ARTIKEL
DisusununtukmemenuhitugasFilsafatIlmu
Oleh:
Yusuf
NIM : 18380011081
PASCASARJANA
MEI2019
Muhammad Maskur
Mahasiswa Pasca Sarjana
Abstrak
Lingkungan merupakan semua faktor atau hal yang ada di dalam ruang, baik itu
berupa benda atau suatu keadaan dimana manusia ada didalam nya lengkap dengan
berbagai perilakunya dan diantara kesemuanya akan terjadi hubungan timbal balik dan
saling mempengaruhi. Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda,
daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang
mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk
hidup lain.
A. Pendahuluan
1
Eko Ariwidodo, “Relevansi Pengetahuan Masyarakat Tentang Lingkungan Dan Etika Lingkungan Dengan
Partisipasinya Dalam Pelestarian Lingkungan”, Nuansa, Vol. 11 No. 1 Januari –Juni 2014, hlm. 1
Salah satu upaya manusia dalam rangka peduli terhadap lingkungan adalah dengan
membatasi perilaku manusia dalam setiap kegiatannya sesuai dengan isi yang dimuat dalam
Undang-Undang Lingkungan Hidup tersebut, sehingga antara manusia dan alam terjalin
suatu keseimbangan yang senantiasa tetap terjaga dan terlestarikan.Perilaku manusia yang
senantiasa peduli lingkungan, salah satu aspeknya, dapat diwujudkan dengan memelihara
kelas agar senantiasa dalam keadaan rapi dan bersih.
Dewasa ini, masyarakat yang berkualitas sudah saatnya menjadi skala prioritas
sebagai salah satu sumber daya manusia yang menjalankan pembangunan. Masyarakat
yang berkualitas salah satunya ditandai dengan kualitas moral yang dimilikinya.4 Adanya
peningkatan kualitas moral yang dimiliki akan melahirkan sikap yang baik terhadap sesama
manusia maupun terhadap alam dan lingkungan sekitarnya.
Manusia memiliki tanggung jawab yang besar dalam menjaga dan mempertahankan
masa depan seluruh kosmos.6 Individu yang berkualitas diharapkan akan melahirkan
masyarakat yang memiliki kecerdasan. Salah satu bentuk realisasi kecerdasan adalah
bersikap cerdas dalam memperlakukan lingkungan sekitarnya. Pemahaman dan
pengetahuan tentang etika (lingkungan)7 terus digalakkan oleh dinas terkait, seperti dinas
pendidikan, dinas kesehatan, dinas kebersihan dan lingkungan hidup, dinas sosial dan lain-
lain. Kondisi masyarakat yang akan datang mempunyai pengetahuan tentang lingkungan
hidupdan etika (lingkungan) yang pada akhirnya sifat-sifat tersebut akan melekat pada diri
individu, agar menjadi bagian dari kehidupan mereka sehingga mereka mencintai akan
lingkungannya dan turut serta aktif dalam pelestarian lingkungan di tempat mereka berada.
2
Eko Ariwidodo, “Relevansi Pengetahuan Masyarakat Tentang Lingkungan Dan Etika Lingkungan Dengan
Partisipasinya Dalam Pelestarian Lingkungan”, Nuansa, Vol. 11 No. 1 Januari –Juni 2014, hlm.3.
3
Ibid, hlm 4.
Pemanasan global (global warming) yang melanda masyarakat dunia saat ini
merupakan masalah yang sangat krusial dan mendapatkan perhatian yang serius oleh
negara-negara di dunia, baik negara maju maupun negara berkembang.Hal ini karena
dampak global warming tidak hanya mengancam satu negara saja, tetapi menjadi ancaman
bagi keberlangsungan hidup seluruh masyarakat dunia.
Fenomena global warming ini sesungguhnya berawal dari kerusakan ekologis yang
terjadi di berbagai belahan dunia akibat perilaku manusia modern yang tidak lagi
mempertimbangkan keseimbangan alam dan melakukan eksploitasi sumber daya alam
secara ekstraktif.Seperti halnya yang terjadi di Indonesia, kerusakan lingkungan telah terjadi
di hampir seluruh penjuru nusantara.Meski merupakan salah satu negara yang memiliki
hutan tropis terbesar dan menjadi paru-paru dunia, tetapi aktifitas manusia yang eksploitatif
dan merusak lingkungan tidak dapat terhindarkan. Kondisi ini menyebabkan terjadinya
beragam bencana alam, seperi banjir bandang, tanah longsor, kekeringan, dan rob.
Kajian tentang masyarakat dan lingkungan sudah banyak dikemukakan oleh para
akademisi. Persepsi masyarakat tentang lingkungan salah satunyadikemukakan oleh Kusna
Haddi Nugraha (2009) dalam Jurnal Ilmu Lingkungan yang berjudul “Hubungan Antara
Persepsi Masyarakat tentang Ruang Terbuka Hijau dan Etika Lingkungan dengan Partisipasi
4
Ibid,hlm. 5.
