Anda di halaman 1dari 14

RANCANGAN TAPAK

SISTEM SIRKULASI dan SISTEM UTILITAS

SASARAN BELAJAR:

Mahasiswa mampu menjelaskan pentingnya rancangan sistem sirkulasi dan sistem utilitas pada tapak secara tertulis dan gambar sketsa pada
selembar kertas selama 10 menit

BAHAN BACAAN :

Ching, Franchis,D.K, Adams,Cassandra.2008.Building Construction Illustrated (Terjemahan oleh Tim ITB). Jakarta: Erlangga.
De Chiara, J, E. Koppelman, Lee,1990, Site Planning Standards, (terjemahan oleh Januar Hakim).Jakarta: Erlangga.
Hakim, Rustam, Utomo, Hardi, 2003. Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap- Prinsip – Unsur dan Aplikasi Desain. Jakarta: BumiAksara
M.). Bandung: Intermatra
Small, Robert, Untermann, Richard. Site Planning fo Cluster Housing - Bagian Satu: Tapak Berukuran Kecil (alih bahasa oleh Ir.Vincent
Small, Robert, Untermann, Richard.1986. Site Planning fo Cluster Housing - Bagian Dua: Tapak Berukuran Besar (alih bahasa oleh Aris
K.Onggodipuro)l. Bandung: Intermatra
Todd, Kim W, 1982. Site, Space & Structure (terjemahan oleh Aris K. Onggodipuro). Bandung: Intermatra.

TUGAS MAHASISWA:

 Mencermati dan mencatat penjelasan yang telah diberikan oleh Dosen


 Menjawab tugas-tugas latihan yang diberikan oleh dosen
 Menjelaskan kembali hal-hal yang telah diberikan di depan kelas
 Membuat perencanaan tapak dengan obyek yang ditentukan oleh dosen (Misal: Sekolah Taman Kanak-Kanak, Rumah Tinggal, Villa,
perkantoran dan sebagainya)

ALAT BANTU:

 Papan Tulis,OHP,LCD, Komputer.


 Kertas gambar, alat tulis berwarna

Kumpulan Bahan Kuliah (KBK) Perencanaan dan Perancangan Tapak . Semester 3, 2 sks. Ir. Etty E. Listiati, MT 61
RANCANGAN TAPAK
MATERI X
SISTEM SIRKULASI

SASARAN BELAJAR:

 Mahasiswa mampu menjelaskan pentingnya rancangan sistem sirkulasi pada sebuah tapak secara tertulis dan gambar sketsa pada selembar
kertas selama 7 menit
 Mampu merancang sistem sirkulasi yang baik pada perencanaan tapak dengan cara membuat sketsa pada selembar kertas selama 8 menit

PENJELASAN:

Pencapaian/Aksesibilitas
Pencapaian menuju ke tapak dan bangunan dapat dilakukan secara formal, langsung dan mengesankan dari jalan yang melewati tapak. Untuk itu
pencapaian/aksesibilitas perlu direncanakan dengan baik dan memudahkan pengamat. Pencapaian dapat merupakan perwujudan tapak yang progresif
yaitu tanggapan pengamat secara bertahap dari bagian-bagian pada tapak atau keistimewaan tapak. Pemandangan atau vista dari sebuah tapak yang
berubah-ubah dan di alami oleh pengamat melalui gerakan merupakan sesuatu yang penting dibandingkan dengan hanya ada pemandangan yang
dibekukan dan tunggal (Todd, 1987: 83)
Sistem sirkulasi ke, dari dan di dalam sebuah tapak dapat menentukan tata letak tapak secara keseluruhan.
Sistem sirkulasi menunjukkan hubungan kegiatan antar ruang. Berbagai ragam pencapaian menuju tapak dapat diciptakan melalui perubahan-
perubahan pada sistem sirkulasi.
Pada dasarnya ada dua buah tipe sistem sirkulasi yang mempunyai pengaruh berbeda-beda pada tapak, yaitu: sistem pejalan kaki, sistem kendaraan
:tanpa motor (sepeda, di Indonesia kurang mendapat perhatian), sistem kendaraan bermotor (motor, mobil, bis dan kereta api)
Rancangan sistem sirkulasi harus dapat mengakomodasikan/memungkinkan setiap orang untuk masuk ke dalam sebuah tapak. Baik menggunakan
kendaraan, berjalan kaki, bagi orang cacat maupun bagi orang yang melakukan kegiatan tertentu (mendorong kereta, memikul beban, dan sebagainya)
Untuk kawasan yang luas, pemahaman akan hierarki jalan merupakan hal penting. Hal tersebut digunakan untuk menentukan titik pencapaian yang
paling menguntungkan dari jalan yang sudah ada dan juga titik-titik yang merugikan. Titik pencapaian harus dibuat berjarak cukup dari persimpangan
jalan (30 meter jika mungkin) dan hindarkan titik pencapaian berhadapan langsung dengan pertigaan (3 jalur persimpangan) (Small, 1984: 83)

