Anda di halaman 1dari 8

SEJARAH – ORDE BARU DAN REFORMASI

Nama : Marvin Scifo Yehezkiel Hutahaean


Kelas : XII MIPA B
Absen : 24

No A B C D E No A B C D E
1 X         31          
2       X   32          
3         X 33          
4   X       34          
5         X 35          
6   X       36          
7 X         37          
8     X     38          
9 X         39          
10         X 40          
11       X   41          
12 X         42          
13       X   43          
14 X         44          
15     X     45          
16 X         46          
17   X       47          
18 X         48          
19     X     49          
20         X 50          
21           51          
22           52          
23           53          
24           54          
25           55          
26           56          
27           57          
28           58          
29           59          
30           60          
ESAI
Sumber Primer : Sumber primer yaitu kesaksian dari seorang saksi
yang menyaksikan peristiwa dengan indera yang dimilikinya, baik
mata atau indera lainnya. Sumber primer juga bisa berupa alat
mekanis, dokumen-dokumen, naskah perjanjian, arsip, dan san surat
kabar. Lantaran sumber primer berasal dari tulisan, lisan, dan audio-
visual yang satu zaman dengan peristiwa, maka harus dihasikan dari
Sifat manusia yang sezaman dengan peristiwa yang dikisahkan. Bisa jadi
sumbernya adalah duplikasi aslinya, namun yang terpenting adalah isi
atau konten dari sumber tersebut.
Sumber Sekunder : Sumber sekunder merupakan kesaksian dari
orang yang tidak secara langsung terlibat atau hadir pada peristiwa
yang dikisahkan. Sumber tangan kedua ini bisa berujud tulisan, lisan,
audio-visual yang tidak sezaman dengan peristiwa.
Sumber Tertulis : Sumber tertulis sebagai sumber sejarah didapatkan
41
dari peninggalan-peninggalan tertulis. Contonya sangat banyak,
seperti koran, majalah, notulen rapat, surat nikah, kuitansi, dan
sebagainya.
Sumber Lisan : Sumber lisan diperoleh melalui wawancara atau
penuturan lisan dari pelaku, saksi sejarah, atau orang-orang yang
berada di dalam masa yang sedang diteliti. Sumber lisan ini juga akan
Bentuk diperoleh suasana emosi pelaku sejarah yang bisa memunculkan
suasana kelampauan untuk peneliti. Pemakaian sumber lisan hars
dibarengi dengan sumber tertulis sebagai penunjang.
Sumber Audio-Visual : Sumber audio-visual merupakan sumber
sejarah berupa rekaman bergambar. Secara fisik, sumber ini dapat
berupa audio, video, digital video disc (DVD), hingga digital multi
media. Saat ini, banyak ditemui sumber berupa audio-visual yang
menggabungkan gambar video dan suara.
4 Sebelum  Sebelum abad ke-20, gagasan tentang Negara Kesatuan Republik
Indonesia belum berkembang. Sehingga perlawanan rakyat
bersifat kedaerahan
 Perlawanan tidak terorganisir dengan baik, sehingga tidak jarang
mengalami kekalahan. Apalagi penjajah Belanda menerapkan
strategi devide et impera, yakni politik untuk memecah belah.
 Perlawanan dipimpin oleh tokoh masyarakat yang karismatik dan
Abad – XX disegani oleh masyarakat. Karena ketergantungan pada pemimpin,
apabila tokoh tersebut berhasil ditaklukkan, maka semangat
perlawanan juga berkurang.
 Perlawanan lebih mementingkan perjuangan fisik (perang senjata).
 Masyarakat berjuang bukan untuk Indonesia merdeka, tetapi
bagaimana cara untuk mengusir penjajah dari daerahnya masing-
2
masing.
1. Perjuangan menggunakan organisasi modern
Perjuangan kemerdekaan tidak lagi bergantung pada senjata,
tetapi menggunakan organisasi modern. Perlawanan
menggunakan metode perundingan. Beberapa organisasi yang
muncul pada masa pergerakan nasional adalah Budi Utomo
Sesudah
(1908), Sarekat Dagang Islam (1911), dan Indische Partij (1912).
Abad - XX
2. Perjuangan Dipimpin Oleh Golongan Cendekiawan
Pemimpin perjuangan pada masa pergerakan nasional adalah
golongan cendekiawan, tidak lagi oleh golongan bangsawan atau
pemimpin daerah. Para cendekiawan menggunakan pendekatan
politik dan lebih terorganisir.

