Anda di halaman 1dari 14

IAIN MADURA 2019

RELEVANSI PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG


LINGKUNGAN DAN ETIKA LINGKUNGAN DENGAN
PARTISIPASINYA DALAM PELESTARIAN LINGKUNGAN

ARTIKEL

DisusununtukmemenuhitugasFilsafatIlmu

Yang dibinaoleh : Dr. EkoAriwidodo M.Phil.

Oleh:

Yusuf

NIM : 18380011081

PROGRAM MAGISTERPENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PASCASARJANA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERIMADURA

MEI2019

Lingkungan, Masyrakat Peduli, Pencegahan Pencemaran.1


IAIN MADURA 2019

`RELEVANSI PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG LINGKUNGAN DAN ETIKA


LINGKUNGAN DENGAN PARTISIPASINYA DALAM PELESTARIAN LINGKUNGAN

Muhammad Maskur
Mahasiswa Pasca Sarjana

Lingkungan, Masyrakat Peduli, Pencegahan Pencemaran.2


IAIN MADURA 2019
Program Magister Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Madura
Email: muhammadmaskur652@gmail.com

Abstrak

Lingkungan merupakan semua faktor atau hal yang ada di dalam ruang, baik itu
berupa benda atau suatu keadaan dimana manusia ada didalam nya lengkap dengan
berbagai perilakunya dan diantara kesemuanya akan terjadi hubungan timbal balik dan
saling mempengaruhi. Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda,
daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang
mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk
hidup lain.

Berdasarkan realitas yang sering dijumpai bahwa kehidupan masyarakat Barurambat


di kabupaten Pamekasan, tentang partisipasi masyarakat dalam etika lingkungan masih
tergolong rendah, tidak peduli dengan lingkungan sekitarnya dan lokasi tertentu yang antara
pengetahuan tentang lingkungan hidup dengan partisipasi masyarakat Barurambat
kabupaten Pamekasan terlihat kotor dan kumuh. Permasalahan penelitiannya yaitu untuk
mengetahui: (1) hubungan dalam pelestarian lingkungan; (2) hubungan antara etika
lingkungan hidup dengan partisipasi anggota masyarakat Barurambat dalam pelestarian
lingkungan hidup; dan (3) hubungan antara pengetahuan tentang lingkungan dan etika
lingkungan secara bersama-sama dengan partisipasinya dalam pelestarian lingkungan hidup
di Barurambat kabupaten Pamekasan. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional yang
bertujuan untuk mencari hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat.Sampel populasi
penelitian ini adalah anggota masyarakat khususnya di wilayah Barurambat Pamekasan
yang berjumlah 441 orang, dengan menggunakan teknik random sampling.Data penelitian
dikumpulkan menggunakan kuesioner.Data penelitian dianalisis menggunakan teknik
analisis regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada hubungan positif antara
pengetahuan tentang lingkungan dengan parisipasi dalam pelestarian lingkungan dalam
masyarakat Barurambat kota Pamekasan yang ditunjukkan dengan besaran korelasi antara
X1 dan Y yaitu dilihat dari koefisien Beta (β), menunjukkan bahwa β 1=0.62 dengan nilai t
o=29,66 > t tabel=1.96 yang berarti H1 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang positif antara variabel pengetahuan (X1 ) dengan partisipasi (Y) secara
sangat signifikan; (2) pengaruh variabel etika lingkungan disamping sangat signifikan, juga
mempunyai peringkat kedua setelah variabel pengetahuan. Jika dilihat dari koefisien Beta
(β), menunjukkan bahwa β 2=0.33 dengan nilai t o=16.903 > t tabel=1.96 yang berarti H1
diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara variable
etika lingkungan (X2 ) dengan partisipasi (Y) secara sangat signifikan; (3) setiap kenaikan
satu unit rata-rata pengetahuan dan etika lingkungan secara bersama-sama, akan diikuti
kenaikan partisipasi sebesar 2.77 (1.979+0.791) = 2.77), sehingga memiliki relevansi yang
sangat signifikan.1

Kata kunci: Lingkungan, Masyrakat Peduli, Pencegahan Pencemaran.

A. Pendahuluan

Lingkungan hidup selalu mempunyai isu permasalahan yang dapat digolongkan


menjadi dua bagian.Pertama, masalah lingkungan yang muncul sebagai akibat dari berbagai
gejala alam itu sendiri, misalnya gempa, erupsi, gerhana dan lain-lain.Kedua, masalah

1
Eko Ariwidodo, “Relevansi Pengetahuan Masyarakat Tentang Lingkungan Dan Etika Lingkungan Dengan
Partisipasinya Dalam Pelestarian Lingkungan”, Nuansa, Vol. 11 No. 1 Januari –Juni 2014, hlm. 1

Lingkungan, Masyrakat Peduli, Pencegahan Pencemaran.3


IAIN MADURA 2019
lingkungan sebagai akibat campur tangan manusia.Perubahan-perubahan yang disebabkan
oleh alam yang selanjutnya merupakan gejala yang ada menimbulkan berbagai dampak
kepada penghuninya, tetapi sebahagian besar dampak yang timbul dari perubahan tersebut
diselesaikan oleh alam sendiri, yaitu dengan mempertahankan keseimbangan.2

Salah satu upaya manusia dalam rangka peduli terhadap lingkungan adalah dengan
membatasi perilaku manusia dalam setiap kegiatannya sesuai dengan isi yang dimuat dalam
Undang-Undang Lingkungan Hidup tersebut, sehingga antara manusia dan alam terjalin
suatu keseimbangan yang senantiasa tetap terjaga dan terlestarikan.Perilaku manusia yang
senantiasa peduli lingkungan, salah satu aspeknya, dapat diwujudkan dengan memelihara
kelas agar senantiasa dalam keadaan rapi dan bersih.