Kumpulan Bahan Kuliah (KBK) Perencanaan dan Perancangan Tapak . Semester 3, 2 sks. Ir. Etty E. Listiati, MT 62
Sirkulasi
Sirkulasi dapat diartikan sebagai pergerakan yang berhubungan dengan ruang dan waktu., karena merupakan pergerakan dari suatu
tempat ke tempat lain yang membutuhkan waktu.

A jarak dan waktu B

Faktor yang mempengaruhi sirkulasi/pergerakan/perjalanan yaitu adanya maksud tertentu


dan berorientasi ke tempat tujuan atau bersifat rekreasi. Dengan demikian sistem sirkulasi
berkaitan dengan asal dan tujuan, yang menunjukkan arah dari, ke dan di dalam sebuah
tapak.
(Todd, 1987:84)
Sifat sirkulasi harus aman, efisien dan menarik / menyenangkan. Orang akan
menggunakan memilih sirkulasi yang ada apabila ruang sirkulasi tersebut aman,
fungsional, efisien pada arah yang akan ditempuh.
Sistem sirkulasi berdasarkan jenis pengguna dapat dibagi menjadi dua, yaitu: kendaraan
(sepeda, motor, mobil, bus, dan sebagainya) dan manusia (pejalan kaki)

Penentuan sistem sirkulasi merupakan pertimbangan dari jarak dan kecepatan. Jarak yang
relatif dekat dapat ditempuh dengan berjalan kaki, tanpa harus berkendaraan.
Kecepatan dapat dipengaruhi oleh jenis pengguna (kendaraan dan manusia) maupun oleh
jenis material permukaan (perkerasan) yang dipakai. Contoh: Aspal dengan permukaan
halus, menyebabkan berkendaraan berjalan lebih cepat dibandingkan dengan permukaan
paving (beton cetak).
Sirkulasi merupakan satu-satunya cara seseorang dapat mengalami sepenuhnya tapak
dalam tiga dimensi. Panorama berupa pemandangan / view dan vista dari sebuah tapak
yang selalu berubah-ubah selama dalam pergerakan merupakan pengalaman visual yang
menarik.

Keberhasilan suatu rancangan tapak ditentukan oleh keberhasilan dalam penentuan


sistem sirkulasi.

Sirkulasi pejalan kaki


Sistem ini bersifat longgar, sangat fleksibel, berkecepatan rendah, skala manusia dan relatif
Gambar: studi asal-tujuan kecil.
Sumber: Todd, Kim, Site, Space and Structure,hal.86

