan gerak
dasar, kemampuan perceptual,ketepatan, keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif
dan interpretatif. Sebagai suatu proses pengaturan, kegiatan belajar mengajar tidak terlepas
dari ciri-ciri tertentu, menurut Edi Suardi kegiatan belajar mengajar sebagai berikut :

a). Belajar mengajar memiliki tujuanBelajar mengajar memiliki tujuan, yakni untuk
membentuk anak didik dalam suatu perkembangan tertentu. Inilah yang dimaksud
belajarmengajar itu sadar tujuan, dengan menempatkan anak didik sebagai pusat perhatian.
Anak didik mempunyai tujuan, unsur lainya sebagai pengantardan penduk.

b). Ada suatu prosedur (jalannya interaksi) yang direncanakan, di desainuntuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.Agar dapat mencapai tujuan secara optimal, maka dalam
melakukan interaksi perlu ada prosedur, atau langkahlangkah sistematik dan relevan.
Untuk mencapai suatu tujuan yang satu dengan yang lain, mungkin akan membutuhkan
prosedur dan desain yang berbeda pula. Sebagai contoh, misalnya tujuan pembelajaran
agar anak didik dapat menunjukkan letak kota New York tentu kegiatanya tidak cocok
kalau anak didik disuruh membaca dalam hati; dan begitu seterusnya.

27
c). Kegiatan belajar mengajar ditandai dengan satu penggarapan materi yang khusus.
Dalam hal ini materi harus didesain sedemikian rupa, sehingga cocok untuk mencapai
tujuan. Sudah barang tentu dalam hal ini perlu memperhatikan komponen-komponen yang
lain, apalagi komponen anak didik yang merupakan sentral. Materi harus didesain dan
dipersiapkan sebelum kegiatan belajar mengajar.

d). Ditandai dengan aktivitas anak didik.Sebagai konsekuensi, bahwa anak didik
merupakan syarat mutlak bagi kegiatan belajar mengajar. Aktivitas anak didik dalam hal
ini, baik secara fisik maupun secara mental, aktif. Jadi tidak ada gunanya melakukan
kegiatan belajar mengajar, kalau anak didik hanya pasif. Karena anak didiklah yang
belajar, maka merekalah yang harus belajar.

e) Dalam kegiatan belajar mengajar, guru berperan sebagai . Dalam perananya sebagai
pembimbing, guru harus berusaha menghidupkan dan mmemberikan motivasi, agar terjadi
interaksi yang kondusif. Guru harus siap sebagai moderator dalam segala situasi proses
belajar mengajar, sehingga guru akan merupakan tokoh yang dilihat dan ditiru tingkah
lakunya oleh peserta didik. Guru (akan lebih baik bersama anak didik) sebagai desaigner
akan memimpin terjadinya interaksi.

f). Dalam belajar mengajar membutuhkan disiplin.Disiplin dalam kegiatan belajar


mengajar ini diartikan sebagai suatu pola tingkah laku yang diatur sedemikian rupa
menurut ketentuan yang sudah ditaati oleh pihak guru maupun anak didik dengan sadar.
Mekanisme konkret dari ketaatan dan ketentuan atau tata tertib itu akan terlihat dari
pelaksanaan prosedur. Jadi, langkah-langkah yang dilaksanakan sesuai dengan prosedur
yang telah digariskan. Suatu penyimpangan dari prosedur berarti suatu indikator dari
pelanggaran disiplin.

g). Ada batas waktuUntuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam sistem berkelas
(kelompok anak didik), batas waktu menjadi salah satu ciri yang tidak biasa ditinggalkan.
Setiap tujuan akan diberi waktu tertentu, kapan tujuan itu sudah harus

h). Evaluasi Dari seluruh kegiatan di atas, evaluasi menjadi bagian penting yang tidak bisa
diabaikan, setelah guru melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Evaluasi harus guru
lakukan untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pengajaran yang telah ditentukan.Dari
beberapa definisi-defenisi di atas dapat dikemukakan beberapa hal yang menyangkut
pengertian belajar sebagai berikut:

