Jawaban: Berbeda suku dan agama. Ada yang berasal dari Sunda, Jawa, dan Etnis Tionghoa.
Bagaimana menyikapinya?
Jawaban: Meskipun berbeda suku, mereka saling toleransi. Seperti setiap akhir minggu
berkumpul di balai utama kampong dan saling membantu melakukan apa saja yang
dibutuhkan warga.
Jawaban: hidup lebih tentram dan damai, hidup lebih harmonis, menjalin hubungan yang baik
dengan orang lain, mempunyai banyak teman, terhindar dari perselisihan dan pertengkaran,
dan disenangi orang lain.
Hidup rukun dan damai menjadi impian setiap individu. Jika sikap rukun ini diterapkan
dalam sehari-hari, maka kehidupan akan terasa lebih ringan karena berjalan dengan harmonis,
tentram, dan bahagia.
ADVERTISEMENT
Menurut KBBI, rukun adalah baik dan damai, tidak bertengkar. Rukun dapat dikaitkan
dengan tali persahabatan dan sebagainya, termasuk interaksi sosial yang terjadi di lingkungan
masyarakat.
Mengutip buku Arif Cerdas untuk Sekolah Dasar kelas 6 oleh Tim Arif, kerukunan juga
dapat diartikan dengan sikap saling pengertian, saling mengakui, menghargai, dan toleransi
yang tinggi dalam masyarakat sehingga dapat hidup damai dan berdampingan.
Sikap rukun tersebut perlu ditanamkan sejak dini, apalagi mengingat Indonesia terdiri atas
beragam suku, budaya, dan agama yang rentan akan perselisihan. Jika seluruh masyarakat
menerapkan sikap hidup rukun, perbedaan-perbedaan tersebut justru akan mempersatukan
bangsa Indonesia.
Di Rumah
Membantu orangtua
Menunjukkan kasih sayang kepada sesama anggota keluarga
Makan bersama keluarga
Saling meminjami mainan atau barang lainnya dengan kakak dan adik
Membantu kakak merapikan tempat tidur
Belajar bersama keluarga
Di Masyarakat
Menyapa tetangga ketika bertemu
Melakukan rukun hidup bermasyarakat tentunya akan terdapat banyak manfaat yang
akan kamu terima.
Berikut ini adalah beberapa manfaat hidup rukun dalam kehidupan bermasyarakat.
1. Lingkungan Terasa Aman
Selain menjadikan kehidupan harmonis, rukun hidup bermasyarakat juga dapat
membuat lingkungan sekitar menjadi aman dan damai.
2. Sikap Saling Membantu
Kehidupan akan terasa lebih mudah dan akan tercipta toleransi sikap saling membantu
dalam masyarakat.
Keanekaragaman tersebut merupakan sebuah anugerah yang perlu disyukuri. Namun, tidak menutup
kemungkinan bahwa keanekaragaman tersebut mampu menimbulkan konflik di tengah masyarakat.
Agar dapat saling berbaur, setiap orang perlu mengetahui cara hidup rukun di tengah perbedaan
masyarakat.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa Indonesia merupakan Negara yang plural atau
memiliki keanekaragaman yang tinggi dalam berbagai aspek kehidupan. Agar dapat hidup rukun dan
tidak terkotak-kotak, maka setiap orang perlu memiliki sikap toleransi atau menghargai perbedaan.
Meskipun berbeda dalam berbagai segi, kita harus ingat bahwa hidup damai dan berdampingan jauh
lebih baik daripada hidup sendirian.
2. Saling Menghormati
Sebagai sesama manusia, kita perlu saling menghormati agar tercipta kehidupan yang rukun dan
damai. Contohnya, ketika ada orang beragama lain yang melakukan ritual ibadah atau perayaan hari
besar, sebaiknya kita tidak menghalangi atau menghambat jalannya acara tersebut. Selain itu, kita
juga perlu bersikap baik dan tidak merendahkan agama, suku, ras, atau bahasa orang lain yang tidak
sama dengan kita.
Setiap orang memiliki prinsip dan pilihan hidup masing-masing. Oleh karena itu, sebaiknya kita tidak
memaksakan pilihan yang kita pilih kepada orang yang tidak setuju dengan pendapat kita. Misalnya
jangan memaksa seseorang untuk memeluk agama yang sama dengan kita.