Kumpulan Bahan Kuliah (KBK) Perencanaan dan Perancangan Tapak . Semester 3, 2 sks. Ir. Etty E. Listiati, MT 63
Sistem pejalan kaki dapat memberikan kebebasan bagi si perancang karena sistem ini mengambil manfaat dari kemampuan manusia.
Akan tetapi karena fleksibilitasnya justru dapat menimbulkan masalah apabila tidak ada kejelasan ruang sirkulasi yang ada. Terlalu banyak
kekakuan menyebabkan banyak hambatan, tetapi terlalu sedikit kendali maka banyak tempat-tempat terlarang yang dilanggar.
Pada tapak yang luas, perlu adanya suatu hierarki yang dibuat berdasarkan intensitas pengguna. Jalan melebar pada lalu lintas padat, dan
jalan menyempit pada tempat berlalu lintas ringan. Mereka bisa memilih sendiri jalan yang diinginkan.
Perlu disadari bahwa ada kemungkinan timbul jalan pintas karena adanya kebutuhan akan kecepatan, sehingga rute yang dirancang tidak
berfungsi. Hal tersebut dapat terjadi sewaktu-waktu.
Karakteristik dari lalu lintas pejalan kaki, dapat dimengerti dengan baik dengan memperbandingkannya terhadap anak sungai atau sungai.
Lalu lintas pejalan kaki, seperti aliran air, mengikuti jalan dengan rintangan yang terkecil dan cenderung mengambil jarak yang terpendek
dari titik ke titik.
Suatu gerakan yang cepat membutuhkan saluran yang langsung dan rata dengan penambahan lebar pada tikungan-tikungan. Apabila
tidak demikian, maka saluran tersebut akan dilanggar sehingga sirkulasi pejalan kaki harus memberikan pilihan tidak kaku.
Pedestrian yang dibuat harus jelas dan dapat mengatur pergerakan para pejalan kaki (tingkatan dan jumlah pengguna). Lebar jalur
pedestrian untuk satu orang minimal 3 kaki (91,5 cm), untuk dua orang minimal 4 kaki (122 cm).
Kemiringan pedestrian maksimal < 5%, lebih dari 5% dianggap sebagi ramp.
Perlu diperhatikan adanya pengguna penyandang cacat, sehingga diperlukan adanya ramp untuk dapat naik ke trotoar (maksimal
kemiringan ramp 17%)

Kumpulan Bahan Kuliah (KBK) Perencanaan dan Perancangan Tapak . Semester 3, 2 sks. Ir. Etty E. Listiati, MT 64
Sumber: Ching, DK. Hal. 23

Jarak yang layak untuk berjalan kaki pada suatu rancangan tapak tergantung pada banyaknya waktu yang dimiliki orang-orang untuk
mencapai tujuannya, usia dan kondisi fisik seseorang serta cuaca. Bagi kebanyakan orang, jarak yang dekat menuju pintu masuk, tempat
parkir akan semakin memuaskan.
Jarak yang masih nyaman untuk berjalan kaki sekitar 300 m. Sedangkan jarak terjauh yang masih memungkinkan untuk berjalan kaki pada
suatu rancangan tapak yaitu 500 m, tetapi diperlukan adanya tempat untuk istirahat.
Persimpangan merupakan titik pertemuan yang mempunyai nilai positif, apabila pada tempat-tempat tersebut dikehendaki adanya suatu
surprise, aktivitas atau titik yang sangat menarik, atau arus lalu lintas akan dibuat perlahan dengan tujuan agar orang dapat berputar atau
berkumpul. Oleh sebab itu sebuah persimpangan harus menampilkan suatu kesan fungsi daripada kenyataan persimpangan itu sendiri
Lalu lintas pejalan kaki mempunyai hubungan erat dengan tanah, lebih merupakan suatu aliran daripada suatu jalur yang tertentu.
Aliran ini dapat dipengaruhi, dipercepat, dibagi, dikelompokkan, diberi saluran, diarahkan, disebarkan atau ditahan sesuai dengan yang
dikehendaki oleh tuntutan fungsi perencanaan.