28
a) Belajar merupakan proses perubahan dalam setiap individu ke arah yang lebih
menguatkan dan ke arah yang baik.

b) Belajar merupakan suatu proses perubahan pertumbuhan dan perkembangan setiap


individu dengan lingkungannya baik secara fisik maupun kognitifnya.

c) Belajar adalah interaksi individu dengan lingkungannya sehingga membentuk


kepribadian baik emosional, kecakapan, keterampilan dan sikap.

d) belajar merupakan suatu proses usaha sadar yang dilakukan oleh individu untuk suatu
perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak memiliki sikap menjadi bersikap benar,

dari tidak terampil menjadi terampil melakukan sesuatu.

e) Belajar tidak hanya sekedar memetakan pengetahuan atau informasi yang disampaikan.

Namun bagaimana melibatkan individu secara aktifmembuat atau pun merevisi hasil.

B. Hakikat Pembelajaran dan Komponen Sistem Pembelajaran

Pengertian pembelajaran tidak terlepasdari pengertian belajar, belajar dan


pembelajaran menjadi satu rangkaian kegiatan yang tidak dapat dipisahkan. Hasil dari
belajar menjadi model dalam proses pembelajaran selanjutnya. Pembelajaran berarti
kegiatan belajar yang dilakukan oleh pemelajar dan guru. Proses belajar menjadi satu
sistem dalam pembelajaran. Sistem pembelajaran terdiri dari beberapa komponen yang
saling berinteraksi hingga diperoleh interaksi yang efektif. Dick dan Carey8 menjelaskan
komponen dalam sistem.

Strategi pembelajaran adalah spesifikasi untuk memilih dan kejadian dan aktivitas
dalam pembelajaran (Seels and Richey). Strategi pembelajaran mengarahkan kearah peta
pembelajaran dan pengembangan pembelajaran. Pengembanga pembelajaran biasanya
dinyatakan dalam bentuk model-model pembelajaran, dengan alasan :

(a) agar mudah dimengerti oleh pemelajar dan guru.

(b) disesuaikan dengan situasi lingkungan sekolah dan masyarakat.

(c) mampu menghasilkan hasil pembelajaran yang lebih baik sesuai dengan model yang
akan diimplementasikan.

29
Proses belajar dan pembelajaran bukanlah sesuatu yang mudah dilaksanakan tanpa ada
teori-teori yang mendukung untuk menjalankannya. Terdapat banyak teori belajar yang
salah satunya adalah Teori Konstruktivistik. Para pelaku pembelajaran dan berbagai
komponen pendidikan/pembelajaran harus benar-benar cermat dan selektif terhadap teori
belajar yang ada dan tersedia. Mereka harus benar-benar tepat dalam menerapkan teori
yang sesuai dengan keadaan atau kondisi.

Komponen utama dari desain pembelajaran adalah:

1. Tujuan Pembelajaran (umum dan khusus) Adalah penjabaran kompetensi yang akan
dikuasai oleh pembelajar.

2. Pembelajar (pihak yang menjadi fokus) yang perlu diketahui meliputi, karakteristik
mereka, kemampuan awal dan pra syarat.

3. Analisis Pembelajaran, merupakan proses menganalisis topik atau materi yang akan
dipelajari.

4. Strategi Pembelajaran, dapat dilakukan secara makro dalam kurun satu tahun atau
mikro dalam kurun satu kegiatan belajar mengajar. Bahan Ajar, adalah format Tujuan
utama dari tahap implementasi, yang merupakan langkah realisasi desain dan
pengembangan adalah sebagai berikut.:

 Membimbing siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran atau kompetensi.

 Menjamin terjadinya pemecahan masalah/solusi untuk mengatasi kesenjangan hasil


belajar yang dihadapi oleh siswa.

 Memastikan bahwa pada akhir program pembelajaran siswa perlu memiliki kompetensi,
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan.

