Disusun Oleh :
Tugas Pertama
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan Makalah yang berjudul “ARUS
LALU LINTAS”. Penyusunan makalah ini disusun dengan tujuan sebagai tugas mata kuliah Jalan
Baja serta sebagai acuan mahasiswa untuk lebih memahami Arus Lalu Lintas terutama
Perencanaan Transporasi yang di ajarkan di Jurusan Teknik Sipil.
Penulis menyadari bahwa hasil tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan makalah ini. Penulis berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat memberikan kontribusi dalam dunia
pendidikan dalam rangka meningkatkan ilmu pengetahuan di Indonesia.
i
DAFTAR ISI
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................... 3
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................. 19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Lalu lintas dapat dijadikan parameter kemajuan dari suatu daerah. Lancar dan teraturnya
lalu lintas juga dapat menunjukkan bahwa disiplin berlalu lintas dari penduduknya juga baik.
Namun dengan bertambahnya fasilitas dan sarana serta prasarana lalu lintas masalah mengenai
pembuatan serta penerapan system menjadi masalah yang krusial dan selalu menarik untuk dikaji.
Kemampuan untuk memecahkan masalah masalah transportasi yang terjadi sekarang ini menjadi
pekerjaan rumah untuk kita para intelektual kampus.
1
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas, maka permasalahan yang
akan dibahas dalam makalah ini adalah :
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, Adapun tujuan dari
pembuatan makalah ini adalah ;
2
BAB II
PEMBAHASAN
Parameter lalu lintas adalah suatu ukuran yang digunakan sebagai tolak ukur dari
kegiatan lalu lintas. Arus lalu lintas terjadi karena adanya mobilisasi dari manusia ataupun
barang. Hal ini terjadi karena adanya kepentingan kebutuhan dari manusia yang tidak
dapat terpenuhi hanya di tempat itu. Mobilitas ini menyebabkan adanya konflik di jalan.
Setiap orang menginginkan akses yang baik yang dapat menunjang mobolitasnya.
Dalam bab ini akan diuraikan parameter yang mempengaruhi lalu lintas itu sendiri,
yaitu arus (flow), kecepatan (speed), dan kerapatan (density).
3
2.1.2. Kecepatan (speed)
Kecepaan didefinisikan sebagai tingkat gerakan di dalam suatu jarak tertentu
dalam satu satuan waktu, yang dinyatakan dengan rumus
𝑑
V=
𝑡
Dengan,
V = kecepatan (km/jam)
Dalam suatu pergerakan kecepatan dari setiap kendaraan tidak mungkin akan
sama, hal ini disebabkan dari karakteristik pengemudi yang berbeda-beda sehingga
arus lalu lintas tidak mempunyai sifat kecepatan yag tunggal akan tetapi dalam
bentuk distribusi kecepatan kendaraan individual. Dari distribusi kecepatan
kendaraan secara diskrit suatu nilai rata–rata atau tipikal digunakan untuk
mengidentifikasikan arus lalu lintas secara menyeluruh.
Terdapat 3 jenis klasifikasi kecepatan yang digunakan yaitu ;
a. Kecepatan setempat (Spot Speed), yaitu kecepatan kendaraan pada suatu
saat diukur dari suatu tempat yang ditentukan.
b. Kecepatan bergerak (Running Speed), yaitu kecepatan kendaraan rata-
rata pada suatu jalur pada saat kendaraan bergerak (tidak termasuk waktu
berhenti ) yang didapatkan dengan membagi panjang jalur yang ditempuh
dengan waktu kendaraan bergerak menempuh jalur tersebut.
c. Kecepatan perjalanan (Jeourney Speed), yaitu kecepatan efektif
kendaraan yang sedang dalam perjalanan antara dua tempat, yang
merupakan jarak antara dua tempat dibagi dengan lama waktu bagi
kendaraan untuk menyelesaikan perjalanan antara dua tempat tersebut,
dengan lama waktu ini mencakup setiap waktu berhenti yang ditimbulkan
oleh hambatan lalu lintas.