Dari beberapa potensi pembangunan yang perlu diperhatikan adalah kondisi


lingkungan sebagai tempat interaksinya manusia dengan makhluk hidup lainnya maupun
makhluk yang tidak hidup.Merosotnya kualitas lingkungan, menipisnya persediaan sumber
daya alam dan timbulnya berbagai masalah lingkungan dapat disebabkan oleh kurangnya
pengetahuan tentang lingkungan yang dimiliki oleh manusia sehingga menimbulkan
kerusakan lingkungan.

Dalam rangka mengatasi permasalahan lingkungan demi terwujudnya konsep


pembangunan berkelanjutan, maka pemerintah pada saat ini memandang perlunya adanya
wadah untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang lingkungan melalui peran
serta tenaga penyuluh agar masyarakat selalu berpartisipasi aktif dalam pelestarian
lingkungannya.

Lingkungan masyarakat daerah perkotaan seperti di Barurambat kabupaten


Pamekasan berjalan sesuai dengan pola kehidupan masyarakat modern, sehingga dituntut
untuk terus beradaptasi terhadap perubahanperubahan yang terjadi dengan sangat
cepat.Diharapkan, masyarakat sebagai sumber daya pembangunan di perkotaan mampu
memiliki pengetahuan dan kebiasaan untuk memelihara lingkungan sekitarnya tidak
terkecuali masyarakat Barurambat di kelurahan Barurambat Timur kecamatan Pademawu
kabupaten Pamekasan.3

Dewasa ini, masyarakat yang berkualitas sudah saatnya menjadi skala prioritas
sebagai salah satu sumber daya manusia yang menjalankan pembangunan. Masyarakat
yang berkualitas salah satunya ditandai dengan kualitas moral yang dimilikinya.4 Adanya
peningkatan kualitas moral yang dimiliki akan melahirkan sikap yang baik terhadap sesama
manusia maupun terhadap alam dan lingkungan sekitarnya.

Manusia memiliki tanggung jawab yang besar dalam menjaga dan mempertahankan
masa depan seluruh kosmos.6 Individu yang berkualitas diharapkan akan melahirkan
masyarakat yang memiliki kecerdasan. Salah satu bentuk realisasi kecerdasan adalah
bersikap cerdas dalam memperlakukan lingkungan sekitarnya. Pemahaman dan
pengetahuan tentang etika (lingkungan)7 terus digalakkan oleh dinas terkait, seperti dinas
pendidikan, dinas kesehatan, dinas kebersihan dan lingkungan hidup, dinas sosial dan lain-
lain. Kondisi masyarakat yang akan datang mempunyai pengetahuan tentang lingkungan
hidupdan etika (lingkungan) yang pada akhirnya sifat-sifat tersebut akan melekat pada diri
individu, agar menjadi bagian dari kehidupan mereka sehingga mereka mencintai akan
lingkungannya dan turut serta aktif dalam pelestarian lingkungan di tempat mereka berada.
2
Eko Ariwidodo, “Relevansi Pengetahuan Masyarakat Tentang Lingkungan Dan Etika Lingkungan Dengan
Partisipasinya Dalam Pelestarian Lingkungan”, Nuansa, Vol. 11 No. 1 Januari –Juni 2014, hlm.3.
3
Ibid, hlm 4.

Lingkungan, Masyrakat Peduli, Pencegahan Pencemaran.4


IAIN MADURA 2019
Sehubungan dengan hal tersebut, berdasarkan kenyataan yang ada, kehidupan masyarakat
Barurambat di kabupaten Pamekasan, terutama dalam hal partisipasi dalam pemeliharaan
atau pelestarian lingkungan masih tergolong rendah.Rendahnya partisipasi masyarakat
tersebut didasarkan pada pengamatan yang dilakukan peneliti terhadap anggota
masyarakat.

Fenomena yang ada, masih banyak masyarakat terutama masyarakat Barurambat


yang tidak peduli dengan lingkungan sekitar, lingkungan terlihat kotor.Setiap aktivitas atau
kegiatan berupa kebersihan lingkungan, partisipasi masyarakat mereka sangat rendah
dengan tidak ikut dalam kegiatan pelestarian lingkungan.Menyadari hal tersebut, selayaknya
jika permasalahan tersebut dikaji lebih lanjut melalui suatu penelitian terhadap variabel-
variabel yang dapat memberikan kontribusi yang berarti yaitu hubungan antara pengetahuan
tentang lingkungan (hidup) dan etika (lingkungan) dengan partisipasinya.4

1. Konservasi Lingkungan Yang Sering Terjadi

Pemanasan global (global warming) yang melanda masyarakat dunia saat ini
merupakan masalah yang sangat krusial dan mendapatkan perhatian yang serius oleh
negara-negara di dunia, baik negara maju maupun negara berkembang.Hal ini karena
dampak global warming tidak hanya mengancam satu negara saja, tetapi menjadi ancaman
bagi keberlangsungan hidup seluruh masyarakat dunia.

