Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH GEOGRAFI TRANSPORTASI

“ METODE DALAM GEOGRAFI TRANSPORTASI”

Dosen Pengampu : 1.Mahara Sintong,S.T.,M.Si.


2.Mulhady Putra,S.Pd.,M.Sc.

Disusun Oleh Kelompok 5


1. Desi Marcelina E Purba (3213331006)
1. Maharani safitri (3203131017)
2. Octovannes Rajagukguk (3213131022)
3. Siti Roida Pane (3211131026)
4. Tini Tampubolon (3211131019)
5. Triva Ulfami (3213131002)

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Dimana atas segala
hikmat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul " Metode Dalam
Geografi Transportasi ". Makalah ini kami susun dengan semaksimal mungkin dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Terima kasih penulis ucapkan kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian tugas ini, serta kepada bapak Mahara Sintong,S.T.,M.Si. dan bapak Mulhady Putra,
S.Pd., M.Sc. selaku Dosen Mata kuliah Geografi Transportasi di Universitas Negeri Medan yang
telah memberikan arahan serta bimbingan kepada penulis.
Penulis sadar bahwa dalam makalah ini masih terdapat kekurangan, maka dari itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca dan penulis sendiri khususnya.

Medan, November 2023

Kelompok 5

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................. 2


DAFTAR ISI................................................................................................................................................ 3
BAB I ............................................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 4
A.Latar Belakang ........................................................................................................................ 4
B..Rumusan Masalah................................................................................................................... 4
C.Tujuan ...................................................................................................................................... 5
BAB II ............................................................................................................................................ 6
PEMBAHASAN ............................................................................................................................ 6
A.Metode Aksebilitas .................................................................................................................. 6
B. Model Data Jaringan ............................................................................................................... 8
C. Analisis Area Pasar ............................................................................................................... 12
BAB III......................................................................................................................................... 16
PENUTUP.................................................................................................................................... 16
A.Kesimpulan............................................................................................................................ 16
B.Saran ...................................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................ 17

3
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Geografi mempelajari hubungan kausal gejala-gejala di permukaan bumi baik yang bersifat
fisik maupun yang berkaitan kehidupan makhluk hidup beserta permasalahannya melalui
pendekatan ruang, lingkungan, dan regional untuk kepentingan program, proses, dan keberhasilan
pembangunan (Bintarto, 1981:11). Geografi sendiri memiliki berbagai macam cabang ilmu, dan
salah satu cabang ilmu geografi adalah geografi transportasi. Geografi transportasi yaitu diskripsi
yang menyeluruh antara aspek manusia dan aspek alat baik dari tenaga maupun dari lingkungan
sekitar seperti alat transportasi memakai tenaga hewan. Fokus kajian dari Geografi Transportasi
adalah interelasi, interaksi dan integrasi antara aspek alam dan manusia dalam suatu ruang tertentu.

Metode dalam geografi transportasi mencakup berbagai pendekatan untuk memahami dan
menganalisis pola pergerakan manusia, barang, dan informasi di dalam ruang geografis,Beberapa
metode dalam geografi transportasi seperti metode aksesibilitas adalah kunci dalam pemahaman
pola transportasi dan pengaruhnya terhadap perkembangan wilayah. Dengan memahami metode
aksesibilitas, kita dapat mengeksplorasi bagaimana ketersediaan dan konektivitas transportasi
mempengaruhi akses ke berbagai layanan, lapangan kerja, dan peluang ekonomi.Metode
penggunaan data geospasial, data lalu lintas real-time, dan teknik pemodelan matematis membantu
menggambarkan pola pergerakan dengan lebih akurat.Dan metode analisis area pasar adalah
pendekatan penting dalam memahami distribusi barang dan layanan serta dampaknya terhadap
pola transportasi. Dengan memanfaatkan metode ini, penelitian dapat mengeksplorasi bagaimana
wilayah tertentu berfungsi sebagai pusat perdagangan atau pusat kegiatan ekonomi, dan bagaimana
pola transportasi dapat dioptimalkan untuk mendukung pertumbuhan dan keberlanjutan ekonomi
di area tersebut

B..Rumusan Masalah
1. Bagaimana metode aksesibilitas dalam geografi transportasi
2. Bagaimana model data jaringan transportasi?
3. Bagaimana metode analisis area pasar dalam geografi transportasi?

