Anda di halaman 1dari 39

MK. DESAIN DAN BUDAYA.

ARSITEKTUR TRADISIONAL BALI


MINGGU KE - XI

PROGRM STUDI ARSITEKTUR UNIKA SOEGIJAPRANATA


I. POSISI BALI

PROGRM STUDI ARSITEKTUR UNIKA SOEGIJAPRANATA


II. MASYARAKAT BALI

Masyarakat Hindu Bali dan alam semesta adalah suatu hal


yang tidak dapat dipisahkan, begitu pula dengan arsitekturnya.
Manusia Bali tradisional tinggal di sebuah perkampungan yang
ditata dengan pola-pola tertentu mengikuti kaidah-kaidah
tertentu yang mengacu pada alam semesta, yaitu kaidah arah
angin Kaja – Kelod, Kauh – Kangin. Dan kaidah sumbu Utama
Gunung Agung tempat para dewa dan leluhur suci mereka.
Masyarakat Bali percaya hidup di dunia membawa misi untuk
membuat kebaikan bila kebaikannya diterima oleh Sang Hyang
Widi maka dirinya menyatu dengan alam semesta dan
meninggalkan dunia yang fana untuk moksa menuju nirwana,
alam semesta dan bersatu dengan dewanya untuk selamanya,
itulah yang disebut dharma.

PROGRM STUDI ARSITEKTUR UNIKA SOEGIJAPRANATA


III. BALANCE COSMOLOGY
SANG HYANG WIDHI

KESIMBANGAN
Alam duniai
tempat tinggal
para manusia
BWAHOKA
Alam duniai
tempat tinggal BHURLOKA
para manusia Alam semesta
tempat tinggal
para dewa
SWAHLOKA
Alam nista simbol
dari setan/nafsu
penggoda manusia

FAKULTAS ARSITEKTUR DAN DESAIN UNIKA SOEGIJAPRANATA


IV. ORIENTASI SAKRAL
UTARA

BARAT TIMUR

SELATA

PROGRM STUDI ARSITEKTUR UNIKA SOEGIJAPRANATA


V. ORIENTASI SAKRAL

KAJAH

KELOD KANGIN

KELOD

PROGRM STUDI ARSITEKTUR UNIKA SOEGIJAPRANATA


VI. GUNUNG AGUNG

PROGRM STUDI ARSITEKTUR UNIKA SOEGIJAPRANATA


VII. PURA BESAKIH

Pura yang paling besar, paling


sakral dan paling tinggi adalah
Pura Besakih. Pura ini dianggap
pura ibu Pura ini terdiri dari
beberapa pura kepunyaan desa
desa sekitarnya dikaki G Agung.
Gg. Agung merupakan pusat
orientasi masyarakat Hindu Bali
kearah kajah-kangin (tenggara)
untuk itulah dibangun Pura
Besakih yang merupakan pura
untuk orientasi bagi semua
masyarakat Hindu Bali
PROGRM STUDI ARSITEKTUR UNIKA SOEGIJAPRANATA
VII. PURA BESAKIH

PROGRM STUDI ARSITEKTUR UNIKA SOEGIJAPRANATA


VIII. ALAM DI BALI

PROGRM STUDI ARSITEKTUR UNIKA SOEGIJAPRANATA


VIII. ALAM DI BALI

PROGRM STUDI ARSITEKTUR UNIKA SOEGIJAPRANATA


VIII. ALAM DI BALI

PROGRM STUDI ARSITEKTUR UNIKA SOEGIJAPRANATA


VIII. ALAM DI BALI

PROGRM STUDI ARSITEKTUR UNIKA SOEGIJAPRANATA


VIII. ALAM DI BALI

PROGRM STUDI ARSITEKTUR UNIKA SOEGIJAPRANATA


VIII. ALAM DI BALI

PROGRM STUDI ARSITEKTUR UNIKA SOEGIJAPRANATA


IX. ARSITEKTUR BALI

Adalah perwujudan manusia dalam bentuk bangunan, yang


menyatu dengan agama, alam dan kehidupan budaya
masyarakat. Arsitektur Tradisional Bali dapat diartikan sebagai
tata ruang dari wadah kehidupan masyarakat Bali yang telah
berkembang secara turun-temurun dengan segala aturan-
aturan yang diwarisi dari jaman dahulu, sampai pada
perkembangan satu wujud dengan ciri-ciri fisik yang terungkap
pada lontar Asta Kosala-Kosali, Asta Patali dan lainnya,
sampai pada penyesuaian-penyesuaian oleh para undagi
yang masih selaras dengan petunjuk-petunjuk dimaksud
Konsep Dasar
Orientasi Kosmologi / Sanga Mandala
Hirarki Ruang / Tri Angga
Dimensi Tradisional Bali
PROGRM STUDI ARSITEKTUR UNIKA SOEGIJAPRANATA
X. KONSEP TRI LOKA