Fenomena global warming ini sesungguhnya berawal dari kerusakan ekologis yang
terjadi di berbagai belahan dunia akibat perilaku manusia modern yang tidak lagi
mempertimbangkan keseimbangan alam dan melakukan eksploitasi sumber daya alam
secara ekstraktif.Seperti halnya yang terjadi di Indonesia, kerusakan lingkungan telah terjadi
di hampir seluruh penjuru nusantara.Meski merupakan salah satu negara yang memiliki
hutan tropis terbesar dan menjadi paru-paru dunia, tetapi aktifitas manusia yang eksploitatif
dan merusak lingkungan tidak dapat terhindarkan. Kondisi ini menyebabkan terjadinya
beragam bencana alam, seperi banjir bandang, tanah longsor, kekeringan, dan rob.

Mencermati fenomena ini, maka Pemerintah Republik Indonesia menggalakkan


sebuah konsep pembangunan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. Konsep
pembangunan yang berwawasan lingkungan ini dimaksudkan agar pelaku pembangunan,
dalam hal ini pemerintah dan masyarakat dapat menjaga keseimbangan alam dari setiap
proses pembangunan yang dilakukannya. Wujud nyata dari konsep pembangunan tersebut
adalah usaha-usaha yang bertalian dengan konservasi lingkungan (Tambunan, 2008).5

sarana pembaharuan atau sarana pembangunan adalah didasarkan atas anggapan,


bahwa hukum dalam arti kaidah atau peraturan hukum memang bisa berfungsi sebagai alat
(pengatur) atau sarana pembangunan dalam arti penyalur arah kegiatan manusia kearah
yang dikehendaki pembangunan.6

Kajian tentang masyarakat dan lingkungan sudah banyak dikemukakan oleh para
akademisi. Persepsi masyarakat tentang lingkungan salah satunyadikemukakan oleh Kusna
Haddi Nugraha (2009) dalam Jurnal Ilmu Lingkungan yang berjudul “Hubungan Antara
Persepsi Masyarakat tentang Ruang Terbuka Hijau dan Etika Lingkungan dengan Partisipasi
4
Ibid,hlm. 5.
5
Asma Luthfi, Atika Wijaya, “Persepsi Masyarakat Sekaran Tentang Konservasi Lingkungan”,(Komunitas 3, (1),
2011), hlm. 29-31.
6
Mochtar Kusumaatmadja, Hukum, Masyarakat dan Pembinaan Hukum Nasional, (Jakarta: Bina Cipta, 1995),
hlm 12.

Lingkungan, Masyrakat Peduli, Pencegahan Pencemaran.5


IAIN MADURA 2019
Masyarakat dalam Pengembangan Kota yang Berwawasan Lingkungan ”. Dalam
penelitiannya Nugraha menggunakan pendekatan kuantitatif untuk mengukur persepsi
masyarakat dan partisipasi masyarakat berkenaan dengan pengembangan Kota Bogor yang
berwawasan lingkungan. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Bogor Tengah Kota
Bogor pada tahun 2008 dengan jumlah sampel sebanyak 40 orang yang diambil secara
proportional random sampling. Metode yang digunakan yaitu dengan menggunakan metode
survai dan teknik analisis data dengan menggunakan uji statistik korelasi dan regresi linear
sederhana serta korelasi dan regresi linear ganda.

korelasi dan regresi linear ganda. Hasil penelitian ini menghasilkan tiga kesimpulan
yaitu: (1) terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara persepsi masyarakat
tentang ruang terbuka hijau dengan partisipasi masyarakat dalam pengembangan kota yang
berwawasan lingkungan; (2) terdapat hubungan positif yang signifikan antara etika
lingkungan dan partisipasi masyarakat dalam pengembangan kota yang berwawasan
lingkungan dan; (3) terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara persepsi
masyarakat tentang ruang terbuka hijau dan etika lingkungan secara bersamasama dengan
partisipasi masyarakat dalam pengembangan kota yang berwawasan lingkungan. Simpulan
dari penelitian ini bahwa partisipasi masyarakat dalam pengembangan kota yang
berwawasan lingkungan dapat ditingkatkan melalui persepsi masyarakat tentang ruang
terbuka hijau dan etika lingkungan secara bersamasama.

Masyarakat sebagai sumber daya manusia dalam menghadapi lingkungan perlu


memiliki tingkat keberdayaan yang tinggi dalam beradaptasi di lingkungan apapun (Mulyadi,
2009). Begitu pula pada masyarakat Sekaran, Kecamatan Gunung Pati, Kota Semarang,
merupakan masyarakat yang setiap hari berdialektika secara langsung oleh seluruh civitas
akademika dan karyawan Unnes. Pada tataran idealitasnya, visi konservasi lingkungan yang
diusung oleh Unnes ini harus berpengaruh pada masyarakat sekitarnya. Tetapi di sisi lain,
masyarakat Sekaran juga merupakan entitas yang memiliki sistem pengetahuan, sistem
budaya dan sistem sosial sendiri. Sebagai masyarakat yang berbasis pada pertanian,
masyarakat Sekaran tentu memiliki persepsi tersendiri tentang konservasi lingkungan. Untuk
itulah dalam tulisan ini akan diuraikan mengenai persepsi masyarakat Sekaran mengenai
konservasi lingkungan.7

Adapun tujuan utama dalam pengelolaan lingkungan hidup adalah terlaksanakannya


pembangunan berwawasan lingkungan dan terkendalinya pemanfaatan sumber daya alam
secara bijaksana. Setiap kegiatan pembangunan, dimanapun dan kapan pun, pasti akan
menimbulkan dampak. Dampak ini dapat bernilai positif yang berarti memberi manfaat bagi
kehidupan manusia, dan dampak negatif yaitu timbulnya risiko yang merugikan
masyarakat.”8