4
C.Tujuan
Selain sebagai salah satu tugas mata kuliah Geografi Transportasi, penyusunan makalah
ini juga bertujuan untuk :

1. Mengetahui metode aksesbilitas dalam geografi transportasi .


2. Mengetahui metode data dan metode analisis area pasar.
3. Memahami transportasi dan model-model data jaringan geografi transportasi

5
BAB II

PEMBAHASAN

A.Metode Aksebilitas
Aksesibilitas adalah elemen kunci untuk transportasi geografi dan geografi pada umumnya
adalah ekspresi langsung dari mobilitas baik dalam hal orang, barang atau informasi. Berkembang
dengan baik dan sistem transportasi yang efisien menawarkan tingkat aksesibilitas yang tinggi
(jika dampak kemacetan tidak termasuk), sedangkan wilayah yang kurang berkembang memiliki
tingkat aksesibilitas yang lebih rendah. Dengan demikian aksesibilitas dikaitkan dengan
serangkaian peluang ekonomi dan sosial.

Semua lokasi tidak sama karena beberapa lokasi lebih mudah diakses dibandingkan lokasi
lainnya kesenjangan. Oleh karena itu, gagasan aksesibilitas bergantung pada dua konsep inti:

1. Lokasi dimana relativitas ruang diperkirakan dalam kaitannya dengan transportasi


infrastruktur, karena mereka menawarkan sarana untuk mendukung pergerakan.
2. Jarak, yang diperoleh dari keterhubungan antar lokasi. Konektivitas hanya bisa ada bila ada
kemungkinan untuk menghubungkan dua lokasi angkutan. Ini menyatakan gesekan jarak
dan lokasi yang dimilikinya gesekan yang paling sedikit dibandingkan dengan yang lain
mungkin merupakan cara yang paling mudah diakses. Biasanya, jarak dinyatakan dalam
satuan seperti kilometer atau waktu, tetapi variabel seperti biaya atau konsumsi bahan
bakar juga dapat digunakan.

Ada dua kategori spasial yang dapat diterapkan pada permasalahan aksesibilitas, yaitu saling
bergantung: Tipe pertama dikenal sebagai aksesibilitas topologi dan terkait dengan pengukuran
aksesibilitas dalam suatu sistem simpul dan jalur (jaringan transportasi). Hal ini diasumsikan
bahwa aksesibilitas merupakan atribut terukur yang signifikan hanya pada elemen tertentu dari a
sistem transportasi, seperti terminal (bandara, pelabuhan atau stasiun kereta bawah tanah). Tipe
kedua dikenal sebagai aksesibilitas berdekatan dan melibatkan pengukuran aksesibilitas pada
suatu permukaan. Dalam kondisi seperti itu, aksesibilitas merupakan atribut yang dapat diukur
setiap lokasi, karena ruang dianggap berdekatan.

6
Karena struktur tata ruang yang berbeda, akan ada dua lokasi yang memiliki kepentingan yang
sama aksesibilitas yang berbeda . Untuk struktur tata ruang yang letaknya seragam terdistribusi
(A), lokasi 1 dan 2 mempunyai aksesibilitas yang berbeda, dengan lokasi 1 menjadi paling mudah
diakses. Seiring bertambahnya jarak (Euclidean), lokasi 1 memiliki akses ke jumlah yang lebih
besar lokasi dibandingkan lokasi 2. Untuk mengakses semua lokasi, lokasi 2 memerlukan sekitar
dua kali lipat jarak perjalanan dibandingkan lokasi 1. Hal ini khususnya terjadi pada struktur tata
ruang perubahan menjadi yang mempunyai konsentrasi kegiatan di sekitar lokasi 1 (B). Dalam
hal ini, jumlah lokasi yang dapat dijangkau oleh lokasi 1 meningkat dengan cepat dan akhirnya
puncak. Contoh ketiga (C) memiliki struktur spasial yang memiliki sekitar dua fokus. walaupun
jumlah lokasi yang dapat dijangkau dari lokasi 2 awalnya meningkat lebih cepat dibandingkan
lokasi 1, ini menyusul dan sebenarnya paling mudah diakses, namun dengan margin yang lebih
kecil.

