Analisis yang dilakukan pertama adalah membandingkan indeks pelayanan fasilitas, unit
lingkungan mana yang memiliki kelengkapan fasilitas.
Tabel 4.1
Analisis Indeks Skala Pelayanan Fasilitas di Kecamatan Lemahabang
Sarana Pendidikan (Unit) Sarana Kesehatan (Unit) Sarana Peribadatan (Unit)
No Desa ∑ Rank
PSYN
DKTR
PSTU
WHR
SMU
PSKS
SLTP
BDN
SMK
MTs
MSJ
LGR
GRJ
BP
SD
PR
TK
RS
Berdasarkan hasil analisis indeks pelayanan terhadap fasilitas sosial dan ekonomi di atas, dapat
diketahui bahwa terdapat 1 Desa yaitu Desa Cipeujueh Wetan yang memiliki jumlah fasilitas
Berdasarkan hasil analisis Ambang Batas Marshall dan Skalogram Guttman terdapat beberapa
Desa yang memiliki ranking Tinggi diantaranya adalah Desa Cipeujueh Wetan, Desa Lemahabang
Kulon, dan Desa Lemahabang.
Berdasarkan hasil analisis rank size penduduk, berdasarkan jumlah penduduk yang memiliki rank
tertinggi adalah Desa Cipeujueh Wetan, Desa Lemahabang Kulon, dan Desa Lemahabang.
Pola pergerakan di Kawasan Perkotaan Lemahabang secara umum sangat dipengaruhi oleh
dampak fungsional yaitu adanya fungsi permukiman, perdagangan dan jasa, sarana pendidikan
Pola pergerakan angkutan orang dan barang sangat berkaitan dengan rute angkutan yang ada,
dimana pada dasarnya pola pergerakan di Kawasan Perkotaan Lemahabang ini dapat dibagi
menjadi 3 (tiga) jenis yaitu (1) pola pergerakan lintas eksternal/wilayah yang melalui jalan bebas
hambatan, kereta api dan jalan arteri primer, (2) pola pergerakan eksternal yaitu pola
pergerakan yang keluar Kawasan Perkotaan Lemahabang menuju PKN Jakarta dan sekitarnya,
PKN Metropolitan Bandung maupun PKN Cirebon dan sekitarnya sampai dengan ke Provinsi
Jawa Tengah ataupun sebaliknya, (3) pola pergerakan internal dari wilayah kecamatan yang ada
disekitar wilayah Kecamatan Lemahabang sampai dengan wilayah desa yang ada di Kawasan
Perkotaan Lemahabang dan sebaliknya, yang ditunjukkan oleh Gambar 4.13.
Berikut ini berbagai jenis jaringan yang kedepannya tentu akan sangat berpengaruh dalam
melayani pergerakan eksternal dan internal penduduk di Kawasan Perkotaan Lemahabang
dirinci dalam tabel berikut :
Tabel 4.5
Tabel Analisis Jaringan Pergerakan di Kawasan Perkotaan Lemahabang
Berdasarkan hasil perhitungan diatas dapat diketahui bahwa di setiap desa-desa memiliki
Kawasan Terbangun dan Non terbangun dalam jumlah yang beragam. Kawasan terbangun
permukiman dan tempat kegiatan serta jalan, sedangkan untuk kawasan terbangun terdiri dari
kawasan diluar kawasan terbangun dan dikurangi luasan sungai. Kawasan Terbangun terluas
berada di Desa Cipeujeuh Wetan seluas 95,83 Ha atau 3,96% dari luas total Kecamatan
Lemahabang, ini menandakan intensitas pengembangan ruang yang tinggi. Sedangkan untuk
Kawasan Non Tebangun terluas berada di Desa Belawa seluas 428,93 Ha atau 17,74 % dari luas
total Kecamatan Lemahabang, ini menandakan intensitas pengembangan ruang rendah. Untuk
lebih jelasnya mengenai intensitas pengembangan ruang, dapat dilihat dalam Peta Analisis
Intensitas Pengembangan Ruang di Kecamatan Lemahabang pada gambar berikut ini.
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan sebelumnya terkait besaran simpangan
perubahan Pola Ruang Rencana Tata Ruang RTRW Kabupaten Cirebon terhadap Kondisi
Penggunaan Lahan Eksisting, dapat diketahui bahwa simpangan terbesar didapat adalah sebagai
berikut:
1. Rencana Peruntukan Sempadan Sungai dengan Penggunaan Lahan berupa Permukiman.
2. Rencana peruntukan Suaka alam Margasatwa belawa yang kondisi saat ini adalah berupa
lahan perkebunan (melihat kondisi di lapangan berupa perkebunan tebu).
3. Rencana peruntukan pertanian tanaman pangan saat ini berupa permukiman.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam Peta Analisis Simpangan Pola Ruang RTRW dan
Penggunaan Lahan Kabupaten Cirebon pada gambar berikut ini.
Tabel 4.7
Tabel Kepemilikan Lahan di Kawasan Perkotaan Lemahabang
TIPE HAK (m2)
Desa
Hak Guna Bangunan Hak Milik Hak Pakai Hak Wakaf Kosong
Asem 148.716,21 703.785,06 4.476,66 302.478,85
Belawa 2.730.397,08 478.058,58 1.693.790,22
Cipeujeuh 838,98 7.528,51
Cipeujeuh Kulon 93.497,73 880.897,21 2.521,91 2.635,74 196.776,55
Cipeujeuh Wetan 193.717,77 408.375,36 515,51 78.993,32
Lemahabang 1.684,40 85.396,60 133,94 4.836,46
Lemahabang Kulon 31.728,63 32,00 7.776,94
Leuwidingding 4.031,23 371.040,92 27.126,08
Picungpugur 42.970,30 13.342,97
Sarajaya 5.674,40 189.544,47 14.288,37 7.676,64
Sigong 3.657,28 470.960,25 3.246,26 1.255,83 13.812,57
Sindanglaut 24.584,45 537.266,38 112.867,05
Tuk Karangsuwung 16.468,33 354.617,22 123.237,32
Wangkelang 390.210,58 308,53 21.297,55
BWP KEC. LEMAH ABANG 492.031,79 7.198.029,04 498.115,11 9.358,21 2.611.541,02
Sumber : Pengolahan Peta Persil Kepemilikan Lahan Kantor Pertanahan ATR/BPN Kabupaten Cirebon, 2021
Dalam analisis ini, area bangunan terbangun di Kecamatan Lemahabang dioverlay dengan area
kepemilikan tanah, sehingga dapat teridentifikasi berapa luasan bangunan yang tidak memiliki
kepemilian tanah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.8
Analisis Kepemilikan Lahan di Kawasan Perkotaan Lemahabang
Hak Kepemilikan Lahan
Belum Luasan
No. Desa Kawasan Hak Guna Hak Hak Hak
Kosong Terdaftar Total
Bangunan Milik Pakai Wakaf
Terbangun 2,18 15,21 0,25 4,75 11,77 34,16
ASEM
1 Tidak Terbangun 8,29 43,16 0,20 18,56 68,36 138,57
ASEM Total 10,47 58,37 0,45 23,31 80,13 172,73
Terbangun 0,12 29,52 0,26 11,43 0,03 41,36
BELAWA
2 Tidak Terbangun 0,15 224,75 42,69 148,42 13,27 429,28
BELAWA Total 0,27 254,27 42,95 159,85 13,30 470,64
Terbangun 7,57 33,80 0,10 5,75 16,91 64,13
3 CIPEUJEUH KULON
Tidak Terbangun 1,63 62,14 0,25 0,17 14,72 129,10 208,01
Berdasarkan hasil analisis diatas dapat diketahui Desa yang memiliki luas bangunan tanpa
kepemilikan lahan terbesar adalah Desa Sarajaya seluas 274,07 Ha, sedangkan untuk Desa yang
memiliki luas bangunan tanpa kepemilikan lahan terkecil adalah Desa Belawa seluas 13,27 Ha.
Untuk lebih jelasnya mengenai analisis kepemilikan di tiap desa dapat dilihat pada gambar
berikut ini.