4
Ada dua jenis analisis kecepatan yang dipakai pada studi kecepatan arus
lalu-lintas yaitu :
a. Time mean speed (TMS), yaitu rata-rata kecepatan dari seluruh
kendaraan yang melewati suatu titik pada jalan selama periode waktu
tertentu.
b. Space mean speed (SMS), yaitu rata-rata kecepatan kendaraan yang
menempati suatu segmen atau bagian jalan pada interval waktu tertentu.
Perbedaan analisis dari kedua jenis kecepatan di atas adalah bahwa TMS
adalah pengukuran titik, sementara SMS pengukuran berkenaan dengan panjang
jalan atau lajur.
2.1.3. Kerapatan
Kerapatan adalah jumlah kendaraan yang menempati suatu panjang jalan atau
lajur dalam kendaraan per km atau kendaraan per km per lajur. Nilai kerapatan
dihitung berdasarkan nilai kecepatan dan arus, karena sulit diukur dilapangan.
Biasanya diperlukan titik ketinggian yang cukup sehingga kendaraan dapat diamati
dalam suatu ruas tertentu. Namun demikian kepadatan dapat dihitung dari
kecepatan dan volume, yang memunyai bentuk hubungan seperti ditunjukkan
pada rumus berikut.
F=SxD
Dengan,
5
Atau dapat ditunjukan seperti pada gambar dibawah ini.
6
2.2. Karakteristik Arus Lalu Lintas
Terdapat 3 (tiga) Karakateristik utama Arus Lalu lintas; yaitu Volume lalu lintas,
kecepatan lalu lintas, dan Kapasitas Ruas Jalan
Volume merupakan sebuah (variabel) yang paling penting pada teknik lalu
lintas dan pada dasarnya merupakan proses perhitungan yang berhubungan dengan
jumlah gerakan per satuan waktu pada lokasi tertentu. Jumlah pergerakan yang
dihitung dapat meliputi hanya tiap macam moda lalu lintas saja, seperti pejalan
kaki, mobil, bis, atau mobil barang, atau kelompok-kelompok campuran moda.
Periode-periode waktu yang dipilih tergantung pada tujuan studi dan
konsekuensinya, tingkatan ketepatan yang dipersyaratkan akan menentukan
frekuensi, lama, dan pembagian arus tertentu (Andi Setiawan, 2017).
7
Menurut MKJI (1997), penentuan volume dilakukan dengan rumus berikut:
Q= (QHV x emp HV) + (QLV x emp LV) + (QMC x emp MC) ..................(2.1)
dimana:
HV = Kendaraan berat
LV = Kendaraan ringan
MC = Sepeda motor
Pada umumnya kendaraan pada suatu ruas jalan terdiri dari berbagai
komposisi kendaraan, sehingga volume lalu lintas menjadi lebih praktir jika
dinytakan dalam jenis kendaraan standar, yaitu mobil penumpang, sehingga
dikenal istilah satuan mobil penumpang (smp). Untuk mendapatkan volume dalam
smp, maka diperlukan faktor konversi dari berbagai macam kendaraan menjadi
mobil penumpang, yaitu faktor ekivalensi mobil penumpang atau emp (ekivalensi
mobil penumpang) (Andi Setiawan, 2017).
8
Kecepatan lalu lintas dirumuskun (Anas tahir, 2011) sebagai berikut:
V = D/T........................................................................................(2.2)
dimana:
V = Kecepatan (km/jam)
Kecepatan dapat dibedakan atas tiga klasifikasi (Wilton Wahab, 2014), yaitu:
a. Kecepatan Perjalanan (Journey Speed)
Kecepatan perjalanan ialah kecepatan keseluruhan perjalanan yang dimulai
dari awal perjalanan sampai akhir perjalanan.
b. Kecepatan Bergerak (Running Speed)
Kecepatan bergerak ialah kecepatan rata-rata kendaraan untuk menempuh
jarak tertentu dalam kondisi kendaraan tetap berjalan, yaitu kondisi setelah
dikurangi oleh waktu hambatan terjadi (misalnya: lampu merah, kemacetan,
dsb). Kecepatan bergerak ini dapat ditentukan dari jarak perjalanan dibagi
dengan total waktu perjalanan yang telah dikurangi dengan waktu berhenti
karena adanya hambatan yang disebabkan oleh gangguan yang terjadi di
tengah perjalanan.
c. Kecepatan Setempat (Spot speed)
Kecepatan setempat ialah kecepatan sewaktu melintasi suatu titik tertentu
pada seruas jalan dalam satuan waktu tertentu. Dalam disain, kecepatan
setempat sering digunakan.