2. Masyarakat Berkarakter Dan Peduli Lingkungan Melalui Program Adiwiyata

Peran masyarakat dalam pengelolaan lingkungan yang berwawasan lingkungan


sangatlah penting guna meningkatkan kesadaran, kepedulian, tentang lingkungan dengan
segala permasalahannya, dan dengan pengetahuan, keterampilan, sikap, motivasi, dan
komitmen untuk bekerja secara individu dan kolektif terhadap pemecahan permasalahan dan
mempertahankan kelestarian fungsi-fungsi lingkungan.9

7
Asma Luthfi, Atika Wijaya, “Persepsi Masyarakat Sekaran Tentang Konservasi Lingkungan”,(Komunitas 3, (1),
2011), hlm. 32 -39
8
Djatmiko, Margono,Wahyono,Pendayaan Waste Management (Kajian Lingkungan Indonesia), (Bandung: PT
Citra Aditya Bakti, 2000), hlm. 1.

Lingkungan, Masyrakat Peduli, Pencegahan Pencemaran.6


IAIN MADURA 2019
Satu hubungan yang sangat dinamis antara manusia dan lingkungannya, dapat
dilihat dari bagaimana cara manusia hidup bersama, berdampingan dengan semua
komponen di sekitarnya. Kemampuan yang dimiliki setiap individu untuk berperilaku baik
dalam kesehariannya dengan menggunakanpemahamannya terhadap kondisi lingkungan
itulah yang disebut dengan literasi lingkungan atau environment literacy.7 Literasi lingkungan
bukanlah sebuah disiplin ilmu baru atau bahkan sebuah konsep baru dalam mengkaji
hubungan manusia terhadap lingkungannya. Ini merupakan pemikiran yang sederhana dan
berangkat dari fisis determinisme, fisis possibilisme atau bahkan pandangan
antroposentrisme.10

Fisis determinisme merupakan pandangan bahwa alam telah menyediakan semua


yang dibutuhkan manusia untuk hidup dan manusia berusaha untuk sejalan dengan kondisi
lingkungan yang ada. Dalam hal ini, manusia tidak mempunyai banyak alternatif untuk
menentukan perannya terhadap lingkungan di mana dia tinggal. Lain halnya dengan fisis
possibilisme, manusia mempunyai begitu banyak kemungkinan, begitu banyak alternatif
untuk meminimalisir kekurangan dari kondisi lingkungan yang ada.

Dengan kata lain, manusia bisa berpikir dan berupaya keras bagaimana mengatasi
keterbatasan yang alam sediakan. Literasi lingkungan dapat berupa hal-hal sederhana,
misalnya:

a. Menyediakan 25% ruang terbuka bervegetasi di rumah. Dengan adanya lahan


terbuka bervegetasi, berarti telah membiarkan air hujan bisa masuk meresap ke
dalam tanah, telah memberikan kelangsungan dalam siklus gas terutama oksigen
dan karbon dioksida dengan baik.
b. Menyediakan fentilasi yang cukup. Dengan adanya fentilasi, berarti selain terjadi
siklus gas terutama oksigen dan karbon dioksida dengan baik. Fentilasi berguna juga
untuk mencegah rumah menjadi tempat yang kumuh dan lembab.
c. Membiarkan cahaya matahari masuk di pagi dan siang hari. Cahaya matahari
berfungsi untuk membunuh bakteri jahat di rumah.
d. Mendirikan rumah di tempat yang landai. Dengan demikian penghuni rumah bisa
terhindar dari resiko longsor jika terjadi hujan lebat.

Sejak kelahirannya, masalah literasi lingkungan telah menarik perhatian banyak


peneliti pendidikan dan ilmuwan lingkungan. Meskipun istilah ini telah banyak didiskusikan,
tetapi tidak ada definisi yang disepakati secara umum. Definisi awal literasi lingkungan
dikemukakan oleh Roth (1968) yang mendefinisikan orang yang melek lingkungan sebagai
seseorang yang memiliki keterampilan dasar, pemahaman dan perasaan mengenai
hubungan manusia-lingkungan. Kemudian Roth menambahkan bahwa orang melek
lingkungan memahami keterkaitan antara sistem alam dan sosial, kesatuan manusia dengan
alam, bagaimana teknologi mempengaruhi pengambilan keputusan masalah lingkungan dan
pembelajaran tentang lingkungan adalah suatu usaha seumur hidup.

Meskipun ada perbedaan definisi dan komponen literasi lingkungan, solusi untuk
mengatasi masalah lingkungan adalah dengan mengembangkan masyarakat yang melek
lingkungan, berperilaku dengan cara yang lebihbertanggung jawab terhadap lingkungan.
Sebuah perilaku dianggap yang bertanggung jawab terhadap lingkungan ketika tindakan
individu atau kelompok menganjurkan penggunaan secara berkelanjutan atau efisien
9
Muhammad Erwin, Hukum Lingkungan dalam Sistem Kebijaksanaan Pembangun an Lingkungan Hidup,
( Bandung: Refika Aditama, 2008), hlm. 58.
10
M Desfandi,(2015). Mewujudkan Masyarakat Berkarakter Peduli Lingkungan Melalui Program
Adiwiyata.SOSIO DIDAKTIKA: Social Science Education Journal, 2(1), 2015, 31-37. doi:10.15408/ sd.v2i1.1661

