Anda di halaman 1dari 61

PEMODELAN TRANSPORTASI KRISANTUS SATRIO WIBOWO

PEDO, S.T., M.T.


KONTRAK PERKULIAHAN
1. Mahasiswa diwajibkan berpakaian sopan, rapi, berkerah pada waktu mengikuti perkuliahan di kelas

2. Segala bentuk plagiarisme pada tugas dan ujian tidak dapat ditolerir (nilai = 0 atau nilai akhir = E)

3. Mahasiswa harus selalu membawa perlengkapan alat tulis yang lengkap (Kalkukaltor, alat tulis dan buku tulis dan modul = wajib)

4. Mahasiswa tidak diperkenakan memakai sandal waktu mengikuti perkulihan, kecuali alasan tertentu (sakit, habis kecelakaan)

5. Pada waktu perkulihan semua HP dinonaktifkan/disilent (bisa digunakan bila dipersilahkan)

6. Keterlambatan masuk di kelas hanya diizinkan maksimal 15 menit dari jadwal. Lewat batas tersebut, mahasiswa boleh masuk tapi tidak
diperkenankan untuk absensi.

7. Tidak diperkenankan melakukan keributan di kelas dalam bentuk apapun selama perkuliahan berlangsung, kecuali pada saat diskusi.

8. Mahasiswa wajib hadir minimal 75% dari total tatap muka (jika kehadiran di bawah 75% tidak diperkenankan mengikuti UAS)

9. Keterangan sakit atau ijin diwajibkan melampirkan surat pendukung alasan ketidakhadiran (misalkan Surat sakit dari dokter)

10. Ada ujian susulan untuk UTS dan UAS (Jika memungkinkan)
PEMODELAN TRANSPORTASI
LATAR BELAKANG
Pada saat ini kita masih merasakan banyak permasalahan transportasi yang
sebenarnya sudah terjadi sejak tahun 1960-an dan 1970-an, misalnya kemacetan,
polusi suara dan udara, kecelakaan, dan tundaan.
PEMODELAN TRANSPORTASI
LATAR BELAKANG
Pada akhir tahun 1980-an, negara maju memasuki tahapan yang jauh lebih maju
dibandingkan dengan 20 tahun yang lalu di sektor perencanaan dan pemodelan
transportasi. Hal ini disebabkan antara lain oleh pesatnya perkembangan
pengetahuan mengenai elektronika dan peralatan komputer yang memungkinkan
berkembangnya beberapa konsep baru mengenai sistem prasarana transportasi,
sistem pergerakan, dan peramalan kebutuhan akan transportasi yang tidak pernah
terpikirkan pada masa lalu.
Di Indonesia, Pada akhir tahun 2000, diperkirakan hampir semua ibukota propinsi
dan beberapa ibukota kabupaten akan berpenduduk di atas 1−2 juta sehingga
permasalahan transportasi tidak bisa dihindarkan
PEMODELAN TRANSPORTASI
LATAR BELAKANG
Dapat dikatakan permasalahan transportasi perkotaan masa mendatang sudah
berada di depan mata. Selain urbanisasi, beberapa kecenderungan lain yang perlu
dicermati, yang akan sangat mempengaruhi transportasi perkotaan.
 semakin jauh rata-rata pergerakan manusia setiap hari
 semakin banyak wanita yang bekerja
 semakin banyak pelajar dan mahasiswa
 semakin banyak wisatawan
APA ITU MODEL?
 Tamin, 1997
Model dapat didefinisikan sebagai bentuk penyederhanaan suatu realita (atau
dunia yang sebenarnya); termasuk di antaranya:
1. model fisik (model arsitek, model teknik sipil, wayang golek, dan lain-lain);
2. peta dan diagram (grafis);
3. model statistika dan matematika (persamaan) yang menerangkan beberapa
aspek fisik, sosial-ekonomi, dan model transportasi.
Dalam ilmu teknik sipil, model maket (misalnya berskala 1:100) sering juga
digunakan untuk mempelajari perilaku bendungan atau jembatan sebelum bangunan
sipil tersebut dibangun dengan ukuran yang sebenarnya.
APA ITU MODEL?
APA ITU MODEL?
Dalam perencanaan dan pemodelan transportasi, kita akan sangat sering
menggunakan beberapa model utama, yaitu model grafis dan model matematis.
1. Model grafis adalah model yang menggunakan gambar, warna, dan bentuk
sebagai media penyampaian informasi mengenai keadaan sebenarnya (realita).
Model grafis sangat diperlukan, khususnya untuk transportasi, karena kita perlu
mengilustrasikan terjadinya pergerakan (arah dan besarnya) yang terjadi yang
beroperasi secara spasial (ruang).
2. Model matematis menggunakan persamaan atau fungsi matematika sebagai
media dalam usaha mencerminkan realita.
MODEL GRAFIS
MODEL GRAFIS
MODEL MATEMATIS
Dalam model matematis perlu adanya pengujian terhadap model yang diperoleh,
apakah model tersebut baik dan dapat digunakan sebagai representative dari
kondisi sebenarnya
1. uji kecukupan data
2. uji korelasi
3. uji linearitas
4. uji fitness/ kesesuaian
MODEL MATEMATIS
1. UJI KECUKUPAN DATA
MODEL MATEMATIS
2. UJI KORELASI
MODEL MATEMATIS
2. UJI KORELASI
MODEL MATEMATIS
3. UJI LINEARITAS
MODEL MATEMATIS
4. UJI FITNESS/KESUSUAIAN
APA ITU TRANSPORTASI?
 Salim (2000)
transportasi adalah kegiatan pemindahan barang (muatan) dan penumpang dari
suatu tempat ke tempat lain. Transportasi dapat diberi definisi sebagai usaha dan
kegiatan mengangkut atau membawa barang dan/atau penumpang dari suatu
tempat ke tempat lainnya.
CIRI PERMASALAHAN TRANSPORTASI
DEMAND SUPPLY
1. Pergerakan orang dan barang 1. Sistem jaringan jalan
meningkat
2. Prasarana jalan
2. Kebutuhan akan prasarana
transportasi semakin tinggi 3. Moda transportasi
umum
3. Jumlah sarana tranportasi
meningkat