Kumpulan Bahan Kuliah (KBK) Perencanaan dan Perancangan Tapak . Semester 3, 2 sks. Ir. Etty E. Listiati, MT 65
Pada ruang luar tekstur sangat berpengaruh, baik secara fisik maupun secara visual. Perbedaan tekstur pada lantai / alas dapat
dipergunakan untuk membedakan ruang gerak atau arah sirkulasi. Selain itu tekstur bidang alas dapat menentukan jenis dan kecepatan
dari lalu lintas pejalan kaki. Suatu tekstur tertentu tidak hanya menampung klasifikasi lalu lintas, tetapi juga memberi corak pemakaian,
sebagai contoh: tekstur dari batu bata, beton digunakan untuk sepatu kerja, tekstur dari ubin digunakan sepatu kulit, tekstur dari pasir
digunakan sepatu tertutup atau kaki telanjang.
Mengingat bahwa tekstur dapat berpengaruh secara fisik dan visual maupun pengguna, maka diperlukan pemilihan bahan yang tepat
pada ruang gerak atau arah sirkulasi. Untuk ruang luar sebaiknya dipilih bahan yang tidak licin, tidak mengkilat dan mudah menyerap air.
Contoh: jalan aspal dengan tekstur halus cenderung digunakan untuk kendaraan berkecepatan tinggi, dibandingkan dengan jalan paving
dengan tekstur relatif kasar cenderung digunakan untuk kendaraan dengan kecepatan rendah dan untuk pejalan kaki.
Pada perencanaan ruang luar kadang-kadang diperlukan adanya tangga karena faktor topografi (perbedaan ketinggian) atau karena ingin
mendapatkan kesan menerus, mengurangi kesan monotoon. Untuk pembuatan tangga di ruang luar dapat menggunakan rasio
perbandingan:

2 R + T = 26 inchi

R = Riser ( tinggi undakan); T = Thread (lebar pijakan)


1 inchi = 2, 5 cm  26 inchi = 65 cm

Sirkulasi Kendaraan
Sistem kendaraan tidak bermotor yang sering dipakai secara pribadi adalah sepeda. Di Indonesia, sepeda sebagi alat transportasi belum
mendapatkan perhatian penuh, meskipun sebagian masyarakat menggunakan sepeda sebagai alat transportasi (daerah sub urban).
Sistem kendaraan bermotor yang akan dibahas adalah mobil, bus, dan sepeda motor. Untuk kendaraan yang digunakan sebagai sarana
transportasi lain yang mempunyai kekhususan seperti kereta, pesawat dan kapal diperlukan pembahasan tersendiri.

Pada dasarnya sirkulasi kendaraan harus lebih jelas dan terarah dibandingkan dengan pola sirkulasi manusia. Mengingat bahwa
pergerakan kendaraan sangat cepat, dibanding dengan pergerakan manusia yang berkecepatan rendah dan lebih mudah dikendalikan
(bergerak seperti molekul, bisa menyebar).

Kumpulan Bahan Kuliah (KBK) Perencanaan dan Perancangan Tapak . Semester 3, 2 sks. Ir. Etty E. Listiati, MT 66
Sumber:
Sumber: Ching,Ching, F.D.K,
F.D.K, Ilustrasi Ilustrasi
Konstruksi Bangunan, hal.24
Kontroksi Bangunan, hal.23
Sumber: Ching, F.D.K 2008.Building Construction
hal.24 Illustrated.hal.24
Kumpulan Bahan Kuliah (KBK) Perencanaan dan Perancangan Tapak . Semester 3, 2 sks. Ir. Etty E. Listiati, MT 67
Sirkulasi kendaraan lebih rumit dibandingkan dengan sirkulasi pejalan kaki karena adanya beberapa variabel antara lain ukuran
kendaraan, kecepatan, luas dan topografi.
Topografi dapat membatasi pilihan perancang untuk menentukan rute-rute. Ada dua cara dasar untuk menangani tapak dengan lereng-
lereng curam pada rancangan sistem sirkulasi, yaitu: dengan kelandaian atau lereng yang konstan atau dengan cara spiral ( jalan mengitari
lereng yang curam).
Jika sebuah tapak dirancang untuk pengguna dengan kendaraan / mobil pribadi, maka tapak harus dirancang agar mobil dapat keluar
masuk tapak dengan mudah dan aman. Apabila sebagian besar pemakai / pengguna datang dengan menggunakan transportasi umum
(bus atau lainnya), maka perlu diperhatikan jarak dari jalan menuju tapak, jalan setapak , lintasan jalan yang beratap dan diusahakan jalan
sependek mungkin.
Kemudahan pergerakan / sirkulasi kendaraan juga dipengaruhi oleh ukuran dari lebar jalan dan belokan (manuver). Lebar jalan minimal
untuk 2 arah yaitu 5 meter, sedangkan radius untuk manuver minimal 3 meter (untuk diameter dalam)

