Anda di halaman 1dari 25

GEOGRAFI TRANSPORTASI

METODE DALAM GEOGRAFI TRANSPORTASI


Dosen Pengampu : Mulhady Putra, S.Pd, M.Sc

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 5


Alvin Pratama (3213131035)
Iin Arsenna Sembiring (3213331017)
Maria Fitri (3213131027)
Sera Junianti Sianturi (3212431013)
Setyari Pambudi (23PMM189)

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2023

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas-tugas makalah tepat pada waktunya. Adapun
tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Geografi Transportasi
yang dibimbing oleh dosen pengampu yaitu Bapak Mulhady Putra, S.Pd, M.Sc.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang mata
kuliah tersebut bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Kami juga mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya
dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Medan, 5 November 2023

Kelompok 5

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................... 2


DAFTAR ISI ................................................................................................................... 3
BAB I ............................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN........................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penulisan ....................................................................................................... 5
BAB II ............................................................................................................................. 6
PEMBAHASAN ............................................................................................................. 6
2.1 Metode Aksesibilitas ................................................................................................. 6
2.2 Metode dan Model Geografi Transportasi................................................................. 8
2.3 Analisis Area Pasar .................................................................................................. 20
BAB III .......................................................................................................................... 23
PENUTUP ..................................................................................................................... 23
3.1 Kesimpulan .............................................................................................................. 23
3.2 Saran………………………………………………………………………………23
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 24

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Geografi mempelajari hubungan kausal gejala-gejala di permukaan bumi
baik yang bersifat fisik maupun yang berkaitan kehidupan makhluk hidup beserta
permasalahannya melalui pendekatan ruang, lingkungan, dan regional untuk
kepentingan program, proses, dan keberhasilan pembangunan (Bintarto, 1981:11).
Geografi sendiri memiliki berbagai macam cabang ilmu, dan salah satu cabang
ilmu geografi adalah geografi transportasi. Geografi transportasi yaitu diskripsi
yang menyeluruh antara aspek manusia dan aspek alat baik dari tenaga maupun
dari lingkungan sekitar seperti alat transportasi memakai tenaga hewan. Fokus
kajian dari Geografi Transportasi adalah interelasi, interaksi dan integrasi antara
aspek alam dan manusia dalam suatu ruang tertentu.

Metode dalam geografi transportasi mencakup berbagai pendekatan untuk


memahami dan menganalisis pola pergerakan manusia, barang, dan informasi di
dalam ruang geografis,Beberapa metode dalam geografi transportasi seperti
metode aksesibilitas adalah kunci dalam pemahaman pola transportasi dan
pengaruhnya terhadap perkembangan wilayah. Dengan memahami metode
aksesibilitas, kita dapat mengeksplorasi bagaimana ketersediaan dan konektivitas
transportasi mempengaruhi akses ke berbagai layanan, lapangan kerja, dan
peluang ekonomi.Metode penggunaan data geospasial, data lalu lintas real-time,
dan teknik pemodelan matematis membantu menggambarkan pola pergerakan
dengan lebih akurat.Dan metode analisis area pasar adalah pendekatan penting
dalam memahami distribusi barang dan layanan serta dampaknya terhadap pola
transportasi. Dengan memanfaatkan metode ini, penelitian dapat mengeksplorasi
bagaimana wilayah tertentu berfungsi sebagai pusat perdagangan atau pusat
kegiatan ekonomi, dan bagaimana pola transportasi dapat dioptimalkan untuk
mendukung pertumbuhan dan keberlanjutan ekonomi di area tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam pembuatan makalah ini di antaranya sebagai
berikut.
1. Bagaimana metode aksesibilitas dalam geografi transportasi ?

4
2. Bagaimana metode data dalam geografi transportasi ?
3. Apa saja model-model geografi transportasi ?
4. Bagaimana metode analisis area pasar dalam geografi transportasi ?

1.3 Tujuan Penulisan


Selain sebagai salah satu tugas mata kuliah Geografi Transportasi,
penyusunan makalah ini juga bertujuan untuk :
1. Mengetahui metode aksesbilitas dalam geografi transportasi .
2. Mengetahui metode data dan metode analisis area pasar.
3. Memahami metode geografi transportasi dan model-model geografi
transportasi.

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Metode Aksesibilitas
Aksesibilitas adalah elemen kunci untuk transportasi geografi dan geografi
pada umumnya adalah ekspresi langsung dari mobilitas baik dalam hal orang,
barang atau informasi. Sistem transportasi yang berkembang dengan baik dan
efisien menawarkan tingkat aksesibilitas yang tinggi (jika dampak kemacetan tidak
termasuk), sedangkan negara-negara kurang berkembang memiliki tingkat
aksesibilitas yang lebih rendah. Dengan demikian aksesibilitas dikaitkan dengan
serangkaian peluang ekonomi dan sosial. Aksesibilitas didefinisikan sebagai ukuran
kapasitas suatu lokasi yang ingin dijangkau oleh, atau untuk mencapai lokasi yang
berbeda. Oleh karena itu, kapasitas dan penataannya infrastruktur transportasi
merupakan elemen kunci dalam penentuan aksesibilitas.

Semua lokasi tidak sama karena beberapa lokasi lebih mudah diakses
dibandingkan lokasi lainnya kesenjangan. Oleh karena itu, gagasan aksesibilitas
bergantung pada dua konsep inti, yaitu sebagai berikut.
• lokasi dimana relativitas ruang diperkirakan sehubungan dengan transportasi
infrastruktur, karena mereka menawarkan sarana untuk mendukung pergerakan.
• jarak, yang diperoleh dari keterhubungan antar lokasi. Konektivitas hanya bisa ada
bila ada kemungkinan untuk menghubungkan dua lokasi angkutan. Ini menyatakan
gesekan jarak dan lokasi yang dimilikinya gesekan yang paling sedikit
dibandingkan dengan yang lain mungkin merupakan cara yang paling mudah
diakses. Biasanya, jarak dinyatakan dalam satuan seperti kilometer atau waktu,
tetapi variabel seperti biaya atau konsumsi bahan bakar juga dapat digunakan.