Tri Loka adalah salah satu bagian


dari Tri Hita Karana, (Atma, Angga ATMA - UTAMA
dan Khaya). Tri Loka merupakan K E P A L A
sistem pembagian zona ketinggian
dalam alam dan juga perencanaan
arsitektur tradisional Bali. MADYA - ANGGA
B A D A N
Utama, bagian yang diposisikan
pada kedudukan yang paling tinggi,
kepala. Madya, bagian yang terletak NISTA - KHAYA
di tengah, badan. Nista, bagian yang K A K I
terletak di bagian bawah, kotor,
rendah, kaki.

PROGRM STUDI ARSITEKTUR UNIKA SOEGIJAPRANATA


XI. KONSEP TRI LOKA

KEPALA - ATAP

BADAN – DINDING

KAKI - PONDASI

PROGRM STUDI ARSITEKTUR UNIKA SOEGIJAPRANATA


XII. KONSEP TRI LOKA

UTAMA
tempat dewa dewa

MADYA
tempat manusia

NISTA tempat
mroh jahat

PROGRM STUDI ARSITEKTUR UNIKA SOEGIJAPRANATA


XIII. KONSEP TRI ANGGA

Tri Angga adalah salah satu bagian


dari Tri Hita Karana, (Atma, Angga ATMA - UTAMA
dan Khaya). Tri Angga merupakan JERO DALEM
sistem pembagian zona atau area
dalam perencanaan arsitektur
tradisional Bali. MADYA - ANGGA
JABA JERO
Utama, bagian yang diposisikan
pada kedudukan yang paling sakral
dan dalam. Madya, bagian yang NISTA - KHAYA
terletak di tengah. Nista, bagian yang J A B A
terletak di bagian bawah, kotor,
rendah dan letaknya diluar.

PROGRM STUDI ARSITEKTUR UNIKA SOEGIJAPRANATA


XIV. KONSEP NAWA SANGA

Orientasi Kosmologi atau


dikenal dengan Sanga Mandala
atau Nawa Sanga adalah konsep JERO DALEM
9 arah mata angin. Hal ini sangat
penting karena orientasi orang
Bali terhadap Gunung Agung dan
arah terbit matahari menjadi JOBO JERO
pedoman tata rumah
Utara melambangkan dewa
Wisnu, selatan dewa Brahma,
timur dewa Iswara dan barat JOBO
adalah dewa Mahadewa.

PROGRM STUDI ARSITEKTUR UNIKA SOEGIJAPRANATA


XV. UMAH BALI

Umah Bali sangat unik karena tidak merupakam satu


kesatuan dalam satu atap tetapi terbagi dalam beberapa
bangunan yang terpisah dalam pola ruang yang diatur menurut
konsep arah angin dan sumbu gunung Agung.
Hirarki ruang-ruang pada rumah tinggal menurut nawa sanga
mis tempat tidur orang tua dan anak-anak harus terpisah, dan
juga hubungan antara dapur dan tempat pemujaan keluarga.
Arah timur dengan sumbu hadap ke gunung Agung adalah
lokasi utama dalam rumah tinggal, sehingga lokasi tersebut
biasa dipakai untuk meletakkan tempat pemujaan atau di Bali di
sebut pamerajan. Untuk mengetahui pola ruang rumah
tradisional Bali maka sebaiknya kita mengenali bagian-bagian
ruang pada rumah tinggal tradisional Bali.

PROGRM STUDI ARSITEKTUR UNIKA SOEGIJAPRANATA


XV. UMAH BALI

UMAH RG TDR ANAK


METEN
PAMERAJAN
RUANG
KERJA PADMASANA

BALE
NATAH SAKEPAT

DAPUR
PAON RG MAKAN
RG TAMU
KM/WC
ANGKUL2
CANDI BENTAR

PROGRM STUDI ARSITEKTUR UNIKA SOEGIJAPRANATA


XV. UMAH BALI

1. PAMERAJAN
2. UMAH METEN
3. RG TD ANAK
4. BALE EMPAT
5. BALE SANGA
6. LUMBUNG
7. PAON/DAPUR
8. ALING ALING
9. ANGKUL2 1O
0.PEKARANGAN