Secara sederhana, aksesibilitas merupakan suatu konsep yang menghubungkan


(mengkombinasikan) sistem tata guna lahan secara geografis dengan sistem jaringan transportasi
yang menghubungkannya, di mana perubahan tata guna lahan, yang menimbulkan zona-zona dan
jarak geografis di suatu wilayah atau kota, akan mudah dihubungkan oleh penyedia prasarana atau
sarana angkutan. Mudahnya suatu lokasi dihubungkan dengan lokasi lainnya lewat jaringan
transportasi yang ada, berupa prasarana jalan dan alat angkut yang bergerak di atasnya.

Konektivitas dan aksebilitas total

7
Ukuran paling dasar dari aksesibilitas melibatkan konektivitas jaringan di mana suatu jaringan
direpresentasikan sebagai matriks konektivitas ( C 1), yang menyatakan konektivitas masing-
masing simpul dengan simpul-simpul yang berdekatan. Banyaknya kolom dan baris pada matriks
ini sama dengan jumlah node dalam jaringan dan nilai 1 diberikan untuk setiap sel di mana node
tersebut berada pasangan yang terhubung dan nilai 0 untuk setiap sel yang terdapat pasangan
yang tidak terhubung. Itu penjumlahan matriks ini memberikan ukuran aksesibilitas yang sangat
mendasar, yang juga dikenal sebagai derajat sebuah simpul:

𝐶 = ∑ 𝐶𝑖𝑗
𝑗

• C 1 = derajat suatu simpul.


• cij = konektivitas antara node i dan node j (1 atau 0)
• n = jumlah node

B. Model Data Jaringan


Teori graf mengembangkan representasi topologi dan matematis dari sifat dan struktur
jaringan transportasi. Namun, teori graf dapat diperluas untuk analisis jaringan transportasi dunia
nyata dengan mengkodekannya dalam sistem informasi. Dalam prosesnya, representasi digital
dari jaringan dibuat, yang kemudian dapat digunakan untuk berbagai tujuan seperti mengelola
pengiriman atau merencanakan pembangunan infrastruktur transportasi. Representasi digital ini
sangat kompleks, karena data transportasi seringkali bersifat multimoda, dapat mencakup
beberapa yurisdiksi lokal, nasional, dan internasional, serta memiliki pandangan logis yang
berbeda-beda tergantung pada pengguna tertentu. Selain itu, meskipun infrastruktur transportasi
merupakan komponen yang relatif stabil, kendaraan merupakan elemen yang sangat dinamis.

Oleh karena itu, penggunaan model data di mana jaringan transportasi dapat dikodekan,
disimpan, diambil, dimodifikasi, dianalisis, dan ditampilkan menjadi semakin relevan. Tentu saja,
sistem informasi geografis telah menerima banyak perhatian mengenai masalah ini karena
merupakan salah satu alat terbaik untuk menyimpan dan menggunakan model data jaringan.
Model data jaringan merupakan bagian implisit dari banyak GIS, atau bahkan merupakan

8
keseluruhan paket GIS tersendiri. Tujuan inti dari model data jaringan adalah untuk memberikan
representasi akurat dari jaringan sebagai sekumpulan link dan node. Topologi adalah susunan
node dan link dalam suatu jaringan. Yang paling relevan adalah representasi lokasi, arah, dan
konektivitas. Sekalipun teori graf bertujuan untuk mengabstraksi jaringan transportasi, topologi
model data jaringan harus sedekat mungkin dengan struktur dunia nyata yang diwakilinya. Hal
ini terutama berlaku untuk penggunaan model data jaringan dalam GIS.

Geocoding dimungkinkan jika sistem referensi linier tertanam dalam model data jaringan.
Salah satu sistem referensi linier yang paling umum adalah sistem alamat, dimana setiap link
memiliki nama jalan dan rentang alamat yang sesuai.