Data kecepatan setempat digunakan untuk:
✓ Mendisain (merancang) geometrik jalan raya (lengkung vertikal dan
horizontal)
✓ Untuk mengontrol dan mengawal operasi lalu lintas
✓ Untuk merancang bentuk traffic light di persimpangan
✓ Untuk mendisain papan tanda lalu lintas
✓ Untuk menganalisis sebab-sebab kecelakaan
Untuk mengetahui kepadatan lalu lintas di jalan raya
9
2.2.3. Kapasitas Ruas Jalan
Menurut MKJI (1997), kapasitas didefinisikan sebagai arus maksimum
melalui suatu titik di jalan yang dapat dipertahankan per satuan jam pada kondisi
tertentu. Untuk jalan dua-lajur dua-arah, kapasitas ditentukan untuk arus dua arah
(kombinasi dua arah), tetapi untuk jalan dengan banyak lajur, arus dipisahkan per
arah dan kapasitas ditentukan per lajur. Nilai kapasitas telah diamati melalui
pengumpulan data lapangan selama memungkinkan. Karena lokasi yang
mempunyai arus mendekati kapasitas segmen jalan sedikit (sebagaimana terlihat
dari kapasitas simpang sepanjang jalan), kapasitas juga telah diperkirakan dari
analisa kondisi iringan lalu lintas, dan secara teoritis dengan mengasumsikan
hubungan matematik antara kerapatan, kecepatan dan arus. Kapasitas dinyatakan
dalam satuan mobil penumpang.
Kapasitas adalah volume kendaraan maksimum yang dapat melewati suatu
ruas jalan atau persimpangan dalam kondisi yang umum. Atau kapasitas lebih
dikenal sebagai “daya tampung maksimum” suatu ruas jalan atau persimpangan
terhadap volume lalu lintas yang melewati dalam satuan waktu tertentu. Satuan
kapasitas atau daya tampung suatu ruas jalan dinyatakan dengan smp/jam (Wilton
Wahab, 2014).
Tabel 2.3 : Jalan satu arah dua lajur
dimana:
C = Kapasitas (smp/jam)
FCSP = Faktor penyesuaian pemisahan arah (hanya untuk jalan tak terbagi)
11
Tabel 2.6 : Faktor Penyesuaian Lebar Jalan (FCW)
Tipe Jalan Lebar Jalan Efektif (m) FCW
Per lajur
3,00 0,92
4 Jalur dengan median atau jalan 3,25 0,96
satu arah 3,50 1,00
4,75 1,04
4,00 1,08
Per lajur
3,00 0,91
Empat lajur tak terbagi 3,25 0,95
3,50 1,00
3,75 1,05
4,00 1,09
Total dua arah
5,00 0,56
5,00 0,87
2 jalur tak terbagi 7,00 1,00
8,00 1,14
9,00 1,25
10,00 1,29
11,00 1,34
Tabel 2.8 : Faktor penyesuaian hambatan samping ((FCSF) dengan adanya bahu jalan
12
ST 0.84 0.88 0.92 0.96
Tabel 2.9 : Faktor penyesuaian hambatan samping ((FCSF) dengan adanya kerb
Lebar Bahu Jalan Dengan Jarak ke
Penghalang
Hambatan
Tipe Jalan
Samping Jarak Kerb (M)
13
(4 lajur 2 arah tidak R 0.93 0.95 0.97 1.00
dipisah)
S 0.90 0.92 0.95 0.97
Tabel 2.10 : Faktor penyesuaian hambatan samping ((FCSF) dilihat dari penilaian
besarnya hambatan samping
Jumlah Hambatan Samping
Komponen
No Hambatan Sangat Sangat
Rendah Sedang
Samping Rendah Tinggi (T) Tinggi
(R) (S)
(SR) (ST)
Pejalan kaki
1 0 0 – 80 80 – 120 120 – 220 > 220
(pjlkk/jam)
Pejalan kaki
2 menyeberang 0 0 – 200 200 – 500 500–1300 > 1300
(pjlkk/jam/km)
Kendaraan
berhenti atau
3 0 0 – 100 100 – 300 300 – 700 > 700
parker
(kend/jam/km)
Kendaraan
keluar-masuk
4 0 0 - 200 200 - 500 500 - 800 > 800
persil
(kend/jam/km)
14
Tabel 2.11 : Faktor penyesuaian hambatan samping ((FCSF) dilihat dari kegiatan
disekitar jalan
