Anda di halaman 1dari 5

Subjek PPh adalah orang atau pihak yang bertanggungjawab atas pajak

penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam tahun pajak maupun


bagian tahun pajak.

Subjek pajak penghasilan artinya orang yang harus membayar pajak


penghasilan dan disebut sebagai Wajib Pajak (WP).

Status sebagai WP ini ditetapkan dengan cara yang bersangkutan


mendaftarkan diri terlebih dahulu ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) untuk
memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

Pendaftaran diri sebagai WP dilakukan di KPP tersebut harus sesuai


dengan wilayah domisili yang bersangkutan.

Jenis Subjek PPh

Merujuk pada UU PPh, subjek pajak penghasilan terbagi menjadi beberapa


jenis, di antaranya:

Orang Pribadi

Orang pribadi adalah subjek pajak penghasilan bagi yang mencakup orang
pribadi yang bertempat tinggal atau berada di Indonesia maupun di luar
Indonesia.

Subjek PPh Orang Pribadi (OP) ini terdiri terdiri dari:

Subjek PPh OP Dalam Negeri

Subjek PPh OP Dalam Negeri ini berlaku bagi yang telah menerima atau
memperoleh penghasilan yang besarnya melebihi Penghasilan Tidak Kena
Pajak (PTKP).

Penghasilan Tidak Kena Pajak

Besar PTKP yang ditetapkan sebesar:

 Rp15.84.000 untuk diri wajib pajak orang pribadi


 Rp1.320.000 tambahan untuk wajib pajak yang kawin
 Rp15.840.000 tambahan untuk seorang istri yang penghasilannya
digabung dengan penghasilan suami sebagaimana dimaksud dalam 8 ayat
(1)
 Rp1.320.000 tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan
keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang
menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 orang untuk setiap
keluarga

Subjek PPh OP Luar Negeri

Subjek PPh OP Luar Negeri ini berlaku bagi yang menerima atau
memperoleh penghasilan yang bersumber dari Indonesia maupun melalui
bentuk usaha tetap di Indonesia.

Warisan yang belum terbagi

Apa maksud dari warisan yang belum terbagi ini sebagai subjek pajak?

Masih merujuk pada UU PPh No. 36/2008, yang dimaksud warisan belum
terbagi sebagai subjek pajak PPh di sini agar pengenaan pajak atas
penghasilan yang berasal warisan tersebut tetap dilaksanakan.

“Artinya, warisan yang di tinggalkan oleh subjek pajak dalam negeri ini
mengikuti status pewaris. Katika warisan yang di tinggalkan oleh pewaris
tersebut belum dibagikan kepada ahli waris, bisa saja memberikan
penghasilan meski pewaris tersebut telah meninggal.”

Adapun untuk pelaksanaan pemenuhan kewajiban perpajakannya, warisan


tersebut menggantikan kewajiban ahli waris yang berhak. Jika warisan itu
telah dibagi, maka kewajiban perpajakannya beralih kepada ahli waris.

Sedangkan warisan yang belum terbagi yang ditinggalkan oleh orang


pribadi sebagai subjek pajak luar negeri yang tidak menjalankan usaha
atau melakukan kegiatan melalui suatu bentuk usaha tetap di Indonesia,
maka tidak dianggap sebagai subjek pajak pengganti.

Kenapa? Karena pengenaan pajak atas penghasilan yang diterima atau


diperoleh orang pribadi dimaksud melekat pada objeknya.

Badan

Badan adalah subjek pajak yang merupakan orang dan/atau modal sebagai
satu kesatuan, baik yang melakukan usaha maupun tidak melakukan usaha.
Badan bisa berupa perseroan terbatas (PT), perseroan komanditer (CV),
perseroan lainnya, firma, kongsi, koperasi, dan lainnya.
Subjek PPh Badan adalah sebagai subjek pajak penghasilan ini terdiri dari:

 Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia.


 Badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di
Indonesia, yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui
bentuk usaha tetap di Indonesia.

Badan Usaha Tetap (BUT)

Subjek PPh BUT adalah subjek pajak penghasilan yang perlakuan


perpajakannya dipersamakan dengan subjek pajak padan badan dalam
negeri.

BUT ini merupakan bentuk usaha yang dipergunakan oleh subjek pajak
luar negeri, baik orang pribadi maupun badan, yang menjalankan usaha
atau melakukan kegiatan di Indonesia.

BUT wajib mendaftarkan diri sebagai wajib pajak untuk mendapatkan


NPWP. Kemudian menyampaikan SPT sebagai sarana pelaporan besarnya
pajak terutang dalam satu tahun pajak.

Selain itu, pengenaan pajaknya dilaksanakan atas penghasilan kena pajak


dengan menggunakan tarif umum seperti yang berlaku pada subjek pajak
badan dalam negeri.