Estetika merupakan pertimbangan penting lain pada rancangan sistem sirkulasi. Sebuah jalan dapat dibuat lebih menarik dan tidak
monotoon melalui cara pengaturan rute, pemandangan dan vista yang terjadi disepanjang sisi-sisi rute dan di depan rute tersebut.
Semua teori yang digunakan untuk rancangan eksterior (bentuk, garis, warna, tekstur, keseimbangan, irama) digabung untuk menciptakan
kualitas, estetika dari sirkulasi.
Daya tarik sistem tersebut akan menentukan suasana pemakai atas kedatangan di tempat tujuan. Sebuah rancangan ruang sirkulasi /
jalan harus fungsional, menyenangkan, aman, menarik, tidak berlebih-lebihan dan mengarahkan dengan baik (tidak terlalu kuat / kaku)
Pada akhirnya kita sampai pada kesimpulan bahwa rancangan sirkulasi harus didasarkan pada: keamanan, kemudahan, kejelasan dan
kualitas.

Pola sirkulasi
Pada umumnya sebuah ruang/tempat buatan manusia hanya akan mempunyai arti bagi manusia apabila manusia mengalaminya.
Pengalaman manusia dari suatu tempat ke tempat lain dapat merupakan pergerakan, yang akan tampak sebagai garis, atau suatu pola
sirkulasi. Pola sirkulasi dapat bersifat membimbing, melintas, melingkupi, mengelilingi dari orang yang berjalan kaki ataupun berkendaraan
(baik bermotor maupun tidak) serta jenis kendaraan pengangkut lain.
Kita harus menyadari bahwa pola sirkulasi yang dipilih merupakan fungsi utama sebuah rancangan tapak karena akan menentukan tingkat,
urut-urutan, dan sifat dari pengalaman yang dirasakan serta pemandangan yang muncul.
Setiap obyek merupakan kesatuan antara ruang dan waktu. Hal ini berarti bahwa suatu obyek harus dipahami melalui suatu kesan yang
berturut-turut dan secara keseluruhan, dan tidak dapat dipahami dalam suatu saat atau satu segi saja.
Dalam keadaan bergerak, seseorang akan melihat obyek, ruang (space) atau pemandangan sebagai suatu deretan kesan visual yang
meluas. Manusia akan mengalami dan merasakan ruang secara fisik, fisiologis maupun psikologis. Untuk itu persepsi / pemahaman
tentang ruang bukan hanya berdasar pada penglihatan saja, akan tetapi seluruh pancaindera juga diikut sertakan: penglihatan/ sight,
pengecapan/ taste, penciuman/ smell, perabaan/ touch dan pendengaran/ hearing.
Kumpulan Bahan Kuliah (KBK) Perencanaan dan Perancangan Tapak . Semester 3, 2 sks. Ir. Etty E. Listiati, MT 68
Sebuah pengalaman, jarang yang bersifat statis, di dalamnya hampir selalu terkandung sifat yang
bergerak (dinamis), baik pada si pengamat/ peninjau maupun pada obyek-obyek yang ditinjau. Suatu
obyek jarang dilihat dari satu titik tinjauan yang tetap, akan tetapi umumnya dilihat oleh manusia yang
bergerak.
Dengan demikian kaitannya dengan sirkulasi, maka bentuk tiga dimensi atau modeling dari obyek yang
dilihat lebih penting daripada tampaknya.

Pola sirkulasi dapat berbentuk: radial, linier / loope, grid, organik


Pola Linier merupakan pola gerakan yang berupa garis yang menerus pada satu arah atau lebih.
Pola Grid merupakan merupakan sistem sirkulasi yang memungkinkan gerakan bebas dalam banyak
arah yang berbeda-beda. Pola Radial merupakan sistem sirkulasi yang mempunyai titik pusat yang
dominan. Pola Organik merupakan sistem sirkulasi yang peka terhadap kondisi tapak. Sistem ini
ditandai dengan adanya lintasan lengkung, berliku-liku , jalan buntu dan cul de sac.
Sirkulasi pejalan kaki dapat merupakan kombinasi dari empat sirkulasi di atas, karena fleksibilitasnya
besar dan tidak ada persyaratan teknis yang diminta.