Ada dua kategori spasial yang dapat diterapkan pada permasalahan


aksesibilitas yang saling bergantung satu sama lain.
1. Tipe pertama dikenal sebagai aksesibilitas topologi dan terkait dengan
pengukuran aksesibilitas dalam suatu sistem simpul dan jalur (jaringan
transportasi). Hal ini diasumsikan bahwa aksesibilitas merupakan atribut
terukur yang signifikan hanya pada elemen tertentu dari sistem transportasi,

6
seperti terminal (bandara, pelabuhan atau stasiun kereta bawah tanah).
2. Tipe kedua dikenal sebagai aksesibilitas berdekatan dan melibatkan pengukuran
aksesibilitas pada suatu permukaan. Dalam kondisi seperti itu, aksesibilitas
merupakan atribut yang dapat diukur setiap lokasi, karena ruang dianggap
berdekatan.

Secara sederhana, aksesibilitas merupakan suatu konsep yang


menghubungkan (mengkombinasikan) sistem tata guna lahan secara geografis
dengan sistem jaringan transportasi yang menghubungkannya, di mana
perubahan tata guna lahan, yang menimbulkan zona-zona dan jarak geografis di
suatu wilayah atau kota, akan mudah dihubungkan oleh penyedia prasarana atau
sarana angkutan. Mudahnya suatu lokasi dihubungkan dengan lokasi lainnya
lewat jaringan transportasi yang ada, berupa prasarana jalan dan alat angkut
yang bergerak di atasnya.

Aksesibilitas berkaitan dengan jarak satu lokasi daerah dengan daerah lain
terutama jarak ke pusat-pusat pelayanan publik. Selain itu aksesibilitas ini juga
berkaitan dengan biaya dan waktu. Tingkat aksesibilitas wilayah dapat diukur
dengan beberapa variabel, yakni variabel ketersediaan jaringan jalan, jumlah
alat transportasi yang dapat digunakan, panjang jalan, lebar jalan, serta kualitas
jalan. Aksesibilitas pada suatu daerah sangat terakait dengan sistem
transportasi, dengan unsur-unsur aksesibilitas yakni diantaranya infrastruktur
yang berupa jaringan jalan dan sarana-sarana yang dapat digunakan.

Aksesibilitas biasa dikaitkan dengan jarak, waktu tempuh dan biaya


perjalanan. Miro (2005) mengatakan bahwa variabel yang dapat menjadi ukuran
dari tingkat aksesibilitas seperti jumlah alat transportasi, panjang jalan,
ketersediaan jaringan jalan, lebar jalan, dan kualitas jalan suatu wilayah. Selain
itu, pola pengaturan guna lahan juga menentukan tinggi rendahnya tingkat
aksesibilitas, seperti tingkat keberagaman pola pengaturan fasilitas umum
antara satu wilayah dengan wilayah lainnya.

Dengan perkataan lain suatu ukuran kemudahan dan kenyamanan mengenai


lokasi petak(tata) guna lahan yang saling berpencar dapat berinteraksi

7
(berhubungan) satu sama lain. Dan mudah atau sulitnya lokasi-lokasi tersebut
dicapai melalui system jaringan transportasinya, merupakan hal yang sangat
subjektif, kualitatif, dan relatif sifatnya. Artinya, yang mudah bagi orang lain
belum tentu mudah bagi orang lain. Salah satu variabel yang bisa menyatakan
apakah ukuran tingkat kemudahan pencapaian suatu tata guna lahan dikatakan
tinggi atau rendah adalah jarak fisik dua tata guna lahan (dalam kilometer).
Akan tetapi, faktor jarak ini tidak dapat sendirian saja digunakan untuk
mengukur tinggi 10 rendahnya tingkat akses tata guna lahan.

Faktor jarak tidak dapat diandalkan karena pada kenyataannya bisa terjadi
bahwa dua zona yang jaraknya berdekatan (misalkan sejarak 1,5 km), tidak
dapat dikatakan tinggi tingkat akses (pencapaiannya) apabila antara zona (guna
lahan) yang satu dengan yang lain tiddek terdapat prasarana jaringan
transportasi yang menhubungkan. Faktor lain adalah pola pengaturan tata guna
lahan. Keberagaman pola pengaturan tata guna lahan ini terjadi akibat
berpencarnya lokasi petak lahan secara geografis dan masing-masing petak
lahan tersebut berbeda pula jenis kegiatannya dan intensitas (kepadatan)
kegiatannya.

2.2 Metode dan Model Geografi Transportasi


Model transportasi merupakan salah satu bentuk model jaringan kerja
(network). Model transportasi adalah suatu model matematika untuk
menentukan sebuah rencana transportasi suatu jenis barang dari sejumlah
sumber ke sejumlah tujuan. Data dalam model ini mencakup tingkat penawaran
di setiap sumber/asal dan jumlah permintaan di setiap tujuan dan biaya
transportasi per unit barang dari setiap sumber ke setiap tujuan. Pada dasarnya,
model transportasi adalah sebuah model pemrograman linear. Model
transportasi diformulasikan menurut karakteristik-karakteristik yang unik
dengan permasalahan sebagai berikut:
1. Suatu produk dipindahkan dari sejumlah sumber ke tempat tujuan dengan
biaya seminimum mungkin, dan

8
2. Atas barang tersebut, tiap sumber mampu memasok suatu jumlah
unit produk yang tetap, dan tiap tempat tujuan mempunyai jumlah permintaan
yang tetap atas produk tersebut.

Tujuan dari model transportasi adalah menentukan jumlah yang harus


dikirimkan dari setiap sumber ke setiap tujuan sedemikian sehingga biaya
transportasi total dapat diminimalkan. Model transportasi juga beguna untuk
memevahkan permasalahan distribusi (alokasi) dan memecahkan permasalahan
bisnis lainnya, seperti masalah-masalah yang meliputi pengiklanan,
pembelanjaan modal (capital financing) dan alokasi dana untuk investasi,
analisis lokasi, keseimbangan lini perakitan dan perencanaan scheduling
produksi.