Kelas Hambatan Samping
Komponen Hambatan
Samping Sangat Sangat
Rendah Sedang Tinggi
Rendah Tinggi
Pergerakan pejalan kaki 0 1 2 4 7
Kendaraan
berhenti/parkir di sisi 0 1 3 6 9
jalan
Kendaraan keluar-
0 1 3 5 8
masuk persil
Tabel 2.12 : Faktor penyesuaian hambatan samping ((FCSF) dilihat dari nilai total
hambatan samping
Nilai Total Kelas Hambatan Samping
0–1 Sangat rendah (SR)
2–5 Rendah (R)
6 – 11 Sedang (S)
12 – 18 Tinggi (T)
19 – 24 Sangat Tinggi (ST)
15
2.3. Metode Analisis Simpang Bersinyal
Simpang adalah suatu area kritis pada suatu jalan raya yang merupakan titik
konflik dan tempat kemacetan karena bertemunya dua ruas jalan atau lebih (Pignataro,
1973). Karena merupakan tempat terjadinya konflik dan kemacetan maka hampir semua
simpang terutama di perkotaan membutuhkan pengaturan. Untuk menganalisis simpang
bersinyal ada beberapa cara yaitu salah satunya metode akcelik dan sidra.
16
layanan dan analisis kinerja oleh lalu lintas desain, operasi dan profesional
perencanaan. Pertama kali dirilis pada tahun 1984, telah dalam pembangunan
berkelanjutan dalam menanggapi umpan balik pengguna. Sebuah versi dengan
kemampuan jaringan pemodelan saat ini sedang dalam pembangunan.
Sidra Persimpangan merupakan alat evaluasi lalu lintas mikro-analitis
yang menggunakan jalur-by-jalur dan model kendaraan berkendara siklus. Hal ini
dapat digunakan untuk membandingkan pengobatan alternatif yang melibatkan
persimpangan bersinyal, bundaran (tanpa lampu), bundaran dengan sinyal
metering, dua arah berhenti dan memberikan arah (yield) Kontrol tanda, semua
arah (4-way dan 3-way) menghentikan kontrol tanda, penggabungan, single-titik
susun perkotaan, segmen jalan bebas hambatan dasar dan bersinyal dan
penyeberangan tengah-tengah blok tanpa lampu lalu lintas untuk pejalan kaki.
Di Australia dan Selandia Baru, Sidra temu didukung oleh Austroads. Di
Amerika Serikat, Sidra temu diakui oleh US Manual Kapasitas Jalan TRB /
FHWA 2010 Panduan Roundabout (NCHRP Laporkan 672) dan berbagai panduan
bundaran lokal.
17
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
A. Parameter lalu lintas adalah suatu ukuran yang digunakan sebagai tolak ukur dari
kegiatan lalu lintas. Arus lalu lintas terjadi karena adanya mobilisasi dari manusia
ataupun barang. Hal ini terjadi karena adanya kepentingan kebutuhan dari manusia
yang tidak dapat terpenuhi hanya di tempat itu. Mobilitas ini menyebabkan adanya
konflik di jalan. Setiap orang menginginkan akses yang baik yang dapat menunjang
mobolitasnya. Parameter yang mempengaruhi lalu lintas itu sendiri, yaitu arus
(flow), kecepatan (speed), dan kerapatan (density).
B. Hubungan antara volume jalan dan kapasitas jalan yaitu ketika kapasitas semakin
besar maka volume yang dapat ditampung akan semakin besar pula. Ketika volume
terlalu besar dan kapasitas jalan tidak sanggup untuk menampung jumlah kendaraan
maka akan terjadi over load pada jalan dan bisa mengakibatkan terjadinya kemacetan
(jam density).
18
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikibooks.org/wiki/Rekayasa_Lalu_Lintas/Kapasitas_jalan
http://en.wikipedia.org/wiki/Sidra_Intersection
19