4 Politik  Pelarangan dalam menggunakan bahasa Indonesia


3  Dilakukan pembentukan dari BPUPKI.
 Menciptakan semangat anti Belanda
 Memberikan sebuah semangat bagi masyarakat Indonesia.
 Terjadinya perkembangan terhadap kerja bakti massal
 Terjadinya pemunculan dari sebuah sikap persatuan dan juga
Sosial dan kesatuan
Budaya  Memiliki berbagai macam bentuk pembaharuan dari akibat
didikan dari Jepang.
 Pendirian dari Pusat Kebudayaan di Jakarta
 Menciptakan mata uang sendiri.
Ekonomi  Menciptakan perbudakan yang dimana mengambil rempah-
rempah dan sumber daya di Indonesia.

44. Jawab :
Peristiwa Trisakti (Mei 1998)
Setelah sebelumnya mahasiswa melalui HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) Denpasar
melakukan unjuk rasa menuntut reformasi, pada 4 Mei 1998, empat organisasi
mahasiswa mengajukan usulan melalui Sidang Umum MPR kedua. Berbagai usaha terus
dilakukan untuk membawa reformasi di Indonesia, mulai dari diskusi antar guru besar
hingga unjuk rasa.

Sampai akhirnya, pada 12 Mei 1998 terjadi demonstrasi besar-besaran di depan


Universitas Trisakti, Jakarta. Perisitiwa ini memakan enam korban jiwa dari kalangan
mahasiswa akibat tembakan aparat keamanan. Di antaranya adalah Elang Mulya
Lesmana, Hery Hertanto, Hendirawan Lesmana, dan Hafidhin Royan. Peristiwa ini
kemudian dikenal dengan nama Tragedi Trisakti.

Peristiwa tersebut tidak membuat semangat mahasiswa surut, dan justru menyulut
adanya demonstrasi yang lebih besar pada 13-14 Mei 1998. Di Jawa Tengah, mahasiswa
menduduki kantor DPRD Jawa Tengah dan memaksa para wakil rakyat untuk turut
dalam aksi keprihatinan. Selain di Jawa Tengah, kerusuhan juga terjadi di wilayah
Indonesia lainnya, termasuk Jakarta. Aksi tersebut diperparah dengan penjarahan di
berbagai belahan Jakarta.

Puncaknya, pada 18 Mei 1998, mahasiswa berhasil menduduki atap gedung DPR/MPR RI
di Senayan. Di hari yang sama, ketua MPR/DPR RI, Harmoko, menyarankan presiden
untuk mengundurkan diri. Mahasiswa pun menuntut dilakukannya Sidang Istimewa.
Meski begitu, Presiden Soeharto masih belum mau mundur dari jabatannya.

Berbagai usaha tersebut akhirnya membuahkan hasil. Pada 19 Mei 1998, beberapa
menteri kabinet Soeharto memutuskan untuk mundur dari jabatannya. Kondisi yang
semakin tidak terkendali akhirnya memaksa Soeharto untuk meletakkan jabatannya di
depan Mahkamah Agung pada tanggal 21 Mei 1998 pukul 10.00 pagi. Pada saat yang
sama, Soeharto kemudian menunjuk wakilnya B.J. Habibie untuk menggantikan
posisinya.

Peristiwa Semanggi I dan II (November 1998)


Meski kepemimpinan Orde Baru saat itu sudah berganti, bukan berarti permasalahan
selesai. Pada November 1998 pemerintahan transisi Indonesia mengadakan Sidang
Istimewa untuk membahas agenda pemerintahan serta Pemilu.

Mahasiswa bergolak kembali karena tidak mengakui pemerintahan B. J. Habibie dan


tidak percaya dengan anggota DPR/MPR ketika itu. Mereka juga mendesak untuk
menyingkirkan militer dari politik serta menuntut pembersihan pemerintahan dari
orang-orang Orde Baru. Saat itu, apapun yang dilakukan oleh mahasiswa mendapat
perhatian ekstra dari pimpinan universitas karena mahasiswa berada di bawah tekanan
aparat.
Tragedi Semanggi menunjuk kepada dua kejadian protes masyarakat terhadap
pelaksanaan dan agenda Sidang Istimewa yang mengakibatkan tewasnya warga sipil.
Kejadian pertama dikenal dengan Tragedi Semanggi I yang terjadi pada 11-13 November
1998 yang menyebabkan tewasnya 17 warga sipil. Kejadian kedua dikenal dengan
Tragedi Semanggi II terjadi pada 24 September 1999 yang menyebabkan tewasnya
seorang mahasiswa dan sebelas orang lainnya di seluruh Jakarta serta menyebabkan
217 korban luka-luka.