Kisaran alamat pada Gambar 10.17 mengilustrasikan alamat genap (sisi kanan) dan ganjil (sisi
kiri), atribut yang sangat umum di sebagian besar model data jaringan seperti TIGER (yang
dikembangkan oleh Biro Sensus AS). Misalnya, mencari perkiraan lokasi alamat “197 East Ave.”
pertama-tama berarti menanyakan model data jaringan untuk menemukan semua tautan yang
memiliki "East Ave". sebagai atribut nama. Kemudian, kisaran alamat yang sesuai ditemukan dan
lokasinya diinterpolasi. “197” berhubungan dengan rentang alamat 191–209, terletak di sisi kiri
East Ave. Perkiraan lokasinya berada pada 1/3 [1 – (209–197) / (209–191)] dari panjang tautan
yang memiliki rentang alamat 191–209. Prosedur yang sama dapat diterapkan pada “188 East
Ave.” alamat, yang dalam hal ini terletak pada 1/4 panjang tautan yang memiliki rentang alamat
172–210. Model data jaringan dapat digunakan untuk menemukan jalur optimal dan menetapkan
aliran dengan batasan kapasitas dalam jaringan. Meskipun routing berkaitan dengan perilaku
spesifik dari sejumlah kendaraan, penugasan lalu lintas terutama berkaitan dengan perilaku lalu
lintas di seluruh sistem dalam suatu jaringan transportasi.

9
Hal ini memerlukan topologi yang hubungan setiap link dengan segmen berpotongan lainnya
ditentukan secara eksplisit. Ukuran impedansi (misalnya jarak) juga diatribusikan pada masing-
masing link dan akan berdampak pada jalur yang dipilih atau pada bagaimana aliran ditetapkan
dalam jaringan. Perutean dan penetapan lalu lintas di tingkat kontinental umumnya sederhana
karena variasi impedansi yang kecil mempunyai konsekuensi yang terbatas. Penetapan rute dan
lalu lintas di kawasan perkotaan jauh lebih kompleks karena harus mempertimbangkan rambu
berhenti, lampu lalu lintas, dan kemacetan, dalam menentukan impedansi suatu rute.

Metode dan Model Geografi Transportasi

Model transportasi merupakan salah satu bentuk model jaringan kerja (network). Model
transportasi adalah suatu model matematika untuk menentukan sebuah rencana transportasi suatu
jenis barang dari sejumlah sumber ke sejumlah tujuan. Data dalam model ini mencakup tingkat
penawaran di setiap sumber/asal dan jumlah permintaan di setiap tujuan dan biaya transportasi per
unit barang dari setiap sumber ke setiap tujuan. Pada dasarnya, model transportasi adalah sebuah
model pemrograman linear. Model transportasi diformulasikan menurut karakteristik-karakteristik
yang unik dengan permasalahan sebagai berikut:

1. Suatu produk dipindahkan dari sejumlah sumber ke tempat tujuan dengan biaya
seminimum mungkin, dan
2. Atas barang tersebut, tiap sumber mampu memasok suatu jumlah unit produk yang tetap,
dan tiap tempat tujuan mempunyai jumlah permintaan yang tetap atas produk tersebut.

Tujuan dari model transportasi adalah menentukan jumlah yang harus dikirimkan dari setiap
sumber ke setiap tujuan sedemikian sehingga biaya transportasi total dapat diminimalkan. Model
transportasi juga beguna untuk memevahkan permasalahan distribusi (alokasi) dan memecahkan
permasalahan bisnis lainnya, seperti masalah-masalah yang meliputi pengiklanan, pembelanjaan
modal (capital financing) dan alokasi dana untuk investasi, analisis lokasi, keseimbangan lini
perakitan dan perencanaan scheduling produksi.

Asumsi dasar dari model transportasi yaitu biaya transportasi pada sebuah rute adalah
proporsional terhadap banyaknya unit barang yang dikirimkan dan “unit transportasi” / “unit
barang” yang dikirimkan bervariasi tergantung jenis barang yang dikirim (satuan harus konsisten).

10
1. Model Interaksi Spasial

Model interaksi spasial bersifat aggregate karena ruang dan karakteristik perjalanan
dikelompokkan dalam kategori yang besar. Sehingga zona yang lebih luas akan terdiri dari jenis
aktivitas yang lebih beragam. Pelaku perjalanan juga bersifat agregat karena mereka
dikelompokkan dalam satu kelompok dengan karakteristik sosioekonomi dan perilaku perjalanan
yang sama.