C. Langkah-langkah Penyusunan Perencanaan Pembelajaran

Langkah-langkah penyusunan perencanaan pembelajaran pada hakikatnya


bertujuan untuk mencapai tujuan pembelajaran umum dan khusus yang disesuaikan dengan
standar kompetensi dan kompetensi dasar peserta didik. Langkah-langkah penyusunan
perencanaan pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran,ada tujuh langkah maka
langkah pertama di mulai dengan merumuskan tujuan khusus, memilih pengalaman
belajar, menentukan kegiatan belajar mengajar, menentukan orang yang terlibat dalam

30
proses pembelajaran,memilih bahan dan alat, ketersediaan fasilitas fisik dan ke tujuh
perencanaan evaluasi dan pengembangan. Ketujuh langkah-langkah penyusunan
perencanaan pembelajaran akan kita bahas satu persatu :

1. Merumuskan tujuan Khusus Merumuskan tujuan khusus pembelajaran berarti


merumuskan materi-materi pelajaran yang disesuaikan dengan standar kompetensi dan
kompetensi dasar mata pelajaran yang akan dikembangkan. Merumuskan tujuan
pembelajaran mengandung nilainilai ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.

(a) Ranah kognitif berarti tujuan pembelajaran berkaitan dengan aspek intelektual siswa,
melalui penguasaan pengetahuan dan informasi mengenai data dan fakta, konsep,
generalisasi.

2. Memilih pengalaman belajar .Belajar bukan hanya sekedar mencatat dan menghafal,
akan

tetapi proses berpengalaman, sehingga siswa harus didorong secara aktif untuk melakukan
kegiatan tertentu, mencari dan menemukan sendiri fakta. Ada kalanya proses pembelajaran
juga dilakukan dengan simulasi dan dramatisasi. Tujuan yang hendak dicapai tidak hanya
sekedar untuk mengingat, tapi juga menghayati suatu peran tertentu yang berkaitan dengan
perkembangan mental dan emosi siswa. Ada kalanya siswa juga diberi kesempatan untuk
belajar secara berkelompok.

3. Menentukan kegiatan belajar mengajar.Menentukan kegiatan belajar mengajar yang


sesuai pada dasarnya dapat dirancang melalui pendekatan kelompok atau pendekatan
individual. Pendekatan kelompok adalah pembelajaran yang dirancang dengan
menggunakan pendekatan klasikal, yakni pembelajaran di mana setiap siswa belajar secara
berkelompok baik kelompok besar maupun kelompok kecil. Pembelajaran Pembelajaran
individual adalah pembelajaran di mana siswa belajar secara mandiri melalui bahan ajar
yang dirancang demikian sehingga siswa dapat belajar menurut kecepatan dan kemampuan
masing-masing.

4. Menentukan orang yang terlibat dalam proses pembelajaran Orang-orang yang akan
terlibat dalam proses pembelajaran dan berperan sebagai sumber belajar meliputi instruktur
atau guru, dan tenaga profesional. Peran guru dalam proses pembelajaran adalah sebagai
pengelola pembelajaran. Agar guru dapat melaksanakan fungsi dan tugasnya secara
maksimal, maka guru harus memiliki kemampuan untuk berbicara dang berkomunikasi

31
dengan menggunakan berbagai media. Selain itu, guru juga berperan sebagai pengatur
lingkungan belajar yang memberikan pengalaman belajar yang memadai bagi siswa. Guru

5. Memilih bahan dan alat .Penentuan bahan dan alat dengan mempertimbangkan hal-hal
sebagai berikut:keberagaman kemampuan intelektual siswa jumlah dan keberagaman
tujuan pembelajaran khusus yang harus dicapai siswatipe-tipe media yang diproduksi dan
digunakan secara khusus berbagai alternatif pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
pembelajaran bahan dan alat yang dapat dimanfaatkan fasilitas fisik yang tersedia.

6. Ketersediaan fasilitas fisik.Fasilitas fisik merupakan faktor yang akan berpengaruh


terhadap keberhasilan proses pembelajaran. Fasilitas fisik meliputi ruangan kelas, pusat
media, laboratorium, dan lainlain. Guru dan siswa akan bekerja sama menggunakan bahan
pelajaran, memanfaatkan alat, berdiskusi, dan lain sebagainya dan kesemuanya itu dapat
digunakan melalui proses perencanaan.