Perubahan iklim secara global juga mempengaruhi provinsi Jawa Barat secara umum dan
Kabupaten Cirebon. Perubahan iklim adalah perubahan substansial iklim bumi yang berlangsung
dalam jangka waktu tertentu. Sementara pemanasan global mengacu pada perubahan iklim
yang menyebabkan peningkatan suhu rata-rata atmosfer bumi. Penyebab perubahan iklim dan
pemanasan global terdiri dari berbagai faktor yang berbeda diantaranya aktivitas manusia,
khususnya pelepasan gas rumah kaca yang berlebihan (Environmental Protection Agency, 2006).
Penelitian mengenai penyebab perubahan iklim dunia dilakukan dengan mempelajari pola data
iklim dunia dalam rentang waktu ratusan ribu tahun kebelakang, dengan menganalisis beberapa
faktor tidak langsung yang memiliki korelasi dengan iklim seperti inti es, lingkaran pohon,
panjang glerset, serbuk sari, sedimen laut, dan mempelajari perubahan orbit bumi mengelilingi
matahari (IPCC, 2013).
Tren Perubahan Suhu Global berdasarkan hasil observasi dan penambahan faktor alam dan
manusia
Sumber: EPA, Tahun 2006
Untuk lebih jelasnya mengenai Zona Ruang Rawan Bencana Provinsi Jawa Barat dapat dilihat
pada tabel dan gambar tentang Peta Zona Ruang Rawan Bencana Provinsi Jawa Barat.
Tabel 4.12
Analisis Zona Ruang Rawan Bencana Provinsi Jawa Barat
Zona Kriteria
4B : Sempadan Sungai dan Sempadan Pantai
ZRB 4
4T : Sempadan Pantai
(Zona Terlarang)
4S : Sempadan sesar aktif (10 m)
ZRB 3 3G : KRB Gerakan Tanah Tinggi
(Zona Terbatas) 3B : KRB Banjir Sangat Tinggi
ZRB 2 2G : KRB Gerakan Tanah Menengah
(Zona Bersyarat) 2B : KRB Banjir Tinggi dan Sedang
ZRB 1
1G : KRB Gerakan Tanah Sangat Rendah dan Rendah
(Zona
1B : KRB Banjir Rendah dan Sangat Rendah
Pengembangan)
Sumber : Hasil Analisis, Tahun 2020
Menurut Permen PU No 20/PRT/M/2007 tentang Pedoman Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan,
Ekonomi serta Sosial Budaya dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang, Analisis Fisik dan
Gambar 4.4 Kedudukan Analisis Fisik dan Daya Dukung Lingkungan dalam Rencana Detail Tata
Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Kecamatan Lemahabang
Analisis fisik dan lingkungan pada Kawasan Perkotaan Kecamatan Lemahabang adalah untuk
mengenali karakteristik sumber daya alam tersebut, dengan menelaah kemampuan dan
kesesuaian lahan, agar penggunaan lahan dalam pengembangan kawasan perkotaan dapat
dilakukan secara optimal dengan tetap memperhatikan keseimbangan ekosistem.
Seperti yang terlihat dari gambar diatas maka dapat dijelaskan dalam analisis fisik alami akan
melalui 4 (empat) proses tahapan; pengumpulan data dasar; analisis kemampuan lahan; analisis
kesusaian lahan; rekomendasi kesesuaian lahan.
Dalam penataan ruang pada umumnya dan untuk kebutuhan pengembangan Kawasan
Perkotaan Kecamatan Lemahabang pada khususnya, analisis mengenai daya dukung fisik dan
lingkungan merupakan sesuatu yang penting, karena hasil dari analisis ini dapat membantu
dalam menentukan arah kesesuaian peruntukan lahan sehingga tidak menimbulkan berbagai
persoalan seperti :
1. Kegiatan pembangunan yang tidak sesuai dengan ketersediaan sumber daya, terutama
yang terkait dengan aspek geologi,
2. Kegiatan pembangunan dengan skala yang tidak sesuai dengan daya dukung lingkungan
(lingkungan geologi), sehingga sumber daya akan tereksploitasi secara berlebihan,
Secara khusus, kebutuhan akan analisis daya dukung fisik di Kawasan Perkotaan Kecamatan
Lemahabang terkait dengan munculnya beberapa persoalan yang sedang berkembang, seperti :
❑ Alih fungsi lahan dari kawasan pertanian untuk pemanfaatan kawasan budidaya
terutama yang terkait kawasan perkotaan (permukiman, perdagangan dan jasa,
industri)
❑ Ketersediaan sumber daya air yang harus dipertimbangkan keberlanjutannya.
Untuk penataan ruang di kawasan perkotaan Lemahabang, analisis daya dukung fisik dan
lingkungan dilakukan berdasarkan kondisi fisik dan geologi. Analisis ini dilakukan dengan
melakukan pengolahan terhadap data geologi yang ada, baik yang berupa peta maupun laporan
tertulis hasil kajian atau penelitian yang ada. Adapun data dasar yang digunakan dalam proses
analisis ini meliputi peta geologi, peta topografi, peta hidrogeologi, peta bencana alam, peta
kemiringan lereng, dan berbagai data geologi lainnya.
Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) merupakan kegiatan analisis pemilahan bentuk
bentang alam/morfologi pada wilayah dan/atau kawasan perencanaan yang mampu untuk
dikembangkan sesuai dengan fungsinya. Secara garis besar untuk Kawasan Perkotaan
Lemahabang akan dilakukan dua analisis besar, yaitu analisis kemampuan lahan dan analisis
kesesuaian lahan. Sebelum dilakukan kedua analisis tersebut, dilakukan penyusunan Satuan
Kemampuan Lahan (SKL), yaitu suatu studi yang dilakukan untuk melihat kemampuan fisik
geografis suatu wilayah untuk dapat dikembangkan dari segi aspek fisik dan kegelogian.
Dalam kaitannya dengan hal ini, terdapat sembilan SKL yang dikeluarkan, yaitu :
1. SKL Morfologi
2. SKL Kemudahan Dikerjakan
3. SKL Kestabilan Lereng
4. SKL Kestabilan Pondasi
5. SKL Ketersediaan Air
6. SKL Untuk Drainase
7. SKL Terhadap Erosi
8. SKL terhadap bencana alam
9. SKL Pembuangan Limbah
b. Morfologi Wilayah
Datar/Dataran :
Satuan morfologi dataran adalah bentuk bentang alam yang didominasi oleh daerah
yang relative datar atau sedikit bergelombang, dengan kisaran kelas lereng 0% - 5%.
Lebih rinci lagi satuan morfologi dataran ini dapat dibedakan atas dua sub satuan, yakni
:
❖ Sub satuan morfologi dataran berkisar antara 0% - 2%; dan
❖ Sub satuan morfologi medan bergelombang dengan kisaran kelas lereng lebih dari
2% hingga 5%.
Bukit/Perbukitan :
Satuan morfologi perbukitan adalah bentuk bentang alam yang memperlihatkan relief
baik halus maupun kasar, serta membentuk bukit-bukit dengan kemiringan lereng
yang bervariasi. Secara lebih rinci, satuan morfologi perbukitan dapat dibagi lagi atas
tiga sub satuan, yakni :
❖ Sub satuan morfologi perbukitan landai dengan kemiringan lereng antara 5% - 15%
dan memperlihatkan relief halus;
❖ Sub satuan morfologi perbukitan sedang dengan kemiringan lereng berkisar antara
15% - 40% dan memperlihatkan relief sedang, dan
❖ Sub satuan morfologi perbukitan terjal dengan kemiringan lebih dari 40% dan
memperlihatkan relief kasar.
Gunung/Gunung Berapi :
Satuan tubuh gunung/gunung berapi ini hampir sama dengan satuan morfologi
perbukitan, dan umumnya merupakan sub satuan perbukitan sedang hingga terjal,
namun membentuk kerucut tubuh gunung/gunung berapi. Satuan tubuh
Berdasarkan klasifikasi karakteristik Analisis SKL Morfologi, sebagian besar Kawasan Perkotaan
Lemahabang termasuk dalam SKL Morfologi Kurang, hal tersebut menunjukan bahwa Kawasan
Perkotaan Lemahabang dapat dikembangkan untuk kegiatan perkotaan.
