Anda di halaman 1dari 11

Makalah

Interpretasi Peta dan Pengelolaan Citra


Pengindraan Jauh Terkait Jaringan Transportasi

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1:
- Naufal Hawari
- Retta Tobing
- Sesilia Cassandra
- Silvia Rahmadani
- Zansisco Pardosi
- Zhaqina Anandita

Tahun Ajaran 2021/2022


Kata Pengantar
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-
Nya sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa
kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah
ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai
penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah
ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Medan, 14 Januari 2022.

Kelompok 1
Daftar Isi
BAB I....................................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................4
1.3 Tujuan Masalah...........................................................................................................................4
BAB II...................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN...................................................................................................................................5
2.1 Perencanaan Transportasi............................................................................................................5
2.2 Jaringan Transportasi...................................................................................................................6
2.3 Pengindraan Jauh untuk Kajian Transportasi...............................................................................7
BAB III..................................................................................................................................................9
PENUTUP.............................................................................................................................................9
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................................9
3.2 Saran............................................................................................................................................9
Daftar Pustaka.....................................................................................................................................10
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Menurut Avery and Berlin (1992) Penginderaan jauh diartikan sebagai suatu teknik
untuk mengumpulkan informasi mengenai obyek melalui analisis data yang dikumpulkan
melalui suatu perangkat yang tidak berhubungan langsung secara fisik dengan obyek
yang sedang dikaji. Penginderaan jauh berbeda dengan banyak perangkat lain yang
bersifat in-situ sensing yang bersinggungan secara langsung dengan obyek yang diteliti.
Penginderaan jauh memanfaatkan berbagai perangkat seperti kamera, radiometer,
penyiam (scanner), atau sensor lainnya yang diangkut oleh suatu wahana (platform).
Segala bentuk data yang dihasilkan dari perekaman penginderaan jauh bisa
dimanfaatkan secara maksimal untuk perencanaan dan pembangunan dengan cara
menginterpretasikannya. Dalam ilmu geografi, ini disebut dengan interpretasi citra. Menurut
Jhon E.Estes, professor Geografi; Interpretasi citra adalah kegiatan mengkaji foto udara atau
citra yang bertujuan untuk mengidentifikasi objek dan menilai arti pentingnya objek tersebut.
Dengan melakukan interpretasi citra, penafsir dapat lebih mudah dalam menganalisis karena
telah mengenal kenampakan objek yang tergambar.
Interpretasi peta adalah memahami simbol-simbol yang ada pada peta dan
hubungannya dengan simbol-simbol lainnya. Peta umum adalah peta yang dibuat berdasarkan
kenampakan umum.
Pengertian transportasi secara harafiah adalah pemindahan manusia atau
barang dari satu tempat ke tempat lain secara fisik dalam waktu yang tertentu
dengan menggunakan atau digerakkan oleh manusia, hewan atau mesin. Secara
umum transportasi dibagi menjadi tiga yaitu transportasi darat, transportasi laut dan
transportasi udara.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pengindraan jauh membantu dalam perencanaan jaringan transportasi?
2. Bagaimana posisi strategis untuk pembangunan pusat transportasi?
3. Bagaimana hubungan jaringan transportasi dengan struktur wilayah?

1.3 Tujuan Masalah


1. Mengetahui peran interpretasi peta dan pengelolaan citra pengindraan jauh terkait
jaringan transportasi
2. Mempelajari peta jaringan jalan, jaringan rel, dan peta sebaran terminal
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Perencanaan Transportasi
Tujuan Dasar Perencanaan transportasi adalah untuk memperkirakan jumlah dan
lokasi kebutuhan akan transportasi (jumlah perjalanan, baik untuk angkutan
umum ataupun angkutan pribadi) pada masa yang akan datang (tahun rencana)
untuk kepentingan kebijaksanaan investasi perencanaan transportasi. Umur perencanaan:
1. Jangka pendek : maksimum 5 tahun; biasanya berupa kajian manajemen
transportasi yang lebih menekankan dampak manajemen lalulintas terhadap
perubahan rute suatu moda transportasi
2. Jangka menengah : 10 s/d 20 tahun; biasanya digunakan untuk meramalkan arus lalulintas
yang nantinya menjadi dasar perencanaan investasi untuk suatu fasilitas transportasi yang
baru.
3. Jangka panjang : lebih dari 20 tahun; digunakan untuk perencanaan strategi
pembangunan kota jangka panjang.
Terdapat beberapa konsep perencanaan transportasi yang telah berkembang saat ini, yang
paling popular adalah Model Perencanaan Transportasi Empat Tahap. Model ini merupakan
gabungan dari beberapa seri sub model yang masing-masing harus dilakukan secara terpisah
dan berurutan. Sub model tersebut adalah
1. Bangkitan dan tarikan pergerakan (Trip Generation)
Adalah tahapan pemodelan yang memperkirakan jumlah pergerakan yang berasal
dari suatu zona atau tataguna lahan dan jumlah pergerakan yang tertarik ke suatu
zona atau tataguna lahan. Bangkitan lalu lintas ini mencakup:
1) Lalu lintas yang meninggalkan suatu lokasi (trip production)
2) Lalu lintas yang menuju ke suatu lokasi (trip attraction)