PROGRM STUDI ARSITEKTUR UNIKA SOEGIJAPRANATA


XV. UMAH BALI

Bangunan Pamerajan atau


Padmasana adalah bagian paling
penting dan paling sakral dari
rumah tinggal. Bangunan ini terdiri
dari beberapa bangunan kayu
kecil tempat mengadakan ritual
keagamaan Hindu Bali.
Posisi Pamerajan adalah
dibagian yang paling suci dari
Nawa Sanga berorientasi ke
Kajah Kangin (Tenggara) menuju
ke Gunung Agung dan Pura
Besakih arah yang paling suci

PROGRM STUDI ARSITEKTUR UNIKA SOEGIJAPRANATA


XV. UMAH BALI

PROGRM STUDI ARSITEKTUR UNIKA SOEGIJAPRANATA


XVI. PURA HINDU BALI

Konsep Triloka selalu diterapkan


dalam sistem pembagian zona atau
area dalam perencanaan arsitektur
sakral Pura Hindu Bali untuk bisa
menunjukkan perbedaan tingkat
hirarki kesakralan
Jero Dalem - Utama bagian
paling dalam kedudukan yang
paling sakral. Jobo Jero - Madya
bagian yang terletak di tengah.
Jobo, Nista bagian yang terletak di
bagian luar sifatnya profan.

PROGRM STUDI ARSITEKTUR UNIKA SOEGIJAPRANATA


XVI. PURA HINDU BALI

Meru adalah bangunun dengan


atap bersusun jumlahnya ganjil
pada pura Hindu Bali yang
melambangkan kesucian dan
kesakralan. Bangunan ini
didirikan dengan konstruksi dari
kayu dengan penutup atap ijuk
Posisi dari Meru biasanya
diletakkan di Jero Dalem - Utama
bagian paling dalam kedudukan
yang paling sakral. Dengan
ketinggiannya meru menjadi
penanda adanya pura pada
daerah sekitarnya
PROGRM STUDI ARSITEKTUR UNIKA SOEGIJAPRANATA
XVI. PURA HINDU BALI

UTAMA MADYA N I S T A

JERO DALEM JOBO JERO J O B O

PROGRM STUDI ARSITEKTUR UNIKA SOEGIJAPRANATA


XVI. PURA HINDU BALI

PROGRM STUDI ARSITEKTUR UNIKA SOEGIJAPRANATA


XVII. PINTU MASUK

Dalam setiap bangunan tradisional Bali selalu ada penanda


untu pintu masuk. Penanda tersebut dalamrumah tinggal bentuk
pintu gerbang yang dihiasi ukiran ragam khas Bali yang disebut
angkul angkul. Dibelakang angkul angkul ada jarak tertentu
didirikan dinding sebagai penolak bala sehingga orang yang masuk
harus berbelok kekiri atau kekanan

PROGRM STUDI ARSITEKTUR UNIKA SOEGIJAPRANATA


XVII. PINTU MASUK

PROGRM STUDI ARSITEKTUR UNIKA SOEGIJAPRANATA


XVII. PINTU MASUK

Penanda untuk suatu kawasan berbentuk candi bentar yang dapat dilalui tengahnya.
Candi bentar terdiri dari dua dinding terpisah yang bisa dilewati bagian tengahnya. Dua
bagian dinding yang mengecil keatas dihiasi ornamen tradisional Bali yang artistik

PROGRM STUDI ARSITEKTUR UNIKA SOEGIJAPRANATA


XVII. PINTU MASUK

PROGRM STUDI ARSITEKTUR UNIKA SOEGIJAPRANATA


XVII. PINTU MASUK
FAKULTAS ARSITEKTUR DAN DESAIN UNIKA SOEGIJAPRANATA

PROGRM STUDI ARSITEKTUR UNIKA SOEGIJAPRANATA


XVII. PINTU MASUK

PROGRM STUDI ARSITEKTUR UNIKA SOEGIJAPRANATA


K E S I M P U L A N

Arsitektur Tradisional Bali merupakan produk tatanan budaya


dan tradisi masyarakat Bali. Pengaruh agama Hindu yang
menghormati semesta alam dan lingkungan membawa tradisi
dan penghormatan pada arsitektur tradisional dimana material
alam merupakan “zat hidup” yang harus diperlakukan dengan
baik dan penuh penghormatan.
Upacara untuk mengawali pemakaian material untuk
membangun dan budaya keseimbangan antara arsitektur dan
alam sekitarnya merupakan tradisi kearifan yang akhirnya
membawa arsitektur tradisional bali bertahan hingga ratusan
tahun.

PROGRM STUDI ARSITEKTUR UNIKA SOEGIJAPRANATA


SELAMAT DATANG DI BALI I

MAGISTER TEKNIK ARSITEKTUR UNIKA SOEGIJAPRANATA

Anda mungkin juga menyukai