Sumber: Todd, Kim, Site, Space and


Structure,hal.95

Pintu Masuk - Bangunan


Halaman depan atau daerah yang terletak langsung di depan suatu bangunan / struktur atau sekelompok bangunan sebaiknya direncanakan sebagai
bagian yang integral dari bangunan. Hal ini dimaksudkan untuk menarik perhatian dan memberi penempatan pada lalu lintas yang mendekati.
memusatkan perhatian pada entrance, menyiapkan seseorang untuk masuk dan menimbulkan suasana yang nyaman.

Agar supaya pintu masuk kelihatan menarik, maka sebuah halaman depan (forecourt) harus mutlak mempunyai suatu ruang penerima berupa “cave”
ataupun “harbour” yang baik. Adanya rancangan halaman depan yang baik , maka dapat menarik pengunjung. Pengunjung diharapkan akan
mendapatkan pengalaman perubahan yang menyenangkan dari eksterior ke interior atau sebaliknya.
Perlu diingat bahwa pada perlu adanya tingkatan ruang luar yaitu peralihan dari interior ke eksterior dan sebaliknya, sehingga diantara ke duanya
perlu ada ruang peralihan (semi interior/semi eksterior). Ruang peralihan ini merupakan bagian yang penting, sehingga harus dibuat / dirancang yang
baik untuk menarik perhatian orang yang akan melewati / menuju ruang tersebut.

Jalan masuk pada tapak perlu direncanakan dengan baik pula. Lebar jalan masuk harus diperhitungkan terhadap jumlah kendaraan yang akan
ditampung. untuk satu kendaraan lebar 9 -12 kaki (apabila digunakan lebar 9 kaki, maka pada tikungan lebar ditingkatkan menjadi 10 kaki), untuk dua
kendaraan lebar 15-18 kaki.
Jalan masuk yang mempunyai kemiringan > 7 % harus diperkeras untuk menghindari kikisan.
Jalan masuk yang panjang sebaiknya diberi tempat untuk memutar.
Kumpulan Bahan Kuliah (KBK) Perencanaan dan Perancangan Tapak . Semester 3, 2 sks. Ir. Etty E. Listiati, MT 69
Apabila ada kebutuhan tertentu yang menyebabkan garasi dibuat agak curam, maka untuk keamanan didepan garasi dibuat tempat yang relatif datar
pada jarak 12-16 kaki.
Jalan masuk selain dibuat pelat, juga dibuat pita, dengan lebar antara as ke as 5 kaki
(lebar pita 2 kaki, akan tetapi jika untuk jalan kaki diperlebar menjadi 3 kaki)
Radius jalan masuk 5 kaki (1, 5 m).
Drainase pada jalan masuk sangat penting, kemiringan yang memadai 1 persen

Parkir
Parkir merupakan bagian dari rancangan tapak yang penting, mengingat bahwa
kendaraan yang digunakan oleh pengguna /pengunjung harus diberi tempat ketika
ditinggalkan. Ada beberapa bentuk parkir berdasarkan cara menempatkan mobil,
yaitu: parkir paralel, parkir tegak lurus, parkir menyudut (30, 45, 60 derajat) yang
masing-masing mempunyai kekurangan dan kelebihan dalam penerapannya

Parkir Sejajar (paralel)


Parkir sejajar dapat digunakan apabila kita kesulitan untuk mendapatkan lahan yang
cukup luas untuk parkir, sehingga dapat ditempatkan di sisi jalan. Sebaiknya
didekatkan dengan trotoar. Cara ini cukup membahayakan bagi pengemudi /
penumpang yang akan keluar karena pintu yang lebar dapat mengakibatkan
tertabrak mobil yang lewat.