Klasifikasi Subjek Pajak


Terlebih dahulu, ketahui 2 klasifikasi subjek perpajakan berdasarkan
lokasi tempat tinggal atau kegiatan usahanya beroperasi:

1. Subjek Pajak Dalam Negeri


Kategorisasi ini didasarkan pada domisili pendiriannya atau seberapa
lamanya suatu aktivitas bisnis bersangkutan dilakukan di Indonesia. Siapa
saja yang dapat dikatakan sebagai subjek perpajakan dalam negeri? 
Subjek perpajakan dalam negeri dapat termasuk orang perorangan, badan
usaha, dan warisan yang belum dibagikan. Apabila orang perorangan lahir
di wilayah Indonesia atau telah tinggal menetap selama lebih dari
183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu selama 12 bulan
atau 1 tahun, atau berniat tinggal lebih lama, maka dapat disebut sebagai
subjek pajak dalam negeri.
Bagaimana Ketentuan Badan sebagai Subjek Perpajakan?

Syarat utama sebuah badan dapat dikategorikan sebagai subjek perpajakan


dalam negeri apabila telah didirikan atau bertempat tinggal di wilayah
Indonesia selama sedikitnya lebih dari 183 hari. Akan tetapi, ketentuan
ini dikecualikan bagi unit-unit tertentu dari badan pemerintah yang
dibentuk didasarkan pada peraturan perundang-undangan atau sumber
pembiayaannya berasal dari APBN atau APBD.

Ketentuan pengecualian badan yang dimaksud tersebut telah diatur oleh


ketentuan subjek perpajakan khusus di bawah kebijakan pemerintah pusat
atau pemerintah daerah. Adapun pembukuannya diperiksa oleh aparat
pengawasan fungsional negara, dan kewajiban pajak subjektif badan
dimulai pada saat badan tersebut didirikan atau bertempat kedudukan di
Indonesia dan berakhir pada saat dibubarkan atau tidak lagi bertempat
kedudukan di Indonesia (Pasal 2A ayat 2 UU Nomor 36 Tahun 2008).
Adapun contoh dari badan pemerintah atau usaha yang dikecualikan
tersebut yaitu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha
Milik Daerah (BUMD).

Bagaimana dengan subjek warisan? Perlu Anda pahami, warisan yang


belum terbagi dinyatakan sebagai subjek perpajakan dalam negeri karena
keadannya menggantikan satu kesatuan dari pewaris, mendapat
perlindungan hukum, dan sedang melakukan aktivitas ekonomi di wilayah
Indonesia.

2. Subjek Pajak Luar Negeri


Siapa sajakah subjek yang termasuk dalam subjek perpajakan luar negeri?
Subjek perpajakan luar negeri mencakup orang pribadi yang memang tidak
bertempat tinggal di Indonesia alias tinggal di luar negeri. Ketentuan
pokoknya adalah orang pribadi yang berada atau singgah di wilayah
Indonesia, namun tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan.
Bagi badan usaha tetap, ketentuannya adalah badan usaha tersebut tidak
didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia namun menjalankan
usaha atau kegiatan bisnis di wilayah Indonesia.
Apa Perbedaan Subjek Pajak Dalam Negeri dan
Luar Negeri?
Setelah Anda membaca dan memahami pengertiaan dan karakter dasar
subyek pajak baik dalam negeri maupun luar negeri, mari ketahui dan
pelajari bersama apa dan bagaimana perbedaan mendasar di antara kedua
jenis subyek pajak ini.

Perbedaan yang mendasar dan penting di antara kedua subyek pajak dalam
negeri dan luar negeri terletak pada pemenuhan kewajiban pajaknya, di
antara lain:

1. Subjek perpajakan dalam negeri dikenakan pajak atas penghasilan,


baik yang diterima maupun diperoleh dari Indonesia atau dari luar negeri.
Sementara itu, subyek pajak luar negeri dikenakan pajak hanya atas
penghasilan yang berasal dari sumber penghasilan yang ada di Indonesia.
2. Subjek perpajakan dalam negeri dikenakan pajak berdasarkan
penghasilan neto dengan tarif pajak umum. Sementara itu, subjek luar
negeri dikenakan pajak terutang berdasarkan pada penghasilan bruto
dengan pengenaan tarif sepadan alias tarif tunggal terhadap seluruh objek
pajak berapa pun nilai yang terkandung.
3. Subjek perpajakan dalam negeri wajib menyampaikan Surat
Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) yang berguna
sebagai sarana untuk menetapkan besar pajak yang terutang dalam satu
tahun pajak tertentu. Sementara itu, bagi subjek luar negeri tidak wajib
menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan
(PPh) karena kewajiban perpajakannya telah dipenuhi melalui pemotongan
pajak yang bersifat final.

Anda mungkin juga menyukai