Lingkungan, Masyrakat Peduli, Pencegahan Pencemaran.7


IAIN MADURA 2019
terhadap sumber daya alam. Salah satu wujud/ bentuk masyarakat yang memiliki literasi
lingkungan adalah masyarakat yang berkarakter peduli lingkungan. Karakter merupakan
nilainilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri,
sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap,
perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan normanorma agama, hukum, tata krama,
budaya, dan adat istiadat.11

3. Pencegahan Dalam Pencemaran Lingkungan

Pencemaran lingkungan itu sendiri adalah masuk nya atau dimasukannya makhluk
hidup atau Zat Energi, dan atau komponen yang lain kedalam lingkungan atau berubahnya
tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas
lingkungan menjadi turun sampai ketingkatan tertentu yang menyebabkan lingkungan
menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya. Lingkungan
dibentuk oleh kegiatan yang dilakukan manusia, perubahan-perubahannya dapat
mempengaruhi hidup dan kehidupan, baik secara langsung ataupun tidak langsung.

Perubahan lingkungan terjadi karena tidak seimbangnya lagi susunan organik atau
kehidupan yang ada, akibatnyapun belum dapat dirasakan secara langsung bagi kehidupan
manusia atau kehidupan lainnya namun baru terasa setelah regenerasi.Air dan sungai dapat
merupakan sumber malapetaka apabila tidak dijaga, baik dari segi manfaatnya maupun
pengamanannya.Misalnya dengan tercemarnya air oleh zat-zat kimia selain mematikan
kehidupan yang ada di sekitarnya juga merusak lingkungan, dan apabila dari segi
pengamanan tidak dilakukan pengawasan atau tanggul-tanggul tidak memenuhi persyaratan
dapat mengakibatkan banjir, tanah longsor dan sebagainya.

Upaya pengendalian pencemaran lingkungan dan sumberdaya air untuk memperoleh


kualitas air menurut peruntukannya dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satu
diantara upaya tersebut adalah menetapkan baku mutu air, baik baku mutu air buangan
maupun dengan baku mutu air penerima.12

Penggunaan sumberdaya alam selalu disertai oleh terjadinya pencemaran.Hal ini


merupakan hukum alam yang bersifat universal.Negara selalu melakukan pembangunan
yang pastinya pembangunan tersebut selalu membawa perubahan.13

Perubahan yang dilakukan oleh negara merupakan kebaikan bagi manusia, akan
tetapi belum tentu baik untuk lingkungan hidup. karena apabila pembangunan tersebut
dilakukan secara terus menerus apalagi sampai mempunyai dampak terhadap lingkungan,
tentu saja pembangunan ini akan menjadi kurang baik terhadap manusia juga.

Menurut teori kepentingan maka hak lingkungan lahir karena adanya kepentingan
manusia akan lingkungan yang baik dan sehat. Lingkungan yang baik dan sehat adalah
syarat mutlak untuk mewujudkan kehidupan manusia yang baik dan sehat pula.Dengan
adanya kepentingan tersebut, manusia menciptakan hak untuk lingkungan ahar lingkungan
tidak dirusak atau dicemari.14

11
Ibid.
12
M. Daud Silalahi, S.H, Pengaturan Hukum Sumber Daya Air dan Lingkungan Hidup di Indonesia, (Bandung:
Alumni, 1996). hlm 47.
13
Otto Soemarwoto, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, (Yogyakarta: Gadjah Mada University, 2009),
hlm.24.
14
Aan Efendi, Hukum Lingkungan, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2014), hlm. 34

Lingkungan, Masyrakat Peduli, Pencegahan Pencemaran.8


IAIN MADURA 2019
Pengelolaan sampah rumah tangga dalam penelitian ini adalah kegiatan pemisahan,
pemanfaatan, dan pemusnahan sampah rumah tangga yang bertujuan untuk menghilangkan
atau paling tidak mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Menurut Saribanon
E,.dkk (2007) keberlanjutan pengelolaan sampah memerlukan sistem yang efektif dalam
mengatasi masalah lingkungan, menghasilkan secara ekonomi dan dapat diterima oleh
masyarakat. Sebagian besar model pengelolaan lingkungan, khususnya pengelolaan
sampah, hanya memperhatikan aspek ekonomi dan lingkungan, serta sangat sedikit
mempertimbangkan aspek sosial, sehingga seringkali mengakibatkan implementasi model
tersebut kurang berhasil. Penelitian terhadap program pengelolaan sampah permukiman
berbasis masyarakat yang telah berjalan di Taiwan, memperlihatkan bahwa perilaku
masyarakat untuk mendaur ulang sampah dipengaruhi oleh sikap (attitude), norma subyektif
(subjective norm) dan pengendalian perilaku (perceived behavioral control). Oleh karena itu,
pendekatan secara multidimensional pada struktur keyakinan (belief) dalam masyarakat,
sangat diperlukan untuk membentuk perilaku (behaviour) dalam pengelolaan sampah.Dalam
penelitian ini peneliti mencoba meneliti dari aspek sosial yaitu mengenai kondisi sosial dan
pengetahuan lingkungan masyarakat.Ibu rumah tangga dianggap memiliki hubungan
langsung dan tanggungjawab yang lebih dalam pengelolaan sampah, maka dari itu
penelitian ini terfokus pada kondisi sosial dan pengetahuan lingkungan yang dimiliki oleh ibu-
ibu rumah tangga.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pengelolaan sampah ibu-ibu rumah tangga di
Kecamatan Nganjuk tergolong dalam kategori sedang atau dapat dikatakan cukup baik yaitu
Ibu-ibu rumah sudah memisahkan sampah antara sampah basah dan sampah kering
.Sesuai informasi yang peneliti dapat dari lembar jawaban kuisioner dan wawancara singkat
rata-rata Ibu-ibu rumah tangga di Kecamatan Nganjuk sudah memisahkan antara sampah
basah dan sampah kering namum dalam pengelolaannya lebih lanjut belum maksimal hanya
bergantung pada petugas pengangkut sampah jika sampah menumpuk.