SKL Morfologi ini dilakukan dengan melakukan overlay terhadap peta morfologi dan peta
kemiringan lereng dengan sistem pembobotan. Terdapat 5 karakteristik penilaian terhadap
analisis satuan kemampuan lahan berdasarkan morfologi, yaitu :
1. SKL Morfologi Tinggi. Suatu karakteristik lahan dikategorikan memiliki SKL Morfologi tinggi
apabila memiliki nilai total 1, dimana menunjukkan bahwa kondisi tanahnya dari aspek
morfologi memiliki kemiringan lereng >40% dengan morfologi berupa Gunung/Pegunungan
dan Bukit/Perbukitan sehingga tidak sesuai digunakan untuk kepentingan pengembangan
kegiatan apapun;
2. SKL Morfologi Cukup. Suatu karakteristik lahan dikategorikan memiliki SKL Morfologi Cukup
apabila memiliki nilai total 2, dimana menunjukkan bahwa kondisi tanahnya dari aspek
morfologi memiliki kemiringan lereng 25-40% dengan morfologi berupa
Gunung/Pegunungan dan Bukit/Perbukitan sehingga kurang sesuai digunakan untuk
kepentingan pengembangan kegiatan apapun;
3. SKL Morfologi Sedang. Suatu karakteristik lahan dikategorikan memiliki SKL Morfologi
sedang apabila memiliki nilai total antara 2 sampai dengan 3, dimana menunjukkan bahwa
karakteristik tanahnya dari aspek kelayakan morfologi dan kemiringan lereng dapat
dikembangkan untuk berbagai kegiatan, hanya saja pada beberapa lokasi untuk
Dari hasil Analisis SKL Kemudahan Dikerjakan, sebagian besar Kawasan Perkotaan Lemahabang
termasuk dalam SKL Kemudahan Dikerjakan Tinggi, yaitu 94,02 % dari wilayah Kawasan
Perkotaan Lemahabang. Hal tersebut menunjukan bahwa Kawasan Perkotaan Lemahabang
mudah dalam dikembangkan untuk kegiatan perkotaan.
Berdasarkan SKL Kestabilan Lereng ini akan dapat diperoleh gambaran tingkat kestabilan lereng
untuk pengembangan kawasan, daerah-daerah yang berlereng cukup aman untuk
dikembangkan sesuai fungsi kawasan, serta batasan-batasan pengembangan pada masing-
masing tingkatan kestabilan lereng.
SKL Kestabilan Lereng ini pada dasarnya diperoleh dengan melakukan overlay terhadap data fisik
dasar yang ada, yang meliputi peta morfologi, peta kemiringan lereng, peta geologi permukaan,
dan peta guna lahan. Unsur pembentuk SKL Kestabilan Lereng ini apabila dilihat sama dengan
unsur pembentuk SKL Kemudahan Dikerjakan, hanya saja pemahaman hasilnya dilihat dari sisi
yang berbeda.
Berdasarkan Analisis SKL Kestabilan Lereng, Kawasan Perkotaan Lemahabang sebagian besar
memiliki karakteristik tingkat kestabilan lereng yang tinggi mencapai 94,02%, hal ini
menandakan bahwa Kawasan Perkotaan Lemahabang sebagian besar dapat dikembangkan
untuk kegiatan perkotaan.
Tabel 4.13
Luas Kawasan Perkotaan Kecamatan Lemahabang Berdasarkan Analisis Satuan Kemampuan
Lahan (SKL) Kestabilan Lereng
No SKL Kestabilan Lereng Luas (Km2) %
1 Kestabilan Sedang 19.80 0.92
2 Kestabilan Kurang 108.61 5.05
3 Kestabilan Tinggi 2020.58 94.02
Jumlah 2149.00 100.00
Sumber : Analisis Berdasarkan Permen PU No 20/PRT/M/2007 tentang Pedoman Analisis Aspek Fisik dan
Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang, 2018
Dari hasil analisis ini akan dapat diketahui gambaran daya dukung tanah secara umum,
gambaran tingkat kestabilan pondasi di Kawasan Perkotaan Lemahabang, dan perkiraan jenis
pondasi dari masing-masing tingkatan kestabilan pondasi. SKL Kestabilan Pondasi ini diperoleh
dari hasil overlay dari beberapa data dasar fisik yaitu Peta Kestabilan Lereng, Peta Geologi
Permukaan, dan Peta Guna Lahan.
Berdasarkan hasil analisis SKL Kestabilan pondasi, secara umum karakteristik lahan di Wilayah
Perkotaan Kecamatan Lemahabang dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok, yaitu SKL
Kestabilan Pondasi tinggi, sedang, dan kurang.
❑ SKL Kestabilan Pondasi Tinggi, dimana karakteristik lahannya menunjukkan kemampuan
yang tinggi untuk menahan konstruksi berat, sehingga memungkinkan untuk
pengembangan gedung-gedung bertingkat. Suatu lahan dikategorikan kedalam kelompok
ini apabila memiliki nilai total terhadap semua aspek fisik pembentuknya di atas 10.
❑ SKL Kestabilan Pondasi Sedang, dimana karakteristik lahannya menunjukkan kemampuan
yang kurang untuk dapat menahan konstruksi berat, sehingga membutuhkan rekayasa
teknologi seperti pemadatan dan sejenisnya. Suatu lahan dikategorikan ke dalam kelompok
ini apabila memiliki nilai total terhadap semua aspek fisik pembentuknya berkisar 4-10.
❑ SKL Kestabilan Pondasi Kurang, dimana karakteristik lahannya tidak memiliki kemampuan
untuk menahan konstruksi berat, sehingga pada lahan dengan kategori ini diminimalkan
suatu pembangunan fisik apapun terutama yang sifatnya membutuhkan pembangunan
pondasi terlebih dahulu. Adapun lahan yang yang dikategorikan ke dalam kelompok ini
adalah lahan dengan nilai total kurang dari 10.
Berdasarkan proses analisis SKL Ketersediaan Air, Kawasan Perkotaan Kecamatan Lemahabang
secara umum dapat diklasifikasikan kedalam dua kelompok, yaitu :
❑ SKL Ketersediaan Air tinggi, dimana karakteristik lahannya menunjukkan adanya
kecenderungan kandungan air tanah yang tinggi, yang berarti dapat dimanfaatkan sebagai
sumber air bersih. Lahan dengan karakteristik ini adalah lahan secara kuantitatif dari hasil
overlay memiliki nilai total di atas 15.
❑ SKL Ketersediaan Air sedang, dimana karakteristik lahannya menunjukkan kecenderungan
kandungan air tanahnya yang kurang bagus, sehingga kurang dapat dimanfaatkan sebagai
sumber air bersih. Lahan dengan karakteristik ini adalah lahan yang secara kuantitatif dari
hasil overlay memiliki nilai antara 5-15.
Hasil Analisis SKL Ketersediaan Air, sebagian besar Kawasan Perkotaan Kecamatan Lemahabang
memiliki kandungan ketersediaan air tanahnya tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa persediaan
air di kawasan ini tergolong besar, artinya ketersediaan air tanah dalam dan dangkal cukup
banyak untuk dapat dimanfaatkan sebagai sumber air bersih.
Tabel 4.15
Luas Kawasan Perkotaan Kecamatan Lemahabang Berdasarkan Analisis Satuan Kemampuan
Lahan (SKL) Ketersediaan Air
No SKL Ketersediaan Air Luas (Km2) %
1 Ketersediaan Sedang 1069.30 49.76
2 Ketersediaan Tinggi 1079.70 50.24
Jumlah 2149.00 100.00
Sumber : Analisis Berdasarkan Permen PU No 20/PRT/M/2007 tentang Pedoman Analisis Aspek Fisik dan
Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang, 2018
SKL Untuk ketersediaan ini merupakan proses overlay dari Peta Morfologi, Peta Kemiringan
Lereng, Peta Geologi Permukaan, Peta Guna Lahan, dan Peta Porositas Batuan. Berdasarkan
proses overlay tersebut, karakteristik lahan di Kawasan Perkotaan Kecamatan Lemahabang pada
dasarnya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
❑ SKL untuk drainase cukup, dimana menunjukkan bahwa karakteristik lahannya memiliki
kemampuan yang kurang baik dalam mematuskan air hujan secara alami, dalam artian air
tidak dapat dilalirkan secara cepat sehingga pada beberapa bagian dan pada kondisi air
hujan besar akan dapat menyebabkan terjadinya sedikit genagan. Adapun lahan yang
termasuk dalam kategori ini adalah lahan yang memiliki nilai total antara 5-14.