Parkir Tegak Lurus


Parkir tegak lurus (90○ ) merupakan cara parkir yang mudah direncanakan dan paling
efisien dilihat dari segi banyaknya mobil dan lahan yang dibutuhkan serta mudah
pemeliharaannya (ukuran minimal 2,5 m x 5 m).
Parkir tegak lurus juga merupakan cara yang baik untuk tempat parkir sepeda motor
(ukuran minimal 1 x 2 m)

Parkir Menyudut
Parkir menyudut (sudut 30○,45○,60○) memudahkan pengemudi untuk masuk dan
keluar apabila jalur belakang cukup lebar. Efisiensi parkir menyudut tergantung dari
derajat sudut yang digunakan. Semakin mendekati sudut 90○ , semakin efisien petak
Gambar : Jenis pola parkir tersebut terhadap banyaknya mobil yang diparkir terhadap lahan yang dibutuhkan.
Sumber: De Chiara, Standar Perencanaan Tapak, hal.210
Perancangan parkir menyudut lebih tepat untuk jalur satu arah.
Ruang segitiga kecil yang terdapat dibagian ujung jalur parkir dapat digunakan untuk penanaman pohon atau tempat yang aman untuk penyeberang
jalan kaki.

Kumpulan Bahan Kuliah (KBK) Perencanaan dan Perancangan Tapak . Semester 3, 2 sks. Ir. Etty E. Listiati, MT 70
Parkir untuk Kendaraan Penyandang Cacat
Selain ke tiga jenis bentuk parkir tersebut, juga perlu diperhatikan parkir bagi kendaraan para
penyandang cacat. Untuk setiap lahan parkir, minimum dua buah tempat parkir bagi kendaraan
penyandang cacat atau paling sedikit satu tempat untuk 20 kendaraan (dipilih mana yang paling
besar). Harus diletakkan di dekat jalan masuk terhadap bangunan, kalau bisa tidak lebih dai 100
kaki. Ruang yang dirancang untuk para cacat fisik mempunyai lebar 9 kaki.

Setiap tipe / cara parkir yang dirancang harus diperhatikan adanya jarak penglihatan yang
memadai pada ujung jalur pengendaraan dan persimpangan dengan jalan untuk keamanan.
Untuk kemudahan dan pandangan yang baik terhadap bagian depan bangunan, dipilih cara
parkir tegak lurus.
Jalan selebar 4 kaki harus dibuat diantara 2 mobil parkir yang saling membelakangi.
Parkir yang miring (melintang), maksimum 5%. Apabila lebih besar, menyulitkan untuk menutup
pintu.

Pemilihan akan jenis parkir tergantung pada kebutuhan (banyaknya mobil yang menggunakan)
dan luas lahan yang ada.
Pada dasarnya lebar alur parkir ditentukan oleh ukuran kendaraan yang akan ditampung ,
sehingga dalam perencanaan perlu ada penyesuaian.

Sumber: Hakim, Rustam, 2003. Komponen Perancangan Arsitektur


Lansekap- Prinsip – Unsur dan Aplikasi Desain. hal.157

Kumpulan Bahan Kuliah (KBK) Perencanaan dan Perancangan Tapak . Semester 3, 2 sks. Ir. Etty E. Listiati, MT 71
Sumber: Ching, F.D.K, Ilustrasi Konstruksi Bangunan, hal.25

Kumpulan Bahan Kuliah (KBK) Perencanaan dan Perancangan Tapak . Semester 3, 2 sks. Ir. Etty E. Listiati, MT 72
RANCANGAN TAPAK
MATERI XI

SISTEM UTILITAS

SASARAN BELAJAR
Mampu menjelaskan sistem utilitas yang diperlukan dalam perencanaan tapak dengan cara menulis dan membuat sketsa pada selembar kertas
selama 8 menit
Mampu merancang sistem utilitas yang baik dalam perencanaan tapak dengan cara membuat sketsa pada selembar kertas selama 8 menit