Ibu-ibu rumah tangga mengganggap bahwa masalah sampah sudah menjadi


tanggup jawab pemerintah karena mereka sudah memberikan retribusi sampah tiap
bulannya. Seperti yang dikemukakan oleh Suparmoko (2000) bahwa faktor lain dari
permasalahan pengelolaan sampah, adalah masyarakat masih cenderung menganggap
bahwa pengelolaan sampah semata-mata merupakan tanggung jawab Pemerintah Kota
(PEMKOT). Sebagian ibu-ibu rumah tangga cara pengelolaan sampahnya masih sederhana,
membuang sampah di lahan kosong di belakang rumah dan cara memusnahkan dengan
membakarnya. Alasan mereka masih melakukan pengelolaan sampah yang masih
sederhana karena mereka masih punya lahan untuk menampung sampah dan terlebih
dengan cara seperti itu tidak adanya pungutan biaya dari pemerintah. Terdapat ibu-ibu
rumah tangga cara pengelolaan sampahnya sangat baik, mereka sudah menerapkan
program 3R karena bekal dari pengetahuan yang mereka dapat dari organisasi setempat
yaitu Sripekung.15

Meningkatnya cara pengelolaan sampah rumah tangga disebabkan oleh tingginya


tingkat pengetahuan lingkungan, tingkat pendidikan, adanya pekerjaan, banyaknya media
informasi, dan aktifnya di organisasi sosial dari Ibu-ibu rumah tangga. Berdasarkan hasil
analisis korelasi bivariate menujukan pengaruh signifikan antara kondisi sosial (tingkat
pendidikan, status bekerja, keaktifan organisasi masyarakat dan jumlah sumber informasi)
dan pengetahuan lingkungan terhadap pengelolaan sampah. Sedangkan dari hasil analisis
regresi ganda menunjukan bahwa pengelolaan sampah dipengaruhi secara bersama-sama
15
Ahmad Johanto, “Pengaruh Kondisi Sosial dan Pengetahuan Lingkungan Ibu-ibu Rumah Tangga terhadap
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di Kecamatan Nganjuk, Kabupaten Nganjuk”, Universitas Negeri Malang,
hlm. 8-9

Lingkungan, Masyrakat Peduli, Pencegahan Pencemaran.9


IAIN MADURA 2019
oleh kondisi sosial dan pengetahuan lingkungan sebesar 68,8% dan sisanya 31,2%
dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukan dalam penelitian ini. Penelitian ini
sejalan dengan yang dikemukakan oleh Slamet (2002) bahwa sampah baik kualitas maupun
kuantitasnya sangat dipengaruhi oleh berbagai kegiatan dan taraf hidup masyarakat dan
beberapa faktor penting antara lain adalah tingkat pengetahuan, keadaan sosial ekonomi,
jumlah penduduk dan kemajuan teknologi. Demikian pula yang dikemukakan oleh
Wignyosoebroto (dalam Feliana, 2001) bahwa dengan melihat karakteristik masyarakat kota
yang plural, maka pendekatan sosial dan pendekatan ekonomi merupakan pendekatan yang
cocok diintensifkan untuk menangani masalah sampah.

a. Pengaruh Kondisi Sosial Ibu Rumah Tangga terhadap Pengelolaan Sampah Rumah
Tangga Berdasarkan hasil analisis regresi ganda dapat diketahui bahwa
variabel kondisi sosial yang terdiri dari tingkat pendidikan, status bekerja, keaktifan
organisasi masyarakat dan jumlah sumber informasi mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap pengelolaan sampah.Hal tersebut dapat diketahui secara parsial
berdasarkan hasil analisis regresi ganda bahwa tingkat pendidikan berpengaruh
signifikan terhadap pengelolaan sampah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
variabel tingkat pendidikan berpengaruh terhadap pengelolaan sampah, sehingga
dapat dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan yang dimiliki oleh ibu-ibu
rumah tangga, semakin tinggi pula wawasan pengetahuannya tentang cara
pengelolaan sampah. Sebaliknyasemakin rendah pendidikan yang dimiliki ibu-ibu
rumah tangga, semakin rendah pula wawasan pengetahuannya tentang cara
pengelolaan sampah. Sehingga implikasi penerapannya tentang cara pengelolaan
sampah tergantung dari tingkat pendidikan yang dimiliki oleh Ibu-ibu rumah tangga.
Temuan penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Pabeta (1995), bahwa
untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam mewujudkan kebersihan
lingkungan sangat erat hubungannya dengan tingkat pendidikan Ibu-ibu rumah
tangga, maka pendidikan Ibu-ibu rumah tangga perlu mendapat perhatian sungguh-
sungguh. Selanjutnya hal tersebut didukung oleh Wignyosoebroto (dalam Feliana,
2001), bahwa pentingnya pendidikan sejak dini, yaitu menanamkan kesadaran akan
arti penting kegiatan membuang sampah pada tempatnya terhadap kebersihan,
kesehatan, keindahan, dan etika.
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan menujukan bahwa ibu-ibu rumah
tangga di Kecamatan Nganjuk rata-rata menyelesaikan pendidikannya di tingkat
SMA/SMK dan keatas ini menunjukan tingkat pendidikan yang cukup baik.Kondisi ini
didukung dengan pendidikan di Kecamatan Nganjuk memang cukup maju karena
memang dalam wilayah perkotaan. Ibu-ibu yang hanya menyelesaikan pendidikan di
tingkat SD sebesar 25%, adapun alasan mereka hanya menyelesaikan tingkat SD
karena faktor ekonomi, keluarga dan adanya pendapat yang masih tradisional. Modal
pendidikan dapat mengubah tingkat kesadaran manusia terhadap ekologinya, dapat
mendorong keinginan untuk maju dan merubah kehidupannya untuk lebih baik. Tentu
hal tersebut akan berpengaruh terhadap cara pengelolaan ibu-ibu rumah tangga
dalam pengelolaan sampah.16
b. Pengaruh Tingkat Pengetahuan Lingkungan Ibu-ibu Rumah Tangga Terhadap
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
Berdasarkan hasil analisis regresi ganda dapat diketahui bahwa variabel
tingkat pengetahuan lingkungan pengaruh yang signifikan terhadap pengelolaan
sampah.Hal tersebut dapat diketahui secara parsial berdasarkan hasil analisis regresi
ganda bahwa tingkat pengetahuan lingkungan berpengaruh signifikan terhadap
pengelolaan sampah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel tingkat
pendidikan berpengaruh terhadap pengelolaan sampah, sehingga dapat dikatakan
16
Ibid, hlm.10.