❑ SKL untuk drainase kurang, dimana menunjukkan bahwa karakteristik lahannya tidak
memiliki kemampuan yang baik untuk mengalirkan air sehingga pada lahan ini akan muncul
genangan. Adapun lahan yang termasuk dalam kategori ini adalah lahan yang memiliki nilai
total kurang dari 5.
Hasil Analisis SKL Drainase, menunjukan sebagian besar Kawasan Perkotaan Kecamatan
Lemahabang karakteristik lahannya tidak memiliki kemampuan yang baik untuk mengalirkan air
sehingga pada lahan ini akan muncul genangan. Berdasarkan hal tersebut, dalam
pengembangan kawasan perkotaan di Kawasan Perkotaan Kecamatan Lemahabang diharuskan
memperhatikan rencana drainase kawasan untuk dapat mencegah terjadinya genangan,
mengingat sebagian besar Kawasan Perkotaan Kecamatan Lemahabang merupakan daerah yang
relatif datar.
Tabel 4.16
Luas Kawasan Perkotaan Kecamatan Lemahabang Berdasarkan Analisis Satuan Kemampuan
Lahan (SKL) Drainase
No SKL Drainase Luas (Km2) %
1 Drainase Kurang 2020.58 94.02
2 Drainase Cukup 128.42 5.98
Jumlah 2149.00 100.00
Sumber : Analisis Berdasarkan Permen PU No 20/PRT/M/2007 tentang Pedoman Analisis Aspek Fisik dan
Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang, 2018
Tabel 4.17
Luas Kawasan Perkotaan Kecamatan Lemahabang Berdasarkan Analisis Satuan Kemampuan
Lahan (SKL) Terhadap Erosi
No SKL Terhadap Erosi Luas (Km2) %
1 Erosi Sedang 128.42 5.98
2 Erosi Rendah 1908.98 88.83
3 Tidak Ada Erosi 111.60 5.19
Jumlah 2149.00 100.00
Sumber : Analisis Berdasarkan Permen PU No 20/PRT/M/2007 tentang Pedoman Analisis Aspek Fisik dan
Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang, 2018
Tabel 4.18
Luas Kawasan Perkotaan Kecamatan Lemahabang Berdasarkan Analisis Satuan Kemampuan
Lahan (SKL) Pembuangan Limbah
No SKL Pembuangan Limbah Luas (Km2) %
1 Cukup 1262.59 58.75
2 Kurang 763.39 35.52
3 Sedang 123.02 5.72
Jumlah 2149.00 100.00
Sumber : Analisis Berdasarkan Permen PU No 20/PRT/M/2007 tentang Pedoman Analisis Aspek Fisik dan
Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang, 2018
Dari SKL terhadap Bencana Alam dapat diketahui tingkat kemampuan kawasan terhadap
berbagai jenis bencna alam beraspekan geologi, daerah rawan bencana alam dan mempunyai
kecenderungan untuk terkena bencana alam, termasuk bahaya ikutan dari bencana tersebut,
serta pola pengembangan dan pengamanan masing-masing tingkat kemampuan lahan terhadap
bencana alam.
SKL terhadap bencana alam ini dibentuk dari data fisik Peta Morfologi, Peta Kemiringan Lereng,
Peta Geologi Permukaan, Peta Guna Lahan, Peta potensi Gerakan, dan peta Tanah dan Batuan.
Berdasarkan Analisis SKL Terhadap Bencana Alam, menunjukan sebagian besar Kawasan
Perkotaan Kecamatan Lemahabang termasuk dalam karakteristik memiliki potensi yang rendah
terhadap bencana alam terutamanya terhadap bencana gempa akibat sesar yang terbentang
di kawasan ini. Hal tersebut menunjukan bahwa Kawasan Perkotaan Kecamatan Lemahabang
dapat dikembangkan untuk kegiatan perkotaan, hanya dalam pengembangan kawasan
perkotaan di Kawasan Perkotaan Kecamatan Lemahabang diharuskan memperhatikan rencana
drainase kawasan untuk dapat mencegah terjadinya genangan, mengingat sebagian besar
Kawasan Perkotaan Kecamatan Lemahabang merupakan daerah yang relatif datar.
Dari hasil analisis kemampuan lahan ini akan diperoleh gambaran mengenai potensi dan kendala
dari tiap karakteristik lahan Adapun analisis kemampuan lahan ini diperoleh dari hasil overlay
terhadap semua SKL yang dihasilkan melalui proses pembobotan dengan bobot untuk tiap
kriteria sebagaimana ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel 4.20
Kemampuan Lahan Kawasan Perkotaan Kecamatan Lemahabang Berdasarkan Hasil Analisis
Satuan Kesesuaian Lahan (SKL)
Sumber : Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi, serta Sosial Budaya dalam Penyusunan
Rencana Tata Ruang, 2007
Berdasarkan proses pembobotan diperoleh tiga kelas kemampuan lahan, meliputi kemampuan
lahan sangat tinggi, agak tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. Kemampuan lahan tinggi
menunjukkan bahwa karakteristik lahannya sesuai untuk pengembangan kegiatan perkotaan
seperti industri, permukiman, perdagangan dan jasa, dan lain sebagainya.
Tabel 4.22
Tingkat Klasifikasi Pengembangan Wilayah Berdasarkan Kelas Kemampuan Lahan per Desa
di Kawasan Perkotaan Kecamatan Lemahabang
Kemampuan Lahan
No Desa Luas
Sedang Agak Tinggi Tinggi
1 Asem 2.65 184.10 4.25 191.00
2 Belawa 108.38 373.34 2.28 484.00
3 Cipeujeuh Kulon 6.73 186.37 7.90 201.00
4 Cipeujeuh Wetan - 162.08 11.92 174.00
5 Lemahabang Kulon - 48.71 4.29 53.00
6 Lemahabang - 40.84 3.16 44.00
7 Leuwidingding - 118.83 12.17 131.00
8 Picungpugur - 71.94 2.06 74.00
9 Sarajaya 4.19 172.72 25.09 202.00
10 Sigong 3.76 179.61 17.63 201.00
11 Sindanglaut - 142.20 4.80 147.00
12 Tuk Karangsuwung - 82.97 4.03 87.00
13 Wangkelang 15.59 143.47 0.94 160.00
Jumlah 141.29 1,907.19 100.52 2,149.00
Sumber : Analisis Berdasarkan Permen PU No 20/PRT/M/2007 tentang Pedoman Analisis Aspek Fisik dan
Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang, 2018
A. Model Aritmatik
Model aritmatik mengasumsikan bahwa jumlah penduduk pada masa depan akan
bertambah dengan jumlah yang sama setiap tahun. Bentuk matematis model aritmatik
adalah :
Pt = Po (1+rt)
Keterangan
Pt : Jumlah penduduk tahun proyeksi
Po : Jumlah penduduk tahun dasar
r : laju pertumbuhan penduduk
t : periode waktu antar tahun t dengan o
Berdasarkan metode artmatika, proyeksi penduduk Kecamatan Lemahabang pada tahun 2041
mencapai 78.344 jiwa.
B. Model Geometrik
Proyeksi penduduk dengan metode geometrik menggunakan asumsi bahwa jumlah
penduduk akan bertambah secara geometrik menggunakan dasar perhitungan bunga
majemuk. Laju pertumbuhan penduduk dianggap sama untuk setiap tahun. Model
geometrik adalah sebagai berikut :
Pt = Po (1 + r)t
Keterangan
Pt : jumlah penduduk tahun proyeksi
Po : jumlah penduduk tahun dasar
r : laju pertumbuhan penduduk
t : periode waktu antar tahun t dengan o
Berdasarkan metode geometrik, proyeksi penduduk Kecamatan Lemahabang pada tahun 2037
mencapai 80.404 jiwa.