2. Model Gravitasi

Mengukur interaksi antara semua kemungkinan pasangan lokasi dengan mengalikan atribut
mereka, kemudian dilihat berdasarkan tingkat pemisahannya. Pemisahan seing kali dikuadratkan
untuk mencerminkan semakin besarnya gesekan jarak. Pada gambar 1 dua lokasi (I dan j) masing-
masing memiliki “bobot” (kepentingan) sebesar 35 dan 20 serta berada pada jarak (derajat
pemisahan) sebesar 8. Interaksi yang dihasilkan adalah 10,9 yang bersifat timbal balik.

3. Model Potensial

Mengukur interaksi antara satu lokasi dan setiap lokasi lainnya dengan menjumlahkan atribut
masing-masing lokasi lainnya berdasarkan tingkat pemisahannya (sekali lagi dikuadratkan untuk
mencerminkan gesekan jarak). Pada gambar 1 potensi interaksi lokasi I (Ti) diukur dengan
menambahkan rasio “berat”/ kuadrat jarak untuk setiap lokasi lainnya (j, k dan l). Interaksi
potensial adalah 3,8 yang tidak bersifat timbal balik.

4. Model Ritel

Mengukur batas wilayah pasar antara dua lokasi yang bersaing untuk memperebutkan pasar
yang sama. Model ini mengasumsikan bahwa batas pasar antara dua lokasi adalah fungsi dari
pemisahan mereka yang dilihat dari rasio bobot masing-masing. Jika dua lokasi memiliki
kepentingan yang sama, maka batas pasar mereka akan berada di Tengah-tengah. Pada gambar 1,
batas pasar antara lokasi I dan j (Bij) berada pada jarak 4,9 dari I (dan akibatnya berada pada jarak
2,1 dari j).

11
C. Analisis Area Pasar
Area pasar adalah permukaan di mana permintaan atau penawaran yang ditawarkan di lokasi
tertentu dinyatakan. Untuk pabrik, hal ini mencakup area pengiriman produknya; bagi sebuah toko
ritel, wilayah ini merupakan wilayah anak sungai yang menjadi tempat menarik pelanggannya.
Transportasi sangat penting dalam analisis wilayah pasar karena berdampak pada lokasi kegiatan
serta aksesibilitasnya. Besar kecilnya suatu area pasar merupakan fungsi dari ambang batas dan
jangkauannya:

• Batasan pasar . Permintaan minimum yang diperlukan untuk mendukung kegiatan


ekonomi seperti jasa. Karena setiap permintaan mempunyai lokasi yang berbeda, maka
ambang batas mempunyai dimensi spasial langsung. Besar kecilnya suatu pasar
mempunyai hubungan langsung dengan ambang batasnya.
• Kisaran pasar. Jarak maksimum yang bersedia ditempuh setiap unit permintaan untuk
mencapai suatu layanan atau jarak maksimum suatu produk dapat dikirimkan ke
pelanggan. Kisaran tersebut merupakan fungsi dari biaya transportasi, waktu atau
kenyamanan dalam melihat peluang intervensi. Agar menguntungkan, suatu pasar
harus memiliki kisaran yang lebih tinggi dari ambang batasnya.

Gambar 10.28 memperlihatkan distribusi pelanggan yang cukup seragam di dataran


isotropik dan pasar tunggal di mana barang dan jasa dapat dibeli. Jika setiap pelanggan bersedia
membeli satu unit per hari dan pasar perlu menjual 11 unit per hari untuk menutupi biayanya
(produksi atau akuisisi), maka ambang batas pasar adalah lingkaran kuning jarak D(T) dari pasar.
pasar. Namun, 29 pelanggan per hari, termasuk pelanggan 1 dan 2, menggurui pasar, dan 18
pelanggan tambahan berada di luar jarak ambang batas D(T) . Mereka berkontribusi langsung
terhadap profitabilitas pasar. Kisaran pasar dari semua pelanggan ini berada di bawah jarak D(R)
. Di luar kisaran tersebut, pelanggan tidak mau pergi ke pasar, seperti pelanggan 3. Terdapat

12
ambang batas yang berbeda-beda sesuai dengan variasi produk atau layanan yang dapat ditawarkan
di suatu pasar. Batasnya mungkin serendah 250 orang untuk toko swalayan atau setinggi 150.000
orang untuk teater. Jika permintaan turun di bawah ambang batas, maka aktivitas akan mengalami
kerugian dan akhirnya gagal. Jika permintaan meningkat di atas batas minimum, kegiatan tersebut
akan meningkatkan keuntungannya, yang juga dapat menyebabkan peningkatan persaingan dari
kegiatan jasa baru.