45. Jawab :
BIDANG POLITIK :
Perkembangan politik pada masa reformasi ditengarai oleh beberapa peristiwa dan
kebijakan penting seperti Sidang Istimewa MPR 1998, Otonomi Daerah, Pencabutan
pembatasan partai politik, penghapusan Dwifungsi Abri, dan penyelenggaraan pemilu
yang lebih demokratis.
Pada tanggal 10-13 November 1998, MPR mengadakan Sidang Istimewa untuk
menetapkan langkah pemerintah dalam melaksanakan reformasi di segala bidang.
Sidang Istimewa MPR 1998 menghasilkan 12 ketetapan MPR yang memperlihatkan
adanya upaya mengakomodasi tuntutan reformasi.
Pada masa reformasi otonomi daerah dilaksanakan dengan lebih demokratis dari masa
sebelumnya. Pembagian hasil eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam antara
pemerintah pusat dan daerah juga disesuaikan dengan kebutuhan daerah untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah.
Kebebasan berpolitik pada masa reformasi dilakukan uga dengan cara pencabutan
pembatasan partai politik. Melalui kebebasan untuk mendirikan partai politik, pada
pertengahan bulan Oktober 1998 sudah tercatat sebanyak 80 partai politik yang
dibentuk.

Berbeda dengan pemilu-pemilu pada masa Orde Baru yang hanya diikuti oleh tiga partai
politik, pemilu pada masa reformasi diikuti oleh banyak partai politik. Meskipun diikuti
oleh banyak partai politik, pemilu pada masa reformasi berlangsung aman dan tertib.

BIDANG EKONOMI :
Pemerintahan B.J Habibie menetapkan kebijakan pokok di bidang ekonomi. Beberapa
kebijakan tersebut ditujukan untuk penanggulangan krisis ekonomi dengan sasaran
terkendalinya nilai rupiah dan tersedianya kebutuhan bahan pokok dan obat-obatan
dengan harga terjangkau serta berputarnya roda perekonomian nasional, dan
pelaksanaan reformasi ekonomi. Upaya-upaya menyelesaikan krisis keuangan dan
perbaikan ekonomi yang dilakukan berhasil menaikkan nilai tukar rupiah terhadap dolar
Amerika, mencapai Rp 6.700 per dolar Amerika pada bulan Juni 1999. Pada
pemerintahan Abdurrahman Wahid, kondisi ekonomi Indonesia mulai menunjukkan
adanya perbaikan. Kondisi keuangan negara juga sudah mulai stabil. Namun, pada bulan
April 2001, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika kembali melemah hingga
mencapai Rp12.000,00. Melemahnya nilai tukar rupiah tersebut berdampak negatif
terhadap perekonomian nasional dan menghambat usaha pemulihan ekonomi. Pada
masa pemerintahan Megawati, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika berhasil
distabilkan dan berdampak pada terkendalinya harga-harga barang. Selain itu tingkat
pertumbuhan inflasi relatif lebih rendah dan cadangan devisa Negara cukup stabil.
Perekonomian Indonesia mengalami perkembangan yang cukup baik pada masa
kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Hal ini terlihat dari rata-rata
pertumbuhan ekonomi yang berkisar pada 5% sampai 6% per tahun serta kemampuan
ekonomi Indonesia yang bertahan dari pengaruh krisis ekonomi dan finansial yang
terjadi di zona Eropa sepanjang tahun 2008 hingga 2009.

BIDANG SOSIAL :
Pada masa reformasi, kehidupan sosial masyarakat Indonesia sempat diwarnai dengan
terjadinya berbagai konflik sosial yang bersifat etnis di tengah-tengah masyarakat. Hal
tersebut disebabkan oleh kondisi sosial masyarakat yang kacau akibat lemahnya hukum
dan kondisi ekonomi negara yang tidak kunjung membaik sehingga mengakibatkan
sering
terjadinya gesekan-gesekan dalam masyarakat.
Akan tetapi, seiring dengan keberhasilan pemerintah era reformasi dalam mengatasi
masalah-masalah yang tengah dihadapi, kehidupan sosial masyarakat Indonesia
berangsur-angsur kembali kondusif. Pada masa reformasi masyarakat lebih bebas
menyuarakan berbagai aspirasinya. Hal ini didukung dengan adanya reformasi di bidang
komunikasi.

Anda mungkin juga menyukai