Bangkitan lalu lintas tergantung dari 2 aspek tataguna lahan:


a. Tipe tataguna lahan
Tipe tataguna lahan yang berbeda (pemukiman, pendidikan, dll) mempunyai karakteristik
bangkitan yang berbeda :
- jumlah arus lalu lintas
- jenis lalu lintas (pejalan kaki, truk, mobil)
- waktu yang berbeda (contoh: kantor menghasilkan lalu lintas pada pagi dan
sore).
b. Jumlah aktivitas (dan intensitas) pada tataguna lahan tersebut
Semakin tinggi tingkat penggunaan sebidang tanah, semakin tinggi lalu lintas yang
dihasilkan. Salah satu ukuran intensitas aktivitas sebidang tanah adalah kepadatannya.
2. Distribusi pergerakan lalu lintas (Trip Distribution)
Adalah tahapan pemodelan yang memperkirakan sebaran pergerakan yang
meninggalkan suatu zona atau yang menuju suatu zona.

Untuk setiap pasang zona (ij), berapa arus dari zona i ke zona j.
Distribusi pergerakan dapat direpresentasikan dalam bentuk garis keinginan
(desire line) atau dalam bentuk Matriks Asal Tujuan, MAT (origin-destination
matrix/O-D matrix).

Pola distribusi lalu lintas antara zona asal dan tujuan adalah hasil dari dua hal
yang terjadi secara bersamaan yaitu:
 Lokasi dan intensitas tataguna lahan yang akan menghasilkan lalu lintas
 Spatial separation (pemisahan ruang), interaksi antara 2 buah tataguna lahan
akan menghasilkan pergerakan.

3. Pemilihan moda (Modal choice/modal split)


Jika terjadi interaksi antara dua tataguna tanah, seseorang akan memutuskan
bagaimana interaksi tersebut dilakukan. Biasanya interaksi tersebut
mengharuskan terjadinya perjalanan. Dalam kasus ini keputusan harus ditentukan
dalam hal pemilihan moda yang mana:
 Pilihan pertama biasanya antara jalan kaki atau menggunakan kendaraan.
 Jika kendaraan harus digunakan, apakah kendaraan pribadi (sepeda, sepeda
motor, mobil, dll) atau angkutan umum (bus, becak, dll).
 Jika angkutan umum yang digunakan, jenis apa yang akan digunakan (angkot,
bus, kereta api, pesawat, dll).

4. Model pemilihan rute (Trafiic Assignment)


Menurut Tamin (1994), Trip Assignment adalah pemilihan moda
transportasi untuk menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan rute
antara zona asal dan tujuan. Hal ini diperuntukkan khusus untuk kendaraan pribadi.
Untuk kendaraan pribadi, diasumsikan bahwa orang akan memilih terlebih dahulu
moda transportasinya kemudian rute perjalanannya, sedangkan untuk angkutan
umum, rute sudah ditentukan berdasarkan moda transportasi (contohnya kereta api
dan angkutan kota). Dalam kasus angkutan umum, pemilihan moda dan rute
dilakukan bersama-sama.

2.2 Jaringan Transportasi


Berdasarkan fungsinya, Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan Pasal 8
Ayat 1 mengelompokkan jalan umum menjadi 4 (empat) yaitu:
1. Jalan Arteri
Jalan arteri merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri
perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara
berdaya guna.
2. Jalan Kolektor
Jalan kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan
rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.
3. Jalan Lokal
Jalan lokal merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan
jumlah jalan masuk tidak dibatasi.
4. Jalan Lingkungan
Jalan lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata
rendah.