4. Bersikap Ramah
Indonesia merupakan Negara yang penduduknya terkenal dengan keramah-tamahannya. Oleh karena
itu, budaya ketimuran ini harus terus dilestarikan oleh bangsa Indonesia. Sikap yang ramah perlu
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, baik itu kepada warga lokal maupun warga nonlokal.
Etnosentris merupakan suatu sikap yang menganggap bahwa agama, ras, suku, bahasa kelompok
sendiri jauh lebih baik dibanding dengan kelompok lainnya. Sikap ini mencerminkan sikap sombong
karena merasa apa yang dimilikinya lebih unggul dibanding orang lain. Padahal, ras, suku, bahasa,
agama dan adat istiadat merupakan suatu aspek yang sifatnya horizontal. Artinya, tidak ada yang lebih
baik atau yang lebih buruk karena semuanya sejajar. Oleh karena itu, jangan sampai kita memiliki
pandangan etnosentris karena hal tersebut rawan memecah belah kehidupan kita
Manfaat Hidup Rukun di Tengah Perbedaan
Saat kita mampu menerapkan hidup rukun saat berdampingan dengan orang lain, maka akan tercipta
suatu tatanan yang harmonis dan stabil. Adapun manfaat hidup rukun di tengah perbedaan yaitu
sebagai berikut:
Ada beberapa tumbuhan yang memiliki mekanisme pertahanan diri menggunakan diri.
Mereka adalah:
1. Bunga Mawar
Mama pasti sudah tahu kalau bunga mawar memiliki duri yang cukup tajam di bagian
batangnya. Cara ini lantas menjauhkannya dari serangan maupun hinggapan hewan.
2. Buah Durian
Membuka buah durian tanpa alat bantu tentu sangat susah. Belum lagi duri-duri besar yang
tersebar di kulitnya. Nah, inilah cara yang ia pergunakan agar makhluk hidup lain kesulitan
memakan buahnya.
3. Kaktus
Nah, untuk mempersulit para predator memakannya, kaktus punya diri di sekujur tubuhnya.
Selain untuk melindungi diri, duri-duri yang ada juga membantu mencegah proses penguapan
air.
1. Pohon Jarak
Pohon jarak memiliki racun pada bijinya, yakni zat risin (untuk jenis kepyar) dan zat curcin
(untuk jenis daun jarak pagar). Kedua zat tadi dapat menyebabkan penggumpalan darah dan
pendarahan saluran pencernaan apabila termakan. Wah, ngeri ya, Ma.
2. Kecubung
Kecubung sangat dikenali dari bunganya yang mirip terompet. Tumbuhan tersebut banyak
dijadikan sebagai obat tradisional. Namun, pengolahannya haruslah tepat dan ekstra hati-hati.
Hal ini karena kecubung juga mengandung racun risin yang sangat berbahaya jika masuk ke
dalam tubuh. Lebih tepatnya, dapat memicu diare, dehidrasi, hilangnya fungsi hati, hingga
kematian.
Bukan hanya sebagai upaya perlindungan diri saja, getah ternyata juga berfungsi untuk
menyalurkan zat hara dan fotosintat lho, Ma.
Nah, berikut contoh tumbuhan yang melindungi diri dengan mengeluarkan getah:
1. Kamboja
Kamboja dikenal sebagai tumbuhan yang banyak mengeluarkan getah dan tentunya terasa
sangat pahit. Bahkan, jika tidak sengaja menyentuh bunganya, Mama akan merasakan rasa
pahit dari getahnya. Kok bisa, ya?
Baik pohon sawo dan pohon karet, keduanya akan mengeluarkan getah jika batangnya
disayat. Ini merupakan bentuk pertahanan diri karena getah yang sangat lengket tersebut
mampu membuat hewan yang hinggap terjebak di batangnya.
Meskipun begitu, getah dari pohon sawo dan karet banyak manfaatnya bagi kehidupan
manusia, misalnya sebagai bahan baku permen karet alami ataupun bahan baku pembuatan
ban.