5
Asma Luthfi, Atika Wijaya, “Persepsi Masyarakat Sekaran Tentang Konservasi Lingkungan”,(Komunitas 3, (1),
2011), hlm. 29-31.
6
Mochtar Kusumaatmadja, Hukum, Masyarakat dan Pembinaan Hukum Nasional, (Jakarta: Bina Cipta, 1995),
hlm 12.
korelasi dan regresi linear ganda. Hasil penelitian ini menghasilkan tiga kesimpulan
yaitu: (1) terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara persepsi masyarakat
tentang ruang terbuka hijau dengan partisipasi masyarakat dalam pengembangan kota yang
berwawasan lingkungan; (2) terdapat hubungan positif yang signifikan antara etika
lingkungan dan partisipasi masyarakat dalam pengembangan kota yang berwawasan
lingkungan dan; (3) terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara persepsi
masyarakat tentang ruang terbuka hijau dan etika lingkungan secara bersamasama dengan
partisipasi masyarakat dalam pengembangan kota yang berwawasan lingkungan. Simpulan
dari penelitian ini bahwa partisipasi masyarakat dalam pengembangan kota yang
berwawasan lingkungan dapat ditingkatkan melalui persepsi masyarakat tentang ruang
terbuka hijau dan etika lingkungan secara bersamasama.
7
Asma Luthfi, Atika Wijaya, “Persepsi Masyarakat Sekaran Tentang Konservasi Lingkungan”,(Komunitas 3, (1),
2011), hlm. 32 -39
8
Djatmiko, Margono,Wahyono,Pendayaan Waste Management (Kajian Lingkungan Indonesia), (Bandung: PT
Citra Aditya Bakti, 2000), hlm. 1.
Dengan kata lain, manusia bisa berpikir dan berupaya keras bagaimana mengatasi
keterbatasan yang alam sediakan. Literasi lingkungan dapat berupa hal-hal sederhana,
misalnya:
Meskipun ada perbedaan definisi dan komponen literasi lingkungan, solusi untuk
mengatasi masalah lingkungan adalah dengan mengembangkan masyarakat yang melek
lingkungan, berperilaku dengan cara yang lebihbertanggung jawab terhadap lingkungan.
Sebuah perilaku dianggap yang bertanggung jawab terhadap lingkungan ketika tindakan
individu atau kelompok menganjurkan penggunaan secara berkelanjutan atau efisien
9
Muhammad Erwin, Hukum Lingkungan dalam Sistem Kebijaksanaan Pembangun an Lingkungan Hidup,
( Bandung: Refika Aditama, 2008), hlm. 58.
10
M Desfandi,(2015). Mewujudkan Masyarakat Berkarakter Peduli Lingkungan Melalui Program
Adiwiyata.SOSIO DIDAKTIKA: Social Science Education Journal, 2(1), 2015, 31-37. doi:10.15408/ sd.v2i1.1661
Pencemaran lingkungan itu sendiri adalah masuk nya atau dimasukannya makhluk
hidup atau Zat Energi, dan atau komponen yang lain kedalam lingkungan atau berubahnya
tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas
lingkungan menjadi turun sampai ketingkatan tertentu yang menyebabkan lingkungan
menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya. Lingkungan
dibentuk oleh kegiatan yang dilakukan manusia, perubahan-perubahannya dapat
mempengaruhi hidup dan kehidupan, baik secara langsung ataupun tidak langsung.
Perubahan lingkungan terjadi karena tidak seimbangnya lagi susunan organik atau
kehidupan yang ada, akibatnyapun belum dapat dirasakan secara langsung bagi kehidupan
manusia atau kehidupan lainnya namun baru terasa setelah regenerasi.Air dan sungai dapat
merupakan sumber malapetaka apabila tidak dijaga, baik dari segi manfaatnya maupun
pengamanannya.Misalnya dengan tercemarnya air oleh zat-zat kimia selain mematikan
kehidupan yang ada di sekitarnya juga merusak lingkungan, dan apabila dari segi
pengamanan tidak dilakukan pengawasan atau tanggul-tanggul tidak memenuhi persyaratan
dapat mengakibatkan banjir, tanah longsor dan sebagainya.
Perubahan yang dilakukan oleh negara merupakan kebaikan bagi manusia, akan
tetapi belum tentu baik untuk lingkungan hidup. karena apabila pembangunan tersebut
dilakukan secara terus menerus apalagi sampai mempunyai dampak terhadap lingkungan,
tentu saja pembangunan ini akan menjadi kurang baik terhadap manusia juga.
Menurut teori kepentingan maka hak lingkungan lahir karena adanya kepentingan
manusia akan lingkungan yang baik dan sehat. Lingkungan yang baik dan sehat adalah
syarat mutlak untuk mewujudkan kehidupan manusia yang baik dan sehat pula.Dengan
adanya kepentingan tersebut, manusia menciptakan hak untuk lingkungan ahar lingkungan
tidak dirusak atau dicemari.14
11
Ibid.