Berdasarkan kondisi eksisting wilayah Kecamatan Lemahabang terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi tingkat kepadatan penduduk, yaitu :
1. Kepadatan penduduk di wilayah Kecamatan Lemahabang pada tahu 2041 cenderung lebih
padat terdapat di Desa Cipeujeuh Wetan, Desa Lemahabang, dan Desa Lemahabang Kulon;
2. Kepadatan penduduk di wilayah Kecamatan Lemahabang cenderung lebih padat di wilayah
yang memiliki tingkat kemudahan aksesibilitas (jaringan jalan dan kondisi fisik wilayah) dan
kelengkapan sarana prasarana yang lebih memadai.
3. Kepadatan penduduk yang relatif lebih tinggi tingkat kepadatan penduduk terdapat di
wilayah Desa yang memiliki luas wilayah yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan wilayah
disekitarnya.
4. Wilayah dengan kepadatan penduduk relatif lebih tinggi merupakan pusat-pusat kegiatan
lokal di wilayah Kecamatan Lemahabang. Dalam hal ini kelurahan yang memiliki tingkat
kepadatan penduduk di wilayah Kecamatan Lemahabangmerupakan pusat-pusat kegiatan
perdagangan dan jasa serta pusat pemerintahan kecamatan.
Tabel 4.24
Analisis Kepadatan Penduduk Alami di Kawasan Perkotaan Lemahabang Tahun 2021 - 2041
Luas Wilayah Proyeksi Kepadatan Penduduk (Jiwa/Ha)
No Desa
(Ha) 2021 2024 2029 2034 2039 2041
1 Picungpugur 74.00 22,59 23,62 25,45 27,41 29,53 30,43
2 Leuwidingding 131.00 24,18 26,73 31,59 37,34 44,13 47,19
3 Asem 191.00 16,91 19,29 24,04 29,96 37,34 40,77
4 Cipeujeuh Kulon 201.00 27,31 28,13 29,57 31,08 32,66 33,32
5 Sindanglaut 147.00 29,47 31,00 33,73 36,69 39,92 41,29
6 Cipeujeuh Wetan 174.00 46,19 47,59 50,02 52,57 55,25 56,36
7 Lemahabang Kulon 53.00 81,98 84,47 88,77 93,30 98,06 100,03
8 Lemahabang 44.00 74,83 77,10 81,03 85,17 89,51 91,31
9 Sigong 201.00 31,33 32,57 34,74 37,06 39,53 40,57
10 Sarajaya 202.00 23,50 24,72 26,89 29,26 31,83 32,92
11 Tuk Karangsuwung 87.00 33,85 36,99 42,88 49,71 57,62 61,13
12 Belawa 484.00 12,09 12,60 13,51 14,48 15,52 15,96
13 Wangkelang 160.00 16,94 18,25 20,65 23,36 26,43 27,77
Jumlah 2,149.00 26,11 27,49 30,00 32,83 36,02 37,41
Sumber : Hasil Analisis, 2021
Ada 3 pendekatan yang dapat dilakukan pada analisis daya tampung lahan yaitu :
1. Menghitung daya tampung berdasarkan ketersediaan air, kapasitas air yangbisa
dimanfaatkan, dengan kebutuhan air per orang perharinya disesuaikan dengan jumlah
penduduk yang ada saat ini, atau misalnya rata-rata 100 L/jiwa/hari (tergantung standard
yang digunakan).
2. Menghitung daya tampung berdasarkan arahan rasio tutupan lahan dengan asumsi masing-
masing arahan rasio tersebut dipenuhi maksimum, dan dengan anggapan luas lahan yang
digunakan untuk permukiman hanya 50% dari luas lahan yang boleh tertutup (30% untuk
fasilitas dan 20% untuk jaringan jalan serta utilitas lainnya). Kemudian dengan asumsi 1KK
yang terdiri dari 5 orang memerlukan lahan seluas 100 m. Maka dapat diperoleh daya
tampung berdasarkan arahan rasio tutupan lahan ini sebagai berikut:
3. Membandingkan daya tampung ini dengan jumlah penduduk yang ada saat ini dan
proyeksinya untuk waktu perencanaan. Untuk daerah yang melampaui daya tampung
berikan persyaratan pengembangannya.
Berdasarkan analisis daya tampung lahan Kawasan Perkotaan Lemahabang, adalah sebagai
berikut :
Berdasarkan hasil analisis daya tampung kawasan, untuk Kawasan Perkotaan Lemahabang
penduduk pada akhir tahun perencanaan kapasitas daya tampung kawasan masih
memungkinkan untuk menampung jumlah penduduk sampai dengan 20 tahun. Berdasarkan hal
tersebut, maka arahan terkait pengembangan Kawasan perkotaan Palimanan, yaitu :
1. Pengembangan perumahan diarahkan untuk lebih mengoptimalkan lahan-lahan kosong
dengan intensitas yang lebih tinggi dengan tata letak yang lebih teratur. Hal penting untuk
dijaga adalah mengarahkan pengembangan perumahan tersebut agar tidak membentuk
perumahan dengan kepadatan tinggi dan menimbulkan kekumuhan.
2. Pengembangan perumahan ini juga harus mengikuti peraturan yang disertai dengan
pengawasan dilapangan, dengan tujuan untuk mengurangi ketidakteraturan
perkembangan perumahan. Peraturan-peraturan yang mengikuti perkembangan
perumahan antara lain Garis Sempadan Bangunan (GSB), KDB, dan KLB.
3. Pengembangan kawasan permukiman dan sarana penunjang perkotaan diharuskan
memperhatikan kawasan-kawasan yang termasuk kedalam kawasan lindung dan kawasan
negative list, serta kawasan pertanian yang ditetapkan sebagai kawasan PL2B.
Proyeksi
Luas Lahan
No Desa Daya Tampung Penduduk Tahun
Terbangun (M2)
2041
Beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam pengembangan kawasan permukiman hunian
berimbang, antara lain :
1. Untuk rencana pengalokasiaan/pendistribusian kawasan perumahan akan
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
a. Perumahan dengan kapling besar
▪ Mempunyai kualitas lingkungan yang cukup tinggi seperti kenyamanan dan sedapat
mungkin terhindar dari polusi udara maupun kebisingan
▪ Mempunyai hubungan erat dengan ruang terbuka hijau (open space) ataupun
tempat-tempat rekeasi lainnya
▪ Mempunyai akses yang tinggi terhadap jaringan jalan utama ataupun jaringan jalan
regional, sehingga memberikan kemudahan bagi penduduk golongan ini untuk
mengadakan pergerakan dengan kendaraan pribadi
b. Perumahan dengan kapling menengah
▪ Memberikan standar kualitas lingkungan yang relatif baik
▪ Dialokasikan diantara kawasan kapling besar dan kecil. Hal ini dimaksudkan sebagai
buffer (penyangga) ataupun sebagai penetral antara kapling besar dan kecil
▪ Memiliki akses yang tinggi terhadap jalan-jalan utama dalam kota dan kawasan sub
pusat pelayanan kota
c. Perumahan dengan kapling kecil
▪ Berlokasi di daerah yang dekat dengan tempat kerja dan tempat pelayanan umum
▪ Memungkinkan untuk pembangunan perumahan dengan tingkat kepadatan yang
relatif tinggi
Untuk lebih jelasnya mengenai kebutuhan rumah di wilayah Kawasan Perkotaan Lemahabang
dapat dilihat pada tabel berikut.