3. Pohon Nangka
Pohon nangka melindungi diri juga dengan mengeluarkan getah. Itu sebabnya banyak orang
enggan memakan buahnya karena getah putih yang dihasilkan dapat mengotori tangan dan
sulit dibersihkan.
1. Buah Kelapa
Dikenal sebagai "pokok seribu guna", buah kelapa dengan tempurung yang sangat keras
merupakan cara tumbuhan tersebut melindungi diri. Hal ini karena untuk membukanya, perlu
usaha keras dan bantuan alat.
2. Biji Mahoni
Biji mahoni juga memiliki kulit yang keras sebagai mekanisme pertahanan. Namun tahukah
Mama khasiat yang dimilikinya? Ternyata, biji mahoni memiliki banyak keutamaan untuk
kesehatan, seperti mampu mengatur dan memperkuat imunitas tubuh manusia.
3. Kelapa Sawit
Selain dijadikan sebagai bahan pembuatan minyak atau kosmetik, buah kelapa sawit ternyata
juga bisa dimakan lho, Ma. Sebagai contoh, ada kudapan dari Jambi yang memanfaatkan
buah tumbuhan palem tersebut, yakni Kue Lapis Sawit.
Untuk membuatnya, perlu kesabaran ekstra sebab buah kelapa sawit harus direbus hingga 8
jam agar teksturnya lembut. Mau bagaimana lagi, kulit yang keras nyatanya merupakan
bentuk perlindungan diri dari tumbuhan tersebut.
1. Bambu
Batang pohon bambu tidak boleh sembarangan disentuh karena memiliki bulu-bulu halus,
atau juga dikenal dengan istilah lugut dalam bahasa Jawa. Apabila terkena kulit, maka akan
timbul sensasi gatal.
Ini menjadi cara baginya agar dijauhi oleh pemangsa sehingga mampu tumbuh hingga
dewasa.
Begitu juga dengan jelatang, terdapat bulu-bulu halus pada daunnya. Mama akan mengalami
sensasi perih, terbakar, hingga bengkak jika tersentuh kulit.
Meskipun demikian, 'racun' tersebut akan hilang setelah dimasak. Selain itu juga, daun
jelatang memiliki banyak khasiat untuk tubuh, seperti mengatasi rematik, mencegah eksim
(ruam yang gatal), dan meningkatkan produksi ASI.
3. Buah Rambutan
Rambutan juga memanfaatkan rambut-rambut yang ada pada buahnya untuk melindungi diri.
Dikarenakan rambut tadi, makhluk hidup lain akan berpikir dua kali untuk memakannya.
Sebab, buah rambutan tampak sangat aneh dan menjijikkan dengan rambut-rambutnya.
1. Putri Malu
Memiliki nama ilmiah Mimosa pudica, disebut 'putri malu' karena tumbuhan ini akan
menguncupkan daunnya apabila disentuh. Cara ini rupanya merupakan mekanisme
pertahanan diri dari serangan pemangsa yang digunakan tumbuhan putri malu.
2. Kantong Semar
Serangga pemakan tumbuhan dijamin tidak berani mendekat dengan kantong semar.
Pasalnya, ia termasuk tumbuhan karnivora yang memakan serangga-serangga kecil, anak
katak, ataupun pacet.
1. Bunga Bangkai
Bunga bangkai berbeda dengan Rafflesia arnoldi ya, Ma. Dari penampilan luarnya saja tidak
memiliki kemiripan. Juga dikenal dengan nama 'titan arum', tumbuhan yang satu ini
mengeluarkan aroma tak sedap hanya ketika bunganya mekar.
Bau menyengat tersebut tidak hanya digunakan bunga bangkai untuk melindungi diri, tapi
juga untuk memikat serangga (kumbang kotoran atau lalat daging) guna membantu
penyerbukan.
2. Rafflesia arnoldi
Pertama kali ditemukan pada tahun 1818 oleh Dr. Joseph Arnold dan Sir Thomas Stamford
Raffles, bunga Rafflesia arnoldi dinobatkan sebagai bunga tunggal terbesar di dunia.
Tumbuhan ini juga mengeluarkan aroma seperti daging busuk. Dengan cara itu pula, ia dapat
melindungi diri dari serangan predator dan juga memikat serangga untuk membantu proses
penyerbukannya.