7.Perencanaan evaluasi dan pengembanganProsedur evaluasi merupakan faktor penting


dalam perencanaan pembelajaran, sebab dengan evaluasi akan dapat dilihat keberhasilan
pengelolaan pembelajaran dan keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran.Dalam
penyusunan perencanaan pembelajaran di atas setiap calon guru harus memahami makna
standar kompetensi dan kompetensi dasar setiap mata pelajaran sesuai bidang studi yang
akan dikembangkan para calon guru. Standar kompetensi adalah kualifikasi kemampuan
minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan sikap, pengetahuan, dan
keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap tingkat dan semester.Standar kompetensi
terdiri atas sejumlah kompetensi dasar sebagai acuan baku yang harus dicapai dan berlaku
secara nasional. Sedangkan standar kompetensi mata pelajaran sebagai pernyataan tentang
pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang harus dikuasai serta tingkat penguasaan yang
diharapkan dicapai dalam mempelajari suatu mata pelajaran.

32
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Masyarakat diartikan sebagai suatu kelompok manusia yang hidup bersama disuatu
wilayah pada waktu tertentu dengan tata cara berfikir dan bertindak yang relatif sama
dengan pola-pola kehidupan yang terbentuk oleh antar hubungan dan interaksi warga
masyarakat itu dengan alam sekitar yang membuat warga masyarakat itu menyadari diri
mereka sebagi satu kesatuan (kelompok). Hubungan masyarakat dan pendidikan sangat
bersifat korelatif, masyarakat maju karena pendidikan dan pendidikan yang maju hanya
akan ditemukan dalam masyarakat yang maju pula.

Hakikat Peserta didik Menurut pasal 1 ayat 4 Undang-undang republik indonesia


No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, peserta didik adalah anggota
masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur
jenjang dan jenis pendidikan tertentu.

Dari pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa hakikat seorang pendidik
adalah mendidik dan sekaligus di dalamnya mengajar sesuai dengan keilmuwan yang
dimilikinya. Secara umum pendidik adalah orang yang memiliki tanggungjawab mendidik.
Bila dipersempit pengertian pendidik adalah guru yang dalam hal ini di suatu lembaga
sekolah. Sedangkan pengajar adalah pendidik yang baik. Adapun hakekat pendidik adalah
Allah SWT yang mengaanugrahkan ilmu kepada manusia dan manusia pula yang
mempunyai sebuah kewajiban baginya untuk mentransferkan ilmu itu kepada orang lain
demi kemaslahatan. Hakekat peserta didik merupakan individu yang akan dipenuhi
kebutuhan ilmu pengetahuan, sikap dan tingkah lakunya, karena peserta didik adalah
anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses
pembelajaran.Tugas dan peran pendidik sangat berkaitan dan tak tidak dapat dipisahkan,
tugas pendidik adalah membantu peserta didik agar mampu melakukan adaptasi terhadap
diri dan berbagai tantangan kehidupannya, sedangkan peran pendidik adalah sebagai
pemimpin dan pelaksana pendidikan dalam suatu masyarakat dan sekaligus sebagai
anggota masyarakat, sehingga dengan demikian dituntut guru atau pendidik dalam
meningkatkan tugas dan perannya.

Belajar ialah suatu proses usaha yang di lakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secarakeseluruhan sebagai hasil pengamatannya sendiri
dalam interaksidengan lingkungannya.Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik

33
dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran
merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan
pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan
pada peserta didik.

3.2.SARAN
Sebagai calon pendidik, maka sudah seharusnya mahasiswa menambah dan
memperluas pengetahuannya mengenai hakikat guru.

Terdapat berbagai macam manusia dengan aneka karakter dimasyarakat, sebaiknya


setiap individu bisa menempatkan diri dengan baik.

34
DAFTAR PUSTAKA
WEB:
http://farentysiregar.blogspot.com/2014/03/hakikat-masyarakat-dan-hakikat-peserta.html?
m=1

http://langitjinggadipelupukmatarumahmakalah.blogspot.com/2014/10/makalah-hakikat-
pendidik-dan-pengajar.html?m=1

35

Anda mungkin juga menyukai