Demand yang tinggi tidak dapat di tampung oleh supply yang ada
Contoh: jumlah kendaraan meningkat setiap tahun tidak sebanding dengan peningkatan
kapasitas ruas jalan dalam sistem jaringan jalan
CIRI PERMASALAHAN TRANSPORTASI
PROSES PEMODELAN
Fungsi Konsep matematis yang digunakan untuk menyatakan bagaimana satu nilai peubah (tidak
bebas) ditentukan oleh satu atau beberapa peubah lainnya (bebas).
Argumen Nilai tertentu suatu fungsi dapat dihitung dengan memasukkan nilai pada peubah
(bebas) yang ada dalam fungsi tersebut; peubah bebas itu disebut argumen.
Peubah Kuantitas yang dapat digunakan untuk mengasumsikan nilai numerik yang berbeda-beda.
Jika suatu huruf digunakan untuk menyatakan nilai suatu fungsi, huruf itu disebut peubah tidak
bebas; jika digunakan sebagai argumen suatu fungsi, disebut peubah bebas.
Parameter Kuantitas yang mempunyai suatu nilai konstan yang berlaku pada kasus tertentu, yang
mungkin mempunyai nilai konstan yang berbeda pada kasus yang lain.
Koefisien Dalam aplikasi matematika, koefisien mempunyai definisi yang sama dengan parameter.
Kalibrasi Proses yang dilakukan untuk menaksir nilai parameter atau koefisien sehingga hasil yang
didapatkan mempunyai galat yang sekecil mungkin dibandingkan dengan hasil yang sebenarnya
(realita).
Algoritma Suatu prosedur yang menunjukkan urutan operasi aritmatik yang rumit. Biasanya
algoritma sering digunakan dalam pembuatan program komputer.
CIRI PERENCANAAN TRANSPORTASI
CIRI PERENCANAAN TRANSPORTASI
1. Multimoda 2. Multidisiplin
CIRI PERENCANAAN TRANSPORTASI
3. Multisektoral 4. Multimasalah
CIRI PERGERAKAN TIDAK SPASIAL
Pergerakan tidak spasial terjadi karena adanya:
1. Sebab terjadinya pergerakan
CIRI PERGERAKAN TIDAK SPASIAL
2. Waktu terjadinya pergerakan
Waktu terjadinya pergerakan sangat tergantung pada kapan seseorang melakukan
aktivitasnya sehari-harinya. Karena pola pergerakan yang serupa bagi pekerja dan
pelajar, maka kita dapati bahwa pada pagi hari, sekitar jam 06.00 sampai jam
08.00, dijumpai begitu banyak perjalanan untuk tujuan bekerja, dan pada sore hari
sekitar jam 16.00 sampai jam 18.00 dijumpai banyak perjalanan dari tempat kerja
ke rumah masing-masing.
CIRI PERGERAKAN TIDAK SPASIAL
3. Jenis sarana angkutan yang digunakan
Dalam menentukan pilihan jenis
angkutan, orang mempertimbangkan
berbagai faktor, yaitu maksud perjalanan,
jarak tempuh, biaya, dan tingkat
kenyamanan. Meskipun dapat diketahui
faktor yang menyebabkan seseorang
memilih jenis moda yang digunakan, ada
kenyataannya sangatlah sulit
merumuskan mekanisme pemilihan
moda ini.
CIRI PERGERAKAN SPASIAL
Perjalanan terjadi karena manusia melakukan aktivitas di tempat yang berbeda
dengan daerah tempat mereka tinggal. Artinya, keterkaitan antarwilayah ruang
sangatlah berperan dalam menciptakan perjalanan.
Jika suatu daerah sepenuhnya terdiri dari lahan tandus tanpa tumbuhan dan sumber
daya alam, dapat diduga bahwa pada daerah tersebut tidak akan timbul
perjalanan mengingat di daerah tersebut tidak mungkin timbul aktivitas. Juga, tidak
akan pernah ada keterkaitan ruang antara daerah tersebut dengan daerah lainnya.
Ciri perjalanan spasial terdiri dari:
1. Pola perjalanan orang
2. Pola perjalanan barang
PENDEKATAN PERENCANAAN DAN PEMODELAN
TRANSPORTASI
1. Pendekatan sistem
Pendekatan sistem adalah pendekatan umum untuk suatu perencanaan atau teknik
dengan menganalisis semua faktor yang berhubungan dengan permasalahan yang
ada. Contohnya, kemacetan lokal yang disebabkan oleh penyempitan lebar jalan
dapat dipecahkan dengan melakukan perbaikan secara lokal. Akan tetapi, hal ini
mungkin menyebabkan permasalahan berikutnya yang timbul di tempat lain.
PENDEKATAN PERENCANAAN DAN PEMODELAN
TRANSPORTASI
PENDEKATAN PERENCANAAN DAN PEMODELAN
TRANSPORTASI
2. Sistem transportasi makro dan mikro
Sistem transportasi secara menyeluruh (makro) dapat dipecahkan menjadi beberapa
sistem yang lebih kecil (mikro) yang masing-masing saling terkait dan saling
mempengaruhi
Sistem transportasi mikro tersebut terdiri dari:
a sistem kegiatan
(Bappenas, Bappeda Tingkat I dan II, Bangda, Pemda)
b sistem jaringan prasarana transportasi
(Departemen Perhubungan (Darat, Laut, Udara), Bina Marga)
c sistem pergerakan lalulintas
(DLLAJ, Organda, Polantas, masyarakat)
d sistem kelembagaan
PENDEKATAN PERENCANAAN DAN PEMODELAN
TRANSPORTASI
3. Sistem tata guna lahan-transportasi
Sistem transportasi secara menyeluruh (makro) dapat dipecahkan menjadi beberapa
sistem yang lebih kecil (mikro) yang masing-masing saling terkait dan saling
mempengaruhi
Sistem transportasi mikro tersebut terdiri dari:
a sistem kegiatan
(Bappenas, Bappeda Tingkat I dan II, Bangda, Pemda)
b sistem jaringan prasarana transportasi
(Departemen Perhubungan (Darat, Laut, Udara), Bina Marga)
c sistem pergerakan lalulintas
(DLLAJ, Organda, Polantas, masyarakat)
d sistem kelembagaan
PENDEKATAN PERENCANAAN DAN PEMODELAN
TRANSPORTASI
Cara perencanaan transportasi untuk mencapai sasaran umum itu antara lain dengan
menetapkan kebijakan tentang hal berikut ini.
a Sistem kegiatan Rencana tata guna lahan yang baik (lokasi toko, sekolah,
perumahan, pekerjaan, dan lain-lain yang benar) dapat mengurangi kebutuhan akan
perjalanan yang panjang sehingga membuat interaksi menjadi lebih mudah.
b Sistem jaringan Hal yang dapat dilakukan misalnya meningkatkan kapasitas
pelayanan prasarana yang ada: melebarkan jalan, menambah jaringan jalan baru,
dan lain-lain.
c Sistem pergerakan Hal yang dapat dilakukan antara lain mengatur teknik dan
manajemen lalulintas (jangka pendek), fasilitas angkutan umum yang lebih baik
(jangka pendek dan menengah), atau pembangunan jalan (jangka panjang).
INTERAKSI SISTEM KEGIATAN DENGAN SISTEM
JARINGAN
Tahapan analisis interkasi sistem kegiatan dengan sistem jaringan:
1. Aksesibilitas dan mobilitas
2. Pembangkit lalulintas
3. Sebaran penduduk
4. Pemilihan moda transportasi
5. Pemilihan rute
KONSEP PERENCANAAN TRANSPORTASI
‘Model Perencanaan Transportasi Empat Tahap’ merupakan Model perencanaan
gabungan dari beberapa seri submodel yang masing-masing harus dilakukan secara
terpisah dan berurutan. Submodel tersebut adalah:
• aksesibilitas
• bangkitan dan tarikan pergerakan
• sebaran pergerakan
• pemilihan moda
• pemilihan rute
• arus lalulintas dinamis
1. AKSESIBILITAS
Aksesibilitas adalah suatu ukuran kenyamanan atau kemudahan mengenai cara lokasi