Untuk kebutuhan lahan kavling pada tahun 2041 di wilayah Kawasan Perkotaan Lemahabang
adalah sebagai berikut :
1. Untuk kavling besar kebutuhan lahan mencapai 635.200 m2;
2. Unyuk kavling sedang kebutuhan lahan mencapai 783.480 m2;
3. Untuk kavling kecil kebutuhan lahan mencapai 881.820 m2.
Jumlah penduduk pendukung untuk masing-masing sarana pendidikan adalah sebagai berikut :
1. Sarana pendidikan Taman Kanak-kanak, jumlah penduduk pendukung yang ditetapkan
adalah 1.250 jiwa/unit;
2. Sarana pendidikan Sekolah Dasar dengan jumlah penduduk pendukung sebesar 1.600
jiwa/unit;
3. Sarana pendidikan tingkat menengah pertama dan tingkat menengah atas serta sederajat
dengan jumlah penduduk pendukung sebesar 4.800 jiwa/unit
Tabel 4.29
Tingkat Pelayanan Sarana Pendidikan di Kawasan Perkotaan Lemahabang Tahun 2020
Standar Tingkat
Jumlah Penduduk Sarana Sarana Sarana
Penduduk Pelayanan Keterangan
Tahun 2020 Pendidikan Standar Yang Ada
(Jiwa) (%)
Kebutuhan lahan sarana pendidikan pada tahun 2041 di wilayah Perkotaan Lemahabang
mencapai 1.588.000 m2. Untuk lebih jelanya mengenai proyeksi kebutuhan sarana pendidikan
dan kebutuhan lahan sarana pendidikan di wilayah Kawasan Perkotaan Lemahabang tahun
2021-2041 dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
2021
2024
2029
2034
2041
2021
2024
2029
2034
2041
2021
2024
2029
2034
2041
2021
2024
2029
2034
2041
2021
2024
2029
2034
2041
1 Picungpugur 1 0 2 0 2 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 Leuwidingding 1 2 1 2 1 1 1 1 2 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0
3 Asem 2 1 2 1 3 0 2 0 3 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0
4 Cipeujeuh Kulon 4 1 4 2 4 0 4 0 4 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 2 1 0 1 0 2
5 Sindanglaut 3 1 3 1 4 1 2 1 3 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1
6 Cipeujeuh Wetan 4 3 5 3 6 1 5 1 6 1 1 1 0 2 0 1 1 1 1 1 2 0 2 0 2
7 Lemahabang Kulon 3 1 3 2 3 2 1 2 2 2 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1
8 Lemahabang 1 2 1 2 2 1 1 1 2 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1
9 Sigong 5 1 5 2 5 0 4 1 4 2 1 0 1 1 1 1 0 2 0 2 1 0 2 0 2
10 Sarajaya 4 0 5 0 5 1 2 2 2 2 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1
11 Tuk Karangsuwung 1 2 1 2 1 1 1 1 1 2 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1
12 Belawa 5 0 6 0 7 2 2 2 3 2 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1
13 Wangkelang 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1
Jumlah 35 15 40 18 45 11 27 13 34 16 9 4 4 11 5 10 3 11 4 12 11 2 12 3 13
Sumber : Hasil Analisis, 2021
Tabel 4.32
Tingkat Pelayanan Sarana Kesehatan di Kawasan Perkotaan Lemahabang Tahun 2020
Standar Tingkat
Jumlah Penduduk Sarana Sarana
Sarana Pendidikan Penduduk Pelayanan Keterangan
Tahun 2020 Standar Yang Ada
(Jiwa) (%)
Untuk kebutuhan lahan sarana kesehatan pada tahun 2041 di wilayah Perkotaan Lemahabang
mencapai 111.450 m2. Untuk proyeksi kebutuhan sarana kesehatan dan kebutuhan lahan sarana
kesehatan di wilayah Kawasan Perkotaan Lemahabang tahun 2021-2041 dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
Rumah Bersalin
Rumah Bersalin
Rumah Bersalin
Praktek Dokter
Praktek Dokter
Praktek Dokter
Puskesmas
Puskesmas
Pos Kesdes
Puskesmas
Puskesmas
Pos Kesdes
Puskesmas
Puskesmas
Pos Kesdes
Pos Yandu
Pembantu
Pos Yandu
Pembantu
Pembantu
Pos Yandu
No Desa
Apotik
Apotik
Apotik
1 Picungpugur 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0
2 Leuwidingding 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 3 0 1 1 0 1 1 0 0
3 Asem 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 3 0 2 2 0 2 1 0 0
4 Cipeujeuh Kulon 2 1 1 2 1 0 0 0 1 0 0 0 5 0 3 2 1 3 1 0 0
5 Sindanglaut 2 1 0 2 0 0 0 0 1 0 0 1 4 0 2 1 1 2 0 0 0
6 Cipeujeuh Wetan 3 2 1 3 0 0 0 0 2 0 1 2 7 0 4 2 1 3 0 1 0
7 Lemahabang Kulon 2 0 0 2 0 0 0 1 2 0 0 1 4 0 1 0 1 2 0 0 0
8 Lemahabang 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 3 0 2 2 0 2 1 0 0
9 Sigong 3 1 1 3 1 0 0 0 2 0 0 0 6 0 3 1 1 3 2 0 0
10 Sarajaya 2 1 0 2 1 0 0 0 1 1 0 0 4 0 2 1 0 2 1 1 0
11 Tuk Karangsuwung 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 3 0 1 1 0 1 1 0 0
12 Belawa 2 1 1 2 1 0 0 1 2 0 0 0 5 0 2 1 1 3 1 1 0
13 Wangkelang 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 2 0 1 1 0 1 1 1 0
Jumlah 22 12 4 22 9 0 0 2 12 1 1 4 50 0 25 15 6 26 10 5 0
Sumber : Hasil Analisis, 2021
Rumah Bersalin
Rumah Bersalin
Praktek Dokter
Praktek Dokter
Puskesmas
Puskesmas
Pos Kesdes
Puskesmas
Puskesmas
Pos Kesdes
Pembantu
Pos Yandu
Pembantu
Pos Yandu
No Desa
Apotik
Apotik
1 Picungpugur 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0
2 Leuwidingding 1 0 0 1 0 3 0 1 1 0 1 1 0 0
3 Asem 0 0 0 0 0 3 0 2 1 0 2 1 1 0
4 Cipeujeuh Kulon 0 0 0 0 0 6 0 3 2 1 3 2 0 0
5 Sindanglaut 0 0 0 0 1 4 0 2 1 1 2 0 1 0
6 Cipeujeuh Wetan 0 0 0 1 2 7 0 5 2 1 4 0 2 0
7 Lemahabang Kulon 1 1 0 0 1 5 0 1 0 1 2 0 0 0
8 Lemahabang 0 0 0 0 0 3 0 2 1 0 2 1 1 0
9 Sigong 0 1 0 0 0 7 0 4 1 1 4 2 0 0
10 Sarajaya 0 0 1 0 0 4 0 3 1 0 3 1 1 0
11 Tuk Karangsuwung 1 0 0 1 0 3 0 1 1 0 1 1 0 0
12 Belawa 1 1 0 0 1 5 0 2 1 1 3 1 2 0
13 Wangkelang 0 0 0 0 0 2 0 2 1 0 2 1 1 0
Jumlah 4 3 1 3 5 53 0 29 13 6 30 11 10 0
Sumber : Hasil Analisis, 2021
Total (M2)
Total (M2)
Total (M2)
No Desa
Rumah Bersalin
Rumah Bersalin
Rumah Bersalin
Praktek Dokter
Praktek Dokter
Praktek Dokter
Puskesmas
Puskesmas
Pos Kesdes
Puskesmas
Puskesmas
Pos Kesdes
Puskesmas
Puskesmas
Pos Kesdes
Pembantu
Pos Yandu
Pembantu
Pos Yandu
Pembantu
Pos Yandu
Apotik
Apotik
Apotik
1 Picungpugur 3000 0 0 300 0 0 0 3300 0 700 0 0 0 60 0 760 3000 0 0 300 0 60 0 3360
2 Leuwidingding 3000 700 0 300 250 0 0 4250 0 0 0 0 0 180 0 180 3000 700 0 300 250 0 0 4250
3 Asem 3000 700 0 300 250 0 0 4250 0 0 0 0 0 180 0 180 6000 1400 0 600 250 0 0 8250