Asumsi dasar dari model transportasi yaitu biaya transportasi pada


sebuah rute adalah proporsional terhadap banyaknya unit barang yang
dikirimkan dan “unit transportasi” / “unit barang” yang dikirimkan bervariasi
tergantung jenis barang yang dikirim (satuan harus konsisten).
• Model Interaksi Spasial
Model interaksi spasial bersifat aggregate karena ruang dan
karakteristik perjalanan dikelompokkan dalam kategori yang besar. Sehingga
zona yang lebih luas akan terdiri dari jenis aktivitas yang lebih beragam.
Pelaku perjalanan juga bersifat agregat karena mereka dikelompokkan dalam
satu kelompok dengan karakteristik sosioekonomi dan perilaku perjalanan yang
sama.

Asumsi dasar dari banyak model interaksi spasial adalah bahwa arus
merupakan fungsi dari atribut lokasi asal, atribut lokasi tujuan dan gesekan
jarak antara lokasi asal dan lokasi tujuan. Gambar berikut menunjukkan
formulasi umum dari modek interaksi spasial.

9
Gambar 1. Tiga model interaksi dasar
• Tij = Interaksi antara lokasi i (asal) dan lokasi j (tujuan). Satuan pengukurannya
bervariasi dan dapat melibatkan orang, ton barang, volume lalu lintas, dll. Hal
ini juga berkaitan dengan periode waktu seperti interaksi per jam, hari, bulan,
atau tahun.
• Vi = Atribut lokasi asal i. Variabel yang sering digunakan untuk menyatakan
atribut-atribut bersifat sosioekonomi, seperti jumlah penduduk, jumlah
lapangan kerja yang tersedia, output industri, atau produk domestik bruto.
• Wj = Atribut lokasi tujuan j. Atribut ini menggunakan variabel sosio-ekonomi
yang serupa dengan atribut sebelumnya.
• Sij = Atribut pemisahan antara lokasi asal i dan lokasi tujuan j. Juga dikenal
sebagai gesekan transportasi. Variabel-variabel yang sering digunakan untuk
menyatakan hal ini adalah jarak, biaya transportasi, atau waktu perjalanan.

Atribut V dan W cenderung dipasangkan untuk menyatakan sifat saling


melengkapi dengan cara yang terbaik. Misalnya, mengukur arus komutasi
(pergerakan terkait pekerjaan) antar lokasi yang berbeda kemungkinan besar
akan mempertimbangkan variabel seperti populasi usia kerja sebagai V dan
total lapangan kerja sebagai W. Dari rumusan umum ini, tiga tipe dasar model
interaksi dapat dibangun:
• Model Gravitasi
Mengukur interaksi antara semua kemungkinan pasangan lokasi dengan

10
mengalikan atribut mereka, kemudian dilihat berdasarkan tingkat pemisahannya.
Pemisahan seing kali dikuadratkan untuk mencerminkan semakin besarnya gesekan
jarak. Pada gambar 1 dua lokasi (I dan j) masing-masing memiliki “bobot”
(kepentingan) sebesar 35 dan 20 serta berada pada jarak (derajat pemisahan)
sebesar 8. Interaksi yang dihasilkan adalah 10,9 yang bersifat timbal balik.
• Model Potensial
Mengukur interaksi antara satu lokasi dan setiap lokasi lainnya dengan
menjumlahkan atribut masing-masing lokasi lainnya berdasarkan tingkat
pemisahannya (sekali lagi dikuadratkan untuk mencerminkan gesekan jarak). Pada
gambar 1 potensi interaksi lokasi I (Ti) diukur dengan menambahkan rasio “berat”/
kuadrat jarak untuk setiap lokasi lainnya (j, k dan l). Interaksi potensial adalah 3,8
yang tidak bersifat timbal balik.
• Model Ritel
Mengukur batas wilayah pasar antara dua lokasi yang bersaing untuk
memperebutkan pasar yang sama. Model ini mengasumsikan bahwa batas pasar
antara dua lokasi adalah fungsi dari pemisahan mereka yang dilihat dari rasio bobot
masing-masing. Jika dua lokasi memiliki kepentingan yang sama, maka batas pasar
mereka akan berada di Tengah-tengah. Pada gambar 1, batas pasar antara lokasi I
dan j (Bij) berada pada jarak 4,9 dari I (dan akibatnya berada pada jarak 2,1 dari j).
1) Model Gravitasi
Model gravitasi memperkirakan perjalanan untuk setiap sel dalam matriks
tanpa secara langsung menggunakan pola perjalanan yang diamati. Model gravitasi
merupakan formulasi paling umum dari metode interaksi spasial. Dinamakan
demikian karena menggunakan rumusan yang mirip dengan hukum gravitasi
Newton. Representasi mirip gravitasi telah diterapkan dalam berbagai konteks,
seperti migrasi, arus komoditas, arus lalu lintas, perjalanan pulang pergi dan
evaluasi perbatasan antar area pasar. Oleh karena itu, gaya tarik menarik antara dua
objek sebanding dengan massa mereka dan berbanding terbalik dengan jarak
masing-masing. Akibatnya, rumusan umum interaksi spasial dapat diadaptasi untuk
merefleksikan asumsi dasar tersebut sehingga membentuk rumusan dasar model
gravitasi:
𝑃𝑖 𝑃𝑗
𝑇𝑖𝑗 = 𝑘
𝐷𝑖𝑗
• Pi dan Pj adalah populasi lokasi asal dan lokasi tujuan

11
• Dij jarak antara lokasi asal dan lokasi tujuan
• k adalah konstanta proposionalitas yang terkait dengan laju kejadian. Sebagai
contoh sistem interaksi spasial dipertimbangkan, nilai k akan lebih tinggi jika
interaksi dipertimbangkan selama satu tahun dibandingkan dengan nilai k untuk
satu minggu.