tata guna lahan berinteraksi satu sama lain dan ‘mudah’ atau ‘susah’nya lokasi
tersebut dicapai melalui sistem jaringan transportasi (Black, 1981).
Apabila tata guna lahan saling berdekatan dan hubungan transportasi antar tata
guna lahan tersebut mempunyai kondisi baik, maka aksesibilitas tinggi. Sebaliknya,
jika aktivitas tersebut saling terpisah jauh dan hubungan transportasinya jelek, maka
aksesibilitas rendah. Beberapa kombinasi di antaranya mempunyai aksesibilitas
menengah.
1A. HUBUNGAN AKSESIBILITAS
menggunakan faktor ‘hubungan transportasi’ yang dapat diartikan dalam beberapa
hal. Suatu tempat dikatakan ‘aksesibel’ jika sangat dekat dengan tempat lainnya,
dan ‘tidak aksesibel’ jika berjauhan. Ini adalah konsep yang paling sederhana;
hubungan transportasi (aksesibilitas) dinyatakan dalam bentuk ‘jarak’ (km).
1A. HUBUNGAN AKSESIBILITAS
Kemampuan seseorang membayar biaya
transportasi sangat bervariasi, khususnya di
Indonesia. Karena itu, dalam pengambilan
kebijakan, pengembangan sistem jaringan
transportasi harus diarahkan bukan saja
pada peningkatan aksesibilitasnya tetapi
harus pula dapat menjamin setiap orang
mampu membayar biaya transportasinya
dengan menyediakan banyak alternatif sistem
jaringan transportasi.
Contoh hubungan tingkat aksesibilitas dengan
pendapatan:
2. BANGKITAN DAN TARIKAN
Bangkitan pergerakan adalah tahapan pemodelan yang memperkirakan jumlah
pergerakan yang berasal dari suatu zona atau tata guna lahan dan jumlah
pergerakan yang tertarik ke suatu tata guna lahan atau zona.
2. BANGKITAN DAN TARIKAN
Bangkitan dan tarikan lalulintas tersebut tergantung pada dua aspek tata guna lahan:
• jenis tata guna lahan dan
• jumlah aktivitas (dan intensitas) pada tata guna lahan tersebut.
3. SEBARAN PERGERAKAN
Tahap ini merupakan tahap
ketiga dari lima tahap yang
menghubungkan interaksi antara
tata guna lahan, jaringan
tranportasi, dan arus lalulintas.
Pola spasial arus lalulintas
adalah fungsi dari tata guna
lahan dan sistem jaringan
transportasi.
3. SEBARAN PERGERAKAN
Gambar disamping memperlihatkan
pola spasial pergerakan kendaraan di
kota Bandung (Tamin, 1995c).
Ketebalan garis menunjukkan jumlah arus
kendaraan dan panjang garis
menunjukkan jarak antarzona yang
dihubungkan.
Gambar ini dikenal dengan gambar
garis keinginan karena menunjukkan
arah pergerakan arus lalulintas, tetapi
tidak menunjukkan rute pergerakan
yang sebenarnya digunakan.
4. BANGKITAN DAN SEBARAN PERGERAKAN
Bangkitan pergerakan memperlihatkan banyaknya lalulintas yang dibangkitkan oleh
setiap tata guna lahan, sedangkan sebaran pergerakan menunjukkan ke mana dan
dari mana lalulintas tersebut.
5. PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI DAN RUTE
A. Pemilihan Moda
Jika interaksi terjadi antara dua tata guna lahan
di suatu kota, seseorang akan memutuskan
bagaimana interaksi tersebut harus dilakukan.
Orang yang hanya mempunyai satu pilihan moda
saja disebut dengan captive terhadap moda
tersebut.
Pemilihan moda transportasi tergantung dari:
Tingkat ekonomi
Biaya transportasi
5. PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI DAN RUTE
B. Pemilihan Rute