4 Cipeujeuh Kulon 6000 700 500 600 250 0 0 8050 0 700 0 0 0 300 0 1000 9000 1400 500 900 250 0 0 12050
5 Sindanglaut 6000 700 0 600 0 0 0 7300 0 700 0 0 250 240 0 1190 6000 700 500 600 0 0 0 7800
6 Cipeujeuh Wetan 9000 1400 500 900 0 0 0 11800 0 1400 0 300 500 420 0 2620 12000 1400 500 900 0 60 0 14860
7 Lemahabang Kulon 6000 0 0 600 0 0 0 6600 3000 1400 0 0 250 240 0 4890 3000 0 500 600 0 0 0 4100
8 Lemahabang 3000 700 0 300 250 0 0 4250 0 0 0 0 0 180 0 180 6000 1400 0 600 250 0 0 8250
9 Sigong 9000 700 500 900 250 0 0 11350 0 1400 0 0 0 360 0 1760 9000 700 500 900 500 0 0 11600
10 Sarajaya 6000 700 0 600 250 0 0 7550 0 700 500 0 0 240 0 1440 6000 700 0 600 250 60 0 7610
11 Tuk Karangsuwung 3000 700 0 300 250 0 0 4250 0 0 0 0 0 180 0 180 3000 700 0 300 250 0 0 4250
12 Belawa 6000 700 500 600 250 0 0 8050 3000 1400 0 0 0 300 0 4700 6000 700 500 900 250 60 0 8410
13 Wangkelang 3000 700 0 300 250 0 0 4250 0 0 0 0 0 120 0 120 3000 700 0 300 250 60 0 4310
Jumlah 66000 8400 2000 6600 2250 0 0 85250 6000 8400 500 300 1000 3000 0 19200 75000 10500 3000 7800 2500 300 0 99100
Sumber : Hasil Analisis, 2021
Puskesmas Pembantu
Puskesmas Pembantu
Rumah Bersalin
Rumah Bersalin
Praktek Dokter
Praktek Dokter
Total (M2)
Total (M2)
Puskesmas
Pos Kesdes
Puskesmas
Pos Kesdes
No Desa
Pos Yandu
Pos Yandu
Apotik
Apotik
1 Picungpugur 0 0 0 0 0 250 0 250 3000 0 0 300 0 60 0 3360
2 Leuwidingding 3000 0 0 300 0 750 0 4050 3000 700 0 300 250 0 0 4250
3 Asem 0 0 0 0 0 750 0 750 6000 700 0 600 250 60 0 7610
4 Cipeujeuh Kulon 0 0 0 0 0 1500 0 1500 9000 1400 500 900 500 0 0 12300
5 Sindanglaut 0 0 0 0 3000 1000 0 4000 6000 700 500 600 0 60 0 7860
6 Cipeujeuh Wetan 0 0 0 300 6000 1750 0 8050 15000 1400 500 1200 0 120 0 18220
7 Lemahabang Kulon 3000 700 0 0 3000 1250 0 7950 3000 0 500 600 0 0 0 4100
8 Lemahabang 0 0 0 0 0 750 0 750 6000 700 0 600 250 60 0 7610
9 Sigong 0 700 0 0 0 1750 0 2450 12000 700 500 1200 500 0 0 14900
10 Sarajaya 0 0 500 0 0 1000 0 1500 9000 700 0 900 250 60 0 10910
11 Tuk Karangsuwung 3000 0 0 300 0 750 0 4050 3000 700 0 300 250 0 0 4250
12 Belawa 3000 700 0 0 3000 1250 0 7950 6000 700 500 900 250 120 0 8470
13 Wangkelang 0 0 0 0 0 500 0 500 6000 700 0 600 250 60 0 7610
Jumlah 12000 2100 500 900 15000 13250 0 43750 87000 9100 3000 9000 2750 600 0 111450
Sumber : Hasil Analisis, 2021
Dilihat dari kondisi eksisting sarana peribadatan di Kawasan Perkotaan Lemahabang pada tahun
2017, terdapat beberapa sarana peribadatan yang belum memenuhi standar pelayanan
kebutuhan masyarakat di wilayah Kawasan Perkotaan Lemahabang. Untuk lebih jelasnya
mengenai tingkat pelayanan sarana peribadatan di wilayah Kawasan Perkotaan Lemahabang
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.35
Tingkat Pelayanan Sarana Kesehatan di Kawasan Perkotaan Lemahabang Tahun 2020
Sedangkan untuk kebutuhan lahan sarana peribadatan pada tahun 2041 di wilayah Perkotaan
Lemahabang mencapai 17.800 m2. Untuk proyeksi kebutuhan sarana peribadatan dan
kebutuhan lahan sarana peribadatan di wilayah Kawasan Perkotaan Lemahabang tahun 2021-
2041 dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Langgar / Musholah
Langgar / Musholah
Langgar / Musholah
Langgar / Musholah
Masjid Skala
Masjid Skala
Masjid Skala
Masjid Skala
Masjid Skala
Lingkungan
Lingkungan
Lingkungan
Lingkungan
Lingkungan
No Desa
1 Picungpugur 0 0 1 0 1 6 0 0 2 0 1 7 0 0 2
2 Leuwidingding 0 0 5 0 1 9 0 0 6 0 2 10 0 0 7
3 Asem 0 0 0 0 1 14 0 1 1 0 1 15 0 1 3
4 Cipeujeuh Kulon 0 0 7 0 2 17 0 1 10 0 2 19 0 1 12
5 Sindanglaut 0 1 8 0 1 11 0 1 10 0 1 12 0 1 12
6 Cipeujeuh Wetan 0 0 18 0 4 18 0 0 21 0 4 21 0 1 24
7 Lemahabang Kulon 0 1 1 0 1 18 0 1 3 0 1 20 0 1 4
8 Lemahabang 0 0 0 0 1 15 0 1 1 0 1 16 0 1 3
9 Sigong 0 1 16 0 2 12 0 1 18 0 2 15 0 2 20
10 Sarajaya 0 1 0 0 1 21 0 1 2 0 1 23 0 2 4
11 Tuk Karangsuwung 0 0 1 0 1 12 0 0 2 0 2 13 0 0 3
12 Belawa 0 1 5 0 2 21 0 1 7 0 2 23 0 1 10
13 Wangkelang 0 0 0 0 1 12 0 0 1 0 1 13 0 1 2
Jumlah 0 5 62 0 19 186 0 8 84 0 21 207 0 12 106
Sumber : Hasil Analisis, 2021
Langgar / Musholah
Langgar / Musholah
Langgar / Musholah
Langgar / Musholah
Total (M2)
Total (M2)
Total (M2)
Total (M2)
Total (M2)
No Desa
1 Picungpugur 0 0 100 100 0 600 600 1200 0 0 200 200 0 600 700 1300 0 0 200 200
2 Leuwidingding 0 0 500 500 0 600 900 1500 0 0 600 600 0 1200 1000 2200 0 0 700 700
3 Asem 0 0 0 0 0 600 1400 2000 0 600 100 700 0 600 1500 2100 0 600 300 900
4 Cipeujeuh Kulon 0 0 700 700 0 1200 1700 2900 0 600 1000 1600 0 1200 1900 3100 0 600 1200 1800
5 Sindanglaut 0 600 800 1400 0 600 1100 1700 0 600 1000 1600 0 600 1200 1800 0 600 1200 1800
6 Cipeujeuh Wetan 0 0 1800 1800 0 2400 1800 4200 0 0 2100 2100 0 2400 2100 4500 0 600 2400 3000
7 Lemahabang Kulon 0 600 100 700 0 600 1800 2400 0 600 300 900 0 600 2000 2600 0 600 400 1000
8 Lemahabang 0 0 0 0 0 600 1500 2100 0 600 100 700 0 600 1600 2200 0 600 300 900
9 Sigong 0 600 1600 2200 0 1200 1200 2400 0 600 1800 2400 0 1200 1500 2700 0 1200 2000 3200
10 Sarajaya 0 600 0 600 0 600 2100 2700 0 600 200 800 0 600 2300 2900 0 1200 400 1600
11 Tuk Karangsuwung 0 0 100 100 0 600 1200 1800 0 0 200 200 0 1200 1300 2500 0 0 300 300
12 Belawa 0 600 500 1100 0 1200 2100 3300 0 600 700 1300 0 1200 2300 3500 0 600 1000 1600
13 Wangkelang 0 0 0 0 0 600 1200 1800 0 0 100 100 0 600 1300 1900 0 600 200 800
Jumlah 0 3000 6200 9200 0 11400 18600 30000 0 4800 8400 13200 0 12600 20700 33300 0 7200 10600 17800
Sumber : Hasil Analisis, 2021
Proyeksi kebutuhan air bersih di Kawasan Perkotan Lemahabang dengan menggunakan standar,
yaitu :
a. Setiap penduduk membutuhkan air bersih 120 liter/orang/hari, sehingga rumah tangga
dengan jumlah keluarga 4 orang membutuhkan air bersih 480 liter/KK/hari.