Jadi, interaksi spasial antara lokasi i dan j sebanding dengan masing-


masing lokasi kepentingan dibagi dengan jaraknya. Model gravitasi dapat
diperluas hingga mencakup
beberapa parameter kalibrasi
𝑃𝑖𝛼 𝑃𝑗𝜆
𝑇𝑖𝑗 = 𝑘 𝛽
𝐷𝑖𝑗
P, d, dan k mengacu pada variabel yang telah dibahas sebelumnya.
• 𝛽 (beta) : Parameter gesekan transportasi yang berkaitan dengan efisiensi
sistem transportasi antara dua lokasi. Gesekan ini jarang sekali bersifat linear
karena semakin jauh pergerakannya semakin besar gesekan jarak. Sebagai
contoh, dua lokasi yang dilayani oleh jalan raya akan memiliki indeks beta yang
lebih rendah dibandingkan jika dilayani oleh jalan raya.
• 𝜆 (lambda) : Potensi untuk menghasilkan gerakan (emisivitas). Untuk
pergerakan orang, lamda sering dikaitkan dengan tingkat kesejahteraan secara
keseluruhan. Misalnya, logis untuk menyimpulkan bahwa untuk arus ritel, lokasi
yang memiliki tingkat pendapatan lebih tinggi akan menghasilkan lebih banyak
pergerakan.
• 𝛼 (alpha) : Potensi untuk menarik gerakan (attractiveness). Terkait dengan
sifat kegiatan ekonomi di tempat tujuan. Misalnya, sebuah pusat yang memiliki
kegiatan komersial penting akan menarik lebih banyak pergerakan.
Tantangan yang signifikan terkait penggunaan model interaksi spasial,
terutama model gravitasi, terkait dengan kalibrasinya. Kalibrasi terdiri dari
pencarian nilai setiap parameter model (konstanta dan eksponen) untuk
memastikan bahwa hasil estimasi serupa dengan arus yang diamati. Jika tidak
demikian, model tersebut hamper tidak berguna karena hanya sedikit
memprediksi atau menjelaskan. Tidak mungkin untuk mengetahui keakuratan
proses kalibrasi tanpa membandingkan hasil perkiraan dengan bukti empiris.

12
Metode transportasi merupakan suatu metode yang digunakan untuk
mengatur distribusi dari sumber-sumber yang menyediakan produk yang sama,
ke tempat-tempat yang membutuhkan secara optimal. Alokasi produk harus
diatur sedemikian rupa karena terdapat perbedaan biaya-biaya alokasi dari satu
sumber ke tempat tujuan yang berbeda-beda dan dari beberapa sumber ke suatu
tempat tujuan yang berbeda. Dalam menggunakan metode transportasi,
pemecahan awal dikembangkan dan pemecahan alternatif dievaluasi sehingga
didapat pemecahan optimum. Pemecahan awal dapat dikembangkan dalam salah
satu cara dari beberapa cara berikut ini:
1) Dengan memiliki pemecahan yang tampaknya merupakan program yang baik.
2) Dengan menggunakan program yang ada sekarang.
3) Dengan memulai dari sudut kiri paling atas pada matriks dan menegaskan
kuantitas sampai persyaratan terpenuhi (NWC).

Model transportasi memiliki berbagai macam metode dalam memecahkan


persoalan manajemen yang bertujuan untuk meminimumkan biaya transportasi.
Metode-metode tersebut yaitu:
1) Metode Metode NWCR (North West Corner Rule Method)
2) Metode Biaya Terkecil (Least Cost Method)
3) Metode VAM (Vogel’s Approximation Method)
4) Metode Batu Loncatan (Stepping-Stone method)
5) Metode MODI (Modified Distribution Method)
Berikut penjelasannya:
1) Metode NWCR (North West Corner Rule Method)
Metode northwest-corner merupakan suatu prosedur dalam transportasi
model yang memulai perhitungan di bagian kiri atas tabel (northwest-corner0
dan secara sistematis mengalokasikan unit pada rute pengiriman. Metode
northwest-corner mengharuskan perhitungan dimulai pada bagian kiri atas tabel
dan mengalokasikan pada rute pengiriman sebagai berikut:
a. Habiskan pasokan (kapasitas pabrik) pada setiap baris sebelum pindah ke baris
di bawah berikutnya.
b. Habiskan kebutuhan (permintaan Gudang) dari setiap kolom sebelum pindah ke
kolom berikutnya di sisi kanan.
c. Pastikan bahwa semua permintaan dan pasokan telah terpenuhi.

13
Kelemahan metode nortwest-corner ini adalah setiap alokasi tidak
memperhatikan besarnya biaya per unit. Kriteria yang dituntut adalah sudut kiri
atas dan sudut kanan bawah merupakan sel basis. Oleh karena tidak
memperhatikan biaya per unit, metode Northwest-Corner kurang efisien dan
merupakan metode terpanjang dalam mencari tabel optimum.
2) Metode Biaya Terkecil (Least Cost Method)
Merupakan metode untuk menyusun tabel awal dengan cara
pengalokasian distribusi barang dari sumber ke tujuan mulai dari sel yang
memiliki biaya distribusi terkecil. Metode ini merupakan sebuah pendekatan
yang sederhana yang menggunakan langkah-langkah berikut:
a. Identifikasi sel dengan biaya yang paling rendah. Pilih salah satu jika terdapat
biaya yang sama.
b. Alokasikan unit sebanyak mungkin untuk sel tersebut tanpa melebihi pasokan
atau permintaan. Kemudian coret kolom atau baris itu (atau keduanya) yang
sudah penuh terisi.
c. Dapatkan sel dengan biaya yang paling rendah dari sisa sel (yang belum
tercoret).
d. Ulangi langkah ke 2 dan ke 3 sampai semua unit habis dialokasikan.
Karena kecenderungan solusi biaya minimal meningkat dengan
menggunakan metode least cost ini, maka sangat beruntung jika solusi dari
metode least cost menghasilkan biaya yang minimal. Dalam hal ini, seperti
pada solusi yang didapatkan dengan metode nortwest-corner, metode least cost
tidak menghasilkan biaya minimal. Oleh karena aturan nortwest-corner dan
pendekatan biaya terkecil dimaksudkan hanya untuk menyediakan satu titi
awal yang layak, maka sebuah prosedur tambahan untuk mencapai solusi
optimal harus dilakukan. Namun, metode Least Cost memiliki hasil biaya yang
lebih kecil dibandingkan dengan metode Northwest-Corner. Oleh karena itu,
metode Least Cost lebih efisien jika dibandingkan dengan metode Northwest-
Corner.
3) Metode VAM (Vogel’s Approximation Method)
Metode ini lebih sederhana penggunaannya, karena tidak memerlukan
closed path (jalur tertutup). VAM dilakukan dengan cara mencari selisih biaya
terkecil dengan biaya terkecil berikutnya untuk setiap kolom maupun baris.
Kemudian pilih selisih biaya terbesar dan alokasikan produk sebanyak