12
M. Daud Silalahi, S.H, Pengaturan Hukum Sumber Daya Air dan Lingkungan Hidup di Indonesia, (Bandung:
Alumni, 1996). hlm 47.
13
Otto Soemarwoto, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, (Yogyakarta: Gadjah Mada University, 2009),
hlm.24.
14
Aan Efendi, Hukum Lingkungan, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2014), hlm. 34
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pengelolaan sampah ibu-ibu rumah tangga di
Kecamatan Nganjuk tergolong dalam kategori sedang atau dapat dikatakan cukup baik yaitu
Ibu-ibu rumah sudah memisahkan sampah antara sampah basah dan sampah kering
.Sesuai informasi yang peneliti dapat dari lembar jawaban kuisioner dan wawancara singkat
rata-rata Ibu-ibu rumah tangga di Kecamatan Nganjuk sudah memisahkan antara sampah
basah dan sampah kering namum dalam pengelolaannya lebih lanjut belum maksimal hanya
bergantung pada petugas pengangkut sampah jika sampah menumpuk.
a. Pengaruh Kondisi Sosial Ibu Rumah Tangga terhadap Pengelolaan Sampah Rumah
Tangga Berdasarkan hasil analisis regresi ganda dapat diketahui bahwa
variabel kondisi sosial yang terdiri dari tingkat pendidikan, status bekerja, keaktifan
organisasi masyarakat dan jumlah sumber informasi mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap pengelolaan sampah.Hal tersebut dapat diketahui secara parsial
berdasarkan hasil analisis regresi ganda bahwa tingkat pendidikan berpengaruh
signifikan terhadap pengelolaan sampah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
variabel tingkat pendidikan berpengaruh terhadap pengelolaan sampah, sehingga
dapat dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan yang dimiliki oleh ibu-ibu
rumah tangga, semakin tinggi pula wawasan pengetahuannya tentang cara
pengelolaan sampah. Sebaliknyasemakin rendah pendidikan yang dimiliki ibu-ibu
rumah tangga, semakin rendah pula wawasan pengetahuannya tentang cara
pengelolaan sampah. Sehingga implikasi penerapannya tentang cara pengelolaan
sampah tergantung dari tingkat pendidikan yang dimiliki oleh Ibu-ibu rumah tangga.
Temuan penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Pabeta (1995), bahwa
untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam mewujudkan kebersihan
lingkungan sangat erat hubungannya dengan tingkat pendidikan Ibu-ibu rumah
tangga, maka pendidikan Ibu-ibu rumah tangga perlu mendapat perhatian sungguh-
sungguh. Selanjutnya hal tersebut didukung oleh Wignyosoebroto (dalam Feliana,
2001), bahwa pentingnya pendidikan sejak dini, yaitu menanamkan kesadaran akan
arti penting kegiatan membuang sampah pada tempatnya terhadap kebersihan,
kesehatan, keindahan, dan etika.
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan menujukan bahwa ibu-ibu rumah
tangga di Kecamatan Nganjuk rata-rata menyelesaikan pendidikannya di tingkat
SMA/SMK dan keatas ini menunjukan tingkat pendidikan yang cukup baik.Kondisi ini
didukung dengan pendidikan di Kecamatan Nganjuk memang cukup maju karena
memang dalam wilayah perkotaan. Ibu-ibu yang hanya menyelesaikan pendidikan di
tingkat SD sebesar 25%, adapun alasan mereka hanya menyelesaikan tingkat SD
karena faktor ekonomi, keluarga dan adanya pendapat yang masih tradisional. Modal
pendidikan dapat mengubah tingkat kesadaran manusia terhadap ekologinya, dapat
mendorong keinginan untuk maju dan merubah kehidupannya untuk lebih baik. Tentu
hal tersebut akan berpengaruh terhadap cara pengelolaan ibu-ibu rumah tangga
dalam pengelolaan sampah.16
b. Pengaruh Tingkat Pengetahuan Lingkungan Ibu-ibu Rumah Tangga Terhadap
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
Berdasarkan hasil analisis regresi ganda dapat diketahui bahwa variabel
tingkat pengetahuan lingkungan pengaruh yang signifikan terhadap pengelolaan
sampah.Hal tersebut dapat diketahui secara parsial berdasarkan hasil analisis regresi
ganda bahwa tingkat pengetahuan lingkungan berpengaruh signifikan terhadap
pengelolaan sampah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel tingkat
pendidikan berpengaruh terhadap pengelolaan sampah, sehingga dapat dikatakan
16
Ibid, hlm.10.
17
Ibid, hlm. 11.
B. Kesimpulan
Pemanasan global (global warming) yang melanda masyarakat dunia saat ini
merupakan masalah yang sangat krusial dan mendapatkan perhatian yang serius
oleh negara-negara di dunia, baik negara maju maupun negara berkembang.Hal ini
karena dampak global warming tidak hanya mengancam satu negara saja, tetapi
menjadi ancaman bagi keberlangsungan hidup seluruh masyarakat dunia.
Daftar Pustaka