Lingkungan, Masyrakat Peduli, Pencegahan Pencemaran.10


IAIN MADURA 2019
bahwa tinggi rendahnya tingkat pengetahuan lingkungan yang dimiliki oleh ibu-ibu
rumah tangga mempengaruhi cara pengelolaan sampahnya. Penelitian ini sejalan
dengan hasil penelitian Al Muhdar (1998) bahwa tingkat pengetahuan lingkungan
yang dimiliki oleh Ibu-ibu rumah tangga sangat berpengaruh terhadap cara
pengelolaan sampah, sehingga semakin tinggi pengetahuan lingkungan yang dimiliki,
maka semakin baik pula cara pengelolaan sampah.
Pengetahuan sebagai parameter keadaan sosial dapat sangat menentukan
kesehatan masyarakat.Masyarakat dapat terhindar daripenyakit asalkan
pengetahuan tentang kesehatan dapat ditingkatkan, sehingga perilaku dan keadaan
lingkungan sosialnya menjadi sehat (Slamet, 1994).Sikap yang baik (positif) terhadap
pengelolaan sampah, didukung oleh pengetahuan lingkungan relatif baik. Hal yang
sama dikemukakan oleh Syafrudie dan Sri Mulyani dalam Yustina (2006). Dari kedua
peneliti ini dapat disimpulkan bahwa ada kaitan antara pendidikan, pengetahuan LH
seseorang dengan sikap terhadap pengelolaan lingkungan hidup. Adanya
pengetahuan seseorang tentang suatu hal akan menyebabkan seseorang memiliki
sikap tertentu. Dari sikap yang ada akan terbentuk minat dan minat menentukan
realisasi perilaku seseorang.
Tingkat pengetahuan masyarakat mengenai pengelolaan sampah dibutuhkan
untuk mengukur sejauh mana pemahaman masyarakat berkaitan pengelolaan
sampah, terutama dalam hal melakukan pemilahan, pemanfaatan dan pemusnahan
sampah. Hasil yang diperoleh ini jika dihubungkan dengan proses atau tingkatan
pendidikan dan hasil belajar sangatlah berkaitan. Hubungan antara tingkat
pengetahuan dan pendidikan sesuai dengan pernyataan Subiyanto (1988) yang
menyatakan bahwa dasar pembentuk pengetahuan adalah pengalaman, dan jika
pengalaman, dan jika pengalaman disusun secara sistematis akan menjadikan ilmu.
Pengetahuan pada hakikatnya terdiri dari sejumlah faktor dan teori yang
memungkinkan seseorang untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapinya.
Tingkat pendidikan dan pengetahuan tidak dapat dijadikan patokan untuk seseorang
yang memiliki pengetahuan tinggi, sebab pengetahuan dapat diperoleh dari
pengalaman diri sendiri atau orang lain, baik diperoleh secara tradisional atau cara
modern.
Berdasarkan penelitian dilapangan menujukan bahwa tingkat pengetahuan
lingkungan Ibu-ibu rumah tangga di Kecamatan Nganjuk rata-rata dengan kategori
tinggi yaitu sebesar 50%, namun dalam penerapan pengetahuannya tentang cara
pengelolaan sampah kurang maksimal. Hal tersebut sejalan dengan hasil observasi
lapangan bahwa masih ada sebagian warga yang belum memahami cara
pengelolaan sampah, yakni pemisahan, pemanfaatan dan pemusnahannya. Mereka
masih menganggap bahwa masalah penangan sampah menjadi tanggung jawab
pemerintah kabupaten.Daud (1997) mengemukakan bahwa untuk meningkatkan
peran serta masyarakat dalam pengelolaan limbah rumah tangga untuk memelihara
dan menjaga kebersihan lingkungan serta tempat tinggal, maka pengetahuan
masyarakat perlu di tingkatkan melalui penyuluhan atau simulasi tentang
kependudukan dan lingkungan serta masalahnya.17

17
Ibid, hlm. 11.

Lingkungan, Masyrakat Peduli, Pencegahan Pencemaran.11


IAIN MADURA 2019

B. Kesimpulan

1. Konservasi Lingkungan Yang Sering Terjadi

Pemanasan global (global warming) yang melanda masyarakat dunia saat ini
merupakan masalah yang sangat krusial dan mendapatkan perhatian yang serius
oleh negara-negara di dunia, baik negara maju maupun negara berkembang.Hal ini
karena dampak global warming tidak hanya mengancam satu negara saja, tetapi
menjadi ancaman bagi keberlangsungan hidup seluruh masyarakat dunia.