14
mungkin ke sel yang memiliki biaya terkecil. Cara ini dilakukan secara
berulang hingga semua produk sudah
dialokasikan.
Prosedur pemecahan dengan metode VAM yaitu:
a. Hitung perbedaan anatara dua biaya terkecil dari setiap baris dan kolom.
b. Pilih baris atau kolom dengan nilai selisih terbesar, lalu beri tanda kurung. Jika
nilai pada baris atau kolom adalah sama, pilih yang dapat memindahkan barang
paling banyak.
c. Dari baris/kolom yang dipilih pada (2), tentukan jumlah barang yang bisa
terangkut dengan memperhatikan pembatasan yang berlaku bagi baris atau
kolomnya serta sel dengan biaya terkecil.
d. Hapus baris atau kolom yang sudah memenuhi syarat sebelumnya (artinya
suplai telah dapat terpenuhi)
e. Ulangi langkah (1) sampai (4) hingga semua alokasi terpenuhi.

Kesimpulannya adalah tabel awal dapat dibuat dengan dua metode,


yaitu metode North West Corner Rule (NWCR) dari pojok kiri atas ke pojok
kanan bawah, tetapi memiliki kelemahan tidak memperhitungkan besarnya
biaya sehingga kurang efisien, dan metode biaya terkecil dengan mencari dan
memenuhi yang biayanya terkecil dulu. Metode ini lebih efisien dibanding
dengan metode NWCR.

Setelah tabel awal dibuat, tabel dapat dioptimalkan lagi dengan metode
Stepping Stone (batu loncatan) dan metode MODI (Modified Distribution
Method). Selain metode-metode tersebut, ada juga metode yang lebih
sederhana penggunaannya yaitu metode Vogel’s Approximation Method
(VAM)
4) Metode Batu Loncatan (Stepping-Stone method)
Metode stepping-stone merupakan suatu teknik yang berulang untuk
berpindah dari suatu solusi awal yang layak ke solusi yang optimal dalam
metode transportasi. Metode stepping stone akan membantu perpindahan suatu
solusi awal yang layak ke sebuah solusi optimal. Metode ini digunakan untuk
mengevaluasi efektivitas biaya pengiriman barang-barang melalui rute
transportasi yang saat ini bukan merupakan rute yang ada dalam solusi.
Di saat menerapkan rute tersebut, setiap sel atau kotak yang tidak
15
terpakai dalam tabel transportasi diuji dengan mempertanyakan: “Apa yang
akan terjadi pada biaya pengiriman total jika satu unit produk dikirimkan pada
satu rute yang tidak terpakai?” Pengujian dilakukan sebagi berikut:
a. Pilihlah kotak manapun yang tidak terpakai untuk dievaluasi.
b. Dimulai dari kotak ini, telusurilah sebuah jalur tertutup yang kembali ke kotak
awal melalui kotak-kotak yang sekarang ini yang sedang digunakan (yang
diizinkan hanyalah gerakan vertikal dan horizontal). Walaupun demikian,
boleh melangkahi kotak manapun baik kosong maupun berisi.
c. Mulai dengan tanda plus (+) pada kotak yang tidak terpakai, tempatkan secara
bergantian tanda plus dan tanda minus pada setiap kotak pada jalur yang
tertutup yang baru saja dilalui.
d. Hitunglah indeks perbaikan dengan cara: pertama, menambahkan biaya unit
yang ditemukan pada setiap kotak yang berisi tanda plus, dan kemudian
dilanjutkan dengan mengurangi biaya unit pada setiap kotak yang berisi tanda
minus.
e. Ulangi langkah 1 hingga 4 sampai semua indeks perbaikan untuk semua kotak
yang tidak terpakai sudah dihitung. Jika semua indeks yang dihitung lebih
besar atau sama dengan nol, maka solusi optimal sudah tercapai. Jika belum,
maka solusi sekarang dapat terus ditingkatkan untuk mengurangi biaya
pengiriman total.
5) Metode MODI (Modified Distribution Method)
Metode MODI pada dasarnya adalah suatu modifikasi dari metode stepping-
stone. Namun dalam MODI perubahan biaya pada sel, ditentukan secara
sistematis tanpa mengidentifikasi lintasan sel-sel kosong seperti pada metode
stepping stone. Pengoperasian dalam metode MODI dalam menyelesaikan
masalah transportasi, prinsip dasarnya sama dengan metode yang lain.
Perbedaanna terletak pada pengujian nilai sel bukan basisi untuk menentukan
apakah tabel sudah optimum.
Dalam metode Stepping-stone, pengujian nilai sela basis dilakukan
dengan membuat jalur tertutup (closed path). Dalam metode MODI tidak
menggunakan jalur tertutup, kecuali pada saat menentukan sel yang akan
keluar basis (perpindahan tabel). Oleh karena itu, metode MODI merupakan
cara yang lebih efisien di dalam menghitung nilai sel bukan basis.
Untuk mencari nilai sel bukanbasis berdasarkan metode MODI,