Jika terdapat lebih dari satu rute,


pemilihan rute tergantung pada:
rute terpendek,
tercepat, atau termurah,
kenyamanan dan keamanan
atau kombinasi dari ke 4 nya.

Diasumsikan bahwa pemakai jalan


mempunyai informasi yang cukup
(misalnya tentang kemacetan jalan)
sehingga mereka dapat menentukan
rute yang terbaik.
6. ARUS LALU LINTAS DINAMIS
Arus lalulintas berinteraksi dengan sistem jaringan transportasi. Jika arus lalulintas
meningkat pada ruas jalan tertentu, waktu tempuh pasti bertambah (karena
kecepatan menurun). Arus maksimum yang dapat melewati suatu ruas jalan biasa
disebut kapasitas ruas jalan tersebut. Arus maksimum yang dapat melewati suatu titik
(biasanya pada persimpangan dengan lampu lalulintas biasa disebut arus jenuh.
Kapasitas suatu jalan dapat didefinisikan dengan beberapa cara. Salah satunya
(Highway Capacity Manual [HRB, 1965]) atau Manual Kapasitas Jalan Indonesia
(MKJI), 1997
6A. TINGKAT PELAYANAN
Terbagi atas 2:
1. Tingkat pelayanan (tergantung arus)
tergantung pada perbandingan antara
arus terhadap kapasitas.
6A. TINGKAT PELAYANAN
2. Tingkat pelayanan (tergantung
fasilitas)
Jalan bebas hambatan mempunyai
tingkat pelayanan yang tinggi,
sedangkan jalan yang sempit
mempunyai tingkat pelayanan yang
rendah.
KESIMPULAN
Sejauh ini, konsep tersebut baru dijelaskan di atas kertas. Tahapan berikutnya dalam
usaha untuk memahami cara kerja sistem adalah menjelaskannya dengan cara
kuantitatif, yaitu dengan menggunakan model matematis.
MODEL PERENCANAAN TRANSPORTASI EMPAT
TAHAP (MPTEP)
PERHITUNGAN KAPASITAS RUAS JALAN
Jaringan jalan ada yang memakai pembatas median dan ada pula yang tidak,
sehingga dalam perhitungan kapasitas, keduanya dibedakan. Untuk ruas jalan
berpembatas median, kapasitas dihitung terpisah untuk setiap arah, sedangkan untuk
ruas jalan tanpa pembatas median, kapasitas dihitung untuk kedua arah.
Persamaan umum untuk menghitung kapasitas suatu ruas jalan menurut metode
Indonesian Highway Capacity Manual (IHCM, 1997) untuk daerah perkotaan adalah
sebagai berikut.
PERHITUNGAN KAPASITAS RUAS JALAN
PERHITUNGAN KAPASITAS RUAS JALAN
Kapasitas Dasar (Co)

Faktor koreksi kapasitas akibat pembagian arah (FCSP)


PERHITUNGAN KAPASITAS RUAS JALAN
Faktor koreksi kapasitas akibat lebar jalan (FCW)
PERHITUNGAN KAPASITAS RUAS JALAN
Faktor koreksi kapasitas akibat gangguan samping (FCSF)
PERHITUNGAN KAPASITAS RUAS JALAN
Faktor koreksi kapasitas akibat gangguan samping (FCSF) – Jalan dengan bahu
PERHITUNGAN KAPASITAS RUAS JALAN
Faktor koreksi kapasitas akibat gangguan samping (FCSF) – Jalan dengan kereb
PERHITUNGAN KAPASITAS RUAS JALAN
Faktor koreksi kapasitas akibat ukuran kota (FCCS)
CONTOH PERHITUNGAN KAPASITAS JALAN
CONTOH PERHITUNGAN KAPASITAS JALAN
CONTOH PERHITUNGAN KAPASITAS JALAN
Perhitungan kapasitas ruas pergerakan ke arah utara
CONTOH PERHITUNGAN KAPASITAS JALAN
Perhitungan kapasitas ruas pergerakan ke arah selatan

Anda mungkin juga menyukai