2. Masyarakat Berkarakter Dan Peduli Lingkungan Melalui Program Adiwiyata


Satu hubungan yang sangat dinamis antara manusia dan lingkungannya, dapat
dilihat dari bagaimana cara manusia hidup bersama, berdampingan dengan semua
komponen di sekitarnya. Kemampuan yang dimiliki setiap individu untuk berperilaku
baik dalam kesehariannya dengan menggunakan pemahamannya terhadap kondisi
lingkungan itulah yang disebut dengan literasi lingkungan atau environment literacy.7
Literasi lingkungan bukanlah sebuah disiplin ilmu baru atau bahkan sebuah konsep
baru dalam mengkaji hubungan manusia terhadap lingkungannya. Ini merupakan
pemikiran yang sederhana dan berangkat dari fisis determinisme, fisis possibilisme
atau bahkan pandangan antroposentrisme.

3. Pencegahan Dalam Pencemaran Lingkungan

Lingkungan, Masyrakat Peduli, Pencegahan Pencemaran.12


IAIN MADURA 2019
Pengelolaan sampah rumah tangga dalam penelitian ini adalah kegiatan pemisahan,
pemanfaatan, dan pemusnahan sampah rumah tangga yang bertujuan untuk
menghilangkan atau paling tidak mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.
Menurut Saribanon E,.dkk (2007) keberlanjutan pengelolaan sampah memerlukan
sistem yang efektif dalam mengatasi masalah lingkungan, menghasilkan secara
ekonomi dan dapat diterima oleh masyarakat. Sebagian besar model pengelolaan
lingkungan, khususnya pengelolaan sampah, hanya memperhatikan aspek ekonomi
dan lingkungan, serta sangat sedikit mempertimbangkan aspek sosial, sehingga
seringkali mengakibatkan implementasi model tersebut kurang berhasil. Penelitian
terhadap program pengelolaan sampah permukiman berbasis masyarakat yang telah
berjalan di Taiwan, memperlihatkan bahwa perilaku masyarakat untuk mendaur ulang
sampah dipengaruhi oleh sikap (attitude), norma subyektif (subjective norm) dan
pengendalian perilaku (perceived behavioral control). Oleh karena itu, pendekatan
secara multidimensional pada struktur keyakinan (belief) dalam masyarakat, sangat
diperlukan untuk membentuk perilaku (behaviour) dalam pengelolaan sampah.Dalam
penelitian ini peneliti mencoba meneliti dari aspek sosial yaitu mengenai kondisi
sosial dan pengetahuan lingkungan masyarakat.Ibu rumah tangga dianggap memiliki
hubungan langsung dan tanggungjawab yang lebih dalam pengelolaan sampah,
maka dari itu penelitian ini terfokus pada kondisi sosial dan pengetahuan lingkungan
yang dimiliki oleh ibu-ibu rumah tangga.

Daftar Pustaka

Ariwidodo. Eko, “Relevansi Pengetahuan Masyarakat Tentang Lingkungan Dan Etika


Lingkungan Dengan Partisipasinya Dalam Pelestarian Lingkungan”, Nuansa, Vol. 11
No. 1 Januari –Juni 2014.
Desfandi.M, (2015).Mewujudkan Masyarakat Berkarakter Peduli Lingkungan Melalui
Program Adiwiyata.SOSIO DIDAKTIKA: Social Science Education Journal, 2(1),
2015, 31-37. doi:10.15408/ sd.v2i1.1661.
Djatmiko, Margono,Wahyono,Pendayaan Waste Management (Kajian Lingkungan
Indonesia), (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2000
Efendi, Aan. Hukum Lingkungan, (Bandung PT Citra Aditya Bakti, 2014
Erwin, Muhammad. Hukum Lingkungan dalam Sistem Kebijaksanaan Pembangun an
Lingkungan Hidup, Refika Aditama, Bandung, 2008.
Johanto.Ahmad, “Pengaruh Kondisi Sosial dan Pengetahuan Lingkungan Ibu-ibu Rumah
Tangga terhadap Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di Kecamatan Nganjuk,
Kabupaten Nganjuk”, Universitas Negeri Malang.
Kusumaatmadja, Mochtar. Hukum, Masyarakat dan Pembinaan Hukum Nasional, Jakarta:
Bina Cipta, 1995
Luthfi.Asma, dan Atika Wijaya, “Persepsi Masyarakat Sekaran Tentang Konservasi
Lingkungan”, Komunitas 3, (1) (2011).
Silalahi.M. Daud, S.H, Pengaturan Hukum Sumber Daya Air dan Lingkungan Hidup di
Indonesia, (Bandung: Alumni, 1996)

Lingkungan, Masyrakat Peduli, Pencegahan Pencemaran.13


IAIN MADURA 2019
Soemarwoto, Otto. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, (Yogyakarta: Gadjah Mada
University, 2009.

Lingkungan, Masyrakat Peduli, Pencegahan Pencemaran.14

Anda mungkin juga menyukai