16
dilakukan dengan cara menambahkan satu baris, katakanlah Kj yang
menyatakan nilai setiap kolom K1, K2. K3,…,Kj, dan menambahkan satu
kolom, katakanlah Ri yang menyatakan nilai setiap baris R1, R2, R3,…,Ri.
Nilai Kj dan Ri yang dicari hanya untuk sel basis (jumlah sel basis sama
dengan m+n – 1), dengan menggunakan rumus Ri + Kj = Cij = biaya angkut
per satuan dari tempat asal (i) ke tempat tujuan (j). Sedangkan untuk mencari
nilai sel bukan basis digunakan rumus Cij – Ri – Kj.
Langkah awal metode MODI dapat dimulai dari tabel awal metode
Northwest-Corner maupun tabel awal metode Least Cost. Langkah-langkah
detail metode MODI adalah sebagai berikut:
a. Tentukan tabel awal yang feasible dengan menggunakan metode Nortwest-
Corner atau metode Least Cost.
b. Tambahkan variabel Ri dan Kj pada setiap baris dan kolom.
c. Cari nilai Ri maupun Kj untuk setiap sel baris dengan menggunakan rumus:

Ri + Kj = Cij dengan memisalkan salah satu nilai Ri atau Kj = 0.

d. Hitung semua niali sel bukan basisi dengan menggunakan rumus: Cij – Ri – Kj.
e. Tentukan sel yang akan masuk basis dengan memilih nilai sel bukan basis yang
memiliki negatif terbesar. Kemudian buatlah closed path untuk menentukan sel
yang akan keluar basis dengan memilih jumlah unit terkecil dari sel yang
bertanda negatif.
f. Tabel optimum tercapai apabila sel bukan basis semuanya memiliki nilai ≥ 0.
g. Jika tabel belum optimum, ulangi Kembali Langkah ke 2 sehingga ditemukan
tabel optimum.

Contoh Model Transportasi:


Alat-alat rumah tangga akan dikirim dari 4 buah distributor (A, B, C, D) ke
3 toko (1, 2, 3). Jumlah barang yang siap dikirim dari distributor A, B, C, dan
D masing-masing adalah 300, 200, 600, dan 500 unit. Kebutuhan toko 1, 2, dan
3 masing-masing adalah 200, 1000, dan 400 unit. Biaya pengiriman (ribuan)
dari distributor ke toko tampak dalam tabel di bawah ini. Tentukan
penyelesaian fisibel awal dengan menggunakan metode Barat Laut.

17
Matriks Model Transportasi
Toko
Distributor Persediaan
1 2 3
A 5 3 6 300
B 2 9 4 200
C 3 7 8 600
D 6 1 4 500
Kebutuhan 200 1000 400

Hitunglah dengan metode:


1. NWCR (North West Corner Rule) yaitu aturan pojok utara barat/pojok kiri paling
atas.
2. MBT (Metode Biaya Terkecil)
3. VAM (Vogel’s Approximation Method)
4. Tentukan metode yang menghasilkan biaya yang paling murah

1. Metode NCWR (Barat Laut)


1 2 3
A 5 200 3 100 6 300
B 2 9 200 4 200
C 3 7 600 8 600
D 6 1 100 4 400 500
200 1000 400

Pengisian dimulai dari sel ujung barat laut. Isi dengan kuantitas sebanyak-
banyaknya. Sel berwarna kuning adalah sel yang dapat diisi. Sel berwarna cokelat
tidak dapat diisi lagi karena persediaan habis/permintaan sudah terpenuhi.
Biaya Transportasi NWCR = 5(200) + (100) + 9 (200) + 7(600) + 1(100) +
4(400)
= 1000 + 300 + 1800 + 4200 + 100 + 1600
= 9.000

2. Metode Biaya Terkecil/Terendah

18
1 2 3
A 5 3 300 6 300
B 2 200 9 4 200
C 3 7 200 8 400 600
D 6 1 500 4 500
200 1000 500 → 200 400

Pengisian dimulai dari sel dengan biaya terkecil. Isi dengan kuantitas
sebanyak-banyaknya. Ini menyebabkan sisa sel di baris/kolom tersebut tidak dapat
diisi lagi (berwarna cokelat). Biaya terkecil sama → pilih secara bebas.
Biaya Transportasi MBT = 3(300) + 2(200) + 7(200) + 8(400) + 1(500)
= 900 + 400 + 1400 + 3200 + 500
= 6.400
3. Metode VAM (Vogel’s Approximation Method)
1 2 3 Selisih
A 5 3 300 6 300 2 3 3 3
B 2 9 4 200 200 2 5 - -
C 3 200 7 200 8 200 600 4 1 1 1
D 6 1 500 4 500 3 3 3 -
200 1000 400
1 2 0
- 2 0
Selisih
- 2 2 *angka merah adalah selisih terbesar
- 4 2

Metode VAM yaitu mencari selisih terbesar dan terkecil dengan mengerjakan
secara mendatar terlebih dahulu atau vertical sesuai dengan biaya terkecil.
Arti warna sel:
Hijau : sel dengan biaya terkecil di baris/kolom tersebut
Ungu : sel dengan biaya terkecil kedua di baris/kolom tersebut
Biaya Transportasi VAM = 3(300) + 4(200) + 3(200) + 7(200) + 8(200) + 1(1500)
= 900 + 800 + 600 + 1400 + 500
= 5.800

19
Dari ketiga perhitungan di atas dihasilkan biaya transportasi metode
NWCR yaitu 9.000, biaya transportasi metode MBT yaitu 6.400, dan biaya
tranportasi metode VAM yaitu 5.800. Jadi dapat disimpulkan bahwa biaya
transportasi terendah diperoleh menggunakan metode VAM sebesar 5.800.