2.3 Pengindraan Jauh untuk Kajian Transportasi


Dalam kajian transportasi, citra penginderaan jauh banyak menyediakan data dan
informasi dibandingkan dengan metode pengumpulan data secara konvensional seperti
survey lapangan, studi literatur, dan studi dokumentasi. Selain itu, data citra penginderaan
jauh lebih banyak tersedia sehingga perencanaan transportasi akan lebih mudah. Peran
penginderaan jauh dalam kajian transportasi yaitu untuk penyediaan data penggunaan lahan,
pengumpulan data sosial ekonomi, dan inventarisasi jaringan transportasi.
1. Penyediaan data penggunaan lahan
Perencanaan transportasi memerlukan data penggunaan lahan untuk menentukan pola
pergerakan, volume, distribusi sarana angkutan, dan tingkat aksesibilitas sistem
transportasi.Data penggunaan lahan dapat menentukan harga lahan yang sangat penting
dalam perencanaan dan pengembangan kawasan perdagangan, permukiman, industri, dan
jasa. Kemudian data lokasi tempat tinggal penduduk (permukiman), dan lokasi beraktivitas
penduduk (bekerja, sekolah, rekreasi) merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam
pergerakan penduduk sehingga data penggunaan lahan sangat penting untuk perencanaan
transportasi.Setiap citra penginderaan jauh dapat menampilkan data penggunaan lahan
dengan waktu perekaman yang berbeda sehingga dapat digunakan untuk memperoleh
informasi perubahan penggunaan lahan dalam perencanaan transportasi.
2. Pengumpulan data sosial-ekonomi dan jumlah penduduk
Kondisi sosial ekonomi dan karakteristik penduduk pada suatu wilayah
mencerminkan pola penggunaan lahan yang berpengaruh terhadap kebutuhan transportasi,
misalnya menentukan jumlah bangkitan pergerakan. Informasi mengenai jumlah penduduk
pada suatu wilayah merupakan parameter penting dalam perencanaan transportasi.
Penginderaan jauh merupakan sumber data yang dapat digunakan dalam memperkirakan
jumlah penduduk. Untuk memperkirakan jumlah penduduk melalui citra penginderaan jauh
yaitu dengan menghitung jumlah unit bangunan dan tipe ukuran bangunan rumah dikalikan
dengan jumlah penghuni tipe rumah tersebut. Kategori untuk setiap rumah, yaitu jumlah
keluarga besar, keluarga sedang, dan keluarga kecil. Sedangkan kepadatan, kategorinya
padat, sedang, dan jarang. Untuk mengetahui pola persebaran penduduk dapat diestimasi dari
pola permukiman penduduk.
3. Inventarisai jaringan tranportasi (kondisi jalan)
Citra penginderaan jauh resolusi tinggi dapat menampilkan data jaringan jalan,
sungai, rel kereta api dengan sangat jelas. Bahkan fungsi jalan dapat dibedakan dari citra
seperti jalan tol, jalan arteri, jalan kolektor, dan jalan lokal. Selain jaringan jalan, pada citra
juga dapat ditampilkan persimpangan jalan, tempat parkir, terminal, bandar udara, dan stasiun
kereta api. Informasi yang detail dan akurat tentang jaringan jalan merupakan dasar untuk
manajemen dan perencanaan transportasi. Citra satelit penginderaan jauh dapat menyediakan
sumber informasi spasial jaringan jalan seperti lokasi, panjang jalan, lebar jalan, kualitas
jalan (jalan beraspal, jalan paving blok, jalan tanah). Informasi tersebut.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Melalui interpretasi peta dan pengelolaan citra pengindraan jauh kita dapat
mengetahui peta pesebaran jaringan transportasi darat, laut dan udara sehingga dapat
mempermudah menentukan lokasi strategis untuk membangun pusat transportasi.

3.2 Saran
Tentunya terhadap kami (penulis) sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah
di atas masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Bila ada salah pengetikkan
atau penulisan mohon maaf dari kami (penulis).

Daftar Pustaka
https://kumparan.com/berita-hari-ini/interpretasi-citra-pengertian-tahapan-dan-unsur-
unsurnya-1wACUSxZak0/2
https://www.ruangguru.com/blog/interpretasi-peta-terkait-jaringan-transportasi
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/
a1773521dbbaf59755a6da7757ba94f9.pdf
https://syafii.staff.uns.ac.id/files/2010/02/bab-2-pendekatan-perencanaan-transportasi-
perkotaan1.pdf
http://eprints.itenas.ac.id/997/5/05%20Bab%202%20222016027.pdf
https://www.ruangguru.com/blog/interpretasi-peta-terkait-jaringan-transportasi
http://e-journal.uajy.ac.id/12048/4/MTS024302.pdf

Anda mungkin juga menyukai