PENJELASAN

Utilitas pada tapak juga perlu direncanakan dengan baik, agar tapak dapat berfungsi sesuai dengan yang direncanakan. Pada perencanaan tapak,
sistem utilitas merupakan bagian dari sistem ruang terbuka juga bagian dari sikulasi. Meskipun rencana utilitas akhir yang terperinci akan ditata oleh
seorang insinyur sipil, namun seorang perencana tapak harus membahas secara umum. Tiap rencana tapak harus mengandung secara infrastruktur
dengan sistem sebagai berikut (Small, 1986: 188):
Sistem-sistem pergerakan : mobil, motor, prjalan kaki, transportasi umum
Sistem-sistem energi: gas, listrik
Sistem-sistem komunikasi: telepon, CCTV
Sistem-sistem pengolahan sampah: sampah makanan, saluran air kotor (drainase)
Sistem air bersih: distribusi, penyimpanan, pencegahan kebakaran
Sistem-sistem perlengkapan jalan: lampu jalan, tempat duduk, tanda lalu lintas.
Saluran air kotor (drainase) dan dan air bersih merupakan utlitas yang terpenting dibandingkan dengan utilitas lain.
Pemikiran dan penempatan saluran air kotor (air limbah KM, cucian, dan sebagainya) dan air hujan memerlukan pemikiran yang komprehensif karena
menyangkut dengan sistem pembuangan/saluran kota.
Terdapat perbedaan pengolahan pada tapak berkontur dan tapak datar. Pengolahan darinase pada tapak berkontur relatif lebih rumit dibandingkan
dengan tapak yang relatif datar. Namun kedua bentuk permukaan tanah tersebut, masing-masing mempunyai keuntungan dan kerugian. Pada tanah
berkontur, air akan mengalir dari kontur yang tertinggi menuju kontur terendah, sehingga terjadi aliran alamiah. Sedangkan pada tapak yang relatif
datar, kemiringan saluran pembuangan harus diperhitungkan, agar air buangan dapat mengalir ke saluran kota (minimal 1 %).
Yang perlu diperhatikan bahwa kita berada di daerah beriklim tropis lembab, hujan turun sepanjang tahun. Terutama di daerah pegunungan atau di
dataran tinggi, yang memungkinkan air hujan akan mengalir begitu saja, secara alamiah. Sehingga apabila tapak direncanakan berada di daerah
tersebut, diperlukan adanya saluran pembuangan yang baik.
Hubungan antara sistem saluran pembuangan dengan aliran air permukaan menurut White dalam buku Concept Source Book (Rustam Hakim,
2003:194), merumuskan konsep sebagai berikut:
 Sistem aliran air terbagi menjadi aliran permukaan dan aliran bawah
Kumpulan Bahan Kuliah (KBK) Perencanaan dan Perancangan Tapak . Semester 3, 2 sks. Ir. Etty E. Listiati, MT 73
 Untuk mempermudah aliran air, maka perletakan massa bangunan diusahakan pada tempat yang tinggi atau naikkan bangunan di atas
gundukan tanah.
 Hindarkan drainase saluran pembuangan berada di bawah bangunan atau perkerasan
 Hindarkan perletakkan massa bangunan pada tanah yang rawan banjir atau pada cekungan permukaan
 Hindarkan daerah-daerah yang terendam air dan susah dikeringkan
 Manfaatkan tempat-tempat yang diperkeras sebagai pengalir air
 Kumpulkan pengaliran air menuju arah reservoir (penampungan air) buangan, kolam, atau danau
 Alirkan air ke saluran pembuangan di dalam tapak dan salurkan ke saluran pembuangan di jalan utama (riol kota)
 Jangan limpahkan drainase pada lahan di sebelah tapak
 Alirkan air ke tepi tapak atau ke sudut tapak dan alirkan ke tempat yang rendah
 Alirkan air ke pusat saluran utama dan keluarkan dari tapak
 Gunakan perkerasan jalan di dalam tapak sebagai pengalir air menuju saluran pembuangan
 Manfaatkan kontur secara alamiah
 Mengubah kontur untuk mengalirkan air seperti yang diinginkan.

TUGAS
Dibuat di kelas untuk di diskusikan
1. Jelaskan keuntungan dan kerugian dari pola yang ada (tegak lurus, paralel, menyudut)!
2. Buatlah pola parkir yang tepat untuk daerah perkantoran. Jelaskan! (Dimensi perlu diperhatikan).
3. Buatlah tempat parkir yang nyaman dan pola sirkulasinya pada bangunan pertokoan/Swalayan! (Dimensi perlu diperhatikan)
4. Perhatikan aliran air hujan di dalam kampus. Menurut saudara, apakah saluran/drainase yang ada sudah cukup baik? Jelaskan
pendapat saudara!

Kumpulan Bahan Kuliah (KBK) Perencanaan dan Perancangan Tapak . Semester 3, 2 sks. Ir. Etty E. Listiati, MT 74

Anda mungkin juga menyukai