2.3 Analisis Area Pasar


Area pasar adalah permukaan dimana permintaan atau penawaran yang ditawarkan
pada lokasi tertentu dinyatakan. Untuk pabrik, hal ini mencakup area pengiriman
produknya; bagi sebuah toko ritel, wilayah ini merupakan wilayah anak sungai yang
menjadi tempat menarik pelanggannya.
Definisi ekonomi dari wilayah pasar
Pasar bergantung pada hubungan antara penawaran dan permintaan. Ini bertindak
sebagai mekanisme penetapan harga barang dan jasa. Permintaan adalah jumlah suatu
barang atau jasa yang bersedia dibeli konsumen pada harga tertentu. Tinggi jika harga
suatu komoditas rendah, sedangkan sebaliknya – harga tinggi – permintaan akan
rendah. Di luar harga pasar, permintaan secara umum dapat dipengaruhi oleh faktor-
faktor berikut:
1. Utilitas

Meskipun barang dan jasa yang merupakan kebutuhan (seperti makanan) tidak
mengalami banyak fluktuasi permintaan, permintaan terhadap barang-barang yang
dianggap kurang berguna (bahkan tidak berguna) akan bervariasi menurut pendapatan
dan siklus ekonomi.
2. Tingkat pendapatan

Pendapatan, khususnya pendapatan disposabel, berbanding lurus dengan konsumsi.


Penduduk dengan tingkat pendapatan tinggi memiliki daya beli yang jauh lebih besar
dibandingkan penduduk dengan tingkat pendapatan rendah.

Dalam menganalisis area pasar memiliki beberapa metode yaitu:


Transportasi sangat penting dalam analisis wilayah pasar karena berdampak pada
lokasi kegiatan serta aksesibilitasnya. Ukuran area pasar merupakan fungsi dari
ambang batas dan jangkauannya yaitu:
• Ambang batas pasar

Permintaan minimum yang diperlukan untuk mendukung kegiatan ekonomi seperti

20
jasa. Karena setiap permintaan mempunyai lokasi yang berbeda, maka ambang batas
mempunyai dimensi spasial langsung. Besar kecilnya suatu pasar mempunyai
hubungan langsung dengan ambang batasnya.
• Kisaran pasar

Jarak maksimum yang bersedia ditempuh setiap unit permintaan untuk mencapai
suatu layanan atau jarak maksimum suatu produk dapat dikirimkan ke pelanggan.
Kisaran tersebut merupakan fungsi dari biaya transportasi, waktu atau kenyamanan
dalam melihat peluang intervensi. Agar menguntungkan, suatu pasar harus memiliki
kisaran yang lebih tinggi dari ambang bata.
• Perpajakan

Pajak penjualan dan pajak pertambahan nilai dapat mempunyai efek menghambat
penjualan barang dan jasa karena menambah biaya produksi dan menuntut bagian
pendapatan konsumen.
• Tabungan

Besarnya modal yang tersedia dalam tabungan dapat memberikan potensi untuk
memperoleh barang konsumsi. Selain itu, masyarakat mungkin akan menahan diri
untuk tidak melakukan konsumsi jika menabung merupakan prioritasnya, khususnya
pada saat perekonomian mengalami kesulitan.
Menurut prinsip pasar, penawaran dan permintaan ditentukan oleh harga, yang
merupakan keseimbangan antara keduanya. Hal ini sering disebut harga keseimbangan
atau harga pasar. Harga ini merupakan kompromi antara keinginan perusahaan untuk
menjual barang dan jasanya pada harga setinggi mungkin dan keinginan konsumen
untuk membeli barang dan jasa dengan harga serendah mungkin.
Bagi banyak ekonom, pasar adalah tempat terjadinya pertukaran barang dan jasa dan
tidak mempunyai lokasi tertentu, karena pasar hanyalah sebuah abstraksi dari
hubungan antara penawaran dan permintaan. Alasan ini penting untuk diperhatikan
karena sebagian besar waktu konsumen harus berpindah-pindah untuk memperoleh
suatu barang atau jasa. Produsen juga harus mengirimkan suatu komoditas ke tempat
dimana konsumen dapat membelinya, baik di toko maupun di tempat tinggalnya
(dalam hal belanja online). Oleh karena itu, konsep jarak harus dipertimbangkan
secara bersamaan dengan konsep pasar. Dalam kondisi tersebut, harga riil mencakup
harga pasar ditambah harga angkutan dari pasar ke lokasi konsumsi akhir.
Persaingan memperebutkan wilayah pasar
Persaingan melibatkan aktivitas serupa yang mencoba menarik pelanggan. Meskipun
landasan inti persaingan untuk barang atau jasa yang sebanding adalah harga, ada

21
beberapa strategi spasial yang berdampak pada elemen harga. Dua yang paling umum
adalah:

• Cakupan pasar

Kegiatan yang menawarkan jasa yang sama akan menempati lokasi untuk
menawarkan barang atau jasa ke seluruh wilayah. Aspek ini dijelaskan dengan baik
oleh teori tempat sentral dan berlaku dengan baik untuk sektor-sektor di mana
kejenuhan pasar spasial merupakan strategi pertumbuhannya (makanan cepat saji,
kedai kopi, dll.). Kisaran setiap lokasi akan bergantung pada kepadatan pelanggan,
biaya transportasi, dan lokasi pesaing lainnya.
• Perluasan jangkauan

Lokasi yang ada mencoba memperluas jangkauannya untuk menarik lebih banyak
pelanggan. Skala ekonomi yang mengakibatkan aktivitas ritel semakin besar menjadi
tren ke arah sana, yakni munculnya pusat perbelanjaan. Secara individual, setiap toko
akan memiliki jangkauan terbatas. Namun, sebagai sebuah kelompok, mereka
cenderung menarik pelanggan tambahan dari jangkauan yang lebih luas karena
berbagai alasan. Pertama, ditawarkannya barang atau jasa yang saling melengkapi.
Dengan demikian, seorang pelanggan akan merasa nyaman untuk dapat membeli
pakaian, sepatu dan produk perawatan pribadi di lokasi yang sama. Kedua, keragaman
barang atau jasa yang sama ditawarkan (lebih banyak pilihan) meskipun bersaing satu
sama lain. Ketiga, fasilitas terkait lainnya disediakan seperti keamanan, makanan,
ruang berjalan dalam ruangan, hiburan dan juga tempat parkir.