Dalam kasus area pasar tunggal, bentuknya pada dataran isotropik adalah lingkaran
konsentris sederhana yang memiliki radius jangkauan pasar. Karena tujuan kegiatan komersial
adalah untuk melayani semua permintaan yang tersedia, bila memungkinkan, dan jangkauan
banyak kegiatan terbatas, diperlukan lebih dari satu lokasi untuk melayani suatu area. Untuk tujuan
tersebut, struktur area pasar berbentuk heksagonal mewakili bentuk pasar optimal dalam kondisi
isotropi. Bentuk ini dapat dimodifikasi oleh kondisi non-isotropik terutama terkait dengan variasi
kepadatan dan aksesibilitas. Dalam kondisi isotropik, setiap pasar memiliki luas poligonal yang
sama (Gambar 10.29). Kondisi teoretis ini jelas jarang ditemui dalam kenyataan. Dua kondisi non-
isotropik terpenting yang berdampak pada bentuk kawasan pasar adalah perbedaan kepadatan
(digambarkan di sini sebagai lingkaran konsentris) dan aksesibilitas (digambarkan di sini sebagai
jalan raya). Area pasar yang dimodifikasi merupakan hasil yang mungkin terjadi dari kondisi non-
isotropik.

Pasar bergantung pada hubungan antara penawaran dan permintaan. Ini bertindak sebagai
mekanisme penetapan harga untuk barang dan jasa. Permintaan adalah jumlah suatu barang atau
jasa yang bersedia dibeli konsumen pada harga tertentu. Tinggi jika harga suatu komoditas rendah,
sedangkan sebaliknya – harga tinggi – permintaan akan rendah. Di luar harga pasar, permintaan
umumnya dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut.

a) Utilitas. Walaupun permintaan terhadap barang dan jasa yang merupakan kebutuhan
(seperti makanan) tidak mengalami banyak fluktuasi, permintaan terhadap barang-barang
yang dianggap kurang berguna (bahkan tidak berguna) akan bervariasi menurut
pendapatan dan siklus ekonomi.
b) Tingkat pendapatan. Pendapatan, khususnya pendapatan disposabel, berbanding lurus
dengan konsumsi. Penduduk dengan tingkat pendapatan tinggi memiliki daya beli yang
jauh lebih besar dibandingkan penduduk dengan tingkat pendapatan rendah.

13
c) Inasi . Melibatkan peningkatan jumlah uang beredar sehubungan dengan ketersediaan
aset, komoditas, barang dan jasa. Meskipun secara langsung mempengaruhi harga, inasi
berada di luar hubungan penawaran-permintaan dan menurunkan daya beli, jika upah
tidak dinaikkan.
d) Perpajakan. Pajak penjualan dan pajak pertambahan nilai dapat mempunyai efek
menghambat penjualan barang dan jasa karena menambah biaya produksi dan menuntut
sebagian pendapatan konsumen.
e) Tabungan. Besarnya modal yang tersedia dalam tabungan dapat memberikan potensi
untuk memperoleh barang konsumsi. Selain itu, masyarakat mungkin akan menahan diri
untuk tidak melakukan konsumsi jika menabung merupakan prioritasnya, khususnya pada
saat perekonomian mengalami kesulitan.

Penawaran adalah jumlah barang atau jasa yang dapat diproduksi oleh perusahaan atau
individu dengan mempertimbangkan harga jual. Di luar harga, pasokan secara umum dapat
dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut:

a) Keuntungan. Bahkan jika penjualan suatu produk terbatas, jika keuntungannya tinggi,
suatu kegiatan yang menyediakan barang atau jasa mungkin akan puas dengan situasi
ini. Hal ini khususnya terjadi pada barang-barang mewah. Jika keuntungan rendah,
suatu kegiatan dapat dihentikan, sehingga menurunkan pasokan.
b) Persaingan. Persaingan adalah salah satu mekanisme terpenting dalam penetapan
harga. Ketika tidak ada persaingan (oligopoli), atau ketika terdapat terlalu banyak
persaingan (persaingan berlebihan), harga secara artifisial mempengaruhi penawaran
dan permintaan.