b. Fasilitas sosial dan perkantoran membutuhkan air bersih 15% dari total kebutuhan air
bersih rumah tangga.
c. Fasilitas komersial membutuhkan air bersih 20% dari total kebutuhan air bersih rumah
tangga.
d. Industri membutuhkan air bersih 10% dai total kebutuhan air bersih rumah tangga.
e. Cadangan kebocoran membutuhkan 10% dari total kebutuhan air bersih rumah tangga.
f. Pemadam kebakaran membutuhkan 10% dari total kebutuhan air bersih rumah tangga
Untuk proyeksi kebutuhan air bersih di Kawasan Perkotaan Lemahabang pada tahun 2041 dapat
dilihat pada tabel dibawah ini.
Didalam upaya penanganan air limbah ini maka di dalam proses perencanaan pembuatan
saluran-saluran pembuangannya terlebih dahulu harus diperhitungkan besarnya volume air
buangan. Untuk menghitung besarnya volume air buangan/ limbah di wilayah Kawasan
Perkotaan Lemahabang dibedakan menjadi dua sumber air buangan/limabah, yaitu :
Tabel 4.39
Analisis Proyeksi Timbunan Air Limbah (Grey Watter) Di Kawasan Perkotaan Lemahabang
Tahun 2041
Jumlah Timbunan Air Limbah Tahun 2041 (liter/hari)
Jenis Sarana
Desa Air Kotor Air Kotor
Air Kotor Air Pekat Air Kotor
Perdagangan Fasilitas
No Domestik Domestik Perkantoran Total (Lt/Hari)
Jasa Umum
10% x air 20% x air 10% x air 10% x air
75% x air bersih
Perhitungan bersih bersih bersih bersih
domestik
domestik domestik domestik domestik
1 Picungpugur 210,510 21,051 42,102 21,051 21,051 315,765
2 Leuwidingding 391,410 39,141 78,282 39,141 39,141 587,115
3 Asem 394,920 39,492 78,984 39,492 39,492 592,380
4 Cipeujeuh Kulon 694,440 69,444 138,888 69,444 69,444 1,041,660
5 Sindanglaut 544,410 54,441 108,882 54,441 54,441 816,615
6 Cipeujeuh Wetan 1,017,000 101,700 203,400 101,700 101,700 1,525,500
Lemahabang
7 549,810 54,981 109,962 54,981 54,981 824,715
Kulon
8 Lemahabang 416,610 41,661 83,322 41,661 41,661 624,915
9 Sigong 794,520 79,452 158,904 79,452 79,452 1,191,780
10 Sarajaya 596,610 59,661 119,322 59,661 59,661 894,915
Tuk
11 365,400 36,540 73,080 36,540 36,540 548,100
Karangsuwung
12 Belawa 737,280 73,728 147,456 73,728 73,728 1,105,920
13 Wangkelang 338,040 33,804 67,608 33,804 33,804 507,060
Jumlah 7,050,960 705,096 1,410,192 705,096 705,096 10,576,440
Sumber : Hasil Analisis, 2021
Analisis jaringan listrik adalah berupa proyeksi kebutuhan daya listrik di Kawasan Perkotaan
Lemahabang di tahun 2041. Untuk dapat lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.32 dibawah
ini.
Adapun penyediaan sambungan telepon rumah 0,13 dari jumlah penduduk, sedangkan
penyediaan telepon umum untuk satu unit telepon umum dapat melayani 250 jiwa.
Ketersediaan telepon umum harus memiliki jarak 200-400 m. Penyediaan satu unit STO dapat
melayani 3000 sambungan dengan radius pelayanan 3-5 km dihitung dari copper center, yang
berfungsisebagai pusat pengendali jaringan dan tempat pengaduan pelanggan.
Tabel 4.42
Kebutuhan Sarana Telekomunikasi Kawasan Perkotaan Lemahabang Tahun 2041
Kebutuhan Sarana Telekomunikasi Tahun 2041
Sambungan
No Desa Sambungan Stasiun Telepon
Telpon
Telpon Rumah Otomat (STO)
Umum
1 Picungpugur 304 9 1
2 Leuwidingding 565 17 1
3 Asem 570 18 1
4 Cipeujeuh Kulon 1,003 31 3
5 Sindanglaut 786 24 2
6 Cipeujeuh Wetan 1,469 45 4
7 Lemahabang Kulon 794 24 2
8 Lemahabang 602 19 2
9 Sigong 1,148 35 3
10 Sarajaya 862 27 2
11 Tuk Karangsuwung 528 16 1
12 Belawa 1,065 33 3
13 Wangkelang 488 15 1
Jumlah 10,184 313 26
Sumber : Hasil Analisis, 2021
Berdasarkan standar spesifikasi timbulan sampah untuk kota kecil dan sedang di Indonesia dari
departemen PU besaran timbunan sampah diklasifikasikan menjadi kota kecil dan sedang
berdasarkan jumlah penduduk. Untuk klasifikasi kota kecil dengan jumlah penduduk 20.000-
100.000 jiwa memiliki timbunan sampah dengan volume 2,5 - 2,75 liter/orang/hari.
Berikut merupakan timbunan sampah di tahun 2037 di wilayah Kawasan Perkotaan Lemahabang
:
Total Timbunan Sampah = Jumlah Penduduk x Volume Sampah
= 78.344 x 2,75 = 215.446 liter/hari atau
= 215,45 m3/hari
Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah timbunan sampah pada tahun 2021-2041 di wilayah
Kawasan Perkotaan Lemahabang dapat dilihat pada tabel berikut.
STRENGTH WEAKNESS
Daya tampung kawasan yang Perkembangan Kawasan Perkotaan
masih sangat besar; yang beririsan dengan fungsi
Tingkat aksesibilitas yang lindung;
cukup tinggi ditunjang dengan Konflik pemanfaatan ruang antara
keberadaaan moda pengembangan sektor-sektor
transportasi kereta api; strategis (perdagangan, jasa,
Tersedianya lahan bagi pertanian, perkebunan,
pengembangan kawasan permukiman, fungsi lindung, dll);
perkotaan; Perkembangan perkotaan
Potensi pertanian; cenderung linier pada koridor Jalan
Potensi wisata kura-kura Utama Kawasan → sebaran Fasum
Belawa sebagai identitas & Fasos cenderung terkonsentrasi
kawasan selain sebagai pada koridor utama;
pengembangan industri Percampuran pergerakan lokal
manufaktur dengan regional (antar
Kabupaten/Kota);
Tabel 4.1 Analisis Indeks Skala Pelayanan Fasilitas di Kecamatan Lemahabang ... 4-1
Tabel 4.2 Analisis Indeks Ambang Batas Marshall dan Skalogram Guttman di
Kecamatan Lemahabang .......................................................................................... 4-2
Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Analisis Rank Size Penduduk ..................................... 4-3
Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Analisis Rank Size Penduduk ..................................... 4-3
Tabel 4.5 Tabel Analisis Jaringan Pergerakan di Kawasan Perkotaan Lemahabang4-7
Tabel 4.6 Analisis Intensitas Pengembangan Ruang Kawasan Perkotaan Lemahabang
4-10
Tabel 4.7 Tabel Kepemilikan Lahan di Kawasan Perkotaan Lemahabang ............ 4-14