Sistem informasi geografis dan analisis wilayah pasar


Sistem informasi geografis (GIS) telah menjadi alat mendasar untuk mengevaluasi
wilayah pasar, khususnya di bidang ritel. Dengan data dasar, seperti daftar pelanggan
dan alamat mereka (atau kode pos), relatif mudah untuk mengevaluasi area pasar
dengan tingkat akurasi yang wajar, sebuah tugas yang sebelumnya akan jauh lebih
rumit. Dengan GIS, analisis area pasar meninggalkan dunia abstraksi dan menjadi alat
praktis yang digunakan oleh pengecer dan penyedia layanan dalam situasi dunia nyata
yang kompleks. Dalam representasi spasial GIS, area pasar adalah sebuah poligon
yang dapat diukur dan digunakan untuk melakukan operasi seperti persimpangan
(zona persaingan spasial) atau kesatuan (area yang dilayani).

22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Metode Aksesibilitas memberikan wawasan tentang konektivitas yang
memengaruhi akses ke berbagai layanan, sementara Metode Data dan Model Geografi
Transportasi memanfaatkan teknologi untuk memetakan dan menganalisis pola
pergerakan secara lebih presisi. Analisis Area Pasar memperkuat pemahaman terhadap
distribusi barang dan layanan, serta peran transportasi dalam mendukung ekonomi
regional.

Dengan merangkai ketiga metode ini, kita dapat merancang perhitungan geografi
transportasi.Dengan ketiga metode tersebut dapat mempermudah untuk melakukan
perhitungan transportasi dari satu wilayah ke wilayah lainnya.Dan metode ini
mendukung untuk menciptakan sistem transportasi yang memperkuat konektivitas,
mempromosikan pertumbuhan ekonomi, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat
di wilayah-wilayah yang beragam.

3.2 Saran
Demikianlah makalah yang kami susun. Semoga dengan adanya makalah ini bisa
menambah pengetahuan kita. Kami menyadari bahwa makalah ini bukanlah proses akhir,
melainkan awal yang masih banyak memerlukan perbaikan. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi sempurnanya makalah kami ini

23
DAFTAR PUSTAKA
Batubara, F. H., & Widyasari, R. (2023). Penerapan Metode Transportasi dan
Transhipment Menggunakan Linear Programming dalam Efisiensi Biaya
Distribusi Barang. JURNAL MEDIA INFORMATIKA BUDIDARMA, 7(1), 128-
137.
Firdaus, I. C., Wijoyo, A., & Prasetiyo, S. M. (2023). Pengoptimalan Distribusi Barang
Menggunakan Metode North West Corner NWC Dan Stepping Stone Berbasis
Web. LOGIC: Jurnal Ilmu Komputer dan Pendidikan, 1(4), 1006-1018.
Irawan, M. Z. (2022). Teori Interaksi Spasial Luti (Power Point Slides). Universitas
Gadjah Mada. Retrieved from
https://zudhyirawan.staff.ugm.ac.id/files/2022/06/3rd-meeting-ITGL-MZI-MSTT-
v.02-Spatial-Interaction-of-LUTI.pdf.
Nababan, B. O. & Sari, Y. D. (2021). Kuliah 4: Model Transportasi (Video). Youtube.
Retrieved from https://youtu.be/xgi8vUm62r8?si=HXvxALcuyCT0lomZ.
Nurdiansyah, D., Maulana, D., Tresnadi, A., & Fauzi, M. (2021). Optimasi Biaya
Pengiriman Telur Ayam Menggunakan Pendekatan Model Transportasi NWC dan
Software Lingo. Jurnal Lebesgue: Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika,
Matematika dan Statistika, 2(3), 234-244.
Oktarido. (2014). Aplikasi Model Transportasi Untuk Optimalitas Distribusi Air Galon
Axogy pada CV Tirta berkah Sejahtera Lembang. Skripsi. Universitas Pendidikan
Indonesia.
Rahmawati, D. (2022). Implementasi Metode Vogel’s Approximation Method (VAM)
dalam Optimasi Biaya Transportasi. JURNAL INDUSTRI KREATIF DAN
INFORMATIKA SERIES (JIKIS), 2(2), 73-80.
Rodrigue, J. P. The Geography of Transport Systems. New York: Routledge. 2013.
Tastrawati, N. K. T. (2015). Pemrograman Linear: Model Transportasi. Universitas
Udayana.
Trihudiyatmanto, M. (2016). Metode Transportasi (Power Point Slides). Retrieved from
https://www.slideshare.net/hudysadwara/4-metode-transportasi.
Agustina, I. D., & Nurzanah, W. (2019). Studi Aksesibilitas Transportasi Berkelanjutan
Untuk Penyandang Cacat (Disabilitas) Di Pusat Kota Medan. Saintek ITM, 31(2).
Ubhara, J. I. M. (2021). MODEL KEPUTUSAN TURIS MELALUI AKSESIBILITAS
TRANSPORTASI, AKOMODASI DAN MEDIA SOSIAL DI TANJUNG
LESUNG. Jurnal Ilmiah Manajemen Ubhara, 3(1).

24
Riawan, A. R., & Ahyudanari, E. (2020). Analisis Aksesibilitas dalam Penggunaan
Transportasi Umum, di Kota Bekasi dengan Metode Competition Measure (Studi
Kasus: Stasiun LRT, Stasiun KRL, dan Stasiun BRT). Jurnal Aplikasi Teknik
Sipil, 18(2), 231-238.

25

Anda mungkin juga menyukai