Menurut prinsip pasar, penawaran dan permintaan ditentukan oleh harga, yang merupakan
keseimbangan antara keduanya. Hal ini sering disebut harga keseimbangan atau harga pasar. Harga
ini merupakan kompromi antara keinginan perusahaan untuk menjual barang dan jasanya pada
harga setinggi mungkin dan keinginan konsumen untuk membeli barang dan jasa dengan harga
serendah mungkin. Bagi banyak ekonom, pasar adalah tempat terjadinya pertukaran barang dan
jasa dan tidak mempunyai lokasi tertentu, karena pasar hanyalah sebuah abstraksi dari hubungan
antara penawaran dan permintaan. Alasan ini penting untuk diperhatikan karena sebagian besar
waktu konsumen harus berpindah-pindah untuk memperoleh suatu barang atau jasa. Produsen juga

14
harus mengirimkan suatu komoditas ke tempat dimana konsumen dapat membelinya, baik di toko
maupun di tempat tinggalnya (dalam hal belanja online). Oleh karena itu, konsep jarak harus
dipertimbangkan secara bersamaan dengan konsep pasar. Dalam kondisi tersebut, harga riil
mencakup harga pasar ditambah harga angkutan dari pasar ke lokasi konsumsi akhir.

Sistem Informasi Geografis Dan Analisis Wilayah Pasar

Sistem informasi geografis (GIS) telah menjadi alat mendasar untuk mengevaluasi wilayah pasar,
khususnya di bidang ritel. Dengan data dasar, seperti daftar pelanggan dan alamat mereka (atau
kode pos), relatif mudah untuk mengevaluasi area pasar dengan tingkat akurasi yang wajar, sebuah
tugas yang sebelumnya akan jauh lebih rumit. Dengan GIS, analisis area pasar meninggalkan dunia
abstraksi dan menjadi alat praktis yang digunakan oleh pengecer dan penyedia layanan dalam
situasi dunia nyata yang kompleks. Dalam representasi spasial GIS, area pasar adalah sebuah
poligon yang dapat diukur dan digunakan untuk melakukan operasi seperti persimpangan (zona
persaingan spasial) atau kesatuan (area yang dilayani).

15
BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan
Metode Aksesibilitas memberikan wawasan tentang konektivitas yang memengaruhi akses
ke berbagai layanan, sementara Metode Data dan Model Geografi Transportasi memanfaatkan
teknologi untuk memetakan dan menganalisis pola pergerakan secara lebih presisi. Analisis Area
Pasar memperkuat pemahaman terhadap distribusi barang dan layanan, serta peran transportasi
dalam mendukung ekonomi regional. Dengan merangkai ketiga metode ini, kita dapat merancang
perhitungan geografi transportasi.Dengan ketiga metode tersebut dapat mempermudah untuk
melakukan perhitungan transportasi dari satu wilayah ke wilayah lainnya.Dan metode ini
mendukung untuk menciptakan sistem transportasi yang memperkuat konektivitas,
mempromosikan pertumbuhan ekonomi, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat di wilayah-
wilayah yang beragam.

B.Saran
Demikianlah makalah yang kami susun. Semoga dengan adanya makalah ini bisa
menambah pengetahuan kita. Kami menyadari bahwa makalah ini bukanlah proses akhir,
melainkan awal yang masih banyak memerlukan perbaikan. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi sempurnanya makalah kami ini

16
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor

Ayudyaningrum, P. 2006. Pengaruh jarak simpanan depresi terhadap aliran permukaan dan erosi
pada tanah latosol darmaga. Skripsi. Jurusan Tanah. IPB. (Tidak dipublikasikan)

Putri, L. A. P. 2003. Pengelolaan penutup tanah. repository. Usu.ac.id/bitsream/123456789/1


130/1/tanah-lollie.pdf.15 Oktober 2016.

Ardianto, K., Al, I., & Amri. (2017). DETERMINING AND PREDICTION OF EROSION IN OIL
PALM PLANTATION WITH DIFFERENT SLOPE. 4(1).
https://media.neliti.com/media/publications/189050-ID-pengukuran-dan-pendugaan-
erosi-pada-laha.pdf
Sholichin, I., & Hd, P. (n.d.). Retrieved October 24, 2023, from
http://water.lecture.ub.ac.id/files/2012/07/Gis-modul_4.pdf

17

Anda mungkin juga menyukai